Anda di halaman 1dari 6

TUGAS REVIEW ARTICLE

MATA KULIAH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI GENERASI

KETIGA

Dosen Pengampu MK: Dr. H. Muhammad Guntur M.Si

DI SUSUN OLEH:

MUH. REZA HR

NIM.230022301050

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

ILMU POLITIK UNIVERSITAS NEGERI

MAKASSAR

2024
Nama Jurnal: KEBIJAKAN ANALISIS PUBLIK

Nama Reviewer: MUH.REZA HIDAYAT RUSLAN

1. Latar Belakang

Dye (1992:2) mengartikan kebijakan publik sebagai “whatever governments

choose to do or not to do”. Kebijakan publik adalah apapun yang pemerintah pilih

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pendapat senada dikemukakan oleh

Edward III dan Sharkansky dalam Islamy (1984: 18), yang mengemukakan bahwa

kebijakan publik adalah “what government say and do, or not to do. It is the goals or

purpose of government programs.” Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah

katakan dan dilakukan atau tidak dilakukan.

Kebijakan merupakan serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program

pemerintah. Kartasasmita (1997:142) menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah

upaya untuk memahami dan mengartikan (1) apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan)

oleh pemerintah mengenai suatu masalah, (2) apa yang menyebabkan atau yang

memengaruhinya, dan (3) apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut.

Anderson dalam Islamy (1994: 19) mengartikan kebijakan publik sebagai serangkaian

tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku

atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.

Friedrich dalam Wahab (1991:13) mengartikan kebijakan sebagai suatu tindakan

yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu

seraya mencari peluang- 2 peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran

yang diinginkan. Selain itu, Anderson dalam Lembaga Administrasi Negara (2000:2)

mengartikan kebijakan publik sebagai suatu respons dari sistem politik terhadap

demands/claims dan suports yang mengalir dari lingkungannya (Subarsono, 2006: 2)


2. Tujuan Penelitian.

Untuk mengetahui Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada

tujuan tertentu.
3. Hasil dan Pembahasan (untuk penelitian lebih lanjut)

1. Analisis batas, yakni usaha memetakan masalahnya melalui snowball sampling dan

stakeholders. Ini disebabkan karena analisis kebijakan sering dihadapkan pada masalah yang

tidak jelas dan rumit, sehingga perlu minta bantuan stakeholders untuk memberikan informasi

yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan. Misalnya untuk mengetahui masalah

kriminalitas di suatu lokasi tertentu, analis pertama, mendekati seorang bernama A. Dari A

kemudian diperoleh keterangan kalau B mengetahui lebih banyak. Selanjutnya dari B ada

penjelasan kalau C tahu banyak tentang latar belakang kehidupan dan cara kerja para kriminal,

karena C adalah ketua kelompok. Dalam konteks ini analis kebijakan perlu mengenali data dan

informasi dari C untuk dapat merumuskan masalah kriminalitas dengan benar, sehingga

nantinya dapat menawarkan alternatif kebijakan yang tepat.

2. Analisis klasifikasi, yakni mengklasifikasikan masalah dalam kategorikategori

tertentu dengan tujuan untuk lebih memudahkan analisis. Misalnya, untuk masalah kemiskinan,

analis kebijakan dapat 20 mengklasifikasikan kedalam kemiskinan di kota dan kemiskinan di

desa (Tabel 2.3) atau kemiskinan di daerah perbukitan, kemiskinan di daerah pantai,

kemiskinan di daerah pinggiran kota, dan kemiskinan didaerah kota. dari Tabel 2.3 dapat

diketahui bahwa masalah kemiskinan lebih terkonsentrasi di daerah pedesaan, sehingga

kebijakan pengentasan kemiskinan sebaiknya lebih difokuskan di wilayah pedesaan

(Subarsono, 2006; 32-33)


4. Kesimpulan dan Saran

Dalam penetapan kriteria perlu mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai dari suatu

kebijakan disamping pertimbangan seperangkat kriteria yang telah dibahas pada Bab sebelumnya.

Dalam konteks contoh di atas,tujuan yang akan dicapai dari adanya pemilihan kepaladaerah adalah

terciptanya sistem pemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis. Oleh karena itu, kriteria

yang digunakan adalah, demokratis, partisipatif, transparansi, akuntabilitas, dan responsivitas sebagai

karakteristik dari good governance. Untuk memberikan nilai kuantitatif pada masing-masing kriteria

diperlukan diskusi di antara para pembuat kebijakan dengan melibatkan stakeholders untuk mencapai

nilai yang disepakati. Besarnya nilai yang disepakati harus mendasarkan pada fakta atau prediksi ke

depan. Di antara masing-masing kriteria dapat diberi bobot yang sama atauberbeda, semuanya

tergantung pada asumsi yang digunakan. Alternatif kebijakan yang mendapatkan jumlah nilai terbesar

adalah yang layak dipilih secara rasional.

Anda mungkin juga menyukai