Debt Sustainability Analytics: Upaya: Mencegah Krisis Utang
Debt Sustainability Analytics: Upaya: Mencegah Krisis Utang
Analytics : Upaya
Mencegah Krisis
Utang
Disusun oleh:
Fairuz Sufi Aziz, Dwi Purnomo, dan Reza Darmawan
aat ini dapat dikatakan bahwa hampir semua negara memiliki utang. Tidak sedikit
pula negara-negara yang kemudian memiliki utang yang besar dan bahkan
“terjebak” oleh utang (terutama utang luar negeri). Fenomena ini tentu saja
semakin mengkhawatirkan dengan adanya ujian lain berupa pandemi Covid-19 yang
berlangsung hingga saat ini. Setiap negara tentu harus menyiapkan berbagai strategi untuk
mengatasi krisis di negaranya, termasuk krisis utang ini. Demikian halnya dengan negara
kita, Indonesia. Sudah kita ketahui bersama bahwa APBN kita menggunakan paradigma
adalah dengan utang. Maka untuk menjaga agar utang tersebut tidak sampai menjadi
sebuah krisis, diperlukan alat analisis berupa Debt Sustainaibility Analysis (DSA).
DSA merupakan alat penting yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menilai
kerentanan utang negara serta dapat memberikan peringatan kepada instansi terkait
Bahkan, organisasi internasional menyatakan bahwa DSA merupakan praktik terbaik atas
pengelolaan utang pemerintah. IMF mengembangkan kerangka kerja formal dengan
dengan lebih baik. World Bank dan IMF (2019) dalam dokumen berjudul Developing A
Medium-Term Debt Management Strategy Framework (MTDS) – Updated Guidance Note For
Country Authorities (2019), menyebutkan bahwa DSA digunakan untuk menilai apakah
itu, Parlemen Uni Eropa dalam artikelnya yang berjudul Debt Sustainability Assessments: The
state of the Art tahun 2018 menyatakan bahwa Uni Eropa telah mengembangkan kerangka
kesinambungan utang dengan menerbitkan Debt Sustainability Monitoring
tahunan sebagai bagian dari siklus tiga tahunan Fiscal Sustainability Report (FSR).
pemerintah, yakni Kementerian Keuangan. Namun demikian, BPK RI dalam salah satu hasil
pemeriksaan kinerja pernah menyorot hal ini pada tahun 2019, di mana pada saat itu
tersebut, kami memiliki ide untuk mengembangkan tools DSA untuk membantu Pemerintah
dalam memantau perkembangan dan kondisi utang di Indonesia, termasuk memprediksi
kondisi utang di masa yang akan datang. Selain itu, dalam meningkatkan tata kelola atas
utang Pemerintah, tools
kesinambungan utang dan menyiapkan langkah-langkah antisipatif dalam rangka
pengelolaan utang. Kami berharap pengelolaan keuangan negara menjadi lebih akuntabel
Benchmark
DSA merupakan metodologi analisis yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur
bagaimana tingkat sovereign debt suatu negara berpengaruh pada kemampuan negara
tersebut memenuhi kewajiban utangnya. Maka diperlukan sebuah kerangka kerja
(framework) yang sesuai untuk dapat menghasilkan analisis yang kredibel.
Dalam framework debt sustainability analysis IMF, komponen analisis yang dilakukan
terdiri atas:
01. Basic Debt Sustanability Analysis, yang menggambarkan kondisi dan komposisi
utang dilihat dari sisi yang luas. Basic DSA melihat kondisi utang menggunakan
baseline scenario dan alternative scenario.
02. Realism of Baseline Assumptions, yang secara historis menilai track record proyeksi
variabel makro ekonomi kunci (meliputi pertumbuhan GDP riil, keseimbangan primer,
track record dari negara-negara lain.
03. Stress Tests, yang merupakan inti dari analisis kesinambungan utang, yaitu
memproyeksikan gross nominal public debt dan dalam berbagai
skenario terjadinya shock dalam kondisi makroekonomi.
04. Public DSA Risk Assessment, yang menyajikan heat map atas risiko-risiko
kesinambungan utang sebuah negara, debt fan chart
negara tersebut.
Project ini bagi kami adalah sebuah project yang besar, terutama ditinjau dari data
yang dibutuhkan. Namun sebagai kementerian yang memegang peranan sebagai Bendahara
Umum Negara, Kementerian Keuangan telah memiliki sebagian besar dari data yang
diperlukan Namun demikian tantangan yang kami hadapi adalah menyebarnya data
tersebut di sejumlah unit Eselon I Kementerian Keuangan. Akan tetapi, dukungan dari
unit-unit terkait telah membantu kami dalam mewujudkan project ini.
Kami beruntung karena unit-unit eselon I pemilik data yang kami perlukan telah
mengalirkan data yang dimiliki ke Sistem Layanan Data Kementerian Keuangan (SLDK)
yang dikelola oleh Pusintek. Bagi kami SLDK adalah salah satu bentuk praktik terbaik (best
practice) yang dapat menjadi purwarupa (prototype) bagaimana antar instansi pemerintah
dapat saling bertukar data satu sama lain.
Berikut gambaran data yang kami pergunakan untuk pengembangan project Debt
Sustainability Analytics:
- Data kewajiban kontinjensi - Data aset perbankan - Data Pertumbuhan GDP Real
- Data Hasil Privatisasi Indonesia maupun potensial (dalam
- Histori Posisi Utang Pemerintah - Tingkat suku bunga riil current prices maupun
Pusat - Data tingkat kredit constant prices)
- Outlook pembiayaan utang sektor privat - Data Benchmark untuk
- Tabel Realisasi Belanja - Rasio Pinjaman emerging market atas tingkat
- Data transaksi penarikan Pinjaman, terhadap Deposit perubahan kredit sektor
Hibah dan SBN (Transaksi Perbankan privat (dalam satuan persen
Penerusan Pinjaman) terhadap GDP)
- Penerimaan negara dan hibah yang - Data Track Record Forecast
diterima pemerintah pusat Pertumbuhan GDP, In lasi,
- Histori pembayaran pokok utang dan Keseimbangan Primer
(principal) dan debt service - Change in domestic arrears
- Aset lancar pemerintah and external arrears
- Debt relief
Basic DSA menggambarkan kondisi dan komposisi utang dilihat dari sisi yang luas.
Basic DSA melihat kondisi utang menggunakan baseline scenario dan alternative scenario.
Basic DSA ini merupakan output dasar yang terdapat pada DSA dan terdapat pada negara
dengan tingkat pengawasan utang yang tinggi maupun pada negara dengan tingkat
pengawasan utang yang rendah. Analisis ini terdiri atas dua komponen, pertama adalah
analisis atas faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan nilai utang publik, dan
kedua adalah komposisi dari utang publik itu sendiri.
Berikut ini tampilan dari menu visualisasi data atas faktor yang berkontribusi
pertumbuhan GDP riil, tingkat suku bunga riil, depresiasi nilai tukar, faktor lain, dan faktor
residual. Faktor residual perlu diminimalkan dari kontribusi atas penambahan tingkat
utang publik.
track record
track record
summary statistics median forecast error percentile
rank median forecast error Market
Access Country
Selain itu, dilakukan analisis untuk menilai proyeksi pertumbuhan di negara yang
diperkirakan telah memasuki boom-bust cycle. Trigger boom-bust cycle ditandai oleh salah
satu dari dua indikator, yakni credit benchmark breach dan output gap positif.
meliputi
shock
benchmark
shock baseline benchmark
shock
baseline benchmark
baseline Heat map
Indonesia memiliki risiko yang tinggi terhadap kebutuhan
pendanaan bruto jika terjadi shock atas nilai tukar.
benchmark
Selanjutnya adalah menu debt fan chart. Menu ini menyajikan informasi mengenai
kemungkinan perubahan rasio utang terhadap GDP (distribusi frekuensi) dalam jangka
menengah. Pada submenu ini disajikan fan chart yang dikonstruksikan dengan melihat
dampak (berdasarkan pada perhitungan atas rata-rata, varian, dan covarian) dari sejumlah
besar shock terhadap variabel-variabel makroekonomi yang relevan. Submenu ini didesain
secara interaktif sehingga pengguna bisa menyesuaikan shock individual mana saja yang
akan diterapkan dalam menghasilkan fan chart. Pengguna dapat menghilangkan pengaruh
shock uncertainty. Pengguna juga dapat
memilih untuk menghasilkan asymmetric fan chart
berupa restriction terhadap besaran dari shock tertentu.
benchmark penilaian risiko. Dari informasi tersebut, dapat ditarik kesimpulan apakah
lower early warning ataukah
upper early warning.
Dapat dilihat bahwa Indonesia berada pada posisi melampaui upper early warning
untuk yang menurut IMF dibatasi pada 15%. Terdapat
juga 3 indikator yang menunjukkan posisi Indonesia melampaui lower early warning yaitu
, , serta
Penutup
DSA terbaru tersebut akan berlaku secara efektif per tahun 2022.
Sehingga, pengacuan terhadap DSA 2013 menjadi batasan utama dalam proyek
ini. Pertimbangan penggunaan 2013 tersebut dilandasi bahwa DSA
terbaru masih bersifat usulan dalam IMF, dan belum terdapat petunjuk teknis
serta template pelaksanaan atas DSA tersebut.