Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

GERAK SENTRAL
Tujuan Instruksional Khusus : - Menjelaskan gerak gaya sentral.
- Menjelaskan diferensial orbit.
- Menjelaskan orbit partikel sebagai pengaruh gaya sentral.
- Menjelaskan orbit ellips, hyperbola, parabola
- Menunjukkan hukum keppler pada gerak planet.
4.1 Gaya Sentral Gaya sentral adalah gaya yang bekerja pada suatu partikel yang
arahnya menuju atau meninggalkan satu titik tetap. Kita tinjau
suatu partikel massa m ditarik menuju titik O oleh gaya sebesar
mP, dengan P adalah gaya persatuan massa. Diperjanjikan gaya
yang menuju titik (gaya tarik) bertanda negatif dan sebaliknya.
Persamaan gerak partikel dalam koordinat kartesian dapat
dinyatakan dengan,
mpx
mx  ...................................................(4.1a)
r
mpy
my  ....................................................
r
(4.1b)
Dengan r2 = x2 – y2
Andaikan P sebanding dengan jarak r misalkan
P = k2r .......................................................(4.2)
Dengan k = konstanta
Persamaan gerak berubah menjadi,
x  k2x = 0 .....................................................
(4.3a)
y – k2y = 0 …………………………………..
(4.3b)
Persamaan differensial di atas mempunyai penyelesaian dengan
bentuk,
x = A coskt + B sinkt ..………………………………...(4.4a)
y = C coskt - D sinkt ………………………………....(4.4b)
bila persamaan (4.4a) dan persamaan (4.4b) dikombinasakan
didapatkan,
C x = A C coskt + B C sinkt
A y = A C coskt + A D sinkt
Selanjutnya,
Sin2kt = (Cx – Ay)2/(BC – AD)2
Cos2kt = (Dx – By)2/(AD – BC)2
Karena sin2kt + cos2kt = 1 maka,
(Cx – Ay)2 + (Dx – By)2 = (BC – AD)2 …………………(4.5)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa orbit dibawah pengaruh
gaya sentral yang sebanding dengan jarak berupa ellips yang
mempunyai pusat sebagai pusat gaya. Konstanta-konstanta
persamaan diatas dapat diperoleh dari syarat batas yang
diajukan, misalnya pada t = 0, posisi partikel x = a, y = 0 dan
kecepatan partikel x  = 0, y  = vo. Substitusikan ke dalam
persamaan (4.4a). persamaan (4.4b) dan persamaan
differensialnya diperoleh,
0 = C + D.0, C = 0
0 = 0 – B.k, B = 0
A = A.1, A=a
vo = 0 + D.k, D = (vo/k) sinkt, sehingga
x2 y2 v o2
+ = 1, adalah persamaan ellips dengan b 2
=
a2 b2 k2
Karena garis gaya melalui O menyebabkan moment gaya
terhadap O nol atau momentum sudut terhadap O adalah
konstan. Dalam koordinat polar momentum sudut L = mr 2θ.
Didefinisikan h adalah momentum sudut persatuan massa,
maka
h = r2θ = konstan .......................................................(4.6)
Dengan, r dan θ adalah komponen koordinat polar.
Bila terdapat partikel bergerak dan menempuh lintasan dθ,
1 2
maka luasan yamng ditempuh adalah, dA = r dθ, seperti
2
terlihat pada Gambar (4.1). kecepatan perubahan luasnya
adalah,
1 2 1
A= r dθ = h .........................................................
2 2
(4.7)
Jadi dalam pengaruh gaya sentral, partikel mempunyai
kecxepata perubahan luas yang tetap.

