Anda di halaman 1dari 14

BAB 6

Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial

A. INTERAKSI SOSIAL
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara
dua individu atau lebih. Interaksi Sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu dan
kelompok, dan antarkelompok.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial:


1. Kontak Sosial
Kontak Sosial adalah kontak antara satu pihak dan pihak lain yang saling bereaksi.
Contohnya saat berbicara dengan orang lain, bermain, bertegur sapa dengan teman.
a. Jenis Kontak Sosial:
- Kontak Sosial Primer, Terjadi secara langsung (tanpa perantara).
- Kontak Sosial Sekunder Langsung, dilakukan dengan perantara pihak ketiga
yang bersifat pasif. (Contoh, orang mengirim surat lewat kantor pos. Kantor
pos adalah perantara pasif)
- Kontak Sosial Sekunder Tidak Langsung, dilakukan dengan perantara pihak
ketiga yang aktif. (Contoh, kepala sekolah menyampaikan informasi lewat
guru. Guru adalah perantara aktif)

b. Bentuk Kontak Sosial:


- Antarindividu: Contoh, pembeli sedang menawar harga ke pedagang di pasar.
- Antara individu dan kelompok: Contoh, Guru mengajar di depan kelas.
- Antarkelompok: Contoh, dua tim basket sedang bertanding di lapangan.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian berbagai pesan secara verbal ataupun
nonverbal. Komunikasi yang efektif terjadi apabila suatu pesan yang diberikan oleh
penyampai pesan (komunikator) diterima dengan baik oleh penerima pesan
(Komunikan), sehingga tidak terjadi salah presepsi.

Faktor Yang Memengaruhi Interaksi Sosial


1. Imitasi
Imitasi adalah proses mencontoh gaya hidup orang lain. Dampak dari mencontoh
gaya hidup orang lain adalah sebagai berikut:
a. Dampak positif, memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta tingkah laku
dengan cepat dan seragam. Imitasi juga dapat mendorong individu atau kelompok
untuk menaati aturan atau norma yang berlaku.
b. Dampak negatif, menimbulkan kesalahan kolektif sehingga dapat menghambat
kebiasaan berfikir kritis.
2. Sugesti
Sugesti adalah proses sosial yang berlangung jika suatu individu menerima suatu
pandangan atau sikap akibat pengaruh dari individu lain. Pengaruh tersebut dapat
menggerakkan hati seseorang, biasanya diterima tanpa kritik, serta meliputi proses
Autosugesti dan Heterosugesti. (Autosugesti adalah sugesti terhadap diri sendiri,
Heterosugesti adalah sugesti dari orang lain.)

3. Identifikasi
Identifikasi adalah proses seseorang untuk menjadi sama atau mirip dengan orang
lain. Sifatnya hamper sama dengan imitasi, tetapi identifikasi daoat menghilangkan
identitas asli seseorang. Selain penampilan, identifikasi juga mendorong seseorang
untuk mengubah pemikirannya ssma seperti orang yang ditiru penampilannya.

4. Simpati
Simpati adalah kemampuan seseorang untuk meraskan seolah-olah mereka berada
dalam keadaan yang dialami oleh orang lain.

5. Empati
Empati adalah perasaan yang mendalam untuk ikut merasakan atau memahami
sesuati yang dirasakan oleh orang lain.

Interaksi Sosial Asosiatif


Interaksi Sosial Asosiatif adalah bentuk interaksi sosial kea rah yang positif dan dapat
meningkatkan persatuan. Bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama
Suatu usaha Bersama yang dilakukan untuk mencapai kepentindan atau tujuan
Bersama. Bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Gotong Royong
b. Tawar-menawar
c. Kooptasi (proses penerimaan unsur baru dalam suatu organisasi)
d. Koalisi (perpaduan 2 organisasi atau lebih yang punya tujuan yang sama.)
e. Joint venture (Kerjasama proyek tertentu, contoh usaha pertambangan,
perhotelan, jalan tol dll)

2. Akomodasi
Interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk menyelesaikan
suatu pertentangan tanpa menghancurkan lawan. Jenisnya sebagai berikut:
a. Koersi: upaya penyelesaian masalah dengan menggunakan tekanan kepada salah
satu pihak agar berada dalam keadaan lebih lemah. Contoh, pada saat terjadi
keributan, polisi menembakkan gas air mata. Polisi melakukan koersi.

b. Kompromi: suatu perundingan damai antara pihak yang sedang bertikai agar
saling mengurangi tuntutan. Contoh, gencatan senjata yang dilakukan oleh
negara-negara yang sedang berperang.
c. Arbitrase: upaya penyelesaian sengketa dengan menggunakan pihak ketiga yang
dipilih oleh kedua belah pihak. Keputusan pihak ketiga bersifat mengikat
sehingga harus diikuti oleh pihak-pihak yang bertikai. Contoh, arbitrase yang
dilakukan polisi dalam penyelesaian masalah antara korban dan pelaku
kecelakaan lalu lintas.

d. Mediasi: proses pengikutsertaan pihak ketiga sebagai penasihat yang bersifst


netral dalam penyelesaian masalah suatu perselisihan. Keputusan pihak ketiga
tidak bersifat mengikat sehingga tidak harus diikuti. Contoh, penyelesaian
masalah antar warga yang dibantu oleh pak RT.

e. Konsiliasi: usaha yang mempertemukan pihak yang berselisih melalui Lembaga


sosial. Contoh, penyelesaian masalah antara karyawan dan perusahaan yang
dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan.

f. Toleransi: sikap menghargai perbedaan dalam masyarakat.

g. Ajudikasi: usaha penyelesaian perselisihan melalui pengadilan. Contoh, sengketa


antara karyawan dan perusahaan yang diselesaikan melalui pengadilan.

h. Stalemate: bentuk akomodasi yang terjadi Ketika pihak-pihak yang bertentangan


berhenti karena mempunyai kekuatan yang seimbang.

3. Asimilasi
Usaha menggabungkan dua kebudayaan atau lebih sehinggga menghilangkan
budaya lama. Contohnya, perkawinan campuran dua suku yang berbeda.

Faktor yang mendorong terjadinya asimilasi:


a. Sikap toleransi terhadap kebudayaan kelompok lain.
b. Sikap keterbukaan dari golongan yang berkuasa.
c. Terjadinya perkawinan campuran (amalgamasi).
d. Adanya musuh bersama dari luar kelompok.

Faktor yang menghambat terjadinya asimilasi:


a. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
b. Kurangnya pengetahuan atas kebudayaan baru yang akan dihadapi.
c. Perasaan khawatir atas kebudayaan yang akan dihadapi.
d. Terdapat perbedaan ciri fisik, misalnya warna kulit.
e. Gangguan golongan mayoritas terhadap golongan minoritas.
f. Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.

4. Akulturasi
Pencampuran dua kebudayaan atau lebih sehingga menghasilkan kebudayaan baru.
Berbeda dari asimilasi, akulturasi tetap menjaga adanya budaya lama meskipun
terjadi pencampuran. Contohnya, alat musik keroncong yang merupakan perpaduan
antara musik Portugis dan Jawa.

Interaksi Sosial Disosiatif


Interaksi sosial disosiatif adalah interaksi sosial yang menuju ke arah pertentangan.
Bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Persaingan
Persaingan adalah proses sosial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu. Ada dua tipe persaingan, yaitu persaingan pribadi dan
persaingan kelompok. Persaingan pribadi adalah persaingan antar individu,
sedangkan persaingan kelompok adalah persaingan antara kelompok.

2. Kontravensi
Kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan. Menurut KBBI, Kontravensi adalah proses persaingan dan pertikaian
yang ditandai oleh gejala ketidakpastian mengenai pribadi seseorang dan perasaan
tidak suka yang disembunyikan terhadap orang lain. Bentuk kontravensi menurut Von
Wiese dan Howard Becker adalah sebagai berikut:
a. Rahasia. Contoh, menyembunyikan rahasia sebagai strategi yang akan digunakan
untuk menjatuhkan lawan.
b. Taktis. Contohnya, provokasi serta menyebarkan propaganda untuk mengejutkan
dan membingungkan lawan.
c. Sederhana. Contohnya, menyangkal perkataan seseorang di depan umum.
d. Umum. Contohnya, penolakan, perlawanan, keengganan, dan pengacauan.
e. Intensif. Contohnya, menyebarkan desas-desus, menghasut, dan mengecewakan
pihak-pihak lain.

3. Pertentangan/Konflik
Pertentangan adalah proses interaksi yang mengarah negatif pada antarperorangan
stau antarkelompok akibat adanya perbedaan kepentinganyang mendasar. Upaya
untuk memenuhi tujuan mereka biasanya dilakukan secara tidak wajar dan
konstitusional yang saling menjatuhkan. Baerikut beberapa penyebab terjadinya
konflik:
a. Perbedaan pendapat, perselisihan paham, benturan kepentingan yang sama,
perbedaan sistem nilai dan norma, serta perbedaan pandangan politik, baik dalam
satu negara maupun antarnegara.
b. Pertentangan didasarkan pada perbedaan ciri-ciri fisik dan kepentingan
kebudayaan, antara lain pertentangan pibadi, rasial, kelas sosial, dan politik.

Keteraturan Sosial
Ketika sebuah interaksi berjalan dengan baik sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku, maka akan menimbulkan keteraturan sosial. Namun, keteraturan sosial tidak
berarti suatu keadaan statis karena masyarakat pada dasarnya bersifat dinamis.
Masyarakat membutuhka perubahan agar bisa maju. Berikut unsut-unsur dalam
pembentukan keteraturan sosial.
1. Tertib Sosial (Social Order), yaitu kondisi masyarakat yang teratur, aman, dan
dinamis yang ditandai dengan setiap individu berperilaku sesuai hak dan
kewajibannya.
2. Order, yaitu sistem norma dan nilai sosial yang telah diakui dan dipatuhi anggota
masyarakat.
3. Keajegan, yaitu suatu kondisi masyarakat dengan keteraturan relatif tetap sebagai
akibat dari perilaku anggota masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dan berlangsung secara terus-menerus.
4. Pola, yaitu bentuk interaksi sosial yang dijadikan model bagi semua anggota
masyarakat.

B. KOMUNIKASI
Komunikasi dalah proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain. Hal
terenting dari komunikasi adalah adanya kegiatan menafsirkan perilaku (berupa
pembicaraan, gerak badan/gestur, dan sikap) yang ingin disampaikan oleh seseorang.
Jika penafsiran dan makna yang diberikan seseorrang tidak tersampaikan, maka
komunikasi tidak terjadi.

Proses komunikasi diawali dengan komunikator menyampaikan pesan kepada


komunikan, lalu pesan dimaknai oleh komunikan hingga terjadilah sesuai efek. Proses
komunikasi membutuhkan tiga komponen, yaitu komunikator, komunikan, dan pesan.

Komunikator
Komunikator merupakan seseorang yang menjadi sumber informasi bagi komunikan.
Komunikator bertugas menyempaikan pesan pada komunikan. Berikut kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang komunikator:
1. Komunikasi verbal, baik lisan maupun tulisan.
2. Pemahaman substansi atau hal yang ingin disampaikan.
3. Kredibilitas yang baik di hadapan komunikan.
4. Pemilihan media komunikasi yang tepat.
5. Mengantisipasi gangguan yang mungkin timbul saat menyampaikan pesan.
6. Memberikan tanggapan yang diberikan oleh komunikan.

Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan yang diberikan oleh komunikator.
Komunikan dapat terdiri tas individu, kelompok, institusi, atau masyarakat umum.

Pesan
Pesan berupa informasi yang akan dikirimkan komunikator kepada komunikan. Pesan
dapat disampaikan secara verbal maupun nonverbal, dan bisa disampaikan secara
langsung maupun melalui media tertentu. Berikut adalah jenis media berdasarkan
sifatnya:
1. Pesan Informatif, yaitu pesan yang berisi fakta dan data yang digunakan untuk
mengambil suatu simpulan serta keputusan sendiri. Contohnya, berita cuaca yang
menyatakan bahwa bulan depan memasuki musim penghujan.
2. Pesan Persuasif, yaitu pesan yang berisi ajakan yang dapat memengaruhi kesadaran
manusia bahwa pesan yang disampaikan akan memberikan suatu perubahan.
Perubahan dapat terjadi karena didasarkan atas kehendak komunikan sendiri
sehingga komunikan tidak merasakan sebuah keterpaksaan.

3. Pesan koersif, yaitu pesan yang bersifat memaksa dengan adanya sanki. Bentuk
penyampaiannya dapat berupa agitasi yang menimbulkan tekanan di kalangan
komunikan.

Media Komunikasi
Media Komunikasi adalah suatu sarana yang digunakan sebagai alat komunikasi dari
komunikator kepada komunikan agar dapat memahami isi pesan. Jenis media
komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Media komunikasi personel, yaitu media komunikasi yang digunakan oleh dua orang
atau lebih untuk saling berhubungan, contoh, handphone serta aplikasi chatting,
WhatsApp, Line, Telegram)

2. Media komunikasi massal, yaitu media komunikasi yang digunakan untuk


mengomunikasikan pesan kepada masyarakat luas. Contoh, koran, televisi, website.

Efek Pesan
Kesuksesan suatu pesan dilihat dari dampak yang diberikan oleh komunikator kepada
komunikan. Efek sebuah pesan dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Perubahan Pengetahuan, yaitu penambahan pengetahuan komunikan karena pesan
yang diterimanya dari komunikator.

2. Perubahan sikap atau perilaku, yaitu perubahan tingkah laku komunikan setelah
menerima pesan.

C. SOSIALISASI
Sosialisasi adalah suatu upaya penanaman nilai budaya kepada individu agar
dapat menjadi warga masyarakat yang baik. Selama proses sosialisasi berlangsung,
komunikan diajarkan berbagai peran yang harus dilakukan sebagai bagian dari
masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
sehingga keteraturan sosial dapat terwujud.

Tipe, Bentuk, dan Agen Sosialisasi


1. Tipe Sosialisasi
a. Sosialisasi Formal: bentuk sosialisasi yang memiliki aturan yang mengikat dan
harus dipatuhi. Contohnya UUD 1945.
b. Sosialisasi Informal: bentuk sosialisasi yang bersifat kekeluargaan di masyarakat
atau pergaulan. Contohnya interaksi sosial dalam keluarga.

2. Bentuk Sosialisasi
a. Sosialisasi Primer: bentuk sosialisasi yang terjadi pada tahap awal yang dijalani
manusia.
b. Sosialisasi Sekunder: bentuk sosialisasi pada proses selanjutnya yan dilakukan
oleh pihak-pihak di luar keluarga.

3. Agen Sosialisasi
a. Keluarga: merupakan agen sosialisasi primer yang memiliki intensitas paling
tinggi untuk mengawasi perkembangan pola perilaku anggota keluarga.
Tujuannya adalah untuk membentuk ciri khas kepribadian individu sejak dini.

b. Lembaga Pendidikan: merupakan sosialisasi sekunder yang memiliki tujuan


menanamkan nilai kedisiplinan dan berorientasi mempersiapkan bekal
Pendidikan generasi muda di masa mendatang.

c. Kelompok Permainan (peer group): yaitu agen yang melakukan sosialisasi


melalui kelompok permainan/teman sebaya.

d. Lingkungan Kerja: Sosialisasi yang dilakukan dalam lingkungan kerja untuk


mencapai kesuksesan dan keunggulan dalam bekerja.

e. Media Massa: alat penyampaian pesan yang bersifat umum. Perkembangan dan
perubahan sosial memiliki peran penting dalam penyampaian nilai dan norma
untuk menghadapi masyarakat yang beragam.

Pengaruh Sosialisasi
1. Keselarasan Individu dan Lingkungan Sosial
Sosialisasi yang efektif dapat menginspirasi individu untuk berpikir dan bertindak
sesuai dengan kepentingan sosial melalui beberapa tahap sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, yaitu saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya. Pada tahap ini, anak juga
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

b. Tahap Meniru (play stage)


Pada tahap ini seorang anak belajar beberapa peran yang dilihatnya, tetapi belum
mengerti serta tidak menyadari aturan dan objek permainan.

c. Tahap Siap Bertindak (game stage)


Pada tahap ini, seorang anak mulai menyadari bahwa setiap permainan ditentukan
oleh aturan. Mereka terus mengadaptasi perilaku mereka pada kebutuhan tim
untuk mencapai tujuan. Jika pada tahap play stage seorang anak hanya
mengetahui perannya, pada tahap ini anak mulai mengetahui peran pihak lain.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (generalized stage)


Pada tahap ini, seseorang telah dianggap dewasa karena sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Ia dapat berinteraksi
dengan masyarakat luas atau orang lain di sekitarnya. Ia mulai menyadari
pendintnya peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan tidak melanggar aturan
yang berlaku.

2. Komitmen Sosial
Komitmen Sosial adalah suatu tindakan untuk melakukan sesuatu dalam proses
sosialisasi Ketika individu memiliki kebebasan berpartisipasi aktif dalam suatu
komunitas sosial dan kebebasan dalam mengekspresikan diri. Individu mulai
memberi pengaruh atau melakukan sosialisasi kepada kelompoknya.

D. LEMBAGA SOSIAL
Pengertian Lembaga Sosial
Menurut Para Ahli:
1. Paul Horton dan Chester L. Hunt: Lembaga sosial adalah system norma-norma sosial
dan hubungan-hubingan yang menyatukan nilai-nilai dan prosedur-prosedur tertentu
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

2. Peter L. Berger: Lembaga sosial adalah suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan
manusia ditekan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap
sesuai dengan keinginan masyarakat.

3. Mayor Polak: Lembaga sosial adalah suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan
dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting.

4. Koentjaraningrat: Lembaga sosial adalah suatu sistem tata kelakuan hubungan yang
berpusat pada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam
kehidupan manusia.

Kesimpulan: Lembaga Sosial adalah kumpulan pranata sosial yang mengatur


jalannya interaksi atau kegiatan sosial dalam masyarakat.

Karakteristik Lembaga Sosial


1. Mempunyai Simbol (contohnya seperti bendera, logo, dll)
2. Mempunyai Tata Tertib dan Tradisi (berfungsi sebagai pedoman untuk anggota)
3. Usianya lebih lama dari usia keanggotaan anggotanya. (karena turun temurun dari
pendahulunya)
4. Mempunyai alat kelengkapan (kelengkapan alat untuk menapai tujuan Lembaga)
5. Mempunyai ideologi.
6. Mempunyai tingkat daya tahan. (tidak mudah luntur)

Tujuan dan Fungsi Lembaga Sosial


1. Tujuan Lembaga Sosial
a. Memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan (domestic institution). Contoh:
perkawinan, mengasuh anak, keluarga.
b. Memenuhi kebutuhan pendidikan Masyarakat, pada jenjang sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
c. Memenuhi kebutuhan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (religious
institution), yaitu melalui kegiatan gereja, masjid, pura, kebaktian, dan lain lain.

2. Fungsi Lembaga Sosial


a. Fungsi Manifes: fungsi Lembaga yang disadari dan diharapkan oleh banyak
orang. Contoh: keluarga diharapkan sebagai Lembaga sosial yang berfungsi
sebagai tempat internalisasi nilai dan norma yang ada.
b. Fungsi Laten: fungsi Lembaga yang tidak disadari dan bukan menjadi tujuan dari
banyak orang. Contoh: Lembaga Pendidikan memiliki fungsi mendidik anak,
tetapi juga menjauhkan anak dari pernikahan dini.

Jenis-Jenis Lembaga Sosial dan Fungsinya


1. Lembaga Keluarga
Lembaga Keluarga dibagi menjadi 3 bentuk sebagai berikut:
a. Keluarga inti (Ayah, Ibu, Anak)
b. Keluarga Besar (Kakek, Nenek, Ipar, Paman, Anak, Cucu)
c. Keluarga Polygamus (Keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga inti dipimpin
oleh satu kepala keluarga)

Lemgaga keluarga memiliki fungsi sebagai berikut:


a. Fungsi Reproduksi: fungsi yang berkaitan dengan memiliki keturunan dan
memastikan perkembangan masyarakat terus berlangsung.
b. Fungsi Ekonomi: kewajiban orang tua dalam mencukupi kebutuhan anggota
keluarganya dalam hal sandang, pangan, dan papan.
c. Fungsi Proteksi: menciptakan ketentraman dan perlindungan secara psikologis
maupun fisik bagi anggota keluarga.
d. Fungsi Sosialisasi: mengenalkan dan mengajarkan nilai dan norma serta cara
hidup yang baik dan benar kepada anggota keluarga.
e. Fungsi Afeksi: memberikan kebahagiaan dan kasih saying kepada anggota
keluarga.

2. Lembaga Pendidikan
Lembaga Pendidikan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut:
a. Pendidikan Formal: diselenggarakan oleh sekolah secara sistematis, teratur, dan
bertingkat.
b. Pendidikan Nonformal: Lembaga Pendidikan yang berfungsi sebagai pelengkap
pendidik formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat,
contohnya bimbel/kursus.
c. Pendidikan Informal: Lembaga Pendidikan yang dilakukan oleh keluarga sebagai
lingkungan Pendidikan pertama manusia.

Menurut Horton dan Hunt, fungsi Lembaga Pendidikan dibedakan menjadi dua
fungsi, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten.
a. Fungsi Manifes Lembaga Pendidikan sebagai berikut:
- Mempersiapkan anggota Masyarakat mencari nafkah.
- Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan Masyarakat.
- Melestarikan kebudayaan yang sudah ada di Masyarakat.
- Mensosialisasikan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
demokrasi.

b. Fungsi Laten Lembaga Pendidikan sebagai berikut:


- Mengurangi pengendalian orang tua.
- Menyediakan sarana untuk pembangkangan.
- Mempertahankan sistem kelas sosial.
- Memperpanjang masa remaja.

3. Lembaga Ekonomi
Lembaga yang bergerak di bidang ekonomi, berperan mengatasi masalah produksi,
distribusi, dan pelayanan jasa untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat.

Fungsi Lembaga ekonomi sebagai berikut:


a. Memberikan pedoman untuk mendapatkan bahan pangan.
b. Memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter.
c. Memberikan pedoman tentang harga jual beli barang.
d. Memberikan pedoman untuk menggunakan tenaga kerja.
e. Memberikan pedoman tentang cara pengupahan tenaga kerja.
f. Memberikan pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja.
g. Memberikan identitas ekonomi bagi Masyarakat.

4. Lembaga Agama
Lembaga yang mengatur kehidupan manusia agar tetap berada pada kaidah-kaidah
agama yang dianut. Sebagian besar umat beragama menjadikan agama sebagai
pedoman dalam menjalankan kehidupan.

Berikut fungsi dari Lembaga agama:


a. Sumber pedoman hidup bagi individu ataupun kelompok.
b. Pengungkapan keindahan (estetika), manusia dapat mengekspresikan rasa
keindahan dengan membangun rumah ibadah dan lainnya yang berkaitan dengan
kepercayaan agama yang dianutnya.
c. Memberikan identitas kepada manusia sebagian besar dari suatu agama.
d. Mengatur tata kelakuan Masyarakat agar tetap berada dalam kaidah agama.
5. Lembaga Politik
Berikut fungsi dari Lembaga politik:
a. Melembagakan norma melalui hukum yang diajukan oleh legislatif.
b. Merancang dan menerapkan undang-undang yang telah disetujui.
c. Menyelesaikan konflik antarwarga negara yang bersangkutan.
d. Melindungi warga dari serangan bangsa lain.
e. Menjaga kesiapan/kewaspadaan mengdahapi bahaya.

Klasifikasi Lembaga Sosial


Menurut John Lewis dan John Philip Gilin, tipe Lembaga sosial diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Sudut Nilai yang Diterima Oleh Masyarakat:
a. Basic institution (Lembaga sosial Primer), yaitu lembaga penting yang mendasar
untuk menciptakan dan melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan dalam
Masyarakat, contohnya keluarga.

b. Subsidiary institution (Lembaga sosial sekunder), yaitu lembaga sosial yang


dianggap sebagai Masyarakat kurang penting karena tidak memberikan pengaruh
terhadap Masyarakat, contohnya tempat wisata.

2. Berdasarkan Sudut Pengembangan:


a. Crecive institution, yaitu Lembaga sosial yang tumbuh secara tidak direncanakan
dan muncul akibat berlakunya adat istiadat, contohnya KUA pada Lembaga
agama.

b. Enacted institution, yaitu lembaga sosial yang sengaja dibentuk dan


direncanakan, contohnya sekolah pada Lembaga Pendidikan.

3. Berdasarkan Sudut Penerimaan Masyarakat:


a. Sanctioned institution, Lembaga sosial yang diterima Masyarakat.
b. Unsanctioned institution, Lembaga sosial yang tidak diterima Masyarakat.

4. Berdasarkan Sudut Penyebarannya:


a. General institution, Lembaga sosial yang sudah dikenal luas oleh Masyarakat.
b. Restricted institution, Lembaga sosial yang hanya dikenal dan dianut oleh
sebagian kecil Masyarakat.

5. Berdasarkan Fungsinya:
a. Operative institution, yaitu lemnaga sosial yang didirikan untuk tujuan tertentu,
salah satunya memenuhi kebutuhan yan dibutuhkan Masyarakat.
b. Regulative institution, yaitu Lembaga yang bertujuan mengawasi adat istiadat
yang berlaku dalam Masyarakat.

E. DINAMIKA SOSIAL
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan dinamika sosial:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Contoh, di kampung A dulu tidak banyak penduduk sehingga jarang ada kegiatan
sosial, sekarang penduduk kampung A semakin banyak sehingga kegiatan sosialnya
menjadi semakin banyak.

2. Penemuan-penemuan baru
Contoh, sebelum ada HP orang sering berkunjung kerumah saudara, sekarang sejak
ada HP, orang jarang berkunjung kerumah saudara.

3. Pertentangan dalam Masyarakat


Contoh, peristiwa perang dunia ke dua menimbulkan kebencian antar negara. Setelah
perang berakhir, negara-negara yang terlibat perang jadi kurang akrab, tetapi tetap
dapat menjalin kerjasama dengan profesional.

4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi


Contoh, revolusi di Rusia mengubah tananan negara yang awalnya Kerajaan menjadi
kekuasaan proletariat.

Teori dan Objek Masalah Sosial


1. Teori Masalah Sosial
a. Teori Fungsionalis: Perubahan sosial merupakan dampak ketidakpuasan
masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku dapat mempengaruhi pribadi
masyarakat.
b. Teori konflik antarkelas sosial: Merupakan konflik yang terjadi akibat adanya
ketidaksetaraan kelas dalam sistem kapitalisme, yaitu adanya kelas para pemilik
faktor produksi dan kaum buruh.

2. Objek Masalah Sosial


a. Ketidakadilan: masalah sosial yang diakibatkan dari kesewenang-wenangan para
pemangku kebijakan. Ketidakadilan dapat menimbulkan kesenjangan sosial-
ekonomi pada Masyarakat.
b. Perilaku menyimpang: perilaku orang yang tidak sesuai dengan norma dan nlai
yang berlaku.
c. Pengendalian Sosial: pengendalian untuk mengajak serta mendidik Masyarakat
agar mematuhi norma dan nilai di Masyarakat.
d. Perubahan Sosial: mengarah pada pergeseran nilai atau norma setelah masalah
selesai.

Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial


1. Bentuk Kemiskinan
a. Kemiskinan absolut: kondisi hidup seseorang sudah tidak sanggup memenuhi
kebutuhan pokoknya untuk bertahan hidup.
b. Kemiskinan relative: kondisi seseorang yang masih sanggup memenuhi
kebutuhan pokoknya, tetapi tidak mampu membeli kebutuhan lainnya.
c. Kemiskinan kultural: kemiskinan yang terjadi akibat sikap dan unsur budaya
Masyarakat yang tidak memiliki motivasi untuk hidup yang lebih baik.
Kemiskinan kultural sulit untuk dihilangkan karena sudah berlangsung turun
temurun.
d. Kemiskinan natural: kemiskinan yang terjadi sejak awal karena seorang individu
memiliki keterbatasan fisik, sakit, atau akibat bencana alam.
e. Kemiskinan structural: kemiskinan yang disebabkan oleh kebijakan ekonomi
yang tidak adil, distribusi produksi yang tidak merata, dan korupsi yang hanya
menguntungkan kelompok Masyarakat tertentu.

2. Penyebab Kemiskinan
a. Faktor Pribadi:
- Penyakit
- Kecelakaan
- Buta huruf
- Pemborosan

b. Faktor ekonomi:
- Bidang pertanian: kurang kesediaan pupuk, peralatan dan mesin yang tidak
memadai, tidak tersedianya peralatan pencegahan hama, serta eksploitasi
petani oleh tuan tanah.
- Pengangguran: tidak adanya pendapatan yang diperoleh seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya.
- Penimbunan kekayaan yang tidak produktif, misalnya membeli gadget secara
berlebih.

Dampak Permasalahan Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat


1. Ketidakadilan: tindakan kesewenang-wenangan dalam pembagian sesuatu terhadap
hak seseorang atau kelompok. Dampak ketidakadilan akan memunculkan
kesenjangan sosial-ekonomi pada Masyarakat.
2. Kesenjanhan sosial-ekonomi: akibat Pembangunan yang tidak berkeadilan sehingga
berdampak pada rasa tidak puas dan kecewa Sebagian Masyarakat yang
mengalaminya.
3. Kemiskinan: masalah sosial akibat dari kesenjangan sosial-ekonomi. Hal ini
berdampak pada meningkatnya angka putus sekolah serta menurunnya Tingkat
Kesehatan dan kesejahteraan mayarakat.
4. Kriminalitas sebagai salah satu bentuk penyimpangan sosial. Hal ini berdampak pada
rusaknya tatanan hidup bermasyarakat karena ada pihak yang dirugikan hingga
mengganggu stabilitas keamanan suatu wilayah.

Anda mungkin juga menyukai