kemungkinan residif atau relaps. Hasil pemeriksaan serologi positif untuk EBV ditemukan
pada hampir 100% tipe Nonkeratinizing squamous cell carcinoma. Antibodi yang lebih baru
terhadap antigen EBV rekombinan seperti EBV nuclear antigens (EBNA), membrane antigen
DNAase, dan Z transactivator protein (Zta) juga dapat memberikan diagnosis bila digunakan
secara kombinasi.19
a. Pemeriksaan Patologi
yang dapat diperoleh dari sediaan biopsi jaringan. Biopsi dapat dilakukan dengan bantuan
endoskopi. Penderita dalam posisi duduk atau setengah duduk, selanjutnya diberi anestesi
lokal kemudian endoskop dimasukkan kedalam kavum nasi pada sisi yang berlawanan
dengan sisi tumor. Setelah tumor terlihat dimasukkan cunam biopsi melalui sisi lain dari
kavum nasi. Dengan tuntunan endoskopi, dapat diambil jaringan biopsi yang adekuat dari
tumor.2
H. Klasifikasi
Klasifikasi
Tumor jinak epitel nasofaring Hairy polyp
Schneiderian-type papilloma
Squamous papilloma
Ectopic pituitary adenoma
Salivary gland anlage tumour
Craniopharyngiom
Tumor ganas epitel nasofaring Nasopharyngeal carcinoma
Nonkeratinizing carcinoma
Keratinizing squamous cell carcinoma
Basaloid squamous cell carcinoma
Nasopharyngeal papillary adenocarcinoma
Salivary gland-type carcinomas
Keganasan jaringan lunak Soft tissue neoplasms
Tumor hematolimfoid Hodgkin lymphoma
Diffuse large B-cell lymphoma
Extranodal NK/T cell lymphoma
Follicular dendritic cell sarcoma/tumour
Extramedullary plasmacytoma
Tumor tulang dan kartilago Chordoma
Hairy Polyp merupakan polip yang dilapisi oleh kulit dengan rambut dan kelenjar
sebasea. Gambaran klinis berupa massa pedunculated di orofaring atau nasofaring pada bayi
Keterangan :
A. Epitel stratified squamous matur dengan kelenjar sebasea (H&E 100x)
B. Sel-sel lemak matur dan otot (H&E 400x)
permukaan nasofaring dan menyerupai Schneiderian papilloma pada traktus sinonasal. Tumor
ini jarang dijumpai, terjadi pada usia tua (usia rata-rata 62 tahun, dengan kisaran usia 45-79
tahun) dan 2-3 kali lebih sering dijumpai pada laki-laki. Schneiderian papilloma pada
nasofaring mempunyai tiga tipe morfologi yang berbeda, yaitu inverted papilloma (Gambar
2.4), oncocytic papilloma (Gambar 2.5), dan exophytic papilloma (Gambar 2.6). 2
Gambar 2.4 Inverted papilloma2
Keterangan :
A. Tampak pola pertumbuhan inverted yang khas berupa epitel skuamosa yang tumbuh
hiperplastik ke dalam stroma.
B. Terdiri dari epitel skuamosa dan epitel repiratori bersilia.
Keterangan :
Tampak pola pertumbuhan eksofitik, dengan pelapis epitel onkositik berlapis, disertai kista
berisi musin intraepitelial dan mikroabses.
Keterangan :
A. Tampak pelapis epitel skuamous tidak berkeratin yang hiperplastik dengan sebaran sel-sel
jernih (mucous).
B. Sel-sel koilositotik (kromatin inti mengalami kondensasi dan dijumpai perinuclear halo).
Squamous Papilloma adalah tumor yang jarang dijumpai di nasofaring. Pemeriksaan
histopatologi menunjukkan tumor terdiri dari proliferasi epitel skuamosa jinak yang tersusun
dalam penonjolan finger-like yang multipel dengan fibrovascular core. Ectopic pituitary
adenoma merupakan tumor jinak dari kelenjar pituitary dalam bentuk terpisah, tanpa
melibatkan sella turcica. Biasanya terjadi pada orang dewasa. Gejalanya berupa obstruksi
jalan nafas, sinusitis kronis, defek pada lapangan pandang, kebocoran cairan cerebrospinal,
dan manifestasi endokrin (seperti Cushing’s syndrome dan hirsutisme). Lokasi yang tersering
Gambar 2.7 Ectopic pituitary adenoma berupa tumor di mukosa nasofaring yang seluler,
tidak berkapsul, epitel permukaan yang intak2
Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma (NKSCC) Pada sub tipe differentiated,
terlihat stratifikasi selular dengan batas antar sel yang cukup jelas. (Gambar 2.8). Non
keratinizing squamous cell carcinoma, undifferentiated type lebih sering dijumpai. (Gambar
2.9). 2
Gambar 2.8 Non keratinizing squamous cell carcinoma, differentiated type2
Keterangan :
A. Terdapat lapisan-lapisan tumor yang dipisahkan oleh limfosit dan sel-sel plasma.
B. Pulau-pulau tumor dalam stroma yang kaya limfosit.
C. Pola pertumbuhan trabekular
Keterangan :
A. Sel-sel limfoid yang terbentuk dalam agregat kecil.
B. Sel-sel spindel dengan nukleoli yang tidak jelas
dengan keratinisasi, dengan bentuk tumor yang irreguler. KSCC memiliki kecenderungan
untuk berkembang secara lokal serta lebih sedikit adanya kemungkinan metastasis pada
kelenjar getah bening. Tumor ini memiliki respon yang rendah terhadap radiasi dan
prognosisnya buruk. Tipe ini tidak berhubungan dengan infeksi virus Epstein-Barr (Gambar
2.10).2
Gambar 2.10 Keratinizing squamous cell carcinoma2
Keterangan :
A. Invasi tumor kedalam stroma.
B. Pulau-pulau ireguler dengan stroma desmoplastik.
Basaloid Squamous Cell Carcinoma ini jarang dijumpai dan memiliki dua komponen
Keterangan :
Sel-sel basaloid menunjukkan pola pertumbuhan festooning, sel-sel basaloid berselang-seling
dengan diferensiasi skuamosa.
eksofitik terdiri dari struktur papiler dan struktur kelenjar (Gambar 2.12), sangat jarang
Keterangan :
Tumor ini terdiri dari struktur papil dengan fibrovascular core, yang dilapisi oleh epitel
pseudostratified columnar dengan inti hiperkromatik
Nasopharyngeal angiofibroma yang etiologinya belum diketahui secara pasti,
walaupun pertumbuhan tumor yang diinduksi oleh pubertas dan tergantung dengan
testosteron dapat menjadi lebih baik dengan adanya hambatan dari reseptor estrogen atau
progesteron dalam tumor. Gambaran klinis berupa obstruksi hidung, epistaksis, nasal
discharge, deformitas pada wajah (termasuk proptosis), diplopia, eksoftalmus, sinusitis, otitis
media, tinnitus, tuli, nyeri kepala, sesak nafas dan jarang dijumpai anosmia atau nyeri.
(Gambar 2.13). 2
Keterangan :
Tampak lumen pembuluh darah dengan ukuran yang bervariasi dan stroma fibrokolagen.
Dinding pembuluh darah tipis dan dilapisi oleh sel-sel endotel.
I. Stadium
Menentukan stadium (staging) dipakai sistem TNM (sistem tumor-kelenjar-metastasis)
menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi 7 tahun 2010 dan/atau Union
T1 Tumor terbatas pada nasofaring atau tumor meluas ke orofaring dan atau
rongga hidung tanpa perluasan parafaringeal
T3 Tumor melibatkan struktur tulang basis kranii dan atau sinus paranasal
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IVA T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Keterangan :
1. Stadium I = Tumor terbatas di nasofaring, tidak ada pembesaran tumor, tidak ada
metastasis jauh.
2. Stadium II = Tumor terbatas di nasofaring, metastasis kelenjar getah bening unilateral,
dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula, tidak
ada metastasis jauh. Terjadi perluasan tumor ke rongga hidung tanpa perluasan ke
parafaring, metastasis kelenjar getah bening unilateral. Disertai perluasan ke parafaring,
tidak ada pembesaran dan metastasis kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran
terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula, tidak ada metastasis
jauh.
3. Stadium III = Tumor terbatas di nasofaring, metastasis kelenjar getah bening bilateral,
dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula dan
tidak ada metastasis jauh.
Stadium IVA = Tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat