Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PUBLIC RELATION

MENGELOLA MEDIA PERUSAHAAN DAN PERGURUAN TINGGI

GROUP

RAIKHAN

RINI

MAZIDAH

SZALSZA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mengelola media perusahaan dan perguruan tinggi telah menjadi semakin penting di
era modern ini. Perubahan teknologi, munculnya media sosial, dan perkembangan
globalisasi telah mengubah lanskap komunikasi secara drastis. Perusahaan dan perguruan
tinggi tidak lagi hanya berfokus pada pesan mereka, tetapi juga harus memperhatikan
bagaimana pesan-pesan tersebut diterima oleh beragam audiens dan bagaimana pesan
tersebut dapat mempengaruhi citra mereka.
Di sektor perusahaan, komunikasi tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab
departemen pemasaran, tetapi juga menjadi perhatian utama manajemen eksekutif. Citra
perusahaan yang kuat menjadi modal yang sangat berharga, dan media perusahaan memiliki
peran sentral dalam membangun dan memelihara citra tersebut. Perusahaan juga dihadapkan
pada tantangan dalam menavigasi perubahan cepat dalam teknologi, menghadapi persaingan
yang semakin ketat, dan menjawab isu-isu sosial yang muncul secara mendalam.
Di dunia pendidikan, perguruan tinggi juga menghadapi tekanan yang signifikan.
Perguruan tinggi bersaing secara global untuk menarik siswa terbaik dan mendapatkan dana
penelitian yang mencukupi. Media perguruan tinggi memiliki peran penting dalam
mempromosikan keunggulan akademis, penelitian inovatif, dan budaya perguruan tinggi
yang inklusif. Namun, mereka juga dihadapkan pada tantangan dalam menarik perhatian
siswa dan mendukung pencapaian tujuan akademik mereka.
Dalam makalah ini akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai pengelolaan media
perusahaan dan perguruan tinggi. Kami akan membahas tantangan yang dihadapi oleh kedua
entitas ini dan strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan tersebut. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya media dalam dunia bisnis dan pendidikan,
diharapkan makalah ini dapat memberikan panduan yang bermanfaat dalam menghadapi
kompleksitas komunikasi modern.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengelola media perusahaan dan pergutuan tinggi?

D. TUJUAN

BAB II
PEMBAHASAN

1. Mengelola Media Perusahaan (House Jounal)


Diskusi mengenai Public Relations (selanjutnya disingkat PR) lekat dengan
pembahasan mengenai ‘’citra’’ (image) yang merupakan pilar terbentuknya reputasi. Bagi
sebuah korporat, citra merupakan modal dan kekuatan yang tak ternilai harganya. Kondisi
tersebut memungkinkan berbagai upaya dilakukan olah organisasi untuk menciptakan,
menjaga, serta mengembangkan citra, tidak perduli berapapun biaya yang dikeluarkan.
House Journal adalah salah satu bentuk media komunikasi Public Relations yang
paling tua. Orang-orang Amerikanya House Journal bernama The Lowell Offering (1842),
The I. M. Singer & Co’s Gazette (1855) dan The Travelers Insurance Companies
(perusahaan asuransi perjalanan) dengan Protector (1865). Kehadiran House Journal
membuktikan bahwa penerbitan media ini bukan kegiatan baru bagi Public Relations atau
hanya kegiatan penunjang saja. Di Inggris Raya, Lever Brothers telah meluncurkan media
House Journal menghadapi akhir abad ke-19 (Jefkins,1988:154).
Dalam bukunya Essentials of Public Relation, Frank Jefkins, lebih jauh menyebutkan
bahwa House Journal memiliki berbagai nama lain seperti House Organs (penerbitan
internal), employee newspaper (surat kabar karyawan), dan company newspaper (surat kabar
perusahaan). Selain yang disebutkan Jefkins, nama yang lainnya sepersti inhouse magazine
(majalah internal), di Indonesia disebut majalah intern. Dengan kata lain majalah itu
diterbitkan khusus untuk kalangan terbatas.
House Publication (publikasi sendiri) tidak dibatasi hanya diterbitkan oleh
perusahaan atau organisasi profesi dalam dunia perdagangan dan industri. Pada
kenyataannya hampir setiap bentuk organisasi di sektor swasta, perdagangan atau non
perdagangan menerbitkan House Journal. Di indonesia baik perusahaan organisasi massa
(nonprofit) seperti organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
pemuda dan organisasi sosial politik, berupaya menerbitkan House Journal.

a. Bentuk-Bentuk House Journal


Frank Jefkins menyebutkan terdapat lima bentuk utama House Journal:
 The sales bulletin: sebuah bulletin sebagai media komunikasi regular antar
seorang sales manajer dengan salesmen-nya di lapangan. Terbit secara
mingguan.
 The newsletter: berisi pokok-pokok berita yang diperuntuhkan bagi pembaca
yang sibuk.
 The magazine: berisikan tulisan berbentuk feature, artikel dan gambar, koto,
diterbitkan setiap bulan atau tribulan.
 The tabloit newspaper: mirip surat kabar populer (umum) dan berisikan pokok-
pokok berita yang sangat penting, artikel pendek, dan ilostrasi. Diterbitkan
mingguan, dwimingguan, bulanan, atau setiap dua bulan sekali.
 The wall newspaper: bentuk media komunikasi staf atau kariawan di satu lokasi
pabrik, perusahaan. Atau pasar suwalayan. Di indonesia di kenal dengan surat
kabar/majalah dinding.
b. Faktor-Faktor Yang Harus Di Perhatikan Dalam Pembuatan House Journal
House Journal sebagai salah satu media bentuk kegiatan pabrik relations sudah
seharusnya di arahkan kepada pencapaian tujuan dari perusahaan/lambang itu sendiri, yaitu
membangun citra positif public terhadap perusahaan/lambang dengan harapan untuk
mendapat dukungan dari publicnya. Terdapat beberapa faktor oleh public relations dalam
pembuatan house journal, yaitu:
 Readers (pembaca).
Penting untuk diketahui bahwa seponsor dan redaksi dari house journal harus secara pasti
tahu siapa yang menjadi target/sasaran pembaca, apakah manajemen, eksekutif atau
karyawan kebanyakan.
 Kuantitiy (eksemplar, tiras/opla)
Jumlah tirah dari house journal yang diterbitkan tentunya harus disesuaikan dengan jumlah
konsumen.
 Reguency (waktu terbit atau edisi)
Dari fasilitas dan biaya yang ada dapat diputuskan untuk menerbitkan sebuah house journal
dengan waktu edisi terbit, harian, mingguan,bulanan atau dengan waktu yang jarang,
dwibulanan, triwulanan tetapi tidak boleh ada celah yang terlalu besar karena akan
menghilangkan dari keberkalaan atau kontinuitas terbit.
 Policy (kebijakan redaksi
Dalam pembuatan house journal menetapkan tujuan penerbitan.
 Title (nama house journal)
Nama dan logo house journal termasuk dalam rancangan/desains.
 Proses pencetakan.
Proses pencetakan ini ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: bentuk dan lembarnya
house journal, jumlah eksemplar/tiras, penggunaan warna (banyak warna, sebagian atau
hitam putih dan jumlah gambar/foto).
 Style (format/gaya/bentuk).
Hal-hal yang mempengaruhi penampilan/gaya house journal adalah ukuran halaman,
beberapa banyak kolom,tipo gafik,ilustrasi,kesimbangan berita,feature dan artikel.
 Free issue or cover price
Ada dua pendapat mengenai hal ini, pertama house journal itu tidak dihargakan/dijual,
sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa apabila house journal itu ingin dihargai atau
dinilai lebih tinggi, tidak sekedar iseng belaka, house journal itu dihargaka/dijual
 Advertisement (iklan)
Seperti halnya media pers lainnya, house journal mampu menyerap iklan.
 Distribution (sirkulasi)
Dalam mendistribusikan house journal harus diperhitungkan aktualitas penerbitan.

2. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi sebagai sebuah organisasi penyedia jasa pendidikan
juga perlu mengelola citranya. Hal ini akan berkaitan dengan kepercayaan
publik terhadap aspek kualitas pendidikan serta komponen mendasar
lainnya yang melekat pada institusi pendidikan. Sehingga citra positif dapat
terwujud, manakala perguruan tinggi secara nyata memang mengelola
pendidikannya dengan mengacu pada konsep good university governance.
Sehingga citra positif ini pula, yang nantinya akan menjadi nilai tambah
(added value) bagi para calon mahasisiwa dalam menentukan pilihannya.
Hal ini masih ditambah lagi dengan kondisi dimana persaingan
perguruan tinggi semakin ketat.
Ketika perguruan tinggi Negeri mulai
menjadi Badan Hukum Milik Negara, maka tingkat persebaran calon
mahasiswa bagi perguruan tinggi swasta dapat dikatakan beralih ke
Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sudah barang tentu univeristas yang
mampu menanamkan citra positifnya pada khalayaklah yang akan
memperoleh banyak perhatian, sehingga menjadi tujuan calon mahasiswa
untuk melanjutkan pendidikannya. Namun citra positif tidak dapat secara
otomatis terwujud bersamaan dengan terciptanya kualitas dan pengelolaan
yang baik. Namun harus diupayakan dan di kelola pada aspek-aspek
komunikasi dan opini publiknya.
Pembahasan mengenai citra, diawali dari pemahaman tentang citra
itu sendiri. Menurut Jefkin (1992 : 17) citra dibagi menjadi lima jenis,
yaitu :
1. Citra cermin (mirror image)
Citra yang diyakini oleh orang-orang dalam suatu perusahaan, terutama para
pimpinan yang tidak percaya pada kesan-kesan orang lain di luar organisasi yang
dipimpinnya. Hal ini merupakan gambaran yang didasarkan pada keinginan
sendiri karena kurangnya pengetahuan dan pengertian tentang pendapat dari luar
yang sering kali timbul dari fantasi orang-orang yang menyukai dirinya.
2. Citra kini (current image)
Kesan yang diperoleh dari orang lain tentang suatu organisasi, yang didasarkan
pada pengalaman orang lain atau pengertian yang kurang baik. Citra kini
bergantung pada banyak tidaknya yang diketahui masyarakat dalam dunia
mereka yang sibuk itu, meskipun pengetahuan mereka tidak sempurna seperti
apa yang diketahui oleh mereka yang berasal dalam organisasi.
3. Citra keinginan (wish image)
Citra yang ingin dicapai oleh manajemen dan merupakan citra yang benar-benar
ingin dicapai.
4. Citra perusahaan (corporate image)
Citra ini berhubungan dengan organisasi itu sendiri, bukan pada produk atau jasa
yang diberikan
5. Serba Citra (multiple image)
Citra bebas yang dapat diciptakan oleh cabang atau perwakilan organisasi yang
tidak mewakili citra organisasi induk secara keseluruhan.

a. STAKEHOLDERS PERGURUAN TINGGI


Citra positif dari perguruan tinggi diarahkan pada perwujudan sebagai institusi yang
berkualitas serta peduli pada kondisi masyarakat dan adaptif terhadap berbagai
perkembangan maupun tuntutan masyarakat. Citra positif yang dihadirkan tentunya bukan
sekedar citra yang sifatnya semu (citra yang diharapkan oleh pihak institusi saja), namun
benar-benar terbentuk dari gambaran atau penilaian stakeholders terhadap potensi, sumber
daya dan prestasi yang dimiliki perguruan tinggi. Maka sebagaimana korporasi, perguruan
tinggi pun perlu memikirkan stakeholders atau publik strategis yang membutuhkan
pengelolaan khusus. Sebagaimana diungkapkan oleh Wheelen dan Hunger (1995:27) bahwa
stakeholders adalah kelompok yang memiliki kepentingan dengan aktivitas institusi, dan
karena memiliki kepentingan, maka kelompok tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini penting untuk dilakukan agar harapan mengenai
terwujudnya citra positif bagi perguruan tinggi dapat terpenuhi. Sebab melalui pengalaman
stakeholders terhadap perguruan tinggi inilah, citra akan teruji dan terarah pada
terbentuknya reputasi. Reputasi tersebut nantinya akan menjadi jembatan antara perilaku
perguruan tinggi dengan apa yang diyakini oleh stakeholders. Oleh karena itu, perlu
pemetaan terhadap stakeholders yang ada di perguran tinggi untuk menunjukkan
keberagaman pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perguruan tingi. Tentu masing-
masing stakeholders memiliki kepentingan yang berbeda, sehingga wajar kiranya jika
karakter masing-masing stakeholders pun berbeda.
Berdasarkan pemetaan tersebut, maka penjelasan mengenai
stakeholders perguruan tinggi dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Calon mahasiswa, sebagai target publik dalam upaya memenuhi
kebutuhan jumlah mahasiswa dan kebutuhan finansial dari sebuah
perguruan tinggi.
2. Mahasiswa, merupakan publik terpenting sekaligus pihak ketiga (third
party endorser) yang akan menyampaikan kepada khalayak yang lebih
luas mengenai pengalamannya (word of mouth)
3. Sumber Daya manusia (SDM) mencakup, manajemen dan struktural
universitas, para dosen dan staf administrasi, sebagai pemberi jasa
layanan kepada mahasiswa
4. Alumni, sebagai sumber penting dari dukungan sukarela kepada
perguruan tinggi dan menjaga keberlangsungan (sustainability) dari
representasi perguruan tinggi di dunia kerja
5. Industri dan bisnis, menjadi mitra dalam pendukung finansial, praktek
mahasiswa atau pengguna (user)
6. Orangtua, menjadi pendukung pengambil keputusan calon mahasiswa
ataupun mahasiswa
7. Institusi Pendidikan Dalam dan Luar Negeri, dibutuhkan untuk berbagai
macam program pertukaran dosen atau mahasiswa,dan kerjasama
dalam berbagai hal termasuk penelitian
8. Pemerintah sebagai penentu berbagai peraturan pendidikan tinggi
9. Media, yang membantu tercapainya publisitas
10. Masyarakat sekitar, sebagai bagian dari pola kehidupan bertetangga
yang baik
b. URGENSI PUBLIC RELATIONS DI PERGURUAN TINGGI
Melihat pada kompleksitas stakeholders yang harus dihadapi oleh sebuah perguruan tinggi,
maka dibutuhkan optimalisasi peran dan fungsi PR di perguruan tinggi. Hal ini menjadi
penting (urgent), sebab aktivitas PR sehari-hari berkaitan dengan komunikasi timbal balik
(two way communication) antara perguruan tinggi dengan publiknya. Dengan komunikasi
dua arah tersebut menempatkan unsur relasi sebagai factor utama dalam menjaga hubungan
baik antara institusi dengan publik. Pemahaman dasar mengenai PR pada praktek dan
fungsionalisasi public relations pada sebuah organisasi dapat diawali dari pemahaman pada
pembagian model kerja, yaitu craft model dan scientific model. Pembagian ini berdasarkan
pada landasan pembuatan suatu kebijakan atau program. Dalam arti, apakah dalam
pembuatan kebijakan melihat opini public sebagai hal yang perlu dipertimbangkan atau
justru tidak sama sekali. Craft model lebih bersifat komunikasi satu arah, tidak
memperhatikan opini publik, sehingga riset opini tidak dilakukan. Sebaliknya dalam
scientific atau professional model, kebijakan yang dibuat berdasarkan masukan dari publik
yang diperoleh dari riset opini publik. Kedua model dibedakan lagi ke dalam empat model
public relations, dengan penjabaran sebagai berikut:

Model model prakter PR

Adapun peran public relations dewasa ini beralih dari craft person/role dan mengarah pada
managerial/professional role yang lebih dari sekedar pekerjaan teknisi. Peran di sini
membantu kita untuk mempelajari kekuatan dari fungsi public relations dalam organisasi
dan bagaimana aktivitas PR menghasilkan program yang tepat, mempengaruhi perencanaan
strategi dan efek pada tujuan organisasi baik tujuan jangka pendek (bottom-line) maupuan
tujuan jangka panjang (survival) (Baskin, 1987 :93)

Anda mungkin juga menyukai