Anda di halaman 1dari 7

Kelompok : 2

Nama Anggota:

1. Alifa Zahra (235154034)


2. Dean Arti Ramadhan (235154039)
3. Khansa Nadhifa Sukma (235154045)
4. Raisya Nurazizah (235154055)
5. Shofiyyah Hasanah (235154060)

Kelas/Prodi : 1B-AC/D4 Akuntansi

RESUME

BAB VI

WACANA ILMIAH

“Wacana ilmiah (wacana teknis) merupakan salah satu komunikasi tertulis yang
mengemban tujuan penyampaian, penyebaran, dan pengembangan ilmu sehingga bahasa
yang digunakan dalam wacana itupun haruslah memenuhi syarat penalaran dan pengalaman
logika berbahasa....”(Hazma, 2015)

A. Jenis wacana ilmiah

1. Narasi

Narasi adalah “...suatu bentuk wacana suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya
adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
dalam suatu kesatuan waktu.” (Keraf, 2000: 136)
a. Narasi Ekspositoris.
b. Narasi Sugestif.
Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Sugestif (Keraf:2000)
2. Deskripsi

Deskripsi merupakan wacana yang berisi perincian dari subjek pembicaraan.


Tujuannya agar pembaca dapat berimajinasi atau memperoleh pemahaman baru. Berdasarkan
tujuan tersebut, terdapat dua macam deskripsi:

1) Deskripsi sugestif
2) Deskripsi eksporitoris atau teknis

Untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang baik, dapat digunakan pendekatan berikut ini:

1) Pendekatan Realitas
2) Pendekatan Impresionitas
3) Pendekatan menurut sikap penulis

3. Eksposisi

Eksposisi merupakan bentuk tulisan yang menerangkan suatu pokok pikiran dengan
tujuan memperluas pengetahuan pandangan pembaca. Wacana eksposisi sering digunakan
dalam makalah ilmiah popular, majalah, surat kabar.

Penganalisisan subjek dapat dilakukan dengan metode-metode berikut ini atau


penggabungan beberapa metode sekaligus.

1) Metode Identifikasi
2) Metode Perbandingan
3) Metode Ilustrasi atau Eksemplifikasi
4) Metode Klasifikasi
5) Metode Definisi

4. Argumentasi

Argumentasi merupakan suatu bentuk tulisan yang menguraikan suatu masalah


dengan tujuan mengubah pendapat/pendirian pembaca.

Komposisi argumentasi terdiri atas.

1) Pendahuluan
2) Tubuh Argumen
3) Simpulan

5. Perbedaan Jenis-jenis Wacana


B. Pemaragrafan

Paragraf atau alinea merupakan penyajian informasi dalam himpunan kalimat yang
bertalian dan membentuk sebuah gagasan.

Untuk membentuk paragraf yang baik, diperlukan syarat :

1) Kesatuan

Dalam pemgembangan ide pokok, terdapat jalinan makna yang erat antara kalimat
utama dengan kalimat kalimat lain sebagai kalimat penjelas. Secara teoritis paragraf di
golongkan ke dalam 4 jenis

a. Paragraf deduktif
b. Paragraf induktif
c. Paragraf campuran
d. Paragraf tanpa kalimat utama

2) Koherensi

Kalimat utama dengan kalimat-kalimat penjelas dalam satu paragraf harus memenuhi
syarat ketatabahasaan, yang dapat diperoleh melalui :

1. Konsistensi pokok pikiran


2. Penggunaan kata ganti dan atau kata petunjuk
3. Urutan waktu dan tempat
4. Pengulangan kata kata kunci
5. Pola kalimat yang hampir sama
6. Penggunaan frase-frase penanda hubungan, partikel-partikel penghubung, keterangan
tempat, waktu, pertentangan, pengutamaan, dll.

Untuk memperoleh kepaduan yang baik antar kalimat dalam sebuah paragraf, perlu
diperhatikan :

1. Masalah kebahasaan
2. Perincian dan urutan isi paragraf

1. Kebahasaan Paragraf
Masalah kebahasaan yang memengaruhi koherensi dalam paragraf adalah repetisi,
pronomina, dan kata transisi.

1. Repitisi
Dilakukan dengan pengulangan kata kunci dalam kalimat-kalimat penjelasnya.
2. Pronomina
Kata ganti ini digunakan untuk merujuk pada kata benda lain, biasanya subjek atau
objek dalam paragraf.
3. Kata Transisi
Kata transisi berfungsi untuk menghubungkan gagasan kalimat yang satu dengan
kalimat lainnya. Kata-kata transisi ini biasa dipergunakan dalam tulisan ilmiah sesuai
dengan jenis hubungannya. Hubungan itu terdiri atas:
a. Hubungan tambahan
b. Hubungan pertentangan
c. Hubungan perbandingan
d. Hubungan akibat atau hasil
e. Hubungan tujuan
f. Hubungan singkatan
g. Hubungan waktu
h. Hubungan tempat

2. Perincian Urutan Pikiran

Perincian Urutan Pikirian adalah bagaimana pengembangan antara kalimat utama


dengan kalimat-kalimat penjelas dan bagaimana hubungan antara kalimat-kalimat penjelas
dalam mengembangkan kalimat utama.

Metode pengembangan menurut Keraf (2005) adalah sebagai berikut.

1) Klimaks dan Antiklimaks


Pengembangan dengan metode klimaks adalah mula-mula suatu gagasan utama
dirinci dengan gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya lalu
berangsur-angsur gagasan lain sampai yang paling tinggi. Gagasan bawahan yang
paling akhir merupakan yang paling penting.
2) Sudut Pandang atau Urutan Ruang
Sudut pandang merupakan tempat penulis atau posisi penulis ketika melihat sesuatu.
Yang harus diperhatikan adalah konsistensi.

3) Perbandingan atau Pertentangan


Penulis menunjukkan kesamaan atau perbedaan dari segi-segi tertentu antara dua
objek.
4) Analogi
Perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda dengan memperlihatkan
kesamaan segi atau fungsi kedua objek.
5) Contoh
Contoh-contoh digunakan bila sebuah gagasan terlalu umum atau generalisasi
memerlukan ilustrasi yang konkret agar dapat dipahami.
6) Proses
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan tindakan untuk menghasilkan
sesuatu.
7) Sebab-Akibat
Paragraf yang dapat dikembangkan dengan sebab sebagai kalimat utama dan akibat
sebagai kalimat penjelas ataupun sebaliknya.
8) Umum-Khusus
Metode umum-khusus menempatkan kalimat utama pada awal paragraf dan
perincian-perinciannya dalam kalimat penjelas. Metode khusus-umum sebaliknya.
9) Klasifikasi
Metode klasifikasi digunakan bila akan mengelompokkan sesuatu yang dianggap
mempunyai kesamaan tertentu.
10) Definisi Luas
Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha untuk memberi keterangan
atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.

C. Pengembangan paragraf

Tujuan dan maksud penulisan menjadi hal yang penting dalam pengembangan
paragraf. Dalam pengembangan itu ada tiga bagian yang terdiri atas pembuka, isi, dan
penutup. Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama yaitu kemampuan merinci
gagasan utama dan kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang
teratur.
Hal yang perlu diperhatikan agar pengembangan tersebut menjadi sebuah paragraf
yang berstruktur dan baik.

1. Kesatuan Paragraf

Kesatuan paragraf berhubungan dengan kehadiran gagasan inti/gagasan utama yang


diikuti gagasan-gagasan penjelas. Informasi dalam gagasan tambahan tidak boleh
"sumbang", harus mendukung dan menguatkan ide/gagasan inti.

2. Kepaduan Paragraf

Suatu paragraf dianggap padu jika kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut menjalin
keserasian dan keterjalinan makna.
3. Keruntutan
Keruntutan dalam paragraf mencerminkan kerunutan jalan pikiran penulis. Hal itu
dapat diwujudkan dalam urutan penyajian informasi yang terpola dan tersusun secara
sistematis.

4. Kelengkapan

Salah satu syarat paragraf yang baik adalah kelengkapan. Gagasan utama harus
dikembangkan dengan gagasan penjelas yang mendukung dengan cara memberikan
gambaran konkret, detail, dan tuntas.
5. Konsistensi
Penulis dapat memilih sudut pandang yang sesuai dengan wacana yang akan ditulis,
namun harus konsisten dalam pilihan tersebut. Dalam wacana ilmiah, sudut pandang yang
digunakan umumnya nonpersona.

Referensi:

Nur, Sri Yuliyawati., Hazma. 2024. Bahasa Indonesia: Media Aktualisasi Kecendekiaan
dalam Aktivitas Ilmiah. Bandung: CV Balatin Putera Puteri.

Anda mungkin juga menyukai