Anda di halaman 1dari 27

DILATASI

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geometri Transformasi
Dosen Pengampu: Bintang Wicaksono, M. Pd

Disusun oleh:

Kelas 6A1
1. Fenny Ayu Anggraeni (14144100011)
2. Triwahzudi (14144100018)
3. Paryati Dwi Jayanti (14144100021)
4. Yuni Kusminingsih (14144100022)
5. Ita Sari (14144100027)
6. Selviana Eka Yulyanti (14144100033)
7. Amirul Anisa Nur F. (15144100111)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2017
KESEBANGUNAN

Berikut ini akan dibahas transformasi yang mengubah besar benda tetapi bangunnya tetap.

4.1 SIMILARITAS
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai pasangan dua benda yang
bangunnya sama tetapi besarnya berbeda, suatu bangun gedung dengan maket
perancangannya, suatu pesawat terbang dengan miniaturnya serta pasfoto orang yang
sama dalam beberapa ukuran. Bangun atau benda-benda seperti itu dikatakan saling
sebangun atau similar.
Selanjunya transformasi yang membawa gambar ke gambar lain yang sebangun
disebut kesebangunan atau similaritas.

Definisi 4.1.1. Transformassi Lk : ℘ ⟶ ℘ dikatakan kesebangunan atau


similaritas jika terdapat bilangan positif k sehingga untuk setiap dua titik P dan Q
dalam ℘ berlaku.

P’Q’ = k.PQ

dengan P’ = Lk(P) dan Q’ = Lk(Q)

Similaritas Lk itu disebut similaritas dengan faktor k.

Untuk k = 1, maka P’Q’ = PQ. Berarti similaritas Lk merupakan isometri. Jadi isometri
adalah kejadian khusus suatu similaritas.
Contoh 4.1.2:

Diketahui dua titik P = (0, 2) dan Q = (1, 1). Tentukan:

a) L2(PQ)
b) L3(PQ)

Jawab:

a) Karena P = (0, 2) dan Q =(1, 1) maka

PQ  (1  0)2  (1  2)2  2

Dengan menggunakan definisi 4.1.1 diperoleh

P ' Q '  L2 ( PQ)  2.PQ  2 2


b) Dengan menggunakan definisi yang sama diperoleh
P "Q "  L3 ( PQ)  3.PQ  3 2

P’ = 2(0, 2) = (0, 4)
Q’ = 2(1, 1) = (2, 2)
P” = 3(0, 2) = (0, 6)
Q” = 3(1, 1) = (3, 3)
Teorema 4.1.1. Similaritas merupakan suatu kolineasi

Bukti:

Diketahui similaritas Lk.

Akan dibuktikan oleh Lk garis lurus akan dipetakan ke garis lurus juga.

Diambil garis lurus sebarang g dengan dengan titik P dan Q pada g. Jika P’ = Lk (P) dan
Q’ = Lk (Q) maka harus diperlihatkan bahwa

Lk (g) = P′Q′

i. Untuk setiap titik U ∈ g diperoleh Lk (U) = U’ terletak pada P′Q′.


Berarti Lk (g) ⊂ P′Q′.
ii. Untuk setiap titik V’ ∈ P′Q′ terdapat titik V ∈ g sehingga V’ = Lk (v) terletak
pada Lk (g). Berarti P′Q′ ⊂ Lk (g). Jadi terbukti Lk (g) = P′Q′.

Teorema 4.1.2. Similaritas mempertahankan besar sudut.

Bukti:

Diketahui similaritas Lk dan ∠PQR. Jika P’ = Lk (P), Q’ = Lk (Q) dan R’ = Lk (R) maka:

P’Q’ = k.PQ, Q’R’ = k.QR dan R’P’ = k.RP


Menurut sifat similaritas dua buah segitiga diperoleh

∆P’Q’R’ ~ ∆PQR

Jadi m(∠P’Q’R’) = m(∠PQR).

Sebagai akibat teorema 4.1.2. diperoleh

Akibat 4.1.3. Similaritas mempertahankan ketegaklurusan.

Bukti:

Diketahui similaritas Lk.

Diambil dua garis g dan h dengan g sejajar h serta titik P tidak pada g dan h. Dibuat dua
garis melalui P sehingga memotong g di q dan R, serta memotong h di U dan V (lihat
gambar 4.6 (a)).

Teorema 4.1.4. Similaritas mempertahankan kesejajaran.

Oleh similaritas Lk, gambar 4.6 (a) dipetakan ke gambar lain yaitu gambar 4.6 (b) dengan
P’ = Lk (P), Q’ = Lk (Q), R’ = Lk (R), U’ = Lk (U) dan V’ = Lk (V).

Menurut Teorema 4.1.1. titik P’, R’ dan V’ segaris. Demikian pula P’, Q’ dan U’.

Selain itu
g’ = Q′R′ dan h’ = U′V′.

PQ PR
Karena g sejajar dengan h maka = sehingga
PU PV

P′Q′ k. PQ PQ PR k. PR P′R′
= = = = =
P′U′ k. PU PU PV k. PV P′V′

Jadi, g’ sejajar dengan h’

Teorema 4.1.5. Hasilkali similaritas Lm dengan Lk adalah similaritas Lmk.

Bukti:

Untuk setiap dua titik P dan Q dengan P’ = Lm (P) dan Q’ = Lm (Q) berlaku

P’Q’ = m.PQ

Kemudian jika P” = Lk (P’) dan Q” = Lk (Q’) maka P”Q” = k.P’Q’

Akibatnya

P”Q” = k.(m.PQ) = km.PQ.

Jadi, Lk.Lm = Lmk

Contoh 4.1.6:

Diketahui dua titik P = (-2, -1) dan Q = (2, 2). Tentukan:

a. (L1/2.L4)(PQ)
b. (L1/3.L3)(PQ)
Jawab:
Karena P = (-2, -1) dan Q = (2, 2), maka
𝑃𝑄 = (2 + 2)2 + (−1 − 2)2 = 25 = 5
Dengan menggunakan teorema 4.1.5 diperoleh:
a. (L1/2.L4) (PQ) = L4.1/2) (PQ) = (L2) (PQ) = 2.5 = 10

b. (L1/3.L3) (PQ) = L3.1/3) (PQ) = (L1) (PQ) = 1.5 = 5


4.2 DILATASI
Kejadian khusus similaritas adalah dilatasi atau tarikan seperti yang akan dibahas
berikut ini.

Definisi 4.2.1. Diketahui titik A dan bilangan positif r. fungsi DA.r : 𝐸 → 𝐸


dikatakan dilatasi atau tarikan terhadap A dengan factor r jika :
i. DA.r(A) : A
ii. Untuk setiap titik P ≠ A dengan DA.r(P) = P’
AP’ = r AP

Pada kejadian ini, titik A disebut pusat tarikan sedangkan r factor tarikan

Dapat dipahami bahwa definisi 4.2.1 merupakan kejadian khusus definisi 4.1.1.

Oleh karena itu diperoleh teorema berikut

Teorema 4.2.1. Dilatasi merupakan suatu similaritas.

Seperti transformasi yang dibahas sebelumnya, dilatasi juga mempunyai


rumus yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan secara analitis.

1. Persamaan Transformasi Dilatasi pada Bidang


Misalkan titik P( x, y) terletak pada sebuah bidang Cartesius. Titik P( x, y)
didilatasikan sehingga diperoleh bayangan titik P' ( x' , y' ) . Persamaan yang
menghubungkan ( x' , y' ) dengan ( x, y) dinamakan sebagai persamaan transfromasi
dilatasi pada bidang. Persamaan transformasi dilatasi ditentukan oleh pusat dilatasi
dan faktor skalanya.
2. Persamaan Transformasi Dilatasi dengan Titik Pusat di O(0,0)
Pada Gambar di bawah, titik P( x, y) dilatasikan ke titik P' ( x' , y' ) oleh

dilatasi O, k  , maka berlaku OP'  k  OP atau


OP'
k
OP
Akibat dari dilatasi ini, segitiga OP' P1 ' sebangun dengan segitiga OPP1 .
Dengan demikian, diperoleh hubungan:

OP1 ' OP' x'


  k  x'  kx
OP1 OP x

P' P1 ' OP' y'


  k  y'  ky
PP1 OP y
Jadi, persamaan transformasi dilatasi yang berpusat di O(0,0) dengan faktor
skala k. Dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut.

Misalkan titik P( x, y) didilatasikan terhadap titik pusat O(0,0) dengan skala k


sehingga diperoleh bayangan titik P' ( x' , y' ) . Persamaan transformasi dilatasi
ditentukan melalui hubungan:
x'  kx
y'  ky
[O,k]
Ditulis: P(x,y) P’(kx,ky)

Contoh:
Tentukan koordinat titik bayangan dari titik P(2,6) oleh dilatasi-dilatasi berikut ini.

a. O,2
 1
b. O, 2 
Jawab:

a. Bayangan dari titik titik P(2,6) oleh dilatasi [O,2]

[O,2]
P(2,6) P’(4,12)
 1
b. Bayangan dari titik titik P(2,6) oleh dilatasi O, 2 
 1
O, 2 
 
P(2,6) P’(-1,-3)

a. Dilatasi terhadap Titik Pusat (0,0) dengan Faktor Skala k  1


Gambar 2, memperlihatkan bahwa pada dilatasi 0, 2 , bayangkan dari

ABC adalah A ' B ' C ' . Dari gambar tersebut terlihat bahwa panjang sisi – sisi dari
A ' B ' C ' adalah 2 kali dari panjang sisi – sisi yang bersesuaian pada ABC . Ini
berarti bahwa pada dilatasi  0, 2 , bayangkan dari sebuah bangun besarnya 2 kali

dari bangun semula. Selain itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala
k  2 (negatif), bayangkan A ' B ' C ' terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi
dan bangun semula ABC .

Gambar 2

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa :


Pada dilatasi  0, k  dengan k  1 , bayangkan sebuah bangun lebih besar dan

terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.

Agar anda lebih jelas mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan
skala k  1 , berikut diberikan contoh.

Contoh :

Selain bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi


0, 2 .

Gambar 3

Penyelesaian :

Gambar 4
b. Dilatasi terhadap titik pusat (0,0)dengan faktor skala -1<k<0

1
Gambar 5, memperlihatkan bahwa pada dilatasi 0, − 2 , bayangan dari

segiempat ∆ABCD adalah segiempat ∆A’B’C’D. Dari gambar tersebut terlihat


1
bahwa panjang sisi-sisi dari segiempat ∆A’B’C’D adalah 2kali dari panjang sisi-sisi
1
yang bersesuaian pada segiempat ∆ABCD. Ini berarti bahwa pada dilatasi 0, − 2 ,
1
bayangan dari sebuah bangun besarnya kali dari bangun semula. Selain itu terlihat
2
1
pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala k = − 2 (negatif), bayangan segiempat

∆A’B’C’D’ terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula
segiempat ∆ABCD.

Gambar 5

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa:

Pada dilatasi 0, 𝑘 dengan -1 < k < 0, bayangan sebuah bangun lebih kecil dan
terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula. Agar Anda lebih
jelas mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan faktor skala -1 < k < 0,
berikut diberikan contoh.
Contoh :

Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi


1
0, − 2 .

Gambar 6

Penyelesaian:

c. Dilatasi terhadap Titik Pusat O(0,0) dengan Faktor Skala 0 < k < 1
 1
Gambar 7, memperlihatkan bahwa pada dilatasi 0, 2  , bayangan
 
darisegiempat ABCD adalah segiempat A’B’C’D’. Dari gambar tersebut terlihat
1
bahwa panjang sisi-sisi dari segiempat A’B’C’D’ adalah kali dari panjang sisi-sisi
2
 1
yang bersesuaian pada segiempat ABCD. Ini berarti bahwa pada dilatasi 0,  ,
 2
1
bayangan dari sebuah bangun besarnya kali dari bangun semula. Selain itu terlihat
2
1
pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala k = (positif), bayangan segiempat
2
A’B’C’D’terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula segiempat
ABCD.

Gambar 7

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa:


Pada dilatasi 0, k  dengan 0  k  1 , bayangan sebuah bangun lebih kecil dan
terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.

Agar Anda lebih jelas mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan
faktor skala 0  k  1 , berikut diberikan contoh.
Contoh :
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi
 1
0, 2 
 

Gambar 8

Penyelesaian:

Gambar 9
d. Dilatasi terhadat Titik Pusat O(0,0) dengan faktor Skala 𝒌 > 1
Gambar 10, mmperlihatkan bahwa dilatasi 0,2 , bayangan dari segiempat
ABCD adalah segiempat A’B’C’D’. Dari gambar tersebut terlihat bahwa panjang sisi-
sisi dari segiempat A’B’C’D’ adalah 2 kali dari panjang sisi-sisi yang bersesuaian
pada segiempat ABCD. Ini berarti bahwa dilatasi 0,2 , bayangan dari sebuah bangun
besarnya 2 kali dari bangu semula. Selain itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan
factor skala k = 2 (positif), bayangan segiempat A’B’C’D’ terlihat sepihak terhadap
pusat dilatasi dan bangun semula segiempat ABCD.

Gambar 10
Berdasarkan pejelasan di atas disimpulkan bahwa:
Pada dilatasi 0, 𝑘 dengan 𝑘 > 1, bayangan sebuah bangun lebih besar dan
terletak sepihak terhadap pusai dilatasi dengan bangun semula. Agar lebih jelas
mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan faktor skala 𝑘 > 1, berikut
diberikan contoh.

Contoh :
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi
0,2 .
Gambar 11
Penyelesaian:

Gambar 12
e. Dilatasi terhadapTitik Pusat O(0,0) dengan Faktor Skala k = -1

Gambar 13, memperlihatkan bahwa pada dilatasi [0, -1] bayangan dari
segiempat ABCD adalah segiempat A’B’C’D’. dari gambar tersebut terlihat bahwa
segiempat A’B’C’D’ kongruen dengan segiempat ABCD. Ini berarti bahwa pada
dilatasi [0, -1], bayangan dari sebuah bangun kongruen dengan bangun semula. Selain
itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala k = -1 (negatif), bayangan
segiempat A’B’C’D’ terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula segiempat ABCD.

Gambar 13

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa:

Pada dilatasi [0, k] dengan k = -1, bayangan sebuah bangun kongruen (sama
bentuk dan ukuran) dan terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula.

Contoh:

Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi [0,
-1]

Gambar 14

Penyelesaian:
Gambar 15
f. Dilatasi terhadap Titik Pusat O  0, 0  dengan Faktor Skala k  1
Y

D = D’ C = C’

A = A’ B = B’

X
O

Gambar 16
Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada dilatasi  0,1 , bayangan dari

segiempat ABCD adalah segiempat A ' B ' C ' D ' . Dari gambar tersebut terlihat bahwa
segiempat A ' B ' C ' D ' kongruen dengan segiempat ABCD. Ini berarti bahwa pada
dilatasi  0,1 , bayangan dari sebuah bangun kongruen dengan bangun semula. Selain

itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan factor skala k  1 (positif), bayangan
segiempat A ' B ' C ' D ' terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula
segiempat ABCD.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa:


Pada dilatasi  0, k  dengan k  1 , bayangan sebuah bangun kongruen (sama

bentuk dan ukuran) dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.
Contoh:
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi
0,1 .

C = C’ B = B’

A = A’

Gambar 17
Penyelesaian:

C = C’ B = B’

A = A’

X
O

Gambar 18

3. Persamaan Transformasi Dilatasi dengan Titik Pusat di M(a,b)


Pada Gambar di bawah, titik P( x, y) dilatasikan terhadap titik pusat M(a,b)
dengan faktor skala k. Bayangan dari titik P( x, y) akibat dilatasi ini adalah titik
P' ( x ' , y ' ) .

Dengan menggunakan cara yang sama seperti ketika menurunkan rumus


persamaan transformasi refleksi O, k  , maka rumus persamaan transformasi dilatasi
terhadap titik pusat M(a,b) dengan faktor skala k dapat ditentukan melalui hubungan:

x'  a  k ( x  a )
y'  b  k ( y  b)
M (a, b), k 
Ditulis: P(x,y) P(a + k(x – a), b + k(y – b))

Contoh:
Diketahui titik P(5,4) dan titik M(1,2). Tentukan bayangan dari titik P oleh dilatasi-
dilatasi berikut ini.
 1
a.  M , 2 

 1
b.  M , 2 

Jawab:
 1
a. Bayangan dari titik P oleh dilatasi  M , 2 

 1
 M (1,2), 2 
  1 1
P(5,4) P(1 + 2 (5 – 1), 2 + 2 (4– 2)) = P’(3,3)
 1
b. Bayangan dari titik P oleh dilatasi  M , 
2 

 1
 M (1,2), 2  1 1
 
P(5,4) P(1 +  2 (5 – 1), 2 +  2 (4– 2)) = P’(-1,1)

4. Matriks dilatasi
Transformasi dilatasi [O,k] yang memetakan titik P( x, y) ke titik P' ( x' , y' )
ditentukan oleh persamaan transformasi dilatasi [O,k] melalui hubungan:
x'  kx
y'  ky
Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matriks dengan
manipulasi sebagai berikut.
x'  k . x  0 . y
y'  0 . x  k . y
atau
 x'   k 0   x 
       
 y'   0 k   y 
Berdasarkan persamaan yang terakhir, maka dapat ditetapkan bahwa matriks
yang bersesuaian dengan dilatasi [O,k] (disebut: matriks dilatasi [O,k]) adalah:
k 0
 
0 k 

Contoh :
Dengan menggunakan matriks dilatasi yang bersesuaian, tentukan koordinat bayangan
titik P(-2,-3) oleh dilatasi [O,3]
Jawab:
 3 0
Matriks yang bersesuaian dengan dilatasi [O,3] adalah   .
 0 3
Misalkan titik P(-2,-3) dipetakan ke P’(x’,y’), dengan x’ dan y’ ditentukan melalui
persamaan matriks berikut:

 x'   3 0    2    6 
          
 y'   0 3    3    9 
Jadi, bayangan atau peta dari titik P(-2,-3) oleh dilatasi [O,3] adalah P’(-6,-9).
4.3 HASILKALI DILATASI
Hasil kali dua dilatasi yang akan dibahas adalah hasil kali dilatasi dengan pusat
yang sama dan berbeda. Pertama akan dibahas hasilkali dua dilatasi dengan pusat yang
sama.

Teorema 4.3.1. Hasilkali dua DA.r dilatasi DA.s dengan adalah:

DA.s . DA.r  DA.rs

Bukti:
Diambil pusat dilatasi A berimpit dengan O = 0,0 . Jika P = 𝑥, 𝑦 dengan

DO.r  P   P '   x ', y ' dan DO.s  P '  P ''   x '', y '' maka
x '  r.x dan y '  r. y
Serta

x ''  s.x '  s  r.x    s.r  x dan y ''  s. y '  s  r. y    s.r  y


Karena itu untuk setiap P,
 DO.s .DO.r  P   DO.s  DO.r  P    DO.s  P '  P ''  DO.sr  P 
Jadi DA.s .DA.r  DA.rs

Contoh 4.3.1
Diketahui A = (1,2), P = (2,1) dan Q = (3,-1). Tentukan:
a.  DA.3 . DA.2  P 
b. D A.1 2 . DA.2   Q 

Jawab:
a. Karena A = (1,2) maka

 DA.3 . DA.2  P    DA.2.3  P    DA.6  P    x '', y ''


Dengan
x '' 1  6  2  1  6 dan y '' 2  6 1  2   6

Akibatnya x ''  7 dan y ''  4


Jadi, P ''   DA.3 . DA.2  P    7, 4 

b. Karena Q = (3,-1) maka:

D A.1 2 . DA.2   Q   DA.2.1 2  Q   DA.1  Q    x '', y ''

dengan
x '' 1  1 3 1  2 dan y '' 2  1 1  2   3

Akibatnya x ''  3 dan y ''  1


Jadi Q ''  DA.1 2 . DA.2  Q   3, 1

Kejadian khusus teorema 4.3.1 adalah jika r.s = 1 maka:

DA.s . DA.r  DA.rs  DA.1  1 yang merupakan fungsi identitas.

Karena itu diperoleh akibat berikut.


1
Akibat 4.3.2. Invers dilatasi DA.r adalah DA.r  DA.1 r
Berikut ini akan dibahas hasilkali dua dilatasi dengan pusat berbeda.

Teorema 4.3.3. Hasilkali dilatasi DA.r dan DB.s dengan 𝐴 ≠ 𝐵 adalah

dilatasi DC.rs  DB.s . DA.r dengan 𝐶 ∈ 𝐴𝐵 asalkan 𝑟𝑠 ≠ 1.

Bukti:
Diambil 𝐴 = 𝑂 = (0,0) dan 𝐵 = (𝐵, 0). Untuk setiap titik 𝑃 = (𝑥, 𝑦) dengan
DA.r  P   P '   x ', y ' dan DB.s  P '  P ''   x '', y ''

Diperoleh
𝑥 ′ = 𝑟 𝑥 dan 𝑦 ′ = 𝑟 𝑦
Serta
𝑥 ′′ − 𝑏 = 𝑠 𝑥 ′ − 𝑏 = 𝑠 𝑟 𝑥 − 𝑏 = 𝑠 𝑟 𝑥 − 𝑠ℎ = 𝑟𝑠 𝑥 − 𝑏𝑠
Dan
𝑦 ′′ − 0 = 𝑠 𝑦 ′ − 0 = 𝑠 𝑟𝑦 = (𝑟𝑠)𝑦
Karena itu
𝑏−𝑏𝑠
𝑥 ′′ = 𝑟𝑠 𝑥 + 𝑏 − 𝑏𝑠 = 𝑟𝑠 𝑥 + 1−𝑟𝑠 (1 − 𝑟𝑠)

𝑦 ′′ = (𝑟𝑠)𝑦
Sehingga,
𝑏 − 𝑏𝑠
𝑝′′ = ( 𝑟𝑠 𝑥 + 1 − 𝑟𝑠 , (𝑟𝑠)𝑦)
1 − 𝑟𝑠
Jadi,
 bs  b
DB.s . DA.r merupakan dilatasi dengan pusat C   1  rs  , 0  dan faktor 𝑟𝑠
 1  rs 

Contoh 4.3.4
Diketahui 𝐴 = 0,0 , 𝐵 = 3,0 𝑑𝑎𝑛 𝑃 = (2,1). Tentukan:

a.  DB.s . DA.r  P 
b. Pusat dilatasinya

Jawab:
a. Dengan menggunaka teorema 4.3.3, karena 𝑟 = 4 dan 𝑠 = 1 2, maka
3 − 3. 1 2
𝑃′′ = 4. 1 2 2 + 1 − 4. 1 2 , 4. 1 2 . 1
1 − 4. 1 2

= 4 + 3 2 , 2 = (11 2 , 2)
b. Jika C pusat dilatasi itu maka
3. 1 2 − 3
𝐶= 1 − 4. 1 2 , 0 = (−3 2 ,0)
1 − 4. 1 2

Teorema 4.3.4. Hasilkali dua dilatasi DA.2 dan DB.1 2 adalah

DA.2 . DB.1 2  s1 2 AB dengan s1 2 AB geseran

Bukti:

Secara geometri, jika P '  DA.2  P  maka

AP '  2 AP

Dengan cara yang sama, jika P ''  DB.1 2  P  maka

1
BP ''  . BP ' atau BP '  2.BP '
2
Akibatnya
AB  2PP '' atau PP ''  1 2 AB

Jadi DA.2 . DB.1 2  s1 2 AB

Contoh 4.3.5
Diketahui 𝐴 = 1,2 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = (3,1). Tentukan:

a. D B.1 2 . DA.2   P  jika 𝑃 = 4,3


b. D B.1 2 . DA.2  Q  jika 𝑄 = 2,4
Jawab:

a. Jika 𝑃 = 4,3 maka:

P ''   DB.1 2 . DA.2  P  s 1 2 AB  P   s1 2 AB  4,3


  4  2 2,3  1 2 
  5,5 2 

b. Jika 𝑄 = 2,4 maka:

Q ''   DB.1 2 . DA.2  Q   s


1 2 AB  Q   s1 2 AB  2, 4 
  2  2 2, 4  1 2 
  3, 7 2 
DAFTAR PUSTAKA

Devine, D. F, and Kaufmann J. E (1987) Elementary Mathematics for Teachers. Canada:


John Wiley & Sons

Kodir, A., dkk. (1979). Matematika 9 untuk SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai