Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

PENGARUH PEMAKAIAN KAPASITOR PADA LAMPU


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Fisika Dasar II dosen pengampu
Drs. Saeful Karim, M. Si.

Disusun oleh:
Halimatu Sa’diyah (2204741)
Ifan Taopik Abdul Aziz (2207265)
Kamliya Junainah (2208015)
Raihan Iqbal Garnadi (2204925)
Yuni Sukmawati (2206871)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
Kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik,
dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan inernal dari muatan listrik. Kapasitor memiliki
satuan yang disebut Farad, diambil dari nama Michael Faraday. Berkenaan dengan kemampuan
alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Satuan
dari kapasitansi kondensator adalah farad (F). Namun farad adalah satuan yang terlalu besar
sehingga digunakan awalan pada seperti pikofarad, nanofarad, mikrofarad, dan sebagainya.
(Paul A Tipler, 2007)
Kapasitor elektrostatik adalah kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik dari
keramik, film, kertas, dan mika. Keramik kertas dan mika adalah bahan yang populer serta
murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai
beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi.
(S Noor, N Saputera, 2014)
Kapasitor Elektrolitik atau biasa disebut kapasitor elektrolit terdiri dari bahan yang
dielektriknya terbentuk atas bahan metal-oksida. Umumnya, kapasitor yang termasuk pada
kelompok ini adalah kapasitor polar.
Kapasitor Elektrokemikal adalah jenis kapasitor baterai dan accu. Pada kenyataannya,
baterai dan accu ada kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan
arus bocor yang sangat kecil.
Lampu merupakan sebuah alat yang berfungsi sebagai alat penerang. Lampu ditemukan
pertama kali pada tahun 1878 oleh Thomas Alfa Edison dalam bentuk lampu pijar. Namun,
lampu pijar adalah jenis lampu yang boros, karena hanya sekitar 10% dari konsumsi energinya
menghasilkan cahaya, dan 90% sisanya hilang menjadi energi panas (Lampu untuk kandang
ayam).
Konsep dasar dari sebuah lampu adalah salah satu bentuk pemanfaatan radiasi
elektromagnetik yang dihasilkan dari transfer energi fisik maupun kimiawi yang terjadi pada
saat lampu menyala. Energi elektromagnetik tidak semuanya dapat terlihat oleh mata telanjang,
hanya gelombang antara 380 sampai 750 nm saja yang dapat dengan mudah diubah menjadi
terlihat oleh mata manusia. Gelombang yang terlihat oleh manusia itulah yang dihasilkan oleh
lampu. (D Riyanto, 2016)
Ada beberapa jenis lampu yang sering dijumpai di pasaran pada saat ini, yaitu lampu
incandescent atau lampu pijar, lampu fluorescent atau lampu TL, dan lampu hemat energi.
Untuk saat ini, penggunaan lampu hemat energilah yang paling efisien dalam pemakaiannya,
namun tidak semua lampu hemat energi dipakai oleh semua orang karena faktor pengetahuan
serta harga lampu yang lebih mahal. Oleh karena itu, dicari lah salah satu alternatifnya, yaitu
memasangkan kapasitor pada lampu TL.
Pemakaian kapasitor pada lampu TL beban lampu yang menghasilkan kriteria sesuai
dengan yang diharapkan (kualitas daya dan efisiensi semakin meningkat). Pada suatu jurnal
sains (D Riyanto, 2016), disebtukan bahwa penelitian mengenai pemasangan kapasitor pada
lampu TL dinyatakan berhasil dikarenakan kualtias daya dan efisiensi dari lampu meningkat.
Pada data yang dikumpulkan pada jurnal tersebut, dinyatakan bahwa lampu TL yang diberi
kapasitor sesuai dengan faktor daya yang tertera pada ballast masing-masing lampu maka
mengalami penurunan beban arus yang mengalir yang dapat diketahui berapa besar daya semu,
daya nyata, daya reaktif, serta total harmonic distorsion yang kemudia dibandingkan dengan
lampu emat energi yang telah diteliti.
Nilai distorsi harmonic LHE dilihat pada tabel pengukuran, dapat diketahui bahwa
lampu hemat energi menghasilkan harmonisa arus dengan THD yang besar sekali, sedangkan
untuk Besar THD harmonisa arus yang disebabkan oleh lampu fluorescent dengan ballast
konvensional lebih sedikit dibanding lampu LHE.
Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya kapasitor, arus listrik yang mengalir pada
piranti elektronik menjadi lebih teratur dan stabil. Karena hal tersebut, aliran listrik menjadi
lancar dan tak ada daya yang terbuang sia-sia. Selain itu, piranti elektronik yang dipasang
kapasitor akan menjadi lebih awet karena listrik yang stabil, tidak naik turun tersebut dapat
memperpanjang usia perangkat elektronik.
Selain itu, kabel instalasi tidak akan kelebihan beban daya. Kabel yang tidak kelebihan
beban daya tidak akan mengalami panas berlebihan pada sebuah instalasi listrik di rumah atau
tempat industri. Dan yang terakhir, dapat membuat listrik tidak mudah anjlok. Hal ini berkaitan
dengan poin di awal tadi, yaitu arus listrik menjadi lebih stabil. Perubahan daya listrik yang
tiba-tiba dan berubah ekstrim dapat merusak perangkat elektronik, bahkan dapat menyebabkan
ledakan.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kapasitor pada lampu TL dapat menurunkan
arus yang mengalir sehingga dapat memperbaiki faktor daya. Selain itu, penggunaan kapasitor
pada lampu TL juga dapat mempercepat lampu menyala sehingga daa semu atau daya lonjakan
waktu penyalaan dalam pemanasan lampu katoda pada neon dapat dikurangi hingga pada nilai
yang rendah.
Namun setelah dibandingkan tingkat keefisiensian dari kedua lampu tersebut, dapat
disimpulkan bahwa lampu hemat energi masih lebih hemat energi dibanding lampu LT yang
dipasangi kapasitor. Maka dari itu, perlu adanya peningkatan kualitas dalam berbagai hal dalam
upaya memajukan serta mencintai lingkungan bumi kita ini.
Daftar Pustaka
Jewett, J. W., & Serway, R. (2008). Physics for scientists and engineers with modern
physics. Vectors, 1(2).

Noor, S., & Saputera, N. (2014). Efisiensi Pemakaian Daya Listrik Menggunakan Kapasitor Bank. Poros
Teknik, 6(2), 73-79.

Riyanto, D. (2016). Pengaruh Pemakaian Kapasitor Pada Lampu TL Terhadap Efisiensi Daya Listrik
Rumah Tangga. Multitek Indonesia, 7(1), 45-53.

Serway, R. A., & Jewett, J. W. (2018). Physics for scientists and engineers. Cengage learning.

Tipler, P. A., & Mosca, G. (2007). Physics for scientists and engineers. Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai