Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER MANAJEMEN PERBANKAN

MUHAMMAD AFIF

B1022201039

MANAJEMEN A SORE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK
Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus Bank Tabungan Negara)

Perekonomian suatu Negara memiliki hubungan ketergantungan pada


perkembangan dinamis dan konstribusi dari sektor Perbankan. Pihak perbankan
memberikan bantuan fasilitas untuk menunjang infrastruktur Negara yang mampu
memajukan perekonomian di Indonesia. Kredit sebagai fokus utama Perbankan
bertujuan untuk pembiayaan Perekonomian Nasional dan penggerak pertumbuhan
ekonomi serta memperkuat kestabilan moneter (Utari, 2012). Dengan demikian
dapat dikatakan, Perbankan mempunyai peranan langsung untuk pembangunan
Negara dan kredit perbankan memberikan sumbangan yang penting terhadap
perputaran roda perekonomian Negara.
Salah satu permasalahan penting yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
mengenai kepadatan pendudukan dan rumah tinggal. Indonesia tercatat sebagai
Negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah China, India,
dan Amerika Serikat. Yang rata-rata penduduknya lebih didominasi dengan usia
muda kurang dari 50 tahun atau bisa dikatakan termasuk dalam usia produktif.
Hal tersebut mendorong tingginya permintaan untuk hunian atau perumahan milik
sendiri.
Dari tahun ke tahun jumlah penduduk semakin bertambah tetapi tidak
diimbangi dengan jumlah kepemilikan rumah sendiri. Permasalahan kepemilikan
rumah yang dikeluhkan penduduk Indonesia dimudahan Perbankan dengan
pembiayaaan pembelian rumah dengan sistem Kredit Pemilikan Rumah. Debitur
dapat memiliki rumah dengan menyediakan uang muka dan membayar angsuran
yang telah disepakati dalam periode jangka panjang diiringi ekspektasi
peningkatan penghasilan debitur dikemudian hari.
KPR menjadi diminati oleh masyarakat dikarenakan adanya anggapan
bahwa pembiayaan KPR itu lebih mudah, selain itu ketentuan kreditnya longgar,
dan adanya pola pikir di masyarakat bahwa harga properti akan senantiasa naik
dan tidak pernah turun. Pemikiran spekulasi mengenai KPR tersebut sangat besar
pengaruhnya pada peningkatan harga properti, yang dapat mendorong terjadinya
penggelembungan harga (price bubble). Maka Bank Indonesia melakukan
pencegahan dengan menerbitkan aturan LTV atau Loan to Value yang ditujukan
bagi pengambilan KPR. Pada tahun 2015, adanya pembaruan Peraturan Bank
Indonesia No.17/10/PBI/2015 Tanggal 18 Juni 2015 tentang Rasio Loan to Value
untuk kredit Pembiayaan Properti yang terbaru telah dikeluarkan oleh Bank
Indonesia.
Rumah Tapak

Tipe > 70 80% 70% 60%

Tipe 22-70 - 80% 70%

Tipe < 21 - - -

Rumah Susun
Tipe > 70 80% 70% 60%

Tipe 22-70 90% 80% 70%

Tipe < 21 - 80% 70%

Ruko/Rukan - 80% 70%


Sumber: Bank Indonesia, data diolah (2015)

Hasil survei pada awal tahun 2015 oleh Majalah Properti mengenai
Perbankan penyalur Kredit Pemilikan Rumah dengan market share paling tinggi,
menetapkan bank BTN sebagai bank dengan total KPR terbanyak mencapai Rp
102,6 Triliun, naik 18% dari tahun sebelumnya Rp 87,05 triliun. Menyusul bank
sawasta nasional BCA KPR mencapai 54,6 triliun, naik 3% dari tahun
sebelumnya Rp 52, 9 triliun. Bank Negara Indonesia (BNI 46) tercatat Rp 33,3
triliun naik 5% dari tahun sebelumnya Rp 31,7 triliun. Serta Bank Mandiri Rp
26,4 triliun turun tipis 2% dari tahun sebelumnya Rp 26,9 triliun. (Majalah
Properti Indonesia,2015)

Gambar 1: Lima Bank Penyaluran KPR/KPA Terbanyak di

Rp Triliun
102,6 87,05
54,6 52,920142013
33,3 31,7 26,4 26,9 24,2 22,0

BBTN BBCA BBNI BMRI Bank


Panin
Indonesia Periode tahun 2013-2014
Sumber: Majalah Properti Indonesia, data diolah (2015)

Menurut publikasi dari Bank Tabungan Negara, bahwa Bank BTN masih
menjadi pemimpin pasar pembiayaan perumahan di Indonesia dengan penguasaan
pangsa pasar total KPR sebesar 24%, sedangkan untuk segmen KPR subsidi,
peran Bank BTN yang memiliki Peran Sentral dalam Program Rumah Nasional
sangat dominan dengan menguasai pangsa pasar lebih dari 95% dari total
penyaluran FLPP tahun 2011, 2012 dan 2013. Dari sisi pelayanan BTN memiliki
jaringan KPR yang paling luas, jumlah jaringan mencapai 820 outlets per
Desember 2014 tersebar di semua propinsi dari Aceh sampai Papua. KPR BTN
mudah ditemukan bahkan sampai pelosok kota – kota kecil, kantor tersebut
memiliki local knowledge mengenai kondisi di daerah tersebut untuk memahami
kondisi daerah dan mempercepat proses dari pengurusan KPR karena penanganan
KPR tiap daerah berbeda-beda.
Bank BTN mampu menekan NPL selama tiga tahun berturut-turut dengan
trend menurun. NPL Bank BTN dari akhir tahun 2012, 2013 dan 2014 masing-
masing sebesar 4,09%, 4,05% dan 4,01%. Ini menunjukkan tindakan perbaikan
kualitas kredit yang dilakukan bank BTN berjalan efektif, mampu menekan laju
kredit macet semenjak diberlakukannya aturan Loan to Value oleh Bank
Indonesia. Sementara total Aset tumbuh sebesar 10,22% dari Rp.131,70 Triliun
pada tahun sebelumnya menjadi Rp.144,57 Triliun pada akhir 2014. Pertumbuhan
aset ini membuat Bank BTN naik ke peringkat sembilan diantara 10 besar bank
nasional berdasarkan besaran aset. Ini merupakan prestasi bagi manajemen Bank
BTN sebagai bank yang fokus ke segmen kredit pembiayaan perumahan.
Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan ada beberapa
perbedaan hasil yang mempengaruhi permintaan kredit. Penelitian Akhmad
Kholisudin (2012) tentang Determinasi Permintaan Kredit Pada Bank Umum di
Jawa Tengah, dengan hasil penelitian variabel suku bunga, kurs, inflasi, dan krisis
global signifikan terhadap permintaan kredit. Penelitian dari Iris Shahini (2014)
tentang The Impact of Economic Growth in Housing Loan Demand in Albania
dengan hasil penelitian pertumbuhan ekonomi dan uang beredar signifikan
mempengaruhi permintaan kredit. Dari fenomena dan kejadian yang terjadi serta
perbedaan hasil penelitian terdahulu, pada penelitian ini akan menguji pengaruh
suku bunga, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan variabel baru dummy loan to value
terhadap permintaan kredit pemilikan rumah.

https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/3220/2889
URAIAN

Disini saya membahas tentang permintaan kredit rumah di bank BTN, yang mana
bank BTN adalah bank di posisi tertinggi penyalur kredit pemilikan rumah (KPR)
menurut market share yang mencapai nilai 102,6 milyar kenapa bisa tertinggi karena bank
BTN berada di pelosok-pelosok desa dan BTN memimiliki local knowledge mengenai
kondisi di daerah tersebut untuk memahmi kondisi di daerah tersebut.

Permintaan kredit dipengaruhi oleh suku bunga sebagai biaya untuk memegang
uang. Dimana semakin tinggi suku bunga kredit yang ditetapkan maka permintaan kredit
akan cenderung turun (Samuelson, 2004). Selain itu permintaan kredit dipengaruhi faktor
eksternal lainnya seperti kondisi perekonomian dan kondisi debitur.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi permintaan kredi yaitu :

Pengaruh Suku Bunga Dasar Kredit terhadap Permintaan Kredit

Suku bunga merupakan salah satu variabel yang banyak diamati karena keputusan
pribadi, seperti menabung atau mengkonsumsi, membeli rumah atau tidak. Secara teori,
suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit, cateris paribus.
Artinya, kenaikkan suku buga akan menurunkan jumlah permintaan kredit, tetapi
sebaliknya jika suku bunga rendah maka akan meningkatkan jumlah permintaan kredit
(Nuryakin, 2006). Oleh karena itu, asumsi faktor lainnya tetap hubungannya antara suku
bunga kredit dengan permintaan kredit berhubungan negatif.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Permintaan Kredit

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara perlu dihitung


pendapatan nasional riil yaitu Produk Nasional Bruto Riil (Sukirno, 2011). PDB diyakini
sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu Negara
dikarenakan perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama
tentang kondisi suatu negara.

Pertumbuhan Ekonomi dengan indikator PDB dapat dihitung menggunakan rumus


berikut:

PDBt − PDBt−1

PE = PDBt−1 x 100 %
Menurut teori permintaan uang Keynes menyatakan motif memegang uang
dipengaruhi tingkat pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin
besar pula volume transaksi dan semakin besar pula uang untuk memenuhi tujuan
transaksi. Sehingga hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan permintaan kredit
adalah positif. Karena ketika pendapatan meningkat maka masyarakat mampu untuk
membeli rumah atau membayar cicilan KPR.

Dari beberapa factor tersebut masih banyak factor yang mempengaruhi


permintaan kredit rumah salah satunya adalah suku bunga dasar kredit dan
pertumbuhan berpengaruh terhadap permintaan kredit. Salah satu peranan kredit yaitu
kredit sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, sehingga menjadikan kredit sebagai
fokus utama Perbankan. Oleh karena itu permintaan kredit dengan pertumbuhan
ekonomi adalah berhubungan positif dan saling mempengaruhi. Suku bunga
berpengaruh terhadap permintaan kredit sesuai teori yang menunjukkan hasil bahwa
permintaan akan mengami penurunan ketika suku bunga tinggi. Sedangkan variabel
inflasi dan dummy LTV tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit. Inflasi tidak
berpengaruh dikarenakan permintaan KPR tidak sensitive terhadap fluktuatif yang
terjadi akibat dari pergerakan inflasi. Kebijakan loan to Value tidak mempengaruhi
KPR Bank BTN dikarenakan pangsa pasar Bank BTN <70% terhindar dari aturan
LTV.

https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/3220/2889

Anda mungkin juga menyukai