Anda di halaman 1dari 3

Nama : Inayah Nur Alifiah

NIM : 32122071
Kelas : 2C D3 Teknik Listrik

Bagaimana strategi pertahanan dan keamanan negara menjaga Kedaulatan Perairan Natuna di
Indonesia atas klaim sepihak China mengenai Nine Dash Line yang mengklaim Kepulauan
Natuna bagian dari wilayah China?

1. Diplomasi Pertahanan dengan Negara 2. Increasing Power


Great Power Meskipun secara anggaran militer
Dalam menghadapi adanya ancaman Cina lebih besar daripada Indonesia dan
dari Cina di Laut Natuna Utara, Indonesia Cina dengan Indonesia memiliki hubungan
melakukan kerjasama diplomasi ekonomi yang baik bukan berarti Indonesia
pertahanan dengan negaranegara great tidak bisa memberikan perlawanan terhadap
power, salah satunya adalah Australia. Cina. Ketika ada pihak asing yang
Kerja sama maritim antara Indonesia dan mengganggu kedaulatan Indonesia,
Australia ini adalah Indonesia Australia Indonesia tentu akan memberikan
Fisheries Surveillance Forum (IAFSF). perlawanan untuk mempertahankan
Program kerja yang dimiliki yaitu kedaulatan negaranya. Berdasarkan
Indonesia dan Australia melakukan UNCLOS, Laut Natuna Utara menjadi
patroli laut bersama, yaitu Patroli wilayah Indonesia. Oleh karena itu,
Jawline-Arafura yang mana Kementerian Indonesia harus bisa mempertahankan
Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Natuna sebagai wilayahnya. Walaupun,
Australian Border Force (ABF) langsung Indonesia memiliki anggaran yang tidak
terlibat. Patroli Jawline-Arafura ini begitu banyak seperti Cina, Indonesia tetap
dilakukan guna melindungi perbatasan bisa mempertahankan Kepulauan Natuna
wilayah di laut Indonesia maupun Australia dengan meningkatkan postur Tentara
dari oknum pelanggar yang sering melakuan Nasional Indonesia (TNI) di Natuna.
pencurian kekayaan hayati yang terkandung Indonesia memiliki tiga matra dalam TNI
didalamnya. Lalu, Indonesia juga yang siap untuk menjaga wilayah
melakukan kerjasama diplomasi Indonesia, yaitu Tentara Nasional
pertahanan dengan Jepang. TNI AL Indonesia Angkatan Darat (TNI AD),
bersama kapal perang Pasukan Bela Diri Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Jepang (JMSDF). Latihan bersama Laut (TNI AL), dan Tentara Nasional
berupa Passex (Passing Exercise) di ZEEI Indonesia Angkatan Udara (TNI AU).
di bagian barat daya Pulau Jemaja hingga Dalam menjaga Natuna, matra laut dan
bagian luar kawasan Natuna utara, yang udara sangat diperlukan sehingga Indonesia
dilakukan guna menarik minat kerja sama dengan optimal memanfaatkan potensi TNI
negara lain dengan Indonesia dalam AL dan TNI AU untuk menjaga wilayah
melakukan peran diplomasi pertahanan Natuna. Selain itu, dengan memanfaatkan
maritim. Terakhir, kerjasama diplomasi anggaran militer berguna untuk
pertahanan Indonesia dengan Amerika meningkatkan alutsista TNI AL dan TNI
Serikat. Diadakannya latihan perang AU, seperti kapal perang, kapal selam,
gabungan di perairan Natuna Utara dan pesawat tempur, rudal jarak jauh, dan
juga perairan Batam yang berjarak 480 km sensor untuk memudahkan menemui
dari Natuna. posisi musuh yang ada di lautan Natuna.
Indonesia telah membangun perairan teritorialnya, yang lebarnya
pangkalan militer di kepulauan Natuna yang tidak boleh melebihi 12 mil.
berguna sebagai sikap perlawanan dari 2. Pesawat udara dan kapal laut boleh
meningkatnya agresivitas Cina terhadap melewati selat yang digunakan untuk
klaim Laut Cina Selatan. Ketika alutsista navigasi internasional.
yang digunakan sangat mumpuni maka para 3. Negara kepulauan memiliki
militer Indonesia siap untuk melakukan kedaulatan sendiri atas wilayah
patroli di Natuna dan memberikan perairan yang ditentukan oleh garis
perlawanan pada pihak asing yang lurus yang ditarik hingga titik terluar
mengganggu kedaulatan Indonesia. Dengan pulau. Suatu negara dapat mengatur
pendirian pangkalan militer tersebut rute laut dan udara yang dapat dilalui
Indonesia menunjukkan respon bahwa oleh negara lain.
Indonesia siap mempertahankan 4. Negara-negara yang bersentuhan
kedaulatannya atas Kepulauan Natuna langsung dengan laut dapat
dengan melawan ancaman dari Cina. membentuk ZEE atau Zona Ekonomi
Eksklusif sampai dengan jarak 200
3. Arbitrase Internasional mil.
Pada kenyataannya, banyak negara- 5. Negara asing memiliki kebebasan
negara tidak dapat menyelesaikan untuk melakukan penerbangan,
perselisihan secara damai melalui negosiasi bernavigasi dan juga seperti
langsung. Oleh karena itu, diperlukan peran pemasangan pipa dan kabel bawah
pihak ketiga sebagai mediator, penengah, laut di wilayah ZEE.
atau perantara. Metode ini disebut arbitrase 6. Negara-negara tanpa pantai memiliki
yang merupakan sebuah metode akses ke laut dan hak untuk
penyelesaian dengan bernegosiasi yang melakukan transit melalui negara
dimediasi oleh pihak ketiga. Tidak jarang transit.
negara-negara memilih badan penyelesaian 7. Semua negara harus berpartisipasi
sengketa untuk menyelesaikan perselisihan dalam pencegahan dan pengendalian
tersebut yang dapat dicapai dengan dua cara, pencemaran laut, termasuk tanggung
yaitu Institutionalized, penyelesaian oleh jawab atas kerusakan yang
seorang arbitrator secara terlembaga yang disebabkan oleh pelanggaran
sudah berdiri sebelum nya dan memiliki perjanjian negara.
hukum acaranya dan akan tetap ada 8. Penelitian ilmiah tentang ZEE dan
meskipun perselisihan yang ditangani telah landas kontinen harus menjadi
selesai dan ad hoc, yaitu lembaga subjek negara pantai. Apabila
penyelesaian yang dibentuk sementara oleh penelitian ini dilakukan untuk tujuan
para pihak yang bersengketa, lembaga ini damai atau tujuan lain, maka perlu
akan menghentikan kegiatannya setelah mendapat persetujuan dari negara
mengambil keputusan mengenai perselisihan lain yang menjadi anggota UNCLOS
yang telah ditanganinya. 1982.
Untuk itu peran dan fungsi UNCLOS 9. Masalah yang ada harus diselesaikan
untuk menetapkan aturan adalah sebagai dengan cara damai.
berikut: 10. Perselisihan dapat dibawa ke
1. Negara pesisir (a state with a coast) pengadilan internasional atau pihak
menjalankan kedaulatan atas lain yang terkait dengan Konvensi
ini.
Dengan meratifikasi UNCLOS maka
manfaat bagi Indonesia telah memiliki
landasan dan argumen hukum
internasional yang kuat dalam
mempertahankan kedaulatannya di perairan
Natuna dari negara lain. Dengan demikian
maka Indonesia dapat dengan tegas menolak
klaim historis Cina atas ZEE di perairan
Natuna. Klaim historis Cina yang
menyatakan bahwa sejak dulu para nelayan
Cina telah lama mencari ikan di perairan
Natuna bersifat unilateral, menjadi tidak
memiliki landasan hukum internasional
karena tidak ada aturannya dalam UNCLOS.
Disamping itu dengan berlandaskan
ketentuan UNCLOS sebagai hukum
internasional maka istilah “relevant
waters” yang diklaim Cina juga dapat
ditolak karena istilah ini tidak ada dan
tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam UNCLOS. Manfaat lainnya
bagi Indonesia tidak memiliki overlapping
claim dengan Cina sehingga tidak relevan
adanya perundingan apapun tentang
delimitasi batas maritim berdasarkan
UNCLOS.

Anda mungkin juga menyukai