HIDROGEN
VII
7.1. Persamaan Schrodinger untuk Atom Hidrogen
Simetrinya menentukan pilihan koordinat polar.
Sebuah atom hidrogen terdiri atas sebuah proton, partikel yang bermuatan listrik +e,
dan sebuah elektron, partikel yang bermuatan –e yang 1,836 lebih ringan dari proton. Untuk
kemudahan, kita akan menganggap protonnya diam dengan elektron bergerak disekelilingnya
tetapi dicegah untuk melarikan dirinya oleh medan listrik proton. Seperti dalam teori atom
Bohr, koreksi gerak proton dapat dilakukan dengan mengganti massa elektron m dengan
masssa tereduksinya yang dinyatakan dalam persamaan berikut :
=
Persamaan Schrodinger untuk elektron dalam tiga dimensi yang harus kita pakai
untuk persoalan atom hidrogen, ialah :
+ ( ) =0 ...................................................................(7.1)
117
x = r sin cos 𝞍
y = r sin sin 𝞍
z = r cos
(a)
Gambar 7.1 (a) Koordinat polar berbentuk bola. (b) garis sudut zenit konstan pada bola
merupakan lingkaran yang bidangnya tegak lurus sumbu z. (c) Garis sudut azimut 𝞍 konstan
adalah lingkaran yang bidangnya melalui sumbu z.
𝞍 = sudut antara proyeksi vektor jari-jari dalam bidang xy dan sumbu +x, diukur menurut
arah yang ditunjukkan pada gambar.
= sudut azimut
=
118
Pada permukaan bola di O, garis sudut zenit konstan serupa dengan garis lintang
pada bola bumi (kita perhatikan bahwa harga sebuah titik tidak sama dengan lintang ; =
90o pada khatulistiwa, tetapi untuk lintang khatulistiwa ialah 0o), garis sudut azimut konstan
𝞍 serupa dengan bujur bola bumi (di sini defenisinya bersesuaian jika sumbu bumi diambil
sebagai sumbu +z dan sumbu +x terdapat pada 𝞍 = 0o).
Dalam koordinat polar berbentuk bola persamaan Schrodinger ditulis sebagai berikut:
() + ()+ + (E – V) = 0 ..........................(7.3)
Substitusikan persamaan (7.2) untuk energi potensial V dan kalikan seluruh seluruh
persamaan dengan r2 sin2 kita dapatkan :
( ) + sin ( )
Atom hidrogen
++ ( ) =0 ....................................(7.4)
119
Bilangan kuantum utama merupakan fungsi jarak yang dihitung dari inti atom (sebagai
titik nol). Jadi, semakin besar nilai n, semakin jauh jaraknya dari inti. Oleh karena peluang
menemukan elektron dinyatakan dengan orbital maka dapat dikatakan bahwa orbital berada
dalam tingkat-tingkat energi sesuai dengan bilangan kuantum utama (n). Pada setiap tingkat
energi terdapat satu atau lebih bentuk orbital. Semua bentuk orbital ini membentuk kulit
(shell). Kulit adalah kumpulan bentuk orbital dalam bilangan kuantum utama yang sama.
Kulit-kulit ini diberi lambang mulai dari K, L, M, N, ..., dan seterusnya. Hubungan
bilangan kuantum utama dengan lambang kulit sebagai berikut :
Jumlah orbital dalam setiap kulit sama dengan n2, n adalah bilangan kuantum utama.
Contoh:
Berapa jumlah orbital pada kulit L?
Penyelesaian:
Jumlah orbital dalam kulit L (n = 2) adalah 22 = 4.
Untuk ion-ion yang memiliki satu elektron seperti He+, Li2+, dan Be3+, persamaannya
diubah menjadi :
= eV .......................................................................................................(7.6)
120
Contoh
untuk kulit L, n = 2 jadi jumlah maksimal elektron yang mengisi kulit L adalah 2 x 22 = 8
elektron.
Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa menurut teori Bohr, besarnya momentum
sudut elektron sama dengan tetapan Planck dikalikan bilangan bulat, atau secara matematis
dituliskan:
atau mvr = .................................................................................(7.8)
v=
dengan :
r = jari-jari orbit elektron (m)
h = tetapan Planck (6,63 X 10-34 J.s)
v = kecepatan orbit elektron
m = massa elektron (kg)
n = bilangan bulat
Nilai n sesuai dengan nama kulit seperti yang telah disebutkan.
121
azimut sama dinamakan subkulit. Jadi, bilangan kuantum azimut dapat juga menunjukkan
jumlah subkulit dalam setiap kulit. Masing-masing subkulit diberi lambang dengan s, p, d,
f,…, dan seterusnya. Hubungan subkulit dengan lambangnya adalah sebagai berikut.
Bilangan kuantum azimut (l) 0 1 2 3 ...
Lambang subkulit s p d f ...
Contoh:
Pada kulit K (n = 1), nilai ℓ memiliki harga 0 maka pada kulit K hanya ada satu subkulit atau
satu bentuk orbital, yaitu orbital s.
Pada kulit L (n = 2), nilai ℓ memiliki harga 0 dan 1 maka pada kulit L ada dua subkulit, yaitu
orbital s dan orbital p (jumlahnya lebih dari satu).
√ ( ) ......................................................................................................(7.9)
Dimana
Dengan :
h = konstanta planck
l = bilangan kuantum azimuth
L = Momentum sudut elektron
Karena Momentum sudut adalah besaran vektor, maka arah momentum sudut dinyatakan
dengan “ Kaidah Genggaman Tangan Kanan “,dimana :
Arah lipatan empat jari tangan menunjukkan arah putaran elektron
Arah Ibu jari menunjukkan arah Momentum sudut elektron
122
Menentukan bentuk orbit elektron, dimana makin kecil bilangan kuantum orbital (l =
0) orbitnya berbentuk elips yang sangat pipih, dan makin besar bilangan kuantum orbital
ellipsnya makin besar, sampai pada bilangan kuantum orbital terbesar lintasan elektron
berbentuk lingkaran.
Bentuk orbital
Bentuk orbital ditentukan oleh bilangan kuantum azimut. Bilangan kuantum ini
diperoleh dari suatu persamaan matematika yang mengandung trigonometri (sinus dan
cosinus). Akibatnya, bentuk orbital ditentukan oleh bentuk trigonometri dalam ruang.
1. Orbital-s
Orbital-s memiliki bilangan kuantum azimut, ℓ = 0 dan m = 0. Oleh karena nilai m
sesungguhnya suatu tetapan (tidak mengandung trigonometri) maka orbital-s tidak memiliki
orientasi dalam ruang sehingga orbital-s ditetapkan berupa bola simetris di sekeliling inti.
Permukaan bola menyatakan peluang terbesar ditemukannya elektron dalam orbital-s. Hal ini
bukan berarti semua elektron dalam orbital-s berada di permukaan bola, tetapi pada
permukaan bola itu peluangnya tertinggi (≈ 99,99%), sisanya bolehjadi tersebar di dalam
bola, lihat Gambar 7.4.
Gambar 7.4. Peluang keberadaan elektron dalam atom. Peluang terbesar ( ≈ 99,99%) berada
pada permukaan bola.
123
2. Orbital-p
Orbital-p memiliki bilangan kuantum azimut, ℓ = 1 dan m = 0, ±l. Oleh karena itu,
orbital-p memiliki tiga orientasi dalam ruang sesuai dengan bilangan kuantum magnetiknya.
Oleh karena nilai m sesungguhnya mengandung sinus maka bentuk orbital-p menyerupai
bentuk sinus dalam ruang, seperti ditunjukkan pada Gambar 7.5.
Ketiga orbital-p memiliki bentuk yang sama, tetapi berbeda dalam orientasinya.
Orbital-px memiliki orientasi ruang pada sumbu-x, orbital-py memiliki orientasi pada sumbu-
y, dan orbital-pz memiliki orientasi pada sumbu-z. Makna dari bentuk orbital-p adalah
peluang terbesar ditemukannya elektron dalam ruang berada di sekitar sumbu x, y, dan z.
Adapun pada bidang xy, xz, dan yz, peluangnya terkecil.
3. Orbital-d
Orbital-d memiliki bilangan kuantum azimut ℓ = 2 dan m = 0, ±1, ±2. Akibatnya,
terdapat lima orbital-d yang melibatkan sumbu dan bidang, sesuai dengan jumlah bilangan
kuantum magnetiknya. Orbital-d terdiri atas orbital-dz2, orbital- dxz, orbital-dxy, orbital-dyz,
dan orbital-dx2−y2 (perhatikan Gambar 7.6.)
124
Orbital dxy, dxz, dyz, dan dx2− y2 memiliki bentuk yang sama, tetapi orientasi dalam
ruang berbeda. Orientasi orbital-dxy berada dalam bidang xy, demikian juga orientasi orbital-
orbital lainnya sesuai dengan tandanya. Orbital dx2− y2 memiliki orientasi pada sumbu x dan
sumbu y. Adapun orbital dz2 memiliki bentuk berbeda dari keempat orbital yang lain.
Orientasi orbital ini berada pada sumbu z dan terdapat “donat” kecil pada bidang-xy. Makna
dari orbital-d adalah, pada daerah-daerah sesuai tanda dalam orbital (xy, xz, yz, x2–y2, z2)
menunjukkan peluang terbesar ditemukannya elektron, sedangkan pada simpul-simpul di luar
bidang memiliki peluang paling kecil.
Bentuk orbital-f dan yang lebih tinggi dapat dihitung secara matematika, tetapi sukar
untuk digambarkan atau diungkapkan kebolehjadiannya sebagaimana orbital-s, p, dan d.
Kesimpulan umum dari hasil penyelesaian persamaan Schrodinger dapat dirangkum
sebagai berikut :
Setiap orbital dicirikan oleh tiga bilangan kuantum n, ℓ, dan m yang memiliki ukuran,
bentuk, dan orientasi tertentu dalam ruang kebolehjadian.
Elektron-elektron yang menghuni orbital memiliki spin berlawanan sesuai temuan Stern-
Gerlach.
Secara lengkap, peluang keberadaan elektron dalam atom dapat Anda lihat pada Tabel 1
0 0 2s , 2
2 8
1 -1,0,+1 2p , 6
0 0 3s , 2
3 1 -1,0,+1 3p , 6 18
2 -2,-1,0,+1,+2 3d , 10
0 0 4s , 2
1 -1,0,+1 4p , 6
4 32
2 -2,-1,0,+1,+2 4d , 10
3 -3,-2,-1,0,+1,+2,+3 4f , 14
125
Contoh
Menentukan Bilangan Kuantum.
Di antara set bilangan kuantum berikut, manakah set bilangan kuantum yang diizinkan?
n= 4, ℓ= 4, m= +3, s= +1/2
n= 3, ℓ = 2, m= –3, s= –1/2
n= 1, ℓ = 0, m= 0, s= +1/2
Jawab
Terlarang sebab untuk n = 4 maka nilai ℓ yang dibolehkan adalah n – 1 atau ℓ = 3.
Terlarang sebab untuk ℓ = 2 maka nilai m yang mungkin adalah –2, –1, 0,+1, +2.
Contoh:
Untuk ℓ = 1, nilai bilangan kuantum magnetik, m = 0, ± 1, atau m = –1, 0, +1.
Untuk ℓ = 2, nilai bilangan kuantum magnetik adalah m = 0, ± 1, ± 2, atau m = –2, –1, 0, +1,
+2.
126
Subkulit-d (ℓ = 2) memiliki harga m = –2, –1, 0, +1, +2. Artinya, subkulit-d memiliki
lima buah orientasi dalam ruang (5 orbital), yaitu pada bidang -xy dinamakan orbital dxy,
pada bidang-xz dinamakan orbital dxz, pada bidang-yz dinamakan orbital dyz, pada sumbu
x2–y2 dinamakan orbital dx2-y2 , dan orientasi pada sumbu z2 dinamakan orbital dz2 . Contoh
orientasi orbital dapat dilihat pada Gambar 7.4.
127
Nama ini diambil dari nama seorang Fisikawan Belanda Zeeman, yang mengamati
efek itu pada 1896. Efek Zeeman merupakan bukti yang jelas dari kuantitasi ruang dalam
medan magnetik, suatu keadaan dengan bilangan kuantum orbital/terpecah menjadi 2l+ 1
subkeadaan. Akan tetapi, kerena perubahan Δml, terbatas pada ml = 0, ± 1, Anda dapat
mengharapkan bahwa garis spektral yang timbul dan transisi antara dua keadaan dengan l
berbeda hanya terpecah menjadi tiga komponen. Efek Zeeman normal terdiri atas garis
spektral berfrekuensi vo, yang terpecah menjadi tiga kompon berfrekuensi.
=-=-
B
Efek Zeeman normal = ...........................................(7.10)
=+=+ B
Efek Zeeeman normal benar-benar teramati dalam spektrum beberapa unsur dalam
lingkungan tertentu, tetapi seringkali tidak teramati, melainkan empat, enam atau lebih
komponen bisa muncul dan walaupun tiga kommponen yang muncul jarak antaranya tidak
cocok dengan persamaan Efek Zeeman Normal.
Dalam usaha untuk menerangkan struktur halus garis spektral dan efek Zeeman
anomalous, S.A Goudsmit dan G.E Uhlenbeck dalam tahun 1925 mengusulkan bahwa
elektron memiliki momentum sudut intrinsik yang bebas dari momentum sudut orbitalnya
dan berkaitan dengan momentum sudut itu terdapat momentum magnetik.
Apa yang ada dalam pikiran Goudsmit dan Uhlenbeck ialah suatu gambaran klasik
dari elektron sebagai bola bermuatan yang berputar pada sumbunya. Putaran ini berkaitan
dengan momentum sudut dan arena elektron bermuatan negatif maka momen magnetik µs
yang arahnya berlawanan dengan arah vektor momentum sudut Ls.
128
Contoh Soal
Sampel unsur tertentu diletakkan dalam medan magnetik 0,30 T dan tereksitasi
secukupnya. Berapakah jarak antara komponen Zeeman garis spektral 450 nm dari unsur
ini?
Jawaban :
Jarak antara komponen Zeeman ialah
v=
Karena v = dv = - c , sehingga tanpa menghiraukan tanda minusnya,
==
( ) ( )( )
=
( )( )( )
Soal-soal
129