Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geometri Transformasi
Dosen Pengampu: Bintang Wicaksono, M. Pd
Disusun oleh:
Kelas 6A1
1. Fenny Ayu Anggraeni (14144100011)
2. Triwahzudi (14144100018)
3. Paryati Dwi Jayanti (14144100021)
4. Yuni Kusminingsih (14144100022)
5. Ita Sari (14144100027)
6. Selviana Eka Yulyanti (14144100033)
7. Amirul Anisa Nur F. (15144100111)
Berikut ini akan dibahas transformasi yang mengubah besar benda tetapi bangunnya tetap.
4.1 SIMILARITAS
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai pasangan dua benda yang
bangunnya sama tetapi besarnya berbeda, suatu bangun gedung dengan maket
perancangannya, suatu pesawat terbang dengan miniaturnya serta pasfoto orang yang
sama dalam beberapa ukuran. Bangun atau benda-benda seperti itu dikatakan saling
sebangun atau similar.
Selanjunya transformasi yang membawa gambar ke gambar lain yang sebangun
disebut kesebangunan atau similaritas.
P’Q’ = k.PQ
Untuk k = 1, maka P’Q’ = PQ. Berarti similaritas Lk merupakan isometri. Jadi isometri
adalah kejadian khusus suatu similaritas.
Contoh 4.1.2:
a) L2(PQ)
b) L3(PQ)
Jawab:
PQ (1 0)2 (1 2)2 2
P’ = 2(0, 2) = (0, 4)
Q’ = 2(1, 1) = (2, 2)
P” = 3(0, 2) = (0, 6)
Q” = 3(1, 1) = (3, 3)
Teorema 4.1.1. Similaritas merupakan suatu kolineasi
Bukti:
Akan dibuktikan oleh Lk garis lurus akan dipetakan ke garis lurus juga.
Diambil garis lurus sebarang g dengan dengan titik P dan Q pada g. Jika P’ = Lk (P) dan
Q’ = Lk (Q) maka harus diperlihatkan bahwa
Lk (g) = P′Q′
Bukti:
Diketahui similaritas Lk dan ∠PQR. Jika P’ = Lk (P), Q’ = Lk (Q) dan R’ = Lk (R) maka:
∆P’Q’R’ ~ ∆PQR
Bukti:
Diambil dua garis g dan h dengan g sejajar h serta titik P tidak pada g dan h. Dibuat dua
garis melalui P sehingga memotong g di q dan R, serta memotong h di U dan V (lihat
gambar 4.6 (a)).
Oleh similaritas Lk, gambar 4.6 (a) dipetakan ke gambar lain yaitu gambar 4.6 (b) dengan
P’ = Lk (P), Q’ = Lk (Q), R’ = Lk (R), U’ = Lk (U) dan V’ = Lk (V).
Menurut Teorema 4.1.1. titik P’, R’ dan V’ segaris. Demikian pula P’, Q’ dan U’.
Selain itu
g’ = Q′R′ dan h’ = U′V′.
PQ PR
Karena g sejajar dengan h maka = sehingga
PU PV
P′Q′ k. PQ PQ PR k. PR P′R′
= = = = =
P′U′ k. PU PU PV k. PV P′V′
Bukti:
Untuk setiap dua titik P dan Q dengan P’ = Lm (P) dan Q’ = Lm (Q) berlaku
P’Q’ = m.PQ
Akibatnya
Contoh 4.1.6:
a. (L1/2.L4)(PQ)
b. (L1/3.L3)(PQ)
Jawab:
Karena P = (-2, -1) dan Q = (2, 2), maka
𝑃𝑄 = (2 + 2)2 + (−1 − 2)2 = 25 = 5
Dengan menggunakan teorema 4.1.5 diperoleh:
a. (L1/2.L4) (PQ) = L4.1/2) (PQ) = (L2) (PQ) = 2.5 = 10
Pada kejadian ini, titik A disebut pusat tarikan sedangkan r factor tarikan
Dapat dipahami bahwa definisi 4.2.1 merupakan kejadian khusus definisi 4.1.1.
Contoh:
Tentukan koordinat titik bayangan dari titik P(2,6) oleh dilatasi-dilatasi berikut ini.
a. O,2
1
b. O, 2
Jawab:
[O,2]
P(2,6) P’(4,12)
1
b. Bayangan dari titik titik P(2,6) oleh dilatasi O, 2
1
O, 2
P(2,6) P’(-1,-3)
ABC adalah A ' B ' C ' . Dari gambar tersebut terlihat bahwa panjang sisi – sisi dari
A ' B ' C ' adalah 2 kali dari panjang sisi – sisi yang bersesuaian pada ABC . Ini
berarti bahwa pada dilatasi 0, 2 , bayangkan dari sebuah bangun besarnya 2 kali
dari bangun semula. Selain itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala
k 2 (negatif), bayangkan A ' B ' C ' terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi
dan bangun semula ABC .
Gambar 2
Agar anda lebih jelas mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan
skala k 1 , berikut diberikan contoh.
Contoh :
Gambar 3
Penyelesaian :
Gambar 4
b. Dilatasi terhadap titik pusat (0,0)dengan faktor skala -1<k<0
1
Gambar 5, memperlihatkan bahwa pada dilatasi 0, − 2 , bayangan dari
∆A’B’C’D’ terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula
segiempat ∆ABCD.
Gambar 5
Pada dilatasi 0, 𝑘 dengan -1 < k < 0, bayangan sebuah bangun lebih kecil dan
terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula. Agar Anda lebih
jelas mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan faktor skala -1 < k < 0,
berikut diberikan contoh.
Contoh :
Gambar 6
Penyelesaian:
c. Dilatasi terhadap Titik Pusat O(0,0) dengan Faktor Skala 0 < k < 1
1
Gambar 7, memperlihatkan bahwa pada dilatasi 0, 2 , bayangan
darisegiempat ABCD adalah segiempat A’B’C’D’. Dari gambar tersebut terlihat
1
bahwa panjang sisi-sisi dari segiempat A’B’C’D’ adalah kali dari panjang sisi-sisi
2
1
yang bersesuaian pada segiempat ABCD. Ini berarti bahwa pada dilatasi 0, ,
2
1
bayangan dari sebuah bangun besarnya kali dari bangun semula. Selain itu terlihat
2
1
pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala k = (positif), bayangan segiempat
2
A’B’C’D’terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula segiempat
ABCD.
Gambar 7
Agar Anda lebih jelas mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan
faktor skala 0 k 1 , berikut diberikan contoh.
Contoh :
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi
1
0, 2
Gambar 8
Penyelesaian:
Gambar 9
d. Dilatasi terhadat Titik Pusat O(0,0) dengan faktor Skala 𝒌 > 1
Gambar 10, mmperlihatkan bahwa dilatasi 0,2 , bayangan dari segiempat
ABCD adalah segiempat A’B’C’D’. Dari gambar tersebut terlihat bahwa panjang sisi-
sisi dari segiempat A’B’C’D’ adalah 2 kali dari panjang sisi-sisi yang bersesuaian
pada segiempat ABCD. Ini berarti bahwa dilatasi 0,2 , bayangan dari sebuah bangun
besarnya 2 kali dari bangu semula. Selain itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan
factor skala k = 2 (positif), bayangan segiempat A’B’C’D’ terlihat sepihak terhadap
pusat dilatasi dan bangun semula segiempat ABCD.
Gambar 10
Berdasarkan pejelasan di atas disimpulkan bahwa:
Pada dilatasi 0, 𝑘 dengan 𝑘 > 1, bayangan sebuah bangun lebih besar dan
terletak sepihak terhadap pusai dilatasi dengan bangun semula. Agar lebih jelas
mengenai dilatasi terhadap titik pusat O(0,0) dengan faktor skala 𝑘 > 1, berikut
diberikan contoh.
Contoh :
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi
0,2 .
Gambar 11
Penyelesaian:
Gambar 12
e. Dilatasi terhadapTitik Pusat O(0,0) dengan Faktor Skala k = -1
Gambar 13, memperlihatkan bahwa pada dilatasi [0, -1] bayangan dari
segiempat ABCD adalah segiempat A’B’C’D’. dari gambar tersebut terlihat bahwa
segiempat A’B’C’D’ kongruen dengan segiempat ABCD. Ini berarti bahwa pada
dilatasi [0, -1], bayangan dari sebuah bangun kongruen dengan bangun semula. Selain
itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan faktor skala k = -1 (negatif), bayangan
segiempat A’B’C’D’ terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula segiempat ABCD.
Gambar 13
Pada dilatasi [0, k] dengan k = -1, bayangan sebuah bangun kongruen (sama
bentuk dan ukuran) dan terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula.
Contoh:
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi [0,
-1]
Gambar 14
Penyelesaian:
Gambar 15
f. Dilatasi terhadap Titik Pusat O 0, 0 dengan Faktor Skala k 1
Y
D = D’ C = C’
A = A’ B = B’
X
O
Gambar 16
Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada dilatasi 0,1 , bayangan dari
segiempat ABCD adalah segiempat A ' B ' C ' D ' . Dari gambar tersebut terlihat bahwa
segiempat A ' B ' C ' D ' kongruen dengan segiempat ABCD. Ini berarti bahwa pada
dilatasi 0,1 , bayangan dari sebuah bangun kongruen dengan bangun semula. Selain
itu terlihat pula bahwa pada dilatasi dengan factor skala k 1 (positif), bayangan
segiempat A ' B ' C ' D ' terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula
segiempat ABCD.
bentuk dan ukuran) dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun semula.
Contoh:
Salinlah bangun geometri berikut, kemudian gambarlah bayangannya pada dilatasi
0,1 .
C = C’ B = B’
A = A’
Gambar 17
Penyelesaian:
C = C’ B = B’
A = A’
X
O
Gambar 18
x' a k ( x a )
y' b k ( y b)
M (a, b), k
Ditulis: P(x,y) P(a + k(x – a), b + k(y – b))
Contoh:
Diketahui titik P(5,4) dan titik M(1,2). Tentukan bayangan dari titik P oleh dilatasi-
dilatasi berikut ini.
1
a. M , 2
1
b. M , 2
Jawab:
1
a. Bayangan dari titik P oleh dilatasi M , 2
1
M (1,2), 2
1 1
P(5,4) P(1 + 2 (5 – 1), 2 + 2 (4– 2)) = P’(3,3)
1
b. Bayangan dari titik P oleh dilatasi M ,
2
1
M (1,2), 2 1 1
P(5,4) P(1 + 2 (5 – 1), 2 + 2 (4– 2)) = P’(-1,1)
4. Matriks dilatasi
Transformasi dilatasi [O,k] yang memetakan titik P( x, y) ke titik P' ( x' , y' )
ditentukan oleh persamaan transformasi dilatasi [O,k] melalui hubungan:
x' kx
y' ky
Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matriks dengan
manipulasi sebagai berikut.
x' k . x 0 . y
y' 0 . x k . y
atau
x' k 0 x
y' 0 k y
Berdasarkan persamaan yang terakhir, maka dapat ditetapkan bahwa matriks
yang bersesuaian dengan dilatasi [O,k] (disebut: matriks dilatasi [O,k]) adalah:
k 0
0 k
Contoh :
Dengan menggunakan matriks dilatasi yang bersesuaian, tentukan koordinat bayangan
titik P(-2,-3) oleh dilatasi [O,3]
Jawab:
3 0
Matriks yang bersesuaian dengan dilatasi [O,3] adalah .
0 3
Misalkan titik P(-2,-3) dipetakan ke P’(x’,y’), dengan x’ dan y’ ditentukan melalui
persamaan matriks berikut:
x' 3 0 2 6
y' 0 3 3 9
Jadi, bayangan atau peta dari titik P(-2,-3) oleh dilatasi [O,3] adalah P’(-6,-9).
4.3 HASILKALI DILATASI
Hasil kali dua dilatasi yang akan dibahas adalah hasil kali dilatasi dengan pusat
yang sama dan berbeda. Pertama akan dibahas hasilkali dua dilatasi dengan pusat yang
sama.
Bukti:
Diambil pusat dilatasi A berimpit dengan O = 0,0 . Jika P = 𝑥, 𝑦 dengan
DO.r P P ' x ', y ' dan DO.s P ' P '' x '', y '' maka
x ' r.x dan y ' r. y
Serta
Contoh 4.3.1
Diketahui A = (1,2), P = (2,1) dan Q = (3,-1). Tentukan:
a. DA.3 . DA.2 P
b. D A.1 2 . DA.2 Q
Jawab:
a. Karena A = (1,2) maka
dengan
x '' 1 1 3 1 2 dan y '' 2 1 1 2 3
Jadi Q '' DA.1 2 . DA.2 Q 3, 1
Bukti:
Diambil 𝐴 = 𝑂 = (0,0) dan 𝐵 = (𝐵, 0). Untuk setiap titik 𝑃 = (𝑥, 𝑦) dengan
DA.r P P ' x ', y ' dan DB.s P ' P '' x '', y ''
Diperoleh
𝑥 ′ = 𝑟 𝑥 dan 𝑦 ′ = 𝑟 𝑦
Serta
𝑥 ′′ − 𝑏 = 𝑠 𝑥 ′ − 𝑏 = 𝑠 𝑟 𝑥 − 𝑏 = 𝑠 𝑟 𝑥 − 𝑠ℎ = 𝑟𝑠 𝑥 − 𝑏𝑠
Dan
𝑦 ′′ − 0 = 𝑠 𝑦 ′ − 0 = 𝑠 𝑟𝑦 = (𝑟𝑠)𝑦
Karena itu
𝑏−𝑏𝑠
𝑥 ′′ = 𝑟𝑠 𝑥 + 𝑏 − 𝑏𝑠 = 𝑟𝑠 𝑥 + 1−𝑟𝑠 (1 − 𝑟𝑠)
𝑦 ′′ = (𝑟𝑠)𝑦
Sehingga,
𝑏 − 𝑏𝑠
𝑝′′ = ( 𝑟𝑠 𝑥 + 1 − 𝑟𝑠 , (𝑟𝑠)𝑦)
1 − 𝑟𝑠
Jadi,
bs b
DB.s . DA.r merupakan dilatasi dengan pusat C 1 rs , 0 dan faktor 𝑟𝑠
1 rs
Contoh 4.3.4
Diketahui 𝐴 = 0,0 , 𝐵 = 3,0 𝑑𝑎𝑛 𝑃 = (2,1). Tentukan:
a. DB.s . DA.r P
b. Pusat dilatasinya
Jawab:
a. Dengan menggunaka teorema 4.3.3, karena 𝑟 = 4 dan 𝑠 = 1 2, maka
3 − 3. 1 2
𝑃′′ = 4. 1 2 2 + 1 − 4. 1 2 , 4. 1 2 . 1
1 − 4. 1 2
= 4 + 3 2 , 2 = (11 2 , 2)
b. Jika C pusat dilatasi itu maka
3. 1 2 − 3
𝐶= 1 − 4. 1 2 , 0 = (−3 2 ,0)
1 − 4. 1 2
Bukti:
AP ' 2 AP
1
BP '' . BP ' atau BP ' 2.BP '
2
Akibatnya
AB 2PP '' atau PP '' 1 2 AB
Contoh 4.3.5
Diketahui 𝐴 = 1,2 𝑑𝑎𝑛 𝐵 = (3,1). Tentukan:
Kodir, A., dkk. (1979). Matematika 9 untuk SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan