Anda di halaman 1dari 25

MELENA

Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu : Ibu Emi Lindayani, M.Kep


Ibu Ayu Prameswari, M.Kep
Kelompok 1 Kelas B
ANGGOTA KELOMPOK
Tanti Intan N Rifqa Adistie Karmilah Hani Siti H
2104809 2104851 2106753 2107021

Ahmad Dendy Ai Kurnia Sari Oktavia


2107087 2107428 2107506
LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit
adalah perdarahan akut Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) (Kurien et al., 2017;
Irwandi & Harahap, 2022). Pasien sebagian besar datang dalam kondisi yang stabil
dan sebagian pasien lainnya datang dengan keadaan gawat darurat yang
memerlukan tindakan yang cepat dan tepat (Irwandi & Harahap, 2022).
Perdarahan SCBA merupakan perdarahan yang berasal dari esofagus sampai
ligamentum of Treitz. Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering
mengalami perdarahan. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80%
sumber perdarahannya berasal dari esofagus, gaster dan duodenum (Syafitri &
Andriyati, 2022). Pemberian asuhan keperawatan yang sesuai tentu akan
memulihkan dampak terhadap pasien baik secara psikologis maupun secara fisik.
Berdasarkan uraian diatas penulis akan menyampaikan asuhan keperawatan
tentang pasien yang mengalami melena dan membandingkannya dengan teori,
dengan judul laporan makalah yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (Melena)”.
DEFINISI
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. BAB darah atau biasa
disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah terang dari
anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar
BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja
tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan
dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus,
rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan
perdarahan di kolon transversum dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang
berwarna merah gelap atau merah tua.
ETIOLOGI
1. Tukak lambung dan ulkus duodenum yang luka
akibat adanya infeksi bakteri H. pylori atau
konsumsi obat anti inflamasi non steroid atau
konsumsi obat anti inflamasi non steroid dalam
jangka waktu yang lama.
2. Robekan di dinding kerongkongan.
3. Pecah bervariasi pada kerongkongan.
4. Perdarahan kerongkongan
PATOFISIOLOGI
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa
esofagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalirkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka
vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises.
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme
ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian
awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolisme anaerob, dan terbentuk asam
laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada
pasien dengan melena adalah:
1. Sakit perut
2. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
3. Mengeluarkan darah dari rektum (hematochezia)
4. Syok (frekuensi denyut jantung meningkat, tekanan darah rendah)
5. Akral teraba dingin dan basah
6. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis)
7. Koagulopati purpura serta memar
8. Demam ringan antara 38-39° C
9. Nyeri pada lambung perut, nafsu makan menurun
10. Hiperperistaltik
11. Gejala lainnya seperti pusing, mual, dan robekan pada lapisan
bagian dalam kerongkongan yang berbatasan dengan lambung.
PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatan: Dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi
penyebab pendarahan, seperti obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
atau obat antiulcer seperti: pemberian infus RL, transfusi PRC,
omeprazol, sirup sukralfat, Kalnex, allopurinol, paracetamol, dan
domperidone.
2. Endoskopi: Dokter akan menggunakan endoskopi untuk mengobati
penyebab pendarahan, seperti pembakaran endoskopi untuk
menyatukan jaringan dalam pencernaan yang sobek.
3. Transfusi darah: Dokter akan melakukan transfusi darah jika pasien
kehilangan banyak darah.
4. Operasi: Dokter akan melakukan operasi bedah apabila pasien
mengalami pendarahan hebat dan perawatan seperti obat atau
endoskopi tidak berhasil.
5. Bilas Lambung
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh
yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel, Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih
dari 30% dan berlangsung selama 24- 28 jam.
Gagal Ginjal Akut, terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syok, diobati dengan. menggantikan volume
intravaskuler.
Penurunan kesadaran, terjadi penurunan transportasi 02 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
Ensefalopati, terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan dimana fungsi
otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam keadaan
normal dibuang oleh hati.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN MELENA
PENGKAJIAN
Identitas Pasien Pola Eliminasi
Status Kesehatan saat ini Pola Tidur – Istirahat
Riwayat Kesehatan saat ini Pola Kebersihan Diri
Riwayat Kesehatan Terdahulu Pola Nilai & Kepercayaan
Riwayat Keluarga Pemeriksaan Fisik
Riwayat Lingkungan Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pola Aktifitas Terapi
Pola Nutrisi Metabolik
PATHWAY
MELENA
Masalah

ANALISA
Data Etilogi
Keperawatan

DS: Riwayat gastritis dan konsumsi Ketidakefektifan

DATA
Pasien mengeluh makanan pedas 3 hari berturut pola nafas
nafas tersengat turut -> Iritasi mukusa lambung -
sengal > Erosi dan ulserasi -> Kerusakan
DO: vaskuler pada mukosa lambung
RR: 30x/menit -> Melena -> Hb turun dai
Pasien tertpasang rentang normal (4,2) ->
nasal kanul Penurunan suplai O2 ke jaringan
Pemeriksaan lab -> Kompensasi tubuh untuk
Kadar Hb 4,2 memenuhi pasokan O2 jaringan
dengan meningkatkan
pernafasan -> Ketidakefektifan
pola nafas
Masalah

ANALISA
Data Etilogi
Keperawatan

DS: Riwayat gastritis dan Nutrisi kurang dari

DATA
Pasien mengeluh BAB konsumsi makanan pedas 3 kebutuhan tubuh
hitam sejak 10 hari hari berturut turut -> Iritasi
yang lalu mukosa lambung -> Erosi dan
Pasien mempunyai Ulserasi -> Kerusakan
riwayat gastritis vaskuler pada mukosa
Pasien mengatakan lambung -> Melena -> Mual
mengkonsumsi (tidak nafsu makan) -> Intake
makanan pedas tiga nutrisi tidak adekuat ->
hari berturut turut Nutrisi kurang dari kebutuhan
Pasien mengkonsumsi tubuh
kopi hamper tiap hari
dalam 6 hari dan
berhenti ketika MRS
DO: (-)
DIAGNOSA PRIORITAS
Ketidakefektifan pola nafas b.d kompensasi tubuh
untuk untuk memnuhi kurangnya pasokan O2 ke
jaringan

Risiko perdarahan b.d Hb rendah akibat melena

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake


makanan yang tidak adekuat
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil

1. Risiko Syok Setelah 1.Keparahan syok hipovolemik


hipopolemik dilakukan Meningkatnya laju nafas
b.d turunnya intervensi Pernafasan dangkal
Akral dingin, kulit lembab atau basah
kadar Hb keperawtaan
Pucat
akibat melena selama 4x24
10 hari jam Pencegahan Syok:
diharapkan Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok (misalnya tekanan darah normal,
risiko syok perlambatan pengisian kapiler, pucat atau dingin pada kulit, mual dan muntah dan kelemahan)
berkurang Monitor status sirkulasi (misalnya tekanan darah, warna kulit, temperature kulit, pengisian
kapiler, dan nadi perifer)
Monitor hasil lab terutama Hb
Catat warna, jumlah dan frekuensi BAB
Berikan PRC sesuai kebutuhan
Berikan cairan melalui IV sesuai kebutuhan

Manajemen Hipovolemik:
Monitor adanya bukti hb terkait kehilangan darah (misalnya Hb)

INTERVENSI Dukung asupan cairan tinggi


Berikan cairan IV isotonic yang diresepkan misalnya Ns
Berikan produk darah yang diresepkan untuk meningkatkan tekanan plasma onkotik dan
mengganti volume darah dengan tepat

2.Keparahan kehilangan darah


Kehilangan darah yang terlihat
Kulit dan membrane mukosa pucat
Penurunan hemoglobin (Hb)
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil

2. Nyeri akut b.d Setelah 1.Tingkat nyeri


iritasi mukosa dilakukan Nyeri yang dilaporkan
lambung intervensi Panjang episode nyeri
Frekuensi nafas
keperawatan
Berkeringat
4x24jam
diharapkan tanda Pemberian analgesic
risiko 1. Tentukan lokasi, Karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
perdarahan klien 2. Cek pengobatan meliputi obat, dosis, frekuensi obat anakgesik yang diresepkan
berkurang 3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Pilih rute IV daripada IM
5. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
6. Evaluasi keefektifan analgesic dengan interval yang teratur pada setiap setelah
pemberian khususnya juga observasi adanya tanda dan gejala efek samping (mual dan
muntah)

Manajemen nyeri

INTERVENSI 1. Lanjutkan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas beratnya nyeri
2. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
4. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti relaksasi, terapi music, distraksi)
5. Evaluasi keefektifan dari pengontrolan nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri
dilakukan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil

3. Mual b.d Setelah 1. Keparahan mual dan muntah


peningkatan diberikan Frekuensi mual
asam lambung intervensi Intensitas mual
akibat iritasi keperawatan Nyeri lambung
lambung selama 3x24
jam Manajemen mual
diharapkan 1. Lakukan penilaian terhadap mual seperti frekuensi, durasi, tingkat keparahan dan faktor
intake nutrisi pencetus
klien sedikit 2. Evaluasi dampak dari mual misalnya nafsu makan
tercukupi 3. Pastikan bahwa obat antiemetic yang efektif diberikan untuk mencegah mual
4. Dorong pola makan dengan porsi sedikit tapi sering
5. Insturksikan pasien mengenai diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein
6. Monitor efek dari manajemen mual secara keseluruhan
2. Nafsu Makan
1. Hasrat atau keinginan untuk makan

INTERVENSI 2. Intake makanan


3. Intake nutrisi
4. Intake cairan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Respon dan evaluasi tindakan
Implementasi Paraf
Dx. keperawatan

1. Memberikan terapi oksigen nasal kanul 3 Lpm Subjektif


Memonitor aliran oksigen dan posisi Pasien mengatakan sesak berkurang
Memonitor efektivitas pemberian terapi oksigen
Memantau adanya tanda tanda keracunan oksigen Objektif
Memonitor kecepatan, irama, kedalaman bernafas RR: 30x/m
Memonitor adanya pergerakan dada, penggunaan Pemberian O2 nasal canul 3 Lpm
otot bantu nafas, retraksi dinding dada Thorax simetris, tidak ada penggunaan otot
Monitor adanya gangguan pada pola nafas bantu nafas dan retraksi otot pada dinding
dada

Analysis
Masalah teratasi sebagaian

Planning
Lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Respon dan evaluasi tindakan
Implementasi Paraf
Dx. keperawatan

2. ·Monitor adanya tanda gejala perdarahan yang Subjektif


terus menerus Pasien mengatakan mudah capek, lemas,
·Monitor status cairan (intake dan output) mengeluh pusing
·Memberikan NaCl 90% 20 tpm Objektif
·Monitor tanda tanda syok hipovolemik (TD, Nadi, Pasien tampak lemas
RR, CRT, Keringat dingin, mual, muntah, kulit CRT <2detik
dingin dan lembab) TD 36 C, RR 30x/m, bibir pucat
·Memberikan transfuse PRC 2seba labu/hari
·Memberikan medikasi Sucrafat syrup 4x 11, Analysis
omeprazole dari syring pump, asam mefanamat Masalah teratasi sebagian
3x500 mg, ramipiril 5mg 1x1, Vit K3x1 (1 ampul),
genta 2x60 mg, Ampi 4x1 gr Planning
Lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Respon dan evaluasi tindakan
Implementasi Paraf
Dx. keperawatan

3. Mencatat tanggal buang air besar terakhir Subjektif


Monitor frekuensi BAB Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
Mengedukasi pasien mengenai makanan yang telah dan kadang kadang merasa mual
dianjurkan
Menentukan status gizi pasien dan kemampuan Objektif
memenuhi kebutuhan gizi BB 60kg, TB 155cm, IMT 24,9 (normal)
Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang Diet sonde dingin
diberikan (kolaborasi dengan ahli gizi) Frekuensi BAB selama di RS konsistensi
Memonitor asupan makanan agak keras

Analysis
Masalah teratasi sebagian

Planning
Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Devi, S. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Hipovolemia Pada Pasien
Tn.Z Hematemesis Melena Di Ruang G2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
Hidayah, R. R., Sumarni, T., & Inayah, U. (2023). Studi Kasus Implementasi Teknik
Distraksi pada Pasien Hematemesis. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(3),
1087–1092. https://doi.org/10.37287/jppp.v5i3.1711
Ikhsan, M., Tanra, H., Sommeng, F., Purnamasari, R., & Iskandar, D. (2023).
Karakteristik Pasien Perdarahan Saluran CernaBagian Atas Di Rs Ibnu Sina
Makassar Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(4), 6292–6299.
Irwandi, & Harahap, D. A. (2022). Anemia et Causa Perdarahan Saluran Makan
Bagian Atas Abstrak Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas merupakan salah satu
penyakit yang sering umumnya , yakni meliputi pemeriksaan awal , resusitasi ,
diagnosis dan terapi . Tujuan. Galenical: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan
Mahasiswa Malikussaleh, 1(4), 24–35. https://doi.org/10.29103/jkkmm.v1i4.903
Mukaroma, L., Wahyuningtias, E. E., Sudartya, T. S., & Nurhana, M. (2019). Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Melena di Ruang Edelweis RS TK.II DR. Soepraoen
Kota Malang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiarini, R., Hajrah, H., Ardan, M., Anggraini, R., & Ramadhan, A. M. (2022).
Laporan Kasus: Pengobatan pada Melena et causa NSAID Ulkus peptikum pada
Pasien Anemia dan Nefrolitiasis dengan CKD: Case Report: Treatment of Melena et
causa NSAIDs Peptic Ulcers in Patients with Anemia and CKD Nephrolithiasis.
Jurnal Sains dan Kesehatan, 4(SE-1), 5-8. Suyono,
Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Edisi 3, Balai Penerbit FKUL,
Jakarta.
Syafitri, H., & Andriyati, A. (2022). Seorang Laki-Laki Usia 52 Tahun Dengan
HematemesisMelena E.C Rptur Varises Esofagus: Laporan Kasus A 52 Years Old
Men With Hematemesis-Melena E.C. Ruptured Esophagal Varices: A Case Report.
Proceeding of The 15 Th Continuing Medical Education , 519–534.
Sylvia, A price. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan. Edisi
6. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
TERIMA KASIH
SUDAH MENYIMAK!
^-^

Anda mungkin juga menyukai