Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ghefira Naja Algebra

NIM : 21080122130058
Kelas : B

TUGAS B3 PENGAPLIKASIAN PENGOLAHAN LIMBAH B3


DENGAN 5 METODE KIMIA PADA INDUSTRI

Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan


1. Asam Kuat seperti Asam Proses pengolahan Dengan metoda presipitasi sulfida,
Klorida (HCl), Asam Nitrat karbonat dan gabungan kemudian dilanjutkan
(HNO3), Asam Sulfat (H2SO4) dengan penetralan pH limbah dengan kaustik soda
2. Basa Kuat seperti Natrium (NaOH) sebagai penunjang proses pemisahan logam
Hidroksida (NaOH) dan Kalium secara presipitasi. Dari proses penetralan dan presipitasi
Hidroksida (KOH) akan didapatkan larutan yang terpisah dari padatan
3. Sebagian besar unsur-unsur tersuspensi yang dapat dipisahkan berdasarkan berat
yang berbahaya yang terdapat jenis/ pengendapan.
dalam air limbah logam berat Metode presisipitasi dilakukan dengan 3 metode dengan
adalah logam terlarut seperti Besi hasil sebagai berikut
(Fe), Cadmium (Cd), Mangan - Hasil uji logam Cu menunjukkan konsentrasi
(Mn), Krom (Cr), Tembaga (Cu), awal limbah Cu sebesar 2,2239 mg/L
UPT Pengujian Dinas Cobalt (Co), Seng (Zn), Timbal - setelah proses pengolahan limbah dengan
Pekerjaan Umum Riau (Pb) dan Nikel (Ni), presipitasi sulfida diperoleh hasil konsentrasi
Cu sebesar 0,5254 mg/L
- dengan metoda presipitasi karbonat sebesar
0,4055 mg/L dan dengan metoda presipitasi
gabungan sebesar 0,4455 mg/L
Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan
Sehingga diperoleh konsentrasi penurunan logam Cu
terbanyak pada metoda kabonat sebesar 81.76%. Yang
mana metoda ini dilakukan dengan Sebanyak 100 ml
sampel limbah diambil dari jerigen penyimpanan lalu
ditambahkan NaOH 26,36% w/w sampai pH 2
kemudian tambahkan natrium sulfida padatan sampai
sampel berwarna kehijauan lalu biarkan semalam dan
disaring. Filtrat ditambahkan NaOH 26,36% w/w
sampai pH 8 lalu diendapkan semalam dan disaring.
Tambahkan CaCO3 pada filtrat sampai mencapai pH 9
biarkan semalam dan disaring. Tambahkan HCl 3M
sampai pH menjadi 3 lalu diendapkan semalam dan
disaring. Filtrat sisa penyaringan ditambahkan PAC
sebanyak 1 gr kemudian dibiarkan mengendap selama
beberapa jam lalu disaring. Filtrat ditambahkan lagi
0,25 gr polymer lalu saring kembali. Filtrat yang
didapat kemudian ditambahkan HNO3 3 tetes lalu
dianalisa dengan menggunakan AAS.
Umumnya limbah industri Koagulasi dan flokulasi adalah metode tradisional pada
berbasis logam mempunyai sifat pengolahan air limbah. Pada proses ini bahan koagulan
asam atau alkali yang mengandung seperti alum atau feri klorida dan bahan aditif lain
sianida beracun dan logam. seperti polielektrolit ditambahkan dengan dosis tertentu
untuk menghasilkan persenyawaan yang berpartikel
besar sehingga mudah dipisahkan secara fisika. Sebuah
metode yang lebih efisien dan murah untuk mengolah
Industri Keroseri
air limbah dengan jenis polutan yang bervariatif serta
meminimisasi bahan aditif adalah diperlukan dalam
managemen keberlanjutan air yaitu Elektrokoagulasi
dengan prinsip REDOKS.

Sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam maka


akan mengoksidasi logam (M) tersebut menjadi logam
Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan
kation (M+ ), sedangkan air akan mengalami reduksi
menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion hidroksi (OH-
). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

Kation menghidrolisis di dalam air membentuk sebuah


hidroksi dengan spesies dominan yang tergantung pada
kondisi pH larutan. Untuk kasus anoda alumunium
maka reaksi yang terjadi adalah:

Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa


partikel koloid dengan membentuk polivalen
polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini
mempunyai sisi yang mudah diadsorbsi, membentuk
gumpalan (aggregates) dengan polutan. Pelepasan gas
hidrogen akan membantu pencampuran dan
pembentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas
hidrogen akan diflotasikan kepermukaan reaktor.
Limbah Padat Proses pengolahan limbah pada PT. Bayer Indonesia
1. Alufoil Ex. Bongkatan dilakukan dengan metoda netralisasi. Ketika baru
Produk pertama dipindahkan dari Pit, pH limbah akan
2. Sak Ex. Technical menunjukan angka berkisar 4-5 yang menandakan
PT. Bayer Indonesia –
3. Metal Drum Ex. Material bahwa pH bersifat asam. Untuk menaikan pH dilakukan
Bayer CropScience
4. Pil Ex. Solfac penambahan NAOH hingga pH mencapai 7-8 (bersifat
(Industri Pestisida)
5. Plastik Ex. Technical netral). pH diukur dengan alat digital yang dipasang
6. Ex. Label Box dekat dengan WWPT. Setelah dicapai pH 7 maka
7. Jerican Ex. Material dimixer selama 5-10 menit, setelah itu diambil sample
8. Paper Drum limbah lalu diserahkan ke analis untuk dianalisa apakah
Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan
9. Container kandungan racun telah hilang. Dan limbah akan
10. Masker dialirkan ke Accumulation Tank.
11. Baterai
12. Inner Body Contoh reaksi netralisasi antara limbah asam dan
13. Plastik Inner Plug larutan natrium hidroksida (NaOH) adalah :
14. Kaolin HCl (aq) + NaOH (aq) -> NaCl (aq) + H2O (l)
15. Sludge Dalam reaksi ini, asam klorida (HCl) dari limbah
Limbah Cair bereaksi dengan natrium hidroksida (NaOH) untuk
1. Solvent membentuk garam natrium klorida (NaCl) dan air
2. Expired Product (H2O). Hasil reaksi ini adalah limbah yang memiliki pH
3. Air Laboratorium yang mendekati netral.
Limbah proses electroplating Proses pengolahan diawali dengan proses netralisasi.
merupakan limbah logam berat 300 mL limbah cair yang telah diketahui kadar dan
yang termasuk dalam limba B3, pHnya dimasukkan kedalam 6 buah gelas beker.
beberapa unsur logam yang Ditambahkan ferri klorida sebanyak 0,034; 0,067;
terdapat dalam limbah cair 0,135; 0,273; 0,555 dan 1,092 g. Diatur pHnya 5, 6, 7,
electroplating : 8, 10 dan 11 kemudian diaduk dengan kecepatan 125
1. Besi rpm selama 5 menit dan dilanjutkan dengan
2. Krom pengadukan dengan kecepatan 45 rpm selama 15 menit.
3. Seng Campuran didiamkan sampai terpisah sempurna selama
4. Nikel 1 jam. Dilakukan analisis kadar logam dalam beningan
Industri Elektroplating 5. Mangan dengan menggunakan SSA.
6. Tembaha
Dilanjutkan dengan koagulasi dengan prisnsip
reduksi. Dalam uji penentuan massa KI optimum ini
bertujuan untuk mereduksi krom (VI) menjadi krom
(III). Penentuan massa reduktor KI ini dilakukan
dengan metode Jar test. Dicampurkan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;
0,5 dan 0,7 g padatan KI dengan 300 mL limbah cair
elektroplating yang memiliki pH 2, kemudian
ditambahkan FeCl3 sebanyak 1,092 g dan NaOH 1 N
sampai pH 5. Kemudian pada beningan dilakukan
Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan
analisis pH dan kadar krom. Kadar krom yang paling
kecil menunjukkan dosis penggunaan reduktor KI yang
optimal.

Proses pengolahan limbah elektroplating menggunakan


ferri klorida prinsipnya berdasarkan pada reaksi
pengendapan kation logam. Ferri klorida digunakan
sebagai koagulan karena sifatnya yang akan mengion
di dalam air menjadi kation Fe3+. Kation ini nantinya
akan bereaksi dengan ion hidroksida dalam larutan
menjadi padatan hidroksida logam yang tidak larut
dalam air. Rasio massa optimum ferri klorida yang
digunakan terhadap limbah dalam proses pengurangan
kandungan logam berat pada limbah elektroplating
dilakukan dengan metode jar test. Penentuan massa
koagulan dilakukan dengan cara menghitung dosis
koagulan melalui reaksi stoikiometri antara koagulan
dan logam, kemudian dilakukan pengaturan pH.
Kandungan logam dalam PCB Berdasarkan penelitian ini, logam-logam yang
terkandung dalam PCB telah berhasil dipisahkan
dengan proses pelarutan selektif. Terlepasnya
tembaga dari kepingan PCB diindikasikan dengan
munculnya warna biru pada larutannya. Warna biru dari
larutan hasil pelarutan selektif diindikasikan sebagai
PT LEN (Industri larutan tembaga(II) sulfat (Vogel, 1990). Kepastian
Printed Circuit Board) adanya tembaga(II) sulfat dalam larutan ditentukan
dengan analisis menggunakan SSA. Tembaga yang ada
di dalam PCB bereaksi dengan asam sulfat dan
menghasilkan tembaga(II) sulfat berdasarkan reaksi
berikut: Cu(s) + H2SO4(aq) + H2O2(aq) → CuSO4(aq)
+ 2 H2O(l) (Veglio et al., 2006) Peran dari hidrogen
peroksida sebagai oksidator dalam proses pelarutan
Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan
tembaga sangat penting. Tanpa adanya hidrogen
peroksida, maka tembaga tidak dapat teroksidasi
membentuk tembaga(II) yang berwarna biru sehingga
larutan tetap tidak berwarna. Perpanjangan waktu
pelarutan selektif hingga 5 hari pun tetap tidak
menunjukkan adanya tembaga yang larut membentuk
tembaga(II) sulfat.

Analisis logam tidak hanya dilakukan pada larutan hasil


pelarutan selektif saja, tetapi kepingan PCB setelah
proses pelarutan selektif juga dianalisis kembali
dengan XRF dengan 3 kali pengulangan untuk
mengetahui kadar unsur mana saja yang mengalami
perubahan.

Anda mungkin juga menyukai