2.2 Klasifikasi
Klasifikasi tumor nasofaring berdasarkan WHO 2017 adalah 3:
Carcinomas
Nasopharyngeal carcinoma
1. Non keratinizing carcinoma
2. Keratinizing squamous cell carcinoma
3. Basaloid squamous cell carcinoma
Nasopharyngeal papillary adenocarcinoma
Salivary gland tumours
Adenoid cystic carcinoma
Salivary gland anlage tumour
Benign and borderline lesions
Hairy polyp
Ectopic pituitary adenoma
Craniopharyngioma
Soft tissue tumours
Nasopharyngeal angiofibroma
Haematolymphoid tumours
Diffuse large B-cell lymphoma
Extraosseous plasmacytoma
Extramedullary myeloid sarcoma
Notochordal tumours
Chordoma
Klasifikasi karsinoma nasofaring menurut Rosai dan Ackerman adalah 2:
1. Keratinizing squamous cell carcinoma
2. Non keratinizing carcinoma
a. Differentiated
b. Undifferentiated
3. Basaloid squamous cell carcinoma
4. Nasopharyngeal papillary adenocarcinoma
4
2.3 Epidemologi
KNF merupakan penyakit multifaktorial. Insidensi dan distribusi geografi
keganasan ini tergantung pada beberapa faktor seperti genetik, lingkungan, diet,
dan pola hidup.2,3 KNF jarang ditemukan di negara-negara barat, tetapi endemik
di China. Insidens tertinggi dilaporkan dari Provinsi Guangdong, Cina Selatan,
KNF merupakan keganasan ketiga yang paling sering terjadi, dengan angka
insidens 15-50 per 100000. Insidensi yang tinggi juga ditemukan di Hong Kong di
mana 18% di dalamnya adalah ras China-Amerika. Keturunan China yang hidup
di Amerika mempunyai insidens yang lebih kecil dibanding yang hidup di China.
KNF jarang di India dan negara sekitarnya, kecuali negara-negara Asia Tenggara
7
di mana didominasi oleh orang-orang Mongoloid. Prevalensi KNF di
Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL RS Dr. Hasan Sadikin Bandung selama
periode tahun 2010-2014 adalah sebanyak 39,4%.1
Indonesia cenderung rentan mengalami KNF, terbukti dengan meratanya
frekuensi pasien KNF di tiap daerah, dengan pasien dari ras Cina relatif lebih
banyak dari suku bangsa lainnya.4 Negara lain, insidensi KNF sangat rendah, yaitu
kurang dari 1 per 100000.3 KNF dapat terjadi pada semua usia, tapi umumnya
menyerang usia 30-60 tahun, dengan frekuensi 75-90%.2
KNF lebih sering ditemukan pada laki-laki dengan perbandingan rasio laki-laki
dan perempuan 2-3,8 : 1. 2,3,7
2.4 Etiologi
Etiologi KNF berhubungan dengan virus Ebstein Barr, faktor genetik, dan
faktor lingkungan.
1. Virus Epstein Barr (EBV)
Virus Epstein Barr (EBV) merupakan virus DNA dengan kapsid ikosahedral
dan termasuk dalam famili Herpesviridae. Infeksi EBV berhubungan dengan
beberapa penyakit seperti limfoma Burkitt, limfoma sel T, mononukleosis, dan
karsinoma nasofaring (EBV-1 dan EBV-2). EBV dapat menginfeksi manusia
dalam bentuk yang bervariasi. Namun, dapat pula menginfeksi orang normal
tanpa menimbulkan manifestasi penyakit. Jadi adanya virus ini tanpa faktor
pemicu lain tidak cukup untuk menimbulkan proses keganasan.3,4
5
2. Genetik
Karsinoma nasofaring bukan termasuk tumor genetik. Namun, karsinoma
nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan memiliki
llagregasi familial. Analisa genetik menunjukkan gen HLA (Human Leukocyte
Antigen) dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan
merupakan gen kerentanan terhadap karsinoma nasofaring. Sitokrom p450 2E1
merupakan enzim yang bertanggung jawab atas aktivasi metabolik yang terkait
nitrosamin dan karsinogen.4
Analisa genetik pada populasi endemik menunjukkan bahwa orang dengan gen
HLA-A2, HLA-B17 dan HLA-Bw26 memiliki resiko dua kali lebih besar
menderita karsinoma nasofaring. Studi pada orang Cina dengan keluarga
menderita karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus pada regio
HLA. Orang-orang dengan HLA A*0207 atau B*4601 tetapi tidak pada A*0201
memiliki resiko yang meningkat untuk terkena karsinoma nasofaring.7
3. Lingkungan
Ikan asin dan makanan yang diawetkan mengandung sejumlah besar
nitrosodimethyamine (NDMA), N-nitrospurrolidene (NPYR) dan nitrospiperidine
(NPIP) yang mungkin merupakan faktor karsinogenik karsinoma nasofaring.1,4
Merokok dan perokok pasif yang terkena paparan asap rokok yang
mengandung formaldehide dan juga debu kayu/asap kayu bakar kemungkinan
dapat mengaktikan kembali infeksi dari EBV. Resiko untuk menderita KNF pada
perokok meningkat 2-6 kali dibandingkan dengan bukan perokok serta ditemukan
juga bahwa menurunnya angka kematian KNF di Amerika utara dan Hongkong
merupakan hasil dari mengurangi frekuensi merokok.7
2.5 Patogenesis
Epstein-Barr virus merupakan virus herpes yang berada di mana mana dan yang
menginfeksi lebih dari 90% populasi dewasa di dunia. Infeksi primer EBV
umumnya terjadi pada awal kehidupan dan asimtomatik. Infeksi primer EBV
yang berlanjut bermanifestasi sebagai infeksi mononukleosis yang merupakan
infeksi oleh virus, bersifat self limiting namun sangat menular dengan
karakteristik EBV pada sel tumor dan limfosit B meskipun hal ini belum terbukti
secara luas.1,4 EBV terdeteksi pada semua sampel KNF dengan beberapa teknik
6
intercellular bridges. Ukuran sel lebih kecil, dengan rasio inti dan sitoplasma lebih
rendah , inti sel lebih banyak kromatin, anak inti tidak terlalu jelas. Pada tipe
undifferentiated sel-sel tumor berukuran besar, berkelompok membentuk
syncytial pattern, batas antar sel tidak jelas. Inti sel vesicular berbentuk bulat oval
dengan inti yang besar, sitoplasma eosinofilik.2,3Terdapat dua bentuk
undifferentiated carcinoma yaitu tipe Regauds (terdiri dari kumpulan sel-sel
epiteloid dengan batas yang jelas yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrous dan
sel-sel limfosit) dan tipe Schmincke (sel-sel epitelial neoplastik tumbuh difus dan
bercampur dengan sel-sel radang).2
Keratinizing squamous cell carcinoma (K-NPC)
Pada pemeriksaan histopatologi K-NPC memiliki kesamaan bentuk dengan
yang terdapat pada lokasi lainnya. Dijumpai adanya diferensiasi dari sel squamous
dengan intercellular bridge atau keratinisasi. Tumor tumbuh dalam bentuk pulau-
pulau yang dihubungkan dengan stroma yang desmoplastik dengan infiltrasi sel-
sel radang limfosit, sel plasma, neutrofil dan eosinofil yang bervariasi. Sel-sel
tumor berbentuk polygonal dan stratified. Batas antar sel jelas dan dipisahkan oleh
intercellular bridge. Sel-sel pada bagian tengah pulau menunjukkan sitoplasma
eosinofilik yang banyak mengindikasikan keratinisasi. Dijumpai adanya keratin
pearls.2,3
Dibagi menjadi 3 tipe , yaitu well differentiated (berdiferensiasi baik),
moderately differentiated (berdiferensiasi sedang) dan poorly differentiated
(berdiferensiasi buruk). Secara mikroskopis tampak sel-sel tumor bentuk
polygonal , tersusun berlapis sampai membentuk pulau-pulau yang tidak
peraturan. Terdapat pembentukan mutiara keratin. Terdapat pula infiltasi limfosit,
sel plasma, neutrofil dan eosinofil. Stroma jaringan ikat menunjukkan
desmoplasia. 2
Basaloid squamous cell carcinoma (BNPC)
Terdiri dari dua komponen yaitu sel basaloid dan sel skuamosa. Sel basaloid
berkuran kecil dangan inti hiperkromatis tanpa nucleoli dengan sedikit sitoplasma,
tumbuh memadat membentuk lobular dan pada beberapa kasus terdapat
palisading pada bagian tepi. Terdapat pula comedo-type necrosis. Kadang
mengandung sel spindle, tapi jarang.2
8
2.7 Stadium 3
Klasifikasi TNM untuk KNF adalah sebagai berikut 1 :
T Tumor Primer
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada tumor primer
Tis Karsinoma in situ
9
Stage Grouping 3
Stadium berdasarkan AJCC Staging for Nasopharyngeal Cancer ( American Joint
Committee on Cancer) :
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage II T1 N1 M0
T2 N0,N1 M0
10
Karsinoma Nasofaring
Diagnosis banding tersering adalah large cell lymphoma, Hodgkin Lymphoma. 3
Nasopharyngeal papillary adenocarcinoma
Diagnosis banding dengan papillary thyroid carcinoma 3
2.13 Terapi
Terapi KNF adalah radiasi, kemoterapi dan kombinasi keduamya. Radioterapi
menjadi pilihan pertama pada KNF. Radioterapi diberikan kepada seluruh stadium
tanpa metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan
supraklavikula. Radioterapi bertujuan paliatif diberikan kepada stadium IV dengan
metastasis tulang dan otak. Kombinasi radiokemoterapi sebagai radiosensitizer
terutama pada pasien dengan T3-T4 dan N2-N3.3,7
2.14 Prognosis
Prognosis relatif baik untuk NK-NPC, yaitu angka harapan hidup dalam 5 tahun
sebanyak 65-75%, namun tergantung pada stadium, dimana stadium 1 sebanyak
98%, stadium IV menurun menjadi 70%. Penderita dengan usia dibawah 40 tahun
dan jenis kelamin wanita memiliki prognosis yang lebih baik. K-NPC memiliki
prognosis yang lebih buruk. Tumor dengan gambaran anaplasia, proliferasi tinggi,
infiltrasi limfosit yang sedikit, gambaran S100 densitas tinggi, microvessel count
yang tinggi serta ekspresi HER2/neu memberikan prognosis yang lebih buruk.
Rekurensi sering terjadi terutama dalam 3 tahun. 1,2,7
Prognosis pasien dengan NPA adalah baik walaupun hanya di operasi,tetapi ada
beberapa yang diberikan radiasi juga. Belum ada pasien yang dilaporkan rekurens
atau metastasis ke tempat lain.3