Anda di halaman 1dari 73

16

LAPORAN MAGANG
DI PT. DHARMAPALA USAHA SUKSES
CILACAP JAWA TENGAH
( Proses Produksi Gula Rafinasi )
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai gelar Ahli Madya
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
ADEE FITRIANTHO H 3107006
PROGRAM DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
17
LAPORAN MAGANG
DI PT. DHARMAPALA USAHA SUKSES
CILACAP JAWA TENGAH
( Proses Produksi Gula Rafinasi )
Yang disiapkan dan disusun oleh
ADEE FITRIANTHO
H 3107006
Telah dipertahankan dihadapan dosen pembimbing dan penguji,
pada tanggal : .......................................................
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Menyetujui,
Penguji I
Ir . Bambang Sigit Amanto, MSi
NIP. 196407141991031002
Penguji II
Ir. MAM. Andriani, MS
NIP. 195005251986092001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS
NIP. 195512171982031003
18
MOTTO
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.....
( Q.S. Al Mujadalah ayat 11 )
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan
mempermudah baginya jalan kesyorga.
( HR. Muslim )
Tidak ada kata terlambat untuk orang yang senantiasa ingin merubah
dirinya untuk menjadi yang lebih baik
( AdeeFitriantho )
19
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala Puji bagi Allah SWT Pencipta dan Penguasa seluruh jagat raya yang telah
memberikan kehidupan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan magang ini.
Secara khusus penulis menyampaikan berjuta hormat dan terima kasih
yang tiada henti untuk Ibu dan Ayah, yang telah mendidik dan
membesarkan penulis dengan segenap kasih sayang dan ketulusan serta
semua ilmu, nasihat dan pengertian, dan doa yang selalu tercurah.
Terima kasih juga kepada segenap keluarga besar ku atas semua
dukungannya.
Dek Rini Dwiastuti , terima kasih atas relasi yang terjalin hingga nanti saat
tiba.
Teman teman seperjuangan...Ingatlah aku, kawan. Maka kalian akan
mengingat diri kalian sendiri. Terima kasih, kawan. Semua kejadian
bersama kalian adalah hal terhebat yang tak dijual dimanapun.
20
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, tuhan semesta
alam, atas seluruh nikmatNya kepada penulis, yang tak terhitung sejak lahir
sampai detik ini. Atas izinNya pula penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa terucap untuk
Rasulullah shallahu alaihi wassalam, keluarga, sahabat serta orang-orang yang
telah mengikuti jalanNya.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
mencapai gelar Ahli Madya Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dengan diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan
kepada penulis. Oleh karena itu penyusun ucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi, selaku pembimbing serta selaku Ketua
Program DIII Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Nur Her Riyadi P, MS, pembimbing akademik mahasiswa DIII Teknologi
Hasil Pertanian angkatan 2007.
4. Ir. Mam Andriani, MS, selaku dosen penguji magang.
5. Semua dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada kami.
6. Bapak Mahdi M Hasan, selaku manajer PWH yang telah memberikan
pengarahan.
7. Semua karyawan di bagian produksi, penimbangan, pengemasan dan security
PT. Dharmapala Usaha Sukses
8. Ibu dan Ayah serta segenap keluarga tercinta yang telah banyak membantu
dalam hal materi maupun dorongan, bimbingan serta waktu untuk berdiskusi.
21
9. Bapak dan Ibu Sularno , atas semua bantuannya dalam menyediakan tempat
tinggal dan lain-lain nya.
10. Mas Dewan, Mas Eko, Mas Rinto terima kasih atas kenangan indah penuh
tawa yang tak terlupakan bersama kalian.
11. Rekan-rekan DIII THP 07 yang telah berjuang bersama makasih atas
kebersamaan dan kerjasamanya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala
dukungan, semangat, ilmu dan pengalaman berharga yang diberikan. Semoga
Allah memberi balasan berlipat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya,
dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
22
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
MOTTO ...................................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Magang ............................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
A. Gula ............................................................................................ 3
B. Proses pengolahan ........................................................................ 5
III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN................................................. 16
A. Pelaksana ..................................................................................... 16
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................. 16
C. Metode Pelaksanaan Magang ....................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 18
A. Keadaan Umum Perusahaan ........................................................ 18
1. Latar Belakang dan Tujuan Pendirian Pabrik ........................ 18
2. Sejarah dan Status Perusahaan................................................ 20
3. Keadaan Lokasi Pabrik dan Sekitarnya................................... 21
B. Manajemen Perusahaan ................................................................ 21
1. Struktur dan Sistem Organisasi ............................................. 21
2. Tenaga Kerja ......................................................................... 23
3. Kesejahteraan Karyawan........................................................ 27
23
C. Penyedia Bahan Baku.................................................................... 28
1. Sumber Bahan Baku .............................................................. 28
2. Jumlah dan Penyediaan ......................................................... 30
3. Pengangkutan dan Penyimpanan Bahan Baku ........................ 31
D. Proses Produksi .............................................................................. 31
1. Tahap dan Proses yang Dikerjakan ......................................... 31
2. Diagram Alir Proses ............................................................... 41
3. Pengendalian Proses Produksi ................................................. 42
E. Produk Akhir ............................................................................... 45
1. Spesifikasi Produk Akhir ........................................................ 45
2. Penanganan Produk Akhir....................................................... 47
3. Pengendalian Mutu Produk Akhir ........................................... 48
F. Mesin dan Peralatan ..................................................................... 49
1. Spesifikasi Alat Utama ........................................................... 49
2. Spesifikasi Alat Pembantu....................................................... 54
G. Pemasaran Produk ....................................................................... 55
1. Metode Pemasaran Produk ..................................................... 55
2. Cara Distribusi ....................................................................... 56
H. Sanitasi Perusahaan ..................................................................... 57
1. Sanitasi Bahan Baku ............................................................... 57
2. Sanitasi Bangunan dan Lingkungan Kerja............................... 57
3. Sanitasi Peralatan.................................................................... 58
4. Sanitasi Pekerja....................................................................... 59
5. Sanitasi Produk Jadi ................................................................ 59
6. Penanganan Limbah................................................................ 60
V. PENUTUP ......................................................................................... 64
A. Kesimpulan ................................................................................. 64
B. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 66
LAMPIRAN
24
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rincian Tenaga Kerja PT. Dharmapala Usaha Sukses ................. 22
Tabel 4.2 Standar Kualitas Raw Sugar ....................................................... 26
Tabel 4.3 Spesifikasi Gula Rafinasi ........................................................... 43
Tabel 4.4 Persyaratan SNI 01- 3140.2-2006 Gula Kristal Rafinasi .............. 44
25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Dharmapala Usaha Sukses..................... 20
Gambar 4.2 Diagram Alir Proses Pengolahan................................................. 39
28
B. Tujuan Magang
Tujuan pelaksanaan magang di industri pertanian adalah :
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa diharapkan lebih mengerti dan mampu menerapkan ilmu
dan teori sebagai alat untuk menganalisa sektor industri hayati yang
diamati selama magang.
b. Mahasiswa mampu memahami lebih dalam suatu industri pertanian
secara menyeluruh dan sistematis pada kondisi nyata.
c. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan industri
pertanian untuk mengembangkan kepekaan bernalar terhadap
berbagai persoalan yang timbul di lapangan.
d. Memberi tambahan bekal dan pengalaman sehingga siap bekerja
setelah menyelesaikan studinya.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami Proses Pembuatan Gula Rafinasi
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gula
Gula merupakan kebutuhan pokok di wilayah Indonesia yang
digunakan sebagai bahan baku pemanis baik masyarakat maupun Industri
yang bergerak di bidang pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia ada
3 jenis gula yang dikenal yaitu :
1. Raw Sugar / Gula Kristal Mentah
Gula kristal mentah merupakan gula setengah jadi yang dibuat dari
tebu atau bit melalui proses defikasi, sehingga gula kristal mentah tidak
layak untuk dikonsumsi langsung oleh manusia sebelum diproses lebih
lanjut. Jenis gula kristal mentah merupakan bahan baku gula rafinasi.
(Anonim
a
, 2009)
Raw sugar merupakan bahan baku pembuatan gula rafinasi. Raw
sugar merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari tebu, yang
masih mengandung lapisan molasses yang menyelimuti kristal gula. Raw
sugar yang digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi harus
berkualitas tinggi, yaitu memiliki kadar polarisasi minimal 98,0
0
. Selain
itu kristal harus kuat (tidak keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0 mm.
Keseragaman kualitas raw sugar sangat penting dikarenakan berpengaruh
terhadap produk gula rafinasi yang dihasilkan. Jika raw sugar yang
digunakan memiliki kualitas yang tidak baik, maka dapat dipastikan
produk gula yang dihasilkan pun akan berkualitas kurang baik (Baikow,
1978)
2. Refined Sugar/ Gula Kristal Rafinasi
Gula rafinasi merupakan gula yang diproduksi dari bahan baku raw
sugar melalui proses rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri
makanan dan minuman serta kebutuhan dibidang farmasi. Kata rafinasi
diambil dari kata refinery artinya menyuling, menyaring, membersihkan.
30
Jadi bisa dikatakan bahwa gula rafinasi adalah gula yang mempunyai
kualitas kemurnian yang tinggi. (Anonim
c
, 2009)
3. Plantation White Sugar / Gula Kristal Putih
Gula kristal putih adalah gula yang dapat dikonsumsi langsung
oleh masyarakat yang dihasilkan dari pengolahan tebu. Gula kristal putih
diproses melalui beberapa tahapan seperti : ekstraksi, pemurnian,
evaporasi, kristalisasi, penyaringan dengan sentrifugasi, pengeringan,
pengemasan (Anonim
a
, 2009)
Berdasarkan standar warna ICUMSA, gula dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu :
1. Gula Rafinasi (Refined Sugar)
Gula rafinasi memiliki ICUMSA 45 dengan kualitas yang paling
bagus karena melalui proses pemurnian bertahap. Warna gula putih cerah.
Untuk Indonesia gula rafinasi diperuntukkan bagi industri makanan karena
membutuhkan gula dengan kadar kotoran yang sedikit dan warna putih.
2. Gula Extra Spesial (Extra Special Crystall Sugar)
Gula ektra spesial memiliki ICUMSA 100-150 Gula ini termasuk
food graide digunakan untuk membuat bahan makanan seperti kue,
minuman atau konsumsi langsung
3. Gula Kristal Putih
Gula kristal putih memiliki ICUMSA 200-300. Merupakan gula
yang dapat dikonsumsi langsung sebagai tambahan bahan makanan dan
minuman. Berdasarkan standard SNI gula yang boleh dikonsumsi
langsung adalah gula dengan warna ICUMSA 300. Pada umumnya pabrik
gula sulfitasi dapat memproduksi gula dengan warna ICUMSA < 300.
4. Gula Kristal Mentah untuk konsumsi (brown sugar)
Brown sugar memiliki ICUMSA 600-800. Di luar negeri gula ini
dapat dikonsumsi langsung biasanya sebagai tambahan untuk bubur, akan
tetapi juga perlu diperhatikan mengenai kehigienisannya yaitu kandungan
bakteri dan kontaminan.
31
5. Gula Kristal Mentah (Raw Sugar)
Raw sugar memilik ICUMSA 1600-2000. Raw sugar digunakan
sebagai bahan baku untuk gula rafinasi, dan juga beberapa proses lain
seperti MSG biasanya mengunakan raw sugar.
6. Gula Mentah ( Very Raw Sugar )
Gula mentah memiliki ICUMSA 4600 max. Gula mentah khusus
digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi dan tidak boleh dikonsumsi
secara langsung (Anonim
b
, 2009)
B. Proses Pengolahan
Untuk memperoleh gula rafinasi diperlukan pengolahan kristal gula
mentah yang baik, sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan sesuai
kebutuhan. Pengolahannya meliputi berbagai macam tahapan, dimana masing-
masing tahapan dapat mencakup beberapa unit operasional pemisahan.
Efisiensi operasional dari tiap tahapan pengolahan sangat dipengaruhi oleh
keberhasilan tahapan sebelumnya. Adapun tahapan pengolahan gula kristal
mentah (raw sugar) menjadi gula kristal rafinasi meliputi tahap afinasi,
klarifikasi, filtrasi, dekolorisasi, evaporasi dan kristalisasi, sentrifugasi,
pengeringan dan pendinginan (Baikow, 1978)
Tahap permulaan pengolahan raw sugar adalah proses afinasi yaitu
penghilangan lapisan molasses yang melapisi kristal gula. Raw sugar
dicampurkan dengan syrup bersuhu 70
0
C dengan kemurnian sedikit lebih
tinggi sehingga tidak melarutkan kristal. Pencucian raw sugar dengan
kelebihan penggunaan syrup dapat menurunkan efisiensi dari afinasi. Hal ini
dikarenakan volume magma yang diputar bertambah sedangkan kapasitas
mesin tetap. Selain itu penggunaan syrup untuk mencuci raw sugar juga
berarti penambahan larutan gula yang tidak jenuh sehingga menyebabkan
meningkatnya jumlah sukrosa dalam kristal gula yang terlarut. Semakin
banyak sirup yang ditambahkan dan semakin rendah viskositas masakan maka
warna gula yang dihasilkan akan semakin rendah, hal itu disebabkan karena
kemampuan syrup sebagai larutan pencuci yang dapat melarutkan, melalui
ikatan hidrogen sehingga dapat melepaskan dan mengurangi densitas dari
32
lapisan syrup yang melekat pada kristal gula. Sedangkan viskositas masakan
yang rendah dan membentuk dinding lapisan tipis sehingga semua kristal gula
dapat dicapai oleh air pencuci dibandingkan dengan viskositas masakan yang
tinggi (Baikow, 1978)
Tujuan afinasi adalah mencuci kristal raw sugar agar lapisan molases
yang melapisi kristal berkurang sehingga warnanya semakin cerah atau nilai
ICUMSA lebih kecil. Pencucian dilakukan dalam mesin sentrifugal yaitu
setelah raw sugar dicampur dengan sirup menjadi magma. Penurunan
intensitas warna yang dicapai pada stasiun ini berkisar 30-50 %. Gula kristal
mentah yang telah dicuci dilebur dengan mencampur dengan air atau sweet
water menghasilkan leburan (liquor) dengan brix sekitar 65 ( Anonim
c
, 2009)
Pengoperasian unit klarifikasi bertujuan untuk membuang semaksimal
mungkin pengotor non sugar yang ada dalam leburan (melt liquor). Ada dua
pilihan teknologi yaitu fosflotasi dan karbonatasi, keduanya banyak dipakai,
fosflotasi pada umumnya digunakan di pabrik rafinasi di negara Amerika
Latin dan beberapa di Asia sedangkan selebihnya menggunakan teknologi
karbonatasi, termasuk pabrik rafinasi di Indonesia.
a. Teknologi Fosflatasi
Pada proses ini digunakan asam fosfat dan kalsium hidroksida
yang akan membentuk gumpalan (primer) kalsium fosfat, reaksi ini
berlangsung di reaktor. Penambahan flokulan (anion) sebelum tangki
aerator dilakukan untuk membantu pembentukan gumpalan sekunder yang
terbentuk dari gumpalan-gumpalan primer yang terikat oleh rantai molekul
flokulan. Pembentukan gumpalan sekunder dapat menyerap berbagai
pengotor : zat warna, zat anorganik, partikelyang melayang dan lain-lain.
Untuk memisahkan gumpalan tersebut oleh karena dalam media liquor
yang kental (brix: 65-70) maka gumpalan tidak diendapkan melainkan
diambangkan. Proses pengambangan berlangsung dengan bantuan partikel
udara yang dibangkitkan dalam aerator, proses pengambangan terjadi
pada clarifier. Pada clarifier ini juga pemisahan gumpalan yang
mengambang (scum) terjadi, yaitu dengan sekrap yang berputar pada
33
permukaan clarifier dan menyingkirkan scum ke kanal yang dipasang
pada sekeliling clarifier.
b. Teknologi Karbonatasi
Pada proses karbonatasi leburan dibubuhi kapur {Ca(OH)
2
}
kemudian dialiri gas CO
2
dalam bejana karbonatasi , terbentuk endapan
kalsium karbonat yang akan menyerap pengotor termasuk zat warna.
Sumber gas CO
2
berasal dari gas cerobong ketel yang sudah dimurnikan
melalui scrubber. Proses karbonatasi dilakukan dua tahap, pertama
dilakukan pembubuhan kapur sebanyak 0,5% brix bersamaan dengan
pengaliran CO
2
ekuivalen dengan junlah kapur yang ditambahkan. Kedua
pada karbonator akhir menyempurnakan reaksi dengan aliran CO
2
sampai
pH turun di sekitar 8,3. Selanjutnya liquor ditapis pada penapis bertekanan
(leaf filter) menghasilkan filter liquor dan mud ( Anonim
c
, 2009)
Proses karbonatasi adalah salah satu metode pemurnian yang dapat
memisahkan kotoran berupa koloida yang terdapat pada leburan gula.
Proses tersebut juga dapat menyerap atau menghilangkan warna yang
mempunyai berat molekul yang tinggi yang berasal dari raw sugar.
Dengan pencampuran susu kapur dan gas karbondioksida yang
ditambahkan pada raw liquor sehingga terbentuk gumpalan yang mengikat
sebagian bukan gula (Baikow, 1978). Suhu turut berperan penting dalam
proses karbonatasi. Hal ini dikarenakan suhu dapat menyebabkan
terbentuknya warna dan mempengaruhi proses filtrasi pada carbonated
liquor. Priono (2003) menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka
penghilangan warna akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena
selama penghilangan warna tersebut, terjadi pula pembentukan warna
Pemisahan campuran antara cairan dengan zat padat tidak terlarut
melalui media penapis (filter) yang meloloskan cairan namun menahan zat
padatnya pada permukaan penapis (filter) disebut filtrasi. Menurut Priono
(2003), penggunaan rotary leaf filter dalam proses filtrasi di pabrik gula
memiliki keuntungan, yaitu filter cake yang dihasilkan memiliki ukuran yang
sama yang disebabkan oleh bingkai-bingkai filter yang ikut berputar.
34
Endapan yang terpisahkan dari proses filtrasi berupa filter cake yang
menempel di kain penapis sehingga dapat menyebabkan filtrasi menjadi
terhambat. Filter cake yang menempel di kain penapis harus dihilangkan
terlebih dahulu dengan cara sluicing. Yaitu pencucian kain penapis dalam
filter dengan menggunakan hot water dengan suhu 70
0
C selama 25 menit.
Menurut Baikow (1978). Pencucian kain penapis ini bertujuan untuk
melepaskan filter cake dari penapis dan juga untuk membersihkan media
penapisan (filter) dari partikel pengotor yang terselip diantara bahan penapis.
Penghilangan warna merupakan titik kritis dalam produksi gula
rafinasi. Penghilangan warna dilakukan dengan pertukaran ion. Pertukaran ion
adalah suatu proses perempelan ion-ion bebas pada sekelompok ion tidak
bebas yng berada pada polaritas yang berbeda. Ion yang menempel digantikan
oleh ion lain yang berasal dari kelompok ion tidak bebas. (Baikow, 1978)
Pada stasiun dekolorisasi pada prinsipnya ada dua teknologi yang
lazim digunakan yaitu karbon aktif dan penukar ion, masing-masing dengan
keunggulan dan kelemahannya. Kedua teknologi tersebut dapat menurunkan
warna sekitar 75-85 %, pemilihan teknologi harus disesuaikan dengan kondisi
lokal.
Untuk menghilangkan zat warna dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a. Dengan granul karbon aktif.
Kandungan karbon aktif sekitar 60 % dan dicampur dengan 5%
MgO untuk mencegah turunnya pH. Karbon aktif ini dapat digunakan
selama 3-6 minggu tergantungdari kualitas dan jumlah bahan yang masuk.
Kemampuan karbon aktif dalam mereduksi zat warna sangat tinggi,
namun bahan ini tidak mampu menghilangkan zat anorganik yang terlarut.
b. Resin penukar ion (Ion- Exchange Resin)
Bahan ini mudah diregenerasi dan dalam penggunaannya
mempunyai kapasitas lebih besar dibandingakan dengan karbon aktif
maupun bone char, Selain itu penggunaan air juga lebih efisien. Ada dua
jenis resin yang digunakan dalam refinery yaitu :Resin anion yang
berfungsi mereduksi warna dan resin kation untuk menghilangkan
35
senyawa anorganik. Penggunaan resin senyawa akrilic lebih tahan dari
resin stiren, namun resin akrilik kurang efektif dibanding resin stiren. Oleh
sebab itu dalam proses dekolorisasi dianjurkan untuk menggunakan
gabungan dua jenis resin ini secara seri, pertama sirup dilewatkan resin
akrilik terlebih dahulu kemudian baru dilewatkan resin stiren ( Anonim
c
,
2009). Pengunaan resin secara terus menerus, mengakibatkan resin ini
akan jenuh dan tidak dapat lagi melakukan penyerapan warna dengan
maksimal. Semakin sering digunakan butiran resin akan semakin rapuh
dan mudah pecah sehingga diperlukan regenerasi. Regenerasi dapat
dilakukan dengan menggunakan asam klorida. (Baikow,1978)
Evaporasi bertujuan menurunkan kadar air dan meningkatkan brix.
Semakin kecil kandungan air bahan maka brix bahan akan semakin tinggi.
Peningkatan brix bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
kristalisasi yang terjadi dalam vacuum pan (Baikow, 1978). Menurut Soerjadi
(2003), kandungan air yang diuapkan berpengaruh pada panas yang
dipindahkan, berarti pengaturan suhu merupakan daya dorong terjadinya
perpindahan panas. Jika brix rendah, maka proses pemasakannya akan
berjalan sangat lama.
Menurut de Man (1997), proses kristalisasi bertujuan untuk merubah
molekul-molekul sukrosa dalam fine liquor menjadi kristal gula dengan
kehilangan minimum dan proses sesingkat mungkin. Makin murni larutan gula
makin mudah gula mengkristal. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kristal sukrosa adalah kelewatjenuhan larutan, suhu, kecepatan nisbi kristal
dan larutan, sifat permukaan kristal.
Proses kristalisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
mengkristalkan gula yang terdapat dalam fine liquor hingga dihasilkan kristal
sesuai dengan standar parameter yang ditentukan. Pembentukan kristal
dilakukan dalam pan-pan masakan (vacuum pan) yang akan menghasilkan
massequite larutan yang terdiri dari kristal gula dan syrup (Baikow, 1978).
Kristalisasi dilakukan di bejana vakum (65 cm Hg) dengan penguapan
liquor pada suhu sekitar 70-80
0
C sampai mencapai supersaturasi tertentu.
36
Pada kondisi tersebut dimasukkan bibit kristal secara hati-hati sehingga inti
kristal akan tumbuh mencapai ukuran yang dikehendaki tanpa menumbuhkan
kristal baru. Campuran kristal sukrosa dengan liquor disebut masakan
(Anonim
c
, 2009).
Kristal gula dengan molasses dipisahkan menggunakan centrifugal.
Prinsip kerja centrifugal ini menggunakan gaya sentrifugasi, dimana kristal
yang terdapat dalam basket putaran akan terlempar dan akan tertahan
disaringan, sedang larutannya akan lolos melalui saringan (Chen Chou, 1993)
Pemisahan kristal dilakukan dengan cara memutar masakan dalam
mesin sentrifugal menghasilkan kristal (gula A) dan sirop A. Selanjutnya sirop
A dimasak seperti yang dilakukan sebelumnya menghasilkan gula B dan sirop
B. Demikian seterusnya secara berjenjang menghasilkan gula A, B dan C yang
masuk dalam katagori gula rafinasi ( Anonim
c
, 2009).
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air yang tersisa pada
gula sampai dengan kadar 0,05%. Setelah proses pengeringan diperlukan
pendinginan dikarenakan gula yang keluar suhunya masih relatif tinggi.
Apabila langsung dikemas mengakibatkan gula menjadi rusak (Baikow,
1978).
Menurut Winarno (1993), penurunan kadar air pada gula sampai
dengan batas tertentu dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi di
setiap tempat dari bahan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua
permukaan bahan keluar. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeringan
antara lain :
a. Luas Permukaan Bahan
Apabila bahan yang dikeringkan kecil atau tipis maka pengeringan
berlangsung lebih cepat. Karena partikel-partikel yang kecil atau lapisan
yang kecil akan mempercepat perpindahan panas menuju pusat bahan dan
mempermudah perpindahan air.
b. Suhu Pengeringan
37
Perbedaan suhu yang tinggi antara medium pemanas dan bahan
akan mempercepat perpidahan panas ke dalam bahan sehingga terjadi
driving force perpindahan uap air.
c. Kelembaban
Relatif humidity juga menentukan besarnya penurunan kadar air
dari produk pangan yang dikeringkan.
d. Waktu Pengeringan
Semua metode pengeringan menggunakan panas sedangkan unsur-
unsur dalam bahan pangan sensitif terhadap panas maka perlu menentukan
batas waktu maksimum pengeringan untuk mempertahankan kualitas
bahan.
Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara
organolepti (warna, tekstur, rasa, dan bau). Hal ini digunakan konsumen untuk
memeleh produk secara total. Klasifikasi karakteristik mutut bahan pangan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Karakteristik fisik tampak, meliputi tekstur, kekentalan dan konsistensi ;
flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip.
b. Karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis
(Kramer dan Twigg, 1983).
Mutu merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen
untuk berbagai ukuran jenis produk dan jasa. Mutu adalah keseluruhan
gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan,
dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi
harapan harapan pelanggan (Feigenbaum,1989).
Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui
sampai sejauh mana proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan
standar yang ditetapkan perusahaan. Pengendalian mutu merupakan paya
untuk mencapai dan mempertahankan standar bentuk, kegunaan, dan warna
yang direncanakan. Dengan kata lain, pengendalian mutu ditujukan untuk
mengupayakan agar produk (jasa) akhir sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan sebelumnya (Prawirosentono, 2002).
38
Menurut Kadarisman (1994), untuk mempertahankan mutu produk
pangan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen serta mampu untuk
bersaing secara global, maka perusahaan harus mengacu sistem pengendalian
mutu yang ditempuh dengan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Pengendalian Pengadaan Bahan Baku
Pengadaan bahan baku baik bahan penolong maupun bahan
tambahan industri harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik.
Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan, yaitu persyaratan-
persyaratan dan kontrak pembelian, pemilihan pemasok, kesepakatan
tentang jaminan mutu, kesepakatan tentang metode-metode verifikasi,
penyelesaian perselisihan mutu, perencanaan dan pengendalian,
pemeriksaaan dan yang terakhir yaitu tentang catatan-catatan mutu
penerimaan.
