Anda di halaman 1dari 4

Baterai penyimpan energi listrik (misalnya: PLTS) adalah baterai yang

digunakan untuk dapat menyimpan energi listrik dalam jumlah besar, kemudian
melepaskan energi listrik pada saat dibutuhkan untuk memasok kebutuhan beban
listrik. Proses discharge baterai (DOD) pada umumnya dapat dilakukan sampai 80%
dari kapasitas baterai. Proses DOD pada baterai tidak diperbolehkan lebih tinggi dari
80% karena dapat memperpendek usia pakai baterai tersebut. Berbeda dengan mode
otomotif di mana baterai harus memasok energi yang besar dengan cepat untuk
mengasut mesin penggerak dengan beban yang berat. Untuk mode penyimpan energi,
baterai hanya perlu memasok energi yang cukup dalam rentang waktu yang lama
untuk memenuhi kebutuhan beban listrik (Junaidi, 2016).
Dalam penelitian ini diberikan perhatian khusus pada pembangkitan energi
listrik pada baterai udara dengan bahan karbon aktif dan elektrolit yang digunakan
adalah air laut. Penggunaan baterai menggunakan aluminium foil, air laut dan karbon
aktif dapat menghasilkan baterai sederhana yang cukup kuat untuk menyalakan motor
kecil atau menyalakan lampu LED. Aktivitas ini menunjukkan reaksi oksidasi dan
reduksi - bagian integral dari kimia baterai [5]. Penggunaan oksigen atmosfir sebagai
zat pengoksidasi memiliki ekstensi terhadap reaksi redoks lainnya yang terjadi pada
korosi, metabolisme, dan pembakaran. Selain itu, partisipasi oksigen sebagai reaktan
dalam baterai aluminium-udara dapat digunakan untuk mengenalkan konsep sel
bahan bakar dan sumber energi alternatif. (Mardwianta, 2017).
Pada penelitian ini digunakan grafit dari batu baterai bekas sebagai elektroda
baik anoda maupun katoda sebagai pengganti elektroda grafit buatan Spex Industry,
Pemilihan penganti elektroda ini berdasarkan pada kenyataan bahwa semakin
menipisnya persediaan elektroda grafit buatan Spex Ind. Alasan dipilihnya grafit dari
batu baterai bekas sebagai bahan alternatif pengganti elektroda buatan Spekx Ind.
adalah bahwa grafit dari batu baterai mempunyai sifat fisis yang hampir sama dengan
elektroda grafit yaitu tahan pada suhu tinggi sehingga memungkinkan untuk analisis
unsur dengan menggunakan alat spektrograf emisi, disamping untuk memanfaatkan
barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang sangat bermanfaat.
Keuntungan menggunakan elektroda grafit antara lain adalah harganya relatif murah
dibandingkan elektroda logam karena pemurnian grafit untuk elektroda lebih
sederhana bila dibandingkan dengan pemurnian logam untuk dijadikan elektroda.
Sedangkan kerugian atau kelemahan elektroda grafit terutama terbentuknya spektrum
pita spektra sianogen pada pelat/film fotografi, hal ini mengganggu spektra unsur
yang dianalisis, walaupun spektra grafit (carbon) sendiri tidak begitu kompleks.
(Artadi, 2017).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan elektroda
campuran dari magnesium dan seng mampu menghasilkan arus 50-75 mA dengan
tegangan 0,4-0,6 V dan (Hongyang et al. 2009). Mursyidah et al. (2013) menyatakan
satu sel baterai air laut yang terbuat dari tembaga (Cu) dan seng (Zn) mampu
menghasilkan tegangan 0,75 V dengan arus 100 mA. Baterai air laut juga telah
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan antara lain lampu darurat, tenaga penggerak
kapal layar serta sangat potensial untuk dikembangkan pada perikanan bagan skala
kecil (Susanto, 2018).
Pemanfaatan mikroalga sebagai baterai ramah lingkungan, menggunakan
prinsip kerja sel volta. Sel volta merupakan bahan kimia dan penghantar listrik yang
membawa aliran elektron dari suatu kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang
tereduksi. Prinsip kerja sel volta, yaitu oksidasi melepaskan elektron oleh atom,
molekul atau ion dan reduksi memperoleh elektron oleh suatu partikel Prinsip
baterai mikroalga ini adalah mengganti bahan elektrolit pada baterai biasa dengan
pasta dari mikroalga, elektrolit baru.Wadah baterai botol film dan elektroda baterai
terdiri dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Elektroda positif berasal dari Tembaga (Cu)
dan elektroda negatif berasal dari Seng (Zn). Kedua elektroda tersebut dipasangkan
sebuah kabel, dan kabel tersebut dihubungkan ke benda yang akan dinyalakan. Pasta
mikroalga akan berperan sebagai elektrolit. Kemudian multimeter digunakan untuk
mengukur daya listrik yang dihasilkan dari mikroalga dan benda yang dinyalakan
akan menjadi indikator adanya listrik. Mikroalga berbentuk pasta mampu menjadi
sumber listrik terbarukan yang ramah lingkungan. Prinsip volta merupakan salah satu
uji yang digunakan untuk membuktikan bahwa mikroalga mampu menghasilkan
listrik dengan voltase yang sama dengan baterai. Pasta mikroalga, pada saat di uji,
mampu menyalakan LCD Clock dan LED yang voltasenya kurang dari 2.5 volt
(Gustini, 2014).

.
DAFTAR PUSTAKA

Artadi, A, dkk. 2017. Penggunaan Grafit Batu Baterai Sebagai Alternatif Elektroda
Spektrografi Emisi. Jurnal teknokimia Nuklir, 1(2),105-118.

Gustini, A.S, dkk. 2014. Baterai Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Mikroalga.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Junaidi, dkk. 2016. Migrasi Baterai Lithium dan Mode Otomatif ke Mode Penyimpan
Energi untuk Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Jurnal ELKHA,
8(2), 40-43.

Mardwianta, B. 2017. Pembangkitan Energi Listrik pada Baterai Udara dengan Bahan
Dasar Karbon Aktif dan Elektrolit Air Laut. SENATIK, 3, 44-51.

Susanto, A, dkk. 2018. Ujicoba DC Converter dengan Baterai Air Laut Cu-Zn
Sebagai Sumber Energi Lampu untuk Perikanan Bagan Tancap. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 8(1), 10-18.

Anda mungkin juga menyukai