Oleh:
diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program Diploma III Perpajakan
NRP. 34 08 00002
iv
HALAMAN PENGESAHAN
NRP. 34 08 00002
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Jadilah Engkau pemaaf dan serulah orang mengerjakan yang ma’ruf,
199).
Hidup itu hanya sekali namun jika kamu bisa menjalaninya dengan
disekitarku (Penulis).
Sahabat-sahabatku
vi
KATA PENGANTAR
Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT, yang selalu memberikan semua yang terbaik dalam hidupku.
3. Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, BKP selaku Ketua Program Studi Akuntansi
penelitian.
vii
6. Sarengat, SH selaku Kepala Bidang Pendapatan DPPKAD.
diperlukan.
dibutuhkan.
9. Bu karsini, Pak Heru, Pak Rus, Pak Dar, Bu Parti, mbak Wafi, adik-adik PKL
10. Seluruh staf dan karyawan DPPKAD Kabupaten Boyolali, terima kasih atas
11. Ayah dan ibu tercinta, untuk setiap tetes kasih sayang, bimbingan, doa dan
12. Adik-Adikku Ika dan vita atas kasih sayang, kelucuan serta keceriaannya
13. Keluargaku Besarku, untuk setiap kasih sayang dan dukungannya selama ini.
14. Mas Yunus, atas kesabaran, waktu, dorongan serta motivasinya. Semoga kita
15. Sahabat-sahabatku, Any, Kamtri, Sarwati, Sawal, Nurul, Risna, Yessy untuk
viii
17. Semua teman-teman pajak 2007 yang telah memberi warna dalam perjalanan
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
x
F. Syarat Pemungutan Pajak ............................................................ 21
A. Gambaran Umum
A. Kelebihan ..................................................................................... 58
B. Kelemahan ................................................................................... 58
C. Kesimpulan .................................................................................. 60
D. Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
TABEL halaman
3.4 Estimasi Potensi Penerimaan Pajak Restoran dalam satu bulan .......... 47
3.9 Estimasi Potensi Penerimaan Pajak Parkir dalam satu bulan .............. 52
xii
3.12 Efektivitas Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Parkir
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR halaman
xiv
LAMPIRAN
xv
ABSTRACT
Local autonomy bring the concequences for each autonomous region to dig
their own finance sources, especially revenues from their own region that called
Local Original Income One of the primary sources from Local Original Income is
local taxes revenues. The amount of local taxation income are influenced by the
kind of local taxation which is being implemented and adjusted by the rule that is
implemented, related with income of local taxation
This final project writing aims to find out the contribution of restaurant and
parking taxes to the local original income (PAD), to find out the potency of
restaurant and parking taxes as well as their effect on PAD and also to find out
effectiveness level of restaurant and parking taxes collected by DPPKAD of
Regency Boyolali during 2006 to 2009 period. Considering such problems, this
research was done using interview, observation, and documentation.
From the result of analysis, it can be concluded that: firstly, restaurant and
parking taxes does not give high contribution to the local original income, because
they are still bellow 1%. The contribution of restaurant tax declines by 0.04% in
2007, during 2007 to 2009 period it’s contribution is stable of 0.85%. Meanwhile
there is significant increase in parking tax in 2009 of 0.29%because there is new
object, the previous mean of which gives contribution of 0.2%. Secondly, the
realization of restaurant and parking tax revenue still low, it can be seen from the
presence of potency calculation difference done with the paid tax. From the
sample obtained by the writer, the mean difference of tax revenue and tax potency
is above 50%. Thus, the tax paid by the restaurant and parking employer is still
low compared with it’s actual potency. The third, conclusion is that the restaurant
and parking tax collection by DPPKAD of Regency Boyolali can be said has
been effective, because it’s effectiveness level is above 100%. Based on the result
of research, it is expected that there is tax potency before defining the budget
target as well as a team should be established serving as the examiner of taxpayer
bookkeeping, so that the taxpayers pay the tax consistent with the potency they
have.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dari sektor migas dan ekspor barang–barang non migas. Sebagai salah satu
yang bersifat material maupun spritual. Untuk itu pemerintah harus berusaha
(Koswara, 2001).
ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan
1
pemerintah daerah mempunyai kemampuan membiayai pembagunan daerahnya
sesuai dengan prinsip daerah otonomi yang nyata. Menurut UU No.32 Tahun
2004 pasal 1 pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
Adapun K.J. Davey (1998) berpendapat bahwa salah satu faktor pendukung
daerah. Dalam rangka mendukung otonomi daerah yang nyata, dinamis dan
daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-
2
Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut UU No.33 Tahun
2004 yaitu:
membiayai kegiataannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan
a. Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
b. Retribusi Daerah
jasa atau fasilitas dan diberikan oleh Pemerintah Daerah secara langsung
yang dipisahkan
3
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, terdiri dari bagian
keuangan bank, bagian laba lembaga keuangan non bank, bagian laba
Lain-lain PAD Yang Sah meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dapat dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga dan komisi, potong
dana bagi hasil pajak/bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi
Dana bagi hasil pajak diperoleh dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
pasal 25 dan pasal 29 pajak orang pribadi dalam negeri, dan PPh pasal 21
orang pribadi.
4
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana bagi hasil bukan pajak diperoleh dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan,
pemberian hak atas tanah negara, pungutan pengusaha perikanan dan hasik
sumber lain, terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat.
a. Pendapatan Hibah
bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli
5
b. Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Dana Darurat yaitu dana dari APBN yang dialokasikan kepada
krisis solvabilitas.
satu sektor utama dalam penerimaan daerah yang memegang peranan penting bagi
bagian dari Propinsi Jawa Tengah tentunya memerlukan dana yang cukup besar
Daerah (PAD) berasal dari pengolahan sumber daya yang dimiliki daerah di
penerimaan daerah terutama penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini
6
Tabel 1. 1
Dari tabel 1.1 di atas dapat dijelaskan bahwa Pajak Daerah menduduki
urutan kedua dalam hal besarnya kontribusi terhadap PAD setelah Retribusi
Daerah. Pajak daerah merupakan salah satu pendapatan yang potensial dalam
pelaksaaan otonomi daerah, oleh karena itu sumbangan pajak daerah cukup
berperan terhadap Pendapatan Asli Daerah yang salah satu jenis pajak daerah
penerimaan daerah baik penerimaan yang berasal dari sumbangan dan bantuan
pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini
dapat dilihat dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang
7
Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tentunya tidak
Komponen yang ada seperti penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, bagian
daerah di mana tentunya akan terus digali baik yang sudah ada maupun sumber
Boyolali merupakan salah satu daerah yang memiliki letak dan potensi daerah
yang salah satunya berasal dari pajak daerah Tingkat II. Di Kabupaten Boyolali
terdapat tujuh jenis Pajak Daerah yang ditetapkan dan dapat dipungut oleh
meningkatkan kualitas maupun kuantitas pembangunan daerah saat ini terdiri atas
tujuh jenis Pajak Daerah, yaitu: (1) Pajak Parkir; (2) Pajak Restoran; (3) Pajak
Reklame; (4) Pajak Penerangan Jalan Umum; (5) Pajak Hiburan; (6) Pajak Parkir;
dan (7) Pajak Bahan Galian Golongan C. Dari ketujuh jenis pajak di atas pajak
yang cukup besar dan dapat dijadikan penerimaan daerah yang cukup berpotensi.
8
Berikut ini adalah penerimaan pajak restoran dan pajak parkir di
Tabel 1. 2
Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Parkir
Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 (Rupiah)
pajak parkir selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Tahun 2006 ke tahun
2007 terjadi kenaikan Rp6.092.500 untuk pajak restoran dan kenaikan penerimaan
Pada tahun 2009 penerimaan pajak parkir naik secara signifikan sebesar
2009. Meskipun penerimaan pajak restoran dan pajak parkir selalu mengalami
restoran dan pajak parkir, agar penerimaan pemerintah terus meningkat sehingga
perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola secara
efektif dan efesien. Dengan dasar pertimbangan ini, maka Pemerintah Daerah
9
Kabupaten Boyolali sebagai pelaksana pemerintahan di daerah secara aktif
penerimaan pajak restoran dan parkir yang khususnya dilakukan oleh pemerintah
daerah, dan pada kesempatan ini penulis mengangkat masalah tersebut sebagai
BOYOLALI”.
10
B. RUMUSAN MASALAH
1. Berapa Kontribusi pajak restoran dan pajak parkir terhadap PAD (Pendapatan
2. Berapa besar potensi yang dimiliki pajak restoran dan pajak parkir di
Kabupaten Boyolali?
Kabupaten Boyolali ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui kontribusi pajak restoran dan pajak parkir terhadap PAD.
2. Untuk mengetahui potensi dari pajak restoran dan pajak parkir serta
Kabupaten Boyolali.
D. MANFAAT PENELITIAN
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
11
2. Sebagai masukan bagi instansi yang terkait yang nantinya dapat menjadi
E. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain Penelitian berupa studi kasus yang dilakukan dengan membuat analisis
dan deskripsi yang terbatas pada kasus potensi pajak restoran dan pajak parkir
di Kabupaten Boyolali.
2. Objek Penelitian
pajak restoran yaitu Pemancingan Taman Air, Rumah Makan Elang Sari, dan
Warung Makan Soto Rumput, sedangkan sampel untuk objek pajak parkir
Taman Air, Parkir di Bandara Udara Adi Sumarmo dan Parkir di Swalayan
12
memiliki potensi pajak yang cukup tinggi dan memberikan pendapatan daerah
a. Laporan Feedback pajak daerah tahun 2006 sampai dengan 2009, laporan
Kabupaten Boyolali.
Tabel 1. 3
Anggaran dan Realisasi Pajak Restoran dan Parkir
Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009
Anggaran Realisasi Anggaran
Tahun Realisasi
Pajak Pajak Pajak
Anggaran Pajak Parkir
Restoran Restoran Parkir
2006 80.250.000 83.910.500 1.150.000 1.347.500
2007 82.850.000 90.003.000 1.750.000 2.040.200
2008 85.500.000 94.923.500 2.300.000 4.037.500
2009 85.500.000 109.180.000 2.300.000 42.018.850
Sumber: DPPKAD Kabupaten Boyolali
Dari tabel 1.3 di atas realisasi penerimaan pajak restoran dan pajak
parkir cukup besar karena dapat melebihi anggaran yang telah ditetapkan,
sehingga pendapatan daerah yang bersumber dari pajak restoran dan pajak
parkir cukup potensial. Pada Tahun 2006 realisasi pajak restoran sudah
13
tahun 2006 dan untuk tahun-tahun berikutnya Pemda juga memakai
pada tahun 2009 hal ini disebabkan adanya subjek pajak parkir baru di
Restoran dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pajak Parkir.
Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah: (a) Data Primer adalah data
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, data diperoleh yang berupa
yang diambil sebagai sampel. Pengelola restoran dan tempat parkir yang
Rumah Makan Elang Sari, Warung Makan Soto Rumput, pengelola parkir di
Adi Sumarmo dan Swalayan Luwes; (b) Data Sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung yang penulis peroleh dari buku-buku, artikel,
14
4. Teknik Pengumpulan Data
Asli Daerah khususnya pajak Restoran dan Parkir. Wawancara dengan pihak
terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan (Rahman, 1999).
berupa pajak restoran dan parkir dan Pendapatan Asli Daerah; (c) Observasi,
dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung dan pencatatan tentang
15
F. TEKNIK PEMBAHASAN
berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi
gambaran mengenai suatu objek. Dalam hal ini, objek pajak restoran dan
objek pajak parkir secara sistematis dan akurat. Penulis menjelaskan secara
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PAJAK
oleh para ahli. Beberapa definisi pajak tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
merupakan prestasi yang dipaksakan secara sepihak oleh dan terutang kepada
mengenai pajak, ialah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut
yang terutang melaui norma-norma umum, dan dapat dipaksakan, tanpa adnya
17
B. FUNGSI PAJAK
sebagi berikut: (1) Fungsi Budgetair, pajak berfungsi sebagai sumber dana
(2) Fungsi Regulerend, pajak berfungsi sebagai alat untuk mengtur atau
Dalam fungsi ini hak milik seseorang diakui dan pemanfaatannya tidak
2003).
pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang
18
pribadi yang harus sebanding dengan kemempuan membayar pajak atau
ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima; (2) Certainty,
penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenag-wenag. Oleh karena itu, Wajib
kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran; (3) Convenience, kapan
wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang
tidak menyulitkan wajib pajak; (4) Economy, secara ekonomi bahwa biaya
Wajib Pajak.
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan dua stelsel, yaitu stelsel nyata
dan stelsel anggapan. (1) Stelsel nyata (rill stelsel), pengenaan pajak
baru dapat dilakukan setelah pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan
yang sesungguhnya telah dapat dketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan rill diketahui); (2) Stelsel
dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak
telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama tahun
19
berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang
pajak: (1) Official Assement system adalah sistem pemungutan pajak yang
besarnya utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP), yang merupakan bukti timbulnya suatu utang pajak.
(2) Semi Self Assement System yaitu suatu sistem pemungutan pajak di mana
berada pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus. Mekanisme
pelaksanaan sistem ini berdasarkan suatu anggapan bahwa wajib pajak pada
awal tahun menaksir sendiri besarnya pajak yang terutang yang sesungguhnya
ditetapkan oleh fiskal; (3) Full Self Assement System, suatu sistem
sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib pajak harus aktif menghitung dan
pada pihak ketiga, dam bukan oleh fiskus maupun wajib pajak itu sendiri.
20
F. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
syarat, yaitu:
1. Syarat Keadilan
prinsip-prinsip sebgai berikut: (a) Keadilan itu akan terasa apabila pajak
2. Syarat Yuridis
3. Syarat Ekonomis
21
4. Syarat Finansial
G. PENGELOMPOKAN PAJAK
1. Menurut Golongan
langsung dan pajak tidak langsung. (a). Pajak Langsung, pajak langsung
adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak
dan tidal bisa dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihal
lain. Pajak harus menjadi beban sendiri wajib pajak yang bersangkutan.
orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat
Nilai (PPN).
22
Untuk menentukan apakah suatu pajak langsung atau pajak tidak
secara formal yuridis harus melunasi pajak; (2) Penanggung pajak adalah
orang yang dalam faktanya memikul dulu beban pajaknya; (3) Pemikul
dibebani pajak. Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang, maka
atau terdapat pada lebih dari satu orang, maka pajaknya disebut pajak tidak
langsung.
2. Menurut Sifat
23
3. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak negara dan pajak daerah adalah jenis pajak menurut lembaga
pemungutnya.: (a). Pajak negara atau pajak pusat ialah pajak yang
tangga negara. (b). Pajak Daerah, pajak daerah merupakan pajak yang
tangga daerah. Pajak daerah terdiri dari: (1) Pajak Daerah Tingkat I
(PPJU), Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak
H. PAJAK DAERAH
yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah. Pajak Daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada pemerintah Daerah tanpa imbalan langsung yang
24
1. Ciri-ciri Pajak Daerah
adalah sebagai berikut: (a) Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut,
dan adakalanya menurun secara tajam; (c) Tax base-nya harus merupakan
(Koswara, 2001).
diperhatikan bahwa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik kepada wajib
relatif dari setiap wajib pajak. Perbedaan dalam tingkat penghasilan harus
digunakan sebagai dasar di dalam retribusi beban pajak itu; (b) Prinsip
Kepastian, pajak jangan sampai membuat rumit bagi wajib pajak, sehingga
wajib pajak, sehingga wajib pajak akan dengan senang hati melakukan
25
3. Azas Pemungutan pajak daerah
berikut: (a) Harus ada kepastian hukum; (b) Pemungutan pajak daerah tidak
boleh diborong; (c) Masalah pajak harus jelas; (d) Barang-barang keperluan
golongan. Duta dan konsulat asing tidak boleh dibebankan kecuali dengan
keputusan presiden.
Untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada sekarang ini dapat
menggunakan ukuran yang dapat menjadi tolak ukur pajak daerah adalah:
(a) Hasil (Yield), memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya
pajak dengan biaya pemungutan; (b) Keadilan (Equity), dasar pajak dan
bersangkutan harus adil dan secara horisontal, artinya beban pajak haruslah
sama. Kemudian harus adil secara vertikal, artinya kelompok yang memiliki
sumber daya ekonomi yang lebih besar dapat memberikan sumbangan yang
lebih besar pula. Pajak harus adil dari tempat ke tempat, dalam arti
dalam beban pajak dari daerah ke daerah lain, kecuali jika perbedaan ini
26
(c) Daya Guna Ekonomi (Economic Eficiency), pajak hendaknya mendorong
Revenue Souce), dalam hal ini berarti, harus jelas kepada daerah mana suatu
sama dengan temapat akhir beban pajak, pajak tidak mudah dihindari
dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah kedaerah lain.
Pajak daerah hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari
27
BAB III
PEMBAHASAN
No.6 Boyolali belum merupakan dinas akan tetapi hanya merupakan seksi
pasar. Mengingat tugas dari bagian tersebut, maka salah satu seksi diubah
28
(b) Undang-Undang No.12/DRT/1957 tentang Pajak Daerah;
wilayah Boyolali, maka sejak tahun 1991 Peraturan Daerah No.7 Tahun 1979
Tingkat II Boyolali. Cabang ini dipimpin oleh kepala cabang dan dibantu oleh
tata usaha dan beberapa sub seksi dan pemerintah daerah menerbitkan
Peraturan Daerah No.9 Tahun 1991 tentang susunan organisasi dan tata kerja
daerah.
mengeluarkan Peraturan daerah baru yaitu Peraturan Daerah No.2 Tahun 2001
29
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No.2 Tahun 2001
tersebut, maka yang menjadi tugas dan fungsi DIPENDA masuk dalam
DPPKAD sehingga mulai tahun 2008 Peraturan Daerah No.2 tahun 2001 tidak
berlaku lagi, maka pemerintah daerah pada tahun 2008 telah melaksanakan
perubahan yang baru, yakni Peraturan Daerah No.3 Tahun 2008 tentang
oleh DIPENDA dan pada Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok
DPPKAD.
otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang mempunyai
30
2. Stuktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali
1. Kepala Dinas.
2. Sekretariat, terdiri dari: (a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; (b) Sub
(b) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lin-Lain yang Sah; (c) Seksi
4. Bidang Anggaran, Terdiri dari: (a) Seksi Penyusunan APBD; (b) Seksi
APBD.
Daerah.
6. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah, terdiri dari: (a) Seksi
Pengelolaan Aset Daerah; (b) Seksi Pendataan Aset Daerah; (c) Seksi
31
KEPALA
SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI PENGELOLAAN
SEKSI PENGENDALIAN SEKSI EVALUASI KAS DAERAH SEKSI UTANG PIUTANG
OPERASIONAL ADMINISTRASI APBD DAN INVESTASI
PENDAPATAN
UPT
GAMBAR 1.1
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN, DAN ASET DAERAH
KABUPATEN BOYOLALI
32
3. Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali
dari DPPKAD Tingkat I agar dalam melaksanakan tugas dan fungsi dari
efisien dalam masyarakat Kabupaten Boyolali, maka dari itu tugas yang
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
33
dan pelaporan bertugas melaksanakan pengumpulan data, penyusunan
dokumen satuan kerja dan rencana anggaran, meneliti dan menilai serta
menyusun laporan.
c. Bidang Pendapatan
(1) Seksi Pendapatan Asli Daerah, seksi pendapatan asli daerah bertugas
daerah; (2) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-Lain yang Sah,
d. Bidang Anggaran
anggaran terdiri dari: (1) Seksi Penyusunan APBD, seksi ini bertugas
anggaran kas dan SPD; (2) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana
34
Bantuan Daerah ,seksi ini bertugas melaksanakan, mengelola dana belanja
administrasi APBD.
maupun deposito.
35
f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah
(1) Seksi Pengelolaan Aset Daerah, seksi pengelolaan aset daerah bertugas
kekayan daerah yang menjadi aset daerah; (2) Seksi Pendataan Aset
daerah; (3) Seksi Utang Piutang dan Investasi, seksi utang piutang dan
DPPKAD di terminal bus maupun non bus. Fungsi pelaksana teknis ini
Pelaksana Kecamatan).
36
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
profesional. Kelompok Jabatan terdiri dari: (1) Juru Sita; (2) Operator
(5) Menerapkan sistem pengelolaan keuangan dan aset daerah yang efektif
37
B. LAPORAN MAGANG
Pelaksanaan KMM dimulai dari hari senin sampai Sabtu, dengan jam kerja
setiap hari Senin sampai hari Kamis dimulai pukul 07.15 WIB-13.30 WIB,
hari Jumat dimulai pukul 07.15 WIB-11.00 WIB,dan pada hari Sabtu jam
kerja dimulai pukul 07.15 WIB- 12.30 WIB. Setiap hari Jumat diadakan Gerak
Jalan Bersama.
umum tentang pajak daerah Kabupaten Boyolali, yang meliputi: (1) Sejarah
berdirinya perusahaan; (2) Lokasi Perusahaan; (3) Struktur organisasi; (4) Visi
dan misi Perusahaan; (5) Pajak daerah yang ada di Kabupaten Boyolali. Selain
juga terlibat dalam praktek secara nyata pada dua bagian (divisi), yaitu pada
bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pada bagian Dana Perimbangan
38
b. Administrasi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah surat yang digunakan oleh
dalam buku setoran pajak dan merekap pajak yang telah dibayar.
39
Tanda Terima Sementara (TTS) adalah tanda terima yang diperoleh oleh
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
Keuangan.
konfirmasi tunggakan PBB dari satu Wajib Pajak cukup dilakukan satu
kali satu tahun. Apabila dalam tahun berjalan telah pernah diperoleh
awaban konfirmasi tunggakan PBB dari satu Wajib Pajak sampai dengan
40
C. PEMBAHASAN MASALAH
pajak yang membuka warung makan. Saat ini di Kabupaten Boyolali terdapat
diberlakukan pada tahun 2005 yang saat ini memiliki 9 (sembilan) wajib pajak
Boyolali karena realisasinya mengalami kenaikan yang cukup besar dan dapat
penerimaan pajak restoran dan pajak parkir terhadap PAD (Mahmudi, 2007).
Kontribusi pajak restoran dan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah
41
Perhitungan kontribusi pajak restoran dari tahun anggaran 2006-2009
83.910.500
Kontribusi = x 100% = 0.89%
9.442.747.838
90.003.000
Kontribusi = x 100% = 0.85%
10.619.322.722
94.923.500
Kontribusi = x 100% = 0.85%
11.155.035.906
109.180.000
Kontribusi = x 100% = 0.85%
12.896.540.751
42
Besarnya hasil kontribusi yang diberikan pajak restoran terhadap PAD
Tabel 3.1
Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah
Kabupaten Boyolali
Tahun 2006-2009
Tahun
No Ayat Pajak Daerah 2006 2007
Target Realisasi Target Realisasi
1 Pajak Restoran 80.250.000 83.910.500 82.850000 90.003.000
Total Pajak
2 7.558.081.000 9.442.747.838 9.642.340.000 10.619.322.722
Daerah
3 Konstribusi Pajak
0.89% 0.85%
Restoran (%)
Tahun
No Ayat Pajak Daerah 2008 2009
Target Target Target Realisasi
1 Pajak Restoran 85.500.000 94.923.500 85.500.000 109.180.000
2 Total Pajak Daerah 10.649.690.000 11.155.035.906 10.719.190.000 12.896.540.751
3 Konstribusi Pajak
0.85% 0.85%
Restoran (%)
Sumber: DPPKAD, data diolah
1.347.500
Kontribusi = x 100% = 0.01%
9.442.747.838
2.040.200
Kontribusi = x 100% = 0.02%
10.619.322.722
43
c. Tahun anggaran 2008
4.037.500
Kontribusi = x 100% = 0.85%
11.155.035.906
42.018.850
Kontribusi = x 100% = 0.85%
12.896.540.751
Tabel 3.2
Kontribusi Pajak Parkir terhadap Pajak Daerah
Kabupaten Boyolali
Tahun 2006-2009
Tahun
No Ayat Pajak Daerah 2006 2007
Target Realisasi Target Realisasi
1 Pajak Parkir 1.150.000 1.347.500 1.750.000 2.040.200
2 Total Pajak Daerah 7.558.081.000 9.442.747.838 9.642.340.000 10.619.322.722
Konstribusi Pajak
3 0.01% 0.02%
Parkir (%)
Tahun
No Ayat Pajak Daerah 2008 2009
Target Target Target Realisasi
1 Pajak Parkir 2.300.000 4.037.500 2.300.000 42.018.850
2 Total Pajak Daerah 10.649.690.000 11.155.035.906 10.719.190.000 12.896.540.751
3 Konstribusi Pajak
0.04% 0.85%
Parkir (%)
Sumber: DPPKAD, data diolah
44
Kontribusi pajak terhadap PAD tertinggi pada tahun 2006 sedangkan
kontribusi tertinggi pada tahun 2009 untuk pajak parkir. Kontribusi pajak
restoran terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2006 sebesar 0.89%,
namun dari tahun 2007 sampai tahun 2009 pajak restoran memberikan
kontribusi yang tetap yaitu sebesar 0.85%, terjadi penurunan sebesar 0.04%.
kontribusi, sebab pajak restoran tidak dapat mengimbangi total dari pajak
daerah. Kontribusi terbesar dari pajak daerah diberikan oleh PPJU (Pajak
93.71%.
tahunnya. Tahun 2006 kontribusi yang diberikan sebesar 0.01%, tahun 2007
sebesar 0.02% terjadi kenaikan 0.01% dari tahun 2006, untuk tahun 2008
sebesar 0.04% terjadi kenaikan sebesar 0.02% dari tahun sebelumnya, tahun
sebesar 0.33% atau terjadi kenaikan sebesar 0.29%. Kenaikan sebesar 0.29%
dikarenakan adanya tambahan objek pajak parkir baru dari Bandar Baru Adi
parkir tahun 2010 DPPKAD berencana menetapkan target yang lebih tinggi
45
Dari analisa mengenai kontribusi pajak parkir dan pajak restoran di atas
terlihat bahwa kontribusi pajak restoran dan pajak parkir masih di bawah 1%,
hal ini mengindikasikan bahwa pajak restoran dan pajak parkir merupakan
bagian yang kecil dari pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah.
pengkalian data hasil observasi objek penelitian dengan tarif pajak restoran
terutang yang ditanggung oleh wajib pajak tersebut (Mahmudi, 2007). Dalam
hal ini pajak restoran ditetapkan sebesar 10%, sedangkan untuk pajak parkir
pajak restoran selama satu hari atau sering disebut dengan Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) yang dikalikan lama operasi, yaitu 7 hari untuk masing masing
46
Tabel 3.3
Potensi Pendapatan Wajib Pajak Restoran
Potensi Potensi
No Wajib Pajak DPP
1 minggu 1 bulan
Pemancingan Taman
1 1.100.000 7.700.000 33.000.000
Air Tlatar
Rumah Makan Elang
2 120.000 840.000 3.600.000
Sari
Warung Makan Soto
3 45.000 315.000 1.350.000
Rumput
Taman Air memiliki potensi yang besar terletak dikawasan wisata air. Untuk
objek pajak rumah makan, penulis mengambil sampel Rumah Makan Ealang
Sari yang memiliki potensi pajak sebesar Rp840.000 tiap minggunya dan
untuk warung makan penulis mengambil sampel Warung Makan Soto Rumput
Tabel 3.4
Estimasi Potensi Penerimaan Pajak Restoran dalam 1 Bulan
Potensi Tarif
No Wajib Pajak
1 Bulan Pajak Restoran10%
1 Pemancingan Taman Air Tlatar 33.000.000 3.300.000
2 Rumah Makan Elang Sari 3.600.000 360.000
3 Warung Makan Soto Rumput 1.350.000 135.000
47
Mahmudi (2007) menjelaskan estimasi potensi pajak terutang yang
mengenai potensi pendapatan objek selama 1 bulan dan dikalikan dengan tarif
Taman Air Tlatar sebesar Rp3.300.000, untuk Rumah Makan Elang Sari
estimasi potensi pajak sebesar Rp360.000 dan estimasi potensi pajak Warung
memliki estimasi potensi pajak yang besar sebab memiliki penerimaan yang
cukup besar, letak yang strategis di Wisata Taman Air merupakan salah satu
Air. Sedangkan Rumah makan elang sari dan warung makan soto rumput
memiliki estimasi potensi pajak yang tidak terlalu besar karena penerimaan
Tabel 3.5
Penerimaan Pajak Restoran
Januari- Maret 2010
48
Tabel 3.6
Perbandingan tingkat penerimaan dan potensi pajak restoran
Selisih Perbandingan
Penerimaan Potensi
WP Penerimaan dan Penerimaan dan
Pajak (3bl) Pajak (3bl)
potensi (3bl) Potensi (%)
Pemancingan Taman
9.000.000 9.900.000 900.000 9.09%
Air Tlatar
Rumah Makan Elang
900.000 1.080.000 180.000 16.66%
Sari
Warung Makan Soto
375.000 405.000 30.000 7.40%
Rumput
sampai dengan bulan Maret 2010 masih kurang jika dibandingkan dengan
potensi yang dihitung oleh penulis. Pemancingan Taman Air hanya menyetor
makan Elang Sari penerimaan pajak tiap bulannnya rata-rata Rp 300.000 yang
pajak yang dimiliki sebesar 16.66%. Warung Makan Soto Rumput menyetor
pajak Rp 125.000 tiap bulannya, hal ini berbeda dengan penghitungan potensi
penerimaan dan potensi pajak yang dimiliki sebesar 7.40%. Pajak yang disetor
49
b. Potensi Pajak Parkir
sampel pajak parkir selama satu hari (DPP) yang dikalikan lama operasi, yaitu
rata-rata total kendaraan untuk hari yang ramai dan sepi dan mengalikannya
dengan tarif parkir masing masing tempat. Umtuk Pemancingan Taman Air
dan Bandar Baru Adi Sumarmo Surakarta. DPP dihitung dari jumlah rata-rata
total kendaraan sepeda motor yang telah dikali dengan tarif parkir kemudian
dijumlah dengan rata-rata total kendaraan mobil dikali dengan tarif parkir.
Tabel 3.7
Frekuensi Parkir rata-rata menurut jenis kendaraan
Jumlah
Kendaraan Rata-rata
Tarif
No WP Jenis Kendaraan total DPP
Parkir
Hari Hari kendaraan
Ramai Sepi
Terminal Bus
1 Sepeda motor 50 34 42 2.000 84.000
Sunggingan Boyolali
2 Luwes swalayan Sepeda motor 200 130 165 500 82.500
Pemancingan Taman Sepeda Motor 250 70 160 500
3 140.000
Air Tlatar Mobil 100 20 60 1.000
Bandara Udara Adi Sepeda Motor 100 50 75 1.000
4 135.000
Sumarmo Surakarta Mobil 300 100 200 3.000
50
DPP untuk pajak parkir di Terminal Bus Sunggingan Boyolali sebesar
Rp84.000, dengan jumlah rata-rata kendaraan sepeda motor 42 dan tarif parkir
sebesar Rp2.000. Untuk Swalayan Luwes DPP sebesar Rp82.500 dengan rata-
rata jumlah sepeda motor 165 dan dikenakan tarif Rp500. Pemancingan
motor 160 dikenakan tarif Rp500 dan rata-rata total kendaraan mobil 60
DPPnya sebesar Rp135.000 dengan rata rata kendaraan sepeda motor 75 yang
dikenakan tarif Rp1.000 dan rata-rata total kendaraan mobil 200 dikenakan
tarif Rp3.000,-
Tabel 3.8
Potensi Pendapatan Wajib Pajak Parkir
Potensi Potensi
No Wajib Pajak DPP
1 minggu 1 bulan
Terminal Bus Sunggingan
1 84.000 588.000 2.520.000
Boyolali
2 Luwes swalayan 82.500 577.500 2.475.000
3 Pemancingan Taman Air Tlatar 140.000 980.000 4.200.000
Bandar Baru Udara Adi
4 135.000 945.000 4.050.000
Sumarmo Surakarta
pajak parkir selama satu hari (DPP) yang dikalikan lama operasi, yaitu 7 hari
yang cukup besar yaitu sebesar Rp945.000 tiap minggunya dan Rp 4.050.000
51
bulannya. Sedangkan Potensi Pajak Parkir di Pemancingan Taman Air Tlatar
Tabel 3.9
Estimasi Potensi Penerimaan Pajak Parkir dalam 1 Bulan
mengkalikan potensi pajak parkir selama satu bulan dengan tarif pajak parkir
penerimaan pajak sebesar Rp630.000 setiap bulannya. Dan untuk Bandar Baru
52
masing sampel cukup besar karena penerimaan bersih yang dipeoleh cukup
besar.
Tabel 3.10
Penerimaan Pajak Parkir
Januari- Maret 2010
Tabel 3.11
Perbandingan tingkat penerimaan dan potensi pajak parkir
Selisih Perbandingan
Penerimaan Potensi
WP Penerimaan dan Penerimaan dan
Pajak (3bl) Pajak (3bl)
potensi (3bl) Potensi (%)
Terminal Bus Sunggingan
150.000 1.134.000 984.000 86.77%
Boyolali
Luwes swalayan 180.000 1.113.750 933.750 83.38%
Pemancingan Taman Air
300.000 1.890.000 1.590.000 84.12%
Tlatar
Bandara Udara Adi
525.000 1.822.500 1.297.500 71.19%
Sumarmo
sampai dengan bulan Maret 2010 masih sangat kurang jika dibandingkan
penerimaan dan potensi cukub besar yaitu 86.77%. Swalayan Luwes hanya
53
Rp311.250 dengan perbandingan penerimaan dengan potensi pajak sebesar
Bandara Udara Adi Sumarmo menyetor pajak Rp175.000 tiap bulannya, hal
dimiliki sebesar 71.19%. Wajib pajak tidak membayar pajak sesuai dengan
dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat
output tertentu, kebijakan dan prosedur dari suatu organisasi. Pajak Restoran
dan parkir dapat dikatakan efektif apabila selisih realisasi penerimaan dan
target yang dianggarkan mengalami selisih positif (lebih dari 100%) dan
dikatakan kurang atau tidak efektif apabila selisih dari realisasi dengan target
penerimaan pajak restoran dan pajak parkir dalam tahun yang sama. Rumus
54
untuk menghitung efektivitas penerimaan pajak restoran dan pajak parkir
Tabel 3.12
Efektivitas Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Parkir
Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009
Rp 83.910.500
Efektivitas = x 100% = 104,56%
Rp 80.250.000
Rp 90.003.000
Efektivitas = x 100% = 108,63%
Rp 82.850.000
Rp 94.923.500
Efektivitas = x 100% = 110,02%
Rp 85.500.000
55
d. Tahun Anggaran 2009
Rp109.180.000
Efektivitas = x 100% = 127,70%
Rp 85.500.000
Rp 1.347.500
Efektivitas = x 100% = 117,71%
Rp 1.150.000
Rp 2.040.200
Efektivitas = x 100% = 116,58%
Rp 1.750.000
Rp 4.037.500
Efektivitas = x 100% = 175,54%
Rp 2.300.000
Rp 42.018.832
Efektivitas = x 100% = 1826.91%
Rp 2.300.000
Boyolali mencapai target yang telah ditetapkan. Untuk pajak restoran rata-rata
rumah makan dan warung makan baru yang menjadi objek pajak. Sedangkan
untuk pajak parkir sempat terjadi penurunan di tahun 2007 sebesar 0.73%
dikarenakan turunnya omzet dari objek pajak parkir namun pada tahun 2008
56
terjadi kenaikan sebesar 59%. Dan terdapat objek pajak parkir baru dari
Bandar Baru Adi Sumarmo Surakarta pada tahun 2009 yang menyebabkan
yaitu sebesar 104,56% dan tahun 2007 sebesar 116,58% untuk pajak parkir.
Sedangkan efketifitas tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 127,70% untuk
pajak restoran dan 1826,91% untuk pajak parkir. Pajak Parkir teralisasi lebih
obyek/subyek baru wajib pajak parkir ( PT. Penata Sarana ) di Bandar Baru
penerimaan pajak Restoran dan Parkir selalu melebihi target yang ditentukan
pajak restoran pajak restoran dan pajak parkir yang dilakukan oleh DPPKAD
57
BAB IV
TEMUAN
adanya kelebihan dan kelemahan dalam penghitungan potensi pajak restoran dan
A. KELEBIHAN
2. Tahun 2006 samai dengan tahun 2009 realisasi penerimaan Pajak Restoran
dan Pajak Parkir dapat sesuai rencana atau target yang ditetapkan, selalu
diatas 100%.
B. KELEMAHAN
sehingga penentuan anggaran atau target Pajak Restoran dan Pajak Parkir
sebenarnya.
58
penagihan kepada Wajib Pajak, sehingga mengakibatkan penerimaan
4. Kontribusi yang diberikan Pajak Restoran dan Pajak Parkir selama tahun
59
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil
kesimpulan:
asli daerah pada tahun 2006 sebesar 0.89%, namun dari tahun 2007 sampai
tahun 2009 pajak restoran memberikan kontribusi yang tetap yaitu sebesar
terjadi kenaikan 0.01% dari tahun 2006, untuk tahun 2008 sebesar 0.04%
terjadi kenaikan sebesar 0.02% dari tahun sebelumnya, tahun 2009 pajak
adanya tambahan objek pajak parkir baru dari Bandar Baru Adi Sumarmo
dari penerimaan pajak restoran dan pajak parkir yang diterima masih
dari tahun 2006 s/d 2009 masih di bawah 1%, hal ini mengindikasikan
bahwa pajak restoran dan pajak parkir merupakan bagian kecil dari
60
dipengaruhi oleh besarnya realisasi penerimaan. Semakin besar
2. Realisasi penerimaan pajak restoran dan pajak parkir yang diterima masih
tergolong rendah, hal tersebut dapat dilihat dari adanya selisih perhitungan
potensi pajak sebesar 9.09%. Untuk Rumah makan Elang Sari penerimaan
penerimaan dan potensi pajak yang dimiliki sebesar 7.40%. Pajak yang
61
terdapat selisih sebesar Rp311.250 dengan perbandingan penerimaan
potensi pajak yang dimiliki sebesar 84.12%. Bandara Udara Adi Sumarmo
sebesar 71.19%. Wajib pajak tidak membayar pajak sesuai dengan potensi
yang pajak parkir yang dikelolanya. Wajib pajak tidak membayar pajak
dapat.
Boyolali dapat dikatakan sudah efektif. Hai ini dapat dilihat dari realisasi
penerimaan Pajak restoran dan pajak parkir pada tahun anggaran 2006 s/d
2009. Ditahun anggaran 2006 anggaran yang telah ditetapkan untuk pajak
62
tahun 2007 116,58% sesuai realisasi Rp2.040.200 dari anggran
Rp1.750.000. Ditahun 2008 dan 2009 anggaran untuk pajak daerah sama
di atas 100%.
63
B. SARAN
Boyolali agar dapat meningkatkan penerimaan pajak restoran dan pajak parkir
anggaran.
penjualan dan penyedia jasa, sehingga wajib pajak membayar pajak sesuai
serta menjalin koordinasi antar unit kerja guna membentuk suatu sinergi
data dan pengetahuan penulis, maka dari itu penulis berharap penelitian
berikutnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Ricard dan Wirawan B. Illyas. 2007. Hukum Pajak. Edisi III. Jakarta:
Salemba Empat.
65
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Undang-undang No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Resmi, Siti. 2007. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi III. Jakarta: Salemba Empat.
66
67