2. Pengendalian Proses Produksi
Pengendalian proses produksi dilakukan secara terus menerus
meliputi kegiata-kegiatan antara lain, pengendalian bahan dengan tujuan
untuk pengendalian kerusakan baku, pengendalian dan pemeliharaan alat,
proses khusus, yaitu proses produksi yang kegiatan pengendaliannya
merupakan hal yang sangat penting terhadap mutu produk, dan yang
terakhir yaitu pengendalian dan perubahan proses produksi.
3. Pengendalian Produk Akhir
Tujuan utama dari pengendalian mutu produk akhir adalah untuk
mengetahui apakah item yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Sanitasi industri pangan merupakan usaha-usaha untuk mencegah
penyakit dengan menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor dalam
pengolahan pangan yang berperan dalam pemindahan penyakit (dan bahaya
lainya) sejak penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan
penggudangan produk akhir sampai distribusi (Kasmidjo, 1999)
Sanitasi pangan merupakan hal yang sangat penting dalam industri
pengolahan hasil makanan karena dapat mempengaruhi produk akhir yang
39
dihasilkan. Sanitasi diperlukan mulai dari bahan baku sampai dengan produk
akhir atau produk siap dikonsumsi sehingga dihasilkan produk akhir yang
terjaga keamanannya (Jennie, 1998)
Menurut Soekarto (1990), Sanitasi berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik atau
citra perusahaan. Dalam praktek di industri pangan tindakan sanitasi pangan
meliputi : pengendalian pencemaran, pembersihan dan tindakan aseptik.
Pengendalian pencemaran mencakup pembuangan limbah atau sampah dan
menjauhi pencemar. Pembersihan dilakukan dengan pencucian untuk
menghilangkan kotoran yang menempel supaya bersih, sedangkan tindakan
aseptik dilakukan dengan pembersihan peralatan atau sarana untuk
menghindari mikroba.
Sanitasi pabrik merupakan satu hal yang penting dalam industri dan
harus diperhatikan dengan baik. Sanitasi meliputi sanitasi bahan baku, sanitasi
bangunan dan lingkungan, sanitasi peralatan, sanitasi ruangan dan sanitasi
pekerja. Apabila kondisi lingkungan bersih, peralatan terjaga baik maka
pekerja akan merasa nyaman dalam bekerja (Kasmidjo, 1999)
40
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Pelaksana
Nama : ADEE FITRIANTHO
NIM : H 3107006
Program Studi : D III Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Pertanian
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan pada :
Tanggal : 02 Februari 2010 02 Maret 2010
Tempat : PT. Dharmapala Usaha Sukses
Jl Laut Jawa Komplek Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap,
Jawa Tengah Telp. (0282) 535762.
C. Metode Pelaksanaan Magang
Keberhasilan suatu pelaksanaan magang ditentukan oleh teknik-
teknik pengumpulan data. Hal itu dikarenakan teknik pengumpulan data yang
tepat akan membantu kita memperoleh data yang relevan, akurat dan
terpercaya baik berupa data primer maupun data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengujian secara langsung di lapangan atau melaksanakan sebagian
pekerjaan sebagai pembanding. Data primer dapat diperoleh dengan cara :
a. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. Wawancara ini dilakukan pada adalah pihak pimpinan
perusahaan, manajemen perusahaan, karyawan, operator, petugas yang
berwenang hingga masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.
41
b. Observasi
Observasi adalah pengarahan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala atau fenomena yang diselidiki. Atau terlibat langsung pada
proses produksi.
c. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan atau
mengambil data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
2. Data Sekunder
a. Data Internal
Yaitu berupa data-data yang diperoleh dari buku-buku atau laporan
yang tersedia di perusahaan.
b. Data Eksternal
Yaitu berupa data-data yang diperoleh berdasarkan literatur atau
referensi lain yang berada di luar perusahaan.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan
A.1. Latar Belakang dan Tujuan Pendirian Pabrik
Perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia saat ini
sangat pesat, sehingga keberadaan industri gula rafinasi baru sangat
diharapkan untuk menutupi kekurangan kebutuhan gula rafinasi nasional.
`Guna mencukupi kebutuhan akan gula rafinasi tersebut didirikan pabrik
gula rafinasi yang salah satunya adalah PT. Dharmapala Usaha Sukses di
Cilacap Jawa Tengah. Sebagai salah satu perusahaan yang terus berkembang
dalam memenuhi kebutuhan gula rafinasi, PT. Dharmapala Usaha Sukses
mempunyai visi yaitu Menjadi Perusahaan Gula Rafinasi yang Unggul,
Profesional, Maju, Terpandang dan Ramah Lingkungan dengan selalu
Mengutamakan Kepuasan Pelanggan Melalui Produk dan Pelayanan yang
Bermutu Tinggi serta Konsisten.
Untuk mencapai visi tersebut PT. Dharmapala Usaha Sukses
mempunyai misi :
a) Berkomitmen untuk melengkapi persyaratan sesuai hukum,
perundang-undangan, peraturan dan prinsip-prinsip di PT.
Dharmapala Usaha Sukses yang berhubungan dengan praktek yang
mengatur pengelolaan mutu.
b) Menciptakan sistem untuk manajemen kualitas yang di seting
terhadap sasarn perusahaan untuk pengembangan yang mantap dan
berkelanjutan. Pihak manajemen dan seluruh karyawan akan terus
melaksanakan perbaikan yang berkelanjutan terhadap mutu produk
terhadap semua tingkatan operasional, dengan cara menggolongkan,
mengatur dan menyaring hal-hal yang berhubungan dengan masalah
mutu dihubungkan dengan masalah aktivitas operasional perusahaan
sehari-hari.
43
c) Meningkatkan kesadaran di antara karyawan, supplier, kontraktor,
dan sub-kontraktor melalui pendidikan, pengalaman, dan publikasi
terhadap permasalahan mutu.
d) Berkomitmen melaksanakan produksi gula rafinasi dan pelayanan
purna-jualnya yang profesional sesuai dengan persyaratan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01.3140.2-2006
e) Meningkatkan kemajuan perusahaan dan produktifitas kerja oleh
peran serta tenaga kerja atau karyawan yang mengarah kepada
kemampuan untuk mandiri dalam hal pelaksanaan proses produksi
dan kelangsungan perkembangan perusahaan, dunia usaha yang
mengarah, berdampak dan menaikkan taraf hidup layak bagi
masyarakat sekitar dan karyawan PT. Dharmapala Usaha Sukses
f) Membantu, juga merupakan sebagian dari tindakan nyata ikut peran
serta dalam pemanfaatan Penanaman Modal Asing (PMA)sebagai
sumber Asli Pendapatan Daerah (APD) yang idak lepas dari
program otonomi daerah dan tetap memperhatikan dampak negatif
yang mungkin timbul terhadap lingkungan kerja, wilayah kerja
maupun masyarakat sekitar.
g) Meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja serta
memperkecil resiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan yang aplikasinya
akan diterapkan dalam system management keselamatan kerja
(SMK3)
h) Menerapkan standar ISO 9001-2000 dan melakukan perbaikan
secara berkesinambungan.
Selain itu, PT. Dharmapala Usaha Sukses juga memiliki tujuan
dalam menjalankan perusahaannya yaitu :
a) Memenuhi kebutuhan gula rafinasi dalam negeri sehingga
meminimalkan ketergantungan pada gula rafinasi dari luar negeri.
b) Menigkatkan perekonomian nasional melalui sektor industri.
c) Membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sektor industri pangan.
44
d) Memperoleh keuntungan finansial dari proses produksi dengan
menghasilkan produk berupa gula rafinasi yang dapat dijual kepada
industri pangan.
A.2. Sejarah dan Status Perusahaan
PT. Dharmapala Usaha Sukses berdiri pada tanggal 21 September
2000 yang merupakan pabrik gula rafinasi yang pertama kali didirikan di
wilayah propinsi Jawa Tengah, dan merupakan urutan ke lima dari pabrik
gula rafinasi di Indonesia dengan status Penanaman Modal Asing (PMA),
dengan Akta Pendirian Nomor. 18 Tahun 2000, dan Akta Pembuatan
Nomor: 224 Tanggal, 26 Desember 2007. Awalnya status permodalan
merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nomor:
94/I/PMDN/2001 tanggal 4 Juni 2001. Akan tetapi status PMDN hanya
bertahan sampai bulan April 2007. Selanjutnya PT. Dharmapala Usaha
Sukses diakuisisi oleh PT. Olam International, Ltd yang merupakan
perusahaan pemasok produk pertanian dan bahan makanan yang berbasis di
Singapura. Semenjak saat itu, status permodalan berubah menjadi
Penanaman Modal Asing (PMA).
PT. Dharmapala Usaha Sukses secara administrasi telah berdiri pada
tanggal 21 September 2000, tetapi persiapan pembangunan pabrik baru
dimulai pada bulan Agustus 2003. Setelah pembangunan pabrik selesai,
sekitar bulan Oktober 2005 dilakukan uji coba produksi. Pasca uji coba,
diketahui terdapat kendala pada alat produksi. Kondisi ini mengakibatkan
kegiatan produksi sempat terhenti. Proses perbaikan berlangsung hingga
bulan Juli 2006. Setelah proses perbaikan selesai kegiatan produksi
dilanjutkan. Pada bulan April 2007 terjadi masalah permodalan yang
mengakibatkan PT. Dharmapala Usaha Sukses diakuisisi oleh PT. Olam
International, Ltd. Proses akuisisi berlangsung hingga Desember 2007.
Setelah itu dilakukan persiapan kembali untuk mengoperasikan pabrik.
Kegiatan produksi dimulai pada tanggal 25 Januari 2008 hingga sekarang.
45
A.3. Keadaan Lokasi Pabrik dan Sekitarnya
PT. Dharmapala Usaha Sukses didirikan di atas tanah seluas 40.416
m
2
dan terletak di Jl. Laut Jawa Komplek Pelabuhan Indonesia III Tanjung
Intan, Cilacap, Jawa Tengah. Apabila dilihat secara geografis, PT.
Dharmapala Usaha Sukses berbatasan dengan :
a) Sebelah Barat : Jl. Laut Jawa, PT. Panganmas Inti Persada, Samudra
Hindia
b) Sebelah Timur : Jl. Niaga, komplek perumahan penduduk
c) Sebelah Utara : Tower Air PT. Pelindo III (Persero) cabang Tanjung
Intan
d) Sebelah Selatan : Radio Pantai Navigasi PT. Pelindo III (Persero)
Cabang Tanjung Intan.
Pemilihan lokasi tersebut dipilih atas dasar pertimbangan sebagai
berikut :
a) Dekat dengan pelabuhan sehingga mudah dalam bongkar muat bahan
baku yang diimpor dari Thailand dan Australia.
b) Sarana transportasi yang cukup baik
c) Kemudahan mendapatkan tenaga kerja
d) Lokasi pemasaran yang sangat mendukung
B. Manajemen Perusahaan
B.1. Struktur dan Sistem Organisasi
PT. Dharmapala Usaha Sukses memperkerjakan karyawan yang
diatur dalam struktur organisasi. Struktur organisasi yang diterapkan adalah
sistem garis (line). Struktur organisasi garis adalah suatu sistem hubungan
dimana pihak atasan mendelegasikan sebagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawab kepada pihak bawahan serta pihak bawahan mendelegasikan
sebagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab kepada pihak yang lebih
bawah dan begitu seterusnya sampai pihak yang paling bawah pada
strukutur organiasasi. Adapun struktur organisasi di PT. Dharmapala Usaha
Sukses dapat dilihat pada Gambar 4.1 :
46
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Dharmapala Usaha Sukses
Jakarta Office
Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Factory Coordinator Commercial Head
Manager
(proses)
Manager
(power
plant)
Manager
(Procure
nment)
Manager
(Finance
&
Accounti
Manager
(Mechan
iical)
Manager
(Electric
al &
Instrume
Manager
(QC &
Laborato
ry)
Manager
(Admin
&
Personal
Manager
(Product
Warehou
se)
Manager
(Materia
l
Warehou
Manager
(Marketi
ng)
Superintendent Superintendent
Foreman
Operator/ Mechanic/ Electrician/ Analyst, II
Supervisor
Operator/ Mechanic/ Electrician/ Analyst, I
Harian Lepas/ Labour Supply
Harian Lepas/ Labour Supply
Operator/ Mechanic/ Electrician/ Analyst, II
Operator/ Mechanic/ Electrician/ Analyst, I
Foreman
Supervisor
47
Berikut merupakan klasifikasi tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing jabatan yang ada, yaitu :
a) Dewan Komisaris dan Dewan Direksi
Bertanggung jawab mengambil keputusan dan mengatur seluruh
kebijakan tentang perusahaan.
b) Plan Manager (Factory Manager)
Bertanggung jawab menjaga kelancaran operasional pabrik secara
keseluruhan dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan direksi
perusahaan.
c) Manager
Bertanggung jawab menjaga kelancaran operasional departemen yang
dipimpinnya, dan bertanggung jawab kepada plan manager.
d) Superintendent
Bertanggung jawab membantu manager dalam menjalankan tugas
departemen dan bertanggung jawab kepada manager departemen.
e) Supervisor
Bertugas membantu superintendent dalam menjalankan tugasnya dan
bertanggung jawab kepada superintendent.
f) Foreman
Bertugas membantu supervisor dalam mejalankan tugasnya,
mengkoordinir anggota kelompoknya agar dapat bekerja dengan
maksimal.
g) Employee
Bertugas membantu foreman dalam menjalankan tugasnya, dan
menjalankan aktivitas kerja semaksimal mungkin
B.2. Tenaga kerja
a) Jumlah Tenaga kerja
PT. Dharmapala Usaha Sukses sampai dengan tahun 2010
mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 309 orang. Jumlah ini
sudah termasuk pekerja yang berada di pabrik maupun di kantor.
Rincian tenaga kerja PT. Dharmapala Usaha Sukses ditunjukan pada
48
Tabel 4.1. Rincian Tenaga kerja PT. Dharmapala Usaha Sukses
No. Departement
Jumlah
pekerja
1. Factory Manager 3
2. Process 106
3. Mechanical and Utility 65
4 Electrical and Instrument 33
5 Quality Control and Laboratory 22
6 Admin and Personnel 25
7 Product Warehouse 29
8 Material Warehouse 14
9 Finance and Accounting 12
Sumber : PT. Dharmapala Usaha Sukses, 2010
Sistem pengelolaan PT. Dharmapala Usaha Sukses terbagi
menjadi dua. Pertama adalah kantor dan kedua adalah pabrik.
Departemen yang terkait bagian kantor adalah departemen admin and
personnel dan departemen finance and accounting. Sedangkan bagian
pabrik adalah bagian yang mempunyai aktivitas berkaitan langsung
dengan proses produksi, diantaranya adalah departemen proses,
departemen product warehouse and material warehouse, departemen
quality control and laboratory, dan lain sebagainnya.
b) Pengadaan Tenaga kerja
Dalam pengadaan tenaga kerja dilakukan dengan perekrutam
tenaga umum dan perekrutan rekomendasi. Perekrutan umum sangat
menentukan mutu tenaga kerja yang didapat. Proses perekrutan terbagi
menjadi beberapa tahapan yaitu :
(1) Langkah pertama adalah membuka informasi lowongan pekerjaan di
media cetak maupun bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan
Tansmigrasi setempat.
(2) Langkah kedua adalah melakukan seleksi berkas
(3) Langkah ketiga adalah tes tertulis, tes psikologi, dan wawancara
Sedangkan Perekrutan rekomendasi dilakukan untuk mengisi
jabatan-jabatan tertentu pada perusahaan, misalkan manager produksi,
plan manager, dan jabatan lainnya. Orang yang dipilih merupakan
49
hasil rekomendasi atasan yang telah mengetahui kinerja orang tersebut
sebelumnya.
c) Jadwal kerja
Pekerja PT. Dharmapala Usaha Sukses terbagi menjadi dua
yaitu pekerja shift dan non shift. Perbedaan ini terletak pada jam kerja
masing-masing jenis pekerja. Pembagian jam kerja yang berlaku di PT.
Dharmapala Usaha Sukses adalah :
(1) Pekerja non shift :
Pekerja non shift adalah pekerja yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan produksi. Sebagian besar pekerja
yang tergolong pekerja non shift terdapat pada departemen admin and
personnel serta departemen finance and accounting.
Jam kerja ntuk pekerja non shift sebagai berikut :
- Senin Kamis : Pukul 08.00 16.00 WIB
- Jumat : Pukul 08.00 17.00 WIB
- Sabtu : Pukul 08.00 13.00 WIB
- Minggu : Libur
(2) Pekerja shift
Pekerja shift merupakan pekerja yang berhubungan langsung
dengan kegiatan produksi. Departemen lain yang mempunyai
hubungan dengan kegiatan produksi sebagian besar pekerjanya adalah
pekerja shift. Pekerja shift dibagi menjadi tiga yaitu :
- Shift pagi : Pukul 07.00 15.00 WIB
- Shift sore : Pukul 15.00 23.00 WIB
- Shift malam : Pukul 23.00 07.00 WIB
d) Status Pekerja
Secara umum, status pekerja di PT. Dharmapala Usaha Sukses
dibagi menjadi empat yaitu :
(1) Pekerja tetap
Pekerja tetap adalah pekerja yang diangkat oleh Surat
Keterangan Direksi dan telah bekerja selama beberap tahun di PT.
50
Dharmapala Usaha Sukses. Pengangkatan menjadi pekerja tetap
dilakukan berdasarkan hasil evaluasi kerja harian pekerja tersebut.
Apabila kinerja pekerja mendapat predikat baik maka pekerja
tersebut layak diangkat menjadi pekerja tetap.
Jumlah pekerja tetap PT. Dharmapala Usaha Sukses
sebanyak 59 orang dengan spesifikasi jabatan mulai dari plan
manager sampai staf operator. Sedangkan sebanyak 36 orang
sedang dalam tahap pengajuan menjadi pekerja tetap. Sehingga
apabila ditotal jumlah pekerja tetap sebanyak 95 orang.
(2) Pekerja Kontrak
Pekerja kontrak merupakan pekerja yang bekerja
berdasarkan perjanjian kerja dalam jangka waktu tertentu. Hak dan
kewajiban pekerja tersebut diatur dalam surat perjanjian kerja yang
disepakati kedua belah pihak yaitu pihak pekerja dan perusahaan.
Jumlah pekerja kontrak PT. Dharmapala Usaha Sukses
sebanyak 135 orang. Sebagian besar pekerja kontrak adalah pekerja
yang berada pada level paling bawah dalam struktur organisasi
yaitu staf, operator, analist, dan lain sebagainya.
(3) Pekerja Harian
Selain memiliki pekerja tetap dan kontrak, PT. Dharmapala
Usaha Sukses juga memiliki pekerja harian. Pekerja harian tidak
termasuk dalam karyawan PT. Dharmapala Usaha Sukses sehingga
tidak terhitung dalam catatanjumlah tenaga kerja. Pekerja harian
adalah pekerja yang pembayaran gajinya dilakukan tiap hari.
Pekerja harian bekerja mulai pagi hingga malam hari. Jumlah
tenaga kerja harian yang ada di PT. Dharmapala Usaha Sukses
sebanyak 31 orang.
(4) Pekerja Borongan
Pekerja borongan adalah pekerja yang pembayaran gajinya
dilakukan sesuai dengan jumlah pekerjaan yang mampu
diselesaikan. Pembayaran gaji dilakukan setiap satu minggu sekali.
51
Sama halnya dengan pekerja harian, pekerja borongan juga tidak
tercatat sebagai tenaga kerja di PT. Dharmapala Usaha Sukses.
Proses pengadaaan tenaga kerja harian dan borongan, bekerja sama
dengan kontraktor setempat yaitu CV. RPM
PT. Dharmapala Usaha Sukses menggunakan tenaga kerja
borongan sebagai tenaga staple yang bertugas menata tumpukan
gula produk di dalam gudang.
B.3. Kesejahteraan Karyawan
Dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan diharapkan aktivitas
di suatu perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan dapat meningkatkan
kinerja karyawan. Beberapa kesejahteraan yang disediakan PT. Dharmapala
Usaha Sukses kepada karyawannya sebagai berikut :
a) Gaji Pokok
Gaji pokok yang diterima oleh pekerja PT. Dharmapala Usaha
Sukses telah mengikuti peraturan departemen ketenagakerjaan, yaitu di
atas rata-rata Upah Minimum Regional Cilacap.
b) Uang Lembur
Sebagian pekerja yang melakukan kerja lembur akan mendapatkan
uang lembur. Uang lembur yang diberika disesuaikan dengan jangka
waktu lembur pekerja tersebut.
c) Konsumsi
Untuk memperlancar dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam
setiap shift diberikan konsumsi sebanyak 1 kali bagi semua pekerja.
d) Jaminan Sosial Tenaga kerja
Bagi seluruh pekerja yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek,
dengan fasilitas tersebut pekerja berhak mendapatkan sejumlah ganti
rugi bila terjadi suatu kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat, sakit,
dan lain sebagainya.
e) Bantuan Karyawan
Pada kondisi tertentu perusahaan memberikan sumbangan kepada
pekerjanya sebagai wujud simpati perusahaan terhadap kondisi
52
pekerjanya. Misalkan : Pekerja tersebut melakukan pernikahan, keluarga
pekerja ada yang meninggal, dan lain sebagainya.
f) Uang Tunjangan Hari Raya
Setiap tahun pekerja berhak mendapat uang tunjangan hari raya
sebagai perwujudan ucapan terima kasih perusahaan terhadap seluruh
pekerjanya. Besarnya uang tunjangan hari raya adalah satu kali gaji
pekerjanya tersebut.
C. Penyediaan Bahan Baku
C.1. Sumber Bahan Baku
a) Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan gula
rafinasi adalah raw sugar atau gula kristal mentah. Bahan baku raw
sugar diperoleh dengan mengimpor dari negara-negara penghasil raw
sugar seperti Thailand, Australia, dan Afrika. Sampai saat ini bahan
baku raw sugar dalam negeri memang masih sangat langka. Oleh
karena itu, pasokan raw sugar lebih mengandalkan impor. Kualitas
raw sugar yang digunakan dalam pembuatan gula rafinasi harus
memenuhi standar kualitas penerimaan bahan baku.
Tabel 4.2 Standar Kualitas Raw Sugar
No. Kriteris Uji Satuan Persyaratan
1 Polarisasi % 97-98
2 Gula Invert % 0,275
3 Kadar Abu % 0,375 (maks 0,5)
4 Kadar Air % 0,375 (maks 0,5)
5 Kemurnian % 97,8-98,5
6 Warna IU 3000-4000
Sumber : PT. Dharmapala Usaha Sukses
b) Bahan Baku Pembantu
a) Kapur Tohor
Kapur digunakan dalam proses karbonatasi dalam
pembuatan gula rafinasi. Selain dapat membantu dalam pemurnian,
kapur juga dapat menaikkan pH. Kapur yang diperlukan di PT.
Dharmapala Usaha Sukses dalam bentuk susu kapur. Standar kapur
53
tohor yang ditetapkan PT. Dharmapala Usaha Sukses adalah kadar
CaO minimal 90%.
b) Air Panas
Air panas digunakan dalam proses pencucian raw sugar
yang terjadi pada tahap afinasi dengan temperatur < 80
0
C. Air
panas dapat melarutkan dan membersihkan molasses dan kotoran
yang terdapat pada permukaan kristal raw sugar. Hot water yang
diperlukan berasal dari tangki raw water yang digerakkan oleh
heat exchange. Penyediaan raw water disuplai dari PDAM.
c) Gas CO
2
Gas CO
2
digunakan bersama dengan susu kapur dalam
proses karbonatasi yang membantu untuk mempercepat terjadinya
endapan CaCO
3
, dimana endapan tersebut akan menyerap dan
mengikat kotoran atau warna yang ada dalam raw liquor. Kadar
gas CO
2
yang dialirkan dalam proses karbonatasi berkisar 13% dan
kandungan 10%. Sedangkan suhu CO
2
sebesar 60
0
C dengan
tekanan sebesar 0,5 kg/cm
2
.
d) Filter Aid
Filter aid digunakan sebagai media penapisan dalam rotary
leaf filter, dimana filter aid ini membentuk suatu lapisan di bagian
luar filter cloth dan menyaring endapan susu kapur.
e) Anion Exchange Resin
Anion exchange resin adalah senyawa hidrokarbon
terpolimerisasi yang mengandung ikatan hubungan silang serta
gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Sifat dari resin tersebut merupakan kemampuan
untuk menggelembung dan kapasitas pertukaran serta selektif
penukaran. Anion exchange resin ini digunakan dalam proses
penukaran ion yang dapat mengikat ion-ion warna yang terdapat
dalam larutan sehingga dihasilkan larutan yang jernih.
54
f) NaCl
Resin yang telah digunakan pada proses pertukaran ion
akan mencapai titik kejenuhan sehingga tidak mampu lagi untuk
menyerap warna maka perlu diregenerasi. Regenerasi ini dilakukan
dengan NaCl, dimana ion Cl akan berikatan dengan resin,
sedangkan ion Na akan mengikat warna kembali. Regenerasi
dengan NaCl merupakan regenerasi biasa.
g) HCl
HCl digunakan dalam proses regenerasi total, yaitu bila
resin telah mencapai titik kejenuhannya. Ion H
+
dalam HCl akan
membersihkan resin dari ion-ion warna dan kotoran yang
menempel pada resin sehingga resin memiliki kemampuan untuk
menyerap warna.
h) NaOH
NaOH digunakan dalam proses regenerasi total bersama
dengan HCl. Jika resin telah mencapai titik kejenuhanya.
C.2. Jumlah dan Penyediaan
Penyediaan bahan baku di lakukan untuk menjamin kontinyuitas
suplai bahan baku sehingga proses produksi dapat berjalan sesuai dengan
tujuan dan harapan yang hendak dicapai oleh suatu pabrik. Pabrik
melakukan stock bahan baku dengan melakukan penimbunan bahan baku
pada gudang penyimpanan.
a) Bahan Baku Utama
Raw sugar sebagai bahan baku utama disimpan pada gudang
yang letaknya dekat dengan ruang produksi. Pabrik akan melakukan
stockis apabila sudah mendekati persediaan raw sugar habis. Impor
raw sugar jumlahnya tidak selalu sama tetapi jumlahnya tidak kurang
dari 50.000 ton.
b) Bahan Baku Pembantu
Suplai bahan baku pembantu yang digunakan PT. Dharmapala
Usaha Sukses dijamin kontiyuitasnya sehingga proses produksi dapat
55
berjalan dengan baik. Setiap minggu dilakukan stockis bahan baku
pembantu sebanyak 25 ton untuk kapur tohor, filter aid, NaCl dan
NaOH yang dipesan dari PT. Sumatra co dan CV. Rio Putra Mandiri.
Untuk anion exchange resin dan HCl setiap minggu dikirim 8 ton dari
PD. Pantai Mas dan PD. Podo Seneng. Sedangkan untuk hot water dan
Flue gas CO
2
jumlahnya tidak tetap, tergantung dari kualitas bahan
yang diolah. Semakin baik kualitasnya, maka kebutuhan bahan baku
pembantu tersebut semakin sedikit.
C.3. Pengangkutan dan Penyimpanan Bahan Baku
Raw sugar yang berada dalam kapal diangkut ke area pabrik
menggunakan dump truck untuk disimpan dalam gudang penyimpanan
raw sugar (silo) di PT. Dharmapala Usaha Sukses. Penyimpanan raw
sugar dalam gudang silo menggunakan sistem FIFO (First In First Out)
sehingga tidak ada bahan baku yang terlalu lama mengalami penimbunan.
Bahan baku yang berada di gudang silo pindahkan dengan menggunakan
belt conveyer untuk diproses menjadi gula rafinasi. Pengangkutan bahan
baku ke ruang produksi menggunakan belt conveyer sehingga lebih efesien
dibandingkan menggunakan tenaga manusia.
Untuk bahan baku pembantu disimpan dalam gudang penyimpanan
bahan baku pembantu kecuali hot water dan flue gas CO
2
. Dalam gudang
tersebut menggunakan sistem FIFO (First In First Out) seperti dalam
gudang raw sugar. Bahan-bahan tersebut ditempatkan berdasarkan
jenisnya sehingga memudahkan dalam pengambilan dan memperkecil
kemungkinan bahan tercampur dengan bahan yang lain.
D. PROSES PRODUKSI
1. Tahap-tahap Proses Pembuatan Gula Rafinasi
a. Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku raw sugar yang akan diolah dimulai
dengan pemindahan raw sugar dari dalam gudang bahan baku (silo) ke
dalam penampung yaitu raw sugar bin yang mempunyai kapasitas
400 ton. Pemindahan raw sugar dilakukan menggunakan belt
58
sentrifugasi biasa disebut affinasi syrup (green syrup) yang ditampung
dalam tangki affinasi syrup.
Ad. 3 Peleburan raw sugar
Proses peleburan raw sugar ini bertujuan mengubah bentuk
raw sugar manjadi cairan/ liquor. Peleburan terjadi di dalam alat yang
disebut melter. Melter terbagi menjadi 4 kompartemen yang dilengkapi
dengan pengaduk (agigator) pada masing-masing kompartemen.
Agigator berfungsi membantu proses peleburan dengan pengadukan
affinated sugar. Proses peleburan dibantu dengan penambahan hot
water dan sweet water. Proses peleburan dilakukan pada suhu 60
0
C
dengan brix larutan yang diharapkan sebesar 60
0
. Udara panas berasal
dari aliran steam yang dihembuskan ke dalam melter. Affinated sugar
dan cairan tambahan secara berurutan masuk ke kompartemen pertama
sampai ke kompartemen ke empat. Output yang dihasilkan dari proses
peleburan di dalam melter berupa cairan gula yang disebut raw liquor.
Raw liquor kemudian dipompa menuju ke raw liquor tank.
c. Proses Karbonatasi
Proses karbonatasi berlangsung pada tangki carnobator I dan
II. Karbonatasi adalah proses pemurnian raw liquor dengan
penambahan susu kapur (lime milk) dan gas CO
2
ke dalam raw liquor
dalam kondisi suhu dan pH yang terkendali sehingga terbentuk
endapan CaCO
3
.
CaO + H
2
O Ca(OH)
2
Ca(OH)
2
+ Sukrosa Sakarat
Sakarat + CO
2
CaCO
3
+ Sakarosa
Endapan CaCO
3
berfungsi menyerap zat-zat bukan gula yang
terdapat pada raw liquor. Hal ini dapat terjadi karena endapan bersifat
absorbasi (menyerap). Karbonatasi terjadi dalam reaction tank dan
carbonator I & II.
59
1) Reaction tank
Pada reaction tank terjadi pencampuran susu kapur (lime
milk) dengan raw liquor. Perbandingan raw liquor dengan susu
kapur adalah 10:1. Pencampuran di dalam reaction tank dibantu
oleh pengaduk (agigator) yang berputar selama proses
berlangsung. Konsisi akhir larutan pada reaction tank yang
diinginkan memiliki pH 10-11 dan suhu 80-82
0
C.
2) Carbonator I & II
Setelah proses pencampuran antara raw liquor dan susu
kapur (lime milk) di dalam reaction tank selesai, output yang
dihasilkan dari proses dalam reaction tank kemudian dipompa ke
dalam carbonator I. Dalam carbonator I & II terjadi penambahan
gas CO
2
yang berasal dari hasil pembakaran MFO (Marine Fuel
Oil) dalam boiler. Penambahan CO
2
bertujuan untuk menurunkan
pH pada kondisi tertentu. pH pada carbonator I dikondisikan pada
kisaran 9-10. Kemudian dari carbonator I hasilnya dialirkan
menuju carbonator II. Dalam carbonator II dikondisikan pH turun
menjadi 7-8. Kondisi akhir yang diharapkan adalah larutan dengan
pH 7-8 dengan suhu sekitar 80-85
0
C. Pada kondisi ini diharapkan
endapan yang terbentuk tidak larut kembali sedangkan pemilihan
suhu tersebut bertujuan untuk mencegah kerusakan sukrosa.
Proses karbonatasi mampu menghilangkan warna larutan
hingga 65% dari warna yang terkandung dalam raw liquor. Sedangkan
kemampuan menghilangkan abu mencapai 40%. Larutan hasil proses
karbonatasi disebut carbonated liquor yang kemudian dialirkan
menuju carbonated tank.
d. Proses Filtrasi
Setelah proses pembentukan endapan kotoran pada proses
karbonatasi, proses selanjutnya adalah proses filtrasi. Proses filtrasi
berlangsung di dalam mesin filter selama 30 menit. Secara garis besar,
proses filtrasi dibagi menjadi dua yaitu proses filtrasi I dan filtrasi II.
60
Tipe filter yang digunakan pada proses filtrasi gula rafinasi adalah
rotary leaf filter. Keuntungan penggunaan filter ini adalah daun
penyaring filter yang akut berputar akan membentuk ketebalan lapisan
cake (blotong) yang seragam. Ketebalan yang sama berarti dapat
mengurangi penggunaan air saat melalukan pencucian (sluicing). Hal
ini memberi keuntungan karena kehilangan gula di dalam filter cake
semakin sedikit.
Secara singkat proses yang terjadi di dalam filter adalah
penyaringan raw liquor menggunakan saringan berlapis-lapis dengan
cara mengalirkan larutan dari lubang inlet melewatkan pada saringan
kemudian dialirkan menuju lubang outlet. Cake dengan cairannya akan
terpisah di mana cake akan tertahan di saringan sedangkan cairan akan
menembus saringan.
e. Proses Decolorisasi
Proses penghilangan warna mempunyai peran penting untuk
menghasilkan mutu produk gula rafinasi yang baik. Proses dekolorisasi
merupakan proses yang bertujuan untuk menurunkan kandungan warna
pada liquor. Pada proses inilah terjadi penghilangan warna larutan
sehingga cairan yang dihasilkan jernih. Proses dekolorisasi terjadi pada
tangki IER (Ion Exchange Resin). Proses penghilangan warna
menggunakan resin yang mempunyai sifat menyerap zat-zat warna.
Metode ini digunakan mengingat sifat beberapa zat warna yan
terkandung seperti melanoide, melanine, caramel mempunyai sifat
anionik.
Pada dasarnya proses yang terjadi pada tangki IER hampir
sama dengan yang terjadi pada filter yaitu liquor dialirkan melewati
resin yang ada dalam tangki IER menuju outlet. Agar resin tidak ikut
terbawa pada saat liquor dialirkan, maka tangki IER dilengkapi dengan
nozzle untuk membatasi sisi atas dan sisi bawah resin. Liquor hasil
proses dekolorisasi disebut fine liquor. Fine liquor selanjutnya
61
dipompa ke tangki fine liquor untuk kemudian dialirkan ke proses
selanjutnya.
f. Proses Evaporasi
Fine liquor hasil proses dekolorisasi kemudian dipompa
menuju evaporator. Pada evaporator fine liquor mengalami proses
evaporasi (penguapan) yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dan
meningkatkan brix. Semakin kecil kandungan air, maka brix
(kepekatan) semakin tinggi. Peningkatan brix pada larutan bertujuan
untuk mempermudah dan mempercepat proses kristalsasi yang terjadi
di vacuum pan.
Proses evaporasi menurunkan kadar air fine liquor hinga 60%
dari kandungan semula sekitar 75% sedangkan nilai brix yang
diharapkan adalah 60-65
0
. Penguapan kadar air dilakukan dengan
mengalirkan panas pada bahan. Udara panas berasal dari steam yang
dialirkan ke evaporator. Selain itu, evaporator didesain agar beroperasi
pada kondisi vakum. Kondisi vakum bermanfaat agar suhu yang
digunakan untuk proses penguapan tidak terlalu tinggi yaitu 60-65
0
C.
Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak kandungan sukrosa pada
bahan. Liquor hasil proses evaporasi disebut thick liquor. Thick liquor
kemudian dialirkan menuju thick liquor tank. Selanjutnya thick liquor
menuju proses kristalisasi pada vacuum pan.
g. Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi terjadi di vacuum pan. Kristalisasi
merupakan proses pembentukan kristal-kristal gula. Pada prinsipnya
proses kristalisasi sama halnya dengan yang terjadi pada evaporator
yaitu proses pemanasan/ penguapan menggunakan steam. Melalui
pemanasan ini terjadi penguapan lanjut hingga larutan mengalami
kondisi supersaturated (sangat/ lewat jenuh). Pada kondisi ini terjadi
pembentukan kristal-kristal gula. Pada saat masakan pada kondisi
supersaturated dilakukan pemberian bibit kristal gula (fondan) yang
berfungsi untuk merangsang pembentukan kristal. Dengan
62
penambahan bibit gula, proses pembentukan kristal menjadi lebih
sangat cepat. Jumlah penambahan fondan tergantung pada kondisi
larutan yang dimasak. Semakin rendah mutu masakan maka
penambahan bibit gula (fondan) semakin banyak.
Kondisi vakum pada alat masak (pan) bertujuan agar suhu yang
digunakan untuk pemasakan tidak terlalu tinggi yaitu berkisar antara
60-65
0
C sehingga tidak merusak gula. Tekanan yang digunakan pada
vakum pan minimal 60 cmHg dan waktu yang di butuhkan sekitar 2
Jam. Semakin tinggi tekanan maka kecepatan masak gula semakin
cepat. Selain itu, kecepatan masakan di vacuum pan dipengaruhi oleh
kepekatan (brix) larutan thick liquor, semakin tinggi kepekatan maka
proses pemasakan semakin cepat.
Hasil dari proses kristalisasi disebut masscuite. Massecuite
kemudian ditampung dalam receiver. Pada receiver terjadi pengadukan
agar larutan tetap pada kondisi baik dan terjadi pembentukan kristal
lanjut.
h. Proses Sentrifugasi
Dari receiver, massecuite memasuki proses sentrifugasi untuk
memisahkan gula kristal dengan lapisan tetes (molasses). Pada
sentrifugasi ini terjadi pemisahan gula kristal dan molasses
menggunakan gaya sentrifugal yang dihasilkan dari putaran agigator.
Gaya sentrifugal membuat kristal gula terlempar menjauhi titik pusat
dan tertahan pada saringan sedangkan molasses yang berbentuk cair
menembus saringan. Dengan demikian molasses akan terpisah dari
kristal gula.
Pada akhir proses pemisahan terdapat tahap pembersihan/
pencucian sentrifugal. Proses ini dilakukan agar menghasilkan mutu
gula produk yang baik. Proses pencucian dilakukan menggunakan hot
water pada tahap akhir proses sentrifugasi. Hot water berfungsi
mnghilangkan lapisan molasses yang masih tersisa pada kristal gula.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat pencucian adalah waktu yang
63
tepat sehingga molasses yang masih tersisa dapat dipisahkan.
Keterlambatan pencucian dapat menyebabkan molasses mengering
sehingga sulit dipisahkan. Gula yang dihasilkan dari proses
sentrifugasi disebut gula centri. Gula centri kemudian dibawa oleh
screw conveyer menuju rotary dryer dan selanjutnya masuk proses
pengeringan.
i. Proses Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kadar air
yang tersisa pada gula centri sampai batas tertentu. Gula centri hasil
sentrifugasi masih memiliki kadar air yang relatif tinggi sehingga perlu
diturunkan. Berdasarkan analisa laboratorium kadar air gula centri
yang dihasilkan PT. Dharmapala Usaha Sukses berkisar antara 0,5-
1,5%. Menurut Standar Nasional Indonesia, kadar air gula rafinasi
maksimal 0,05%. Untuk itu diperlukan proses pengeringan pada gula
centri agar kadar air sesuai dengan standar.
Udara panas pada dryer berasal dari aliran steam. Suhu proses
pengeringan berkisar antara 70
0
C. Dryer yang digunakan adalah tipe
rotary dryer. Putaran pada dryer bermanfaat untuk mengoyak gula
yang dikeringkan yang dibantu dengan gigi-gigi yang ada di dalam
dryer. Gerakan berputar menyebabkan panas yang diterima bahan
lebih merata sehingga proses pengeringan lebih sempurna.
Rotary dryer dilengkapi dengan scrubber yang berfungsi untuk
menyedot debu dari dalam dryer. Debu yang berasal dari dryer
merupakan debu yang mempunyai kandungan gula cukup tinggi. Debu
dari dryer dialirkan menuju lump sugar tank dan dicampur dengan hot
water sehingga menjadi sweet water. Rotary dryer dipasang dengan
kemiringan (slope) 15
0
guna membantu untuk memperlancar aliran
gula dari inlet menuju ke outlet.
j. Proses Pendinginan
Gula centri yang dihasilkan dari proses pengeringan memiliki
suhu yang relatif masih tinggi yaitu berkisar antara 43
0
-46
0
C. Suhu
64
yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan gula menjadi rusak apabila
langsung dikemas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan.
Proses pendinginan pada rotary cooler bertujuan untuk menurunkan
suhu pada gula bahan hingga mencapai suhu kamar/ suhu lingkungan
yaitu berkisar antara 27
0
-30
0
C.
Gula centri dari dryer menuju cooler melalui bucket elevator.
Suhu yang digunakan pada proses pendinginan berkisar 30
0
C. Pada
outlet cooler dilengkapi dengan screen yang berfungsi untuk
menyaring gula. Alat ini berfungsi untuk memisahkan gula yang
berbentuk bongkahan agar tidak tercampur dengan produk. Sedangkan
gula kristal yang normal akan melewati saringan. Melalui screw
conveyer gula produk dibawa menuju sugar bin yang berada di dalam
gudang produk untuk selanjutnya dilakukan proses pengemasan.
65
2. Diagram Alir Proses
Gambar 4.2 Flow Diagram Sugar Refine
i
i
3. Pengendalian Proses Produksi
Pengendalian mutu proses produksi digunakan untuk mencegah
kegagalan produksi. Sampel diambil pada saat proses produksi. Pengujian
sampel dilakukan oleh departemen Quality Control.Analisa yang
dilakukan antara lain brix, pol, warna, purity, pH dan moisture.
a) Proses Affinasi
Proses Affinasi bertujuan untuk menghilangkan lapisan
molasses yang masih melekat pada kristal gula mentah atau raw sugar,
sehingga diperoleh raw sugar yang bersih dari lapisan molasses.
Dalam proses ini terdapat tiga tahapan. Pada tahapan pertama, diberi
perlakuan pendahuluan yaitu penambahan hot water untuk
membersihkan mingler dari kotoran, dan membasahi permukaan
mingler agar pergerakan raw sugar ketika diaduk menjadi lebih
mudah. Raw sugar yang telah ditambah dengan green syrup atau sweet
water yang disebut dengan magma. Magma yang dihasilkan pada
tahapan ini dikondisikan sebesar 90-92
0
brix dengan suhu 43
0
C. Jika
brix terlalu besar (brix > 92
0
) maka hot water terus ditambahkan
sampai mencapai target.
Tahap kedua adalah pemisahan lapisan molasses, pada tahap ini
menggunakan sentrifugal. Agar lapisan molasses dan kristal gula dapat
terpisah dengan baik, posisi saringan dibuat miring sehingga kristal
dapat tertinggal pada saringan, dan molasses dapat terdorong keluar
menembus saringan. Kristal gula yang tertahan kemudian masuk ke
dalam melter untuk dilakukan tahap peleburan. Untuk mempercepat
proses peleburan dibantu dengan penambahan hot water dan sweet
water. Suhu hot water dikondisikan sebesar 60
0
C agar tidak merusak
bahan, mengingat bahan yang diproses mudah rusak pada suhu yang
tinggi. Brix yang diharapkan pada tahapan ini sebesar 60
0
, jika brix
terlalu besar ( > 60
0
) belum dicapai maka dilakukan penambahan hot
water sampai mencapai target, agar mutu raw liquor baik.
ii
ii
b) Proses Karbonatasi
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran terlarut
dalam raw liquor dengan menambahkan CaO dalam bentuk susu kapur
dan penambahan gas CO
2
. Pengendalian ini dengan mengkondisikan
suhu tetap agar endapan tersebut tidak larut lagi. Suhu antara 80-82
0
C
dan pH 10-11.
c) Proses Filtrasi
Dalam proses filtrasi dilakukan dengan bantuan filter aid agar
filtrat dapat dipisahkan secara baik. Filter aid memiliki fungsi
mengkondisikan saringan tetap dalam kondisi poros. Proses ini
tercapai bila filtrat yang telah melewati proses filtrasi tidak
mengandung endapan CaCO
3
dan material selain filtrat. Agar
mencapai target tersebut, dalam filter diberi beberapa perlakuan yang
dapat menjaga filter tetap dalam kondisi baik dan menghasilkan
keluaran yang baik pula. Perlakuan nya antara lain: Precoating, Sweet
On, Draining, dan Sluicing.
d) Proses Dekolorisasi
Proses dekolorisasi memiliki tujuan untuk menghilangkan
warna yang tidak dikehendaki pada fine liquor dengan menggunakan
bahan pembantu berupa resin. Kemampuan resin yang digunakan
untuk menyerap warna yang tidak dikehendaki semakin lama semakin
turun. Untuk menjaga agar resin tetap bekerja menyerap warna dengan
baik diperlukan regenerasi. Regenerasi dilakukan jika terjadi
penurunan kemampuan menyerap warna yang ditandai dengan
permukaan resin tertutupi oleh zat warna yang diserapnya. Regenerasi
ada 2 jenis yaitu regenerasi biasa dan total. Regenerasi biasa dilakukan
setelah proses dekolorisasi selesai, dengan menggunakan larutan alkali
bone yang dibuat dari campuran garam dan NaOH. Sedangkan
regenerasi total dilakukan apabila resin sudah tidak mampu untuk
menyerap warna lagi. Regenerasi ini dilakukan dengan menggunakan
larutan acidic brine yang dibuat dari campuran larutan garam jenuh
dan HCl.
iii
iii
e) Proses Evaporasi
Untuk menurunkan kadar air dalam fine liquor dilakukan
proses evaporasi. Keberhasilan proses ini sangat menentukan
keberhasilan proses kristalisasi. Dalam proses ini diharapkan kadar air
fine liquor menjadi 60%. Pengendalian proses ini dilakukan pada
kondisi vacuum agar penurunan kadar air dapat berlangsung lebih
cepat dan mencegah kerusakan bahan mengingat bahan yang diolah
menrupakan bahan yang mudah rusak karena pada suhu tinggi.
f) Proses Kristalisasi
Setelah melewati proses evaporasi, kemudian thick liquor
dikristalisasi. Kristalisasi terjadi ada kondisi vacuum dengan tekanan
minimal 60 cmHg dengan pemasakan pada suhu 60-65
0
C. Pada proses
ini diharapkan terbentuk kristal-kristal gula, untuk mendapatkan
kristal-kristal gula yang baik diperlukan ketepatan waktu pada saat
penambahan bibit gula karena jika tidak akan menghasilkan kristal
palsu.
g) Proses Sentrifugasi
Untuk memisahkan kristal gula dengan molasses perlu
dilakukan sentrifugasi agar dapat terpisah antara keduanya. Agar
sentrifugasi berlangsung secara optimal, diperlukan pengaturan
kecepatan putaran. Kecepatan putaran sangat mempengaruhi kekuatan
mesin tersebut dalam melepaskan lapisan molasses dari kristal gula.
Kecepatan putaran sentrifugasi dibagi menjadi 4, yaitu :
(1) Kecepatan pada saat memasukan bahan = 250 rpm
(2) Kecepatan saat proses = 1000 rpm
(3) Kecepatan pada saat spray hot water = 600 rpm
(4) Kecepatan pada saat pembersihan = 50 rpm
Pada akhir proses pembersihan terdapat tahap pencucian
sentrifugal untuk menjaga agar mutu gula yang dihasilkan tetap baik.
Pencucian dilakukan dengan hot water yang berfungsi untuk
menghilangkan molasses yang masih tersisa pada mesin sentrifugasi.
Pencucian ini harus dilakukan pada waktu yang tepat agar molasses
iv
iv
dapat dibersihkan. Jika terjadi keterlambatan pencucian dapat
menyebabkan molasses mengering sehingga sulit dipisahkan.
h) Proses Pengeringan
Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dalam bahan
sampai batas tertentu. Untuk batas maksimal kadar air dalam gula
rafinasi sebesar 0,05%. Proses pengeringan yang dilakukan di PT.
Dharmapala Usaha Sukses menggunakan suhu 70
0
C. Agar panas yang
digunakan untuk mengeringkan produk dapat merata, pengeringan
dilakukan dalam rotary dryer. Rotary dryer yang digunakan memiliki
kemiringan 15
0
agar aliran gula dari inlet menuju outlet dapat
berlangsung dengan lancar.
i) Proses Pendinginan
Gula yang keluar dari rotary dryer masih memiliki suhu yang
tinggi antara 43-46
0
C, sehingga harus dilakukan pendinginan sebelum
dikemas. Dalam proses pendinginan diharapkan produk memiliki suhu
antara 27-30
0
C. Produk didinginkan menggunakan aliran udara dingin
yang bersumber dari AC. Untuk menjaga agar mutu produk sesuai
dengan yang diharapkan, dikondisikan suhu aliran udara dingin 30
0
C.
E. Produk Akhir
Produk akhir yaitu bahan baku yang sudah mengalami proses dari awal
hingga akhir. Produk akhir di PT. Dharmapala Usaha Sukses yitu berupa gula
rafinasi.
1. Spesifikasi Produk Akhir
a) Produk Utama
PT. Dharmapala Usaha Sukses menghasilkan gula rafinasi
sebagai produk utama. Produk gula rafinasi yang dihasilkan dibagi
menjadi 3 kriteria berdasarkan atas standar warna.
Tabel 4.3 Spesifikasi Gula Rafinasi
No. Jenis Gula Rafinasi Standar Warna
1. R1 0-45 IU
2. R2 46-85 IU
3. R3 86-150 IU
Sumber : PT. Dharmapala Usaha Sukses
v
v
Tabel 4.2 Persyaratan SNI 01-3140.2-2006 Gula Kristal Rafinasi
No. Kriteria Uji Satuan
Persyaratan Mutu
I II
1 Polarisasi
0
Z Min 99,00 Min 99,70
2 Gula Reduksi % Maks 0,04 Maks 0,04
3 Susut
Pengeringan
%, b/b Maks 0,05 Maks 0,05
4 Warna Larutan IU 45 80
5 Abu %, b/b Maks 0,03 Maks 0,05
6 Sedimen mg/kg Maks 7,0 Maks 10,0
7 Belerang
Dioksida
mg/kg Maks 2,0 Maks 5,0
8 Timbal (Pb) mg/kg Maks 2,0 Maks 2,0
9 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 2,0 Maks 2,0
10 Arsen (As) mg/kg Maks 1,0 Maks 1,0
11 Angka Lempeng
Total (ALT)
Koloni/ 10g Maks 200 Maks 250
12 Khapang Koloni/ 10g Maks 10 Maks 10
13 Khamir Koloni/ 10 g Maks 10 Maks 10
Catatan Z = Zuiker = Sukrosa; IU = Icumsa Unit
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2006
Selain nilai standar warna yang berbeda, nilai keseragaman
kristal juga dijadikan sebagai pembeda antara jenis gula rafinasi yang
dihasilkan PT. Dharmapala Usaha Sukses. Untuk jenis gula rafinasi R1
nilai keseragaman kristal > 0,8 mm, jenis R2 nilainya < 0,8 mm, dan
0,5-1,1 mm untuk jenis R3.
Gula rafinasi produksi PT. Dharmapala Usaha Sukses memiliki
merk dagang yang berbeda-beda. Untuk jenis gula rafinasi R1 merk
dagangnya adalah Dus Super, gula rafinasi R2 yaitu Intan, dan
untuk jenis gula rafinasi R3 yaitu Penyoe. Untuk gula rafinasi jenis
R1 dan R2 telah memenuhi persyaratan mutu I, dan jenis R3 telah
memenuhi persyaratan mutu II berdasarkan SNI 01-3140.2-2006
tentang gula kristal rafinasi.
b) Produk Samping
Produk samping adalah produk sisa proses yang masih dapat
dimanfaatkan kembali. Produk samping yang dihasilkan pabrik gula
rafinasi adalah lapisan tetes pada kristal gula atau molasses. Molasses
dihasilkan dari proses pemisahan pada sentrifugasi antara molasses dan
kristla gula. Sebagai produk samping pabrik gula rafinasi, molasses
vi
vi
mempunyai kadar gula yang masih cukup tinggi sehingga terasa manis.
Sebelum dijual kepada industri yang membutuhkan molasses.
Molasses ditampung dalam dua buah tangki yang masing-masing
berkapasitas 700 ton. Molasses dapat digunakan dalam pembuatan
MSG, Spiritus, dan Alkohol.
2. Penanganan Produk Akhir
Penanganan produk akhir meliputi 2 hal yaitu pengemasan dan
penyimpanan.
a) Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan maupun non pangan. Kemasan adalah
suatu wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu
produk yang dilengkapi dengan label atau keterangan keterangan.
Pengemasan mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam
menunjang distribusi produk terutama yang mudah mengalami
kerusakan. Fungsi kemasan antara lain sebagai wadah atau tempat,
sebagai pelindung, sebagai penunjang cara penyimpanan dan transport.
Kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas untuk
melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa dan
masih terkesan seadanya. Kemasan digunakan untuk melindungi
barang terhadap cuaca atau proses alam lainnya yang dianggap
merusak barang. Selain itu, juga sebagai wadah agar barang mudah
diawa kemana saja selama dalam perjalanan ( Wirya, 1999 ).
Pengemasan bertujuan mencegah kerusakan fisik gula rafinasi
akibat pengaruh dari luar. Kemasan yang dipakai adalah Plastik jenis
polypropilen memiliki sifat tahan tusukan, kuat, tahan terhadap suhu
tinggi, tahan terhadap asam dan basa serta tidak tembus oleh uap air
dan gas. Selain itu, harganya relatif murah. Gula produk dari sugar bin
dibawa hopper melalui screw conveyer dan bucket elevator. Hopper
merupakan penampung gula sementara sebelum proses penimbangan.
Penimbangan dilakukan dengan timbangan otomatis yang telah diatur
untuk menimbang 50 kg dalam satu kali timbang. Timbangan
vii
vii
dilengkapi dengan sensor sentuh yang dapat mendeteksi gerakan
tangan operator. Bila sensor tersentuh maka lengan timbangan akan
menjepit bagian atas karung.
Kemasan yang telah terisi gula bergerak menuju mesin jahit
melalui belt konveyer. Penjahitan dilakukan dengan mesin jahit
otomatis. Mesin jahit dilengkapi dengan sensor yang bekerja secara
otomatis. Bila ada barang yang melewati timbangan maka mesin akan
menjahit. Setiap kemasan yang telah dijahit kemudian ditata pada palet
dan disimpan di dalam gudang produk.
b) Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk menyimpan dan menghindari
kerusakan gula rafinasi yang telah dikemas sebelum didistribusikan
kepada industri makanan dan minuman. Gula rafinasi yang sudah
dikemas kemudian dimasukan ke dalam gudang produk untuk
disimpan sebelum didistribusikan. Di dalam gudang produk, gula
rafinasi yang telah dikemas lalu disusun di atas pallet, setiap pallet
terdiri dari 40 karung. Penggunaan pallet selain untuk memudahkan
dalam perhitungan juga melindungi produk dari kontaminasi. Untuk
penataan karung gula rafinasi di dalam gudang diurutkan sesuai
dengan jenis dan tanggal masuk serta hari produk masuk. Hal ini untuk
menghindari kesalahan pengambilan dan terjadinya penyimpangan
antara produk masuk kemarin dan produk masuk berikutnya.
3. Pengendalian Mutu Produk Akhir
Untuk memenuhi standar mutu gula rafinasi yang telah ditentukan
Departemen Perindustrian, PT. Dharmapala Usaha Sukses melakukan
serangkaian analisa produk sebelum dipasarkan. PT. Dharmapala Usaha
Sukses berpatokan pada SNI 01-3140.2-2006 Gula Kristal Rafinasi. Tahap
terakhir dalam pengolahan gula rafinasi adalah pengemasan dan
penyimpanan. Sebelum dilakukan pengemasan dan penyimpanan
dilakukan analisa untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan telah
sesuai dengan standar yang ditetapkan dan memisahkan gula rafinasi
berdasarkan kualitas dan keseragaman kristal. Bila produk akhir tidak
viii
viii
sesuai dengan yang diharapkan produk akan diremelt pada proses
pengolahana berikutnya. Untuk produk yang telah sesuai standar kemudian
dikemas lalu disimpan dalam gudang berdasarkan jenisnya. Kemasan
dipastikan tertutup rapat guna menghindari kontaminasi dari luar dan
mencegah isi keluar dari kemasan. Kemudian selama penyimpanan
dilakukan penjagaan kondisi gudang agar tidak lembab, tidak bocor dan
dalam kondisi bersih. Agar mengurangi kontaminasi yang dapat
menurunkan mutu produk.
F. Mesin dan Peralatan
1. Spesifikasi Alat Utama
1) Mingler
Prinsip kerja = Memisahkan lapisan molasses dari raw
sugar dengan bantuan hot water.
Fungsi = sebagai tempat berlangsungnya proses
mingling, yaitu proses pemisahan lapisan
molasses/ stroop yang melapisi kristal
gula mentah secara efisien
Spesifikasi Mingler:
Type = Horizontal, radial, blades type
Buatan = USA
Kapasitas = 40 ton / jam
Jumlah Alat = 1 buah
2) Centrifuge
1) Centrifuge WS. Batch
Prinsip kerja = Memisahkan kristal gula (fase padat) dari
molasses (fase cairnya) dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal
Fungsi = Memisahkan kristal gula dengan molasses
Spesifikasi Cetrifuge WS. Batch:
Type = batch centrifugal
Buatan = Washington
ix
ix
Kapasitas = 650 kg/ Jam
Jumlah Alat = 4 buah
2) Centrifuge Batch
Prinsip kerja = Memisahkan kristal gula (fase padat) dari
molasses (fase cairnya) dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal
Fungsi = Memisahkan kristal gula dengan molasses
Spesifikasi Centrifuge Batch:
Type = Batch
Buatan = India
Kapasitas = 1750 kg/ Jam
Jumlah Alat = 4 buah
3) Centri Continuos Ws
Prinsip kerja = Memisahkan kristal gula (fase padat) dari
molasses (face cairnya) dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal
Fungsi = Memisahkan kristal gula dengan molasses
Spesifikasi Centri Continuos Ws:
Type = continuos
Buatan = Washington
Kapasitas = 1750 kg/ jam
Jumlah Alat = 4 buah
4) Centri Continuos India
Prinsip kerja = Memisahkan kristal gula (fase padat) dari
molasses (face cairnya) dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal
Fungsi = Memisahkan kristal gula dengan molasses
Spesifikasi Centri Continuos India :
Type = continuos
Buatan = India
Kapasitas = 650 kg/ jam
Jumlah Alat = 2 buah
x
x
3) Melter
Prinsip kerja = Meleburkan kristal gula dengan
memanfaatkan perputaran dari agitator.
Fungsi = sebagai tempat meleburkan kristal gula
Spesifikasi Melter:
Type =rectangular ( 1 unit with 4 compartement,
4 with agitator plus cool water)
Buatan = Lokal
Kapasitas = 130 ton / jam
Jumlah Alat = 1 buah
4) Reaction Tank
Prinsip kerja = Mencampur raw liquor dan susu kapur
sehingga siap direaksikan dengan CO
2
di
karbonator
Fungsi = sebagai tempat mencampur raw liquor
dengan susus kapur.
Spesifikasi Reaction Tank:
Type = cylindrical tank with stirrer
Buatan = lokal
Kapasitas = 3,23 m
3
Jumlah Alat = 1 buah
5) Carbonator
Prinsip kerja = Mereaksikan raw liquor, susu kapur, dan
CO
2
sehingga terbentuk endapan CaCO
3
yang bersifat mengendap dan dapat
menyerap colour gula.
Fungsi = sebagai tempat mereaksikan raw liquor.
Spesifikasi Carbonator:
Type = clyndrical tank with perforatd plate
Buatan = Lokal
Kapasitas = 23 m
3
Jumlah Alat = 2 buah
xi
xi
6) Rotary Leaf Filter
Prinsip = Memisahkan padatan dengan cairan
dengan menapis carbonatedliquor
Fungsi = Sebagai tempat penyaringan
Spesifikasi Rotary Leaf Filter:
Type = Leaf Filter
Buatan = USA
Kapasitas = 200 m
2
Jumlah Alat = 5 buah
7) IER (Ion Exchanger Resin)
Prinsip kerja = Penghilangan warna dengan bantuan resin.
Fungsi = Sebagai tempat proses (pengurangan/
penghilangan colour filtrate dengan
bantuan resin)
Spesifikasi IER:
Type = Up Flow System
Buatan = lokal
Kapasitas = 12 m
3
Diameter = 2.200 mm
Tinggi = 6.000 mm
Jumlah Alat = 3 buah
8) Vacuum Pan
Prinsip kerja = Pengurangan kadar air pada kondisi
vacuum.
Fungsi = Sebagai tempat pembentukan inti kristal
Spesifikasi Vacuum pan:
Type = calandria SUS
Buatan = USA
Kapasitas = 34 m
3
Jumlah Alat = 7 buah
xii
xii
9) Rotary Dryer
Prinsip kerja = Mengurangi kadar air dengan bantuan
hembusan udara panas dengan
memanfaatkan putaran dari dryer.
Fungsi = Sebagai tempat mengeringkan gula hasil
pemisahan di sentrifugal
Spesifikasi Rotary Dryer:
Type = Rotary
Kapasitas = 40 ton / jam
Speed = 25 rpm
Diameter = 4.200 mm
Panjang = 10.000 mm
Slope = 15
0
Jumlah Alat = 1 buah
10) Rotary Cooler
Prinsip kerja = Menurunkan suhu dengan bantuan
hembusan udara dingin dengan
memanfaatkan putaran dari cooler
Fungsi = Mendinginkan gula produk
Spesifikasi Rotary Cooler:
Type = Rotary
Kapasitas = 40 ton / jam
Speed = 25 rpm
Diameter = 4.200 mm
Panjang = 10.000 mm
Slope = 15
0
Jumlah Alat = 1 buah
xiii
xiii
2. Spesifikasi Alat Pembantu
1) Belt Conveyor
Fungsi = transport material dari gudang ke raw
sugar bin
Spesifikasi:
Type = Belt
Kapasitas = 200 ton / jam
Buatan = USA
Jumlah Alat = 4 buah
2) Raw sugar bin
Fungsi = Tempat menyimpan raw sugar sebelum
melting
Spesifikasi :
Type = rectangular
Kapasitas = 300 ton
Dimensi = 6 m x 6 m x 10 m
Jumlah Alat = 3 buah
3) Sugar bin
Fungsi = Tempat menampung gula rafinasi sebelum
dikemas.
Spesifikasi:
Type = cone
Kapasitas = 150 ton
Jumlah Alat = 3 buah
4) Screew conveyor
Fungsi = Transport material dengan memanfaatkan
gaya dorong dan putaran screw
Spesifikasi:
Type = screw
Kapasitas = 30 ton / jam
Dimensi = 500 x 600 x 12.000
Jumlah Alat = 5 buah
xiv
xiv
5) Weighing Scale
Fungsi = Menimbang raw sugar/ gula product
Spesifikasi:
Type = digital
Kapasitas = 200 ton / jam
Buatan = cronos dan India
Jumlah Alat = 3 buah
6) Sub Mixer
Fungsi = Mengaduk affinated magma atau
massecuite lewat putaran dari agitator
sehingga material tidak mengeras
Spesifikasi:
Type = U Shape
Kapasitas = 29 ton/ jam
Jumlah Alat = 1 buah
7) Receiver
Fungsi =Menampung sementara hasil masakan/
massecuite sebelum dipisahkan dari
sentrifuge sambil terus diaduk sehingga
masakan tidak mengeras
Spesifikasi:
Type = U Shape
Buatan = USA
Kapasitas = 30 ton
Jumlah Alat = 8 buah
G. Pemasaran Produk
1. Metode Pemasaran
Pemasaran merupakan proses terakhir dari kegiatan proses
produksi. Menurut Kotler (1992), pemasaran adalah suatu proses sosial
yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
xv
xv
Target pasar gula rafinasi adalah industri makanan dan minuman
yang membutuhkan gula rafinasi sebagai salah satu bahan baku
industrinya. Pemasaran gula rafinasi berorientasi di wilayah Jawa.
Pemasaran gula rafinasi melibatkan kesepakatan dan interaksi pihak
konsumen (industri) dan produsen (Pabrik Gula Rafinasi). Interaksi
tersebut meliputi penawaran produk, negosiasi harga, negosiasi mutu, dan
uji sampel oleh konsumen.
2. Cara Distribusi
Barang dari suatu pabrik harus didistribusikan kepada konsumen.
Menurut Kotler, 1992, ada beberapa cara yang dikenal dalam
pendistribusian barang yang biasanya dikaitkan dengan jumlah tingkatan
saluran, yaitu :
a) Saluran-nol-tingkat, terdiri dari produsen yang menjual langsung
kepada konsumen akhir.
b) Saluran-satu-tingkat, mempunyai satu perantara (pengecer) untuk
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.
c) Saluran-dua-tingkat, mempunyai dua perantara (pedagang, grosir,
eceran).
d) Saluran-tiga-tingkat, mempunyai tiga perantara (pedagang, grosir,
pemborong dan pengecer).
Saluran pendistribusian yang dilakukan oleh PT. Dharmapala
Usaha Sukses adalah saluran-nol-tingkat. Dikarenakan gula rafinasi
memiliki konsumen khusus yaitu kalangan industri makanan dan
minuman, proses distribusi hanya melibatkan dua belah pihak yaitu antara
pembeli (industri) dan produsen (pabrik gula rafinasi) tanpa melalui
distributor atau agen penjualan. Sehingga pemasaran lebih sederhana bila
dibandingkan dengan produk yang dikonsumsi langsung oleh masyarakat
yang masih memerlukan lebih dari satu perantara. Pendistribusian gula
rafinasi dengan menggunakan truk. Untuk tiap truk tronton ataupun
gandeng memuat sekitar 30 ton gula rafinasi untuk sekali jalan. Saat
xvi
xvi
pengangkutan produk ke dalam truk, dilakukan pengawasan agar tidak
terjadi kesalahan jumlah permintaan.
H. Sanitasi Perusahaan
Sanitasi pabrik merupakan salah satu hal penting dalam industri dan
harus diperhatikan dengan baik. Menurut Kasmidjo (1999), sanitasi industri
pangan merupakan usaha-usaha untuk mencegah penyakit dengan
menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor dalam pengolahan pangan
yang berperan dalam pemindahan penyakit (dan bahaya lainnya) sejak
penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan penggudangan produk
akhir sampai distribusi. Guna mempermudah bahasan, sanitasi dalam industri
dibagi menjadi :
1. Sanitasi Bahan Baku
Sanitasi bahan baku di PT. Dharmapala Usaha Sukses bertujuan
untuk menjaga agar raw sugar tetap pada kondisi baik pada saat akan
diproses. Kebersihan gudang bahan baku (silo) mempunyai peran penting
untuk menjaga kebersihan bahan baku. Penjagaan kebersihan gudang
bahan baku bertujuan untuk meminimalkan kontaminasi pada raw sugar.
Selain itu, untuk menghindari agar debu tidak masuk, pintu gudang (silo)
selalu ditutup rapat setiap hari dan baru dibuka pada saat proses
pengangkutan raw sugar dari pelabuhan ke gudang.
2. Sanitasi Bangunan dan Lingkungan Kerja
PT. Dharmapala Usaha Sukses sebagai industri gula rafinasi sangat
sering bersinggungan dengan zat cair. Apabila terjadi kebocoran zat cair
sangat berpotensi menimbulkan kotoran. Sanitasi bangunan dan
lingkungan kerja harus dilakukan seiring dengan upaya penjagaan
kebersihan pabrik secara keseluruhan. Selain untuk mempermudah dan
memperlancar proses produksi, kontruksi bangunan juga mempermudah
program sanitasi yang dilakukan. Kegiatan menjaga kebersihan bangunan
dan lingkungan kerja dilakukan oleh tenaga cleaning servise. Walaupun
demikian, upaya penjagaan kebersihan bangunan dan lingkungan kerja
merupakan tanggung jawab semua elemen yang ada. Operator mesin
xvii
xvii
misalnya bertanggungjawab terhadap kebersihan mesin dan area di
sekitarnya. Upaya yang lain misalnya membiasakan membuang sampah
pada tempatnya. Upaya menunjang program kebersihan perusahaan maka
masing-masing area memerlukan saluran pembuangan yang berbeda-beda.
Misalkan saluran pembuangan area proses produksi berbeda dengan
perkantoran. Sarana pembuangan mempunyai peran penting untuk
menjaga sanitasi bangunan dan lingkungan kerja. Sarana pembuangan
meliputi sarana pembuangan zat padat, gas, dan cair. Pembuangan zat
padat dilakukan menggunakan karung setelah sebelumnya dikumpulkan
terlebih dahulu di areal tertentu. Sarana pembuangan zat cair dilakukan
dengan saluran air (got) yang terdapat di areal pabrik. Sedangkan sarana
pembuangan gas dilakukan dengan cerobong ke udara.
3. Sanitasi Peralatan
Peralatan yang bersinggungan langsung dengan bahan dibuat dari
stainless steel agar tidak mudah berkarat dan mengkontaminasi bahan.
Mesin dan peralatan ditempatkan dengan jarak tertentu sesuai dengan
kebutuhan untuk mempermudah kebersihan. Secara garis besar, program
sanitasi peralatan yang ada di PT. Dharmapla Usaha Sukses dibagi
menjadi dua yaitu :
a) Sanitasi harian
Sanitasi harian adalah upaya kebersihan yang harus dilakukan
setiap hari. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab operator masing-
masing peralatan. Setiap shift pekerja mempunyai kewajiban untuk
menjaga kebersihan alat yang dijaganya. Karena hal ini dilakukan
pada saat proses produksi, kegiatan kebersihan harian yang dilakukan
hanya sebatas bagian luar peralatan.
b) Sanitasi musimam (saat shut down)
Sanitasi musiman adalah program sanitasi yang dilakukan
dengan jangka waktu tertentu. Kebersihan yang dilakukan meliputi
bagian dalam dan luar seluruh peralatan, lingkungan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, kegiatan ini sering disebut program kebersihan total.
Penentuan waktu program kebersihan total tergantung pada berbagai
xviii
xviii
kondisi yang ada. Waktu yang terprogram adalah waktu pada saat
peralatan membutuhkan perawatan dan pembersihan total sehingga
kegiatan produksi dihentikan untuk beberapa hari. Kadangkala
kegiaan ini disebabkan oleh ketiadaan bahan baku sehingga proses
produksi tidak dapat dilakukan. Pada saat menunggu kedatangan
bahan baku dilakukan kegiatan kebersihan total.
4. Sanitasi Pekerja
Sanitasi pekerja sangat penting mengingat PT. Dharmapala Usaha
Sukses merupakan industri produk pangan. Upaya menjaga kebersihan
dilakukan untuk menjamin kebersihan produk yang dihasilkan. Sanitasi
pekerja bertujuan untuk meminimalkan kontaminasi pada produk mulai
dari awal diproses hingga menjadi produk.
Program sanitasi pekerja dilakukan dengan pengarahan kebiasaan
dan pemahaman pentingnya kebersihan sehingga disarankan mencuci
tangan sebelum dan sesudah bekerja. Untuk mengoptimalkan hal ini,
disediakan kran-kran air bersih di beberapa area pabrik yang dapat
digunakan oleh pekerja, sarana toilet dan cuci tangan untuk keperluan
pekerja.
Sanitasi pekerja harus diikuti oleh kebersihan lingkungan kerja dan
budaya kerja yang baik. Lingkungan kerja yang kondusif dan bersih secara
tidak langsung memberikan stimulus (rangsangan) kepada pekerja untuk
menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan. Pengarahan, pemahaman
dari atasan ke bawahan harus terus dilakukan. Selain itu, atasan hendaknya
memberikan contoh (keteladanan) yang baik kepada bawahan terkait
upaya menjaga kebersihan pekerja.
5. Sanitasi Produk Jadi
Sanitasi produk jadi bertujuan untuk menjaga mutu pada gula
rafinasi agar tidak menurun. Meskipun parameter mutu gula tidak secara
langsung ditentukan oleh kebersihan, namun kotoran dan kontaminan
akibat tidak terjaganya sanitasi produk dapat mengurangi mutu gula
rafinasi. Kegiatan sanitasi pada produk yang dilakukan di PT. Dharmapala
Usaha Sukses dengan cara :
xix
xix
a) Menjaga agar kondisi kemasan (bag) produk dalam kondisi tertutup
rapat
b) Sebelum kemasan (bag) digunakan bagian dalam tidak boleh dibuka-
buka karena kotoran akan masuk
c) Menjaga kebersihan area penyimpanan dari debu, genangan air,
serangga dan lain-lain.
6. Penanganan Limbah
Limbah industri seringkali menjadi permasalahan bagi tiap industri
yang menghasilkan limbah dari proses produksinya. Proses pengolahan
untuk menetralisir limbah diperlukan agar limbah tidak mencemari
lingkungan pada saat dibuang ke lingkungan. Secara garis besar limbah
PT. Dharmapala Usaha Sukses dibagi menjadi 3 yaitu limbah padat, gas
dan cair.
a) Limbah Padat
1) Blotong
Limbah padat industri gula rafinasi disebut dengan blotong.
Blotong merupakan hasil pengepresan mud liquor dan filter mud.
Mud liquor/ filter mud dipisahkan antara cairan dan padatannya
menggunakan mesin filter press. Bagian padatan hasil pengepresan
inilah yang disebut dengan blotong. Sementara ini, pengelolaan
blotong dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dan
sebagai tanah urukan.
2) Batu dan endapan kapur
Limbah ini dihasilkan dari stasiun pembuatan lime milk
(susu kapur). Batu yang dimaksud adalah batu yang tercampur
dengan kapur dalam karung. Batu yang terbawa dipisahkan dari
kapur pada proses pemisahan (sortasi). Hal ini dilakukan agar
kapur yang diolah benar-benar bersih dan tidak terdapat bahan
yang mengganggu proses. Sedangkan endapan kapur adalah
endapan sisa pengolahan susu kapur (Ca(OH)
2
). Penanganan
limbah ini sama halnya dengan dengan pengelolaan blotong yaitu
xx
xx
digunakan sebagai bahan pembuat pupuk dan sebagai tanah
urukan.
b) Limbah Gas
Limbah gas berasal dari sisa pembakaran MFO pada boiler dan
gas buangan dari karbonator. Jumlah limbah gas yang dihasilkan
tergolong sedikit sehingga tidak menimbulkan polusi udara. Hal ini
dikarenakan gas CO
2
yang biasanya dibuang sebagai limbah gas
digunakan untuk membantu proses produksi. Oleh karena itu, CO
2
yang dibuang hanya sebagian kecil saja. Sarana pembuangan gas
berupa cerobong yang dilengkapi dengan filter untuk memisahkan
kotoran dan gas buangan. Melalui filter ini, harapannya gas yang
dibuang ke udara sudah bersih sehingga tidak mencemari udara.
c) Limbah Cair
1) Sisa proses produksi
Limbah cair proses produksi filter mud/ mud liquor yang
tidak tertampung lagi dalam tangki merupakan cairan yang
mengandung kotoran sehingga berwarna coklat seperti lumpur.
Disisi lain cairan ini masih mengandung gula cukup tinggi
sehingga masih dapat dimanfaatkan. Seharusnya seluruh larutan
filter mud diolah pada filter press. Namun, karena jumlah mesin
filter press hanya satu maka kapasitas mesin ini tidak mencukupi
untuk memproses seluruh filter mud. Oleh karena itu sebagian
larutan dibuang pada saat tangki penuh untuk menghindari
kebanjran pada area produksi.
2) Bahan kimia
Bahan kimia yang dimaksud adalah bahan sisa hasil analisa
laboratorium. Bahan kimia merupakan bahan yang mudah bereaksi
satu dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal
yang membahayakan saluran penbuangan zat kimia sebaiknya
dipisahkan dari saluran pembuangan air.
xxi
xxi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kegiatan Magang Mahasiswa di PT. Dharmapala
Usaha Sukses dan dari hasil pembahasan yang telah disampaikan maka dapat
disimpulkan :
1. PT. Dharmapala Usaha Sukses merupakan pabrik pengolahan gula rafinasi
dengan merk dagang Dus Super, Intan, Penyoe yang berlokasi di
Cilacap, JawaTengah.
2. PT. Dharmapala Usaha Sukses merupakan pabrik gula rafinasi yang
pertama kali berdiri di Jawa Tengah.
3. Proses pembuatan gula rafinasi meliputi tahap afinasi, karbonatasi, filtrasi,
dekolorisasi, evaporasi dan kristalisasi, sentrifugasi, pengeringan dan
pendinginan.
4. Bahan baku utama adalah raw sugar yang diimpor dari negara-negara
penghasil raw sugar seperti : Thailand, Australia dan Afrika.
5. Bahan baku pembantu yang digunakan dalam proses produksi adalah
Kapur tohor, Fondan, Anion Exchange Resin, Filter Aid, NaCl, HCl,
NaOH, hot water, dan flue gas CO
2
.
6. Produk utama yang dihasilkan PT. Dharmapala Usaha Sukses adala gula
rafinasi R1 dengan merk dagang Dus Super, R2 dengan merk dagang
Intan, dan R3 dengan merk dagang Penyoe. Produk sampingnya
adalah molasses yang digunakan dalam pembuatan spiritus, alkohol, dan
MSG (Monosodium Glutamat).
7. Pengemasan gula rafinasi menggunakan karung plastik yang dilapisi
plastik jenis polypropilen pada bagian dalam. Berat setiap karung adalah
50 kg.
xxii
xxii
B. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan setelah kegiatan magang di
Industri Pengolahan Gula Rafinasi PT. Dharmapala Usaha Sukses antara lain:
1. Perlunya Pengolahan Limbah yang baik
2. Perlunya penambahan fasilitas umum seperti: kantin, toilet dll
3. Perlunya Sarana Kebersihan yang baik.
4. Diperlukan adanya refresing karyawan atau wisata agar karyawan bisa
meningkatkan kinerjanya.
5. Perlunya dibangun tempat parkir untuk karyawan.
xxiii
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
a
, 2009. Gula Rafinasi. http://www.disbun.jabarprov.go.id/ Diakses pada
26 Januari 2010
Anonim
b
, 2009. Macam-macam Gula berdasarkan warna ICUMSA.
http://www.risvank.com/ Diakses pada 26 Januari 2010
Anonim
c
, 2009. Gula Rafinasi dan Proses pembuatannya.
http://www.risvank.com/ Diakes pada 26 Januari 2010
Baikow, V. E. 1978. Manufacture and Refining of Raw Cane Sugar. 2
nd
Edition.
England
Chen, J. C.P. C. C. Chou. 1993. Cane Sugar Handbook. Jonh Wiley & Son Inc.
Amerika
De Man, J. M. 1997. Kimia Makanan. ITB. Bandung
Feigenbaum, A. V . 1989. Kendali Mutu Terpadu. Erlangga.
Hubeis, M. 1999. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu
dan Keamanan Bagi Staf Pengajar. Kerjasama Pusat Studi Pangan & Gizi
IPB dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor
Jennie, Betty Sri Laksmmi, 1998. Sanitasi dalam Industri Pangan. IPB Press.
Bogor.
Kadarisman, D. 1994. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Singkat dalam
Bidang Teknologi Pangan, Angkatan II. Kerjasama FATETA IPB PAU
Pangan & Gizi IPB dengan Kantor Menteri Negara Urusan Pangan/
BULOG Sistem Jaminan Mutu Pangan. Bogor.
Kramer A. Dan B.A. Twigg , 1983. Fundamental Of Quality Control for food
Industry. The AVI Pub. Inc. Conn, USA
Kasmidjo, R. B. 1999. Sanitasi, Penanganan Limbah dan Lingkungan : Konsep
Penanganan Limbah. Jurusan TPHP FTP UGM. Yogyakarta
Prawirosentono, Sujadi. 2002. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu terpadu
Total Quality Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.
Priono, B.E. 2003. Gula Rafinasi. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
Soekarto, Soewarno T.1990. Dasar-dasar Pengawasan Mutu dan Standarisasi
Mutu Pangan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor
Winarno, F.G. 1993. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai