Anda di halaman 1dari 4

Selamat datang.

Selamat datang.
Selamat datang.
Gizin bertanya,
saya terkenawat-was terkait Najis Anjing
yang membuat kacau hidup saya.
Jadi seperti orang gila yang selalu kepikiran Najis,
dia dah hari tanpa berfikir tentang Najis.
Hanya Najis dan Najis saja,
sampai-sampai kondisi kesihatan saya memburuk,
satu bulan saya bisa berubah ke doktor sampai 3 kali,
karena kepikiran Najis Anjing,
terus yang dikawatirkan sudah menyebar ke mana-mana.
Buyah,
Buyah pernah bilang untuk orang seperti saya boleh menggunakan
madah maliki.
Di mana Anjing tidak Najis,
namun tetap dibersikan tujuh kali sebagai takabudi.
Kalau misalkan orang seperti saya menggunakan madah maliki,
namun tidak membersikan tujuh kali tetap budi,
apakah boleh?
Apakah saya berdosa kalau tidak menjelakan takabudi tersebut?
Jika meledak berkiraan kita,
Najisnya sudah menyebar ke semua tempat bagaimana.
Apakah hanya membersikan benda awal saja,
yang sekiranya terkena Najis dan sisah benda lainnya
tidak perlu dibersihkan atau bagaimana?
Baru-baru ini saya pernah mendengar cerama Buyah yang bilang,
baik madah-bisah fi i,
mahu pun madah maliki sama-sama dibersihkan tujuh kali.
Namun kalau madah-bisah fi i,
disebabkan karena Najis berat,
semuanya madah-bisah maliki karena takabudi.
Saya jadi bingung, saya jadi bingung lagi.
Karena ujung-ujungnya kita tetap harus mebersikan tujuh kali.
Muan bingannya saya sudah sangat capek dengan urusan Najis Anjing ini,
sampai-sampai terlintas ingin bunuh diri saja,
karena terlalu berat memikirkan hal ini.
Muan sarannya Buyah, kenapa saya tetap susah sembuh?
Para sudah dibantu agar memgunakan madah-madah maliki saja untuk jalan keluarnya.
Terus lakukan untuk gue dan team semoga selalu berhenti Allah.
Amin.
Betul anda capek.
Saya pun denger capek.
Setiap manjir, saya ada waswas Anjing.
Engga selesai-sais.
Sudah kita kasih madah-madah maliki.
Pertanyaannya adalah keberkambang-berkambang.
Memang ada yang luput tidak saya jelas ken pun,
aknya jadi pertanyaan.
Ini madah-bada lusurah.
Walaupun dari masalah bhabi dan sebagainya,
kalau anda mengatakan seperti orang gila,
bukan seperti sudah.
Makan segara sembuh.
Kemudian kami ingat-ingatkan kebedaasi apa,
menyendi ujih dengan waswas.
Kalau anda memerangi itu juhat,
seperti halnya orang di beri Allah sakit jasat,
kemudian dia bersusah sabar.
Maka itu ada pertahalam.
Maka anda ada pertahalam.
Anda beranggit.
Jangan dituruti itu waswas.
Kemudian kemarin berapa kali?
Setiap menurut kita mengambil matap malik.
Makan yang indonesia harus matap malik.
Semuanya bagaimana ini?
Madhav malik yang kami hadirkan kemarin
dalam merangka memberi solusi bagi orang seperti anda.
Anak, saya selesai-selaskan masalah babi Anjing.
Semuanya kita telaskan kemarin.
Mohon ini bagi yang melihat
omongan kami tentang Anjing
telang semua yang berrankan itu kumpulkan.
Ada beberapa pertanyaan.
Karena ada saling menyeburnakan itu.
Saling menyeburnakan.
Lai yang terakhir kemarin,
hari apa-apa kemarin,
siap itu masih deket sekali mungkin ini pertanyaan kemarin lanjutannya.
Kita jelaskan bosanya memang dalam matap imam.
Malikki Anjing tidak nacis.
Sudah.
Jumhur mengatakan nacis.
Jumhur misalnya dalam hambaali,
syafi, nacis ayin.
Pentu Anjing itu nacis semuanya maka
kalau ada bebasahan,
kesentu, nacis.
Kalau matap hanavi,
nacis tapi hanya yang bahasa-basa kencengnya,
liurnya itu saja nacis.
Mato hanavi.
Tapi malikki tohir.
Suci.
Temasuk liurnya matap hanavi,
malikki juga suci.
Ay, jelajak-jelajak.
Anda matap malikki sudah.
Usus anda yang sakit yang lain,
jangan dikut-kutan.
Matap malikki itu Anjing adalah suci mathab.
Syafihi adalah nacis ayinnya,
nacis anjiknya,
kalau ada bebasan bersenjajan.
Semata-bahanap,
nacis tapi cairanya.
Gengnya, liurnya.
Cahara men sucikannya,
madhab imam, syafihi
dan hambaali di basuf tujuk kali,
harus untuk menjadi suci,
eh dahun nabitrop.
Salah satunya adalah,
dengan debu di jambur debu.
Hairenya di jambur debu,
lalu siaramkan dianjirkan
untuk tidak yang terakhir biar-bacunya
gak kotor.
Kalau madhab imam hanavi,
nacis tapi gak harus maka itu jujuk kali,
cukup tiga kali, seperti yu asa.
Dan dah usah pakai debu mathab hanavi.
Coba saya kasih matap lain,
biar anda melihat pokoknya hilang waswasanda.
Dan inget,
jangan tanya lagi,
kesiapapun selain ini,
anda sudah kesian betul-betul anda,
sampai,
nah, oh, itu biar jangan bunuh diri,
nah, oh, itu bunuh diri,
mati ngeraka.
Dia itu, saya tanahkan menggiring anda
untuk bunuh diri.
Jangan, sekarang ada bangkit selain ini.
Ada pendalam mathab imam malik,
karena anjing adalah suci,
membah suh tujuh balik tujuh kali,
tu tak butihannya menjalankan,
bukan sebuah kewacipan,
tapi anjing saya kemana-mana sama
nggak wajib dibasuh semuanya,
salah saya sudah.
Karena nggak nancis,
jadi anjing seperti hanyak ucing,
ayam dan serosnya,
nggak ada beda,
ini saja,
yang kena waswas,
kok berkumpulin omongan kami,
nangwaswasin,
atau paling banyak,
bahkan setiap majil,
ada waswas.
Dan setan menjurumu cewek utang
dari waswas ini pintar,
singkat dengan waswas susah khusuh,
susah,
sunat banyak,
karena bayangin wuduknya
untuk satu jam dia,
bisa teramatik di orang.
Jahlanya miring-miring itu di atas,
ini.
Dengan orang tidak
mesrati gak indah semuanya.
Bakaah anda ikut menemalik,
sudah selesai,
yang nanya lagi,
ini,
insyaAllah anda sebuah.
Dan kita ada akan semua,
ada akan mohon,
ada akan orang yang kena waswas,
kena waswas tu,
sudah nggak mungkin khusuh,
salahnya nggak mungkin,
dia minkir,
dia minggu sudah,
salah saja menghadap kepada Allah,
yang diketirau kemudian dia harus,
bajar fatihat dengan mengehai,
timat nanya,
dia masih inget di kamerman,
di jadinya,
kebasis atau belum sandalku,
karena ke lamaan
klingking saya jatuh keta,
lantai,
lantai,
ia noju suatu,
karena ada sandal yang kelamaan,
mahal si Allah,
jangan begitu, ya sudah,
madah, maliknya anda,
anda saja yang lain,
yang saya jangan ikut-kurusan,
anda matap syafi ini,
semua ini,
naliknya saja untuk dia saja,
bisa ada lagi,
cela hanya.
Cela hanya lagi,
apa besok,
tanya,
ya sudah yang si Allah ya,
anda bercihat perangi itu,
so, jangan tutup beri sejauh,
Allah Allah,
dia suka tawaran,

Anda mungkin juga menyukai