Anda di halaman 1dari 100

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO IBU MENYUSUI DI DESA


TAMBAK REJO KECAMATAN PADANG JAYA WILAYAH
PUSKESMAS AIR LAISBENGKULU UTARA
TAHUN 2018

Oleh :

BARITA MANULLANG
NIM : PO 5130117084

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN GIZI REKOGNISI PEMBELAJARAN LANJUT (RPL)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2018

i
ii
iii
MOTTO :
 Hidup ini adalah Anugrah Tuhan, janganlah ada yang memegahkan
diri.

PERSEMBAHAN :

 Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada ;


• Istri dan anak-anakku yang telah memberi dukungan dan
semangat kepadaku sehingga dapat menyelesaikan
perkuliahan RPL D3 Gizi di Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
• Cucuku Sheryn Naura Simatupang dan cucu-cucuku nanti
yang lain, sehingga dapat memberi motivasi untuk tidak
berhenti belajar dan mencari ilmu yang setinggi-tingginya
untuk jadi berkat buat bangsa dan negara.
• Teman-teman program D3 RPL Gizi , Suriono, Abdi,
Desmaniar, dan lain-lain terima kasih atas kekompakannya
selama ini sehingga segala tugas-tugas dapat terselesaikan
dengan baik tepat pada waktunya.

iv
RIWAYAT PENULIS

Nama : Barita Manullang


Tempat / Tanggal Lahir : Damak Tolong Buho / 10 Januari 1966
Alamat : Desa Tanjung Harapan Kecamatan Padang
Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi
Bengkulu
Agama : Kristen

Riwayat Pendidikan :
1. SD.DT.Buho Fidial SDN.Bandar Pinang Lulus Tahun 1979
2. SMP Swasta Teladan Bintang Bayu Lulus Tahun 1982
3. SMA Negeri 1 Lubuk Pakam Lulus Tahun 1985
4. SPAG Palembang Lulus Tahun 1987
5. Poltekkes Kemenkes Bengkulu Program RPL D.III.Gizi.

Riwayat Pekerjaan : TPG Puskesmas Air Lais Kecamatan Padang Jaya Kabupaten
Bengkulu Utara Sejak Tahun 1988.

v
Program RPL D.III.Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Karya Tulis Ilmiah 06 Agustus 2018

Barita Manullang*, Kamsiah**, Emy Yuliantini ***

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO IBU MENYUSUI DI


DESA TAMBAK REJO KECAMATAN PADANG JAYA WILAYAH
PUSKESMAS AIR LAIS BENGKULU UTARA TAHUN 2018

ABSTRAK

Asupan zat gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan kecukupan
zat gizi ibu dan kecukupan zat gizi akan mendorong produksi air susu yang
cukup sehingga dapat mendukung pemberian Asi eksklusif kepada bayi.
Pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui yang terdiri dari energi, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran asupan zat gizi makro pada ibu menyusui di Desa
Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya.
Rancangan penelitian ini adalah dengan cara survei deskriptif dengan
metode riwayat makanan yang disebut dengan recall 24 jam yang dilakukan
dua kali seminggu dalam waktu tidak berturut- turut. Penentuan jumlah
sampel dengan menggunakan rumus dengan derajat kepercayaan 0,1 dan
tehnik pengambilan sampel dengan cara acak sistematis dengan jumlah
sampel 50 orang.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa hampir setengah (38%) ibu
menyusui defisit ringan mengkonsumsi energi, hampir setengah (38%)
asupan protein kategori normal, sebagian besar (54%) asupan lemak defisit
tingkat berat, dan sebagian besar (56%) asupan karbohidratnya kategori
normal.

Kata Kunci: Asupan Zat Gizi Makro, Gizi Seimbang, Ibu Menyusui.

vi
ABSTRACT

Nutritional intake in breastfeeding mothers is very closely related to the


adequacy of maternal nutrients and the adequacy of nutrients will encourage the
production of sufficient milk so that it can support exclusive breastfeeding to
infants. Meeting the nutritional needs of breastfeeding mothers consisting of
energy, protein, fat, carbohydrates, vitamins and minerals. This study aims to find
out the description of macro nutrient intake in breastfeeding mothers in Tambak
Rejo Village, Padang Jaya District.
The design of this study was a descriptive survey with a food history
method called a 24-hour recall performed twice a week in a row. Determination
of the number of samples using the formula with a confidence level of 0.1 and
sampling techniques in a systematic random way with a sample of 50 people.
The conclusion of this study is that almost half (38%) of deficient breastfeeding
mothers consumed energy, nearly half (38%) protein intake in the normal
category, most (54%) fat intake deficit in the level of weight, and most (56%)
carbohydrate intake normal category.

Keywords: Intake of Macro Nutrition, Balanced Nutrition, Breastfeeding Mother.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih

dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan judul “ Gambaran Asupan Zat Gizi Makro Ibu Menyusui di Desa

Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air Lais Tahun

2018 “.

Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu

Kamsiah,SST,M.Kes. selaku pembimbing I sekaligus sebagai Ketua jurusan

gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan juga kepada Ibu Emy

Yuliantini,SKM,MPH, selaku pembimbing II, yang telah bersedia

memberikan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga penelitian ini selesai pada

waktunya. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Darwis, Skp,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Bengkulu jurusan

RPL D3 Gizi.

2. Bapak Ahmad Rizal, SKM,MM, selaku Ketua Program D3 Gizi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan serta dorongan semangat sehingga selesainya

penelitian ini.

viii
3. Bapak dan Ibu Para Dosen dan Staf jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Bengkulu yang tidak bosan-bosannya mengarahkan,

memberi semangat dan dukungan selama proses belajar dan dalam

penyusunan penelitian ini.

4. Teman- teman mahasiswa RPL D3 Gizi yang telah membantu

sehingga selesainya Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan

penelitian ini yang tidak penulis sebutkan, semoga Tuhan Yang Maha Esa

melimpahkan berkat dan rahmadNya dan membalas setiap kebaikan yang telah

diberikan selama ini. Akhirnya penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian ini

akan ditemui berbagai kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik

yang bersifat membangun agar proposal penelitian ini dapat diperbaiki dengan

semestinya dan dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan.

Bengkulu, Agustus 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii

MOTTO : .......................................................................................................................... iv
RIWAYAT PENULIS...................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................1
A.Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................6
BAB II: TINJAUAN TEORI...........................................................................................7
A. Ibu Menyusui ...........................................................................................................7
B. Gizi..........................................................................................................................13
C. Angka kecukupan gizi (AKG) ..............................................................................22
D. Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP)..........................................................25
E. Survei Konsumsi Gizi ............................................................................................39
BAB III: METODE PENELITIAN ..............................................................................45
A. Desain Penelitian ...................................................................................................45
B. Kerangka Konsep ..................................................................................................45
C. Definisi Operasional ..............................................................................................46
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................................48

x
E. Populasi dan Sampel .............................................................................................48
F. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................................49
G. Instrumen dan Bahan Penelitian .........................................................................49
H. Pengolahan data ....................................................................................................49
I. Analisa Data ............................................................................................................50
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................53
4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................................53
4.1.1. Jalannya Penelitian ......................................................................................53
4.2. Hasil Penelitian ....................................................................................................55
4.3. Pembahasan .........................................................................................................62
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................67
A. Kesimpulan ............................................................................................................67
B. Saran ......................................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Angka kecukupan gizi (AKG) ..............................................… 24
2.2 Tabel Interpretasi pengolahan data dengan AKG .................... 25
2.3 Sumber karbohidrat ……………………………...................... 27
2.4 Sumber protein hewani …………………………………......... 28
2.5 Sumber protein lemak sedang ………………………………… 29
2.6 Sumber protein lemak tinggi …………………………………. 30
2.7 Sumber protein nabati ………………………………………… 31
2.8 Bahan makanan sayuran A ………………………………........ 32
2.9 Bahan makanan sayuran B ……………………………………. 33
2.10 Bahan makanan sayuran C ……………………………………. 34
2.11 Bahan makanan buah dan gula ………………………………… 35
2.12 Bahan makanan susu tanpa lemak ……………………………… 36
2.13 Bahan makanan susu rendah lemak ……………………………. 37
2.14 Bahan makanan susu tinggi lemak …………………………….. 37
2.15 Bahan makanan lemak tak jenuh ………………………………. 38
2.16 Bahan makanan lemk jenuh …………………………………… 38
3.1 Definisi operasional …………………………………………… 46
4.1 Distribusi responden berdasarkan pendidikan ………………… 55
4.2 Distribusi responden berdasarkan umur ………………………. 56
4.3 Distribusi recall asupan energi ………………………………… 57
4.4 Distribusi recall asupan protein ………………………………… 58
4.5 Distribusi recall asupan lemak…………………………………. 60
4.6 Distribusi recall asupan karbohidrat ……………………………. 62

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………. 45

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Lembar Bimbingan/Konsultasi
2. Izin Penelitian dari Kesbangpol Kab.Bengkulu Utara
3. Surat Rekomendasi dari Kepala Puskesmas Air Lais
4. Surat Keterangan telah selesai melakukan penelitian dari Kepala
Puskesms Air Lais Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara.
5. Jadwal pelaksanaan penelitian
6. Permohonan menjadi responden
7. Surat persetujuan menjadi responden
8. Blanko format Kuisioner Recall 24 jam
9. Data porsentase kecukupan energi
10. Data porsentase kecukupan protein
11. Data porsentase kecukupan lemak
12. Data porsentase kecukupan karbohidrat

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan adalah bagian integral dan yang terpenting dari

pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 2 UU 36/2009).

Modal dasar pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak bayi dalam

kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini

(Depkes,2002).

Usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satunya adalah

melalui pengaturan asupan zat gizi yang cukup selama periode seribu hari pertama

kehidupan anak merupakan kondisi yang sangat penting terhadap kualitas hidup

anak pada kehidupan yang akan datang (WHO, 2010).

Masa bayi adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga

sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus juga periode kritis. Periode

emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini, bayi memperoleh asupan gizi yang

sesuai untuk tumbuh dan kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini bayi

tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya, maka periode emas

akan berubah menjadi periode kritis (Depkes,2008).

1
2

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alami bagi bayi. Menyusui

merupakan proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui

secaraeksklusif atau bahkan menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya

disebabkan oleh berbagai alasan seperti air susu ibu tidak keluar atau air susu ibu

yang tidak cukup (Kemenkes RI,2011).

Menurut Fikawati Sandra dan Syafiq Ahmad (2012), menyusui eksklusif

kurang dari 6 bulan berkontribusi terhadap 1,4 juta kematian bayi dan 10 % angka

kesakitan balita, dan hal ini disebabkan oleh karena kegagalan ibu dalam

memberikan Asi eksklusif pada bayi nya oleh karena ketidakcukupan Air Susu

Ibu dan mempengaruhi juga terhadap kepercayaan diri untuk menyusui.

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,

untuk itu ibu menyusui perlu mengatur pola makan yang seimbang untuk

menjamin pembentukan air susu ibu yang berkualitas dan dalam jumlah yang

cukup, disamping itu asupan gizi ibu menyusui yang kurang akan menyebabkan

ibu mengalami defisiensi zat-zat gizi yang lain. (Kemenkes, 2017).

Menurut Ni Kadek Radharisnawati (2017), Pemenuhan kebutuhan gizi ibu

menyusui adalah susunan menu seimbang yang dianjurkan untuk ibu menyusui

yang terdiri dari energi, protein, lemak. Karbohidrat, vitamin dan mineral. Dan

menurut Kemenkes RI (2013), ibu menyusui perlu tambahan energi minimal 330

kkal dalam 6 bulan pertama menyusui dan tambahan energi lebih 400 kkal di 6

bulan berikutnya setiap hari dari biasanya.

2
3

Menurut Lydia Fanny dan Sirajudin (2015), gizi yang cukup pada ibu

menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu ibu yang sangat

dibutuhkan bayi dalam tumbuh kembang. Kualitas dan jumlah makanan yang

dikonsumsi ibu sangat penting dan sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang

dihasilkan, dan hasil penelitian Erlinda Permatasari (2015), di Puskesmas Sewon

I Bantul Yogjakarta menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara

asupan zat gizi ibu menyusui dengan produksi Asi dengan nilai koefisien 0,469.

Ibu menyusui bayi usia 0-10 bulan di Indonesia kurang menjaga pola makan,

sebanyak 818 orang diantaranya dari 1.000 ibu menyusui, bahkan ada diantara

mereka yang mengkonsumsi makanan seperti biasanya, tidak seperti wanita

menyusui yang harus makan ekstra (Kemenkes RI, 2010).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2009,

hampir seluruh bayi di Indonesia (96 %) pernah mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)

tapi tidak eksklusif, dan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

menyebutkan bahwa sebanyak 30,2 % bayi umur kurang 6 bulan yang mendapat

ASI eksklusif. (Permatasari,2015)

Berdasarkan hasil laporan Kemenkes RI (2017 ), target cakupan Asi eksklusif

adalah 80 % dan pada Tahun 2016 diketahui bahwa pencapaian Asi eksklusif

secara nasional adalah sebesar 29,5% dan Provinsi Bengkulu pencapaiannya 32,2

% melebihi rata-rata nasional. Menurut Data Profil Dinas Kesehatan Provinsi

Bengkulu diketahui bahwa cakupan pemberian Asi eksklusif pada tahun 2017

adalah sebesar 65,7 % naik apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


4

Menurut data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara diketahui

bahwa cakupan Asi eksklusif tahun 2017 adalah 58,38 %, hasil ini menurun

apabila dibandingkan dengan cakupan Asi eksklusif tahun 2016 sebesar 65,91 %

dan cakupan pemberian Asi eksklusif di Puskesmas Air Lais tahun 2017 adalah

33,50 % dan pada tahun 2016 adalah 71 % yang berarti terjadi penurunan dan

dibawah rata-rata kabupaten, dan berdasarkan laporan Cakupan Asi eksklusif di

Puskesmas Air Lais diketahui bahwa cakupan pemberian Asi eksklusif terendah

tahun 2017 adalah di Desa Tambak Rejo yaitu hanya sebesar 16,67 %.

Berdasarkan uraian dan data tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui

bagaimana Gambaran Asupan Zat Gizi Makro Ibu Menyusui di Desa Tambak

Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air Lais Kabupaten

Bengkulu Utara Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah banyaknya ibu menyusui yang tidak memberikan Asi

eksklusif karena Asi tidak cukup, hal ini disebabkan karena belum diketahuinya

asupan zat gizi ibu menyusui apakah baik atau tidak, maka pertanyaan penelitian

adalah bagaimana gambaran asupan zat gizi pada ibu menyusui di Desa Tambak

Rejo Kecamatan Padang Jaya wilayah Puskesmas Air Lais Bengkulu Utara Tahun

2018.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran asupan zat gizi pada ibu menyusui di Desa

Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air Lais

Bengkulu Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran asupan energi pada ibu menyusui di

Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air

lais Kecamatan Padang Jaya Bengkulu Utara.

b. Diketahuinya gambaran asupan protein pada ibu menyusui di Desa

Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air Lais

Kecamatan Padang Jaya Bengkulu Utara.

c. Diketahuinya gambaran asupan lemak pada ibu menyusui di Desa

Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air Lais

Kecamatan Padang Jaya Bengkulu Utara.

d. Diketahuinya gambaran asupan karbohidrat pada ibu menyusui di

Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah Puskesmas Air

Lais Kecamatan Padang Jaya Bengkulu Utara.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku

pola makan ibu-ibu menyusui.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Air Lais

Dapat memberikan informasi dan masukan dalam menyusun strategi

penyuluhan untuk meningkatkan cakupan Asi eksklusif dimasa yang

akan datang.

b. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu khususnya

jurusan gizi.

c. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan yang

berguna sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian berikutnya.

d. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan media informasi dan menambah pengetahuan dan

pengertian masyarakat tentang asupan zat gizi ibu menyusui.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Ibu Menyusui

1. Pengertian

Menurut Wikipedia (2012), Menyusui adalah proses pemberian susu

kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu dari payudara ibu. Bayi

menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan

mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh

kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi dan psikososial dapat

terpenuhi hingga tahun kedua. (Varney, 2004)

2. Poduksi ASI

Berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. ASI Stadium I (Kolostrum)

Kolostrum merupakan cairan yang pertama dari hari pertama sampai

dengan hari ke empat yang berwarna kekuningan dengan produksi

sekitar 150-300 ml/hari yang berguna sebagai pencahar (pembersih

usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi

yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini

menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering

defekasi dan feses berwarna hitam (Rahayu,2008).

7
8

b. ASI Stadium II (ASI peralihan)

ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh.

Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang

semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini

merupakan pemenuhan terhadap aktifitas bayi yang semakin aktif

karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan (Rahayu,2008).

c. ASI Stadium III (ASI matur)

ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya, komposisi

relatif konstan. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI

ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup

untuk bayi sampai umur 6 bulan (Rahayu,2008).

3. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar adalah terdiri dari air yaitu 87,5%,

oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat

tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan

ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebuh kental

dibandingkan ASI.

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai

salah satu sumber nutisi bagi otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam

ASI hamper dua kali lipat dibandingkan dengan laktosa yang ditemukan

pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu

tinggi, tetapi jumlahnya meeningkat terutama laktosa pada ASI transisi


9

(7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar

karbohidrat ASI relatif stabil (Badriul,2008).

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda

dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI

dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam

ASI lebih banyak mengandung protein whey yang lebih mdah diserap

oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak mengandung

protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein

dalam ASI hanya 30 % dibanding susu formula yang mengandung

casein sebesar 80 % (Badriul,2008).

c. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan

kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan

jumlahnya juga, cukup (Soetjiningsih,2002).

d. Vitamin

1) Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi

sebagai factor pembekuan. Kadar vitamin K dalam ASI hanya

seperempatnya kadar dalam susu formula (Badriul,2008).

2) Vitamin D
10

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin

D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi

pada pagi hari maka bayi akan mendapatkan tambahan vitamin D

yang berasal dari sinar matahari, sehingga pemberian ASI ditambah

dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan

mencegah bayi menderita penyakit tulang oleh karena kekurangan

vitamin D (Badriul,2008).

3) Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata , vitamin A juga berfungsi

untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan

pertumbuhan. ASI bukan saja mengandung vitamin A yang tinggi

tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karotin (Badriul,2008).

4) Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam

folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu

berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin

B1, B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi kadar vitamin B6, B12 dan

asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang

(Badriul,2008).

5) Vitamin E

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan

dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat


11

menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik)

(Badriul,2008).

4. Kriteria untuk mengetahui jumlah ASI yang cukup atau tidak.

Menurut Soetjeningsih (2002) kriteria dalam menentukan bahwa

jumlah ASI cukup atau tidak adalah sebagai berikut :

a. Bayi kencing paling sedikit 6 kali dalam 24 jam dan warna urine

jernih sampai kuning

b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuning-kuningan berbiji

(seedy)

c. Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan

tidur dengan cukup.

d. Bayi paling sedikit menyusui 10 kali dalam 24 jam

e. Payudara ibu terus lembut dan kosong setiap kali selesai menyusu

f. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan-pelan ketika bayi

menelan ASI.

g. Bayi bertambah berat badannya.

5. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

a. Rangsangan otot buah dada

Produksi ASI memerlukan rangsangan pada otot buah dada agar

kelenjar buah dada bekerja lebih efektif, rangsangan dapat dilakukan

dengan massage, mengompres dengan air hangat dan dingin secara

bergantian.

b. Keteraturan anak menghisap


12

Penghisapan oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran

hormon pituitrin. Dengan adanya pengeluaran hormon ini akan

mempengaruhi kuatnya kontraksi otot polos buah dada dan uterus

untuk mempercepat involusi.

c. Keadaan ibu

Untuk dapat menghasilkan air susu ibu yang cukup, keadaan ibu harus

sehat baik jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada

pembentukan produksi ASI karena untuk pembentukannya bahan

diambil dari ibu. Bila ibu tidak dapat mensuplai bahan oleh karena

kurang sehat, input makanan yang kurang, untuk membawa bahan

yang akan diolah oleh sel acini di buah dada, maka bahan tidak

sampai pada sel acini tersebut. Dengan demikian sel acini tidak

memiliki bahan mentah yang akan diolah menjadi ASI sehingga

produksi ASI menurun.

d. Faktor makanan

Makanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI,

karena ASI dibuat dari zat makanan yang diambil dari darah ibu yang

sudah disiapkan sejak terjadinya kehamilan. Karena itu ibu hamil

harus mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya untuk

kebutuhan sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.

e. Faktor fisiologis

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolactin yang dikeluarkan

oleh sel alfa dari lobus anterior kelenjar hifofise. Hormon ini
13

merangsang sel acini untuk membentuk ASI apabila ada kelainan

misalnya hormon ini tidak terbentuk atau kurang yang dikeluarkan

dengan sendirinya.

f. Faktor obat

Obat yang mempengaruhi produksi ASI adalah obat yang

mengandung hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan

mempengaruhi hormon prolactin dan pituitrine yang berpengaruh

pada produksi dan pengeluaran ASI.

6. Keuntungan menyusui bagi ibu (Depkes, 2002)

a. Aspek kesehatan ibu

Dapat mengurangi perdarahan post partum, mempercepat involusi

uterus dan mengurangi insiden karsinoma payudara.

b. Aspek psikologis

Mendekatkan hubungan ibu dan anak, serta memberikan perasaan dan

ikatan batin dengan anak.

c. Aspek keluarga berencana

Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan

kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekwensi menyusui yang sering,

baru akan memberikan efek keluarga berencana.

B. Gizi

1. Pengertian
14

Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan

dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari

makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.dengan demikian zat gizi

adalah zat yang terdapat dalam makanan yang berguna bagi tubuh

(Depkes RI,2002).

Gizi adalah terjemahan dari kata nutrition yang disebut sebagai

nutrisi. Gizi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mempengaruhi

adanya proses perubahan pada setiap makanan yang masuk dalam

tubuh, yang dapat mempertahankan tubuh tetap sehat (Depkes RI,

2002).

2. Kelompok kelompok zat gizi

Menurut Depkes (2002), zat gizi dibagi menjadi 2 yaitu zat gizi

organik dan anorganik. Zat-zat gizi organik seperti lemak, vitamin,

karbohidrat dan protein, sedangkan zat gizi yang anorganik terdiri dari

air dan mineral. Zat gizi dikelompokkan atas beberapa macam yaitu

berdasarkan sumbernya, berdasarkan jumlahnya dan berdasarkan

fungsinya.

a. Macam-macam zat gizi berdasarkan sumbernya

• Nabati : Sumber zat gizi yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan.

• Hewani : Sumber zat gizi yang berasal dari hewan

b. Macam – macam zat gizi berdasarkan jumlahnya


15

• Zat gizi makro atau makronutrisi, yaitu zat gizi yang

diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar dengan satuan

gram yaitu protein, karbohidrat dan lemak.

1). Energi

Menurut Sirajudin,dkk (2013), Energi bukanlah zat gizi

melainkan satuan potensi tenaga yang diukur dalam

satuan kilokalori (kkal). Secara umum energy memiliki

satuan Joule (J). Energi berasal dari tiga sumber yaitu

karbohidrat, lemak dan protein.

2). Karbohidrat

Menurut Winarno F.G (1984) karbohidrat adalah sumber

kalori utama hamper seluruh penduduk dunia, khususnya

bagi penduduk negara yang sedang berkembang, dan 1

gram karbohidrat akan menyumbang 4 kalori (kkal).

Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam

menentikan karakteristik bahan makanan misalnya, rasa,

warna, tekstur, dan karbohidrat akan menghasilkan serat-

serat (dietary fiber) yang berguna bagi pencernaan.

Sumber karbohidrat utama bagi bahan makanan kita

adalah serealia dan umbi-umbian, misalnya kandungan

pati dalam beras. Menurut Kemenkes (2012), rata-rata

energi total perhari yang berasal dari karbohidrat

masyarakat Indonesia adalah 60-80%.


16

3). Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting

bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai

bahan bakar dalam tubuh, juga berfungsi sebagai zat

peembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-

asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan

N yang ttidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat.

(Winarno F.G. 1984).

Menurut Depkes (2012), Kualitas protein sangat

bervariasi, tergantung komposisi asam amino protein dan

daya cerna (digestibility). Protein hewani diperoleh dari

telur, ikan, daging, susu yang pada umumnya berkwalitas

tinggi. Sedangkan protein nabati yang diperoleh dari biji-

bijian dan kacang-kacangan, dan pada umumnya

merupakan protein berkualitas lebih rendah. 1 gram

protein akan menyumbang energi 4 kalori (kkal).

4). Lemak

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting

untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak juga

merupakan sumber energi yang lebih efektif

dibandingkan dengan karbohidrat. 1 gram minyak atau

lemak akan menghasilkan 9 kalori. Minyak atau lemak

khususnya minyak nabati mengandung asam-asam lemak


17

esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat

yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah

akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga

berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-

vitamin A,D,E dan K.

• Zat gizi mikro atau mikronutrisi, yaitu zat gizi yang

diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit seperti

vitamin dan mineral yang satuannya adalah milligram.

c. Macam zat gizi berdasarkan fungsinya

• Sumber energi (tenaga) bagi tubuh digolongkan kepada

jenis gizi seperti lemak, protein dan karbohidrat.

• Sumber pembangun (penjaga tubuh) seperti protein,

vitamin, mineral, lemak.

• Sumber pengatur kerja tubuh (metabolisme) seperti

lemak,protein, air, mineral.

Dengan demikian fungsi zat gizi bagi tubuh adalah :

1). Sebagai sumber energi

2). Memperbaiki sel-sel rusak

3). Sebagai sumber pertumbuhan dan perkembangan

4). Mempertahankan fungsi pada organ tubuh

5). Menjaga keseimbangan pada metabolism

6). Pengatur dan pendukung proses metabolism

7). Membentuk sel-sel pada jaringan tubuh.


18

3. Konsep gizi seimbang

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki

keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung

tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan

beberapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang vitamin A.

Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka

akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi

yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif.

Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam ,

kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi

oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, dan disamping

itu untuk penyerapan zat gizi yang optimum memerlukan zat gizi lain

seperti untuk penyerapan vitamin A memerlukan lemak dan mangan,

dan untuk penyerapan zat besi, memerlukan vitamin C.

4. Gizi ibu menyusui

Gizi ibu menyusui harus memnuhi kebutuhan bagi dirinya dan untuk

pertumbuhan serta perkembangan bayi dan anak. Dengan demikian

maka kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih banyak dari kebutuhan zat

gizi ibu tidak menyusui. Konsumsi pangannnya tetap harus

beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Selama


19

menyusui, ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi yaitu untuk mencukupi kebutuhan zat gizi diri sendiri dan

kebutuhan untuk memproduksi ASI (Kemenkes RI,2014).

Pada masa 0-6 bulan menyusui, seorang ibu memerlukan

tambahan energi sebesar 330 kkal, protein 20 gram, lemak 11 gram,

karbohidrat 45 gram serat 5 gram dan air 800 ml (Kemenkes RI,2013).

Untuk menghitung kebutuhan kalori ibu menyusui dapat juga dihitung

berdasarkan berbagai rumus menurut Kemenkes RI, (2017) yaitu :

a). Formula Harris Bennedict yaitu :

REE= 346,44 + 13,96 W + 2,70 H – 6,82 A dimana W adalah berat

badan dalam kg, H adalah tinggi badan dalam cm, dan A adalah umur

dalam tahun (Kemenkes, RI, 2017).

b). Berdasarkan BBI yaitu dengan rumus :

- Berat Badan Ideal (BBI) : (TB-100)- 10% = kg

- Basal Metabolisme Rate (BMR) : 1 kkal x 24 jam x BBI =

- Koreksi tidur : 10 % x 8 jam x BBI =

- Spesifik Dynamic Action 10 % =

- Penambahan kalori sesuai usia bayi (AKG) 330/400 kkal

- kemudian di total kebutuhan energ sehari = kkal

Kebutuhan protein : 15 % dari kebutuhan energi

Kebutuhan lemak : 25 % dari kebutuhan energi

Kebutuhan karbohidrat : 60 % dari kebutuhan energy


20

c). Menggunakan tabel AKG

Kristiyanasari (2008), menyebutkan bahwa pada dasarnya tidak

ada pantangan makanan bagi ibu menyusui dan beberapa ibu menyusui

mereka merasa bisa makan apapun yang mereka suka. Adakalanya

beberapa makanan yang dimakan tersebut dapat mengubah rasa ASI,

meskipun sebagian besar bayi tampaknya menikmati bermacam

perubahan rasa ASI tersebut, namun banyak juga bayi yang menolak

ASI setelah ibunya mengkonsumsi beberapa macam makanan tertentu.