Gambar 4.1. Luasan dA oleh lintasan dθ


4.2 Persamaan Differensial Untuk membahas persamaan differensial orbit, didefinisikan
Orbit besaran U sebagai,
U = 1/r ........................................................(4.8)
Dari persamaan (4.8) didapatkan,
 = hU2
Sehingga kecepatan partikel adalah,
1 dU d 1 dU 
r = 2 =- 2  .........................................
U d dt U d
(4.9a)
dU
r = - h
d
Percepatan partikel dapat dinyatakan dengan,
d2U  2
2 2 d U
r = -h  = - h U ..........................................
d 2 d 2
(4.9b)
2
 2 = -h2U2 ( d U - U2)
r - r. 
d 2
Bila persamaan (4.9a) dan persamaan (4.9b) digabungkan akan
didapatkan,
dU 2
r + r. 
 2 = h2 (( ) + U2) ...........................................
d
(4.10)
Dalam koordinat polar diperoleh.
v = r = r i + r 
 j
1 d
a = v
 = ( r - r. 
 2)i + (r2. 
 )j
r dt
Dengan :
r - r. 
 2 = komponen percepatan sepanjang vektor posisi.
1 d
(r2. 
 ) = komponen percepatan tegak lurus vektor posisi.
r dt
Bila gaya sentral berarah menuju titk O, diperoleh,
r – r.  2=–P
Substitusikan ke dalam persamaan (4.9b) diperoleh,
d2U
h2U2( +U) = P ........................................................
d 2
(4.11)
d2U P
+U= 2 2
d 2
h U
Persamaan (4.11) merupakan persamaan differensial orbit dari
suatu partikel yang bergerak dibawah pengaruh gaya sentral
persatuan massa P.
Dalam koordinat polar energi kinetik persatuan massa (T) dapat
dituliskan sebagai,
1
T= (r
 2 – r2. 
 2)
2
1 2 dU 2
T= h (( ) + U2)
2 d
Persamaan energi T + V = E (semua energi dinyatakan dalam
persatuan massa) sehingga,
1 2 dU 2
h (( ) + U2) = E + V
2 d
dU 2 2( E  V )
( ) + U2 = .................................................
d h2
(4.12)
Persamaan differensial diatas menyatakan hubungan antara
posisi U dengan energi potensial yang dipunyai partikel.
Untuk persamaan gaya gerak sentral adalah :
1 L2 2 d 2 U L2 3
F  = – U – U
U m d 2 m
dimana :
1
U= dan L = m.r2.θ
r
Contoh 1. Sebuah partikel bergerak di dalam orbit spiral dengan
persamaan gerak r = k., dengan k adalah konstanta. Tentukan
persamaan gerak gaya sentralnya?
Penyelesaian : 1 1 r
r = k. U= U= =
r k. k
dU 1 d2U 2
=– =
d k. 2
d 2
k. 3
1 L2 2 d 2 U L2 3
F  = – U – U
U m d 2 m
1 L2  1   2 
2 3
L2  1 
F  = –     –  
U m  k.   k. 3  m  k. 
1 L2 2 L2 1 r
F  = – – , untuk  =
U
  m k .
3 5
m k .
3 3 k
L2 2.k 5 L2 k 3
F(r) = – –
m k 3 .r 5 m k 3 .r 3
2 2
2L .k L2
 F(r) = – –
m.r 5 m.r 3
4.3 Orbit Partikel Sebagai Gaya sentral yang sering kali kita temui adalah gaya sentral
Pengaruh Gaya Sentral yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Misalnya
interaksi antara planet dengan bumi atau interaksi antar partikel
bermuatan. Dengan dasar itulah pembahasan pada bagian ini
dibatasi hanya untuk gaya yang dimaksud. Tinjau suatu pertikel
yang padanya bekerja gaya persatuan massa ke arah pusat
koordinat sebesar
k
P  2  k.U 2 ...........................................................
r
(4.13)
Dari persamaan (4.11) dan (4.13) diperoleh
d2U k
U 2
d 2
h
Persamaan differensial di atas mempunyai penyelesaian dalam
bentuk
k
U  2  C. cos(   0 ) .....................................................
h
(4.14)
dengan C dan  0 adalah konstanta integrasi.
Hubungan U dengan energi mekanik persatuan massa seperti
tertulis dalam persamaan (4.12)
2
 dU  2(E  V )
 U 
2

