Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dinda Mayang Sari

Nim : 0701181081

Kls/Sem : Ilmu Komputer3/V

M.Kuliah : Filsafat Sains dan Teknologi.

Museum T.B.Silalahi

Museum Pribadi T. B. Silalahi Center adalah Museum pribadi atau jejak langkah dari T. B. Silalahi yang
bertempat di Jl. Pagar Batu No. 88. Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi
Sumatra Utara.

Museum Pribadi TB. Silalahi atau yang diberi nama Museum Jejak Langkah dan Sejarah TB. Silalahi yang
dibangun sebagai wadah untuk memotivasi generasi muda untuk terus meraih cita-cita dengan melihat
pengalaman TB. Silalahi mulai dari kecil sebagai anak pengembala kerbau sampai menjadi seorang
Jenderal.

Museum TB. Silalahi adalah yayasan nirlaba yang didirikan oleh Letjen TNI (Purn) Dr. Tiopan Bernhard
Silalahi. Yayasan ini didirikan dengan tujuan untuk melestarikan budaya Batak dan membentuk karakter
masyarakat Batak. Yayasan ini dirikan berdasarkan akta nomor 10 tanggal 7 Agustus 2006 dan akta
nomor 7 tanggal 8 Januari 2007, dan TB. Silalahi pernah menjadi Menteri PAN 1993-1998.
Langgam arsitektur KONSEP ARSITEKTURAL Langgam arsitektur yang digunakan adalah Arsitektur
Vernakular. Arsitektur vernakular dipilih untuk menyesuailkan gaya arsitektur dengan fungsi TB. Silalahi
Center sebagai tempat pelestarian dan pengembangan kebudayaan Batak, dan menyesuaikan gaya
arsitektur dengan daerah Batak Toba yang menjadi lokasi perencanaan dan perancangan.

Museum ini merupakan Museum Jejak Langkah dan Sejarah T. B. Silalahi. Museum Jejak Langkah dan
Sejarah T. B. Silalahi disebut juga sebagai ruang motivasi. Museum ini berisi koleksi pribadi T. B. Silalahi
yang berupa pakaian dinas, bintang jasa, tanda kehormatan, kendaraan pribadi dan dinas, jenis senjata
yang pernah digunakan oleh T. B. Silalahi, dan kenang-kenangan dari penjuru dunia yang diberikan
kepada Bapak T. B. Silalahi.

Di dalam ruangan ini terdapat panel-panel yang menceritakan sejarah hidup perjalanan T. B. Silalahi
serta perjalanan kariernya. Selain itu di ruangan ini juga terdapat Benda-Benda Pribadi dia seperti
seragam dan pangkat-pangkat ketika di kemiliteran, beberapa ijazah, pakaian ketika menteri, bangku
sekolah waktu di SR, mobil dinas yang dulu digunakan ketika menjabat sebagai Menpan pada Kabinet
Pembangunan VI, dan lain sebagainya.
Didalam museum ini terdapat beberapa bangunan gedung. Dan ini merupakan gedung kedua yang
merupakan gedung museum Batak yang berisi sekumpulan peninggalan serta sejara dari suku Batak
serta garis kwturunan Batak dan marganya. Baik Batak papak, Batak karo, dan lainnya. Dan disini juga
terdapat gambaran atau patung dari raja Batak generasi ke-19 yaitu raja sisingamangaraja yang juga
dikenal sebagai pahlawan Indonesia.

Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di pinggir
bukit Lae Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli
Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang.[1] Sebuah peluru menembus dadanya, akibat tembakan
pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel. Menjelang napas terakhir dia tetap berucap,
Ahuu Sisingamangaraja. Turut gugur waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta
putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja XII sendiri
kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung, setelah sebelumnya
mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba. Makamnya kemudian dipindahkan ke
Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah,
Masyarakat dan keluarga. Sisingamangaraja XII digelari Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Surat
Keputusan Pemerintah Republik Indonesia No. 590 tertanggal 19 Nopember 1961.

Dan disini juga terdapat huta batak, kampung Batak yang dilengkapi dengan rumah tradisional dan
replika makam batu. Huta Batak merupakan sebuah museum outdoor yang dibuat menyerupai
pemukiman adat Batak. Aslinya, Huta Batak berupa desa tertutup yang didiami oleh sebuah kelompok
kecil yang masih satu marga.

Huta Batak yang ada di kompleks TB Silalahi Center ini terdiri dari rumah adat yagn disebut ruma dan
sopo yang dibangun berhadapan. Bangunan-bangunan tradisional ini sudah berusia ratusan tahun dan
merupakan sumbangan dari berbagai marga yang ada di kawasan Danau Toba.

Dinding rumah-rumah adat ini dihiasi dengan ukiran bermotif etnik yang khas. Menurut teman saya
yang lumayan paham budaya Batak, bentuk ukiran itu diambil bentuk cicak. Konon, cicak itu dilempar ke
mana aja bisa menempel dan hidup. Seperti itu pula nilai filosofis dan harapan yang dianut orang Batak
lewat ukiran tersebut, bisa bertahan di manapun ia berada.
Di salah satu rumah, ada boneka Sigale-gale yang bisa digerakkan dengan tali. Di bagian belakang Huta
Batak, kamu bisa menemukan replika makam batu yang digunakan leluhur orang Batak zaman dulu. Ada
pula sebuah pohon Hariara yang konon usianya lebih dari 100 tahun. Pohon Hariara ini adalah pohon
yang biasa dikeramatkan orang Batak zaman dulu karena ukurannya yang besar.

Anda mungkin juga menyukai