Oleh :
Niar Khairunnisa
NIM A1F019057
Oleh :
Niar Khairunnisa
NIM A1F019057
Penulis,
Niar Khairunnisa
NIM A1F019057
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telur merupakan bahan pangan hewani yang dihasilkan oleh unggas. Telur
turut menyuplai angka kecukupan gizi masyarakat karena mengandung protein,
lemak tak jenuh, karbohidrat, dan mineral yang diperlukan oleh tubuh (Desiati &
Afiyah, 2018). Harga telur yang relatif terjangkau, mudah didapat, dan dapat
diolah menjadi berbagai olahan makanan, serta memiliki rasa yang enak
menyebabkan telur banyak digemari oleh masyarakat (Putera, 2019). Telur di
pasaran yang umumnya dikonsumsi masyarakat yakni telur ayam, telur itik atau
bebek, telur angsa, dan telur puyuh (Ristanto, 2013).
Telur segar memiliki kelemahan yakni mudah busuk, kuning telur cepat encer
(Wulandari, 2017), dan rentan terhadap kerusakan mekanik terutama pada
cangkangnya yang mudah retak (Banurea, 2016). Telur akan mengalami kerusakan
setelah disimpan lebih dari dua minggu di ruang terbuka (Yulianto, 2011). Guna
memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas telur, maka diperlukan teknik
pengolahan dan pengawetan telur salah satunya adalah dengan cara pengasinan.
Telur yang diawetkan dengan cara diasinkan oleh masyarakat dikenal dengan
istilah telur asin. Pengasinan dilakukan dengan merendam telur dalam adonan
garam padat atau kering (Wulandari, 2017).
Pada umumnya telur yang diawetkan dengan metode pengasinan adalah telur
itik atau telur bebek. Ketersediaan telur itik di Indonesia pada tahun 2020 cukup
melimpah yakni mencapai 332 907,32 ton (BPS, 2020). Jika dibandingkan dengan
telur ayam dan telur puyuh, telur itik memiliki bau amis khas yang lebih kuat
(Marfu’ah & Sugiarto, 2019). Telur itik memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
dan rasa yang lebih enak dibandingkan telur lain jika diolah menjadi telur asin. Hal
tersebut didukung oleh cangkangnya yang berpori-pori tebal dan besar sehingga
garam lebih mudah terserap.
Saat ini telur asin di pasaran hampir seluruhnya merupakan telur asin
original. Pengolahan telur menjadi telur asin dapat dikembangkan menjadi telur
asin berbagai rasa. Beberapa kreasi pembuatan telur asin telah dilakukan sebagai
bahan penelitian ilmiah yakni dengan menambahkan ektrak bawang putih, jahe,
kayu manis, bahkan cokelat dan buah-buahan untuk tujuan-tujuan tertentu seperti
meningkatkan cita rasa, daya simpan, dan kandungan senyawa lainmya.
Pada tahun 2013, Ristanto membuat telur asin dengan media perendaman
lumpur sawah dan serbuk bata merah. Dari percobaannya diperoleh sifat
organoleptik telur asin yang hampir sama dari segi warna dan rasa yakni warna
putih telur putih kuning telur kemerahan dan rasa asin. Telur yang direndam
lumpur sawah memiliki aroma yang sedikit lebih amis dibandingkan telur yang
direndam bubuk batu bata merah. Pada telur hasil perendaman serbuk batu bata
merah mempunyai tekstur yang lebih kenyal dan masir (Ristanto, 2013).
Kemudian, sebuah penelitian telah dilakukan oleh Syam pada tahun 2017 yakni
pembuatan telur asin dengan menginjeksikan ekstrak bawang putih dan cabai
merah setelah proses perendaman, menghasilkan telur asin dengan cita rasa yang
cukup disukai panelis. Telur asin menjadi pedas karena adanya senyawa kapsaisin
pada cabai. Sementara itu, ekstrak bawang putih berpengaruh pada aroma dan rasa
(Syam, 2017). Pada penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2018) penambahan
ekstrak jeruk purut tidak berpengaruh signifikan terhadap karakteristik
organoleptik telur asin. Hal tersebut karena menurutnya ekstrak jeruk purut yang
ditambahkan kurang banyak dan panelis kurang terlatih. Pada penelitian tersebut
tidak dilakukan uji kadar protein.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan buah berbentuk bulat,
berdiameter kecil berkisar 3,5-5 cm tanpa puting pada bagian ujungnya, dan ketika
tua rasanya masam. Buah ini memiliki senyawa fenol dan minyak atsiri yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba (Kartika, 2020). Selain, itu jeruk nipis
mengandung senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan
mencegah oksidasi. Jeruk nipis pada umumnya dikonsumsi sebagai minuman atau
sebagai bahan pencampur pada masakan karena memberikan rasa masam yang
menyegarkan. Jeruk nipis juga dapat mengurangi bau amis pada bahan makanan
seperti ikan dan daging (Astawan, 2016).
Produksi cabai rawit Indonesia pada tahun 2018 sebesar 1 335 624 ton
(BPS, 2018). Cabai digunakan sebagai bumbu dan rempah pada hampir semua
masakan di Indonesia. Cabai rawit memiliki cita rasa pedas karena senyawa
kapsaicin pada bijinya dan bersifat antimikroba (Astawan, 2016). Kandungan
vitamin C pada cabai rawit paling rendah dibandingkan dengan spesies cabai
lainnya sehingga diharapkan tidak terlalu berpengaruh pada penurunan protein
telur.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan percobaan yakni
menambahkan ekstrak jeruk nipis pada saat perendaman dan menginjeksikan
ekstrak cabai dengan konsentrasi berbeda pada pembuatan telur asin dengan
metode pemasakan perebusan. Pembuatan telur asin dengan kombinasi
penambahan ekstrak jeruk nipis dan cabai diharapkan akan memiliki sifat
organoleptik meliputi rasa, warna, aroma, dan tekstur telur asin yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
1. Menambah informasi ilmiah dan wawasan yang bermanfaat bagi peneliti dan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang teknologi pangan.
2. Mengembangkan pengetahuan tentang cara membuat telur asin dengan
penambahan ekstrak jeruk nipis (citrus aurantifolia) dan cabai (capsicum
frutescens) dan pengaruhnya terhadap kadar protein & karakteristik
organoleptik telur asin.
3. Memperkaya nilai gizi dan variasi cita rasa telur asin sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan produk telur asin oleh masyarakat
khususnya sentra industri telur asin.
E. Hipotesis
A. Telur Itik
Kerabang telur atau kulit telur memiliki permukaan kulit tebal, kaku , dan
keras, serta berfungsi mencegah masuknya mikroorganisme dan mellindungi
albumen. Ketebalan membran kulit yang melapisi kerabang pada telur itik
berkisar 0,3 hingga 0,5 mm.
Adapun kandungan gizi yang terdapat pada telur bebek segar sebagai
berikut.
Tabel 1. Kandungan gizi telur unggas (USDA, 2007)
Telur itik memiliki keunggulan dari telur-telur unggas yang lain antara lain
kaya akan mineral, vitamin B6, asam pantotenat, tiamin, vitamin A, vitamin E,
niasin, dan vitamin B12. Selain memiliki beberapa keunggulan, telur itik juga
mempunyai kekurangan dibandingkan dengan telur unggas lainnya diantaranya
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi sehingga merangsang peningkatan
kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol telur itik hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan telur ayam (USDA, 2007).
B. Pengasinan Telur
Telur segar yang baru ditetaskan oleh induk unggas akan mengalami
perubahan isi dan mutu selama penyimpanan. Penurunan kualitas telur dipengaruhi
oleh lama penyimpanan, kondisi lingkungan, perlakuan seperti pemanasan dan
lainnya. Telur yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri cangkang bersih dari
kotoran, cangkang tidak retak sedikit pun, bentuk normal yakni oval. Telur yang
retak rentan terhadap kontaminasi mikroba yang dapat merusak isi telur. Kondisi
isi telur yang berkualitas baik yakni kondisi kuning telur terletak di pusat, terang
dan terdapat sedikit noda seperti bintik merah sedangkan kondisi putih telur
berwarna bening dan sedikit pekat (Wulandari, 2017).
Menurut Handayani (2010), kadar air pada telur segar yang masih terlalu
tinggi yaitu 87% pada putih telur, dengan dilakukan pengasinan kadar air telur
akan menurun sehingga telur dapat lebih awet. Pengasinan telur pada umumnya
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara perendaman dalam larutan garam dan
pemeraman adonan campuran garam dengan tanah liat atau abu gosok atau bubuk
bata merah. Bahan baku yang umum digunakan pada produksi telur asin adalah
telur itik, karena memiliki pori-pori kerabang yang besar sehingga garam lebih
mudah berpenetrasi ke dalam telur (Marfu’ah & Sugiarto, 2019).
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Banyak manfaat yang diberikan oleh jeruk nipis di antaranya dapat dijadikan
sebagai sumber antibakteri seperti Salmonella typhi (Pratiwi, 2013) dan
Enterococcus Faecalis (Ramadhinta, 2016) karena kandungan fenol, asam sitrat,
asam malat, asam tartarat dan atsirinya.
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah antara
lain : di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng, cengis,
ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek. Sementara
orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi dan pentek.
Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper (UMAH, 2012).
Jenis cabai yang sering digunakan adalah cabai besar atau cabe merah dan
cabe kecil atau cabe rawit. Cabai yang termasuk ke dalam cabai besar atau cabe
merah adalah paprika. Cabai yang termasuk ke dalam golongan cabe kecil adalah
cabe rawit, cabe kancing, cabe udel, dan cabe yang biasanya dipelihara sebagai
tanaman hias (Syam, 2017). Menurut Simpson (2010), klasifikasi cabai rawit
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Cabai kaya akan vitamin E, fosfor, zat besi, magnesium dan mineral lainnya.
Kanungan vitamin C pada cabai rawit paling rendah dibandingkan denan varietas
cabai lainnya (Olatunji & Afolayan, 2020). Pada cabai mengandung zat bernama
kapsaisin yang terdapat pada bagian tangkai di dalam cabai sebagai tempat
menempelnya biji. Kapsaisin pada cabai bersifat koagulan sehingga dapat
menjaga stabilitas keenceran darah dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada
pembuluh darah. Zat ini juga berfungsi sebagai anti mikroba dan dapat
merangsang hormon endorfin yang memacu peningkatan nafsu makan (Astawan,
2016). Cabai memiliki cita rasa yang pedas karena senyawa capsaicinnya (Setiadi,
2008). Kandungan capsaicin pada cabai rawit paling tinggi diantara spesies cabai
lainnya seperti C. annuum var. abbreviatum, C. annuum var. acuminatum, C.
annuum var. Grossum (Olatunji & Afolayan, 2020). Selain mengandung capsaicin,
cabe juga mengandung semacam minyak atsiri, yaitu capsicol (Syam, 2017).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Juli 2022 sampai dengan Agustus
2022, di Laboratorium Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain telur itik/bebek
berumur kurang dari 4 hari, garam dapur beryodium cap DAUN, abu gosok, air,
jeruk nipis, dan cabai rawit. Telur itik sejumlah 81 butir yang tersedia dengan
bobot telur sekitar 50 - 60 gram, diperoleh dari Peternakan. Alat yang digunakan
untuk penelitian meliputi ember plastik sedang, tempat telur (egg tray), toples,
pengaduk, pisau, blender, alat teropong telur (candler), timbangan digital kapasitas
5 kg, alat injeksi ( spoit/ suntikan 3 ml ), nampan mangkok, sarung tangan karet,
spektrofotometer, gelas ukur 1 liter, amplas, panci, kompor gas, tissue, plester
bening, dan alat tulis.
C. Rancangan Percobaan
Uji penilaian dilakukan oleh panelis terlatih sebanyak 20 orang. Panelis terdiri
dari mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman
Angkatan 2019. Pengujian terdiri dari dua parameter yaitu uji organoleptik dan uji
hedonik. Uji organoleptik menilai kualitas produk berdasarkan panca indera yakni
meliputi atribut warna, rasa, aroma, dan tekstur dengan skala tertentu.
1. Aroma
2. Warna
Warna :
1 Sangat tidak Kuning
2 Agak tidak Kuning
1 2 3 4 5
3 Sedikit Kekuningan
4 Agak Kuning
5 Kuning
3. Rasa
Rasa dinilai melalui indera perasa lidah. Cita rasa merupakan salah satu faktor
yang penting dalam produk pangan. Dengan rasa masyarakat dapat membuat
produk dengan banyak keanekaragaman produk dan rasa menjadi faktor untuk
menentukan kualitas produk.
Rasa :
1 Tidak terasa pedas
2 Sedikit terasa pedas
3 Agak terasa pedas
1 2 3 4 5 4 Terasa pedas
5 Sangat terasa pedas
4. Tektur/Kemaasiran
Telur asin yang baik adalah yang memiliki kuning telur masir (gritty
texture) dan sedikit berminyak. Kemasiran merupakan parameter yang sangat
penting dalam menjaga mutu telur. Kemasiran telur asin adalah karakter yang
krusial bagi daya terima konsumen. Kesan kemasiran pada produk secara
keseluruhan melibatkan beberapa aspek diantaranya mudah atau tidaknya gigi
berpenetrasi awal ke dalam produk, mudah atau tidaknya dikunyah menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil dan dalam jumlah residu yang tertinggal
setelah dikunyah.
Tekstur :
1 Sangat tidak masir
2 Tidak masir
1 2 3 4 5
3 Agak tidak masir
4 Agak masir
5 Sangat Masir
5. Uji Hedonik/Kesukaan
Uji hedonik :
1 Sangat tidak suka
2 Tidak suka
1 2 3 4 5
3 Agak tidak suka
4 Agak Suka
5 Sangat suka
20
E. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisa sidik ragam dengan
bantuan progam Microsoft Excel. Analisis karakterisrik sensoris menggunakan uji
kesukaan dan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Analysis of
Variance (ANOVA) menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila
terdapat beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan Duncan`s Multiple Range
Test (DMRT) dengan α = 0,05 (Aprilia et al., 2015).
Dimana
i = perlakuan
j = ulangan
i, j = 1, 2, 3,…,n
Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = rataan umum / nilai tengah rata-rata
τi = pengaruh perlakuan ke-i
Pembuatan telur asin pada penelitian ini menggunakan metode kering dengan
penambahan ekstrak jeruk nipis dan ekstrak cabai lalu dimasak menggunakan
metode perebusan. Penelitian ini meliputi beberapa tahap yakni tahap persiapan
bahan, tahap seleksi telur, tahap pengamplasan, tahap pembuatan ekstrak jeruk
nipis, tahap pembuatan adonan, tahap perendaman, tahap pembuatan ekstrak cabai
rawit, tahap injeksi (penyuntikan), dan tahap perebusan.
Telur bebek yang dipilih adalah telur yang berumur maksimal 4 hari
dengan bentuk normal (oval) dan warna relatif sama (hijau kebiruan).
Telur dicuci bersih dan diseleksi berdasarkan kondisi kerabang (Banurea,
2016). Kemudian, ditiriskan dan dikeringkan. Dilakukan penimbangan
dengan bobot telur berkisar antara 50 - 60 gram (Putri et al., 2014).
Dilakukan candling dengan menerawang bagian internal telur dengan alat
penerawang telur (candler) di ruang gelap. Telur yang dipilih adalah telur
yang posisi kuning telurnya berada di tengah dan tidak terdapat noda
hitam (Trubus, 2014).
3. Tahap Pengamplasan
Cara pembuatan ekstrak jeruk nipis adalah dengan membelah dua jeruk
nipis lalu dibuang bijinya, kemudian diblender dengan air, lalu disaring.
Dibuat ekstrak jeruk nipis dengan konsentrasi 0%, 10%, dan 20%.
Kemudian ekstrak inilah yang akan dicampurkan ke dalam adonan pasta.
Bahan yang digunakan pada pembuatan pasta pengasin ini adalah abu
gosok yang dicampur dengan garam dengan perbandingan (2:1) dan
dicampur dengan air secukupnya, kemudian diaduk sampai terbentuk
adonan pasta. Kemudian, adonan dimasukkan ke dalam toples perlakuan
dan diberi perlakuan dengan menambahkan ekstrak jeruk nipis konsentrasi
0%, 10%, dan 20%. Adonan dihomogenkan dengan cara diaduk.
6. Tahap Perendaman
8. Tahap Injeksi/Penyuntikan
Telur dilubangi di satu sisi dengan jarum mesin jahit (Sidiq, 2014).
Kemudian, dilakukan injeksi sesuai perlakuan secara perlahan dan
memutar suntikan hingga filtrat/sari cabai tercampur ke dalam telur.
Diamkan sejenak. Tutup lubang telur dengan plester bening (Syam, 2017).
Berikut diagram alir pembuatan telur asin dari tahap persiapan bahan
hingga uji organoleptik dan kadar protein.
Telur asin
perlakuan M
Diinjeksikan Dibuat
ekstrak cabai konsentrasi 0%,
rawit 0%, 10%, 10%, 20%
20%
Didiamkan
selama 24 jam
Dicuci lalu
direbus selama 30 Telur Asin
menit dengan Perlakuan MX
suhu 60°C
Uji Organoleptik,
hedonik dan uji
kadar protein
Afiyah, D. N., & Soleh, N. 2016. Pengaruh Metode Pembuatan Dan Perebusan
Dalam Ekstrak H Terhadap Kualitas Mikrobiologi Telur Asin Ayam Ras.
Jurnal Fillia Cendekia, 1(1), 45–49
Aprilia, M. I., Thohari, I., & Rosyidi, D. 2015. Pengaruh penambahan sari kunyit
putih (Curcuma zedoaria) terhadap kualitas telur asin. Laporan Penelitian.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya, Malang.
BPS. (2020). Produksi Telur Itik/Itik Manila menurut Provinsi (Ton), 2018-2020.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Banurea, L. 2016. Pengaruh Penggunaan Jahe Merah Pada Pembuatan Telur Asin
Cara Basah Terhadap Kualitas Fisik Telur. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.
Desiati, P. S., & Afiyah, D. N. 2018. Pengaruh Penambahan Ekstrak Jahe dan
Metode Pemasakan Terhadap Kualitas Organoleptik dan Kadar Air Telur
Aisn Itik. Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia, 3(2)(2), 39–46.
https://doi.org/10.32503/fillia.v3i2.255
Kahfi, A. A. 2018. Penentuan Kadar Nacl Pada Kuning Telur Asin Olahan
Dengan Variasi Serbuk Kunyit (Curcuma Domesticae) Secara Argentometri
Mohr. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi,
Surakarta.
Marfu’ah, N., & Sugiarto. 2019. Sifat Organoleptik Telur Asin Ayam Kampung
yang ditambahkan Rempah Rempah. Jurnal Agrisains, 20(1), 26–31.
Pratiwi, Donna., Irma Suswati and Mariyam Abdullah. 2013. Efek Anti Bakteri
Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Salmonella typhi
secara In Vitro. Journal of Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah
Malang. 9 (2): 110-115.
Sidiq, A. 2014. Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Telur Ayam Leghorn
Setelah Disuntik Dengan Ekstrak Black Garlic. Naskah Publikasi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Syam, F. 2017. Karakteristik Organoleptik Telur Asin Kombinasi Penambahan
Bawang Putih (Allium sativum) Dan Cabe (Capsicum annum) Pada Umur
Telur Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
USA Department of Agriculture. 2007. Food Group: Dairy and Egg Products.
USDA National Nutrient Database for Standard Reference ; Beltsville, MD.
Winarni, F. 2012. Uji Protein Dan Organoleptik Telur Asin Hasil Pengasinan
Menggunakan Abu Pelepah Kelapa Dengan Penambahan Sari Buah Nanas.
Naskah Publikasi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas
uhammadiyah Surakarta, Surakarta.
I. PENDAHULUAN
bersifat antioksidan. (Kartika, 2020),
Telur
(Marfu’ah & Sugiarto, 2019).
ü Lebih tinggi protein, Riset Telur tinggi vitamin C (Alicce, 2010)
ü Cabai rawit mengandung capsaicin
Unggas kolesterol 2x lebih tinggi
dibanding telur ayam (USDA,
Asin yang bercita rasa pedas dan bersifat
2007). antimikroba. (Astawan, 2016).
1 3
Mengembangkan pengetahuan
tentang cara membuat telur asin Memperkaya nilai gizi dan
Menambah informasi ilmiah
dengan Penambahan Ekstrak Jeruk variasi cita rasa telur asin
dan wawasan yang
Nipis (Citrus aurantifolia) Dan sehingga dapat menjadi
bermanfaat bagi peneliti dan
Cabai (Capsicum frutescens) dan pertimbangan dalam
pengembangan ilmu
pengaruhnya terhadap Kadar mengembangkan produk
pengetahuan khususnya di
Protein & Karakteristik telur asin oleh masyarakat
bidang teknologi pangan.
Organoleptik Telur Asin. khususnya sentra industri
telur asin.
A.1. Telur Itik
ü Telur itik/bebek
ü Garam dapur Nampan mangkok, sarung tangan
ü Abu gosok karet, gelas ukur 1 liter, amplas, panci,
BAHAN ü Air kompor gas, tissue, plester bening, ALAT
spektofotometer, dan alat tulis.
ü Jeruk nipis
ü Cabai rawit.
Rancangan Percobaan : RAL Faktorial
Variabel yang diamati : karakteristik sensori dan kadar protein. Faktor yang dicoba proporsi
ekstrak jeruk nipis (M0: 0%; M1: 10% dan M2: 20%) dan ekstrak cabai rawit (X0: 0% ; X1:
10%; X2: 20%). Maka diperoleh 9 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang
sebanyak 3 kali, sehingga didapat 27 unit percobaan. Setiap unit percobaan menggunakan 3
butir telur.
Proporsi ekstrak jeruk Proporsi ekstrak cabai rawit
nipis
2 4
Warna Rasa
Uji Hedonik
Ms. Excel ANOVA Rancangan Acak
Lengkap (RAL)
Diinkubasi di dalam
Dibaca absorbansi water bath dengan Ditambah 1 ml
dengan suhu 37℃selama 10 reagen biuret
spektrofotometer. menit