Disusun Oleh:
Nama : Nazila Haqi
NIS : 222310046
Nazila Haqi
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….
1.2 Tujuaan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan………………………………………...
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan……………………………………………………….
1.3.1 Manfaat Bagi Tempat PKL………………………....................................................
1.3.2 Manfaat Bagi Peserta PKL…………………………………………………………
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN……………………………………………………...
2.1 Gambaran Umum Puskesmas……………………………………………………………….
2.1.1 Visi Misi Puskesmas………………………………………………………………...
2.1.2 Struktur Organisasi Puskesmas…………………………………………………....
2.2 Uraian Kegiatan…………………………………………………………………………...
2.3 Jadwal Kegiatan…………………………………………………………………………...
BAB III BAHASAN DAN TEMUAN………………………………………………………...
3.1 Kajian Teori………………………………………………………………………………..
3.1.1 Definisi Penyakit…………………………………………………………………….
3.1.2 Etiologi……………………………………………………………………………….
3.1.3 Tanda dan Gejala……………………………………………………………………
3.1.4 Patogenesis…………………………………………………………………………...
3.1.5 Penatalaksanaan……………………………………………………………………..
3.2 Temuan Studi………………………………………………………………………………
3.2.1 Anamnesa…………………………………………………………………………….
3.2.2 Dokumentasi Keperawatan…………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………….
4.2 SARAN……………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pelaksanaan Kegiatan
3) Mengukur Suhu
Suhu tubuh adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
thermodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau system untuk
melepaskan tenaga secara spontan, suhu tubuh dapat mengidentifikasi apakah orang
tersebut sehat atau tidak, seseorang bisa mengetahui kondisi orang lain dengan
mengecek suhu tubuhnya.
Katarak adalah proses degeneatif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa mata yang berada di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan cahaya terhalang untuk masuk ke dalam mata
sehingga penglihatan menjadi menurun. Gumpalan protein pada lensa mata mengakibatkan
menurunnya ketajaman bayangan mencapai retina. Orang yang menderita katarak pada
mulanya terdapat gumpalan kecil pada mata yang tidak menganggu penglihatan dan lama-
kelamaan gumpalan tersebut akan bertambah besar sehingga perlahan-lahan ketajaman
penglihatan berkurang. Penglihatan penderita katarak akan terganggu dan bahkan bisa
mengakibatkan kebutaan buta bila dibiarkan semakin parah dan tidak ditangani secara baik.
(Kemenkes, Des-19- 2023).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh (Budiono, 2019). Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan
merupakan penyakit degeneratif namun saat ini katarak telah ditemukan pada usia muda (35-
40 tahun), hal ini disebabkan kurangnya asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
(Srinayanti et al., 2017).
Katarak adalah proses degeratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga
menyebabkan menurunnnya kemampuan penglihatan hingga kebutaan. Kekeruhan ini
disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan keagulasi protein lensa.
(RSUD TAMAN HUSADA BONTANG, Agst-10-2020).
3.1.2 Etiologi
Menurut Tamsuri (2016) etiologi katarak adalah:
a. Trauma Mata
Trauma mata mengakibatkan terjadinya erosi epitel pada lensa, pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa mencembung dan mengeruh.
b. Umur
Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh, umumnya terjadi
pada umur diatas 50 tahun.
c. Genetika
Kelainan kromosom mampu memengaruhi kualitas lensa mata sehingga dapat
memicu katarak.
a. Diabetes Melitus
Diabetes melitus menyebabkan kadar sorbitol berlebih (gula yang terbentuk dari
glukosa) yang menumpuk dalam lensa dan akhirnya membentuk kekeruhan lensa.
b. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan konformasi struktur perubahan protein dalam kapsul lensa
sehingga dapat menyebabkan katarak.
d. Merokok
Merokok dapat mengubah sel-sel lensa melalui oksidasi dan menyebabkan akumulasi
logam berat seperti cadmium dalam lensa sehingga dapat memicu katarak.
e. Alkohol
Alkohol dapat mengganggu homeostasis kalsium dalam lensa sehingga menyebabkan
kerusakan membran dan dapat memicu katarak.
f. Radiasi Ultraviolet
Sinar ultraviolet mampu merusak jaringan mata, saraf pusat penglihatan, dan dapat
merusak bagian kornea dan lensa sehingga dapat menyebabkan katarak.
3.1.4 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior, dengan
bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitaster terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula)
yang memanjang dari badan silier di sekitar daerah di luar lensa dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar (Suhardjo, 2012) Teori lain
menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang penderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral,
namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma
maupun sistematis seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal (Ilyas and Yulianti, 2017).
3.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak yaitu dengan teknik pembedahan. Pembedahan dapat
dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti
glaukoma dan uveitis. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan. Menurut
Jannah (2014) jenis operasi yang dapat dilakukan yaitu:
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) yaitu pengangkatan lensa dari mata secara
keseluruhan, termasuk kapsul lensa dikeluarkan secara utuh. Operasi ini dapat
dilakukan pada zonula zin yang telah rapuh atau telah terjadi degenerasi serta mudah
diputus, hanya digunakan pada katarak matur atau luksasio lentis. Ekstraksi katarak
intrakapsular
ini tidak boleh dilakukan pada klien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamentum kialoidea kapsuler.
DAFTAR PUSAKA
https://scholar.unand.ac.id/19065/3/BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN NOFRI SURIADI.pdf