Anatomi Nasofaring
Nasofaring merupakan struktur faring yang terletak posterior dari kavum nasi.
Nasofaring berupa ruang atau rongga berbentuk kubus dengan ukuran yang sangat bervariasi,
terletak dibelakang rongga hidung langsung dibawah dasar tengkorak. Ukuran melintang dan
tinggi nasofaring pada orang dewasa sekitar 4 cm. Nasofaring memiliki batas berupa: 8
Nasofaring termasuk ruangan yang cukup kecil. Nasofaring berhubungan erat dengan
beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring
dengan resesus faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan
invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di
atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh N.
Glosofaring, N. Vagus dan N. Asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna,
bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.8
Gambar 2.1 Anatomi nasofaring.9
B. Definisi
Tumor nasofaring adalah massa yang terdapat di nasofaring. Tumor nasofaring dibagi
menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Berbagai jenis tumor jinak dapat ditemukan di daerah
ganas daerah kepala leher yang banyak ditemukan adalah karsinoma nasofaring (KNF). 1 KNF
merupakan karsinoma sel skuamosa (KSS) yang berasal dari epitel permukaan nasofaring.
KNF biasanya berkembang di sekitar ostium tuba Eustachius di dinding lateral nasofaring.
Area nasofaring meliputi area atas tenggorok dan di belakang hidung. KNF menunjukkan
merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai dalam bidang THT di Indonesia yang
dapat mengenai semua golongan umur. Secara umum, KNF berhubungan erat dengan infeksi
EBV.12
C. Epidemiologi
Pada tahun 2018, karsinoma nasofaring menempati peringkat ke-23 dunia dengan
jumlah kasus baru sebesar 129.079. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan
dibandingkan dengan tahun 2012. Asia menjadi penyumbang jumlah kejadian karsinoma
nasofaring terbesar didunia dengan proporsi sekitar 84,6% dari keseluruhan kasus yang ada.
Indonesia berada pada peringkat ke-4 dunia dengan morbiditas sebanyak 17.992 kasus baru
dan mortalitas sebesar 11.204 jiwa pada tahun 2018. Khusus di Indonesia, karsinoma
nasofaring menempati urutan ke-5 setelah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru
Tingginya angka kejadian menunjukkan bahwa Asia menjadi wilayah endemik bagi
karsinoma nasofaring. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh struktur nasofaring orang Asia
yang lebih sempit apabila dibandingkan dengan etnis lain. Ukuran nasofaring yang sempit ini
memperbesar probabilitas untuk terkena infeksi berulang dan memicu metaplasi yang
Karsinoma nasofaring dapat dijumpai pada semua umur, namun sangat jarang usia di
bawah 20 tahun. Prevalensi antara usia 45-54 tahun. Perbandingan antara jenis kelamin laki-
laki dan wanita adalah 2-3:1. Di Amerika Serikat insidensi tumor ini kurang dari 1 dalam
100.000 populasi. Tesis Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2012 angka kejadian KNF
sekitar 87.000 kasus baru muncul setiap tahunnya dengan 61.000 kasus baru terjadi pada laki-
laki dan 26.000 kasus baru pada perempuan. Angka kematian akibat KNF diperkirakan
51.000 kematian dengan 36.000 pada laki-laki dan 15.000 pada perempuan.13
D. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi tumor nasofaring belum diketahui secara pasti. 2 Beberapa etiologi dan faktor
1. Jenis kelamin
KNF lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Hal ini dikarenakan pengaruh
dari pola hidup dan kebiasaan pada laki-laki berbeda dibandingkan dengan perempuan,
seperti kebiasaan konsumsi alkohol dan merokok. Selain itu, laki-laki juga lebih sering
2. Ras
KNF lebih sering mempengaruhi orang-orang di Asia dan Afrika Utara. Di Amerika
Serikat, imigran Asia memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker, dibandingkan orang
Asia kelahiran Amerika. Data epidemiologi menyebutkan bahwa ras Mongoloid memiliki
angka kejadian yang tinggi untuk menderita KNF. Struktur anatomi nasofaring pada etnis
Cina dan Asia umumnya sempit dibandingkan dengan etnis berkulit putih sehingga mudah
terjadinya deposit aerosol serta iritasi secara langsung yang menyebabkan infeksi berulang
seperti faringitis kronik yang menyebabkan mukosa nasofaring dalam periode waktu
3. Umur
KNF dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering didiagnosis pada orang
dewasa antara usia 30 tahun dan 50 tahun. Pada usia 50 tahun dikarenakan sistem imun
menurun pada usia tersebut, sehingga antigen EBV tidak dapat diserang oleh sistem
imun.4,13
Bahan kimia yang dilepaskan dalam uap saat memasak makanan, seperti ikan dan
sayuran diawetkan, dapat masuk ke rongga hidung, meningkatkan risiko KNF. Paparan
pada usia dini, lebih dapat meningkatkan risiko. Hal ini dikarenakan substansi karsinogen
yang terdapat didalamnya yaitu nitrosamin. Nitrosamin adalah suatu molekul yang terdiri
dari Nitrogen dan Oksigen, molekul tersebut dapat berbentuk senyawa Nitrit dan NOx
yang terdiri dari senyawa Amino dan senyawa campuran Nitroso dapat mengaktivasi
EBV.4,13
5. EBV
Virus ini umumnya menghasilkan tanda-tanda dan gejala ringan, seperti pilek.
beberapa kanker langka, termasuk KNF. EBV adalah suatu virus DNA yang dapat
menginduksi respons kerusakan seluler DNA (DDR), yang mengstimulasi putusnya dua
rantai DNA. EBV terutama menyerang limfosit B. Pada awal infeksi, EBV
mengekspresikan sejumlah protein yang menginduksi proliferasi sel limfoblas hingga tak
terhingga. Selanjutnya, EBV akan masuk ke fase laten, yang mana genom EBV direplikasi
Selain itu, EBV juga mempertahankan infeksi latennya di sel B memori dan
menginvasi sel epitelial. Selama proliferasi fase laten, EBV mengekspresikan suatu
protein (EBNA1) yang dilaporkan menginduksi kerusakan DNA melalui respons stres
oksidatif. Infeksi EBV laten berkaitan dengan peningkatan kadar radikal bebas, dan
6. Riwayat keluarga
terdapat korelasi antara gen Human Leukocyte Antigen (HLA) dan gen yang mengkode
KNF. Di Tunisia tipe HLA yang berhubungan dengan timbulnya KNF adalah HLAB13, di
Cina, HLA ini dinamakan sesuai rantai alelnya yaitu HLA-A2 dan B46. Kehilangan alel
Polusi udara, asap dan uap yang masuk di rumah-rumah dengan ventilasi kurang baik
di Cina, Indonesia dan Kenya dapat meningkatkan insiden KNF. Pembakaran dupa di
rumah-rumah juga dianggap berperan dalam menimbulkan KNF di Hongkong. Asap kayu
bakar, kemenyan, obat anti nyamuk bakar dan penggunaan lampu minyak di Indonesia
dilaporkan berhubungan dengan kejadian KNF. Hal ini dapat menyebabkan iritasi dan
inflamasi pada epitel nasofaring sehingga mengurangi bersihan mukosiliar dan perubahan
Karsinogen merupakan zat yang bisa memicu terjadinya kanker. Paparan zat
karsinogen dan iritasi kronis seperti paparan asap rokok, dupa, obat nyamuk, pembakaran
sampah, pembuangan gas kendaraan, asap pembakaran kayu/plastik, debu pabrik atau
hidung tenggorok serta saluran nafas bagian bawah meningkatkan 2 kali lipat kejadian
KNF. Beberapa bakteri dapat merubah Nitrat menjadi Nitrit sehingga menghasilkan
struktur kimia yang bersifat karsinogenik yaitu campuran N-Nitroso. Perubahan jaringan
epitel nasofaring akibat proses inflamasi dari bakteri, virus atau parasit dapat menstimulasi
Nitric Oxide (NO). Senyawa Nitric Oxide (NO) adalah senyawa yang dihasilkan dari
perangsangan Nitric Oxide Synthase (iNOS) akibat proses inflamasi dari epitel
nasofaring.4