Anda di halaman 1dari 63

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2

BAB I...................................................................................................................... 4

SEJARAH, PENGERTIAN, PERBEDAAN,.......................................................4

FUNGSI, DAN ASPEK-ASPEK ETIKA.............................................................4

SERTA JENIS-JENIS ETIKA............................................................................... 4

A. Sejarah Etika.............................................................................................4

B. Pengertian Etika dan Etiket...............................................................7

C. Perbedaan Etika dan Etiket...............................................................9

D. Fungsi Etika dan Aspek-aspek Etika...........................................12

E. Jenis-jenis Etika....................................................................................14

BAB II.................................................................................................................. 16

PENGERTIAN MORAL DAN CIRI-CIRI NILAI MORAL SERTA..............16

PENGERTIAN MORALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR MORALITAS.....16

A. Pengertian Moral dan Ciri-ciri Moral...................................................16

B. Pengertian Moralitas dan Faktor-faktor Moralitas.......................19

BAB III................................................................................................................ 22

SISTEMATIKA ETIKA DAN PERANAN ETIKA, PENGERTIAN HATI

NURANI DAN TANGGUNGJAWAB SERTA TEMA PENTING DALAM

ETIKA UMUM................................................................................................... 22
A. Sistematika Etika dan Peranan Etika..............................................22

B. Pengertian Hati Nurani dan TanggungJawab..............................27

C. Tema Penting dalam Etika Umum....................................................28

BAB IV................................................................................................................ 29

PENGERTIAN KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB PROFESI, KODE

ETIK DAN TANGGUNGJAWAB KEPOLISIAN, KODE ETIK DAN

TANGGUNGJAWAB TNI.................................................................................29

A. Pengertian Kode Etik dan TanggungJawab Profesi...............29

B. Kode Etik dan TanggungJawab Kepolisian...............................35

C. Kode Etik dan TanggungJawab TNI..............................................42

BAB V.................................................................................................................. 47

KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB PROFESI ADVOKAT, KODE

ETIK DAN TANGGUNGJAWAB PROFESI GURU DAN DOSEN, KODE

ETIK DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI KEHAKIMAN, SERTA KODE

ETIK DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI KEJAKSAAN..........................47

A. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Advokat...............47

B. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Guru dan Dosen

52

C. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Kehakiman.........55

D. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Kejaksaan...........57

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 60
BAB I

SEJARAH, PENGERTIAN, PERBEDAAN,


FUNGSI, DAN ASPEK-ASPEK ETIKA
SERTA JENIS-JENIS ETIKA

A. Sejarah Etika

Cicero berpandangan bahwa etika sebagai suatu

refleksi rasional akan baik atau buruk itu hidup manusia

dimulai oleh Sokrates (469-399). “Adalah pandanganku, dan

ini disetujui secara universal, bahwa Sokrates adalah orang

pertama yang memanggil filsafat keluar dari misteri-misteri

yang terselubung dalam penyembunyian oleh alam sendiri,

yang di atasnya semua filsuf sebelumnya sudah terlibat, dan

membawanya menjadi subjek dari hidup keseharian, untuk

meneliti keutamaan-keutamaan dan cela-cela, dan kebaikan

dan keburukan secara umum, dan untuk menyadari bahwa

hal-hal surgawi adalah jauh dari pengetahuan kita atau juga,

sebagaimana diketahui secara penuh, tidak memiliki

hubungan dengan hidup yang baik." (Academica, I.5.15).

Cicero juga menyatakan: “Sokrates pertama kali

menyebut filsafat turun dari langit, meletakkannya di kota-


kota dan bahkan memperkenalkannya di rumah-rumah, dan

mendesaknya memikirkan hidup dan moral, baik dan buruk”

(dalam Tuscuan Disputations, V. 4. 10). Bila klaim Cicero itu

benar, maka etika mulai dengan Sokrates (abad IV SM)

sebagai etika yang bukan sekadar pengajuan proposisi moral,

tetapi pengujian rasional atas apa yang terbaik untuk

membuat manusia memiliki keunggulan, termasuk dalam

hidup, dalam masyarakat yunani kuno yang mengidealkan

hidup berkeutamaan.

Etika menurut Sokrates adalah pengetahuan atau

keahlian untuk dipraktikkan dan dipelajari sebagaimana

pengetahuan atau keahlian lainnya, namun yang

membedakannya dari pengetahun dan keahlian lainnya

adalah objeknya, yaitu kebaikan. Pengetahuan pada Sokrates

menunjuk pada daya, kapasitas dalam tindakan-tindakan

yang dispesifikasi oleh objeknya. Bagi Sokrates pengetahuan

adalah perlu dan memadai untuk keutamaan. Semua orang

bertindak menurut apa yang diketahuinya sebagai baik.

Orang yang berkeutamaan adalah orang yang mengetahui

perihal keutamaan itu. Tak seorangpun bertindak buruk


kecuali keluar dari ketidaktahuan akan kebaikan. Dengan

kata lain, tak seorangpun pernah melakukan yang salah

secara sengaja. Perbuatan buruk terjadi karena

ketidaktahuan atau kekeliruan tentang hakikat keutamaan. 1

Pada Sokrates tampak etika sebagai ilmu kritis pada

pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya oleh orang-orang

bergulat dengan etika: apakah mereka berada dalam posisi

yang tepat untuk menjelaskan mengenai bagaimana memiliki

keutamaan karena itu menuntut mereka mengerti apa itu

keutamaan. Ia melancarkan kritik negatif pada pandangan

moral orang lain dengan interogasi sistematis dan

pemeriksaan menyeluruh bukan karena ia tahu lebih, tapi

justru karena ia merasa bebas dari kesalahan yang dibuat

orang yang merasa dirinya tahu. Sokrates sendiri mengakui

kekurangan keahlian padanya sehingga keutamaan

melarangnya untuk memberikan teori moral. Ia terus

mencari definisi tanpa menemukannya dan ia sendiri tidak

yakin bisa memberikan definisi seperti yang ditanyakannya

pada orang lain.

http://repository.wima.ac.id/14409/7/BAHAN%20AJARSEJARAH
1

%20ETIKA.pdf, diakses pada tanggal 6 Februari 2024 pada pukul 23:33 WIB.
B. Pengertian Etika dan Etiket

Etika merupakan refleksi kritis, metodis, sistematis

tentang baik buruknya tindakan secara normatif. Etika

berurusan dengan elaborasi akal budi menaksir nilai moral.

Ia lebih daripada “ethos.” Ia bertanya misalnya: manakah

tindakan yang baik, mana yang seharusnya dilakukan demi

hidup yang baik. Ia normatif dalam arti berurusan dengan

baik buruknya tindakan sehubungan dengan dengan nilai

atau kebaikan tertinggi. Bahkan, lebih daripada deskriptif

atau normatif, ia metaetis. Di samping itu, ia juga ilmu kritis.

Ia tidak puas dengan anggapan yang ada mengenai baik

buruknya tindakan sehingga ia mempertanyakan alasan-

alasan di balik klaim-klaim yang diajukan sampai dapat

tercapai koherensi dan konsistensi secara rasional.

Pengertian Etiket merupakan Pengertian Etiket

Menurut Parah Ahli Etiket adalah ialah suatu pengertian asal

sebuah rabat kertas yang ditempelkan di kemasan barang –

barang dagangan yang tertuliskan menggunakan nama, isi,

serta lainnya wacana barang tersebut, hal ini ialah pengertian

berasal Etiket didalam bahasa Belanda. tetapi, etiket ini asal


berasal istilah Perancis yaitu : etiquette yg artinya istiadat

sopan santun atau tata krama yang harus diperhatikan

didalam pergaulan, agar segala korelasi tetap berada pada

kondisi baik – baik saja.2

Jelasnya etiket adalah artinya perilaku yang dianggap

pas, cocok, sopan, dan terhormat dari seorang yang sifat

pribadinya seperti gaya makan, gaya berpakaian, gaya

berbicara, gaya berjalan, gaya duduk, atau gaya tidur.

terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan ihwal

pengertiannya, sebagai berikut di bawah ini :

1. Soerganda Poerbakawatja, berdasarkan Soerganda,

etiket merupakan ialah suatu filsafat yang berkaitan

dengan sebuah tindakan yg baik maupun yang

buruknya. Etiket pun juga memiliki keterkaitan dengan

tindakan kesusilaan yang harus dimiliki sang setiap

insan didalam kehidupannya.

2. H. Burhanudin Salam, Burhanudin Salam artinya yang

menambahkan bahwa etiket itu merupakan sebuah

ilmu filsafat ihwal nilai – nilai serts istiadat yg harus

dimiliki oleh setiap insan didalam kehidupannya.


2
https://hukum.uma.ac.id/2021/12/11/pengertian-etiket-menurut-parah-
ahli/, diakses pada tanggal 7 Februari 2024 pada pukul 22:00 WIB
3. o.p Simorangkir, Etiket merupakan adalah suatu ilmu

yg harus dimiliki oleh setiap orang, sebab etiket ialah

artinya sebuah pandangan manusia didalam menilai

terhadap yg baik ataupun yang buruknya sebuah

tindakan insan didalam kehidupannya masing –

masing.

4. H.A. Mustafa, H.A Mustafa berpendapat bahwa etiket

ialah merupakan suatu ilmu perihal perbuatan atau

tindakan yang baik maupun yg jelek, insan yang

ditinjau asal sudut pandang nalar dan fikirannya.

5. Ahmad Amin, dari Ahmad Amin, etiket ialah adalah

suatu ilmu yg mengungkapkan tentang arti baik

maupun buruknya didalam sebuah tindakannya

seseorang.

C. Perbedaan Etika dan Etiket

Etika adalah aturan yang mengatur perbuatan dari

dalam diri kita dan dan perbuatan itu datangnya asli dari diri

kita sendiri, dan apapun yang kita perbuat selalu datangnya

dari diri kita, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. dan
orang yang beretika dia tidak mungkin membohongi dirinya

sendiri karena dia tau aturannya.

Sedangkan Etiket adalah perilaku kita sehari - hari

yang kita lakukan dan memandang orang yang ada di

sekeliling kita apakah tersinggung atau tidaknya orang

dengan perbuatan kita, dan orang yang ber etiket mungkin

saja dia bisa membohongi dirinya sendiri karena

perbuatannya itu hanya untuk menghargai orang yang ada di

sekelilingnya saja tidak murni keluar dari hati nuraninya

yang secara tidak langsung dilakukan untuk tidak langsung

dilakukan untuk mendapatkan pujian dari sekelilingnya.

Perbedaan antara Etika dengan etiket:3

1. Etiket menyangkut cara melakukan cara melakukan

perbuatan manusia. Etiket menunjukan cara yang tepat

artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam

sebuah kalangan tertentu. Sedangkan etika tidak

terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika

memberi norma tentang tentang perbuatan itu sendiri.

Etika juga menyangkut masalah apakah sebuah

perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan


3
https://www.scribd.com/doc/285877136/Perbedaan-Etika-Dan-Etiket,
diakses pada tanggal Februari 2024 pada pukul 23:15 WIB
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Sedangkan etika

selalu berlaku walaupun ada orang lain. Barang yang

dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya

miliknya sudah lupa.

3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam

sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam

kebudayaan lain. Sedangkan etika jauh lebih absolut.

Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri”

merupakan prinsip etika tidak dapat ditawar-tawar.

4. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah

saja sedangkan ketika memandang manusia juga harus

melihat dari segi dalam. Penipuan misalnya tutur

katanya lembut, memegang etiket namun menipu.

Orang dapat memegang etiket namun munafik

sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak

mungkin munafik karena seandainya dia munafik maka

dia tidak bersikap etis adalah orang yang sungguh-

sungguh baik.

D. Fungsi Etika dan Aspek-aspek Etika


Fungsi Etika antara lain:4

1. sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan

dengan berbagai moralitas yang membingungkan.

2. Etika ingin menampilkan keterampilan intelektual

yaitu keterampilan untuk berargumentasisecara

rasional dan kritis.

3. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap

yang wajar dalam suasana pluralisme. Menurut Magnis

Suseno etika adalah pemikiran sistematis tentang

moralitas ,dan yang dihasilkan secara langsung bukan

kebaikan melainkan suatu pengertian yang lebih

mendasar dan kritis

F.Magnis Suseno menyatakan ada empat alasan yang

melatarkan belakanginya Etika dapat membantu dalam

menggali rasionalitas dan moralitas agama Etika membantu

dalam menginterprestasikan ajaran agama yang saling

bertentangan.

Aspek etika merujuk pada prinsip-prinsip moral dan

nilai-nilai yang mengatur perilaku manusia dalam interaksi

4
https://www.academia.edu/23857374/PENGERTIAN_ETIKA_DAN_ETIKET,
diakses pada tanggal 8 Februari 2024 pada pukul 19:00 WIB
sosial dan kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa aspek

utama dalam etika yang sering dibahas, antara lain:

1. Etika Normatif: Ini adalah aspek yang menentukan

standar moral yang ideal atau normatif yang harus

diikuti oleh individu atau kelompok. Etika normatif

mencakup prinsip-prinsip seperti keadilan, kesetaraan,

dan kebenaran.

2. Etika Deskriptif: Aspek ini lebih berfokus pada

deskripsi atau penjelasan tentang bagaimana orang

sebenarnya berperilaku secara moral, berdasarkan

observasi dan analisis perilaku manusia dalam

masyarakat.

3. Etika Personal: Merujuk pada standar moral individu

yang berkembang berdasarkan nilai-nilai pribadi,

keyakinan, dan pengalaman hidup masing-masing.

4. Etika Sosial: Ini mengacu pada prinsip-prinsip moral

yang membentuk struktur sosial dan memandu

interaksi antara individu dalam masyarakat.


5. Etika Profesional: Meliputi standar perilaku moral yang

diterapkan dalam konteks profesi tertentu, seperti

etika dokter, etika pengacara, atau etika jurnalis.

6. Etika Politik: Menyangkut prinsip-prinsip moral yang

mengatur perilaku politik dan pengambilan keputusan

dalam sistem politik.

7. Etika Lingkungan: Ini berkaitan dengan kewajiban

moral manusia terhadap lingkungan alam dan makhluk

hidup lainnya.

Semua aspek etika ini saling terkait dan membentuk

kerangka kerja yang kompleks untuk memahami dan

mengevaluasi perilaku manusia dalam berbagai konteks

kehidupan.

E. Jenis-jenis Etika

Menurut jenisnya, ada dua jenis-jenis etika di

antaranya etika normatif dan etika deskriptif. Berikut

penjabarannya secara singkat.5

5
https://bakri.uma.ac.id/macam-macam-etika-berdasarkan-jenisnya/,
diakses pada tanggal 8 Februari 2024 pada pukul 20:00 WIB
1. Etika Normatif. Etika normatif adalah jenis etika yang

berusaha menentukan dan menetapkan berbagai

perilaku, perbuatan, sikap ideal yang seharusnya

dimiliki oleh tiap individu di dalam hidup ini.

2. Etika Deskriptif, Etika deskriptif adalah jenis etika yang

berusaha memandang perilaku dan sikap individu,

serta apa yang individu itu kejar di dalam hidup ini atas

perkara yang memiliki nilai.


BAB II

PENGERTIAN MORAL DAN CIRI-CIRI NILAI MORAL SERTA

PENGERTIAN MORALITAS DAN FAKTOR-FAKTOR


MORALITAS

A. Pengertian Moral dan Ciri-ciri Moral

Ditinjau dari segi etimologi kata moral sama dengan

etika karena keduanya berawal dari kata yang berarti adat

kebiasaan” (Bertens, 2001:4). Hanya bahasa asalnya saja

yang berbeda. Moral berasal dari Bahasa Latin Mos (Jamak :

Mores) yang berarti “kebiasaan adat”. Sedangkan Etika

berasal dari Bahasa Yunani Kuno “ethos”, dalam bentuk

tunggal berarti : tempat tinggal yang biasa padang rumput,

kandang, kebiasaan adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan

cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah

“adat kebiasaan” (Bertens, 2001:4-5).

Salam (1997 : 1), menyatakan bahwa etika adalah

sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan

norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam


hidupnya. Etika adalah sebuah refleka kritis dan rasional

mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan

terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik

secara pribadi maupun sebagai kelompok.

Lebih lanjut Salam (1997 : 3), mengemukakan bahwa

moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus

hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini

terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah atau

nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya

yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau

kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus

hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia

yang baik. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam

agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik dan

buruk. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk

konkret tentang bagaimana ia harus hidup. Bagaimana ia

harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik,

dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak

baik.

Menurut Suseno (1987 : 19), kata moral selalu


mengacu pada baik- buruknya manusia sebagai manusia.

Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan

betul salahnya sikap dan tindakan dilihat dari baik-

buruknya dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan

terbatas. Ditambahkan oleh Suseno bahwa norma-norma

moral adalah tolok-tolok ukur yang dipakai masyarakat

untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-

norma moral kita betul-betul dinilai, itulah sebab penilaian

moral selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah satu segi,

melainkan sebagai manusia.

Daroeso (1986, 22-24) menyatakan bahwa secara

etimologis kata “moral” berasal dari kata latin “mos”, yang

berarti tata cara,adat-istiadat atau kebiasaan, sedangkan

jamaknya adalah “mores”. Dalam arti adat-istiadat atau

kebiasaan, kata “moral” mempunyai arti yang sama

dengan kata Yunani.

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas

dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruknya.

Moralitas merupakan salah satu ciri khas manusia yang

tidak dapat ditemukan pada makhluk lain. Moralitas dalam


diri manusia merupakan kesadaran tentang baik dan buruk,

tentang yang boleh dan dilarang, tentang yang harus

dilakukan dan yang tidak pantas dilakukan.

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa moral

adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan, sikap

tingkah laku manusia yang bisa diterima oleh umum serta

terikat oleh tempat dan waktu. Objek moral adalah tingkah

laku manusia, perbuatan manusia, tindakan manusia, baik

secara individual maupun kelompok. Perbuatan manusia

dinilai secara moral bilamana perbuatan itu didasarkan

pada kesadaran moral. Dalam kesadaran moral tingkah laku

atau perbuatan itu dilaksanakan secara sukarela tanpa

adanya paksaan dan keluar dari diri pribadinya.6

B. Pengertian Moralitas dan Faktor-faktor Moralitas

Moralitas merujuk pada seperangkat prinsip atau

standar yang mengatur perilaku manusia dalam konteks apa

yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, atau adil

atau tidak adil dalam sebuah masyarakat. Ini mencakup

6
https://repository.ump.ac.id/6134/3/Heni%20Prasetiawati_BAB%20II.pdf,
diakses pada tanggal 9 Februari 2024 pada pukul 07:00 WIB
keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma yang membentuk

landasan etika individu atau kelompok. Moralitas sering kali

didasarkan pada budaya, agama, filsafat, dan pengalaman

pribadi.

Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi

moralitas:

1. Budaya: Setiap budaya memiliki norma-norma dan

nilai-nilai tertentu yang membentuk moralitas mereka.

Ini mencakup aturan dan kebiasaan sosial yang

diwariskan dari generasi ke generasi.

2. Agama: Agama sering menjadi sumber utama moralitas

bagi banyak individu dan masyarakat. Ajaran agama

menawarkan pedoman tentang apa yang dianggap

benar dan salah berdasarkan keyakinan keagamaan.

3. Filsafat: Teori-teori etika dalam filsafat, seperti

utilitarianisme, deontologi, dan etika konsekuensialis,

dapat mempengaruhi cara individu memahami dan

merumuskan prinsip moral.

4. Pendidikan dan Pengalaman: Pengalaman hidup dan

pendidikan juga dapat membentuk moralitas


seseorang. Nilai-nilai dan norma-norma yang diperoleh

melalui pendidikan formal dan pengalaman hidup

dapat memengaruhi cara individu menilai situasi

moral.

5. Lingkungan Sosial: Interaksi dengan lingkungan sosial,

termasuk keluarga, teman, dan masyarakat, juga

memainkan peran penting dalam pembentukan

moralitas. Norma-norma yang diadopsi dari lingkungan

sosial dapat mempengaruhi perilaku individu.

6. Sistem Hukum: Sistem hukum suatu negara atau

masyarakat juga memainkan peran dalam membentuk

moralitas dengan menetapkan hukuman atau sanksi

bagi pelanggaran moral.

Kombinasi dari faktor-faktor ini, bersama dengan

pengalaman dan keunikan individu, membentuk landasan

moralitas seseorang.
BAB III

SISTEMATIKA ETIKA DAN PERANAN ETIKA, PENGERTIAN


HATI NURANI DAN TANGGUNGJAWAB SERTA TEMA
PENTING DALAM ETIKA UMUM

A. Sistematika Etika dan Peranan Etika

Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum

dan etika khusus. Etika umum berbicara mengenai kondisi-

kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,

bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori teori

etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan

bagi manusia dalam bertindak serta tolok ukur dalam menilai

baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat

dianalogikan dengan ilmu yang membahas mengenai

pengertian umum dan teori-teori (Keraf, 1991: 41-43).


Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral

dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini

dapat berwujud: bagaimana saya mengambil keputusan dan

bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang

saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-

prinsip menilai pribadi saya dan orang lain dalam suatu

bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi

oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis;

bagaimana cara manusia mengambil suatu keputusan atau

tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada di

baliknya.

Etika khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika

individual dan etika sosial. Etika individual menyangkut

kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika

sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku

manusia sebagai anggota umat manusia. Etika individual dan

etika sosial saling berkaitan dan memengaruhi satu sama

lain. Dalam pembicaraan etika sosial dengan sendirinya akan

dibicarakan secara langsung atau tidak berbagai hal yang

menyangkut etika individual. Etika sosial menyangkut


hubungan manusia dengan manusia, baik secara perorangan

dan langsung maupun secara bersama dan dalam bentuk

kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis

terhadap pandangan-pandangan dunia dan ideologi, sikap

dan pola perilaku dalam bidang kegiatan masing-masing,

maupun tentang tanggung jawab manusia terhadap makhluk

hidup lainnya serta alam semesta pada umumnya Tujuan dan

fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk

menggugah kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai

manusia dalam kehidupan bersama dalam segala dimensinya.

Etika sosial mau mengajak kita untuk tidak hanya melihat

segala sesuatu dan bertindak dalam kerangka kepentingan

kita saja, melainkan juga memedulikan kepentingan bersama,

yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Etika sosial,

dalam bidang kekhususan masing-masing, berusaha

merumuskan prinsip-prinsip moral dasar yang berlaku untuk

bidang khusus tersebut. Dari sistematika tersebut, tampak

bahwa etika profesi merupakan bidang etika khusus atau

terapan yang menyangkut dimensi sosial, khususnya bidang

profesi tertentu, termasuk arsiparis.7


7
https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=121274, diakses pada
tanggal 6 Maret 2023 pada pukul 15:14 WIB
Etika hukum memegang peran penting dalam sistem

hukum sebuah masyarakat. Beberapa peranannya antara lain:

a. Pemelihara Keadilan: Etika hukum membantu

memastikan bahwa hukum yang dibuat dan ditegakkan

oleh suatu negara atau masyarakat adil dan merata bagi

semua individu. Etika hukum memastikan bahwa hukum

tidak hanya memberikan perlindungan bagi orang-orang

yang kuat atau berkuasa, tetapi juga bagi yang lemah

atau terpinggirkan.

b. Mendukung Kepatuhan: Etika hukum membantu

memperkuat kepatuhan terhadap hukum dengan

mempromosikan nilai-nilai moral yang mendasari

aturan hukum. Ketika individu merasakan bahwa hukum

berdasarkan pada prinsip-prinsip etis yang kuat, mereka

cenderung lebih mau untuk mematuhi hukum tersebut.

c. Mengatasi Konflik Nilai: Etika hukum membantu

mengatasi konflik nilai dalam masyarakat. Dalam

masyarakat yang beragam, terdapat berbagai pandangan

dan nilai-nilai yang berbeda. Etika hukum membantu


memfasilitasi dialog dan negosiasi untuk mencapai

kesepakatan yang bisa diterima oleh semua pihak.

d. Menjaga Kredibilitas Sistem Hukum: Etika hukum

penting untuk menjaga kredibilitas sistem hukum di

mata masyarakat. Ketika masyarakat merasa bahwa

sistem hukum didasarkan pada prinsip-prinsip yang adil

dan moral, maka mereka akan lebih percaya dan

menghormati lembaga-lembaga hukum tersebut.

e. Mengarahkan Pembentukan Hukum yang Bermoral:

Etika hukum membantu mengarahkan proses

pembentukan hukum agar sesuai dengan nilai-nilai

moral yang diakui oleh masyarakat. Hal ini penting

untuk mencegah adanya penyalahgunaan kekuasaan

atau pembuatan hukum yang tidak adil.

f. Menyediakan Pedoman bagi Penegakan Hukum: Etika

hukum memberikan pedoman bagi penegak hukum

dalam menjalankan tugas mereka. Etika hukum

membantu mereka dalam membuat keputusan yang

bermoral dan adil dalam penegakan hukum, sehingga

keadilan dapat tercapai.


Dengan demikian, etika hukum memainkan peran yang

sangat penting dalam memastikan bahwa sistem hukum

sebuah masyarakat berfungsi dengan baik dan memberikan

perlindungan serta keadilan bagi semua individu di

dalamnya.

B. Pengertian Hati Nurani dan TanggungJawab

Hati nurani didalam bahasa barat dikenal dengan

istilah :Conscience, Conscientia, Gewissen, Geweten.

Conscientia (Latin) merupakan terjemahan dari

Suneidesis (Yunani), yang arti umumnya “sama-sama

mengetahui perbuatanorang lain”. Jadi Suneidesis itu di

tujukan kepada perbuatan sendiri, maka Suneidesis dapat

diterjemahkan dengan “sadar akan” (perbuatannya sendiri). 8

Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana

manusia dapat memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati

nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan

tidak suka pada keburukan. Atas dasar ukan. Atas dasar ini

muncullah paham intuisisme yaitu paham yang mengatakan

8
Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, hlm. 53.
bahwa perbuatan perbuatan yang baik adalah yang sesuai

dengan kata hati, sedangkan sedangkan perbuatan yang

buruk adalah yang tidak perbuatan yang buruk adalah yang

tidak sejalan den sejalan dengan kata hati atau hati gan kata

hati atau hati nurani. 9

Karena sifatnya yang demikian itu, maka hati nurani

harus menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam

melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu

kebebasan yang tidak menyalahi atau membelenggu hati

nuraninya, karena kebebasan yang demikian itu pada

hakikatnya adalah kebebasan yang merugikan secara moral.10

C. Tema Penting dalam Etika Umum

Etika Umum, berbicara mengenai kondisikondisi dasar

bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana

manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan

prinsipprinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi

manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik

atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di

9
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf., hlm. 114
10
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf., hlm. 114
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas

mengenai pengertian umum dan teori-teori.

BAB IV

PENGERTIAN KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB


PROFESI, KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB
KEPOLISIAN, KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB TNI

A. Pengertian Kode Etik dan TanggungJawab Profesi

K. Bertens sebagaimana dikutip oleh Abdulkadir

Muhammad, mengemukakan bahwa kode etik profesi

merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh

kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk

kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat, dan

sekaligus menjamin kualitas moral profesi itu di mata

masyarakat. Jika ada seorang anggota kelompok profesi itu

berbuat menyimpang atau melanggar kode etiknya, maka

kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh


karena itu kelompok profesi harus menyelesaikan

penyimpangan/pelanggaran itu berdasarkan kekuasaannya

sendiri.

Menurut Shidarta, kode etik profesi adalah prinsip-

prinsip moralyang melekat pada suatu profesi yang disusun

secara sistematis. Ini berarti bahwa tanpa kode etik profesi

yang sistematis itupun, suatu profesi pada dasarnya tetap

dapat berjalan, karena prinsip-prinsip moral tersebut

sebenarnya sudah melekat pada profesi itu. Meskipun

demikian kode etik profesi menjadi perlu, karena

penyandang profesi tersebut jumlahnya sudah sedemikian

banyak dan tuntutan masyarakat jugasemakin kompleks.

Pada kondisi seperti inilah organisasi profesi menjadipenting

untuk dibentuk. Jadi keberadaan organisasi profesi dianggap

penting dalam rangka melahirkan kode etik profesi.

Organisasi profesi merupakan “self regulatory body” yang

berkewajiban menetapkan norma-norma yang pengatur

perilaku anggotanya, melayani kepentingan anggota, serta

sekaligus melindungi hak-hak masyarakat pengguna jasa

profesi tersebut.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan

karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis

suatu profesi. 11
Kode etik profesi dapat berubah dan diubah

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga kode etik tersebut tidak ketinggalan

zaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri

profesi yang bersangkutan, dan juga merupakan perwujudan

nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode

etik profesi dapat berlaku efektif apabila dijiwai oleh citacita

dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu

sendiri. Kode etik profesi merupakan rumusan norma moral

manusia yang mengemban profesi itu, dan menjadi tolok

ukur perbuatan anggota kelompok profesi.

Kode etik profesi adalah upaya pencegahan perbuatan

tercela (tidak etis) dari anggotanya. Setiap kode etik profesi

selalu dibuat tertulis, tersusun secara teratur, rapi, lengkap,

tanpa cacat, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik

perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yang

tercantum didalamnya adalah perilaku yang baikbaik. Tetapi

kode etik profesi juga mengandung kelemahan, yaitu:


11
Dr. Fithriatus Shalilah., SH., MH., Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum,
Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hlm 103-105.
1. Idealisme yang terkandung di dalam kode etik

profesi tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di

sekitar para profesional, dengan katalain harapan

terlalu jauh dari kenyataan. Hal ini berpotensi untuk

menggoda para profesional untuk mengabaikan

idealisme dan mengambil kenyataan, sehingga kode

etik profesi tidak lebih dari sekedar pajangan tulisan

yang berbingkai indah.

2. Kode etik profesi merupakan himpunan norma

moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi yang berat,

karena keberlakuan kode etik tersebut semata-mata

berdasarkan kesadaran moral profesional. Kekurangan

tersebut memberi peluang kepada profesional yang

imannya lemah untuk melakukan

penyimpangan/pelanggaran kode etik profesinya.

Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah suatu keadaan yang didalamnya terdapat

kewajiban untuk menanggung segala sesuatu. Sehingga

tanggung jawab dapat dipahami sebagai kewajiban memikul,


memikul tanggung jawab dan memikul segalanya. Tanggung

jawab berarti kemampuan untuk memberikan jawaban

ketika ditanya tentang tindakan yang dilakukan. Orang yang

bertanggung jawab dapat diminta untuk menjelaskan

perilakunya dan tidak hanya dapat menjawab, mereka harus

menjawab. Dalam Bahasa Inggris, tanggung jawab

diterjemahkan sebagai responsibility, yang memiliki arti sifat

dari agen moral yang bebas; mampu menentukan

tindakannya sendiri; yang dapat dihalangi dengan

pertimbangan sanksi atau konsekuensi. Definisi ini

memberikan pengertian yang menitikberatkan pada adanya

kemampuan untuk menentukan sikap terhadap tindakan

tersebut dan adanya kemampuan untuk mengambil resiko

dari tindakan tersebut (Supriadi, 2018).

Jika pengertian di atas ditelaah lebih luas, tanggung

jawab dapat dikatakan sebagai karakter yang harus dimiliki

oleh seseorang. Berdasarkan hal tersebut, maka tanggung

jawab berarti kemampuan seseorang untuk menanggung

setiap akibat dan resiko atas tindakan yang telah diambil.

Tanggung jawab adalah kesadaran seseorang akan perilaku


atau tindakan yang disengaja atau tidak disengaja. Tanggung

jawab juga berarti bertindak sebagai ungkapan rasa

kewajiban. Jika kesanggupan seseorang professional untuk

mengemban tugasnya sebagai professional atas jasa atau

layanan yang ia berikan. 12

Tanggung jawab profesi adalah salah satu dari prinsip

yang harus dijunjung tinggi oleh seorang professional dalam

melaksanakan tugasnya. Tanpa adanya tanggung jawab,

sebuah profesi adalah tidak lebih dari pekerjaan yang dapat

diabaikan, atau amanah yang dapat dikhianati (Wibowo et al.,

2021).

Menurut Sonny A. Keraf, tanggung jawab yang dimiliki

oleh seorang professional memiliki 2 (dua) arti, yaitu

tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan untuk

melaksanakan fungsinya sebagai seorang professional. Hal ini

bermakna bahwa seorang professional harus selalu

bertanggung jawab terhadap setiap keputusan yang diambil,

memiliki hasil pekerjaan yang baik, serta dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar profesi yang

efisien dan efektif. Kemudian, tanggung jawab terhadap


12
Dr. Manotar Tampubolon, SH., MA., MH., Etika dan Tanggung Jawab Profesi,
PT Global Eksekutif Teknologi, Hlm 85-87.
dampak atau resiko yang timbul dari tindakan yang telah

diambil oleh seorang professional.

Resiko ini dapat timbul dan berdampak kepada dirinya

sendiri, rekan seprofesi, organisasi profesi, bahkan kepada

masyarakat luas.

Professional tinggal memilih untuk memberikan

dampak yang positif atau negative kepada masyarakat,

karena prinsipnya, seorang professional haruslah berbuat

baik, bermanfaat dan tidak jahat (Ismanto, 2018).

B. Kode Etik dan TanggungJawab Kepolisian

Kode etik kepolisian Negara Indonesia pada dasarnya

merupakan pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian

lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang berlaku di lingkungannya.oleh

karena itu, kode etik profesi memliki peranan penting dalam

mewujudkan polisi yang professional. dari pengertian kode

etik profesi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kode etik

kepolisian adalah pengaturan tentang pedoman sikap,

tingkah laku dan perbuatan anggota-anggota profesi


kepolisian dalam melaksanakan tugas dalam kehidupan

sehari-hari.

Profesi kepolisian mempunyai kode etik yang berlaku bagi

polisi dan pemegang fungsi kepolisian. kode etik bagi profesi

kepolisian tidak hanya didasarkan pada kebutuhan

profesional, tetapi juga telah diatur secara normatif dalam

Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang ditindaklanjuti dengan Peraturan

Kapolri, sehingga kode etik profesi polri berlaku mengikat

13
bagi setiap anggota Polri.

Kode etik bagi profesi Kepolisian tidak hanya didasarkan

pada kebutuhan profesional, tetapi juga telah diatur secara

normatif dalam Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditindaklanjuti

dengan Peraturan Kapolri, sehingga Kode Etik Profesi Polri

berlaku mengikat bagi setiap anggota Polri. Terdapat pada

Pasal 1 angka 5 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

bahwa,norma-norma atau aturanaturan yang merupakan


13
Suwarni, 2009, Perilaku Polisi, Nusa Media, Hlm 5.
kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan

perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan,

dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota Polri

dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab

jabatan.

Polisi adalah hukum yang hidup melalui polisi ini, janji-

janji dan tujuan hukum untuk mengamankan dan melindungi

masyarakat menjadi suatu kenyataan. Sebagai suatu profesi

maka di dalam kepolisian diperlukan upaya pemolisian

profesi, karena polisi merupakan suatu pekerjaan yang

memiliki kedudukan yang strategis dalam bidang penegakan

hukum. Profesi Polri memiliki standar persyaratan yang

bermacammacam dalam bidang perekrutannya dan

merupakan salah satu organisasi yang mengembangkan

sendiri suatu pengetahuan teoritis.kepolisian juga

merupakan suatu badan yang mempunyai dan melaksanakan

kode etik dan memiliki otonomi politik untuk mengontrol 8

nasibnya sendiri. kode etik diperlukan untuk melindungi

kalangan profesi ini dari hal-hal yang tidak diinginkan.


Dari penjelasan di atas, kode etik juga dapat berfungsi

sebagai alat perjuangan untuk menjawab persoalan-

persoalan hukum yang ada di dalam masyarakat.wujud kode

etik polri tersebut sangat erat kaitannya dengan tugas dan

fungsi Polri yaitu menjaga ketertiban, keamanan, dan

kesejahteraan masyarakat. kode etik yang dimiliki Kepolisian

Republik Indonesia tidak bisa lepas dari keberadaannya

sebagai pengayom masyarakat, sehingga hubungan antara

masyarakat dan Kepolisian harus berjalan dengan erat dan

baik, karena akan mustahil, kode etik polri terwujud apabila

masyarakat tidak bisa diajak bekerjasama. tentunya juga,

Kepolisian dalam menjalankan kode etik Kepolisian harus

memahami prinsip-prinsip etika profesi luhur Kepolisian.

Tugas pokok dari Kepolisian Negara Republik Indonesia

dinyatakan dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai

berikut :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat .

Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut

berkaitan dengan tugasnya dalam proses penegakan hukum.

dalam rangka proses penegakan hukum pidana, wewenang

Kepolisian Negara Republik Indonesia selain terdapat dalam

KUHAP juga terdapat dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor

2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya Kepolisian

Negara Republik Indonesia harus mendasarkan setiap

tindakannya pada norma hukum, agama, kesopanan dan

kesusilaan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

diperlukan adanya kode etik profesi Kepolisian yang dapat

membatasi sikap dan perilaku aparat Kepolisian dalam

mengemban tugas dan 6 wewenangnya di dalam masyarakat

maupun di dalam kesatuan korps Kepolisian.

Sedangkan wewenang Kepolisian terdapat di dalam Pasal

15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;


b. membantu menyelesaikan perselisihan warga

masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit

masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan

perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan

bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup

kewenangan administratif kepolisian;

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari

tindakan kepolisian dalatn rangka pencegahan

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identifikasi lainnya serta

memotret seseorang

i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat ijin dan/atau surat keterangan

yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;


l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain,

serta kegiatan masyarakat;dan

m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk

sementara waktu.

Tugas Polri masih cukup luas karena keterlibatannya pada

wewenang administrasi negara (public administration),

wewenang administrasi pengamanan keamanan negara

(security and defance administration) dan wewenang

administrasi peradilan pidan (administration of criminal

judtice). dalam hal mengadakan tindakan yang

bertanggungjawab sebagaimana yang diharapkan agar tidak

bertentangan dengan suatu aturan hukmn, yang berarti

selaras dengan kewajiban hukum yang melandasi

dilakukannya tindakan tersebut. Dalam pelaksanaan tugas

dan wewenangnya Kepolisian Negara Republik Indonesia

harus mendasarkan setiap tindakannya pada norma hukum,

agama, kesopanan dan kesusilaan serta. menjunjung tinggi

hak asasi manusia.


Diperlukan adanya kode etik profesi Kepolisian yang

dapat membatasi sikap dan perilaku aparat Kepolisian dalam

mengemban tugas dan wewenangnya di dalam masyarakat

maupun di dalam kesatuan korps Kepolisian. Sehingga Polisi

dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus

berlandaskan pada etika moral dan hukum, bahkan menjadi

komitmen dalam batin dan nurani bagi setiap insan polisi,

sehingga penyelenggaraan fungsi, tugas dan wewenang

kepolisian bisa bersih dan baik. Dengan demikian akan

terwujud konsep good police sebagai prasyarat menuju

goodgovernance.

C. Kode Etik dan TanggungJawab TNI

Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Rakyat Indonesia, karena adanya

persamaan nasib cita-cita dan tanggung jawab bersama

dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Salah

satu organ yang perlu dimiliki oleh pemerintah suatu Negara

adalah Militer, yang merupakan suatu kelompok orang-orang


yang diorganisir dengan disiplin melakukan pertempuran

yang dibedakan dengan orang-orang sipil.14

Dengan demikian Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia mengemban fungsi sebagai kekuatan pertahanan

dan keamanan Negara. Tentara Nasional Indonesia untuk

menjalankan perananya sebagai prajurit bersenjata, ia tetap

wajib membina kemampuan profesionalnya sebagai seorang

prajurit untuk dapat menjalankan wewenang dan tanggung

jawab yang dilimpahkan kepadanya dengan lurus, adil dan

benar. Kedua Peranan tersebut tercermin dalam Sapta Marga

dan Sumpah Prajurit yang merupakan tekad mencerminkan

kepribadian prajurit, TNI juga harus profesional dalam arti

memiliki identitas dan keahlian keprajuritan secara lengkap

dan bulat dalam satu kepribadian Sapta Marga, yang

merupakan suatu tekad yang mencerminkan kepribadian

prajurit anggota TNI yang seutuhnya.

Dalam mendalami dan menghayati nilai-nilai Sapta Marga

diperoleh landasan yang kuat untuk memahami kedudukan

prajurit TNI sebagai warga Tentara Nasional Indonesia yang

menjalankan perannya dalam sistem politik negara


14
Moch Faisal Salam,1994, Peradilan Militer di Indonesia, Cv.Mandar
Maju,Bandung, hlm. 10
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

sehingga demikian setiap prajurit TNI memikul tanggung

jawab dalam pertahanan dan keamanan Negara serta

pembangunan bangsa, maka dari itu Sapta Marga TNI adalah :

1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

bersediakan Pancasila.

2. Kami Patriot Indonesia, mendukung serta membela

ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak

mengenal menyerah.

3. Kami Ksatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran

dan keadilan.

4. Kami Prajurit Tentara Nasiona Indonesia, adalah

Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia.

5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia memegang

teguh disiplin, patuh dan taat.

6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia

mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan


tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada

Negara dan Bangsa.

7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan

menepati janji serta Sumpah Prajurit .

Sapta Marga sebagai kode etik dari Prajurit Tentara

Nasional Indonesia yang merupakan perwujudan dari

Pancasila kedalam kehidupan prajurit yang menjadi

pendorong, pemersatu dan sumber kewibawaan yang tidak

mudah digoyahkan dalam membawa arah tercapainya cita-

cita perjuangan Bangsa Indonesia. Dengan menghayati Sapta

Marga, setiap prajurit memiliki sendi kehidupan yang kokoh,

tata kehidupan dan nilai kehidupan.

Anggota TNI juga harus setia, patuh dan taat dalam

menjalani Sumpah Prajurit, yang menjadi pedoman bagi

anggota TNI untuk melakukan kegiatan milter, sehingga

demikian setiap prajurit TNI memikul tanggung jawab, maka

dari itu Sumpah Prajurit TNI adalah sebagai berikut :

1. Setia Kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945


2. Tunduk kepada Hukum dan memegang teguh Displin

Keprajuritan.

3. Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah

atau putusan.

4. Menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa

tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik

Indonesia.

5. Memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.

Disamping itu, TNI sebagai alat pertahanan negara,

berfungsi sebagai :

1. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negri terhadap

kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan

bangsa.

2. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman.

3. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang

terganggu akibat kekacauan keamanan.

Disiplin Prajurit mutlak harus ditegakkan demi tumbuh

dan berkembangnya anggota TNI dalam mengemban dan

mengamalkan tugas yang telah dipercayakan Bangsa dan


Negara kepadanya, Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban

setiap prajurit untuk menegakkan disiplin.

BAB V

KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB PROFESI ADVOKAT,


KODE ETIK DAN TANGGUNGJAWAB PROFESI GURU DAN
DOSEN, KODE ETIK DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI
KEHAKIMAN, SERTA KODE ETIK DAN TANGGUNG JAWAB
PROFESI KEJAKSAAN

A. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Advokat


Menurut UU Advokat, advokat adalah orang yang
berprofesi memberikan jasa hukum baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan undang-undang. Maka dengan hal ini berarti
cakupan advokat meliputi mereka yang melakukan pekerjaan
baik di pengadilan maupun di luar pengadilan, sebagaimana
diatur didalam UU Advokat. Selanjutnya dalam UU Advokat
dinyatakan bahwa advokat adalah penegak hukum yang
memiliki kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya
(hakim, jaksa, dan polisi). Namun demikian, meskipun sama-
sama sebagai penegak hukum, peran dan fungsi para penegak
hukum ini berbeda satu sama lain.

Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile),


dalam menjalankan profesinya berada dibawah perlindungan
hukum, undangundang dan Kode Etik, memiliki kebebasan
yang didasari pada kehormatan dan kepribadian Advokat
yang berpegangan pada Kemandirian, Kejujuran, Kerahasiaan
dan Keterbukaan. Kebebasan mengenai profesi advokat ini
adalah dapat memberi patokan pada advokat guna jalankan
profesinya yakni sejauh mana tanggung jawab dan
konsistennya dipegang. 15

Tanggung jawab disini yakni melaksanakan hak serta


kewajiban dari klien dan dari advokat itu sendiri. Kebebasan
profesi advokat pun tidak terpisah dari tanggung jawab pada
dirinya yang nanti berkaitan pada etikanya yang berdasari
kepribadian berpatokan pada takwa pada Tuhan YME, relasi
bersama klien nanti berkaitan pada hak dan kewajiban yang
dipenuhi terkait surat kuasa, relasi bersama teman sejawat
yang patut dihormati serta hubungannya dengan penanganan
suatu perkara. Maka, Kode Etik Advokat Indonesia ialah
hukum tertinggi guna jalankan profesi, yang menjamin serta

15
https://journal.forikami.com/index.php/dassollen/article/download/150/70,
daikses pada tanggal 3 Maret 2024 pada pukul 13:45 WIB
melindungi. Tapi juga membebankan kewajiban pada tiap
Advokat selalu jujur dan bertanggung jawab guna jalankan
profesinya baik pada klien, pengadilan, negara atau
masyarakat serta khusus pada dirisendiri.

Negara wajib menjamin bahwa advokat dalam


menjalankan profesi bebas dari segala bentuk intimidasi,
intervensi, dan administratif, serta gangguan, termasuk di
dalamnya tuntutan secara hukum, baik hukum pidana
maupun perdata, dalam pekerjaannya membela dan memberi
nasihat kepada kliennya secara sah. Agar advokat tidak
dituntut baik secara pidana maupun perdata dalam membela
dan mendampingi kliennya dengan itikad baik dengan
berpegang kode etik.

Dalam Pasal 2 KEAI disebutkan bahwa“Advokat


Indonesia adalah warga Negara Indonesia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam
mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral
yang tinggi, luhur dan mulia, dan yang dalam melaksanakan
tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, kode etik Advokat serta sumpah
jabatannya”

Bunyi Pasal 2 ini seolah menggambarkan betapa


seorang advokat Indonesia ini merupakan ‘manusia pilihan’
dan atau ‘mahkhuk mulia’ karena ia adalah insan yang
bertakwa, jujur, sidiq, amanah, dan berakhlak mulia. Oleh
karenanya profesi advokat dianggap sebagai profesi yang
terhormat (officium nobile).Terhormat karena
kepribadiannya dalam memperjuangkan kebenaran dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945, kode etik dan sumpah jabatannya. Karena posisinya
yang terhormat, maka seorang advokat diberikan kebebasan
dan perlindungan hukum oleh undang-undang dalam
menjalankan profesinya.

Sebagai profesi yang terhormat (officium


nobile) Advokat diberikan hak dan kewajiban dalam
menjalankan profesinya tersebut. Implementasi hak dan
kewajiban inilah yang menjadi indikator profesionalisme
advokat. Undang-undang No.18 tahun 2003 tentang Advokat
telah memberikan status yang jelas bagi profesi advokat
sebagai penegak hukum yang bebas dan mandiri yang
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan
yang memiliki wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia/NKRI (Pasal 5)

Sebagai penegak hukum yang bebas dan mandiri, advokat


diberikan hak dan kewajiban antara lain:

a. Advokat bebas berpendapat atau membuat pernyataan


dalam membela perkara yang menjadi
tanggungjawabnya (Pasal 14 dan 15)
b. Advokat memiliki hak imunitas (Pasal 16)
c. Advokat berhak memperoleh informasi, data dan
dokumen lainnya dari manapun dalam rangka
pembelaan (Pasal 17)
d. Advokat tidak dapat diidentikan dengan kliennya
(Pasal 18 ayat 2)
e. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan
kliennya, termasuk perlindungan atas berkas dan
dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan
dan perlindungan terhadap penyadapan atas
komunikasi elektronik advokat (Pasal 19 ayat 2)
f. Advokat berhak menerima honorarium (Pasal 21)
g. Advokat memiliki hak retentie (Pasal 4 KEAI)
h. Advokat harus menolak menangani perkara yang
menurutnya tidak ada dasar hukumnya (Pasal 4 KEAI)
i. Advokat berhak mengundurkan diri apabila tidak
terjadi kesepakatan dengan kliennya tentang model
penanganannya (Pasal 8 KEAI)
j. Advokat berhak menolak menangani perkara yang
tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan
dengan hati nuraninya (Pasal 3 KEAI)
k. Advokat dilarang menelantarkan kepentingan kliennya
(Pasal 6)
l. Advokat dilarang berprilaku buruk dan melanggar
kode etik dan sumpah advokat (Pasal 6)
m. Advokat dilarang bersikap diskriminatif (SARA) (Pasal
18 ayat 1)
n. Advokat dilarang memberikan keterangan yang
menyesatkan kliennya (Pasal 4 KEAI)
o. Advokat dilarang memegang jabatan yang
menyebabkan terjadiconflict of interest(Pasal 20)
p. Advokat dilarang menjamin kemenangan dalam
perkara (Pasal 4 KEAI)
q. Advokat dilarang beriklan (Pasal 8 KEAI)
r. Advokat wajib menempuh penyelesaian damai dalam
perkara perdata (Pasal 4 KEAI)
s. Advokat wajib memberikan bantuan hukum cuma-
cuma yang tak mampu (Pasal 22)
t. Dll

Undang-undang Advokat dan juga KEAI menjadi acuan


utama bagi advokat dalam menjalankan profesinya. Namun
demikian implementasi kode etik tersebut menjadi persoalan
manakala tidak adanya pengawasan secara baik oleh
organisasi advokat. Organisasi Advokat yang selalu
dirundung konflik menyebabkan atau paling tidak
berpengaruh pada implementasi nilai-nilai luhur yang ada
dalam kode etik advokat. Berbagai kasus hukum yang
menyeret advokat dalam “jejaring lingkaran setan”
menyebabkan pudarnya “profesi terhomat” yang disematkan
oleh undang-undang.16

16
Thalis Noor Cahyadi, Advokat, Mediator dan Mahasiswa Program Doktor
Ilmu Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2022
B. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Guru dan
Dosen
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru Indonesia memiliki kehandalan yang tinggi


sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.

Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
khususnya oleh peserta didik, yang dalam melaksankan tugas
berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing
madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha
mewujudkan prinsipprinsip tersebut guru Indonesia ketika
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dituntut memiliki
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan
siswanya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon
pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu,
pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak
mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan
negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di
negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa
guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang
dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman.
Hanya dengan pelaksanaan tugas guru secara profesional hal
itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang
bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar
bangsa-bangsa di dunia ini.

Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya


melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif
dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa
datang.

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia


menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik
Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan 2 berperilaku
yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri
bangsa.
BAGIAN SATU

Pengertian, Tujuan, dan Fungsi

Pasal 1

(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas


yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia
sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan
tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan
warga negara.

(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang


dimaksud pasa ayat (1) pasal ini adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh
dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar
sekolah.

Pasal 2

(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman


sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang.

(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai


seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa,
sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan
pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan,
sosial, etika, dan kemanusiaan.

C. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Kehakiman


Etika dosen sebagai pendidik dan pengajar meliputi :

1. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dibidang

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat

2. Membangun kreativitas dan memberikan dorongan

yang positif kepada mahasiswa dengan semangat

profesional sehingga seorang pendidik yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku dan keteladanan.

3. Menjauhi dan menghindari hal-hal yang mengarah

pada kemungkinan terjadinya pertentangan

kepentingan pribadi dalam proses belajar mengajar.

4. Menyampaikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

dengan penuh tanggung jawab.

5. Memiliki sikap kooperatif dan komit dalam

mewujudkan visi dan misi program studi, fakultas dan

universitas
6. Memperhatikan batas keahlian dan tanggungjawab

ilmiah dalam menggunakan kebebasan akademik serta

sesuai dengan kompetensinya;

pendidikan dan pembelajaran; Melakukan pembinaan.

Menyempurnakan meto terhadap mahasiswa baik

dalam bentuk ekstra kurikuler maupun intrakurikuler;

7. Memberi teladan, membangun kreativitas dan

memberikan dorongan yang positif kepada maha-

siswa;

8. Menjaga kehormatan diri dengan tidak melanggar

norma yang berlaku dalam menjalankan tugasnya

sebagai dosen.

9. Membimbing mahasiswa secara akademik dan non

akademik dengan penuh dedikasi, disiplin dan kearifan.

10. Menghindarkan diri dari menerima gratifikasi.

D. Kode Etik dan TanggungJawab Profesi Kejaksaan


KODE ETIK PROFESI HAKIM

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian

1. Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang harus

dipedomani oleh setiap Hakim Indonesia dalam

melaksanakan tugas profesi scbagai Hakim.

2. Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah

penjabaran dari kode etik profesi Hakim yang menjadi

pedoman bagi Hakim Indonesia, baik dalam menjalankan

tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran

maupun dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat yang

harus dapat memberikan contoh dan suri tauladan dalam

kepatuhan dan ketaatan kepada hukum.

3. Komisi Kehormatan profesi Hakim ialah komisi yang

dibentuk oleh Pengurus Pusat IKAHI dan Pengurus Daerah

IKAHI untuk memantau, memeriksa, membina, dan

merekomendasikan tingkah laku hakim yang melanggar atau

diduga melanggar Kode Etik Profesi.

4. Azas Peradilan yang baik ialah prinsip-prmsip dasar yang

harus dijunjung tinggi oleh Hakim dalam melaksanakan

tugasnya untuk mewujudkan peradilan yang mandiri sesuai

dengan aturan dasar berdasarkan ketentuan yang ada.


Pasal 2

Maksud dan Tujuan

Kode Etik Profesi Hakim mempunyai maksud dan tujuan :

1. Sebagai alat :

a. Pembinaan dan pembentukan karakter Hakim

b. Pengawasan tingkah laku Hakim

2. Sebagai sarana :

a. Kontrol sosial

b. Pencegah campur tangan ekstra judicial

c. Pencegah timbulnya kesalah pahaman dan konflik antar

sesama anggota dan antara anggota dengan masyarakat.

3. Memberikan jaminan peningkatan moralitas Hakim dan

kemandirian fungsional bagi Hakim.

4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga

peradilan.
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Barnawi & Arifin, M. (2012) Etika dan profesi


kependidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Dr. Fithriatus Shalilah., SH., MH., Etika dan Tanggung


Jawab Profesi Hukum, Kreasi Total Media, Yogyakarta.

Dr. Manotar Tampubolon, SH., MA., MH., Etika dan


Tanggung Jawab Profesi, PT Global Eksekutif Teknologi

Moch Faisal Salam, (1994), Peradilan Militer di


Indonesia, Cv. Mandar Maju, Bandung.

Nata, Abuddin, (2015), Akhlak Tasawuf. Jakarta:


Rajawali Pers
Thalis Noor Cahyadi, (2022), Advokat, Mediator dan
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Zubair, Achmad Charris. (2007), Kuliah Etika, Jakarta:


Rajawali Pers.

B. JURNAL / WEBSITE

http://repository.wima.ac.id/14409/7/BAHAN
%20AJARSEJARAH%20ETIKA.pdf

https://hukum.uma.ac.id/2021/12/11/pengertian-
etiket-menurut-parah-ahli/

https://www.scribd.com/doc/285877136/Perbedaan-
Etika-Dan-Etiket

https://www.academia.edu/23857374/
PENGERTIAN_ETIKA_DAN_ETIKET

https://bakri.uma.ac.id/macam-macam-etika-
berdasarkan-jenisnya/

https://repository.ump.ac.id/6134/3/Heni
%20Prasetiawati_BAB%20II.pdf,

Anda mungkin juga menyukai