 d  h2
dengan, harga E konstan.
Karena gaya sentral merupakan gaya konservatif, energi
potensial persatuan massa adalah:
F
V   dr   P dr
m
k
V   kU
r
Dari penggambaran ketiga persamaan terakhir ini diperoleh hasil,
k2 k 2  k2 
C2  4
 2C 2
cos(   0 )  
2 
E  2
 Ck cos(   0 ) 
h h h  h 
atau,
k 2 2E
C2 

h4 h2
Dengan membuat  0 =  , persamaan (4.14) berubah menjadi,
k k 2 2E
U  cos  
h2 h4 h2
k  2 
U 1  cos  1  2Eh  ......................................(4.15)
h2  k2 
 
Bentuk konik dalam koordinat polar dituliskan dalam
persamaan,
1
U (1  e cos ) ........................................................
L
(4.16)
dengan L = semi lactus rectum
e = eksentrisitas
Dengan membandingkan persamaan (4.15) dan (4.16) diperoleh
h2 2Eh 2
L dan e  1  2
k k
Bentuk-bentuk conik:
- ellips (e < 1) atau (E < 0)
- parabola (e = 1) atau (E = 0)
- hiperbola (e > 1) atau (E > 0)
- lingkaran (e = 0)
Orbit suatu partikel yang ditarik menuju pusat tetap oleh gaya
yang berbanding terbalik dengan jaraknya adalah merupakan
conik yang mempunyai pusat gaya sebagai fokus.
4.3.1 Orbit Ellips Ellips adalah suatu kurva dimana titik-titik pada kurva berlaku
ketentuan jumlah jarak terhadap titik fokus F dan F’ selalu
konstan.
FP+F’P = konstan
r + r’ = 2 a ............................................................(4.17)
dengan, a= sumbu semi mayor ellips.

Gambar 4.2. Orbit Ellips


Dari gambar (4.2) dan persamaan (4.16) diperoleh
r1 + r2 = 2a
1 1
r1  
1  e cos  1  e
1 1
r2  
1  e cos  1  e
1 1
  2a
1 e 1 e
sehingga
1= a(1 – e2) ............................................................(4.18)
Substitusikan dalam persamaan (4.16) diperoleh
a (1  e 2 )
r
1  e cos 
Persamaan ini adalah persamaan orbit ellips dalam koordinat
polar. Jarak antar fokus dapat dinyatakan dengan,
FF’ = r2 – r1
2.a.L
FF'   2 a.e
1 e2
Jika partikel berada pada P’ maka,
FP’ + F’P’ = 2a atau FP’ = a
Sumbu semi minor b,
b2= a2-a2.e2
b2 = a2(1 – e2)
Semi lactus rectum (L) adalah kuadrat sumbu minor dibagi
sumbu semi mayor,
b2
L  a (1  e 2 )
a
h2 2Eh 2
 a (1  (1  ))
k k2
k
a
2E
Untuk harga E < 0
Dari persamaan energi,
E=T+V
1 2 k
v  E
2 r
1 2 k k
v  
2 r 2a
2 1
v 2  k(  ) ...........................................................(4.19)
r a
4.4.2 Orbit Hyperbolik Hyperbolik adalah suatu kurva dimana untuk titik pada kurva
berlaku ketentuan perbedaan jarak terhadap kedua fokus adalah
konstan.
FP – F’P = konstan
r – r’ = 2a ............................................................(4.20)
dengan, 2a adalah jarak 2 titik puncak. Bentuk orbit Hyperbolik
dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4. Orbit Hyperbolik
Persamaan orbitnya dalam koordinat polar
a (e 2  1)
r
1  e cos 
4.4.4 Orbit Parabola Parabola adalah kurva yang jarak titik pada kurva terhadap garis
tetap (directrik) sama besar dengan jarak terhadap titik fokus.
Dari gambar (4.4) diperoleh,
a  r  r cos(180  )
a  r (1  cos )
2a
r ...........................................................
1  e cos 
(4.21)
Persamaan (4.21) adalah persamaan orbit parabola dalam
koordinat polar.

Gambar 4.4. Orbit Parabola


4.4 Hukum Keppler Keppler menyatakan 3 hukum gerak planet sebagai dasar dari
observasinya sebelum hukum Newton tentang gerak dituliskan.
Adapun keiga hukum tersebut adalah
1. Planet-planet mengelilingi matahari dalam orbit yang
berbentuk ellips dengan matahari berada di salah satu
fokusnya sebagai pusat gaya.
2. Garis hubung antara planet dengan matahari melintasi
luasan yang sama dalam waktu yang sama atau kecepatan
perubahan luasan adalah konstan.
3. Kudrat periode planet mengelilingi matahari berbanding
lurus dengan pangkat tiga sumbu semi mayor dari orbit
(sumbu panjang orbit).
Ketiga hukum dapat dibuktikan sebagai berikut,
1
A h
2
dA 1
  ka (1  e 2
dt 2
2a.a 1  e 2

ka (1  e 2 )

2 a 4 a3
  2
ka k
4 2 3
2  a
k
Aplikasi dari hukum Kepler ketiga dapat dilihat beberapa
planet dan beberapa satelit bumi, seperti terlihat pada tabel 4.1
di bawah ini,
Tabel 4.1. Aplikasi Hukum Ketiga Kepler pada Planet dan Satelit
Planet-Planet e A(x107 km) T (tahun) A3T2
Mercurius 0,206 5,79 0,24 3,39 x 1018
Venus 0,007 10,82 0,62 3,31 x 1018
Bumi 0,017 14,96 1,00 3,36 x 1018
Mars 0,093 22,79 1,88 3,37 x 1018
Jupiter 0,048 77,83 11,86 3,37 x 1018
Saturnus 0,055 142,7 29,46 3,36 x 1018
Uranus 0,047 286,9 84,01 3,36 x 1018
Neptunus 0,009 449,8 164,97 3,37 x 1018
Pluto 0,249 590,0 248,4 3,35 x 1018
Satelit-Satelit
Cosmos 382 0,260 18,117 143 2,91 x 1018
ATS 2 0,455 24,123 219,7 2,91 x 1018
Explorer 28 0,952 273,740 8,4 x 1013 2,91 x 1018
Contoh 2. Sebuah satelit dengan massa 2500 kg mengelilingi bumi dengan
orbit ellips. Bila titik terjauh dari bumi (apogee) = 3600 km
sedangkan titik terdekat dari bumi (perigee) = 1100 km.
Hitunglah energi dan momentum angular satelit?
Penyelesaian : a) 2a = Re + Da + Dp
= 2 (6400 km) + (3600 km) + (1100 km) = 17500 km
Energi satelit di dalam orbit ellips didapat dari hubungan,
k GMm
E  dan GMm  mg Re 2
2a 2a
GMm = mg Re2
= (2500 kg)(9,8 ms-2)(6400 x 103 m)2
= 10,04 x 1017 J.m
E = – (10,04 x 1017 J.m) (17500 x 103m ) = – 7,73 x 1010 J
Energi satelit sebelum ’launching’ adalah E1
GMm mg Re 2
E1 =    mg Re
Re Re
= – (2500kg) (9,8 ms-2) (6400 x 103m)
= – 15,68 x 1010 J
b) e (eksentrisitas) dari orbit ellips adalah,
da  dp
e  (2500km) /(17500km)  1 / 7
2a
Dari hubungan e dan L didapatkan
mk 2 (e 2  1)
L = 1,47 x 1014 kg m2/s.
2E

Program Studi Fisika


Universitas Lambung Mangkurat Problem Set 4
Mekanika
Gaya Sentral
K
1. Suatu partikel bermassa m dikenai gaya sentral F(r )   r̂ , dengan K > 0. Tentukan
r3
momentum anguler (L) bila partikel dalam orbit lingkaran.
2. Sebuah partikel dengan massa m bergerak dibawah pengaruh gaya sentral dengan energi
potensial V(r) = K.r2, dengan K > 0. Tentukan :
a. Persamaan gaya sentralnya F(r)
b. Periode bila bergerak dalam orbit lingkaran.
 
3. Terhadap sebuah partikel yang bermassa m bekerja gaya sebagai berikut : F( r )  F( r ) r̂ ,

dimana r adalah vektor posisi dari titik asal sumbu koordinat ke suatu titik yang berjarak r.

a. Periksalah apakah gaya ini adalah gaya konservatif. Tentukanlah torka  yang bekerja pada
partikel tersebut. Apa konsekuensi dari torka yang bekerja ini pada vektor momentum sudut

L dari partikel tersebut ? Kesimpulan apa yang dapat ditarik bagi lintasan partikel tersebut
dari pernyataan mengenai momentum sudut di atas ?
b. Tuliskan persamaan gerak dari partikel yang dipengaruhi gaya sentral di atas. Tentukan

pula besarnya vektor momentum sudut L di atas.
c. Dari persamaan gerak bagian radial di atas (soal nomor b), dengan substitusi U = 1/r,
tunjukkan bahwa persamaan gerak bagian radial tersebut dapat diubah menjadi persamaan
yang menyatakan kebergantungan jarak r terhadap sudut polar  :
d2U m
  U  2 2 F( U1 )
d 2
LU
dr
d. Dengan mengalikan persamaan gerak bagian radial di atas dengan faktor dan
dt
mengingat bahwa besarnya momentum sudut adalah konstan, L  mr 2  , turunkan
persamaan energi total E (yang konstan) berikut :
L2
E  V(r )  12 mr 2 
2mr 2
Ingat definisi energi potensial : V( r )    F( r ) dr
e. Dengan substitusi U = 1/r, ubahlah persamaan energi di atas menjadi
2
L 2  dU  L2
   U 2  V  U1   E
2 m  d  2m
4. Sebuah partikel dengan massa m bergerak dalam orbit ellips dengan gaya sentral pada salah
k
satu fokusnya adalah 2 , dengan k = konstanta. Tunjukkan bahwa kecepatan v dari partikel
r
2 1
adalah v2 = k    , dengan a = sumbu semi major.
r a
5. Comet Halley dengan eksentrisitas (e) = 0,967 dan jarak perihelon 89 x 10 7 km. Hitunglah
periode waktu dari orbitnya.

6. Sebuah komet mengitari matahari dengan kecepatan 10 km/s


pada titik aphelion dan 80 km/s pada titik perihelion. Jika Rp
kecepatan bumi dalam orbit lingkaran adalah 30 km/s dan va
jari-jari orbitnya 1,5  10 8 km. Hitung jarak aphelion dari sun
komet (Ra). Petunjuk : lihat gambar di samping ini, dan Ra
vp
hitung massa matahari dari orbit bumi (persamaan gerak).
7. Komet Halley yang memiliki perioda 76 tahun, mengorbit matahari dalam orbit elips,
1 
r dimana r adalah jaraknya dari matahari (berada pada titik fokus dari elips) dan 
1   cos 
adalah sudut vektor posisinya terhadap sumbu panjang (major) dari elips, konstanta  adalah
eksentrisitas orbit dan  adalah konstanta. Orbit elips komet Halley ini sangat lonjong (dengan
eksentrisitas orbit  = 0,967) bila dibandingkan dengan orbit bumi yang dianggap berbentuk
lingkaran dengan jari-jari 1,5  1011 m. Hukum Keppler menyatakan bahwa perioda kuadrat dari
orbit benda tata surya sebanding dengan panjang sumbu major elips pangkat tiga. Tentukan
jarak terjauh dan jarak terpendek dalam orbit komet ini dari matahari.

8. Sebuah roket satelit bergerak mengeliling bumi dengan orbit lingkaran pada jari-jari r 0. Jika
roket tersebut dinyalakan dalam waktu yang sangat singkat, kecepatan satelit meningkat 15 %.
Tentukan persamaan orbit satelit sekarang dan tentukan jarak terjauhnya dengan bumi (apogee).

Anda mungkin juga menyukai