Solar Cell Berbasis Nano Katalis yang Dapat Mengubah CO2 dan Sinar Matahari
Menjadi Bahan Bakar
(24030114120042)
(24030114120026)
(24030114120063)
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini para peneliti sedang gencar mengembangkan teknologi yang
renewable dan ramah lingkungan. Salah satu teknologi yang sudah diciptakan sekarang
adalah cell surya dimana cell surya ini dapat mengkonversi sinar matahari menjadi listrik
yang kemudian disimpan dalam baterai.Sel Surya sering kali disebut sel photovoltaic
yang adpat dartikan sebagai cahaya listrik. Sel Surya Bergantung pada efek photovoltaic
untuk menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan
bermuatan yang berlawanan. Sedangkan kita tahu bahwa minyak bumi sudah semakin
menipis, karena minyak bumi yang dapat dibuat menjadi bensin, solar dan bahan bakar
lain adalah bahan yang tidak dapat diperbaharui. Maka dari itu para peneliti sedang
mengembangkan teknologi sel surya yang unik dan efisien, salah satunya yaitu sel surya
yang yang dapat mengkonversi gas karbon dioksida (CO2) dan sinar matahari menjadi
Bahan Bakar.Dengan Inovasi tersebut, maka dua masalah penting dapat dipecahkan
sekaligus. Sebuah ladang cahaya matahari dari daun buatan tersebut bisa
menghilangkan karbon dioksida atmosfer menjadi bahan bakar yang memiliki energi
yang tinggi secara efisien.Sel Surya baru ini tidak bekerja secara fotovoltaik melainkan
fotosintesis.Sementara tanaman menghasilkan bahan bakar dalam bentuk gula,daun
buatan ini menghasilkan syngas,atau gas sintesi, campuran gas hidrogen dan karbon
monoksida.syngas dapat dibakar langsung,atau dikonversi menjadi diesel atau bahan
bakar hidrokarbon lainnya.
2. Rumusan Masalah
2.1.
Apa yang dimaksud Solar Cell berbasis Nano Katalis yang Dapat Mengubah
gas
2.2.
2.3.
3. Tujuan
3.1.
Dapat membuat solar Cell yang Unik dan efisien berbasis Nano Katalis yang
dapat mengubah gas CO2 dan sinar matahari menjadi Bahan Bakar.
Dapat Mengembangkan solar Cell yang lebih baik, sebagai teknologi
3.2.
4.1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terobosan sel surya baru dapat mengubah karbon dioksida di atmosfer langsung ke
syngas. Kerjanya terfokus pada keluarga senyawa nano-terstruktur yang disebut transisi
dichalcogenides logam - atau TMDCs - sebagai katalis, pasangan mereka dengan cairan ionik
tidak konvensional sebagai elektrolit dalam dua kompartemen, sel elektrokimia tiga
elektroda. katalis baru adalah 1.000 kali lebih cepat dari katalis mulia-metal - dan sekitar 20
kali lebih murah. Peneliti lain telah menggunakan katalis TMDC untuk menghasilkan
hidrogen dengan cara lain, tapi tidak dengan pengurangan CO2 (Asadi,2016)
TMDC adalah semikonduktor atom tipis dari jenis MX2, dengan M atom logam
transisi (Mo, W, dll) dan X atom khalkogen (S, Se, atau Te.). Satu lapisan atom M terjepit di
antara dua lapisan atom X. Sebuah monolayer MoS2 adalah 6.5 tebal.Penemuan graphene
menunjukkan bagaimana baru sifat fisik muncul ketika kristal massal dimensi makroskopik
menipis ke satu lapisan atom. Seperti grafit, TMDC kristal massal terbentuk dari monolayers
terikat satu sama lain dengan tarik Van-der-Waals. TMDC monolayers memiliki sifat yang
jelas berbeda dari graphene semimetal. (Wikipedia,2014)
2.4 Etil-metil-imidazolium tetrafluoroborate untuk larutan elektrolit
Larutan elektrolit yang digunakan adalah Etil-metil-imidazolium tetrafluoroborate.
Situs-situs aktif dari katalis diracuni dan teroksidasi. Terobosan ini adalah menggunakan
cairan ionik disebut etil-metil-imidazolium tetrafluoroborate, dicampur 50-50 dengan air.
Kombinasi air dan cairan ionik membuat co-katalis yang melindungi situs aktif katalis di
bawah kondisi reaksi reduksi yang keras
(Asadi,2016)
BAB III
PEMBAHASAN
Sel surya konvensional biasanya hanya mengubah sinar matahari menjadi listrik yang
harus disimpan dalam baterai. Berbeda dengan solar cell tersebut, solar cell ini pada dasarnya
memiliki cara kerja menyerupai tanaman. Yaitu mengubah karbon dioksida atmosfer menjadi
bahan bakar. Dengan inovasi tersebut, maka dua masalah penting dapat dipecahkan sekaligus.
Sebuah ladang cahaya matahari dari daun buatan tersebut bisa menghilangkan sejumlah
besar karbon dari atmosfer dan menghasilkan bahan bakar yang memiliki energi yang tinggi
secara efisien. Sel surya baru ini tidak bekerja secara fotovoltaik melainkan fotosintesis.
Energi yang dihasilkan dalam rute satu arah yang tidak berkelanjutan yang beraasal
dari bahan bakar fosil ke gas rumah kaca (CO2), prosesnya dapat membalikkan dengan
mendaur ulang karbon atmosfer menjadi bahan bakar menggunakan sinar matahari.
Sementara tanaman menghasilkan bahan bakar dalam bentuk gula, daun buatan ini
menghasilkan syngas, atau gas sintesis, campuran gas hidrogen dan karbon monoksida.
Syngas dapat dibakar langsung, atau dikonversi menjadi diesel atau bahan bakar hidrokarbon
lainnya.
Reaksi kimia yang mengubah CO2 menjadi bahan bakar karbon merupakan reaksi
reduksi, kebalikan dari oksidasi atau pembakaran. Para peneliti telah menjelajahi katalis yang
berbeda untuk mendorong pengurangan CO2, tetapi reaksi sejauh ini yang cukup efisien
adalah dengan mengandalkan logam mulia yang mahal seperti perak, pada golongan senyawa
nano-terstruktur
yang
disebut
transisi
dichalcogenides
logam
(transition
metal
dichalcogenides) atau TMDCs sebagai katalis. Pasangan senyawa tersebut dengan cairan
ionik tidak konvensional sebagai elektrolit dalam dua kompartemen, sel elektrokimia dan tiga
elektroda akan menjadikannya katalis dari proses reaksi kimia yang luar biasa.
Alat yang dipakai dalam percobaan solar cell untuk menghasilkan bahan bakar
Dalam terobosan ini, mereka menggunakan cairan ionik yaitu etil-metil-imidazolium
tetrafluoroborate, dicampur dengan 50-50 air.
Kombinasi air dan cairan ionik tersebutlah yang membuat yang melindungi situs aktif cokatalis bawah kondisi reaksi reduksi yang luar biasa, kata Salehi-Khojin.
UIC komponen dari daun buatan ini terdiri dari dua silikon sel triple-junction
fotovoltaik dari 18 sentimeter persegi untuk memanen cahaya. Diselenide tungsten dan sistem
cair co-katalis beserta ion pada sisi katoda; sedangkan kobalt oksida kalium elektrolit fosfat
di sisi anoda.
Ketika cahaya dari 100 watt per meter persegi (sekitar intensitas rata-rata cahaya mencapai
permukaan bumi) memberi energi pada sel, gelembung gas hidrogen dan karbon monoksida
naik dari katoda, sementara oksigen bebas dan ion hidrogen yang diproduksi di anoda.
Ion hidrogen berdifusi melalui membran ke sisi katoda, untuk berpartisipasi dalam reaksi
reduksi karbon dioksida.
HASIL
Hasil ini sesuai dengan penelitian eksperimental dan komputasi untuk mendapatkan
pengetahuan baru ke dalam sifat elektronik yang unik dari dichalcogenides logam transisi,
kata McCabe. Tim peneliti telah menggabungkan wawasan mekanistik ini dengan beberapa
teknik elektrokimia yang pintar untuk membuat kemajuan yang signifikan dalam salah satu
permasalahan utama katalis dalam bidang konversi energi dan lingkungan ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Solar sel dapat dibuat dari reduksi CO2 menjadi CO dengan menggunakan reaksi
elektrokimia. Katalis yang digunakan berupa Transition metal dichalcogenide(TMDC) yang
memiliki aktivitas 1.000 kali lebih cepat dari katalis mulia-metal - dan sekitar 20 kali lebih
murah. Larutan Elektrolit yang digunakan adalah Etil-metil-imidazolium tetrafluoroborate.
5.2 Saran
Melihat dari peluang usaha dan inoasi yang sangat besar, penulis beserta rekan sangat
menyarankan apabila ahli kimia di Indonesia meneliti lebih banyak tentang solar sel ini
sehingga dapat digunakan secara luas di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Asadi,dkk. 2016.Nanostructured transition metal dichalcogenide
electrocatalysts for CO2 reduction in ionic liquid .Electrochemistry: VOL 353