MUHAMMAD AFIF
B1022201039
MANAJEMEN A SORE
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus Bank Tabungan Negara)
Tipe < 21 - - -
Rumah Susun
Tipe > 70 80% 70% 60%
Hasil survei pada awal tahun 2015 oleh Majalah Properti mengenai
Perbankan penyalur Kredit Pemilikan Rumah dengan market share paling tinggi,
menetapkan bank BTN sebagai bank dengan total KPR terbanyak mencapai Rp
102,6 Triliun, naik 18% dari tahun sebelumnya Rp 87,05 triliun. Menyusul bank
sawasta nasional BCA KPR mencapai 54,6 triliun, naik 3% dari tahun
sebelumnya Rp 52, 9 triliun. Bank Negara Indonesia (BNI 46) tercatat Rp 33,3
triliun naik 5% dari tahun sebelumnya Rp 31,7 triliun. Serta Bank Mandiri Rp
26,4 triliun turun tipis 2% dari tahun sebelumnya Rp 26,9 triliun. (Majalah
Properti Indonesia,2015)
Rp Triliun
102,6 87,05
54,6 52,920142013
33,3 31,7 26,4 26,9 24,2 22,0
Menurut publikasi dari Bank Tabungan Negara, bahwa Bank BTN masih
menjadi pemimpin pasar pembiayaan perumahan di Indonesia dengan penguasaan
pangsa pasar total KPR sebesar 24%, sedangkan untuk segmen KPR subsidi,
peran Bank BTN yang memiliki Peran Sentral dalam Program Rumah Nasional
sangat dominan dengan menguasai pangsa pasar lebih dari 95% dari total
penyaluran FLPP tahun 2011, 2012 dan 2013. Dari sisi pelayanan BTN memiliki
jaringan KPR yang paling luas, jumlah jaringan mencapai 820 outlets per
Desember 2014 tersebar di semua propinsi dari Aceh sampai Papua. KPR BTN
mudah ditemukan bahkan sampai pelosok kota – kota kecil, kantor tersebut
memiliki local knowledge mengenai kondisi di daerah tersebut untuk memahami
kondisi daerah dan mempercepat proses dari pengurusan KPR karena penanganan
KPR tiap daerah berbeda-beda.
Bank BTN mampu menekan NPL selama tiga tahun berturut-turut dengan
trend menurun. NPL Bank BTN dari akhir tahun 2012, 2013 dan 2014 masing-
masing sebesar 4,09%, 4,05% dan 4,01%. Ini menunjukkan tindakan perbaikan
kualitas kredit yang dilakukan bank BTN berjalan efektif, mampu menekan laju
kredit macet semenjak diberlakukannya aturan Loan to Value oleh Bank
Indonesia. Sementara total Aset tumbuh sebesar 10,22% dari Rp.131,70 Triliun
pada tahun sebelumnya menjadi Rp.144,57 Triliun pada akhir 2014. Pertumbuhan
aset ini membuat Bank BTN naik ke peringkat sembilan diantara 10 besar bank
nasional berdasarkan besaran aset. Ini merupakan prestasi bagi manajemen Bank
BTN sebagai bank yang fokus ke segmen kredit pembiayaan perumahan.
Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan ada beberapa
perbedaan hasil yang mempengaruhi permintaan kredit. Penelitian Akhmad
Kholisudin (2012) tentang Determinasi Permintaan Kredit Pada Bank Umum di
Jawa Tengah, dengan hasil penelitian variabel suku bunga, kurs, inflasi, dan krisis
global signifikan terhadap permintaan kredit. Penelitian dari Iris Shahini (2014)
tentang The Impact of Economic Growth in Housing Loan Demand in Albania
dengan hasil penelitian pertumbuhan ekonomi dan uang beredar signifikan
mempengaruhi permintaan kredit. Dari fenomena dan kejadian yang terjadi serta
perbedaan hasil penelitian terdahulu, pada penelitian ini akan menguji pengaruh
suku bunga, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan variabel baru dummy loan to value
terhadap permintaan kredit pemilikan rumah.
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/3220/2889
URAIAN
Disini saya membahas tentang permintaan kredit rumah di bank BTN, yang mana
bank BTN adalah bank di posisi tertinggi penyalur kredit pemilikan rumah (KPR)
menurut market share yang mencapai nilai 102,6 milyar kenapa bisa tertinggi karena bank
BTN berada di pelosok-pelosok desa dan BTN memimiliki local knowledge mengenai
kondisi di daerah tersebut untuk memahmi kondisi di daerah tersebut.
Permintaan kredit dipengaruhi oleh suku bunga sebagai biaya untuk memegang
uang. Dimana semakin tinggi suku bunga kredit yang ditetapkan maka permintaan kredit
akan cenderung turun (Samuelson, 2004). Selain itu permintaan kredit dipengaruhi faktor
eksternal lainnya seperti kondisi perekonomian dan kondisi debitur.
Suku bunga merupakan salah satu variabel yang banyak diamati karena keputusan
pribadi, seperti menabung atau mengkonsumsi, membeli rumah atau tidak. Secara teori,
suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit, cateris paribus.
Artinya, kenaikkan suku buga akan menurunkan jumlah permintaan kredit, tetapi
sebaliknya jika suku bunga rendah maka akan meningkatkan jumlah permintaan kredit
(Nuryakin, 2006). Oleh karena itu, asumsi faktor lainnya tetap hubungannya antara suku
bunga kredit dengan permintaan kredit berhubungan negatif.
PDBt − PDBt−1
PE = PDBt−1 x 100 %
Menurut teori permintaan uang Keynes menyatakan motif memegang uang
dipengaruhi tingkat pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin
besar pula volume transaksi dan semakin besar pula uang untuk memenuhi tujuan
transaksi. Sehingga hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan permintaan kredit
adalah positif. Karena ketika pendapatan meningkat maka masyarakat mampu untuk
membeli rumah atau membayar cicilan KPR.
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/3220/2889