1. Asam Kuat seperti Asam Proses pengolahan Dengan metoda presipitasi sulfida, Klorida (HCl), Asam Nitrat karbonat dan gabungan kemudian dilanjutkan (HNO3), Asam Sulfat (H2SO4) dengan penetralan pH limbah dengan kaustik soda 2. Basa Kuat seperti Natrium (NaOH) sebagai penunjang proses pemisahan logam Hidroksida (NaOH) dan Kalium secara presipitasi. Dari proses penetralan dan presipitasi Hidroksida (KOH) akan didapatkan larutan yang terpisah dari padatan 3. Sebagian besar unsur-unsur tersuspensi yang dapat dipisahkan berdasarkan berat yang berbahaya yang terdapat jenis/ pengendapan. dalam air limbah logam berat Metode presisipitasi dilakukan dengan 3 metode dengan adalah logam terlarut seperti Besi hasil sebagai berikut (Fe), Cadmium (Cd), Mangan - Hasil uji logam Cu menunjukkan konsentrasi (Mn), Krom (Cr), Tembaga (Cu), awal limbah Cu sebesar 2,2239 mg/L UPT Pengujian Dinas Cobalt (Co), Seng (Zn), Timbal - setelah proses pengolahan limbah dengan Pekerjaan Umum Riau (Pb) dan Nikel (Ni), presipitasi sulfida diperoleh hasil konsentrasi Cu sebesar 0,5254 mg/L - dengan metoda presipitasi karbonat sebesar 0,4055 mg/L dan dengan metoda presipitasi gabungan sebesar 0,4455 mg/L Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan Sehingga diperoleh konsentrasi penurunan logam Cu terbanyak pada metoda kabonat sebesar 81.76%. Yang mana metoda ini dilakukan dengan Sebanyak 100 ml sampel limbah diambil dari jerigen penyimpanan lalu ditambahkan NaOH 26,36% w/w sampai pH 2 kemudian tambahkan natrium sulfida padatan sampai sampel berwarna kehijauan lalu biarkan semalam dan disaring. Filtrat ditambahkan NaOH 26,36% w/w sampai pH 8 lalu diendapkan semalam dan disaring. Tambahkan CaCO3 pada filtrat sampai mencapai pH 9 biarkan semalam dan disaring. Tambahkan HCl 3M sampai pH menjadi 3 lalu diendapkan semalam dan disaring. Filtrat sisa penyaringan ditambahkan PAC sebanyak 1 gr kemudian dibiarkan mengendap selama beberapa jam lalu disaring. Filtrat ditambahkan lagi 0,25 gr polymer lalu saring kembali. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan HNO3 3 tetes lalu dianalisa dengan menggunakan AAS. Umumnya limbah industri Koagulasi dan flokulasi adalah metode tradisional pada berbasis logam mempunyai sifat pengolahan air limbah. Pada proses ini bahan koagulan asam atau alkali yang mengandung seperti alum atau feri klorida dan bahan aditif lain sianida beracun dan logam. seperti polielektrolit ditambahkan dengan dosis tertentu untuk menghasilkan persenyawaan yang berpartikel besar sehingga mudah dipisahkan secara fisika. Sebuah metode yang lebih efisien dan murah untuk mengolah Industri Keroseri air limbah dengan jenis polutan yang bervariatif serta meminimisasi bahan aditif adalah diperlukan dalam managemen keberlanjutan air yaitu Elektrokoagulasi dengan prinsip REDOKS.
Sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam maka
akan mengoksidasi logam (M) tersebut menjadi logam Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan kation (M+ ), sedangkan air akan mengalami reduksi menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion hidroksi (OH- ). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Kation menghidrolisis di dalam air membentuk sebuah
hidroksi dengan spesies dominan yang tergantung pada kondisi pH larutan. Untuk kasus anoda alumunium maka reaksi yang terjadi adalah:
Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa
partikel koloid dengan membentuk polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini mempunyai sisi yang mudah diadsorbsi, membentuk gumpalan (aggregates) dengan polutan. Pelepasan gas hidrogen akan membantu pencampuran dan pembentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan diflotasikan kepermukaan reaktor. Limbah Padat Proses pengolahan limbah pada PT. Bayer Indonesia 1. Alufoil Ex. Bongkatan dilakukan dengan metoda netralisasi. Ketika baru Produk pertama dipindahkan dari Pit, pH limbah akan 2. Sak Ex. Technical menunjukan angka berkisar 4-5 yang menandakan PT. Bayer Indonesia – 3. Metal Drum Ex. Material bahwa pH bersifat asam. Untuk menaikan pH dilakukan Bayer CropScience 4. Pil Ex. Solfac penambahan NAOH hingga pH mencapai 7-8 (bersifat (Industri Pestisida) 5. Plastik Ex. Technical netral). pH diukur dengan alat digital yang dipasang 6. Ex. Label Box dekat dengan WWPT. Setelah dicapai pH 7 maka 7. Jerican Ex. Material dimixer selama 5-10 menit, setelah itu diambil sample 8. Paper Drum limbah lalu diserahkan ke analis untuk dianalisa apakah Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan 9. Container kandungan racun telah hilang. Dan limbah akan 10. Masker dialirkan ke Accumulation Tank. 11. Baterai 12. Inner Body Contoh reaksi netralisasi antara limbah asam dan 13. Plastik Inner Plug larutan natrium hidroksida (NaOH) adalah : 14. Kaolin HCl (aq) + NaOH (aq) -> NaCl (aq) + H2O (l) 15. Sludge Dalam reaksi ini, asam klorida (HCl) dari limbah Limbah Cair bereaksi dengan natrium hidroksida (NaOH) untuk 1. Solvent membentuk garam natrium klorida (NaCl) dan air 2. Expired Product (H2O). Hasil reaksi ini adalah limbah yang memiliki pH 3. Air Laboratorium yang mendekati netral. Limbah proses electroplating Proses pengolahan diawali dengan proses netralisasi. merupakan limbah logam berat 300 mL limbah cair yang telah diketahui kadar dan yang termasuk dalam limba B3, pHnya dimasukkan kedalam 6 buah gelas beker. beberapa unsur logam yang Ditambahkan ferri klorida sebanyak 0,034; 0,067; terdapat dalam limbah cair 0,135; 0,273; 0,555 dan 1,092 g. Diatur pHnya 5, 6, 7, electroplating : 8, 10 dan 11 kemudian diaduk dengan kecepatan 125 1. Besi rpm selama 5 menit dan dilanjutkan dengan 2. Krom pengadukan dengan kecepatan 45 rpm selama 15 menit. 3. Seng Campuran didiamkan sampai terpisah sempurna selama 4. Nikel 1 jam. Dilakukan analisis kadar logam dalam beningan Industri Elektroplating 5. Mangan dengan menggunakan SSA. 6. Tembaha Dilanjutkan dengan koagulasi dengan prisnsip reduksi. Dalam uji penentuan massa KI optimum ini bertujuan untuk mereduksi krom (VI) menjadi krom (III). Penentuan massa reduktor KI ini dilakukan dengan metode Jar test. Dicampurkan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,7 g padatan KI dengan 300 mL limbah cair elektroplating yang memiliki pH 2, kemudian ditambahkan FeCl3 sebanyak 1,092 g dan NaOH 1 N sampai pH 5. Kemudian pada beningan dilakukan Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan analisis pH dan kadar krom. Kadar krom yang paling kecil menunjukkan dosis penggunaan reduktor KI yang optimal.
Proses pengolahan limbah elektroplating menggunakan
ferri klorida prinsipnya berdasarkan pada reaksi pengendapan kation logam. Ferri klorida digunakan sebagai koagulan karena sifatnya yang akan mengion di dalam air menjadi kation Fe3+. Kation ini nantinya akan bereaksi dengan ion hidroksida dalam larutan menjadi padatan hidroksida logam yang tidak larut dalam air. Rasio massa optimum ferri klorida yang digunakan terhadap limbah dalam proses pengurangan kandungan logam berat pada limbah elektroplating dilakukan dengan metode jar test. Penentuan massa koagulan dilakukan dengan cara menghitung dosis koagulan melalui reaksi stoikiometri antara koagulan dan logam, kemudian dilakukan pengaturan pH. Kandungan logam dalam PCB Berdasarkan penelitian ini, logam-logam yang terkandung dalam PCB telah berhasil dipisahkan dengan proses pelarutan selektif. Terlepasnya tembaga dari kepingan PCB diindikasikan dengan munculnya warna biru pada larutannya. Warna biru dari larutan hasil pelarutan selektif diindikasikan sebagai PT LEN (Industri larutan tembaga(II) sulfat (Vogel, 1990). Kepastian Printed Circuit Board) adanya tembaga(II) sulfat dalam larutan ditentukan dengan analisis menggunakan SSA. Tembaga yang ada di dalam PCB bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan tembaga(II) sulfat berdasarkan reaksi berikut: Cu(s) + H2SO4(aq) + H2O2(aq) → CuSO4(aq) + 2 H2O(l) (Veglio et al., 2006) Peran dari hidrogen peroksida sebagai oksidator dalam proses pelarutan Industri Limbah Yang Dihasilkan Proses Pengolahan tembaga sangat penting. Tanpa adanya hidrogen peroksida, maka tembaga tidak dapat teroksidasi membentuk tembaga(II) yang berwarna biru sehingga larutan tetap tidak berwarna. Perpanjangan waktu pelarutan selektif hingga 5 hari pun tetap tidak menunjukkan adanya tembaga yang larut membentuk tembaga(II) sulfat.
Analisis logam tidak hanya dilakukan pada larutan hasil
pelarutan selektif saja, tetapi kepingan PCB setelah proses pelarutan selektif juga dianalisis kembali dengan XRF dengan 3 kali pengulangan untuk mengetahui kadar unsur mana saja yang mengalami perubahan.