Namun demikian menurut Kemenkes RI (2017), ada beberapa

makanan yang sebenarnya merupakan pantangan ibu menyusui yang

harus dihindari atau sebaiknya dikurangi selama ibu memberikan ASI

kepada bayinya yaitu :

a. Minuman yang mengandung alkohol harus dihindari, karena

dapat memberikan dampak yang buruk kepada bayi dan

mengurangi produksi ASI.

b. Makanan yang berasal dari laut, ikan-ikan laut yang besar seperti

ikan hiu, ikan tuna, ikan todak dan sejenisnya sebaiknya

dikurangi karena mengandung mercury yang dapat disalurkan

kepada bayi melalui ASI. Kelebihan mercuri akan memberikan

dampak buruk kepada perkembangan saraf bayi.


21

c. Minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, soda dan teh

sebaiknya dikurangi karena dapat disalurkan kepada bayi melalui

ASI yang dapat menyebabkan bayi susah tidur dan rewel dan

menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bayi.

d. Makanan yang mengiritasi saluran pencernaan seperti kubis,

brokoli dan paprika merupakan makanan yang menghasilkan gas

dan membuat kembung sehingga sebaiknya dikurangi. Buah-

buahan yang mengandung sitrus seperti jeruk, lemon dan

sejenisnya serta makanan yang pedas sebaiknya dikurangi karena

makanan=makanan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada

saluran pencernaan bayi.

e. Makanan yang menimbulkan alergi, produk olahan dengan

bahan dasar susu, kedelai, gandum, telur, kacang-kacangan,

jagung, es krim, keju, yogurt dan sejenisnya sebaiknya dikurangi

karena produk olahan tersebut adakalanya menimbulkan gejala

alergi seperti diare, bercak kemerahan, sakit perut dan muntah.

Oleh karena itu ibu harus selalu memperhatikan sensitivitas bayi

terhadap makanan-makanan tersebut. Ketika terbukti bahwa bayi

sensitif, maka makanan tersebut menjadi pantangan.

f. Makanan yang mengurangi produksi ASI. Beberapa dedaunan

seperti peppermint, petersely yang merupakan campuran pada

teh, sop, obat-obatan herbal sebaiknya tidak dikonsumsi

berlebihan, karena dedaunan mint tersebut apabila dikonsumsi


22

dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi jumlah produksi

ASI.

g. Minumlah air putih yang lebih banyak

Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh

secara optimal. Air berfungsi membantu pencernaan, membuang

racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan

asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Jumlah air yang

dikonsumsi ibu menyusui per hari adalah 850 – 1.000 ml lebih

banyak dari ibu yang tidak menyusui atau sebanyak 3.000 ml

atau 12-13 gelas air. Jumlah tersebut adalah untuk dapat

memproduksi ASI sekitar 600-850 ml perhari.

C. Angka kecukupan gizi (AKG)

1. Pengertian

AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi

semua orang sehat menurut umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,

aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

AKG ditulis dalam bentuk tabel yang memuat kelompok umur,

berat badan, tinggi badan,energi, protein, lemak, karbohidrat,

serat, air. (Kemenkes RI,2017).

2. Kegunaan AKG

Manfaat AKG adalah berguna untuk :

a) Sebagai acuan dalam menilai kecukupan gizi.


23

b) Sebagai acuan dalam menyusun makanan sehari-hari

termasuk perencanaan makanan di institusi.

c) Sebagai acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan

pangan tingkatregional maupun nasional.

d) Sebagai acuan pendidikan gizi serta sebagai acuan label

pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.

3. Cara menggunakan AKG

Lihat tabel AKG pada usia dan jenis kelamin seorang individu

yang ingin dipelajari. Perhatikan BB nya, jika BB individu yang

ingin diketahui kebutuhan atau kecukupan gizinya berbeda dengan

BB ditabel AKG maka lakukan koreksi BB. Kemudian hitung

kecukupan atau kebutuhan energi dan zat gizi berdasarkan BB

yang telah dikoreksi. Sebagai contoh jika seorang anak laki-laki A

usia 8 tahun, BB 24 kg, maka BB standar di tabel AKG adalah 27

kg.

Sehingga faktor koreksi BB adalah BB anak saat ini/BB

standar pada tabel AKG yaitu 24/27 = 0,88. Kecukupan energi

dan protein anak laki-laki A usia 8 tahun adalah 1850 kalori,

protein 49 gram, maka kecukupan energi untuk anak tersebut

adalah 0,88 x 1850 = 1628 kalori dan kebutuhan protein adalah

0,88 x 49 = 43,12 gram, demikian seterusnya untuk zat gizi

lainnya.
24

4. Tabel angka kecukupan gizi menurut Kemenkes RI (2017).

Tabel 2.1

Angka Kecukupan Gizi Menurut Kemenkes RI (2017)

Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g) Karbohidrat Serat Air


umur (kg) (cm) (kkal) (gr) Total n-6 n-3 (g) (g) (ml)

Perempuan

16-18 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100

19-29 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2300

30-49 55 159 2150 57 60 12,0 1,1 323 30 2300

Menyusui

6 bulan +330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +800

6 bln kedua +400 +20 +13 +2,0 +0,2 +55 +6 +650

5. Interpretasi hasil pengolahan data dibanding dengan AKG

Interpretasi hasil AKG dari suatu populasi dan individu dapat

menggunakan persen kecukupan (% AKG). Hal ini

menggambarkan tingkat konsumsi energi dan zat gizi tertentu

sesuai dengan tujuan pengumpulan data survei

(Sirajudin,dkk,2013).
25

Menurut Kemenkes (1996), telah menetapkan cut of

pointinterpretasi hasil pengolahan data dibanding dengan AKG

adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2

Interpretasi hasil pengolahan data dibanding dengan AKG

No Tahun 1990 Tahun 1996

1 Sama atau lebih : Baik >120% : Diatas AKG

2 80-99 % : Sedang 90-120 % : Normal

3 70-79 % : Kurang 80-89 % : Defisit tk ringan

4 <70 % : Defisit 70-79 % : Defisit tk sedang

<70 % : Defisit tk berat

D. Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP)

1. Pengertian DBMP

DBMP adalah suatu daftar yang berisi daftar nama bahan makanan,

berat dalam ukuran rumah tangga (URT), berat dalam gram serta

kandungan energi,protein, karbohidrat, dan lemak dari makanan

tersebut.

2. Cara menggunakan DBMP


26

DBMP terdiri dari delapan golongan, bahan makanan dengan nilai gizi

yang sama hanya dapat ditukar dengan bahan makanan pada golongan

yang sama. DBMP dapat menghitung kandungan energi dan zat gizi

dari makanan sehari kita dengan cepat namun tidak dapat menghitung

kandungan vitamin dan mineral.

3. Penggolongan Bahan Makanan

a. Golongan I : Bahan makanan sumber karbohidrat

b. Golongan II : Bahan makanan sumber protein hewani

c. Golongan III : Bahan makanan sumber protein nabati

d. Golongan IV : Bahan makanan sayuran

e. Golongan V : Bahan makanan buah dan gula

f. Golongan VI : Bahan makanan susu

g. Golongan VII : Bahan makanan minyak dan lemak

h. Golongan VIII : bahan makanan tanpa kalori

4. Daftar bahan makanan penukar dengan nilai gizi

4.1.Sumber karbohidrat
27

Tabel 2.3

Bahan makanan sumber karbohidrat (golongan I)


1 Satuan Penukar = 175 kalori dan 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Bihun 50 ½ gelas

Bubur Beras 400 2 gelas

Biscuit 40 4 bh besar

Havermouth 45 5 ½ sdm

Kentang 210 2 bj sdg

Kracekers 50 5 bh sdg

Makaroni 50 ½ gls

Mi basah 200 2 gls

Mi kering 50 1 gls

Nasi 100 ¾ gls

Nasi Tim 200 1 gls

Roti putih 70 3 iris


28

Singkong 120 1 ptg

Talas 125 1 ptg

Tepung beras 50 8 sdm

Tepung terigu 50 5 sdm

Tepung hunkwee 50 10 sdm

Ubi 135 1 bj

4.2.Sumber protein

4.2.1. Sumber protein rendah lemak

Tabel 2.4

Bahan makanan sumber protein hewani (golongan II)

1 Satuan Penukar = 50 kalori, 7 gram protein, dan 2 gram lemak

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Ayam tanpa kulit 40 1 ptg sdg

Babat 40 1 ptg sdg

Daging kerbau 35 1 ptg sdg

Ikan 40 1/3 ekor sdg

Ikan asin 15 1 ptg kcl

Ikan teri 15 1 sdm

Udang segar 15 5 ekor sdg


29

4.2.2. Sumber protein lemak sedang

Tabel 2.5

Bahan makanan sumber protein lemak sedang

1 Satuan penukar = 75 kalori, 7 gram protein, dan 5 gram lemak

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Bakso 170 10 bj sdg

Daging kambing 40 1 ptg sdg

Daging sapi 35 1 ptg sdg

Hati ayam 30 1 ptg sdg

Hati sapi 35 1 ptg sdg

Otak 60 1 ptg bsr

Telur ayam 55 1 btr

Telur bebek 55 1 btr

Usus sapi 50 1 ptg bsr


30

4.2.3. Sumber protein tinggi lemak

1 Satuan penukar = 150 kalori, 7 gram protein, dan 13 gram lemak

Tabel 2.6

Bahan makanan sumber protein lemak tinggi

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Ayam dengan kulit 55 1 ptg sdg

Bebek 45 1 ptg sdg

Corned beef 45 3 sdm

Daging babi 50 1 ptg sdg

Kuning telur 45 4 btr

Ayam

Sosis 50 ½ ptg sdg


31

4.3. Sumber protein nabati

1 Satuan penukar = 75 kalori, 5 gr protein, 3 gr lemak dan 7 gr

karbohidrat

Tabel 2.7

Bahan makanan sumber protein nabati

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Kacang hijau 20 2 sdm

Kacang kedele 25 2 ½ sdm

Kacang merah 20 2 sdm

Kacang tanah 15 2 sdm

Kacang tolo 20 2 sdm

Kacang tanah 15 2 sdm

Oncom 40 2 ptg kcl

Tahu 110 1 bj bsr

Tempe 50 2 pt sdg
32

4.4.Sayuran

4.4.1. Sayuran A

Bebas dimakan, kandungan kalorinya dapat diabaikan

Tabel 2.8

Bahan makanan sayuran A

Bahan makanan Bahan makanan

Gambas/oyong Lettuce

Jamur kuping Slada air

Ketimun Slada

Lobak Tomat
33

4.4.2. Sayuran B

1 Satuan penukar ± 1 gelas (100 g) = 25 kalori, 1 gr protein


Dan 5 gr karbohidrat
Tabel 2.9
Bahan makanan sayuran B
Bahan Bahan Bahan Bahan
Makanan Makanan Makanan Makanan

Bayam Genjer Kucai Rebung

Bit Jagung muda Kc.panjang Sawi

Buncis Jantung psg Kecipir Toge

Brokoli Kol Labu siam Terong

Caisim Kembang kol Labu waluh Wortel

Daun pakis Kepri muda Pare

Daun waluh Kangkung Pepaya muda


34

4.4.3 Sayuran C

1 Satuan penukar ± 1 gelas (100 g) = 25 kalori, 1 gr protein,5 gr KH

Tabel 2.10
Bahan makanan sayuran C
Bahan Bahan Bahan Bahan
Makanan Makanan Makanan makanan

Bayam merah Daun melinjo Kacang kapri Nangka muda

Daun katuk Daun singkong Kluwih Toge kc kedele

Daun pepaya Daun talas Melinjo


35

4.5. Bahan makanan buah dan gula

1 Satuan penukar (100 gr) = 50 kalori, dan 12 gr karbohidrat

Tabel 2.11

Bahan makanan buah dan gula

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Anggur 165 20 bh sdg

Apel merah 85 1 bh

Belimbing 140 1 bh bsr

Blewah 70 1 ptg sdg

Duku 80 9 bh sdg

Durian 35 2 bj bsr

Jeruk manis 110 2 bh sdg

Jambu air 110 2 bh bsr

Jambu biji 100 1 bh bsr

Kedondong 120 2 bh sdg


36

Salak 65 2 bh sdg

Mangga 90 ¾ bh bsr

Melon 190 1 ptg bsr

Kurma 15 3 bh

Nanas 95 ¼ bh sdg

Nangka masak 45 3 bj sdg

Pisang 50 1 bh

Pepaya 110 1 ptg bsr

Rambutan 75 8 bh

Sawo 55 1 bh sdg

Semangka 180 2 ptg sdg

Sirsak 60 ½ gls

Gula 13 1 sdm

4.6.Bahan makanan susu

4.6.1. Susu tanpa lemak

1 Satuan penukar = 75 kalori, 7 gr protein, 10 gr KH

Tabel 2.12

Bahan makanan susu tanpa lemak

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Susu skim cair 200 1 gls


37

Tepung susu skim 20 4 sdm

Yogurt non fat 120 2/3 gls

4.6.2. Susu rendah lemak

1 Satuan penukar = 125 kalori, 7 gr protein, 6 gr lemak,

10 gr Karbohidrat

Tabel 2.13

Bahan makanan susu rendah lemak

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Keju 35 1 ptg kcl

Susu kambing 165 ¾ gls

Susu sapi 200 1 gls

Susu kental manis 100 ½ gls

Yogurt susu penuh 200 1 gls

4.6.3. Susu tinggi lemak


38

1 Satuan penukar = 150 kalori, 7 gr protein, 10 gr lemak, 10 gr

karbohidrat

Tabel 2.14

Bahan makanan susu tinggi lemak

Bahan Makanan Berat (gram) URT

Susu kerbau 100 ½ gls

Tepung susu penuh 30 6 sdm

4.7.Bahan makanan minyak dan lemak

4.7.1. Lemak tidak jenuh


1 Satuan penukar = 50 kalori, 5 gram lemak

Tabel 2.15

Bahan makanan lemak tak jenuh

Bahan Makanan Berat URT


(gram)
Alpukat 60 ½ bh bsr

Kacang almond 10 7 bj

Minyak jagung 5 1 sdt

Minyak kedele 5 1 sdt

Minyak zaitun 5 1 sdt

Minyak bunga matahari 5 1 sdt

Minyak kacang tanah 5 1 sdt

4.7.2. Lemak jenuh


39

Tabel 2.16
Bahan makanan lemak jenuh
Bahan Makanan Berat URT
(gram)
Kelapa 15 1 ptg kcl

Kelapa parut 15 2 ½ sdm

Mentega 5 1 sdt

Minyak kelapa 5 1 sdt

Minyak kelapa sawit 5 1 sdt

Santan 40 1/3 gls

4.8.Bahan makanan tanpa kalori

a. Agar-agar

b. Air kaldu

c. Air mineral

d. Cuka

e. Gelatin

f. Kopi

g. Teh

h. Gula alternatif sukrosa.

E. Survei Konsumsi Gizi

1. Pengertian
40

Survei konsumsi terdiri dari kata survey yang berarti penyelidikan

atau peninjauan dari konsumsi berarti barang-barang yang digunakan

untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan hidup. Selanjutnya tentang

makanan atau pangan berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah

maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai bahan makanan

atau minuman bagi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan

baku pangan dan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.(PP.RI No.28

Tahun 2004).

Dengan demikian survei konsumsi pangan berarti suatu cara atau

strategi menentukan status gizi individu maupun kelompok dengan cara

menghitung konsumsi atau asupan zat gizi yang terdapat pada makanan

dan minuman yang dikonsumsi atau yang diasup oleh seseorang

(Kemenkes RI, 2017).

2. Tujuan

Tujuan survei konsumsi pangan untuk memperoleh informasi

mengenai gambaran tingkat kecukupan dan zat gizi mikro (arti sempit),

sedangkan secara luas ditujukan untuk arti luas yaitu :

a. Mempelajari kebiasaan makan

b. Menilai berapa jauh angka kecukupan gizi (AKG) terpenuhi

c. Bahan perencanaan program gizi

d. Bahan pengembangan program gizi

e. Bahan pendidikan gizi.


41

3. Sasaran

Sasaran survei konsumsi gizi adalah :

a. Individu : bayi, baduta,batita,balita, usia sekolah, remaja,

dewasa, ibu hamil, ibu menyusui, dan atlet.

b. Keluarga : Keluarga inti (ayah,ibu dan anak), keluarga besar

(keluarga inti ditambah kakek dan nenek).

c. Institusi : Asrama, panti, dengan penghuni homogen.

4. Metode pengukuran konsumsi makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan antara lain :

a. Metode penimbangan (Food Weighing)

Metode penimbangan (Food Weighing) adalah menimbang

kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari.

Makanan dan minuman diukur dengan cara ditimbang sebelum

dikonsumsi, setelah selesai makan ketika masih mentah baik

dalam keadaan kotor maupun sudah bersih. Pada metode

penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan

mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama

satu hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung

beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian, dan tenaga

yang tersedia (Kemenkes, RI,2017).

b. Metode pencatatan (Food Record)


42

Metode pencatatan (Food Record) adalah pengukuran konsumsi

pangan dengan cara mencatat makanan dan minuman yang

dikonsumsi,. Metode ini disebut juga food record atau diary

records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang

dikonsumsi. Responden diminta untuk mencatat semua yang

dimakan dan diminum sebelum dikonsumsi dalam ukuran rumah

tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam

periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan

dan pengolahan makanan tersebut (Kemenkes RI, 2017).

c. Metode mengingat-ingat (Food Recall 24 jam)

Metode mengingat-ingat (Food Recall 24 jam) adalah cara

pengukuran konsumsi dengan cara menanyakan kepada

responden terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi

selama 24 jam yang lalu. Responden ditanya semua jenis dan

kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi sejak bangun

tidur sampai tidur kembali. Petugas mengumpul data harus

mengenal betul ukuran rumah tangga (URT) makanan dan

minuman agar kemudian mampu menerjemahkan variasi,

ukuran, missal sendok, mangkok, potong,irisan, buah, ikat dan

lain-lain makanan yang dikonsumsi responden untuk

diterjemahkann kedalam ukuran secara kuatitatif, yaitu kedalam

ukuran berat misal kedalam gram atau kedalam ukuran volume

seperti milliliter. Untuk mendapatkan informasi yang


43

representative, survei ini dilakukan tiga hari dalam satu minggu

secara tidak berturut-turut.

Hasil survei konsumsi metode food recall sering terjadi hasil

yang lebih rendah (underestimate) dari yang sebenarnya. Hal ini

terjadi karena adanya anggapan dimasyarakat terhadap makanan

yang dinilai bernilai sosial rendah sehingga masyarakat cendrung

mengatakan konsumsi lebih rendah dari sebenarnya. Sebaliknya

beresiko terjadi perkiraan yang lebih tinggi (overestimate)

terhadap makanan yang dinilai mempunyai nilai sosial tinggi.

Menurut Sirajudin,dkk (2013), makanan yang dikonsumsi

24 jam yang lalu dapat mencerminkan asupan gizi diurnalnya

selama 24 jam yang lalu. Jika dilakukan selama dua atau tiga kali

pada hari yang berbeda dalam seminggu, asupan makanan

tersebut dapat merepresentasikan asupan aktual individu antar

waktu.

d. Metode kekerapan mengkonsumsi (Food Frequensi)

Metode kekerapan atau keseringan mengkonsumsi (food

frequensi) adalah cara mengkonsumsi makanan yang dikaitkan

dengan suatu kasus atau kelainan yang terkait dengan konsumsi

makanan. Sebagai contoh penelitian tentang kaitan antara

konsumsi sayur hijau dengan anemia. Maka dibuat daftar sayur

hijau sebagai sumber zat besi antara lain daun singkong, daun

papaya, daun katuk, kangkung, daun kelor dan seterusnya.


44

Selanjutnya dibuat formulir kekerapan atau keseringan jenis

sayur tersebut apakah dikonsumsi setiap kali makan, setiap hari,

2 kali seminggu, 1 kali seminggu, dan seterusnya (Kemenkes RI,

2017).

e. Metode riwayat makanan (Dietary History)

Dietery History merupakan cara mengukur konsumsi makanan

secara kualitatif dengan cara menanyakan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi. Teknis pelaksanaan survei yaitu

responden diminta mengisi sendiri kuesioner yang telah didesain

untuk menunjukkan variasi atau keragaman makanan dan

minuman yang dikonsumsi, termasuk informasi tentang

pengolahan , penyimpanan dan pemasakan. Survei konsumsi

metode dietary history dapat menggambarkan pola makan

seseorang dalam waktu yang relatife lama. Selain

menggambarkan pola makan juga dapat mengungkap adanya

kesalahan makan, yaitu pola makan yang tidak sesuai dengan

prinsip gizi seimbang (Kemenkes RI, 2017).

Sebagaimana dijelaskan oleh Gibson,R,S (2005) dalam

Sirajudin,dkk (2015) bahwa penilaian konsumsi pangan

merupakan metode paling awal yang harus digunakan untuk

menilai tahapan defisiensi gizi. Defisiensi gizi dimulai dari

rendahnya asupan zat gizi dalam makanan. Jika dapat diketahui

lebih awal bahwa defisiensi zat gizi konsisten terjadi dalam


45

makanan yang dikonsumsi. Survei konsumsi pangan merupakan

cara efektif untuk lebih awal mengetahui terjadinya

ketidakseimbangan asupan zat gizi. Kelebihan asupan zat gizi

dalam periode waktu tertentu dngan cara yang tepat setiap tahun

maka, akan banyak individu yang terselamatkan dari ancaman

penyakit degeneratife (Sirajudin dkk, 2015).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis dan rancangan penelitian ini adalah dengan cara surveydeskriptif

yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

melalui pengolahan data dan hasil pengukuran data (Sugiyono,2012)

Penelitian ini menggunakan metode riwayat makanan atau yang disebut

dengan recall 24 jam yaitu untuk melihat gambaran asupan zat-zat gizi

oleh ibu menyusui dengan menggunakan kuisioner dilakukan dua kali

dalam satu minggu dan dalam waktu yang bersamaan.

B. Kerangka Konsep

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

- Energi

-Protein
Asupan Zat Gizi Ibu
- Lemak Menyusui

- Karbohidrat

45
46

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1.

Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Asupan Jumlah rata- Wawan AKG, 0= Diatas AKG Ordinal
Energi rata energi Form jika >120 %
pada makanan cara recall 1= Normal jika
yang 24 90-120 %
dikonsumsi jam 2= Defisit tk
oleh ringan jika
responden 80-89 %
dalam satuan 3= Defisit tk
kkal/ hari sedang jika
dibandingkan 70-79 %
dengan 4= Defisit tk
Angka berat jika
kecukupan <70 %
gizi (AKG)
2013.
2 Asupan Jumlah rata- Wawan AKG, 0= Diatas AKG Ordinal
Karbo rata KH pada Form jika >120 %
hidrat makanan cara recall 1= Normal jika
yang 24 90-120 %
dikonsumsi jam 2= Defisit tk
oleh ringan jika
responden 80-89 %
dalam satuan 3= Defisit tk
gram/ hari sedang jika
dibandingkan 70-79 %
dengan 4= Defisit tk
Angka berat jika
47

kecukupan <70 %
gizi (AKG)
2013.

4 Asupan Jumlah rata- Wawan AKG, 0= Diatas AKG Ordinal


Lemak rata lemak Form jika >120 %
pada makanan cara recall 1= Normal jika
yang 24 90-120 %
dikonsumsi jam 2= Defisit tk
oleh ringan jika
responden 80-89 %
dalam satuan 3= Defisit tk
gram/ hari sedang jika
dibandingkan 70-79 %
dengan 4= Defisit tk
Angka berat jika
kecukupan <70 %
gizi (AKG)
2013.
5 Asupan Jumlah rata- Wawan AKG, 0= Diatas AKG Ordinal
Protein rata protein Form jika >120 %
pada makanan cara recall 1= Normal jika
yang 24 90-120 %
dikonsumsi jam 2= Defisit tk
oleh ringan jika
responden 80-89 %
dalam satuan 3= Defisit tk
gram/ hari sedang jika
dibandingkan 70-79 %
dengan 4= Defisit tk
Angka berat jika
kecukupan <70 %
gizi (AKG)
2013.
48

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang

Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Wilayah Puskesmas Air Lais pada bulan

Mei sampai dengan Juni 2018.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang yang

ada di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya wilayah Puskesmas

Air Lais sebanyak 101 orang.

2. Sampel

a. Penentuan jumlah sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus Notoatmodjo (2010).

N
n=
1 + N ( d )2

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan

101
49

n=
1 + 101 (0,1)2

101
n =
1 + 1,01

= 50,24 dibulatkan = 50 orang.

b. Tehnik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan tehnik secara acak sistematis (Systematic Random

Sampling), yaitu dengan sistim interval sesuai dengan jumlah yang

diinginkan sebanyak 50 orang

F. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara dan

observasi langsung terhadap ibu menyusui dengan menggunakan

kuisioner.

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menyediakan kuisioner, buku hidangan makanan, dan form recall,

timbangan pijak.

H. Pengolahan data
50

Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :

1. Editing (koreksi) adalah meneliti kembali kelengkapan pengisian.

2. Coding (pengkodean) adalah proses mengklasifikasikan hasil

pengukuran menurut macamnya dengan menandai masing-masing

pengukuran dengan kode tertentu.

3. Tabulating (tabulasi) adalah pengelompokan data kemudian

dimasukkan kedalam tabel untuk memudahkan dalam menganalisa

data

4. Entering (memasukkan data) adalah memasukkan data yang telah

ada kedalam tabulasi dan komputerisasi untuk dianalisa.

I. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisisunivariat dengan

menggunakan rumus : yaitu untuk melihat jumlah porsentase asupan zat

gizi ibu menyusui dan jumlah porsentase ibu menyusui yang terpenuhi zat

gizinya dibandingkan dengan AKG.

1. Menghitung jumlah asupan zat gizi menggunakan aplikasi nutrisurvey.

2. Kecukupan dihitung berdasarkan rumus :

a. Berat badan Ibu menyusui X Zat gizi Energi (AKG)= A


Berat Badan AKG
Hasil Recall
% Asupan = X 100 %
A

b.
51

Berat badan Ibu menyusui X Zat gizi KH (AKG) = B


Berat Badan AKG
Hasil Recall
% Asupan = X 100 %
B

c. Berat badan Ibu menyusui X Zat gizi Lemak (AKG) = C


Berat Badan AKG
Hasil Recall
% Asupan = X 100 %
C

d. Berat badan ibu menyusui X Zat Gizi Protein (AKG)


Berat Badan AKG

Hasil Recall X 100 %


% Asupan =
D
Jika :

>120 % = diatas AKG

-90-120 % = Normal

-80-89 % = Defisit tingkat ringan

-70-79 % = Defisit tingkat sedang

<70 % = Defisit tingkat berat

3. Porsentase Ibu yang terpenuhi zat gizinya :

Jumlah yang terpenuhi


X 100 %
Jumlah sampel

Interpretasi hasil menurut Arikunto (2007)


52

0% : Tidak satu responden

1-26% : Sebagian kecil responden

27-49% : Hampir setengah respoden

50% : Setengahnya

51-75% : Sebagian besar

76-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi

makro pada ibu menyusui yang ada di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang

Jaya wilayah Puskesmas Air Lais Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian ini

didasari pada rendahnya cakupan pemberian Asi eksklusif di Desa Tambak Rejo

dibandingkan dengan desa-desa yang lain yang ada dalam binaan Puskesmas Air

Lais.

Pemberian Asi eksklusif merupakan salah satu program yang dijalankan di

Puskesmas Air Lais yang pemantauannya dilakukan secara berkala oleh Tenaga

Pelaksana Gizi Puskesmas. Promosi kegiatan ini telah dilakukan melalui tenaga

promosi kesehatan melalui penyuluhan-penyuluhan di posyandu, kelas ibu hamil

dan kelas balita. Pengumpulan data sekunder telah dilakukan di Puskesmas Air

Lais dan Poskesdes Tambak Rejo pada bulan Mei s/d Juni 2018 untuk melihat

data ibu menyusui yang ada dalam register balita.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang ada di

Desa tambak Rejo dan penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus

tingkat kepercayaan (0,1)dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Tehnik

53
54

pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik secara acak

sistematis (Systematic Random Sampling). Pengumpulan data primer diperoleh

dengan cara wawancara langsung dengan responden dan dicatat dalam kuisioner

yang telah dipersiapkan sebelumnya setelah responden diberi surat permohonan

menjadi responden dan menyatakan kesediaannya dan menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden.

Pengumpulan data recall 24 jam kepada ibu menyusui dilakukan

dua kali dengan waktu tidak berturut-turut dan dibantu oleh Bidan yang ada di

desa. Data recall responden dihitung dengan menggunakan aplikasi nutrisurvey,

setelah itu menghitung rata-rata asupan untuk masing-masing zat gizi dengan

menjumlahkan hasil recall pertama dan kedua setelah itu membagi dua untuk

masing-masing zat gizi seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Setelah masing-masing hasil rata-rata asupan zat gizi diketahui, maka

dilakukanlah perhitungan dengan membandingkannnya dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG), 2017 sesuai dengan umur responden, berat badan

aktual dan masa menyusui ibu untuk mengetahui porsentase tingkat kecukupan

asupan zat gizi ibu apakah hasilnya diatas AKG, normal, defisit tingkat ringan,

defisit tingkat sedang, dan defisit tingkat berat.


55

4.2. Hasil Penelitian

1. Identitas Responden

a. Pendidikan

Identitas pendikan responden dalam penelitian ini adalah sebagaimana

tersebut dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.1
Distribusi responden berdasarkan Pendidikan
Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara wilayah Puskesmas Air Lais

No Tingkat Pendidikan Jumlah Porsentase (%)

1 SD/Tidak Tamat 16 32,0

2 SLTP/Sederajat 18 36,0

3 SLTA/Sederajat 12 24,0

4 D3/S1 4 8,0

JUMLAH 50 100,00

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir setengah (36,0 %)


responden adalah tamat SLTP sederajat.

b. Umur

Identitas umur responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


56

Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan Umur
Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara wilayah Puskesmas Air Lais

No Kelompok Umur (Thn) Jumlah Porsentase (%)

1 16 – 18 3 6,0

2 19 – 29 26 52,0

3 30 – 49 21 42,0

JUMLAH 50 100,00

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian ini adalah kelompok umur 19 – 29 tahun yaitu sebanyak 26 responden

(52%).

2. Hasil Recall Asupan Zat Gizi

a. Asupan Energi

Kecukupan energi dalam tubuh sangat mutlak untuk diperlukan karena

melalui energilah kita dapat beraktifitas dengan baik. Sumber energi tubuh

diperoleh dari masukan protein, karbohidrat dan lemak serta makanan yang

disimpan dalam tubuh dalam bentuk cadangan.

Pada masa 6 bulan pertama ibu menyusui memerlukan tambahan energi 330

kkal per hari dan tambahan 400 kkal pada 6 bulan kedua untuk mencukupi

kebutuhan ibu sendiri dan kebutuhan untuk memproduksi Asi (Kemenkes


57

RI,2014). Dalam penelitian ini didapat hasil recall asupan energi dari 50

responden adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi recall rata-rata asupan Energi
Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara wilayah Puskesmas Air Lais

Energi
No Kategori
Frekwensi Porsentase (%)

1 Diatas AKG 2 4,0

2 Normal 15 30,0

3 Defisit tingkat ringan 19 38,0

4 Defisit tingkat sedang 9 18,0

5 Defisit tingkat berat 5 10,0

Jumlah 50 100,00

Berdasarkan tabel tersebut diatas diketahui bahwa hampir setengah

responden yaitu 19 responden (38%) asupan energinya defisit tingkat ringan.

b. Asupan Protein

Protein merupakan zat gizi yang amat penting bagi tubuh, dan sebagai zat

pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru dan


58

mempertahankan jaringan yang ada dan sebagai pengatur, protein berfungsi

mengatur keseimbangan asam basa dalam sel. Disamping itu protein juga

berfungsi sebagai sumber energi, apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi

oleh karbohidrat dan lemak (Winarno,2008).

Kebutuhan protein ibu menyusui memerlukan tambahan 20 gram perhari,

hal ini untuk menjamin kualitas dan kecukupan Asi ibu (PUGS,2017).

Berdasarkan hasil recall asupan protein yang dilakukan pada 50 responden ibu

menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Distribusi recall rata-rata asupan zat gizi Protein
Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara wilayah Puskesmas Air Lais

Protein
No Kategori
Frekwensi Porsentase (%)

1 Diatas AKG 3 6,0

2 Normal 19 38,0

3 Defisit tingkat ringan 11 22,0

4 Defisit tingkat sedang 7 14,0

5 Defisit tingkat berat 10 20,0

Jumlah 50 100,00

Berdasarkan tabel tersebut diatas diketahui bahwa hampir setengah

responden yaitu 19 responden (38,0 %) asupan proteinnya normal.


59

c. Asupan Lemak

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga

kesehatan tubuh. Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk

meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K serta

menambah lezatnya hidangan. Lemak merupakan sumber energi yang lebih

efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein, karena 1 gram lemak

menghasilkan 9 kkal (Winarno,2008).

Konsumsi lemak dan mainyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak

lebih dari 25 % kebutuhan energi. Jika mengkonsumsi lemak secara berlebihan

akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi makanan lain. Hal ini disebabkan

karena lemak berada didalam sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan

dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang

yang lebih lama.

Selama ibu menyusui, perlu penambahan lemak sebanyak 20 gram perhari

untuk meningkatkan daya tahan tubuh ibu dan sebagai sumber cadangan energi

bagi ibu. Minyak atau lemak khususnya minyak nabati mengandung asam-asam

lemak esensial yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat

penumpukan kolesterol (Winarno,2008). Makanan yang mengandung lemak tak

jenuh umumnya berasal dari pangan nabati kecuali minyak kelapa, sedangkan

yang mengandung asam lemak jenuh umumnya berasal dari pangan

hewani.(Kemenkes RI,2017).
60

Berdasarkan recall asupan lemak yang dilakukan terhadap 50 responden

ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya wilayah Puskesmas

Air Lais diketahui data sebagai berikut :

Tabel 4.5
Distribusi recall rata-rata asupan zat gizi Lemak
Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara wilayah Puskesmas Air Lais

Lemak
No Kategori
Frekwensi Porsentase (%)

1 Diatas AKG 0 0,0

2 Normal 9 18,0

3 Defisit tingkat ringan 6 12,0

4 Defisit tingkat sedang 8 16,0

5 Defisit tingkat berat 27 54,0

Jumlah 50 100,00

Berdasarkan tabel tersebut diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu

menyusui adalah defisit tingkat berat mengkonsumsi zat gizi lemak yaitu

sebanyak 27 responden (54%).

d. Asupan Karbohidrat

Karbohidrat adalah merupakan salah satu sumber utama energi dalam tubuh.

Karbohidrat juga dapat berperan membuat cadangan energi didalam tubuh dan

dapat memberikan rasa kenyang. Sebagian karbohidrat diubah langsung menjadi


61

energi didalam tubuh untuk aktifitas tubuh dan sebagian lagi disimpan dalam

bentuk glikogen dihati dan otot. Setiap 1 gram karbohidrat akan menghasilkan 4

kkal. Karbohidrat dapat mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan dan

membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno, 2008)`

Kebutuhan energi tubuh dianjurkan didapatkan dari karbohidrat yaitu sekitar

60-75 % (Penuntun Diet, 2006), dan menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Indonesia disebutkan bahwa kebutuhan karbohidrat bagi ibu menyusui perlu

penambahan 45 gram perhari bagi ibu menyusui 6 bulan pertama dan penambahan

55 gram perhari bagi ibu menyusui 6 bulan kedua. Hal ini untuk menjamin

terpenuhinya kebutuhan energi dan kuantitas air susu ibu (Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan recall asupan Karbohidrat terhadap 50 responden ibu menyusui

di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya diketahui data sebagai berikut :
62

Tabel 4.6

Distribusi recall rata-rata asupan zat gizi Karbohidrat


Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya
Kabupaten Bengkulu Utara wilayah Puskesmas Air Lais

Karbohidrat
No Kategori
Frekwensi Porsentase ( %)

1 Diatas AKG 1 2,0

2 Normal 28 56,0

3 Defisit tingkat ringan 10 20,0

4 Defisit tingkat sedang 6 12,0

5 Defisit tingkat berat 5 10,0

Jumlah 50 100,00

Dari data tersebut diatas diketahui bahwa sebagian besar ibu menyusui yaitu

28 responden (56 %) asupan zat gizi karbohidratnya dalam kategori normal.

4.3. Pembahasan

1). Asupan energi

Berdasarkan hasil recall asupan energi pada 50 responden ibu menyusui di

Desa Tambak Rejo diketahui bahwa sebagian besar responden (38%) mengalami

asupan energi defisit tingkat ringan, 30 % asupan normal, 18 % defisit tingkat

sedang, 10 % defisit tingkat berat, dan 4 % diatas AKG.


63

Kecukupan asupan energi dalam tubuh sangatlah penting untuk dipenuhi,

terlebih pada ibu menyusui, karena pada masa menyusui terjadi peningkatan

kebutuhan energi ibu untuk pembentukan air susu, meningkatnya BMR, serta

pembentukan cadangan lemak ibu (Kemenkes RI,2017). Seseorang yang

kekurangan asupan energi maka kebutuhan energinya diambil dari cadangan

protein dan apabila berlangsung lama maka tubuh akan memenuhinya dengan

pembakaran cadangan lemak tubuh, dan apabila kondisi ini berlangsung terus-

menerus akan menyebabkan ibu menderita KEP.

Seorang ibu yang menderita kekurangan asupan energi dalam makanan sehari

tidak dapat mendukung aktifitasnya dengan baik, demikian juga dalam

mendukung pembentukan Asi, sehingga ibu gampang lelah dan capek dan lambat

laun akan menyebabkan ibu akan kehilangan berat badan. Untuk itulah

diharapakan agar setiap ibu menyusui perlu makan lebih banyak dari biasanya.

(Kemenkes RI,2017).

Sebagian besar ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya

masih kekurangan asupan energi dalam konsumsi makanan sehari-hari apabila

dibandingkan dengan anjuran makan sehari ibu menyusui dalam AKG 2013. Hal

ini disebabkan oleh karena pada masa menyusui 6 bulan pertama perlu

penambahan 330 kkal energi dan 6 bulan kedua perlu penambahan 400 kkal

energi perhari. Pada umumnya masyarakat di pedesaan menu makanannya

menerapkan prinsip makan sederhana, terlebih pada mereka yang berpenghasilan

rendah. Bagi mereka yang penting sudah makan tanpa memperhitungkan apakah

porsi yang dimakan sudah mencukupi atau tidak. Memang apabila dibandingkan
64

dengan anjuran makan wanita umur 16 – 49 tahun berdasarkan AKG 2013,

kemungkinan sebagian besar atau hampir seluruhnya asupan energinya dalam

kategori normal. Sepertinya Pola makanan ibu menyusui tidak ada ubahnya

dengan ibu tidak menyusui. Hal inilah yang perlu diteliti apakah responden tidak

mengetahui bahwa ibu menyusui perlu tambahan energi 330 – 400 kkal per hari

atau harus makan lebih banyak dari biasanya, atau oleh karena perilaku atau

kebiasaan makan yang seadanya saja. Menu Seimbang sepertinya belum

dimengerti oleh masyarakat dipedesaan, bagi mereka yang penting sudah makan

dan tidak memperhitungkan porsinya, asal mereka dapat memenuhi kebutuhan

yang lain seperti membeli barang, kenderaan, rokok, dan lain sebagainya.

2). Asupan Protein

Hasil recall Asupan Protein sebagaimana tersebut dalam tabel 4.4 diatas

menunjukkan bahwa hampir setengah responden (38 %) mengkonsumsi protein

dalam kategori normal dan bahkan sebagian kecil (6 %) asupan proteinnya diatas

AKG. Namun demikian 22 % responden mengalami defisit ringan, 20 % asupan

protein defisit tingkat berat, dan 14 % defisit tingkat sedang. Penambahan

asupan 20 gram protein per hari bagi ibu menyusui sepertinya juga tidak

dimengerti oleh ibu menyusui atau oleh karena faktor perilaku. Mereka makan

seperti biasanya saja, sama seperti wanita tidak menyusui, dan apabila tidak

dalam keadaan menyusui sebenarnya asupan protein responden adalah dalam

kategori normal.

Seharusnya asupan protein responden Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo

tidak perlu mengalami defisit atau kekurangan, hal ini disebabkan oleh karena
65

Desa Tambak Rejo adalah salah satu Desa lumbung produksi ikan air tawar di

Provinsi Bengkulu seperti ikan Mas, ikan Nila, ikan lele, gurami, dan lain

sebagainya yang telah memenuhi pasar di Provinsi Bengkulu bahkan sampai ke

luar provinsi. Disamping itu, bahwa tukang sayur keliling selalu tiap pagi

menjajakan sayuran, tempe, tahu di desa, sehingga sebenarnya bukanlah hal

yang sulit untuk mendapatkannya.

Hal ini mengingatkan kepada kita bahwa, ketersedian pangan yang cukup

bahkan berlimpah dimasyarakat, tidak otomatis membuat asupan makanan ibu

menyusui juga cukup apabila dibandingkan dengan AKG 2013, faktor perilaku

dan pengetahuan, adat istiadat kemungkinan juga akan mempengaruhinya.

3). Asupan Lemak

Tabel 4.5 diatas menggambarkan bahwa sebagian besar Ibu menyusui di

Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya asupan lemaknya defisit tingkat berat

(54 %) dan hanya sebagian kecil (18 %) asupan lemaknya kategori normal, dan

bahkan tidak ada satupun responden asupan lemaknya diatas AKG. Penambahan

11 gram lemak bagi ibu menyusui 6 bulan pertama dan 13 gram per hari bagi ibu

menyusui 6 bulan kedua sepertinya juga tidak diketahui oleh ibu menyusui.

Penggunaan minyak dalam makanan dan asupan lemak yang berasal dari

bahan makanan hewani sangat kurang dimasyarakat. Kemungkinan hal ini

disebabkan oleh karena kebiasaan pola makan keluarga yang sederhana,

pengetahuan yang kurang maupun budaya masyarakat, dan lain-lain. Memang

konsumsi lemak yang berlebihan akan merugikan kesehatan akan tetapi konsumsi
66

minyak atau lemak yang terlalu kurang juga akan merugikan kesehatan, karena

lemak berguna untuk membantu penyerapan vitamin A,D,E,K dan sebagai

cadangan energi.

4). Asupan Karbohidrat

Tabel 4.6 sebagaimana tersebut diatas menggambarkan bahwa sebagian

besar (56 %) Ibu menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya asupan

karbohidratnya dalam kategori normal.

Asupan Karbohidrat Ibu menyusui lebih baik dibandingkan dengan asupan

protein dan lemak. Hal ini disebabkab oleh karena setiap keluarga di desa pada

umumnya selalu memprioritaskan ketersediaan makanan sumber karbohidrat

seperti, beras ditingkat rumah tangga. Seluruhnya sumber Karbohidrat utama pada

50 responden dalam penelitian ini adalah berasal dari beras. Adanya penambahan

asupan karbohidrat yaitu 45 gram per hari pada masa 6 bulan menyusui pertama

dan penambahan 55 gram per hari pada masa 6 bulan kedua, inilah yang membuat

asupan normal karbohidrat ibu menyusui adalah hanya sebesar 56 %.

Akan tetapi apabila dibandingkan dengan anjuran AKG 2013 bagi wanita

umur 16 – 49 tahun tidak menyusui, maka angka porsentase kecukupan asupan

karbohidrat responden akan melebihi 56 % atau bisa saja mencapai hampir

seluruhnya normal.

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Kemenkes (2010), bahwa ibu

menyusui bayi usia 0-10 bulan di Indonesia kurang menjaga pola makan, bahkan
67

ada diantara mereka yang mengkonsumsi makanan seperti biasanya, tidak seperti

wanita menyusui yang harus makan ekstra.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Asupan Zat Gizi Makro Ibu

Menyusui di Desa Tambak Rejo Kecamatan Padang Jaya Wilayah

Puskesmas Air Lais Kecamatan Padang Jaya Bengkulu Utara disimpulkan

sebagai berikut :

1. Hampir setengah (38 %) ibu menyusui di Desa Tambak Rejo

Kecamatan Padang Jaya, asupan energinya defisit tingkat ringan,

dan 30 % kategori normal dan 10 % dalam kategori defisit tingkat

berat.

2. Hampir setengah (38 %) ibu menyusui di Desa Tambak Rejo

Kecamatan Padang Jaya, asupan Proteinnya kategori normal, dan

sebagian kecil (6 %) diatas AKG, dan 22 % defisit tingkat ringan

dan 10 % defisit tingkat berat.

3. Sebahagian besar (54 %) ibu menyusui di Desa Tambak Rejo

asupan lemaknya defisit tingkat berat, dan 12 % kategori defisit

tingkat ringan dan 18 % kategori normal.

67
68

4. Sebahagian besar ibu menyusui (56 %) ibu menyusui di Desa

Tambak Rejo asupan karbohidratnya kategori normal, dan 20 %

kategori defisit tingkat ringan, dan 10 % defisit tingkat berat.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Air Lais, agar lebih

meningkatkan lagi penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya penganekaragaman makanan, menu seimbang, dan pola

hidup sehat secara khusus kepada ibu menyusui dalam kelas Ibu hamil

maupun kelas Ibu balita.

2. Bagi pendidikan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu

diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan dan pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain yang ingin mengetahui hubungan pemberian Asi

eksklusif dengan asupan zat gizi, hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan referensi atau informasi.

4. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini menambah

pengetahuan, merubah perilaku dan menumbuhkan kesadaran akan

pentingnya makan lebih banyak dari biasanya bagi ibu menyusui untuk

mendukung tercapainya pemberian Asi eksklusif.


DAFTAR PUSTAKA

Anies Irawati, 2009. Faktor Determinan Resiko Kurang Energi Kronis (KEK)
Pada Ibu Menyusui di Indonesia. Jurnal Penelitian.
Ase Ruth Sy,dkk, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Asi
Eksklusif di Puskesmas Wori Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal
Penelitian.
Badriul, 2008, Bayi Perlu Asi Eksklusif Selama 6 Bulan. Jakarta
Clara M. Kusharto. 2014 Survei Konsumsi Gizi. Graha Ilmu. Yogyakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara,2017, Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017. Arga MakmurPuskesmas Air
Lais, 2017, Profil Puskesmas Air Lais Tahun 2017, Padang Jaya
Instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosoasi Dietisen
Indonesia,2006, Penuntun Diet, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kemenkes, RI. 2017 Konsep Program Indonesia Sehat, Jakarta
“ “ 2017, Kumpulan Materi Pelatihan manajemen Puskesmas,Jakarta
“ “ 2017, Bahan Ajar Gizi, Penilaian Status Gizi ,Jakarta
“ “ 2017, Gizi Dalam Daur Kehidupan ,Jakarta
“ “ 2014, Pedoman Gizi Seimbang ,Jakarta
“ “ 2005, Cara Menyusui Yang Baik ,Bina Kesehatan Keluarga.Jakarta
Depkes, RI, 2002 Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta
“ “ 2002, Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu .Jakarta
“ “ 2001, Manajemen Laktasi .Jakarta
Nanang Martono, 2014 Metode Penelitian, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta
Rahayu,2008, Ibu Berikan Asi Eksklusif, Jakarta
Sirajudin,dkk.2013. Survei Konsumsi Pangan. Buku Kedokteran Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta
Jakarta
Soetjeningsih, 2002, Asi Ditinjau dari beberapa Aspek, FKUI JakartaFakmawati
Sandra dan Syafig Ahmad, 2012, Hubungan antara status gizi ibu
dengan ketidakcukupan Air Susu Ibu (PKA) di Kabupaten Karawang,
Jurnal Penelitian
Winarno.FG, 1984 Kimia Pangan dan Gizi, PT.Gramedia Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai