Anda di halaman 1dari 30

No.

121 l Tahun XXXIII l Januari-Februari 2016

Raden Pardede

Tantangan Suku Bunga


Single Digit
Marsudi Wahyu Kisworo:

Pentingnya Soft Competence

Mengakselerasi Pertumbuhan
Kredit Properti

Dari Redaksi

Sulitnya Suku Bunga Single Digit

PENERBIT
Perhimpunan Bank Nasional
(Perbanas)
PELINDUNG
Pengurus Pusat Perbanas
PEMIMPIN REDAKSI
Danny Hartono,
Wakil Sekretaris Jenderal Perbanas
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Rita Mirasari,
Ketua Bidang Humas Perbanas
REDAKTUR PELAKSANA
Eri Unanto
SIRKULASI
Wara Sri Indriani
Adrian Burhan
KONSULTAN
Infobank Communication
Redaksi menerima tulisan dari
pihak luar. Panjang tulisan 3.000
6.500 karakter.
TARIF IKLAN
Cover
Depan dalam dan belakang
dalam/luar berwarna
1 halaman: Rp5.000.000,00
Isi
1 halaman: Rp4.000.000,00
halaman: Rp2.000.000,00
Probank menerima pemasangan
iklan dalam bentuk laporan
keuangan, display produk, dan
suplemen profil perusahaan.
ALAMAT REDAKSI/IKLAN
Griya Perbanas Lantai 1
Jalan Perbanas, Karet Kuningan
Setiabudi, Jakarta 12940
Telepon: (021) 5255731,5223038
Faksimile: (021) 5223037, 5223339
website: www.perbanas.org
e-mail: sekretariat@perbanas.org
IZIN PENERBITAN KHUSUS
MENPEN No. 1882/SK/DITJEN PPG/
STT/1993,
2 September 1993
ISSN: 0854-4174

uku bunga kredit perbankan di Tanah


Air lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara di kawasan Asia.
Tingginya suku bunga kredit perbankan
nasional dinilai sebagai penyebab sulitnya para
pengusaha domestik meningkatkan daya saing.
Pasalnya, biaya atau beban yang harus
ditanggung para pengusaha lebih tinggi
ketimbang di negara lainnya.
Persaingan global dan pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi
alasan utama pemerintah menurunkan suku
bunga kredit perbankan ke level yang lebih rendah. Selain itu, untuk memacu
pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kelesuan ekonomi global. Memasuki 2016,
tepatnya akhir Februari tahun ini, pemerintah menyampaikan keinginan untuk
menurunkan suku bunga kredit perbankan ke level single digitsuku bunga kredit
perbankan masih berada di level double digit, yakni di kisaran 12%-14%.
Dengan suku bunga kredit di level single digit, pertumbuhan kredit perbankan
pada 2016 diproyeksikan bisa menyentuh batas atas angka yang diproyeksikan Bank
Indonesia (BI), yakni 12%-14%. Dari pertumbuhan kredit perbankan tersebut,
perekonomian nasional diharapkan bisa bergerak lebih cepat.
Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk menurunkan suku bunga kredit ke
level single digit. Mulai dari penurunan BI Rate hingga pembatasan suku bunga
deposito bagi kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 dan 4.
Tentu saja, untuk mewujudkan keinginan itu tidaklah mudah. Banyak hal yang
mesti diperbaiki, seperti biaya dana (cost of fund) dan biaya operasional bank yang
relatif lebih tinggi serta tingkat inflasi dan suku bunga atau imbal hasil instrumen
dan surat utang pemerintah.
Lihat saja, biaya dana bank hingga saat ini masih berada di kisaran 5%-6%, jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan yang berada di
kisaran 0,8%-1,2%. Biaya operasional pun masih tinggi akibat kondisi geografis dan
demografis negeri ini. Selain itu, bank-bank di Tanah Air masih berada di zona
investasi teknologi yang notabene biayanya tinggi.
Problem lainnya ialah menyangkut suku bunga atau yield surat utang negara. Jika
suku bunga kredit dipaksakan turun, ada kemungkinan bank malah menahan kredit
dan menempatkan dananya di instrumen surat utang tersebut karena yield yang
ditawarkan masih tinggi dan lebih aman.
Begitu pun dengan tingkat inflasi. Menjaga inflasi tidaklah mudah. Harus ada
perbaikan dari sisi distribusi dan produksi untuk bahan atau pangan yang
berkontribusi besar terhadap inflasi.
Untuk menurunkan suku bunga ke level single digit, pemerintah, para pemangku
kebijakan, dan stakeholders terkait harus bisa membereskan berbagai pekerjaan
rumah tersebut. Dan, tentu, itu membutuhkan waktu yang tak sedikit. Di samping
itu, jangan sampai keinginan tersebut menimbulkan dampak terhadap stabilitas
sistem keuangan di Tanah Air karena penanganannya akan membutuhkan biaya yang
lebih besar.
Selain menurunkan suku bunga kredit, untuk meningkatkan daya saing dan
memacu pertumbuhan ekonomi, pemerintah sejatinya bisa melakukan upaya
pemangkasan birokrasi dan biaya siluman serta memberikan kepastian hukum
dalam berusaha. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi harus seiring dengan
pemerataan ekonomi. n

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

Daftar Isi

Dari Redaksi

.1

Perbanas Utama
Tantangan Suku Bunga Single Digit .3

Untuk mendorong pertumbuhan kredit dan pembangunan


ekonomi, pemerintah mendorong suku bunga kredit perbankan
bisa menyentuh single digit. Memang, realisasinya cukup sulit
karena banyak tantangan dan kendala yang mesti dihadapi.

Respons terhadap Suku Bunga Single Digit ..6


Arahan Regulator Dorong Single Digit .8

Profil

Marsudi Wahyu Kisworo

Rektor Perbanas Institute

Pentingnya Soft Competence 18


Regulasi
Penguatan Permodalan
untuk Perbankan yang Kuat...................................22
Krisis ekonomi selalu berulang. Untuk mengantisipasi
dampak atau risiko krisis, pelaku industri perbankan harus
menguatkan permodalan sesuai dengan profil risiko yang
dimilikinya.

Kinerja
Efisiensi Perbankan Menuju Single Digit .24

Era suku bunga single digit di perbankan nasional


ditargetkan dapat dicapai pada akhir tahun ini. Selain
cost of fund, efisiensi perbankan memegang peran kunci.

Aktualita
Hat Trick, BI Rate Turun Menjadi 6,75%........................10

Sepanjang triwulan pertama 2016 BI Rate mengalami


penurunan sebanyak tiga kali berturut-turut. Kebijakan
moneter tersebut dilansir sebagai respons atas kondisi yang
ada. Juga, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bunga KUR Dipangkas Menjadi 9%..............................12


Penurunan GWM, Stimulus Kredit 14
Property & Mortgage Summit 2016

Mengakselerasi Pertumbuhan Kredit Properti 16

Suplemen
Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih
PT Bank Ina Perdana, Tbk 5
PT Bank Sahabat Sampoerna 15
PT Bank BNI Syariah 17
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk21
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk 23
BTPN Syariah ..........26
PT Bank Woori Saudara Indonesia, Tbk.28
Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Mitra Sejati.28

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

Perbanas Utama

Tantangan Suku Bunga


Single Digit
Untuk mendorong pertumbuhan kredit dan pembangunan ekonomi, pemerintah
mendorong suku bunga kredit perbankan bisa menyentuh single digit. Memang,
realisasinya cukup sulit karena banyak tantangan dan kendala yang mesti dihadapi.

elang akhir Februari 2016 pemerintah mengutarakan


keinginannya, yaitu suku bunga kredit perbankan bisa
menyentuh level single digit. Pemerintah terus
mendorong perbankan nasional untuk dapat menekan
suku bunga kreditnya dari level saat ini yang masih double
digit menjadi single digit. Hal ini bertujuan agar daya beli
masyarakat meningkat dan bisa menopang perekonomian.
Selain itu, jika perbankan nasional dapat menurunkan suku
bunga kreditnya menjadi single digit, pertumbuhan kredit pun
diperkirakan meningkat. Menurut Bank Indonesia (BI), apabila
hal tersebut terealisasi, pertumbuhan kredit akan berada pada
batas atas dari target BI yang di kisaran 12%-14%.
Perkiraan kami bisa mencapai 12%-14% pertumbuhannya.
Kalau bunga kredit turun, ya itu bisa ke 14%
pertumbuhannya. Dia akan ke arah 14%, ujar Direktur
Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI,
Juda Agung, di Jakarta, Jumat, 26 Februari 2016.

Terlebih, kata dia, dengan kebijakan BI yang sudah


menurunkan BI Rate, yang diharapkan dapat segera direspons
oleh perbankan. Kalau transmisi kebijakan BI efektif
memengaruhi suku bunga bank, suku bunga lending, ya semua
kredit, maka dia akan ke arah 14%, ujarnya.
Namun, jika perbankan tidak merespons kebijakan BI
tersebut, diperkirakan pertumbuhan kredit akan berada pada
batas bawah. Juda meyakini, bank-bank akan segera
merespons kebijakan BI dengan ikut menurunkan suku bunga
kreditnya. Kalau transmisinya masih berjalan belum baik,
maka kemungkinan hanya 12% pertumbuhannya, jadi rangenya itu, tukas Juda.
Keinginan pemerintah untuk mendorong perbankan
menurunkan suku bunga kredit hingga level single digit
merupakan hal yang baik. Itu merupakan upaya mendorong
percepatan kredit untuk membangun perekonomian
nasional.

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

Perbanas Utama

Banyak faktor yang membuat suku


Selain itu, kendala lainnya ialah
bunga kredit perbankan masih berada di
kondisi likuiditas perbankan saat ini yang
level double digit, yakni di kisaran 12%sedang ketat. Ketatnya likuiditas tersebut
14%. Faktor-faktor tersebut antara lain
justru disebabkan oleh pemerintah yang
tingkat risiko yang ditetapkan bank atau
rajin menerbitkan surat utang. Dengan
risk premium, biaya dana (cost of fund),
tawaran suku bunga deposito yang tidak
dan biaya operasional (cost of operation).
semenarik suku bunga surat utang
Risk premium masih tergolong rendah dan
pemerintah, bank pun kalah bersaing
bisa diminimalisasi, sedangkan biaya dana
dalam hal mendapatkan dana masyarakat.
dan biaya operasional relatif lebih besar
Berharap suku bunga kredit turun
dan kendala untuk meminimalisasikannya
(ke) single digit, saya rasa tidak bisa
cukup berat. Biaya dana perbankan di
secepat yang diharapkan pemerintah
Tanah Air masih tergolong tinggi, salah
karena kondisi likuiditas sedang ketat.
satu penyebabnya ialah suku bunga
Taruh saja kalau cost of fund masih
deposito yang masih tergolong tinggi.
seperti sekarang, maka suku bunga yang
Tingginya suku bunga ini dipengaruhi
diharapkan single digit enggak bisa tahun
oleh tingkat inflasi yang masih relatif
ini. Indikasinya, kalau ingin turun, berarti
tinggi dan persaingan dalam mendapatkan dana (likuiditas)
bank harus menurunkan cost of fund 3%-5%. Sekarang suku
yang sangat ketat. Kemudian, biaya operasional dipengaruhi
bunga dana saja 7%, yield obligasi 8%, bank bersaing dengan
kondisi geografis Indonesia dan berbagai iuran yang harus
instrumen lain, terang Eko.
dibayarkan bank serta dikarenakan perbankan di Indonesia
Di lain sisi, inflasi yang masih tinggi juga masih
masih dalam tahap pengembangan teknologi yang notabene
menghambat penurunan suku bunga. Hal lainnya ialah dana
membutuhkan dana cukup banyak.
pemerintah yang malah banyak diparkir di rekening pemerintah
Chairman Infobank Institute, Eko B. Supriyanto,
di BI. Jika pemerintah memaksakan suku bunga kredit turun
mengungkapkan bahwa upaya pemerintah mendorong
menjadi single digit, justru dikhawatirkan bank akan menahan
perbankan menuju era suku bunga
kredit dan menempatkan dananya di
single digit masih cukup berat,
surat utang pemerintah yang
Tingginya suku bunga ini
meskipun arahnya sudah benar.
menawarkan yield tinggi.
Pasalnya, rata-rata biaya dana
Menurut Eko, pemerintah harus
dipengaruhi oleh tingkat inflasi
perbankan saat ini masih sangat
memiliki time frame yang jelas
yang masih relatif tinggi dan
besar. Kini tinggal bagaimana bankupaya penurunan suku bunga
persaingan dalam mendapatkan dalam
bank menyiasati tren penurunan
kredit karena berbagai persoalan
dana (likuiditas) yang sangat ketat. tersebut butuh upaya penyelesaian.
suku bunga agar tidak mengganggu
Kemudian, biaya operasional
bisnisnya.
Suku bunga kredit juga menurutnya
Ada beberapa hal yang mesti
bukan satu-satunya faktor yang
dipengaruhi kondisi geografis
dilakukan, mulai dari penurunan
Indonesia dan berbagai iuran yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
biaya dana, peningkatan modal, dan
Pasalnya, faktor suku bunga kredit
harus dibayarkan bank serta
penurunan biaya operasional, kata
hanya 19% dari ongkos produksi.
dikarenakan perbankan di
Eko.
Dunia usaha menurutnya masih
Apalagi, lanjut Eko, jika
menghadapi persoalan lain yang tak
Indonesia masih dalam tahap
membandingkan rata-rata biaya dana
kalah penting untuk diatasi, seperti
pengembangan teknologi yang
perbankan Indonesia dengan
kepastian hukum, biaya logistik
notabene membutuhkan dana
perbankan negara-negara tetangga,
tinggi, dan inflasi tinggi.
cukup banyak.
seperti Thailand dan Malaysia,
Sementara itu, Ketua Umum
Indonesia masih kalah telak. Jika
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh
rata-rata biaya dana perbankan
Indonesia yang juga membawahkan
Indonesia berada di kisaran 4,8%sektor usaha kecil dan menengah
5,4%, di Malaysia rata-ratanya hanya 0,8%-1,2%. Demikian
(UKM) koperasi dan ekonomi kreatif, Sandiaga Uno,
juga negara lainnya yang tidak beda jauh dengan Malaysia.
mengatakan, meskipun pihaknya juga mengharapkan suku
Jadi, penurunan suku bunga single digit kemungkinan tidak
bunga kredit turun, yang menjadi prioritas bagi pihaknya ialah
terjadi dalam jangka pendek, tambahnya.
akses ke kredit yang tidak berbelit-belit. Menurut Sandiaga,
Melihat hal demikian, kini yang harus menjadi perhatian
meskipun pemerintah sudah menjanjikan Kredit Usaha Rakyat
pemerintah ialah bagaimana membuat laju inflasi tetap
(KUR), hal tersebut belum memadai untuk membangun sektor
terkontrol dan nilai tukar rupiah terus menguat. Jika
UKM.
menekan perbankan untuk memangkas net interest margin
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),
(NIM) akan sangat sulit dilakukan, terlebih biaya dana masih
Hariyadi Sukamdani, mengatakan, penurunan suku bunga
sangat besar.
kredit penting untuk dilakukan. Kendati, banyak kebijakan

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

pemerintah yang justru kontradiktif dengan tujuan penurunan


bahwa biaya bisnis diturunkan, tapi dalam melaksanakan itu
suku bunga kredit tersebut.
ada risiko yang bisa berimbas pada stabilitas sistem
Menurut Hariyadi, bank itu memilih yang aman. Bank
keuangan. Dan, kalau sampai ke stabilitas, bisa jadi biaya
kan menempatkan (dananya) di empat tempat, yaitu
untuk memulihkan itu lebih besar daripada manfaat yang
menyalurkan ke kredit; dibelikan obligasi; disalurkan ke pasar
kita dapat dengan penurunan suku bunga kredit tersebut,
uang antarbank; ditaruh di SBI (Sertifikat
kata Doddy.
Bank Indonesia), SBN (Surat Berharga
Karena itu, menurutnya, diperlukan road
Negara). Bank kan pilih aman. Kalau pilih
map yang jelas yang melibatkan semua
Pemerintah harus stakeholders yang memengaruhi penurunan
yang aman, ya taruh di obligasi dan SBN.
memiliki
time frame suku bunga. Seperti diketahui, Wakil Presiden
Jadi, selama kebijakannya seperti itu kan
kontradiktif, makanya likuiditas menjadi
Jusuf Kalla menjanjikan bahwa suku bunga
yang jelas dalam
ketat dan kering, katanya.
atau pinjaman akan turun secara
upaya penurunan kredit
Pendapat yang lain disampaikan Doddy
bertahap sampai dengan akhir 2016 dan
suku bunga kredit akhirnya akan menjadi single digit (di bawah
Ariefianto, ekonom Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Menurut pandangannya,
10%). Sebelumnya, pemerintah bersama
karena berbagai
masalah suku bunga kredit di Indonesia
persoalan tersebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI, dan
memang sesuatu yang sangat kompleks. Hal
perusahaan-perusahaan badan usaha milik
butuh upaya
itu karena terkait dengan banyak hal,
negara (BUMN) akan membentuk tim. Hal itu
penyelesaian.
seperti tingkat inflasi, tingkat efisiensi
guna merealisasikan rencana penurunan suku
intermediasi perbankan dalam hal ini net
bunga pinjaman, dari sebelumnya berada di
interest margin (NIM), serta kondisi defisit
kisaran 10%-12% menjadi single digit.
neraca berjalan. Karena itu, diperlukan road
Sementara itu, Menteri Koordinator
map yang jelas untuk mengidentifikasi setiap hambatan
Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan akan
dalam upaya penurunan suku bunga kredit.
menindaklanjuti rencana penurunan suku bunga dengan
Bisa turun sih, bisa saja, tapi dengan cara apa dan
membentuk tim bersama. Sampai dengan akhir tahun ini,
bagaimana. Kalau intervensi bisa saja, cuma cost-nya
ditargetkan single digit itu untuk suku bunga kredit di tingkat
bagaimana, terutama pada stabilitas. Tujuannya mulia
masyarakat dan pinjaman korporasi. n

BANK INA
PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH
PT BANK INA PERDANA Tbk
Sesuai pasal 6 ayat 1 huruf h UU PPh Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan No.105/
PMK/03/2009, dengan ini PT Bank Ina Perdana mengumumkan Piutangnya Yang Nyata-Nyata
Tidak Dapat Ditagih sebagai berikut :
Tahun 2015 sebesar Rp 873.907.686,Rincian Daftar Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih adalah sebagaimana tercatat di
bank dan diserahkan di Kantor Pelayanan Pajak.

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

Perbanas Utama

Respons terhadap Suku


Bunga Single Digit
Suku bunga kredit perbankan yang saat ini berada di kisaran double digit akan
didorong pemerintah dan regulator ke kisaran single digit. Seperti apa respons para
pelaku usaha di industri perbankan?

emerintah dan segenap pemangku kebijakan terkait terus


mendorong perbankan nasional untuk dapat menekan
suku bunga kreditnya dari level double digit menjadi
single digit. Hal itu bertujuan agar daya beli masyarakat
meningkat, begitu juga penyaluran kredit oleh bank. Alhasil,
pembangunan ekonomi nasional pun bisa lebih berkembang.

Tentu saja, wacana atau keinginan itu tidak mudah


diwujudkan, mengingat banyak faktor dan permasalahan yang
mesti ditangani segera, mulai dari biaya dana yang relatif
besar hingga tingkat inflasi nasional.
Seperti apa respons para pelaku di industri ini? Berikut
pendapat mereka.

Budi Gunadi Sadikin,


Direktur Utama Bank Mandiri

Tidak Bisa Semuanya


Budi Gunadi Sadikin saat masih menjabat
Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri sempat
mengatakan tidak keberatan jika kebijakan
suku bunga single digit diterapkan. Pasalnya,
sejauh ini Bank Mandiri sudah menerapkan
suku bunga single digit pada para nasabahnya,
yang tidak pernah bermasalah dalam
pembayaran kredit.
Untuk beberapa nasabah yang kualitasnya
baik, risikonya kecil, sudah kami kasih single
digit. Sebagian besar single digit, tapi memang
enggak semuanya single digit, ujar Budi.
Menurutnya, pemberian suku bunga single
digit diutamakan bagi segmen-segmen atau
usaha produktif yang diharapkan dapat
menggerakkan perekonomian nasional. Buat
kami enggak terlalu sulit karena memang sudah ada yang
single digit, kemudian kami juga punya funding yang kuat,
tukasnya.
Lebih lanjut dia menilai, di Bank Mandiri biaya yang
paling besar bukanlah biaya operasional, melainkan biaya
dana. Oleh sebab itu, untuk menurunkan suku bunga kredit
menjadi single digit harus melihat kondisi biaya dana.
Biaya bank yang paling besar adalah biaya dana. Kalau

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

dilihat biaya operasional terhadap pendapatan


operasional (BO/PO), itu yang paling besar
biaya dana. Jadi, kalau mau menurunkan suku
bunga kredit itu, biaya dana mesti turun.
Biaya dana itu bukan tergantung pada
permintaan nasabah saja, tapi juga tergantung
pada demand supply, ungkap Budi.
Memang, tidak mudah bagi bank untuk
menurunkan suku bunganya. Selain biaya
dana, penurunan suku bunga kredit terkait
erat dengan tingkat inflasi. Bank Mandiri,
kata Budi, akan menurunkan tingkat suku
bunga asalkan pemerintah dan Bank Indonesia
(BI) mampu menekan inflasi menjadi 2%
(year on year atau yoy).
Pada dasarnya, katanya lagi, jika melihat
industri perbankan di kawasan ASEAN, memang sudah
seharusnya ada penurunan suku bunga kredit dan simpanan pada
perbankan nasional. Harusnya bunga di kita (Indonesia) setara
dengan bank-bank di negara lain, tukas Budi.
Kendati demikian, jelasnya, upaya menekan suku bunga
perbankan tidak bisa dilakukan secara serta-merta melalui
intervensi atau perintah. Penurunan suku bunga ini ada
caranya, ucapnya.

Mohamad Irfan
Direktur Bisnis dan UMKM BRI

Siap Turunkan Suku Bunga


Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan mematuhi
arahan pihak otoritas, baik Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), maupun
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tentang
penurunan suku bunga kredit menjadi single
digit, termasuk untuk suku bunga kredit mikro.
Sebagai bank pemerintah, BRI mengaku siap
mengawal arahan pemerintah dan otoritas
terkait untuk menurunkan suku bunga kredit.
Kita kan ada yang atur: ada BI, OJK,
LPS, Menteri Keuangan. Jadi, BRI sebagai
bank pemerintah itu kan punya tugas untuk
menjalankan sebagai agen pembangunan.
Pemerintah maunya apa. Kan dia pemegang
saham terbesar jadi kita kawal. Kita harus ke
sana, kata Direktur Bisnis dan UMKM BRI,
Mohamad Irfan,
Kendati sebagai pemain besar kredit di segmen mikro, BRI
yang harus menanggung biaya overhead yang tingginamun
penurunan suku bunga kredit bisa dilakukan. Ya itu kita yang
atur. Pokoknya kita ikuti pemerintah. Kan bukan hari ini saja

kita tahu soal penurunan bunga ini, dari 10


tahun lalu sudah terdengar. Memang kalau
mekanisme pasar enggak bisa cepat,
tambahnya.
Irfan mengaku, sejauh ini BRI belum
menghitung dampak penurunan suku bunga
terhadap profitabilitas perseroan. Walau begitu,
BRI telah memiliki langkah antisipasi jika
pendapatan bunganya tergerus.
Secara umum kan orang tahu akan ada
pengaruh pendapatan bunga jadi mesti harus
tingkatkan fee based. Selain itu, omzet harus
diperbesar. Kita tingkatkan volume, terus kita
lakukan penyesuaian supaya overhead enggak
naik terus sehingga nanti ujungnya laba bisa
kita jaga, tandasnya.
Kendati demikian, untuk menurunkan suku bunga kredit,
bank berpatokan pada suku bunga dana dan biaya operasional.
Karena itu, BRI secara bertahap akan menurunkan suku bunga
deposito dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, BRI setiap
bulan terus mengevaluasi penurunan suku bunganya.

Roy Arfandy
Direktur Utama PermataBank

Dia menilai, suku bunga acuan yang


rendah tentunya akan menopang tingkat daya
beli masyarakat yang pada akhirnya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pertumbuhan kredit perbankan. Oleh sebab
itu, dirinya meminta BI dapat melonggarkan
kembali berbagai kebijakan yang dilansir.
Jadi, saya support BI Rate turun karena
akan mendorong pertumbuhan kredit dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ini kan
untuk membantu pertumbuhan ekonomi kita,
ucap Roy.
Sementara itu, dari sisi likuiditas, katanya
lagi, pihaknya mengapresiasi langkah BI
yang sebelumnya telah menurunkan giro
wajib minimum (GWM) primer menjadi
6,5% dari posisi sebelumnya 7,5%. Kondisi
ini tentu akan membantu perbankan dari segi likuiditas
sehingga dapat meningkatkan pembiayaan.
Jadi, ketika GWM turun 1% terdapat penambahan
likuiditas sekitar Rp40 triliun di pasar. Tentu dana likuiditas
seperti ini kan harus diperoleh bank. Ini harus diinvestasi
dalam bentuk kredit dan akan mendorong pertumbuhan kredit
lebih baik tahun ini, tutup Roy. n

Suku Bunga Turun,


Asal BI Rate Rendah
Suku bunga perbankan nasional saat ini
dianggap sangat tinggi jika dibandingkan
dengan perbankan di negara tetangga. Karena
itu, pemerintah pun meminta perbankan
nasional untuk dapat menurunkan suku
bunganya menjadi single digit.
Menurut Direktur Utama PermataBank, Roy
Arfandy, memang tidak mudah bagi bank untuk
menurunkan suku bunganya di tengah suku
bunga acuan (BI Rate) yang masih tergolong tinggi. Pihaknya
akan menurunkan suku bunga asal Bank Indonesia (BI) bisa
menerapkan suku bunga rendah.
Jadi, bagaimana mau menurunkan suku bunga kredit di
bawah 10%. Kalau Bank Permata (PermataBank) untuk
menurunkan suku bunga kredit di bawah 10%, maka BI Rate
agar turun lagi, ujar Roy di kantornya,

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

Perbanas Utama

Arahan Regulator
Dorong Single Digit
Berbagai upaya dilakukan regulator guna menyokong keinginan pemerintah, yaitu
menekan suku bunga kredit perbankan ke arah single digit. Suku bunga single digit
diharapkan bisa direalisasikan pada tahun depan.

emerintah menilai suku


bunga kredit perbankan
nasional saat ini masih
terlalu tinggi. Situasi
seperti ini membuat pergerakan
sektor riil melambat dan tidak
menarik minat investor untuk
berinvestasi.
Dibanding sektor perbankan
di kawasan ASEAN, suku bunga
perbankan Indonesia relatif lebih
tinggi dibanding industri
perbankan negara-negara
ASEAN lainnya.
Memperhitungkan daya saingnya,
suku bunga yang tinggi menjadi
titik lemah perbankan Indonesia
saat harus bersaing dengan
perbankan negara ASEAN
lainnya. Apalagi bila
Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) untuk sektor perbankan
dan jasa keuangan diberlakukan
pada 2020. Nah, atas dasar itu, pemerintah pun menekan suku
bunga kredit perbankan nasional ke level single digit. Dalam
beberapa kesempatan, Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf
Kalla (JK), meminta pelaku perbankan nasional untuk dapat
menekan suku bunga kredit banknya ke level single digit.
JK menilai suku bunga kredit yang saat ini di kisaran 12%14% masih terlalu tinggi dan tidak efisien. Ke depan, untuk
meningkatkan daya saing, perbankan nasional harus bisa efisien
dan menekan suku bunga kreditnya ke level single digit.
JK berharap suku bunga kredit single digit bisa terealisasi
pada 2017. Dengan penurunan ini, daya beli masyarakat pun
bisa meningkat dan mendorong perekonomian nasional.
Selain itu, dengan tingkat suku bunga yang rendah,
nantinya diharapkan dapat mendorong industri nasional untuk
berkembang. Tak hanya berkembang, industri nasional
diharapkan mampu bersaing di tengah persaingan pasar bebas
ASEAN yang sangat ketat.

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

OJK berupaya agar bank-bank


menurunkan suku bunga rata-rata kredit
hingga single digit tahun ini. OJK tidak
mengeluarkan aturan khusus terkait dengan
penurunan suku bunga kredit, tapi OJK
telah mengeluarkan arahan terkait upaya
penurunan rata-rata suku bunga kredit
hingga single digit.
Menurutnya, suku bunga kredit yang lebih rendah membuat
beban industri menjadi lebih ringan. Dengan demikian, daya
saing industri nasional akan makin meningkat.

Seiring dengan keinginan itu, segenap


perbankan. Menurut proyeksi BI,
pemangku kebijakan terkait, yakni Otoritas
apabila hal tersebut terealisasi,
Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia
pertumbuhan kredit akan berada pada
(BI), menyamakan langkah demi
batas atas dari target BI yang di kisaran
mewujudkan suku bunga single digit.
12%-14%.
Sejauh ini BI telah melansir kebijakan
Jika pihak perbankan tidak
penurunan suku bunga acuan, BI Rate.
merespons kebijakan BI tersebut,
Sementara itu, OJK akan memberikan
diperkirakan pertumbuhan kredit akan
insentif bagi bank yang mampu menekan
berada pada batas bawah. Direktur
tingkat net interest margin (NIM).
Eksekutif Departemen Kebijakan
OJK berupaya agar bank-bank
Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung,
menurunkan suku bunga rata-rata kredit
meyakini, bank-bank akan segera
hingga single digit tahun ini. Menurut
merespons kebijakan BI dengan ikut
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan
menurunkan suku bunga kreditnya.
OJK, Nelson Tampubolon, OJK tidak
Kalau transmisinya masih berjalan
mengeluarkan aturan khusus terkait dengan
belum baik, maka kemungkinan hanya
penurunan suku bunga kredit, tapi OJK
12% pertumbuhannya. Jadi, range-nya
telah mengeluarkan arahan terkait upaya
itu. Kalau transmisi kebijakan BI
penurunan rata-rata suku bunga kredit
efektif memengaruhi suku bunga
hingga single digit.
bank, suku bunga lending, ya semua
BI berharap beberapa
Meski hanya berupa arahan, bank
kredit, maka dia akan ke arah 14%,
kebijakan yang telah dilansir terangnya.
diawasi secara khusus dalam proses
implementasi arahan tersebut.
bisa direspons dengan baik
Supervisory approach-nya itu nanti harus
Bank BUMN Didorong
oleh para pelaku usaha di
nyata juga ada proses nyata yang
Arahan pemerintah bagi perbankan
sektor perbankan. Menurut untuk menurunkan suku bunga kredit
dilakukan oleh bank dari sisi suku bunga
kredit mengikuti penurunan suku bunga
menjadi single digit akan dilakukan
proyeksi BI, apabila hal
dana pihak ketiga. Kalau enggak, ya
secara bertahap dan sebelum akhir
tersebut terealisasi,
percuma nanti, terang Nelson.
tahun diharapkan sudah terlaksana.
Sebelumnya, OJK telah menyurati bank
Bank-bank milik pemerintah atau bank
pertumbuhan kredit akan
untuk membatasi suku bunga deposito
usaha milik negara (BUMN)
berada pada batas atas dari badan
maksimal 100 basis point (bps) di atas BI
diharapkan menjadi pelopor bagi
target BI yang di kisaran
Rate atau sebesar 8% untuk bank BUKU
penurunan suku bunga kredit.
3. Sementara itu, untuk bank BUKU 4
Kita sedang melihat apa namanya
12%-14%.
dibatasi maksimal sebesar 75 bps dari BI
area di ASEAN ini sedang kita
Rate atau menjadi sebesar 7,75% dengan
analisis. Yang pasti target kita harus
patokan BI Rate yang saat itu sebesar 7%
single digit. Jadi, sebelum akhir tahun
(BI Rate saat ini sebesar 6,75%).
harus single digit. Memang kan
Kendati demikian, OJK tidak mengarahkan penurunan suku
prosesnya bertahap, tetapi tentunya kita menyadari suatu hal
bunga kredit untuk segmen-segmen tertentu. Namun, secara
seperti ini harus ada dorongannya, harus ada pionirnya,
rata-rata suku bunga kredit diarahkan turun menjadi single
harus ada yang di depan, kata Menteri BUMN, Rini
digit pada tahun ini. Seperti diketahui, pada Januari 2016
Soemarno.
menurut data Uang Beredar Bank Indonesia (BI) rata-rata
Penurunan suku bunga kredit sangat krusial seiring dengan
suku bunga kredit tercatat 12,83%, sama dengan posisi
era pasar bebas ASEAN. Suku bunga kredit/pinjaman
Desember 2015. Semangatnya sih akhir tahun ini rata-rata itu
perbankan nasional diusahakan sama dengan suku bunga
harus sudah single digit, tegasnya.
pinjaman perbankan negara lain di ASEAN. Jika tidak,
Di lain pihak, BI selain menurunkan BI Rate,
produk-produk Indonesia tidak bisa bersaing dengan produk
menyelaraskan langkahnya dengan melansir kebijakan
negara lain di ASEAN.
penurunan giro wajib minimum (GWM). Dengan adanya
Pinjaman saja itu cost-nya sudah lebih tinggi. Oleh karena
penurunan GWM, maka likuiditas perbankan makin bertambah
itu, pemerintah bersama dengan OJK dan BI untuk kita harus
yang sebelumnya dinilai ketat.
bertahap, bagaimana menurunkan bunga. Karena, kalau kita
BI memutuskan untuk menurunkan GWM primer menjadi
membicarakan bunga pinjaman itu kan dari dua tempat cost6,5% dari sebelumnya sebesar 7,5% dari dana pihak ketiga
nya, yaitu cost of fund yang kita dapat dari deposito dan
(DPK). Padahal, sebelumnya pada akhir 2015, BI juga sudah
tabungan dan operational cost. Ini semua harus kita perbaiki,
menurunkan GWM dari 8% menjadi 7,5%.
terutama efisiensi cost-nya harus kita turunkan sehingga semua
BI berharap beberapa kebijakan yang telah dilansir bisa
bisa mencapai target kita, suku bunga pinjamannya rendah,
direspons dengan baik oleh para pelaku usaha di sektor
terangnya. n
No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

Aktualita

Hat Trick, BI Rate Turun


Menjadi 6,75%
Sepanjang triwulan pertama 2016 BI Rate mengalami penurunan sebanyak tiga kali berturutturut. Kebijakan moneter tersebut dilansir sebagai respons atas kondisi yang ada. Juga, untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.

uku bunga acuan BI Rate turun sebanyak tiga kali


berturut-turut sepanjang triwulan pertama tahun ini.
Secara keseluruhan, BI Rate turun sebanyak 75 basis
points (bps) menjadi 6,75% dalam tiga bulan pertama
tahun ini. Penurunan yang terakhir diputuskan dalam Rapat
Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17
Maret 2016.
Pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan BI Rate
akan berdampak pada penurunan suku bunga perbankan. Hal
itu diprediksi akan meningkatkan pertumbuhan kredit
perbankan. Untuk mendukung transmisi penurunan suku bunga
kebijakan, struktur suku bunga operasi moneter (term
structure) juga disesuaikan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta
Segara, mengatakan, BI akan lebih berhati-hati dalam

10

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

mengambil keputusan penurunan


suku bunga acuan pada RDG
selanjutnya. Kami belum bisa
memberitahukan, dewan gubernur
akan berhati-hati untuk
memutuskan suku bunga
kebijakan pada April, tegasnya.
Menurut Tirta, hal itu
dilakukan karena BI masih akan
melakukan penilaian pada seluruh
aspek ekonomi, baik secara
global maupun domestik. Salah
satu yang akan diperhatikan
dengan cermat, lanjutnya, adalah
nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Sesuai dengan mandat untuk
memenuhi kebijakan moneter, BI
harus menjaga inflasi dan
stabilitas nilai tukar.
Di tengah lemahnya
pertumbuhan ekonomi global,
kebijakan penurunan BI Rate
tersebut diharapkan makin
memperkuat upaya peningkatan permintaan domestik untuk
mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, dan pada saat
yang sama menjaga stabilitas makro-ekonomi. Namun, Dewan
Gubernur BI akan lebih berhati-hati dalam menentukan
pelonggaran moneter selanjutnya, yakni dengan
mempertimbangkan assesment dan prakiraan menyeluruh atas
kondisi makro-ekonomi, stabilitas sistem keuangan domestik,
serta perkembangan ekonomi global.
Untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan
moneter, ke depan BI akan lebih menekankan pada penguatan
kerangka operasional melalui penerapan struktur suku bunga
operasi moneter yang konsisten. BI juga akan terus
memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk memastikan
pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan
reformasi struktural berjalan dengan baik sehingga mampu

menopang pertumbuhan ekonomi yang


berkelanjutan.
Faktor berikutnya ialah ketidakpastian
pasar keuangan global yang makin mereda
dengan kemungkinan kenaikan suku bunga
Amerika Serikat (AS) yang lebih bertahap
serta kebijakan suku bunga negatif di Jepang
dan Uni Eropa. Selain itu, pertumbuhan
ekonomi dunia pada 2016 dan 2017
diperkirakan lebih lambat daripada perkiraan
sebelumnyadengan pemulihan ekonomi
yang belum kuat di sejumlah negara maju
dan perlambatan ekonomi di negara
berkembang.
Sementara itu, bank sentral AS (The Fed)
mempertahankan target suku bunga Fed Fund
Rate (FFR) sebesar 0,25%-0,50% pada 16
Maret 2016 sejalan dengan konsumsi yang tumbuh moderat,
laju inflasi yang masih di bawah target, serta prospek ekonomi
dan keuangan global yang masih berisiko.
Kondisi global saat ini berdampak pada berlanjutnya aliran
masuk modal asing dan menurunnya permintaan valuta asing
(valas) untuk keperluan transaksi domestik sehingga
mendorong penguatan rupiah. Pada Februari 2016 nilai tukar
rupiah secara year to date (ytd) menguat 3,09% ke level
Rp13.372 per US$1. Tren apresiasi rupiah ditopang oleh
meningkatnya aliran masuk modal asing, termasuk di pasar
saham.
Dari sisi domestik, penguatan tersebut didorong oleh
persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian
Indonesia. Hal itu seiring dengan penurunan BI Rate dan
paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk
memperbaiki iklim investasi, implementasi proyek
infrastruktur yang makin efektif, serta berlakunya peraturan BI
(PBI) tentang kewajiban penggunaan rupiah, dari sebelumnya
rata-rata US$7,3 miliar per bulan menjadi kurang dari US$3
miliar per bulan. Dari sisi eksternal, penguatan rupiah
ditopang oleh makin meredanya risiko di pasar keuangan
global sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter di
beberapa negara maju.
Kondisi Domestik
Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan pertama 2016
terus membaik, terutama didukung oleh akselerasi stimulus
fiskal. Investasi pemerintah meningkat didorong oleh akselerasi
belanja modal pemerintah yang terlihat cepat pada dua bulan
pertama 2016, sementara investasi swasta diperkirakan baru
akan meningkat pada periode-periode yang akan datang.
Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan masih cukup kuat.
Hal itu tercermin dari daya beli yang terjaga, penjualan eceran
yang meningkat, dan kepercayaan konsumen yang cukup baik.
Sedangkan, kinerja ekspor diperkirakan masih tertekan
seiring dengan masih lambatnya pemulihan ekonomi global
dan masih menurunnya harga komoditas. Untuk keseluruhan,
pertumbuhan ekonomi pada 2016 diperkirakan tumbuh di
kisaran 5,2%-5,6% (year on year/yoy), lebih tinggi ketimbang
pertumbuhan tahun sebelumnya.

Sementara itu, neraca perdagangan


Februari 2016 tercatat surplus US$1,15
miliar, lebih tinggi daripada surplus bulan
sebelumnya. Pencapaian tersebut terutama
ditopang oleh kenaikan surplus neraca
nonmigas yang bersumber dari kenaikan
ekspor perhiasan/permata serta produkproduk dari besi dan baja. Sedangkan, neraca
migas pada Februari 2016 tercatat surplus,
setelah pada bulan sebelumnya tercatat
defisit.
Surplus neraca perdagangan pada JanuariFebruari 2016 masih sejalan dengan
perkiraan defisit transaksi berjalan pada
triwulan pertama 2016. Sementara, cadangan
devisa pada akhir Februari 2016 tercatat
US$104,5 miliar, setara dengan 7,6 bulan
impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah.
Hal lain yang menopang kestabilan perekonomian ialah
inflasi. Inflasi Februari 2016 tampak makin terkendali dan
mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2016, yakni 4,0
1%. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2016
tercatat deflasi sebesar 0,09% (month to month atau mtm),
terutama disumbang oleh deflasi komponen barang yang diatur
pemerintah (administered prices) dan komponen bahan
makanan bergejolak (volatile foods).
Deflasi administered prices terutama disumbang oleh
penurunan harga bahan bakar rumah tangga, penurunan tarif
listrik, serta penurunan tarif angkutan udara. Sementara,
deflasi kelompok volatile foods terutama bersumber dari
penurunan harga sebagian besar komoditas pangan, kecuali
harga beras yang meningkat sebagai dampak dari El Nino.
Di lain sisi, inflasi inti masih tergolong rendah, yakni
tercatat sebesar 0,31% (mtm) atau 3,59% (yoy). Rendahnya
angka inflasi inti tersebut didorong oleh terjaganya ekspektasi
inflasi dan masih terbatasnya permintaan domestik. Ke depan
tren penurunan harga minyak dunia diharapkan dapat
mendorong penurunan tekanan inflasi. BI meyakini bahwa
inflasi akan berada di kisaran 4,0 1% pada 2016. Koordinasi
pemerintah dan BI dalam mengendalikan inflasi akan terus
diperkuat demi mengantisipasi kemungkinan tekanan inflasi
kelompok volatile foods.
Stabilitas sistem keuangan pun tetap terjaga. Hal itu
ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar
keuangan yang cukup kuat. Pada Januari 2016 rasio
kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR)
perbankan tercatat 21,5%, sementara rasio kredit bermasalah
(non performing loan atau NPL) berada di kisaran 2,7%
(gross) atau 1,4% (net).
Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit
perbankan tercatat 9,6% (yoy), sedikit menurun dari
pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 10,4% (yoy).
Sementara, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan
pada Januari 2016 tercatat 6,8% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang
sebesar 7,3% (yoy). n
No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

11

Aktualita

Bunga KUR Dipangkas


Menjadi 9%
Pemerintah berkomitmen terus mendukung para pelaku UMKM. Salah satu upaya pemerintah
untuk mendorong peningkatan usaha dan kapasitas UMKM ialah menurunkan suku bunga
KUR yang diberlakukan per Januari tahun ini.

elaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)


dinilai memiliki kontribusi yang besar bagi
perekonomian nasional. Terkait dengan hal itu,
pemerintah berkomitmen terus mendukung para
pelaku UMKM melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Komitmen pemerintah tersebut dibuktikan dengan
menurunkan suku bunga KUR dari sebelumnya sebesar 12%
menjadi 9% yang sudah diberlakukan sejak awal tahun ini.
Sebelumnya, suku bunga KUR sempat menyentuh 22%.
Angka tersebut kemudian diturunkan menjadi 12% dengan
total anggaran yang disalurkan mencapai Rp30 triliun pada
2015. Kalau untuk KUR, mulai 1 Januari akan dimulai ritel,
mikro, dengan tingkat bunga 9%, ujar Menteri Keuangan,
Bambang P.S. Brodjonegoro, usai rapat koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada akhir
2015.

12

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

Meski suku bunga sudah


diturunkan, kemampuan penyaluran
KUR tetap harus disesuaikan
dengan kemampuan industri
perbankan sebagai penyalur kredit.
Selama ini penyaluran KUR baru
dilakukan oleh tiga bank yang
sudah ditunjuk pemerintah, yakni
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Negara Indonesia (BNI), dan Bank
Mandiri. Dari ketiga bank tersebut,
kredit mikro paling besar disalurkan
oleh BRI, sedangkan kredit ritel
lebih banyak disalurkan oleh BNI
dan Bank Mandiri.
Untuk mendukung penyaluran
KUR, pemerintah juga berencana
menambah jumlah bank penyalur
pada tahun ini. Yang jelas, bankbank tersebut juga harus memenuhi
kriteria tertentu. Salah satunya ialah
masalah non performing loan (NPL).
Tadi juga diputuskan kita akan menambah bank penyalur.
Jadi, mungkin akan melibatkan bank swasta. Kita akan lihat
kriterianya, seperti rekam jejak realisasi NPL dan apakah dia
punya track record cukup bagus di kredit mikro, karena yang
kami tambah kredit mikronya, jelas Bambang.
Setidaknya sudah ada 10 bank swasta dan 11 bank
pembangunan daerah (BPD) yang berpotensi besar menjadi
bank penyalur KUR. Bank-bank tersebut masih dievaluasi
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan
kelayakannya menjadi penyalur KUR.
Setidaknya ada dua kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh
bank-bank yang akan menjadi penyalur KUR, yaitu rasio NPL
usaha mikro dan kecil yang harus di bawah 5% dan portofolio
kredit usaha mikro kecil di atas 5%. Jika kedua syarat
tersebut terpenuhi, besar kemungkinan bank-bank tersebut

akan bisa menyalurkan KUR pada Aprildapat berkembang dan tepat sasaran,
Mei tahun ini.
yang pada akhirnya akan menaikkan
Braman Setyo, Deputi Pembiayaan
ranking Indonesia dalam EODB, jelas
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dia.
Menengah (UKM), mengatakan, selain
Untuk terus mengembangkan KUR
tiga bank pemerintah, masih ada dua
dan menyederhanakannya, Kemenko
bank swasta yang juga menyalurkan
Perekonomian akan melakukan revisi atas
KUR, yaitu Maybank dan Bank
Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Sinarmas. Untuk bank pembangunan
Perekonomian Nomor 13 Tahun 2016
daerah, saat ini yang disetujui ialah Bank
yang antara lain berisi aturan mengenai
NTT dan Bank Kalbar.
penyaluran KUR kepada debitor kredit
Menurutnya, sudah ada enam bank
sistem resi gudang yang akan dilakukan
BPD lagi yang dinilai sehat dan
secara bersamaan.
memenuhi kriteria, tapi pihak
Menurut Darmin, perlu koordinasi
kementerian belum mengantongi namasemua pihak untuk bisa terus terbuka dan
nama BPD itu. Dia melanjutkan,
mengomunikasikan program KUR agar
pemerintah mendorong keterlibatan lebih
masyarakat luas bisa menikmati program
banyak bank agar penyaluran KUR
ini. Pasalnya, Rp100 triliun bukan
Kita sambut baik pemerintah
makin cepat.
nilai yang kecil sehingga program
Tidak hanya bank, lembaga
memberikan subsidi bunga tanpa KUR harus dibuka lebih lebar.
keuangan lain yang akan dilibatkan
Agar lebih banyak orang yang
meminta penurunan bunga dari
dalam penyaluran KUR, seperti
tahu. Ini agar kita lebih baik,
bank. Kalau UMKM bisa diberi
perusahaan pembiayaan
ungkapnya.
(multifinance) dan modal ventura,
Menteri Perindustrian, Saleh
stimulus dengan baik, diperkirakan
juga harus sehat dan lolos evaluasi
Husin, mengungkapkan, demi
UMKM akan menyumbang 1% bagi mendukung penyaluran KUR,
oleh OJK. Memang, penambahan
lembaga keuangan nonbank sebagai
Kementerian Perindustrian tengah
pertumbuhan ekonomi kita.
penyalur KUR tersebut masih dalam
menyiapkan dan mengidentifikasi
tahap uji coba.
industri kecil yang layak
Terkait dengan program pemerintah untuk menurunkan
memperoleh KUR. Tentunya dengan pendampingan melalui
suku bunga KUR, Bank Indonesia (BI) mendukung
tim penyuluh lapangan yang tersebar di seluruh daerah di
sepenuhnya program tersebut. Sebab, hal itu juga akan
Indonesia.
mendukung industri perbankan. Agus D. W. Martowardojo,
Gubernur BI, mengatakan, penurunan suku bunga KUR
Masih Bisa Turun Lagi
merupakan insentif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
Penurunan suku bunga KUR memang sudah dilakukan
yang dipatok 5,2%-5,6%. Pasalnya, ke depan pertumbuhan
tahun ini. Namun, tidak menutup kemungkinan masih akan
ekonomi akan ditopang oleh sektor UMKM yang memiliki
ada penurunan lagi ke depannya. Kabar mengenai rencana
daya tahan kuat.
penurunan kembali suku bunga KUR memang sudah
Kita sambut baik pemerintah berikan dukungan melalui
diembuskan dan akan direalisasikan pada 2017.
bunga KUR 9% pada 2016. Kita sambut baik pemerintah
Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah
memberikan subsidi bunga tanpa meminta penurunan bunga
Puspayoga, membenarkan hal tersebut. KUR yang saat ini
dari bank. Kalau UMKM bisa diberi stimulus dengan baik,
9% akan kembali diturunkan menjadi 7% pada 2017.
diperkirakan UMKM akan menyumbang 1% bagi
Penurunan kembali di angka 7% nanti akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kita, jelasnya dikutip dari
produksi para pelaku usaha. Apabila usahanya meningkat,
Infobanknews.com.
akan berpotensi menyerap banyak tenaga kerja, ujarnya
Penurunan suku bunga KUR ditanggapi positif oleh semua
dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.
pelaku industri terkait. Berdasarkan data Kementerian
Menurutnya, meski pertumbuhan ekonomi membaik,
Keuangan, sepanjang periode 1 Januari sampai dengan 5
pemerataan kesejahteraan masyarakat masih belum terwujud.
Februari tahun ini, penyaluran KUR sudah mencapai Rp6,49
Angka kemiskinan juga masih tinggi sampai dengan saat ini.
triliun yang disalurkan untuk 298.728 debitor. Tahun ini
Penurunan suku bunga KUR ini, kata Menteri Koperasi dan
pemerintah menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp103,25
UKM, merupakan bentuk kepedulian terhadap para pelaku
triliun.
UKM.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin
Dia mengklaim, penurunan suku bunga KUR merupakan
Nasution, mengatakan, penyaluran KUR yang lebih tepat
upaya nyata untuk mengurangi angka kemiskinan dan
sasaran ini dapat meningkatkan peringkat kemudahan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehebat apa pun
berinvestasi (ease of doing business atau EODB) Indonesia.
program pemerintah, jika tidak memerhatikan pelaku UKM,
Penyederhanaan berbagai hal perlu dilakukan agar KUR
tidak akan dapat menurunkan tingkat kemiskinan. n
No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

13

Aktualita

Penurunan GWM,
Stimulus Kredit
Di tengah perlambatan ekonomi, segenap pemangku kebijakan di
negeri ini terus mengeluarkan kebijakan guna memacu pertumbuhan
ekonomi nasional. Salah satunya, melalui kebijakan penurunan GWM.

etidakpastian ekonomi global beberapa tahun


belakangan ini berdampak pada perlambatan
ekonomi domestik. Salah satu langkah yang
ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
ialah penurunan giro wajib minimum (GWM). Awal tahun ini
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan GWM
primer menjadi 6,5% dari sebelumnya 7,5% dari dana pihak
ketiga (DPK). Padahal, pada akhir 2015 BI telah menurunkan
GWM dari 8% menjadi 7,5%. Kebijakan tersebut berlaku
efektif sejak 16 Maret tahun ini.
Kebijakan penurunan GWM diambil karena melihat kondisi
makro-ekonomi yang makin membaik, terutama dilihat dari
laju inflasi yang terkendali. Hal itu memberikan ruang untuk
pelonggaran kebijakan moneter.
Kondisi ekonomi global juga berpengaruh pada penurunan
GWM primer kali ini. Salah satunya, kenaikan suku bunga
bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/The Fed).
Menurunnya tekanan global akibat membaiknya perekonomian
AS juga menurunkan risiko yang timbul dari pelbagai
kebijakan moneter global, seperti Eropa dan Jepang. Pasalnya,
keberagaman kebijakan moneter global dapat memengaruhi
aliran modal masuk (capital inflows) ke negara berkembang,
termasuk Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, BI memutuskan untuk
menurunkan GWM primer. Pelonggaran kebijakan ini
dipercaya mampu meningkatkan likuiditas dan kapasitas
pembiayaan perbankan untuk mendukung kegiatan ekonomi.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Solikin
M. Juhro, mengatakan, ruang pelonggaran kebijakan moneter
untuk menurunkan kembali GWM primer masih sangat
terbuka sehingga tambahan likuiditas perbankan akan lebih
besar.
Menurut Solikin, inflasi yang masih terkendali dan bisa
lebih rendah, kebijakan eksternal yang bisa diantisipasi, serta
nilai tukar yang terkelola dengan baik masih memberikan
ruang bagi kelonggaran moneter. Kendati demikian, lanjutnya,
GWM primer yang kini berada di level 6,5% dianggap masih
sejalan dengan kondisi perekonomian saat ini.

14

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

Solikin berharap, kebijakan moneter BI tersebut dapat


menopang perekonomian. Ya, kalau 6,5% saya rasa masih riil,
masih positif. Yang jelas, untuk assessment, kita itu masih
positif dengan target inflasi kita yang mencapai kisaran 4 1%,
dengan mengupayakan ekonomi yang lebih sehat, ujar Solikin.
GWM primer merupakan salah satu instrumen kebijakan
moneter, selain suku bunga acuan (BI Rate). Secara umum,
GWM primer didefinisikan sebagai jumlah dana minimum
yang wajib dipelihara bank di bank sentral, yang besarnya
ditetapkan BI sebesar persentase tertentu dari DPK.

GWM primer ditujukan untuk memengaruhi likuiditas


sehingga dapat berpengaruh pada suku bunga maupun
kapasitas penyaluran kredit bank. Terdapat beberapa macam
GWM yang wajib dipelihara bank umum, antara lain GWM
primer dalam rupiah, GWM sekunder dalam rupiah, dan
GWM dalam valuta asing (valas). Kali ini, penurunan GWM
hanya terjadi pada GWM primer. Sementara, GWM sekunder
dan GWM valas tidak mengalami perubahanmasing-masing
masih berada di angka 4% dan 8%.
Dalam beleid tersebut, mekanisme penghitungan GWM
primer dalam rupiah tidak mengalami perubahan. Yang
berubah hanya rasionya, yakni menjadi 6,5% dari DPK dalam
rupiah. Meski demikian, BI memberikan kelonggaran sebesar
1% untuk jangka waktu satu tahun bagi bank yang melakukan
merger atau konsolidasi terhitung sejak berlaku efektif.
Dengan begitu, GWM primer dalam rupiah yang wajib
dipenuhi bank yang melakukan merger dan konsolidasi
diturunkan, dari semula 6,5% menjadi 5,5% dari DPK dalam
rupiah.
Selain penurunan persentase GWM primer, persentase
GWM primer dalam rupiah yang mendapat jasa giro dari BI
juga disesuaikan, dari semula 2,5% dari DPK dalam rupiah
menjadi 1,5% dari DPK dalam rupiah. Sementara, tingkat
bunga jasa giro untuk GWM tersebut tetap sebesar 2,5% per
tahun (tingkat bunga efektif tahunan).
Penghitungan jasa giro sebesar 1,5% per tahun ditentukan
berdasarkan periode compounding harian selama 360 hari.

Jasa giro tersebut diberikan jika bank telah memenuhi


seluruh kewajiban GWM dalam rupiah yang meliputi GWM
primer, GWM sekunder, dan GWM loan to funding ratio
(LFR).
Sebelumnya, Agus D.W. Martowardojo, Gubernur BI,
mengungkapkan bahwa penurunan GWM primer dalam rupiah
sebesar 100 basis point itu bisa menambah likuiditas hingga
Rp34 triliun. Agus berharap, penurunan GWM primer dalam
rupiah yang diiringi dengan penurunan suku bunga acuan BI
(BI Rate) menjadi 6,75% bisa mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.
Adapun, terkait dengan transmisi dari BI Rate yang
diturunkan dan GWM primer dalam rupiah yang diturunkan,
kami berharap, akan bisa efektif dan lebih bisa dirasakan itu
antara satu sampai dengan tiga bulan (ke depan), ujarnya,
belum lama ini.
BI dalam rapat dewan gubernur (RDG) yang digelar pada
pertengahan Februari lalu memutuskan untuk kembali
menurunkan GWM primer dalam rupiah sebesar 1% dari 7,5%
menjadi 6,5% yang berlaku per 16 Maret 2016. Kebijakan
penurunan GWM primer ini diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dan mengurangi risiko
ketatnya likuiditas perbankan.
kasan GWM primer sebesar 1% diyakini bakal mendorong
pertumbuhan kredit menjadi di kisaran 14%. Limpahan
likuiditas karena pemangkasan GWM primer tersebut akan
mendorong sisi penawaran bank. n

PIUTANG YANG NYATA-NYATA


TIDAK DAPAT DITAGIH
PT BANK SAHABAT SAMPOERNA
Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008
dan Peraturan Menteri keuangan Republik Indonesia Nomor 207/PMK.010/2015, dengan ini PT
Bank Sahabat Sampoerna mengumumkan Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih.
Tahun 2015 Rp. 35.051.530.058
Rincian Daftar Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih sebagaimana tercatat di Bank Sahabat
Sampoerna, akan diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat bersamaan dengan
Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan sebagai Lampiran.

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

15

Aktualita

Property & Mortgage Summit 2016

Mengakselerasi Pertumbuhan
Kredit Properti
Perkembangan sektor properti merupakan potensi besar bagi industri perbankan nasional.
Pertumbuhan kredit di sektor tersebut diupayakan terus meningkat dengan risiko yang
termitigasi dengan baik. Salah satunya, melalui ajang Property and Mortgage Summit 2016.

ndustri properti yang sempat tumbuh tinggi beberapa


tahun lalu mulai mengalami stagnasi sejak 2014. Hal itu
terjadi lantaran lesunya perekonomian dan banyaknya
aturan yang menjerat industri properti, yang justru
membuat penyaluran kredit di sektor tersebut sedikit
melambat.
Regulasi-regulasi yang memberatkan industri properti dalam
melakukan ekspansi usaha di tengah lesunya perekonomian
ialah aturan yang terkait dengan penyaluran kredit pemilikan
properti (KPP), seperti tertuang dalam Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI) Nomor 15/40/DKPM. SE tersebut mengatur
tentang batas minimal uang muka kredit pemilikan rumah
(KPR) atau loan to value (LTV) dan melarang pemberian
kredit ke sektor properti sebelum barang yang dijadikan
agunan tersedia utuh (inden).
Menurunnya daya beli masyarakat akibat lesunya
perekonomian domestik juga menjadi salah satu penyebab
melambatnya penyaluran kredit properti. Hal itu terlihat dari

16

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

data yang dihimpun Otoritas


Jasa Keuangan (OJK). Jika
pada 2012 dan 2013 kredit
sektor properti tumbuh lebih
dari 25% per tahun,
pertumbuhan itu tidak terjadi
pada tahun-tahun berikutnya.
Lihat saja, pada 2014
penyaluran kredit perbankan
ke sektor properti melalui
KPR, kredit pemilikan
apartemen (KPA), kredit
pemilikan ruko, kredit
konstruksi, serta kredit real
estat, usaha persewaan, dan
jasa perusahaan yang
mencapai Rp654,85 triliun
tercatat hanya tumbuh 6,47%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara, pada
2015 pertumbuhan kredit properti sedikit lebih baik, yakni
mencapai 10,50% atau menjadi Rp723,61 triliun.
Dengan nilai kredit pada 2015 tersebut, sektor properti
termasuk salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap
kredit perbankan, selain sektor perdagangan dan industri
pengolahan. Bagaimana tidak, kontribusi kredit properti
tercatat 17,68% dari total kredit bank umum yang mencapai
Rp4.092,10 triliun.
Kurang bergairahnya sektor properti yang berakibat pada
kurang tingginya penyaluran kredit sedikit-banyak menyita
perhatian stakeholders terkait, termasuk pelaku perbankan.
Pasalnya, properti merupakan salah satu sektor yang dinilai
mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, mengatakan, pelaku
industri perbankan berkomitmen untuk terus menumbuhkan
penyaluran kredit properti. Meski demikian, Sigit mengakui,
masalah yang menghambat laju pertumbuhan sektor properti

memang tak sedikit. Tanpa dipaksa,


perbankan akan terus meningkatkan kucuran
kreditnya, khususnya ke sektor properti,
katanya di sela-sela acara Property &
Mortgage Summit 2016, yang
diselenggarakan Perbanas bekerja sama
dengan Infobank di Jakarta, Februari lalu.
Dampak ketatnya regulasi membuat para
pengembang kesulitan dalam melakukan
ekspansi. Hal itu membuat mereka mencari
beragam cara agar bisnisnya terus berjalan.
Penerapan LTV dan tidak
diperbolehkannya rumah inden membuat
developer menerapkan praktik yang tak
lazim: praktik bisnis yang mirip dilakukan
pelaku perbankan atau perusahaan
pembiayaan, yaitu memberikan pembiayaan
Tanpa dipaksa,
langsung kepada konsumen dalam bentuk
perbankan akan terus
cicilan bertahap. Cara tersebut biasa
dilakukan pengembang besar yang tidak
meningkatkan kucuran
kesulitan dalam hal permodalan, tapi akan
kreditnya, khususnya ke
sangat memberatkan bagi para pengembang
kecil.
sektor properti.
Memang, pembiayaan para developer ini
belum besar. Namun, jika terus dilakukan,
hal itu akan melahirkan krisis lainnya karena praktik tersebut
dukungan untuk
tidak diawasi pengawas di sektor keuangan. Persoalan lain
potensinya. n

yang dihadapi para pelaku industri properti


ialah perlindungan konsumen. Pasalnya, ada
sejumlah developer bermasalah yang pada
akhirnya merugikan konsumen.
Karena itu, dalam acara Property &
Mortgage Summit 2016, sebuah forum yang
digagas untuk menghadirkan masukan bagi
pembuat kebijakan di industri properti agar
industri ini tumbuh dengan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate
governance atau GCG), muncul usulan
perlunya menghadirkan lembaga independen
yang mengatur dan mengawasi pelaku bisnis
properti, khususnya developer secara
menyeluruh. REI sebagai asosiasi developer
pun dinilai perlu meningkatkan perannya
dalam melindungi konsumen. Begitu pula
dengan perbankan.
Para pemangku bisnis properti yang hadir
dalam pertemuan tersebut juga sepakat untuk
mengusulkan kepada pemerintah dan bank
sentral agar peraturan LTV dan KPR inden
yang berlaku saat ini ditinjau kembali.
Pelbagai masukan tersebut muncul karena
industri properti saat ini memerlukan
bisa tumbuh lebih baik sesuai dengan

PIUTANG YANG NYATA-NYATA


TIDAK DAPAT DITAGIH
PT. Bank BNI Syariah
Sesuai Pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan,
dengan ini PT Bank BNI Syariah mengumumkan Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih
tahun 2015 sebagai berikut :

Tahun 2015 Rp 129.193.113.668,-

Rincian PiutangYang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih adalah sebagaimana tercatat di bank
dan diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar Empat, bersamaan dengan
penyampaian SPT Tahunan PPh Badan sebagai Lampiran.

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

17

Profil

Marsudi Wahyu Kisworo,


Rektor Perbanas Institute

Pentingnya
Soft Competence
Globalisasi dan era pasar bebas menjadi tantangan bagi pelaku industri di Tanah Air, termasuk
industri perbankan. Hal penting yang harus diupayakan pelaku bisnis perbankan untuk
memenangi persaingan ialah meningkatkan kemampuan SDM.

ada era pasar bebas dan globalisasi, seperti


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tenaga kerja
profesional bisa dengan bebas keluar-masuk suatu
negara. Bagi tenaga kerja lokal di Indonesia, hal itu
tentunya merupakan sebuah tantangan.
Pasar bebas, seperti MEA, tidak hanya menjadi tantangan
bagi setiap tenaga kerja lokal, tapi juga berdampak pada
industri. Para pelaku usaha, termasuk industri perbankan,
harus meningkatkan kemampuan/kompetensi sumber daya
manusia (SDM)-nya. Ini adalah salah satu kunci bagi industri
perbankan nasional untuk bisa bersaing dalam era pasar bebas.
Berikut ini wawancara Probank dengan Marsudi Wahyu
Kisworo, Rektor Perbanas Institute, terkait dengan
perkembangan industri perbankan saat ini dan apa yang mesti
dilakukan para pelaku perbankan guna menghadapi tantangan
ke depan. Petikannya:
Bagaimana pandangan Anda mengenai perkembangan
industri perbankan saat ini?
Kalau melihat dari aspek ekonomi, industri perbankan
sangat penting karena merupakan cerminan ekonomi sebuah
negara. Kemajuan atau kestabilan ekonomi sangat dipengaruhi
oleh dunia keuangan perbankan.
Karena dunia keuangan perbankan ini digerakkan oleh
manusia, di situlah manusia memiliki peran yang sangat
penting. Peran manusia yang memiliki kompetensi ini
diperlukan untuk kemajuan perekonomian Indonesia secara
umum dan tidak hanya bidang perbankan.
Tantangan yang akan terjadi saat ini dan ke depan?
Saat ini tantangan yang sangat nyata adalah MEA, yang
khusus menyangkut bidang tenaga kerja keuangan dan
perbankan adalah dibebaskannya pergerakan tenaga kerja
profesional di 10 negara ASEAN. Dengan demikian, tenaga

18

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

kerja industri perbankan dan keuangan akan terpengaruh oleh


pembebasan ini.
Yang kedua, empat tahun dari sekarang, yaitu 2020, sudah
disepakati terjadinya integrasi keuangan dan perbankan
ASEAN. Integrasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi
industri perbankan dan keuangan secara keseluruhan.
Tantangan ini bukan hanya dari sisi SDM, melainkan juga
mengenai seluruh sistem keuangan dan perbankan yang akan
beroperasi terintegrasi di 10 negara ASEAN.
Kesiapan Indonesia menghadapi MEA seperti apa?
Sebenarnya masalahnya ada dari pemerintah masa lalu.
Pemerintah yang lalu menurut saya terkesan kurang begitu
peduli pada MEA sehingga sekarang kita jadi agak terkagetkaget. Namun, kelihatannya pemerintah sekarang mulai ada
antisipasi mengenai MEA ini sehingga ada kesiapan dari kita
dalam semua aspek, baik teknis, kebijakan, maupun
infrastruktur perundang-undangannya.
Yang harus disiapkan pertama ialah kompetensi tenaga
kerja kita. Secara kompetensi teknis atau hard skill, menurut
saya, sudah sangat memadai. Oleh karena itu, saya fokus pada
yang sifatnya soft skill atau soft competence. Kalau hard skill,
secara teknis maupun keilmuan, tenaga kerja Indonesia itu
tidak kalah dengan tenaga asing. Namun, masalah yang besar
ialah soft competence tadi, seperti ketangguhan dalam
menghadapi tantangan, kegigihan, kerja sama tim, integritas,
dan kemampuan untuk komunikasi. Semua kemampuan yang
sifatnya lebih soft skill ini, menurut saya, tenaga kerja kita
masih kurang dan kalah dengan profesional dari negara-negara
tetangga kita.
Sejauh mana pengembangan SDM di industri
perbankan?
Perbanas (Perhimpunan Bank Nasional) atau IBI (Ikatan
Bankir Indonesia) sebagai asosiasi sudah menyiapkan

infrastruktur untuk menjaga kualitas SDM di Tanah Air.


Mereka sudah menyiapkan skema-skema sertifikasi di
sembilan aspek profesi perbankan serta sudah menyiapkan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk
dijadikan acuan di seluruh bidang keuangan dan perbankan.
SKKNI ini penting untuk menjadi benteng dari serbuan tenaga
kerja asing untuk bekerja di sini karena ini akan menjadi nontariff barrier.
Dalam skema MEA, kita tidak bisa melarang aliran tenaga
kerja profesional ini. Yang hanya bisa kita lakukan adalah
menjaga agar siapa pun yang akan bekerja di Indonesia
memiliki standar kompetensi kerja seperti yang sudah kita
tetapkan saat ini. Termasuk di bidang perbankan, misalnya, di
mana LSPP (Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan) sudah
menyelesaikan pembuatan skema sertifikasi maupun
mendefinisikan standar kompetensi kerja, khususnya di bidang
perbankan.
Apa yang perlu disiapkan perbankan pada masa
mendatang?
Kebetulan saya ini orang TI (teknologi informasi) dan
bukan bankir karena pendidikan dan kegurubesaran saya di
bidang ilmu komputer. Namun, saat ini, karena menjadi rektor
di sekolah perbankan, banyak juga lho yang mempertanyakan,
kok orang TI masuk ke industri perbankan.
Menurut saya, bisnis apa pun ke depan akan sangat
tergantung pada kemajuan TI. TI ini adalah teknologi yang
bersifat disruptive, artinya bisa memorak-porandakan tatanan,
baik bisnis, sosial, maupun budaya yang sudah ada sehingga
terbentuk tatanan yang baru. Terlepas dari perdebatan apakah
tatanan baru itu lebih baik atau kurang baik, itulah realita
yang harus dihadapi semua pemimpin. Seperti yang terjadi
pada fenomena Uber, Gojek, dan lain-lain, yang telah
mengubah tatanan bisnis dari sekadar bisnis transportasi
tradisional menjadi penyedia layanan penghubung antara
penyedia jasa transportasi dan pemakai jasa transportasi secara
online.
Kalau kita lihat di dunia perbankan, dengan adanya
e-money, branchless banking, internet banking, mobile
banking, dan financial inclusion, semua itu akan sangat
dipengaruhi TI dan membuka peluang pelaku-pelaku usaha
bidang lain, seperti penyedia layanan telekomunikasi atau
layanan koneksi digital, untuk membuat alternatif dari
perbankan yang juga dapat mengancam industri perbankan.
Mau tidak mau, bankir masa depan harus paham betul TI
dan segala dampak maupun fenomenanya. Memang, mereka
tidak harus menjadi ahli teknis di bidang TI, tetapi mereka
harus memiliki pemahaman yang kuat tentang peranan TI
dalam industri perbankan.
Kaitannya dengan perkembangan zaman?
Generasi sekarang ini saya sebut sebagai generasi 3C,
setelah generasi X, Y, dan Z. C pertama adalah creative.
Makanya, anak muda sekarang tidak betah bekerja di
perusahaan yang mapan. Mereka banyak membuat perusahaan
start up untuk terus dikembangkan. C kedua adalah
connected. Generasi sekarang tidak bisa tidak berhubungan
dengan teman-temannya melalui media sosial. Anak muda
sekarang paling tidak betah disuruh diam karena mereka ingin
No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

19

selalu connect. C ketiga adalah collaborative. Anak muda


zaman sekarang lebih mudah bekerja sama. Kalau dulu kerja
samanya lebih bersifat fisik, sekarang lebih banyak kerja sama
virtual. Makanya, berbagai upaya crowd initiatif tumbuh dan
berkembang di kalangan mereka.
Jadi, perilaku generasi 3C ini kalau tidak dipahami oleh
dunia bisnis, maka dunia bisnis tidak akan survive ketika
menghadapi anak-anak muda generasi 3C yang menjadi pasar
mereka pada masa depan.
Kesiapan menghadapi hal seperti itu?
Kalau kita mau survive, kita harus berubah. Misalnya saja,
dalam pembelajaran, guru zaman dulu hanya cocok untuk
murid zaman dulu. Murid zaman sekarang perlu guru zaman
sekarang. Guru harus bisa memahami perubahan zaman dan
mengikuti perkembangan teknologi. Guru tidak boleh
memusuhi teknologi. Karena, kalau memusuhi teknologi, kita
akan terlibas oleh hal itu. Begitu pun dengan inovasi yang
harus dilakukan industri perbankan. Bank zaman dulu hanya
cocok untuk nasabah zaman dulu, nasabah zaman sekarang
perlu bank zaman sekarang.
Apa yang perlu ditingkatkan dari SDM perbankan?
SDM tetap harus melek TI serta memiliki soft competence
yang sangat kuat. Generasi sekarang ini mungkin 3C, tapi di
satu sisi mereka tidak tahan banting karena budaya instan
yang membentuk mereka. Adversity quotient yang dimiliki
anak zaman sekarang umumnya rendah dan kurang. Oleh
karena itu, aspek seperti inilah yang harus dibangun. Anak
generasi sekarang sudah terbiasa dalam keadaan serbanyaman
dan serbamudah.
Kalau bicara pendidikan secara keseluruhan, arsitektur
pendidikan kita harus diubah. Pada level pendidikan dasar,
pembentukan karakter yang diutamakan. Pada level menengah,
skill yang diperkuat. Dan, pada level pendidikan tinggi,
knowledge yang diperkuat setelah karakter dan skill-nya kuat.
Pada masa-masa pendidikan SD dan SMP, harus dikuatkan
pada pembinaan karakter, seperti jujur, berani, tahan banting,
menyayangi sesama, dan toleran karena ini perlu waktu yang
lama.
Sejauh ini, apa yang dilakukan Perbanas Institute?
Saat mereka masih mahasiswa baru, kami berikan pelatihan
agar mereka siap untuk menjadi juara. Dibangkitkan
semangatnya untuk jadi pemenang, tapi bukan berdasarkan
kompetisi. Dari situ dilakukan pendidikan core value Perbanas
yang kami sebut sebagai ETHICS. Endurance, lulusan
Perbanas harus tahan banting. Trustworthy, harus bisa
dipercaya. Humanity, harus bisa memanusiakan manusia.
Integrity, harus punya integritas. Competent, harus punya
kompetensi di bidang masing-masing. Sense of belonging,
punya rasa memiliki terhadap Perbanas maupun terhadap
bangsa ini. Kenapa rasa memiliki ini saya anggap penting?
Sekarang ini, hal (seperti) itu sangat penting karena generasi
sekarang sudah tidak punya patriotism.
Kami juga ada Carier Development Program untuk
menyiapkan lulusan baru menghadapi dunia kerja. Selain itu,
kami punya lembaga pendidikan profesional/professional
education services untuk memberikan training (pelatihan)
guna tetap menjaga kompetensi tenaga kerja di bidang

20

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

perbankan. Tidak hanya dari dalam, dari luar juga bisa ikut
program ini.
Realisasi dan aplikasi lulusan Perbanas Institute bagi
industri perbankan seperti apa?
Pertama, dilihat dari waktu tunggu yang di bawah satu
bulan mereka sudah bekerja. Dulu waktu tunggunya sempat
ada yang enam bulan, sekarang hanya satu bulan kurang
mereka sudah bekerja.
Yang kerja di perbankan hanya sekitar 30%. Ini terkait
dengan adversity quotient tadi. Ketika lulusan Perbanas
diterima di sebuah bank besar, mereka bangga. Namun, begitu
tahu ditempatkan di Papua, mereka mundur. Kalau mau
ditempatkan di mana saja, mayoritas pasti masuk di industri
perbankan.
Sisanya yang 70% banyak yang menjadi pegawai negeri, di
industri keuangan lainnya, atau jadi pengusaha. Sebenarnya,
bagian keuangan itu ada di setiap perusahaan, salah satunya
BUMN (badan usaha milik negara). Persebaran lulusan
Perbanas tetap ada, dan bidang yang digeluti juga ada di
administrasi dan keuangan. Yang di TI juga tetap di TI.
Namun, tidak lagi di bank, tapi banyak yang masuk asuransi,
pasar modal, perusahaan pembiayaan. Mereka mau ke sana
karena kebanyakan masih di Jakarta. Beda dengan perbankan
yang banyak melempar SDM ke luar Jawa.
Pada 2030 nanti kita akan menghadapi bonus demografi, di
mana jumlah tenaga kerja produktif lebih banyak daripada
yang tidak produktif. Kalau tenaga kerja produktif ini tidak
berkualitas, yang kita terima bukan bonus demografi,
melainkan bencana demografi. Ketika pendidikan mereka
kurang, mereka perlu makan, kalau mereka tidak dapat
bersaing di pasar tenaga kerja, maka mereka akhirnya jadi
preman. Karena itu, kita jangan hanya bangga dengan bonus
demografi. Kalau kita tidak bisa mengelolanya, nantinya hanya
akan menjadi bencana demografi. n

PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH


PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk
(Bank Jatim)
Guna memenuhi Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor :
207/PMK.010/2015, PMK Nomor : 105/PMK.03/2009, dan PMK Nomor : 57/PMK.03/2010 serta seluruh peraturan dan
ketentuan terkait lainnya; 1 dengan ini PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengumumkan
Piutang Yang Nyata - Nyata Tidak Dapat Ditagih Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto adalah sebagai
berikut :

TAHUN 2015: Rp 255.509.301.910,Rincian Daftar Piutang Yang Nyata Nyata Tidak Dapat Ditagih adalah sebagaimana tercatat di Bank dan diserahkan
kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa bersamaan dengan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2015.
Informasi Penting kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Debitur Piutang Yang Nyata Nyata Tidak Dapat Ditagih :
1. Publikasi ini secara khusus ditujukan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan kepada Debitur yang terkait di Bank
Jatim agar masing masing pihak memenuhi kewajiban dan wewenang di bidang perpajakan berdasarkan
peraturan dan ketentuan yang berlaku;
2. Bank Jatim senantiasa memenuhi Undang Undang Perpajakan dan Undang Undang Perbankan beserta
seluruh peraturan dan ketentuan terkait lainnya. Apabila Bank Jatim dianggap tidak memenuhi hal tersebut,
maka Direktorat Jenderal Pajak dan Debitur yang terkait wajib untuk segera menyampaikan hal tersebut sebelum
pemeriksaan pajak dilakukan kepada Bank Jatim paling lambat 6 (enam) bulan setelah tanggal publikasi ini
diterbitkan. Setelah melewati batas waktu tersebut, maka Direktorat Jenderal Pajak dan Debitur yang terkait
dianggap telah mengetahui, memahami, menyetujui, menerima, menyepakati, dan dapat melaksanakan seluruh
informasi yang disampaikan dalam publikasi ini;
3. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih ini merupakan biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
bagi Bank Jatim di tahun pajak 2015. Demi Keadilan, apabila piutang yang nyata - nyata tidak dapat ditagih ini
dianggap sebagai objek pajak penghasilan, maka Direktorat Jenderal Pajak dapat menagihkan / menindaklanjuti
kepada Debitur yang bersangkutan;
4. Bank Jatim telah membantu dan melakukan upaya maksimal guna pemenuhan data NPWP Debitur kepada
Direktorat Jenderal Pajak. Pemberitahuan, sosialisasi, pendaftaran, penerbitan, penetapan, pengiriman, dan
penindakan perihal Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) beserta segala bentuk administrasi perpajakan lainnya
sepenuhnya merupakan hak, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang antara Direktorat Jenderal Pajak dan
Debitur yang bersangkutan;
5. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih ini dikelola berdasarkan peraturan perbankan Indonesia dan
diatur lebih rinci oleh ketentuan internal Bank Jatim. Segala tindakan, kebijakan, dan keputusan dari Direktorat
Jenderal Pajak dan Debitur yang bersangkutan sehingga mengakibatkan Piutang yang nyata nyata tidak dapat
ditagih (Hapus Buku / Penghapusan Bersyarat) ini tidak dapat menjadi biaya pengurang laba bruto bagi Bank
Jatim, maka masingmasing pihak wajib untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi hukumnya berdasarkan
Undang Undang beserta peraturan dan ketentuan yang berlaku;
6. Publikasi ini mempunyai kekuatan hukum yang cukup berdasarkan seluruh Undang Undang yang berlaku di
Republik Indonesia.

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

21

Regulasi

Penguatan Permodalan

untuk Perbankan yang Kuat


Krisis ekonomi selalu berulang. Untuk mengantisipasi dampak atau risiko krisis,
pelaku industri perbankan harus menguatkan permodalan sesuai dengan profil
risiko yang dimilikinya.

elakangan ini krisis atau gejolak


ekonomi kerap kali terjadi.
Bahkan, ada yang menilai
siklusnya makin pendek. Belajar
dari pengalaman krisis ekonomi
1997/1998, segenap pemangku kebijakan
dan pelaku usaha di negeri ini harus
mengantisipasinya dengan tepat, termasuk
pelaku industri perbankan. Salah satu
langkah yang diterapkan ialah menguatkan
permodalan bank.
Permodalan perbankan selalu menjadi
perhatian semua pihak. Tidak hanya bank
sebagai pelaku industri, tapi juga Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator.
Pada awal 2016 OJK bahkan menerbitkan
peraturan baru yang mengatur tentang
permodalan tersebut.
Krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di beberapa
negara belakangan ini menunjukkan buruknya kualitas dan
kuantitas permodalan industri perbankan. Untuk menyerap
potensi kerugian akibat krisis keuangan dan ekonomi atau
akibat pertumbuhan kredit yang berlebihan, permodalan
perbankan di Indonesia perlu disesuaikan dengan standar
internasional: Global Regulatory Framework for More
Resilient Banks and Banking System atau biasa disebut Basel
III.
OJK menerbitkan ketentuan yang mewajibkan industri
perbankan menyediakan modal minimum sesuai dengan profil
risiko tiap-tiap bank. Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan
OJK (POJK) Nomor 11/POJK.03/2016 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum yang diterbitkan
pada pertengahan Januari tahun ini.
Peraturan tersebut menyebutkan bahwa setiap bank harus
menyediakan modal minimum sesuai dengan profil risikonya.
Modal minimum tadi harus dihitung dengan menggunakan
rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM).
Peraturan tersebut juga menyebutkan bahwa kebijakan baru
itu diterapkan guna menciptakan sistem perbankan yang sehat
dan mampu berkembang serta bersaing secara nasional
maupun internasional. Selain itu, untuk meningkatkan

22

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

kemampuan perbankan dalam menyerap


risiko yang disebabkan krisis atau
pertumbuhan kredit yang berlebihan.
Ke depan perbankan dalam negeri
diharapkan mampu meningkatkan
kemampuannya, baik dalam menyerap
risiko maupun meningkatkan kualitas dan
kuantitas permodalannya, agar sesuai
dengan standar internasional. Hal itu
dilakukan demi mengantisipasi krisis
keuangan dan ekonomi yang dapat
mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Dalam penyesuaiannya, komponen
modal inti (tier 1) bank harus didominasi
instrumen modal berkualitas tinggi, yaitu
saham biasa dan saldo laba yang
merupakan bagian inti utama atau common
equity tier 1. Komponen modal inti lainnya ialah modal inti
tambahan yang berupa instrumen pembayaran dividen atau
imbal hasil bersifat nonkumulatif serta memenuhi kriteria
tertentu. Komponen modal inti tambahan merupakan
penyempurnaan dari komponen modal inovatif yang
sebelumnya merupakan bagian dari modal inti bank.
Sejalan dengan peningkatan kualitas modal inti, komponen
dan persyaratan instrumen modal pelengkap (tier 2) juga ikut
disesuaikan, antara lain dengan menghapuskan kategori upper
tier 2 dan lower tier 2. Komponen modal pelengkap tambahan
(tier 3) yang sebelumnya dapat diterbitkan hanya untuk
perhitungan modal untuk risiko pasar, dengan berlakunya
Basel III, menjadi dihapuskan. Untuk memastikan bahwa
kualitas atau tingkat permodalan bank memadai, dilakukan
penyempurnaan rasio-rasio permodalan yang meliputi rasio
modal inti dan rasio modal inti utama.
Modal minimum terendah yang harus disiapkan perbankan
terbagi dalam empat kelompok besar. Dan, setiap kelompok
memiliki penghitungan masing-masing terhadap aset
tertimbang menurut risiko (ATMR). Satu, 8% dari ATMR
dengan profil risiko peringkat pertama. Dua, 9% sampai
dengan kurang dari 10% dari ATMR bagi bank dengan profil
risiko peringkat kedua. Tiga, 10% sampai dengan kurang dari
11% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat

ketiga. Empat, 11%-14% dari ATMR untuk bank dengan


profil risiko peringkat keempat atau kelima.
Meski demikian, OJK selaku regulator berhak untuk
menetapkan modal minimun yang lebih besar lagi jika bank
yang bersangkutan menghadapi potensi kerugian yang
membutuhkan modal lebih besar lagi.
Pemenuhan modal minimun sesuai dengan profil risiko
juga diatur dengan jangka waktu tertentu. Untuk pemenuhan
modal minimum periode Maret sampai dengan Agustus,
mengacu pada profil risiko posisi buku Desember tahun
sebelumnya. Sedangkan, untuk periode September sampai
dengan Februari tahun berikutnya, mengacu pada profil
risiko posisi Juni. Kemudian, jika terjadi perubahan peringkat
profil risiko di antara periode penilaian, pemenuhan modal
minimun tersebut menggunakan profil risiko terakhir.
Tak hanya permodalan minimum yang diatur, setiap bank
pun wajib membentuk tambahan modal lainnya sebagai
penyangga (buffer) sesuai dengan kriteria yang ada. Beberapa
tambahan modal tersebut adalah capital conservation buffer,
countercyclical buffer, dan capital surcharge untuk domestic
sistematically important bank (D-SIB).
Pembentukan tambahan modal tersebut bertujuan sebagai
penyangga (buffer) untuk menyerap risiko yang disebabkan
krisis dan/atau pertumbuhan kredit perbankan yang
berlebihan. Kewajiban pembentukan tambahan modal
diterapkan secara bertahap sejak 2016 untuk memberikan
waktu yang cukup kepada bank dalam membentuk tambahan
modal tersebut.
Besaran tambahan modal juga sudah ditetapkan dalam
regulasi terbaru yang diterbitkan OJK. Untuk capital
conservation buffer, tambahan modal ditetapkan sebesar

2,5% dari ATMR, sedangkan, untuk countercyclical buffer,


ditetapkan sebesar 0%-2,5% dari ATMR, di mana
penetapannya diputuskan oleh OJK selaku regulator.
Kemudian, capital surcharge untuk D-SIB ditetapkan sebesar
1%-2,5% dari ATMRditetapkan OJK yang berkoordinasi
dengan otoritas yang berwenang melalui metode-metode yang
sudah ditentukan.
Kewajiban pembentukan countercyclical buffer diberlakukan
untuk semua bank. Sementara, kewajiban pembentukan capital
conservation buffer hanya berlaku untuk bank yang termasuk
dalam kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 dan 4.
Kebijakan tentang capital conservation buffer ini
diberlakukan secara bertahap dan dimulai sejak awal 2016.
Pada 1 Januari 2016 kewajiban yang harus dipenuhi
perbankan sebesar 0,625% dari ATMR, meningkat menjadi
1,25% mulai 1 Januari 2017. Awal Januari 2018 kewajiban
tersebut akan kembali dinaikkan menjadi 1,87% dan menjadi
2,5% pada awal Januari 2019.
Tidak demikian dengan countercyclical buffer. Kebijakan
ini tidak dilakukan secara bertahap, tapi diterapkan secara
serentak dan mulai berlaku pada 1 Januari tahun ini. Sama
seperti capital surcharge untuk D-SIB bagi bank yang
berdampak sistemik, kebijakan ini juga diterapkan sejak awal
Januari tahun ini.
Regulasi yang baru saja diterbitkan itu tak hanya berlaku
untuk perbankan secara individu, tapi juga untuk perbankan
secara konsolidasi dengan anak perusahaan. Hal itu dilakukan
demi menjaga kualitas dan kuantitas permodalan. Perbankan
dilarang melakukan distribusi laba jika mengakibatkan kewajiban
permodalan tersebut tidak terpenuhi. Dan, pembatasan mengenai
distribusi laba pun sudah ditetapkan OJK. n

PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH


PT BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.
Sesuai Pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008, dengan ini PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, NPWP : 01.567.489.8073.000
Mengumumkan Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih sebagai berikut :

Tahun 2015

: Rp 343.551.133.579,-

Rincian Daftar Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih adalah sebagaimana
tercatat di Bank dan akan diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat
bersamaan dengan SPT Tahunan PPh Badan 2015 sebagai lampiran.

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

23

Kinerja

Efisiensi Perbankan
Menuju Single Digit
Era suku bunga single digit di perbankan nasional ditargetkan dapat
dicapai pada akhir tahun ini. Selain cost of fund, efisiensi perbankan
memegang peran kunci.

ingginya suku bunga bank di Indonesia kembali


menyita perhatian pemerintah. Sejatinya, ini
bukanlah hal baru. Pada awal tahun ini pemerintah
dengan tegas kembali mendorong perbankan agar
menurunkan suku bunga kreditnya. Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), bahkan melarang adanya
nego bunga deposito oleh perusahaan pelat merah.
Dana pemerintah dan BUMN (badan usaha milik negara)
yang disimpan di perbankan itu sangat banyak dan diberi suku
bunga yang tinggi. Sekarang kita atur, sudah tidak bisa lagi.
Namun, tentu saja kita tidak bisa mengatur swasta, ujarnya
pada acara dialog publik yang diselenggarakan Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI), di Jakarta, beberapa waktu lalu.

24

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

Upaya mendorong penurunan


suku bunga juga dilakukan Bank
Indonesia (BI). BI sedikitnya sudah
tiga kali menurunkan suku bunga
acuan, BI Rate, sejak awal 2016.
Penurunan BI Rate tahun ini diawali
pada 14 Januari 2016, yakni turun
menjadi 7,25%. Penurunan berlanjut
pada 18 Februari 2016 menjadi 7%.
Pada 17 Maret 2016 BI Rate
kembali turun menjadi 6,75%.
Langkah ini diikuti oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) yang
kemudian menurunkan suku bunga
penjaminannya.
Kebijakan pihak otoritas itu pun
kemudian direspons pihak bank.
Sejumlah bank, terutama bank pelat
merah, berjanji menurunkan suku
bunganya secara bertahap. Direktur
Utama Bank Tabungan Negara
(BTN), Maryono, mengaku banknya
tengah bersiap menurunkan suku
bunga kredit pemilikan rumah
(KPR). Kendati, ia mengaku tidak
dapat memastikan waktunya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Asmawi Syam, mengatakan, banknya melakukan
penyesuaian suku bunga yang dievaluasi setiap bulan. Untuk
menekan suku bunga, BRI secara bertahap menurunkan
tingkat suku bunga deposito, mendorong ke tabungan dan
giro, dan melakukan efisiensi dalam biaya operasional
(operational cost). Jika BRI berhasil melakukan hal itu, ia
yakin otomatis suku bunga akan turun. Selain memangkas
suku bunga deposito, pihak BRI kemungkinan akan
mengurangi target dividen untuk memberikan efisiensi.
Langkah berbeda dilakukan Bank Central Asia (BCA),
yang sudah menurunkan suku bunga lebih dulu ketimbang

bank lain. Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja,


mengatakan, sejak Februari tahun lalu, BCA sudah
memangkas suku bunga deposito 0,25% per bulan. Hal itu
dilakukan karena BCA mengalami kelebihan likuiditas.
Dibandingkan dengan perbankan di negara-negara tetangga,
seperti Malaysia dan Thailand, rata-rata biaya dana (cost of
fund) perbankan kita memang kalah telak. Jika rata-rata cost
of fund perbankan Indonesia berada di kisaran 4,8%-5,4%, di
Malaysia rata-rata hanya 0,8%-1,2%. Demikian juga di
negara lain yang tidak beda jauh dengan Malaysia.
Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), meyakini, era suku bunga single digit
dapat dicapai akhir tahun ini. Alasannya, cara ini dapat
meningkatkan daya saing perbankan nasional di regional.
Terlebih Indonesia akan menghadapi kompetisi dengan bankbank regional pada era pasar terbuka ASEAN.
Belum ada bank di Indonesia yang mampu mengalahkan
bank-bank di level regional. Sebut saja CIMB Group
(Malaysia) dan DBS (Singapura). Karena alasan itu,
pemerintah pun ingin sekali ada bank nasional yang bisa
menandingi bank-bank besar di level regional seperti CIMB
dan DBS.
Memang, secara kinerja, bank-bank nasional tak kalah
cemerlang dengan bank-bank di negara lain. Di tengah
banyaknya bank global yang kinerjanya terseok-seok akibat
melambatnya pertumbuhan ekonomi, perbankan nasional
masih mampu mencatatkan kinerja positif dengan rasio
keuangan yang terjaga.
Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit bank umum
sampai dengan Desember 2015 tumbuh sebesar 10,40%, dari
Rp3.706,50 triliun pada 2014 menjadi Rp4.092,10 triliun.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,26% dari
tahun sebelumnya sebesar Rp4.114,42 triliun menjadi
Rp4.413,06 triliun. Pada periode tersebut, aset bank umum
tumbuh sebesar 9,21% menjadi Rp6.132,58 triliun.
Penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Tanah Air
ke sejumlah sektor juga tercatat tumbuh cukup tinggi.
Pengucuran kredit bank umum ke sektor listrik, gas, dan air
tumbuh sebesar 22,58%. Begitu juga kredit ke sektor
pertanian yang tercatat tumbuh sebesar 20,04%. Sementara itu,
kredit ke sektor konstruksi dan perdagangan masing-masing
tumbuh 17,43% dan 10,57%. Di antara sektor-sektor unggulan
perbankan, hanya sektor pertambangan dan penggalian yang
pertumbuhannya minus, yakni minus 4,62%.
Tahun ini kinerja perbankan nasional diramalkan membaik.
Prediksi ini sejalan dengan pemulihan indikator makroekonomi yang diperkirakan membaik pada 2016. Ryan
Kiryanto, kepala ekonom Bank Negara Indonesia (BNI),
mengatakan, pemulihan makro-ekonomi bakal selaras dengan
sikap agresif BI terkait dengan kebijakannya, baik dalam hal
penyesuaian suku bunga acuan (BI Rate) maupun giro wajib
minimum (GWM) yang memicu pelonggaran likuiditas
perbankan.
Selain itu, tambah Ryan, perbaikan fundamental ekonomi
didukung oleh BI dengan menurunkan suku bunga deposit
facility dan lending facility. Menurunnya GWM primer
berdenominasi rupiah, menurutnya, akan merelaksasi likuiditas

KINERJA BANK UMUM 2014-2015


(Dalam Rp Juta)


Keterangan
2014
2015 s (%) Jan 2016
Aset Total
5.615.150 6.132.583 9,21 6.095.908
Dana Pihak Ketiga
4.114.420 4.413.056 7,26 4.385.024
Kredit
3.706.501 4.092.104 10,40 4.014.504

Rasio Keuangan (%)
Capital Adequacy Ratio (CAR)
21,39
19,57
21,75
Return on Asset (ROA)
2,32
2,85
2,51
Net Interest Margin (NIM)
5,39
4,23
5,63
Loan to Deposit Ratio (LDR)
92,11
89,42
90,95

Keterangan:
- s : pertumbuhan.

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diolah kembali oleh Biro Riset Infobank (birI).

yang sebelumnya mengetat. Peningkatan likuiditas perbankan


tersebut diyakini akan mampu terserap pasar, terutama sektor
infrastruktur yang saat ini menjadi program prioritas
pemerintah.
Data BI menyebutkan, sampai dengan Januari 2016, kredit
yang disalurkan bank umum telah mencapai Rp4.014,50 triliun
atau tumbuh 9,3% secara year on year (yoy). Memang
melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 10,1% (yoy). Perlambatan tersebut terutama
terjadi pada kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi
(KI). Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo, mengatakan,
menurunnya pertumbuhan KMK dipicu oleh penurunan ekspor
dan harga komoditas.
Kendati demikian, sejauh ini stabilitas sistem keuangan
masih tetap terjaga, yang ditopang oleh ketahanan sistem
perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta
Segara, hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal (capital
adequacy ratio atau CAR) yang pada Desember 2015
mencapai 21,39% dan pada Januari mencapai 21,75%. Rasio
kredit bermasalah (non performing loan atau NPL) juga masih
terjaga di kisaran 2%.
Meskipun pelemahan ekonomi global dan domestik
mengakibatkan kinerja korporasi di beberapa subsektor
manufaktur dan sektor infrastruktur menurun, dampak
penurunan kinerja korporasi tersebut pada ketahanan sistem
perbankan relatif terbatas, ujar Tirta.
Sejumlah indikator makro-ekonomi memang dikabarkan
akan lebih baik daripada tahun lalu, kendati rupiah masih
akan mengalami berbagai tantangan menyusul kebijakan
stimulus bank sentral Amerika Serikat, The Fed. Sektor
perbankan lagi-lagi berperan penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. BI memprediksi, pertumbuhan kredit
tahun ini akan lebih tinggi daripada tahun lalu atau mencapai
14%. Industri perbankan yang memang sudah teruji
ketahanannya diperkirakan bakal menjadi salah satu faktor
yang memberikan stimulus positif bagi perekonomian
nasional. n

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

25

DAFTAR DEBITUR PIUTANG TAK TERTAGIH TAHUN 2015


NAMA DEBITUR DENGAN PIUTANG DI ATAS Rp. 5.000.000,NO

NAMA NASABAH

JUMLAH

NO

NAMA NASABAH

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115

ZULAEKAH
MIS'AH
TUSIROH
LIA YULIAWATI
WARTIMI
EKA SAMSIAH
Rurin Tri Isnawati
ARI YUSTANTI EMI
NANIK HARIANI
Adi Purwati
NuNuk Kasiati
Ika Mariana
NURIYATI
MIMIK HATI
Nurani sukmawati
TITIK ARININGSIH
Suminah
SAINEM
LILA RAHMAWATI
SITI RAHAYU
Hartipah
Mursidah
Punaiyah
Ernita Widayanti
RANI NURAENI
SUDARIYAH
SULIKAH
SAROFIYAH
AGUSTIN ROSIDA
DWI YULIANI
Rikhy Gitalia Puspita
SUYANIK
halimah
SRI MULYANINGSIH
PAINI
NURHIDAYAH
ENDANG PURWATI
Rohayah
DIAN SEFITA
ANI YULIANTI
KIKI WIDYANINGTYAS
SUMIATI
ratnawati
SRI MURTINI
AAM MARIYAM
SITI UMAYAH
DEWI MULIATUN
NURUL ASMANI
Nurul Islamiyah
Fitriya
SARTI
KARMILA
Idah
erma dewi
HIDAYANI / B.WAHED
NURUL AINI
Herma Suryani
Mustika Wati
NENG IMAS
OOH MASITOH
SUPATMI
SUNARNIK
SUDARYAWANTI
TUMYATI
AAT SOLIHAT
NURYATI
SATNAWIYAH
SRI HANDAYANI
SITI MARYAM
MIFTACHUL ULIYAH
SUMIANA
SUMITAH
TINI
RINI
ENDRI WAHYUNI
KATEMI
AGUSTINA
SULAMA
SUNANIK
SUNDARI
YATI
KASMIATI
SRIYAH
MUNIK SETYOWATI
KASIATI
SRI MUJIATI
YUNAENI METYA ERLIANA WATI
Astutik
ATI WARYATI
husnawiyah
MASRIFAH
DEWI AMBARWATI
Ismatul Maula
MONASIH
SUKESI
ENI SULIATIN
Nina
Kristina Damayanti
MAILISA
ANIYAH
MASTINAH
NIA KURNIAWATI
SUBAIDA
YUNAENI
MONAH SUJARWATI
MUTMAINAH
Desy Hariyati
ANISA
Siti Nurhayati
RIS REVI
SUMARIYATI
LILIK SISWANDIYAH
MIMI SUHAEMI
ELIS WATI
SRI UTAMI

5,572,529
5,374,206
5,197,833
7,203,236
5,483,527
5,741,323
5,518,516
5,111,665
5,297,774
7,203,236
7,203,236
5,762,590
8,519,441
7,306,083
5,111,665
7,203,236
7,089,112
6,131,685
5,111,665
5,483,527
6,482,912
7,542,842
5,280,779
6,035,176
6,180,736
6,497,289
5,197,833
5,483,527
5,757,393
6,497,289
6,131,685
6,815,553
7,543,968
6,035,176
5,042,267
6,561,512
6,035,176
5,297,774
7,543,968
6,035,176
5,374,206
5,297,774
5,297,774
5,762,590
6,301,434
5,847,560
5,483,527
6,035,176
5,479,563
5,297,774
5,479,563
7,543,968
6,815,553
5,297,774
6,561,512
7,063,698
5,111,665
5,111,665
5,483,527
5,197,833
6,854,407
5,483,527
9,132,603
6,815,553
6,497,289
5,741,323
8,829,622
5,111,665
7,381,700
5,111,665
6,854,407
5,197,833
5,483,527
6,497,289
5,297,774
5,197,833
5,111,665
5,762,590
5,197,833
7,543,968
7,543,968
7,543,968
7,543,968
5,042,267
6,035,176
6,035,176
5,830,579
7,543,968
7,063,698
5,197,833
6,035,176
6,301,434
5,042,267
5,111,665
5,111,665
5,297,774
6,035,176
5,483,527
6,131,685
5,657,132
6,131,685
5,847,560
5,197,833
5,757,393
5,374,206
6,497,289
6,035,176
5,483,527
5,297,774
5,483,527
5,762,590
5,483,527
5,197,833
5,483,527
5,762,590

116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230

EHA
SUMI ERWIN
PARTIYEM
SUNARTI
SUJIATI
MAMAY ROHAYATI
ARTIK
AMINAH
SRIANING
WARTI
MUNTIANI
EMI INDRAWATI
Alfi Makrufah
TATI KASTIAWATI
SRI INDRAYANI
WIWI SUSILAWATI
SRI PURWATI
IRA MAYA SOPA
NENENG WIDANENGSIH
Sri Sukarsih Handayani
KANTHI RAHAYU
NASIATI
WAHYU SRIHARIJATI
SUKARIYATI
Mujiem
Mujiem
DIAN MIFTAKHUL JAYANTI
CUCU SUMIATI
RIWAYATI
ROKANI
Lilis Sugihartini
HIDAYATUL SOLIKHAH
TONYANIYA
Sri Latifah
Srinatin
LASMINI
ANAH SUHANAH
HAMIDAH
Anita Nurhayati
ENENG NURHAELITA
SUNENI BT SOLIKIN
IDNIS INONI
SUHARNI
NURYATI
KUSUMANINGSIH
SURPI
SRI RIYANTI
WARNITI BT MASITA
Suparmi
NARTI
KARTINI
ADE FATIMAH
RIRIN WAHYUNINGTYAS
ARIATI
ARTANTI MANDASARI
SUMIARSIH
SRI UTAMI
Arum
TUTIK YULIANTINI
SUCI JUMENI
WAHJOE WIDIASTOETI
Nurdiana
SUGIARTI
Lilik Surya HDJ
SAROFAH
IRNA EKAWATI PRATIWI
Anik Sudarsih
MUJIATI
YAYUK ERNAWATI
IIN MARLINA
SUCIAWATI
KHUSNUL KHOTIMAH
SOLIKAH
FENY FEBRIANTI
FATIMAH
Misri
Siti Jumaiyah
Ririn Sulistyowati
RITA E R LUMONGDONG
SUSIAMA
KAMSINAH
Susi
TOMINA
linda nopianti
dewi
ETI SRIYANTI
Sulami
KATMINI
ZAKRAH
SITI NURUL HIDAYATI
NANIK MAHMUDAH
FINCE ANIN
NURHAYATI IWAN
PITRIAH
MARTA SURATI
Agustin Kumarwati
DIAN KUMALASARI
AGUNG BUDI PRAKOSO
Sunny Fahmi
MIFTAHUDIN
SUHARTO
FAHRUROZI
EDI SYAMLI
Partinah
Mutik
Devi Yuliani
Suryo Adi Putro
Mutik
Agung Tetuka
Achmad Soegito
Gusremon
SITI ASIH Rahayu
MASAGUS DWI SULISTYO PRIHADI
SITI HARYATUN
LIDWINA INDRIATMI

26

PROBANK

JUMLAH

NO

NAMA NASABAH

6,180,736
5,111,665
5,762,590
5,111,665
5,657,132
5,197,833
5,757,393
6,497,289
6,131,685
6,131,685
6,497,289
7,063,698
16,590,516
5,483,527
5,830,579
6,035,176
6,815,553
6,599,987
5,297,774
5,483,527
6,561,512
5,197,833
5,280,779
5,197,833
6,854,407
16,428,257
6,035,176
7,306,083
5,762,590
5,762,590
5,483,527
5,483,527
5,374,206
5,042,267
5,042,267
6,561,512
8,201,889
5,197,833
6,131,685
5,197,833
7,542,842
5,297,774
5,181,653
6,561,512
5,111,665
7,946,660
6,815,553
5,042,267
5,111,665
5,111,665
5,111,665
5,280,779
5,297,774
5,374,206
5,483,527
5,513,755
6,035,176
6,035,176
6,301,434
6,301,434
6,301,434
7,543,968
5,757,393
5,197,833
5,762,590
7,203,236
6,497,289
6,561,512
5,197,833
5,963,609
5,479,563
5,762,590
5,762,590
6,392,823
7,203,236
7,876,791
5,111,665
5,762,590
6,815,553
5,111,665
5,197,833
5,483,527
5,890,660
5,963,609
6,392,823
6,854,407
5,280,779
6,301,434
5,479,563
6,035,176
5,297,774
5,762,590
6,815,553
5,111,665
5,280,779
5,042,267
5,030,684
5,525,473
7,631,000
13,293,828
14,601,168
17,607,176
25,800,937
22,060,080
23,496,583
31,728,924
37,213,490
68,227,392
23,669,877
34,249,854
559,897,472
10,547,651
11,373,726
9,987,711
5,206,487

231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345

SUPARJONO
NURMISWARI
SRI REJEKI
SUHARTINI
OKTORA ARIANDO PURBA
SUTARDI
SUPARNO
AYEP SURYANA
BUDI SUHARMAN SUHARTO
SUKARDI
DEFRI AWWALUL FATMA
ETTY ANGGRAINI
HARJOKO WIBI UTAMA
DEDIH
GUSTANTO
DANI SULISTIYO
BAMBANG YUDIANA
SANTI HERAWATI
RINI PURWANTI
BUDI PURNA IRAWAN
TRI WIRATNO
Muh Toni Kusnadi
Yatrini
Yulianof
Mesri Fadrial
TUKINEM
Slamet
EFFITA SARI TRINURHAYATI
SRI MARYATI
RIBKA AGUSTIN SULASTRI
SUPRAPTO
SUNNY FAHMI
TUTY H
ICUK H
RATNA PUSPITASARI
NGATMAN
SRI SUSILOWATI
KUSYANTI
DEWI IKA FAJARSARI
DIANA SEPTYASARI
YULIA ULFA
DYAH AYUNIAWATI
SULISTYOWATI
MOCHAMMAD TAUFIQ
WIDIYANI
SUKIYONO
LIZA YULAIEHA
SUNARTO
PUJI LESTARI
BEJO PRAYITNO
HARI MULYONO
SUJAKA
MIYAR
SALIMIN
MIKHAEL ADVEN PUTRO WICAKSONO
SUWARJO
SRI YULI
DOLIFA LENGKONG
SUTEJO
ZETA K
DIAN AYU R
PANUNDJU B
NUGROHO SUKMO R
SITI MUKAROMAH
MASHURI
MUHAMMAD MASDUQI
MUNTHOFIYAH
SAPUTRI
RAMELAH
TU BAGUS NANA
ANIK PUJIATI
MUHAMMAD SOIM
TARSISIUS LAY
HERI S
VERONICA S
SUHARTADI
ADI IRAWAN
JOKO WARSITO
HENDRA BAYU
SUPRIHATIN
FX BAMBANG S
HAMIDI
PETRUS HARYADI
HAFIDZ AL HARITS
MUGIYARNI
CHRISTINA NATALIA
SUGIARTO
ERIEK RUDIYANTO
MUHAMAD ZAINUDIN
SRI WATINI
SUKRISTIONO
NOVITA PURNAMASARI
ZAENUDIN
MUKIBI
CHOIRUL ANWAR
RATIH RETNO WULAN
NATALIS TIARMA S
CHELLYA
SUARDI
SUJI
LINA M
BEJO S
HERY S N
YONASRI
BUDI SANTRI
ARSYA N
MUDJIATI
SUPILAN
SHOLIHUL
ANDI SUSANTO
TRI WURYANINGSIH
ROBIIN
HASTONO K
SUKARJO
ANTON KURNIAWAN

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

JUMLAH

NO

NAMA NASABAH

6,937,857
7,100,155
7,213,744
5,064,942
9,875,443
11,285,085
11,373,728
5,579,255
5,581,146
6,674,978
6,390,707
16,770,020
5,946,501
9,528,123
11,983,688
5,925,265
5,579,255
5,405,649
14,699,905
8,470,612
6,904,137
5,294,583
10,020,726
6,904,137
7,941,875
6,007,152
5,191,363
5,212,842
10,949,228
9,504,878
5,294,583
14,971,466
6,559,451
17,058,270
5,294,583
10,597,578
5,294,583
5,723,443
17,168,069
5,272,331
10,597,578
5,882,866
6,754,867
5,944,729
5,152,679
19,881,321
11,795,477
5,753,445
5,042,209
19,330,471
8,997,825
9,061,910
5,510,648
6,808,668
13,147,891
9,732,154
9,825,012
7,998,775
7,159,313
10,027,730
6,087,342
6,826,610
9,528,929
5,849,726
5,323,224
7,541,773
6,418,191
9,012,809
5,490,985
6,937,857
11,311,400
13,760,334
5,641,310
9,456,812
5,682,792
6,087,388
6,823,828
6,706,220
7,083,541
5,258,477
10,986,929
6,007,152
6,980,226
8,630,002
9,765,790
5,027,851
17,057,621
11,536,255
7,288,167
17,530,822
14,216,996
11,207,441
12,516,917
11,719,210
11,258,115
7,400,801
14,867,012
10,000,000
5,212,041
9,006,490
5,398,695
19,330,470
9,782,816
35,537,444
810,951,627
6,668,341
9,787,495
5,552,457
111,139,065
5,231,673
11,220,582
5,579,255
13,671,976
6,390,707
5,010,529

346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460

RISWANTO
5,152,679
UUN AMALIA
10,580,572
RIRIN FEBRIYANTO
6,047,286
IBNU SHODIQ
5,128,158
MARTHINUS TOTOK SUPRIYANTO 11,319,473
ANDY WIJAYA
5,950,108
AMRI WIBOWO
5,753,228
SERMINI SETYOWATI
6,024,679
JIHADDINA
7,306,414
DULFITRI
5,082,368
STEVANUS ANANG WIDODO
6,854,643
ANNA HARTATI SARI UTAMI
6,024,679
MELANIA OM QOMARIYAH
5,751,289
ABDUL HAMID
5,107,575
DIYAN HENDRA W
6,320,689
ERDISON
6,177,011
ABDUL GHOFUR
74,773,251
ABDUL HAFID
15,448,350
ABDUL JALAL
8,308,696
ABDUL KHARIS
16,042,547
ABDUL LATIF
7,778,212
ABDUL MAJID
38,461,414
ABDUL ROHIM
21,954,338
ABDUR ROKHIM
36,161,087
ACHMAD RACHMAT UBAY
43,086,529
ADHI UTOMO
9,565,357
AFRIJAYA
20,331,912
AGUNG BUDI YONO
10,029,844
AGUNG HERMAWAN
10,288,084
AGUNG YUDHAJAYA SOED
20,982,008
AGUS RUSDIYANTA
6,571,178
AGUS SALIM
152,920,481
AGUS SURONO HADI
12,613,556
AGUS SYAEFRUDIN
5,926,464
AGUSTIANI MUSTIKOWAT
15,777,303
AGUSTINA UTAMI
27,500,605
AHMAD APANDI
13,550,722
AHMAD FARID
10,233,869
AHMAD MUDLOFAR
33,515,557
AHMAD SAID
25,149,294
AHMAD SOLEH
5,726,014
AHMAD SUKHUFI
9,644,545
AHMAD WIDODO
6,155,602
AIDIL FITRIADI
5,783,206
AJENG NOVITARIA PURN
5,976,109
AJI JUSNAN
21,906,138
AKHMAD FARKHAN
9,465,842
AKHMAD TASURUN
27,159,628
AKHMAD YULIANTO
122,629,561
AKMAL PUTRA JAYA
330,646,163
AKMAL PUTRA JAYA
1,134,887,370
ALFEN SUBRATA
1,251,916,696
ALI IMRON
12,887,258
ALI IMRON
17,014,774
AMAT KUAT
15,498,667
AMIN BUKORI
11,788,867
ANA MULYANA
17,014,774
ANDARIO DWI WARDANA
6,090,211
ANDI WIJAYA
5,583,407
ANDREAS BUDI SAPTO N
17,776,143
ANDY SUFRIADY
18,284,869
ANGLING USMAN HADI
7,975,581
ANI CAHYANI
7,515,008
ANTONI
7,595,489
ANTONIUS ALVI CHRIST
35,309,836
ARI AGUS
5,390,800
ARI JATMIKO
33,851,637
ARI ROHMIYATI
8,059,998
ARI SETIYAWAN
7,911,830
ARIA CHANDRA
5,533,720
ARIE SUSILO SETYAWA
9,228,678
ARIEF DWI SETIYAWAN
15,126,163
ARIK SUPRIYADI
7,426,581
ARIS SUSANTO
7,892,973
ARIS WAHYUDI
5,420,366
ARIS WIDODO
6,180,917
ARRY AJIE SUHARDIMAN
26,392,770
ARSYA NINDIA
7,051,706
ASIH PUJI RAHAYU
15,470,219
ASIH SUPRIYANTO
15,066,171
ASIYAH
21,768,828
ASMUDIN
10,817,906
AZIZAH
23,470,280
AZWAR ANAS
15,215,100
BAMBANG SUSWANTO
6,332,029
BANAR DWI PANUKMI
5,123,368
BASUKI RAHMAT
11,146,488
BAYU FERNANDO
6,162,772
BELLA RIZKY AMELIA
8,641,443
BETTI NILA KRISNA
7,247,547
BIROCHMAD
8,449,809
BOBI MULYA MAHARDIKA
12,228,325
BONAVENTURA KRISTANT
23,162,549
BUANG SUNARTI
6,303,330
BUDI AFRIANTO
11,971,768
BUDI MARTONO
10,088,676
BUDI SANTOSO
22,951,164
BUNAYAH
16,738,368
BUYUNG
11,029,196
CANDRA RINI
19,756,325
CASUMI
9,482,996
CHRISMIYATI
34,618,448
CITRA SETIAWAN
5,086,462
CORONA KARTIKA KRIST
13,543,980
DALSIH SURYO WIBOWO
7,502,481
DANANG SULISTYO
22,524,974
DARIYANI
20,524,146
DARTI
6,403,029
DASINAH
18,208,224
DAUMI
7,260,745
DEDE FERRY FIRMANSYA
6,508,247
DEDE MULYADI
16,368,583
DEDI ISMANTO
10,663,544
DEDY NOVIANTO WIBOWO
7,492,814
DENNY HERNOWO
13,346,198

JUMLAH

DAFTAR DEBITUR PIUTANG TAK TERTAGIH TAHUN 2015


NAMA DEBITUR DENGAN PIUTANG DI ATAS Rp. 5.000.000,NO

NAMA NASABAH

461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576

DESI INDRA MIRAWATI


DEVI YULIANI
DHENY ISMAOEN
DHERTA KUSMARWATI
DIAH PERMANA ISTIFAR
DIAN ISMIYATI
DIDIK SIYAMTO
DIYAH SUTJIPTOWATI H
DJADI UTOMO
DJOEMIRAH
DJUMIAH
DOLI ABDULLAH
DOLI NOVENDRA
DONI CHANDRA
DWI ENGGAL SETYAWAN
DWI HARIYANTO
DWI JAYANTI PUSPITAS
DWI PRIYATI
DWI PURNOMO
DWI RATIH
DWI TEGUH YULIANTO
DWI WIDAYANTI
DWI YULIANA
EDI SULAIMAN
EDI SYAMLI
EDUARDUS NUGROHO
EFA KHOLIPAH
EKA PRASETYA
EKO KARNIYAWAN
EKO PUJI HARTADI
EKO TRI WIBOWO
ELISHA
ELSA KUSUMAWATI
ELVI RISKIANA
EMANUEL DAWIS PUTRAN
EMY KIRNO
ENDAH WIDJAJATI
ENDANG LESTARI
ENDY HARYANTO
ENRICKO ARMANDO
ERI SETIAWAN
ERNA DWI LESTARI
ERNA SUYANTI
ESTI UTAMI
ETIN SUPRIYATIN
EVA TARAKAWATI
EVI GUNAWATI
EXSAFANTRI
FAHRUL
FAHRUROZI
FANNY KURNIANTO
FATLILLAH ADI SAPUTR
FAUZAN
FEBRIANA DEWI LOKAWA
FERI AJI SUSANTO
FERIZON
FITRIYANI
FRANCISCA MINARSIH
GAZALI
GUNAWAN HADI RIYANTO
HADJI PRAYITNO
HANNA TRI ASTUTI
HARDINAH
HARMAWATI
HARMUNINGKAH
HARSONO RUSHADI SISW
HARSOYO GIYONO
HARUN ARIS MARGONO
HARYANTO
HARYATI
HARYATI
HARYONO
HASAN ASNAWI
HASTA PRIYONO
HEDAR
HENGKI
HENGKI FIRMANSYAH
HENRY COSMUS WATTIMU
HENRY GUNAWAN
HERI SETIAWAN
HERIYANSAH
HERMAWAN KRISTIYANTO
HERRY WIBOWO
HESTY ADRIANI
HIDAYATUL KHILMIYAH
IBPRIYANTO
ICUK HUDIONO
IDRUS TAHIR
IING SOLIKHIN
IKA TEGUH BARATA
IKA WAHYU PUTRIMEI H
IKO GUNAWAN
ILHAMSYAH
ILMIYAH
IMAS
INA SRI WELAS
INDAH LESTARI
INDRA ABDUL SHODIKI
INDRAWATI GONDOWINOT
ISA ALKASAH
ISNAIN RAHMAD RIYADI
ISPURWANTO
ISTI KHOMAH
ISTIKOMAH
ISTIQ MALIYAH
ISTIQOMAH
IVA LATIFAH
JAHARDI
JANGKEP TANDU LUMAKS
JARWATI
JEKSON SIREGAR
JIWANTINI
JOHAR ARIFIN
JOKO ANDI SETIAWAN
JOKO SURANTO
JUHERIYAH

JUMLAH

NO

NAMA NASABAH

15,245,931
38,310,901
15,593,766
17,726,550
18,114,300
22,366,060
21,092,380
5,041,513
12,240,911
11,014,521
5,101,222
8,087,616
16,422,624
12,536,112
7,926,227
7,622,049
15,607,382
5,830,859
7,632,860
20,049,559
17,796,865
5,761,841
11,088,932
35,272,221
25,800,937
22,850,603
9,234,973
12,389,230
39,706,905
12,945,104
21,435,396
5,931,709
6,877,400
30,498,845
16,013,879
8,637,861
12,416,968
9,302,407
11,086,678
20,606,600
44,459,005
8,629,149
17,681,757
15,940,893
12,001,947
7,598,326
17,578,865
7,398,358
42,180,615
17,607,176
7,647,015
8,138,381
8,223,805
13,539,506
15,458,028
5,732,497
8,130,285
5,106,260
8,579,179
18,981,025
11,905,232
6,005,860
9,076,803
42,994,353
11,510,353
15,707,278
38,891,062
10,566,313
7,866,362
6,314,600
32,972,908
45,271,717
42,753,941
19,076,149
7,185,789
5,304,077
10,840,287
36,520,205
15,696,436
8,998,346
17,135,131
15,457,381
6,829,240
18,395,195
8,102,974
15,397,805
20,711,981
8,775,994
5,721,492
16,780,589
12,481,141
5,820,745
16,821,394
8,696,254
9,041,629
13,518,665
7,274,661
9,146,113
21,309,837
8,191,680
8,512,446
12,235,115
9,827,321
10,579,029
447,129,023
8,756,820
38,280,289
12,278,263
7,247,547
6,847,360
11,328,309
8,618,066
8,768,197
5,356,329
6,810,212
9,193,809

577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692

JUMADI
JUNAEDI ABDILLAH
JUNAEDI SANTOSO
JUNAIDI
JUWARNI
KAMDANAH
KARMAN
KARTIKA
KASMURI
KASPUJI
KHAIRUL AKBAR
KHAPIPI
KHO BUDI SANTOSO
KHOIRULLAH NASUTION
KHOLIL AZIZ
KHOMARIYAH
KHUMASYIYAH
KHUSAINI
KRISMANTO
KUNDRIYATI
KURNIA ESSA KRISWANT
KUSMARYANI
KUSMIYATI
KUSNIYATI
KUSRINI
KUSTIYAH
LAELY MAFTUKHAH
LAMINI
LATIFA
LEGIMAN
LILIK PRIYANTO
LILIK RUSWANDI
LILIS ERA WATI
LILIS KOMALA
LILY
LISTI WINDIYATNI
LULU
M GUSANTO
M SADUN
MABRURI
MAFULIN NUHA
MALIK
MAMI
MAMIK SHANTI MAYNING
MAMIK SUMARMI
MAMUN AMSIR
MANISAH
MARFUAH
MARGIYO
MARIA MAGDALENA TATI
MARJONI
MARLIA JUNITA SIREGA
MARTIN
MARTINI
MARY LESTARI
MARYANI
MARYANTI
MARYANTO
MARYANTO
MARYOTO
MAS AYU SAFITRI
MASCHUN SOFYAN
MASKUMAMBANG
MASRUKHI
MASTUROH
MEI ING
MEIANA RUSMAYANTI
MENTIK HARIYANI
MIFTAHUDIN
MISILAH
MISWAR RANGKUTI
MISYANI DYAH PRAMES
MOH KHAIRUL AMRI
MOH KOIMAM
MOH RAMEDLON
MOH TOUCHID
MOHAMAD PUAD ROHMAN
MOHAMAD RIFAI
MOHAMMAD BISRI
MOHAMMAD CHAIRUL HAD
MUBAROK
MUCHAMMAD WADZIF
MUDRIKAH
MUHAMAD MIRZA
MUHAMMAD FAHMI
MUHAMMAD FAROJAN
MUHAMMAD IDRUS
MUHAMMAD NUR KHOLIS
MUHAMMAD RIFQI
MUHAMMAD SOLIKHIN
MUHAMMAD ZAMRONI
MUHDIYONO
MUJI SANTOSO
MUJIMAN
MUJIONO
MUJIYONO
MUKATUN
MUKHTAR LUTFI
MULKHAN
MULYADI
MULYATI
MUNIRAH
MURDANI IRAWAN
MURTATI
NAILA KARIMAH
NANANG MAHMUD MAHMUD
NGAPINAH
NGATIYAH
NGATMO
NIKEN TRIRANI
NINUK ADYANI
NOPRIZAL
NOVIAR YUDHO PRASETY
NOVILIA ROSANITA
NOVITA PURNAMASARI
NUNING INDAHWATI

JUMLAH

NO

NAMA NASABAH

13,957,913
8,178,091
11,982,042
25,055,671
9,406,588
6,969,795
21,982,190
8,787,319
40,869,975
6,767,513
8,372,216
36,177,854
29,221,545
9,077,224
8,214,239
15,556,161
8,571,185
16,218,786
19,800,555
28,325,800
31,995,109
5,831,441
38,448,336
5,394,442
7,549,003
6,691,722
13,863,964
18,596,356
14,790,705
21,402,750
9,037,010
29,106,538
7,080,656
5,033,671
14,296,231
18,788,488
8,145,124
6,772,184
13,606,825
6,979,252
18,681,073
6,643,067
10,060,096
11,336,036
40,565,283
14,926,195
41,618,109
35,352,246
9,026,877
16,109,922
35,000,826
15,715,784
6,859,328
7,772,348
15,558,675
12,585,775
8,881,423
18,365,316
10,906,664
7,645,414
5,823,289
6,824,221
5,032,915
11,495,239
15,718,491
10,146,776
23,022,759
14,180,682
10,471,101
17,547,529
11,721,599
15,682,949
8,012,693
14,284,246
8,453,146
12,482,767
6,455,320
6,017,219
5,373,354
10,094,456
9,006,337
8,672,809
7,289,922
10,254,888
20,996,897
6,392,869
25,506,210
16,781,745
15,572,029
30,585,792
8,339,608
11,384,537
26,565,889
22,608,973
9,579,807
39,756,333
5,308,433
38,749,485
15,720,897
15,853,943
5,951,775
17,909,547
11,191,357
11,555,666
5,883,450
5,005,893
5,181,578
19,032,330
37,110,759
12,237,678
11,928,260
18,576,337
5,223,105
6,795,185
13,720,604
37,995,035

693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
793
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808

NUR AKHMAD
NUR BAREKHA
NUR FAIZAH
NUR HAYATI
NUR HIDAYAH
NUR INDAH WAHYUNINGS
NUR ROHMAH
NURLAILAH
NURMANTO
NUROKHMAN
NURSANTI INDRAWATI
OKI AFRIANDI
ONG KWEE TJEN
PAIJAN
PAIRAH
PAMUNGKAS ATMODJO
PAULUS SIGID HARSOYO
PERMATA FAJAR NURZEK
PETRONELLA ANDRIKUS
POLTAK MARBUN
PRASTONO
PRIYADI
PUJI HASTOMO
PURWANTO
PURWO AMBAR WULANSAR
R OSEP EKO TRIYONO
RAI MARTIN
RAKIMAN WIGNYO ATMO
RASDI
RAWIYAH
REMON
RETNO DWI HASTUTI
RETNO JUMILAH
RIDWAN
RIDWAN ANGGIT PRIHA
RIMA KUTI
RINA NUZULMI
RINA SETYOWATI
RINCHIH MAULINA NUR
RIRIH KUSHARYANTO
RISA YITMAWATI
RISCA ULFI FITRIASA
RISMAN
RITA MAYA ERVINA
RIYANTO
RIYANTO
RIYANTO
ROCHAEDAH
ROCHIMAH
ROCHMAD
ROFING SUPRIYADI
ROKHIMIN
RORY RAHADHIAN
ROSIDI
ROSITA
RUDIYONO
RUDY WAHYU UTOMO
RUSLI KHITOMI
RUSTIAH
SAEFUDIN
SAEFUL BADAR
SAEFUL BAHRI
SAEFUL MAARIF
SAFRI
SAMHADI
SAMIKO
SAMSUDIN
SAMSUL ARIFIN
SAMSURI
SANDRO ANOPEMBER
SANI SITI RAHAYU
SAPTONO WIDODO SAPU
SAPUTRI
SARJONO
SARTONO
SATRIA GUNAWAN
SATRIYO MUDI NATA KU
SATYA NUGRAHA PUTRA
SAYEKTI MARAHATI
SEDIH PRIYATIN
SEKTIWASTUTI
SHOLIKHAH
SITI BARIYAH
SITI HARIYATI
SITI LESTARI
SITI LESTARI
SITI MASITOH
SITI MUSFIAH
SITI NAFIAH
SITI NURNGAINI BUDI
SITI PANCA RAHAYU
SITI RAHAYU
SITI ROCHANAH
SITI ROHMAH
SLAMET
SLAMET MAHRUL
SLAMET PURWANTO
SOEKIMAN
SOFYAN
SOLIKHATUN
SOLIKHIN
SRI ASTUTI PUJI LEST
SRI ENDANG ROHENI
SRI HANDAYANI
SRI LESTARI
SRI MURWANI
SRI PRIHATI
SRI REPTININGSIH
SRI SUDI RAHAYU
SRI SUHARTI COKRO S
SRI SUNARNI
SRI YATIN
SRI YUENI
SRI YUNI KARYAWATI
SRIYATUN
SUBAIDAH

JUMLAH

NO

NAMA NASABAH

9,189,494
7,671,601
23,518,402
10,927,866
12,327,322
5,548,880
27,340,087
5,916,977
7,262,919
6,519,584
26,911,768
9,337,648
9,964,911
12,781,413
8,595,826
6,326,971
9,788,111
7,260,589
11,355,023
15,632,397
42,201,302
20,766,724
5,088,714
12,257,179
20,310,157
11,075,098
24,151,843
11,801,011
7,814,972
7,546,958
17,996,677
22,201,771
37,107,360
10,212,513
5,737,019
23,276,126
7,042,433
14,663,973
11,533,478
10,902,588
10,065,830
5,755,901
9,570,658
23,872,550
6,082,739
7,268,722
16,531,947
16,319,323
16,260,196
13,134,471
8,509,893
5,921,914
11,063,273
21,514,501
13,739,172
5,908,321
8,968,520
10,413,466
15,710,636
5,088,300
18,275,817
10,412,231
5,526,613
10,956,289
15,114,877
9,404,817
12,587,352
16,243,785
5,948,889
27,445,726
7,749,778
5,461,894
9,104,113
9,292,564
8,555,907
6,842,892
19,862,980
33,852,731
16,143,29
6,633,328
7,207,408
8,492,807
5,183,440
31,333,872
8,919,826
8,121,279
15,696,712
6,849,884
8,394,389
34,083,131
23,119,808
5,140,403
23,183,507
5,260,775
9,860,431
12,016,555
10,668,010
16,448,239
58,098,333
7,722,475
10,642,734
9,201,985
7,400,526
6,241,685
14,048,748
7,665,258
37,080,727
13,423,939
11,868,946
24,035,051
15,805,453
17,832,813
9,666,004
12,006,966
7,260,511
5,042,209

809
810
811
812
813
814
815
816
817
818
819
820
821
822
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
847
848
849
850
851
852
853
854
855
856
857
858
859
860
861
862
863
864
865
866
867
868
869
870
871
872
873
874
875
876
877
878
879
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
893
894
895
896
897
898
899
900
901
902
903
904
905
906
907
908
909
910
911
912
913
914
915
916
917
918
919
920
921
922
923
924

SUBIYANTO
SUBIYANTO
SUDARMAWAN
SUDARTI
SUGENG WAHYONO
SUGENG WASTONO
SUGIYANTO
SUGIYARTI
SUHARDI
SUHARJANTA
SUHARNO
SUHARSO
SUHARTINI
SUHARTO
SUHITO
SUJILAH
SUKASIH
SULISTIYO APRIYANTO
SULISTIYONO
SUMARNI
SUMARYATI
SUMARYATI
SUMIANAH
SUMINEM
SUMINI
SUMINTO
SUMIRAH
SUMIYATUN
SUNARDI
SUNARKO SETYO AGUNG
SUPARMADI
SUPRIYANTO
SUPRIYATI
SURONO
SURONO
SUROSO
SUROSO
SURYANI
SURYANI
SURYANINGSIH
SUSANTI PRIHATININGS
SUSI HELMI
SUSILO LATIP
SUTARMO
SUTARMONO
SUTARNO
SUTIRAH
SUTISNA SUNTARA
SUWARJO
SUYATMIN
SUYONO
TARJONO
TARMUDI
TARWANTO
TEDY SOEBIYANTO
TEGUH HARYANTO
TEGUH PUJIANTO
TEGUH UNTORO
THOMO
TIO SEMITO SUTIYO
TITIK
TITIK
TITIS BUDIARTI
TJAHYA SUBAHAGIA
TORIPAH
TOTOK WINARSO
TRI HERU NURWISO WIB
TRI NGAPINI
TRI RIO NOVIANTO
TRI SUSILOWATI
TRI YUNIARNI
TRIBOWATI
TRIYADI
TUKIYAR
TUTIK EKOWATI
TUTIK WAHYUNI
TUTY HERLINA
UMAR
UMARUDIN
UMAYAH
UMI MULYAWATI
URMA FIYANTI
USMAN
UUT SULISTYOWATI
VICKI MARENDRA
VITA YULITA
WAGIYONO
WAHARI
WAHYU ADI PAMUNGKAS
WAHYU SUDARMONO
WARIS
WARSINI
WARTONO
WASIDIK
WIDI WULAN MULATSIH
WIDODO
WINARSIH
WINDARI SURYA DIANA
WIWIN FITRIANI
WORO INDARINI
YAHUDA KURNIAWAN
YAKOBUS CHEFFY
YANTI
YANTI
YULIANTO
YUNIARTI
YUNIATI
YUSARMAN
YUSIRWAN
YUSLINA
YUSLINA
YUSTINA SRI SUMARNI
YVONNE ELIZABETH IN
ZAINATUN
ZAMRONI
ZENI KURNIAWAN

JUMLAH
5,409,329
15,900,680
33,401,982
16,319,308
30,132,626
10,235,629
12,579,565
6,239,844
12,392,146
9,675,722
10,659,365
6,199,600
7,481,311
14,805,461
17,545,692
6,296,853
28,053,701
6,886,320
5,783,962
13,172,593
11,536,105
13,709,286
5,673,984
8,665,458
21,857,041
8,042,890
6,647,017
8,699,767
21,203,134
21,894,028
7,603,790
16,248,307
12,186,312
18,062,724
7,334,591
13,704,058
6,353,048
21,838,161
14,718,067
6,816,662
11,686,456
29,992,730
12,883,046
13,927,852
11,137,681
14,303,119
17,588,032
9,302,132
9,732,154
8,905,615
14,069,176
5,297,228
38,838,093
7,082,447
17,055,112
5,977,867
44,397,899
15,913,274
22,738,308
6,002,542
14,041,231
13,428,018
18,306,877
15,445,430
10,620,732
5,971,505
6,777,385
10,153,519
8,322,065
8,078,421
5,933,691
23,972,277
15,756,003
8,220,434
11,156,552
11,780,212
8,260,857
31,239,915
10,230,459
7,379,964
14,250,506
15,000,103
10,116,642
12,923,749
5,758,707
33,158,181
12,403,665
5,429,677
19,338,543
7,707,645
9,270,350
10,957,160
12,846,016
10,622,148
13,861,417
23,193,007
9,427,222
17,435,668
12,444,465
5,579,250
15,380,903
8,588,694
12,004,239
8,460,873
14,295,824
9,966,231
9,974,367
11,942,757
10,307,069
5,127,469
14,106,144
15,714,322
5,440,398
17,796,865
14,467,367
6,782,483

Keterangan :
1)
Publikasi ini dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 6 ayat 1 huruf h, UU No 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksananya.
2)
Rincian Piutang yang tidak dapat ditagih adalah sebagaimana yang tercatat di Bank dan akan diserahkan ke KPP bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh Badan
3)
Total debitur dengan piutang dibawah Rp 5.000.000,- adalah sebanyak 45.839 account dengan total nominal sebesar Rp. 46.270.094.763,-

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

PROBANK

27

PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH


PIUTANG YANG NYATA-NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH
PT
INDONESIA1906
1906TBK
TBK
PTBANK
BANKWOORI
WOORISAUDARA
SAUDARA INDONESIA
Sesuai Pasal
Huruf h
h UU
36 Tahun
Tahun 2008,
Sesuai
Pasal 6,
6, ayat
ayat (1),
(1), Huruf
UU PPh
PPh No.
No. 36
2008, dengan
denganini
iniPT
PTBank
BankWoori
WooriSaudara
Saudara
Indonesia
1906
Tbk
mengumumkan
Piutang
Yang
Nyata-Nyata
Tidak
Dapat
Ditagih
Tahun
2015
Indonesia 1906 Tbk mengumumkan Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih Tahun
2015
sebagai
:
sebagai
berikutberikut
:

Tahun
2015
Tahun 2015

Rp25.609.761.658,74
Rp25.609.761.658,74

Rincian Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih adalah sebagaimana tercatat di Bank
Rincian
Piutang Yang
Nyata-Nyata
Tidak
Dapat
Ditagih adalah
tercatat
di Bank
dan
diserahkan
ke Kantor
Pelayanan
Pajak
Perusahaan
Masuksebagaimana
Bursa (KPP PMB),
bersamaan
dan diserahkan
ke Kantor
Pajak
Perusahaan
Bursa (KPP PMB), bersamaan
dengan
penyampaian
SPTPelayanan
Tahunan PPh
Badan
sebagai Masuk
Lampiran
dengan panyampaian SPT Tahunan PPh Badan sebagai Lampiran.

PIUTANG YANG NYATA-NYATA


TIDAK DAPAT DITAGIH
KOPERASI SIMPAN PINJAM
SAHABAT MITRA SEJATI
Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008
dan Peraturan Menteri keuangan Republik Indonesia Nomor 207/PMK.010/2015, dengan ini
Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Mitra Sejati (KSP SMS) mengumumkan Piutang Yang NyataNyata Tidak Dapat Ditagih.
Tahun 2015 Rp 8.296.475.944,Rincian Daftar Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih sebagaimana tercatat di KSP SMS, akan
diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Setiabudi Tiga bersamaan dengan
Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan sebagai Lampiran.

28

PROBANK

No. 121 Tahun XXXIII Januari-Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai