PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1) Dapat mengetahui apa kaustik soda itu.
2) Mengetahui sifat fisik dari NaOH/kaustik soda.
3) Mengetahui cara pembuatan Kaustik soda/NaOH.
4) Mengetahui kegunaan dari kaustik soda/NaOH.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian NaOH/Kaustik Soda
Natrium hidroksida (NaOH),
juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin
Berikut adalah sifat-sifat fisik dan kimia dari kaustik soda atau NaOH
a. Sifat fisik
Natrium Hidroksida
Nama Sistematis Natrium Hidroksida
Nama lain Soda kaustik
Sifat
Rumus molekul NaOH
Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm, padat
Titik leleh 318C (591 K)
Titik didih 1390C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20C)
Kebasaan (pKb) -2,43
b. Sifat Kimia
Skala Laboratorium
NaOH sering disebut dengan istilah soda kaustik, dibuat dengan cara
Mereaksikan logam Na dengan air :
Skala Industri
Bahan baku proses pembuatan caustic soda adalah garam, air, dan
listrik. Proses pembuatan caustic soda melalui beberapa tahapan proses,
pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,
penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah proses utama
yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi
evaporasi dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan caustic
soda berupa gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair.
B. Proses Utama
1. Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hingga ph 4.
2. Elektrolisa
Larutan keluar dari resin penukar ion memasuki sebelum
memasuki sel elektrolisa dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 87oC
dengan steam. Pada proses elektrolisa menggunakan anoda dan katoda
yang dialiri arus DC(direct current) sebagai sumber energy. Elektrolisa
ini menggunakan nikel sebagai sel katoda dan titanium sebagai sel
anoda. Reaksi utama yang terjadi dalam elektrolisa :
Anoda : 2Cl- Cl2 + 2e
Katoda: 2e- + 2H+ H2
Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion yang
hanya dapan dilalui oleh ion positif.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl - pada NaCl
teroksidasi sehingga ion Na+ kehilangan pasangan dan bergerak menuju
anoda. Pada anoda feed masuk adalah H2O dan NaOH recycle pada
suhu 85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OH- kehilangan
pasangan. Ion Na+ dan OH+ ini selanjutnya bertemu dan membentuk
NaOH. Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil samping
dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine (Cl2) dan gas Hydrogen
(H2) pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2 liquid,
sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif sedikit.
Larutan keluar anoda pada suhu 91oC di recycle kembali menuju
tangki pencampur. Sedangkan larutan keluar katoda suhu 91 oC
mengandung NaOH 32%, 10% direcycle kembali sebagai umpan dan
sebagian yang lain diproses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH
50%.
Pada elektrolisa ini juga terjadi berbagai reaksi samping. Reaksi
samping yang terjadi yaitu pembentukan Chlorate (NaClO 3) reaksi
pembentukan chlorate :
H2O + Cl2 HClO + HCl
HClO + 3NaOH NaClO3 + 2NaCl + 3H2O
Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak
sempurna, sekitar 5% ion Cl- lolos menuju katoda (Uhde), dan sekitar
5% ion OH- lolos menuju anoda, membentuk NaOH dan kemudian
membentuk chlorate.
Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H 2O di
anoda juga teroksidasi dengan reaksi:
H2O 2H+ + O2 + 2e-
Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas
anoda, dan ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H +
bereaksi dengan OH- manjadi H2O (back mixing).
C.
Finishing
1.
Evaporasi
NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki
evaporator untuk dipekatkan menjadi 50% NaOH. NaOH di evaporasi
menggunakan steam sehingga NaOH 50% keluar memiliki suhu 144 oC.
NaOH 50% kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan,
pertama ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya
menjadi 110,7oC, larutan ini kemudian didinginkan kembali
menggunakan air pendingin hingga suhunya mencapai 45 oC dan
ditampung ke dalam tangki penampung.
2.
Treatment Recycle
Garam lemah dari anoda masih mengandung chlorate di
treatment terlebih dahulu dengan penambahan HCl untuk reaksi
destruksi chlorate :
NaClO3 + HCl NaCl + 3Cl2 + 3H2O
Setelah melewati reaktor destruksi chlorate, kandungan Cl2 di stripping
menggunakan udara. Larutan setelah stripping yang mengandung NaCl
dan H2O siap direcycle menuju tangki pencampur
Pada tahun 1998, total produksi dunia sekitar 45 juta ton. Amerika
Utara dan Asia secara kolektif memberikan kontribusi sekitar 14 juta ton,
sementara Eropa memproduksi sekitar 10 juta ton. Di Amerika Serikat,
produsen utama natrium hidroksida adalah Dow Chemical Company, yang
telah produksi tahunan sekitar 3,7 juta ton dari situs di Freeport, Texas , dan
Plaquemine, Louisiana. Produsen utama AS termasuk Oxychem , PPG , Olin ,
Pioneer Perusahaan (yang dibeli oleh Olin), Inc (PIONA), dan Formosa.
Semua perusahaan-perusahaan ini menggunakan proses chloralkali.
Netralisasi minyak
refining factor =
Makin kecil nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak
dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam
lemak bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan
terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan
minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang
lebih baik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi
larutan alkali yang digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut:
1. Keasaman dari Minyak Kasar
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah
asam lemak bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah
asam lemak bebas, makin besar pula konsentrasi alkali yang digunakan.
Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam lemak bebas dalam
minyak (sebagai asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik soda
Kristal, atau untuk menetralkan 1 ton minyak yang mengandung 1% asam
lemak bebas (10 kg asam lemak bebas) dibutuhkan sebanayk 1,42 kg
kaustik soda Kristal. Pada proses netralisasi perlu ditambahkan kaustik
soda berlebih yang disebut excess dari jumlahnya terantung dari sifat-sifat
khas minyak; misalnya untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 0,2% kaustik
soda didasarkan pada berat minyak.
2. Jumlah Minyak Netral (Trigliserida) yang Tersabunkan Diusahakan
Serendah Mungkin
Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka
kemungkinan jumlah trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula
sehingga angka refining factor bertambah besar.
3. Jumlah Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock
Makin encer larutan kaustik soda, maka makin besar tendensi
larutan sabun untuk membentuk emulsi dengan trigliserida. Umumnya
minyak yang mengandung kadar asam lemak bebas yang rebdah lebih beik
dinetralkan dengan alkali encer (konsentrasi lebih kecil dari 0,15 N atau
5oBe), sedangkan asam lemak bebas dengan kadar tinggi, baik dinetralkan
dengan larutan alkali 10-24oBe. Dengan menggunakan larutan alkali encer,
kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan
tetapi kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak
akan membentuk emulsi.
4. Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap
stock) yang terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan
cepat. Pengendapan yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak
karena sebagian minyak akan diserap oleh sabun.
5. Warna Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang digunakan, makin besar jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang
dihasilkan berwarna lebih pucat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Dari penjabaran yang telah kami lakukan, sebaiknya jika akan
menggunakan bahan ini haruslah dengan hati-hati dan teliti serta diharapkan
menggunakan peralatan-peralatan kerja yang dibutuhkan seperti sarung
tangan karet, pakaian keamanan dan pelindung mata. Karena seperti kita tahu
bahwa bahan-bahan ini sangatlah berbahaya. Solid natrium hidroksida atau
larutan natrium hidroksida akan menyebabkan luka bakar kimia, cedera atau
bekas luka permanen, dan kebutaan jika kontak tidak dilindungi jaringan
tubuh manusia atau hewan.
Daftar Pustaka
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
BAB II Pembahasan
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka