PEMBAHASAN
4.1 Merencanakan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempermudah pada
saat proses penyuwiran daging, penggunaan hasil dari produksi ini adalah
pembuatan bahan baku untuk membuat abon, sehingga untuk menambah
produktifitas dan penggunaan hasil dari penyuwiran kepada masyarakat,
maka penulis bermaksud untuk merancang suatu alat yaitu mesin pembuat
abon.
Dengan adanya “Mesin Pembuat Abon” tersebut diharapkan
menambah produktifitas dan pengolahan daging akan lebih mudah.
4.1.1 Input desain
Pada tahap ini penulis melakukan studi literatur dengan berbagai
kegiatan meliputi browsing internet, jurnal dan membaca buku,
selanjutnya studi lapangan ke salah satu tempat pembuatan abon yang
tepatnya di Jalan Bakung Rt 04 Rw 05 Sidakaya, Cilacap Selatan.
Berdasarkan alat yang tersedia perlu adanya modifikasi untuk
mempermudah dalam proses produksi pembuatan abon tersebut, antara
lain sebagai berikut :
a. Alat yang digunakan masih menggunakan peralatan yang
sederhana seperti pisau, palu dan lumpang untuk membantu dalam
proses penyuwiran daging, hal ini meghambat waktu produksi
karena perlu tenaga yang cukup banyak.
b. Sesudah di tumbuk didalam lumpang tersebut daging hasil suwiran
harus di gosok-gosokan dengan menggunakan kedua telapak
tangan dengan tujuan agar hasil suwiran daging bisa terurai, hal ini
membutuhkan waktu dan tenaga tambahan untuk proses
penyuwiran daging tersebut.
Dari masalah diatas dapat disimpulkan kebutuhan dari mesin.
Berikut ini daftar kebutuhan dari Mesin Pembuat Abon sebagai acuan
pembuatan Mesin Pembuat Abon tersebut. Kebutuhan mesin dapat dilihat
seperti pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Kebutuhan Mesin
No Kebutuhan Mesin
1 Dapat menghasilkan suwiran daging yang berserat.
2 Dapat menghemat tenaga dan waktu penyuwiran daging.
43
44
No Kebutuhan Mesin
3 Memiliki bentuk mesin yang sederhana.
4 Perawatan dan pemeliharaan mesin mudah dan murah.
5 Proses pengoperasian mesin mudah.
Dengan adanya kebutuhan mesin pembuat abon diatas, selanjutnya
maka akan terciptanya spesifikasi Mesin Pembuat Abon yang dibutuhkan
antara lain sebagai berikut :
a. Dapat menghasilkan suwiran daging yang berserat.
b. Dapat menghemat tenaga dan waktu pemisahan daging.
c. Memiliki bentuk mesin yang sederhana
d. Perawatan dan pemeliharaan mesin mudah dan murah
e. Proses pengoperasian mesin mudah
4.1.2 Realisasi desain
Setelah spesifikasi kebutuhan dari mesin diperoleh, maka perlu
adanya rencana realisasi desain sebagai acuan dalam pembuatan mesin.
Rencana realisasi desain dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rencana Realisasi Desain.
No Spesifikasi Mesin Rencana Realisasi Desain
4.2 Mengkonsep
Pada tahap ini merupakan kelanjutan setelah rencana desain
tersusun dengan mempertimbangkan beberapa bagian-bagian pada mesin
yang akan digunakan. Berikut ini merupakan tahapan mengkonsep Mesin
Pembuat Abon.
4.2.1 Sketsa awal
Dari hasil spesifikasi maka perlu adanya sketsa awal sebagai
gambaran dalam proses pembuatan desain. Sketsa Awal dapat dilihat
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Sketsa Awal.
No Kebutuhan Catatan Konsep
4.3 Merancang
Setelah semua konsep ditentukan kemudian konsep disatukan dan
dirancang. Pada tahap merancang berisi tentang penjelasan bagian dari
rancangan mesin serta komponen dari rancangan mesin.
4.3.1 Desain wujud
Desain wujud dibuat setelah menentukan konsep yang digunakan
dalam mesin, berikut merupakan hasil desain wujud. Desain Mesin
Pembuat Abon dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1 dibawah ini.
4.4 Penyelesaian
Penyelesaian merupakan proses akhir dalam metode perancangan
yang digunakan sebagai acuan agar dalam proses perancangan lebih
terarah. Setelah desain wujud dan bagian-bagian mesin terselesaikan.
Dalam tahap penyelesaian penulis melakukan verifikasi konsumen dan
menyiapkan dokumen untuk disampaikan kepada lini produksi.
4.4.1 Daftar hasil persetujuan wawancara
Pada tahap ini penulis melakukan verifikasi konsumen terhadap
rancangan dengan menunjukan desain wujud dan menjelaskan konsep-
konsep yang digunakan pada mesin kemudian melakukan wawancara
terhadap konsumen. Hasil persetujuan wawancara (Terlampir) dapat
dilihat dilampiran D.
4.4.2 Persiapan dokumen produksi
Pada tahap ini penulis menyiapkan gambar kerja dan perencanaan
biaya awal untuk diserahkan pada lini produksi agar mempermudah
dalam pembuatan mesin. Pada tahap ini penuis melibatkan unit produksi
dalam memberikan analisa dan dalam hal biaya unit. Gambar kerja
(Terlampir) dan Tabel BOM (Bill Of Material) dapat dilihat dilampiran
E.
9. Total gaya
F = (mporos + mpisau penyuwir + mtot.pulley + mbahan + mgaya potong)
kg × 10 m/s2
F = (2,49 kg + 0,91 kg + 3,98 kg + 1,5 kg + 0,254 kg) × 10 m/s2
F = 9,134 kg × 10 m/s2
F = 91,34 N atau kg.m/s2
Jadi gaya yang timbul pada mesin pembuat abon sebesar 91,34 N.
b. Perhitungan perbandingan puli
Untuk menghitung kecepatan liniear dan daya yang di butuhkan
harus mengetahui putaran yang diinginkan dan berapa diameter puli yang
diijinkan. Untuk menghitung perbandingan puli dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Dengan putaran motor penggerak ( 𝑛1 ) = 1400 rpm, putaran yang
diinginkan ( 𝑛2 ) = 700 rpm, dan rencana diameter puli penggerak ( 𝑑𝑝 ) =
50,8 mm, dimana dalam menentukan daya rencana motor listrik yang
dibutuhkan penulis mengasumsikan putaran yang tertinggi sebagai acuan
dalam menentukan daya rencana motor listrik yang dibutuhkan. Gambar
perbandingan puli dapat dilihat seperti Gambar 4.6 dibawah ini.
Dengan daya rencana (Pd) dan putaran puli kecil (n1) yang
diketahui maka dipilih sabuk Tipe A. (diagram pemilihan sabuk-V
lampiran B-1)
b. Perhitungan diameter puli yang digerakan
Dengan putaran motor penggerak (n1)= 1400 rpm, putaran yang
diinginkan (n2) = 700 rpm, dan rencana diameter puli penggerak (𝑑𝑝 ) =
50,8 mm. Jadi untuk menentukan perbandingan diameter puli yang
digerakan dapat menggunakan persamaan berikut :
𝑛1 𝐷𝑝
=
𝑛2 𝑑𝑝
𝑛
𝐷𝑝 = ( 1) × 𝑑𝑝
𝑛2
1400
𝐷𝑝 = ( ) × 50,8
700
𝐷𝑝 = 2 × 50,8
𝐷𝑝 = 101,6 mm
Jadi diameter puli yang digerakan (𝐷𝑝 ) pada daging sapi adalah
101,6 mm ( 4 Inchi ).
Dengan putaran motor penggerak (n1)= 1400 rpm, putaran yang
diinginkan (n2) = 400 rpm, dan rencana diameter puli penggerak (𝑑𝑝 ) =
50,8 mm. Jadi untuk menentukan perbandingan diameter puli yang
digerakan dapat menggunakan persamaan berikut :
𝑛1 𝐷𝑝
=
𝑛2 𝑑𝑝
𝑛
𝐷𝑝 = ( 1) × 𝑑𝑝
𝑛2
1400
𝐷𝑝 = ( ) × 50,8
400
𝐷𝑝 = 3,5 × 50,8
𝐷𝑝 = 177,8 mm
Jadi diameter puli yang digerakan (𝐷𝑝 ) pada daging ayam adalah
177,8 mm ( 7 Inchi ).
Dengan putaran motor penggerak (n1)= 1400 rpm, putaran yang
diinginkan (n2) = 280 rpm, dan rencana diameter puli penggerak (𝑑𝑝 ) =
50,8 mm. Jadi untuk menentukan perbandingan diameter puli yang
digerakan dapat menggunakan persamaan berikut :
56
𝑛1 𝐷𝑝
=
𝑛2 𝑑𝑝
𝑛
𝐷𝑝 = ( 1) × 𝑑𝑝
𝑛2
1400
𝐷𝑝 = ( ) × 50,8
280
𝐷𝑝 = 5 × 50,8
𝐷𝑝 = 254 mm
Jadi diameter puli yang digerakan (𝐷𝑝 ) pada daging sapi adalah
254 mm ( 10 Inchi ).
c. Perhitungan panjang sabuk
Rencana jarak sumbu poros (C) = 560 mm. Jadi untuk menentukan
panjang sabuk yang digunakan dapat menggunakan persamaan berikut:
Untuk puli pertama dengan 𝐷𝑝 = 101,6 mm dan 𝑑𝑝 = 50,8 mm
π 1
𝐿 = 2𝐶 + (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + ( 𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )2
2 4.𝐶
3,14 1
𝐿 = 2 × 560 + (50,8 + 101,6) + (101,6 − 50,8)2
2 4.560
1
𝐿 = 1.120 + 1,57 (152,4) + (50,8)2
2240
𝐿 = 1.120 + 239,268 + 0,000464 (2.580,64)
𝐿 = 1.120 + 239,268 + 1,19741696
𝐿 = 1.360,46 mm
Dari hasil perhitungan diatas maka dipilih sabuk dengan panjang
≈1372mm/ 54 inch. (panjang sabuk-V standar lampiran B-2)
Untuk puli kedua dengan 𝐷𝑝 = 177,8 mm dan 𝑑𝑝 = 50,8 mm
π 1
𝐿 = 2𝐶 + (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + ( 𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )2
2 4.𝐶
3,14 1
𝐿 = 2 × 560 + (50,8 + 177,8) + (177.8 − 50,8)2
2 4.560
1
𝐿 = 1.120 + 1,57 (228,6) + (127)2
2240
𝐿 = 1.120 + 358,902 + 0,000464 (16.129)
𝐿 = 1.120 + 358,902 + 7,483856
𝐿 = 1.486,38 mm
Dari hasil perhitungan diatas maka dipilih sabuk dengan panjang
≈1499 mm/ 59 inch. (panjang sabuk-V standar lampiran B-2)
Untuk puli ketiga dengan 𝐷𝑝 = 254 mm dan 𝑑𝑝 = 50,8 mm
π 1
𝐿 = 2𝐶 + (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + ( 𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )2
2 4.𝐶
57
3,14 1
𝐿 = 2 × 560 + (50,8 + 254) + (254 − 50,8)2
2 4.560
1
𝐿 = 1.120 + 1,57 (304,8) + (203,2)2
2240
𝐿 = 1.120 + 478,536 + 0,000464 (41.290,24)
𝐿 = 1.120 + 478,536 + 19,15867136
𝐿 = 1.617,72 mm
Dari hasil perhitungan diatas maka dipilih sabuk dengan panjang
≈1626 mm/ 64 inch. (panjang sabuk-V standar lampiran B-2).
Untuk mengoreksi jarak antar poros menggunakan persamaan sebagai
berikut:
𝑏 = 2𝐿 − 𝜋 ( 𝐷𝑝 + 𝑑𝑝 )
𝑏 = 2 × 1372 − 3,14 (101,6 + 50,8)
𝑏 = 2.744 − 3,14 (152,4)
𝑏 = 2.744 − 478,536
𝑏 = 2.265,46
Maka jarak sumbu poros yang sebenarnya adalah :
b + √b2 −8(Dp−dp )2
C=
8
2.265,46 + √2.265,46 2 − 8 (101,6−50,8 )2
C=
8
2.265,46 + √5.111.663,892
C=
8
2.265,46 + 2.260,898912
C=
8
4.526,358912
C=
8
C = 565,794864 mm (565,79 mm)
d. Perhitungan kecepatan keliling
Dengan putaran 𝑛1 adalah 1400 rpm. Jadi untuk menghitung
kecepatan keliling dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝜋. 𝑑𝑝. 𝑛1
𝑣=
60.1000
58
57(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)
θ = 180˚ −
𝑐
57(254 − 50,8)
θ = 180˚ −
565,79
57(203,2)
𝜃 = 180˚ −
565,79
11.582,4
𝜃 = 180˚ −
565,79
𝜃 = 180˚ − 20,47˚
𝜃 = 159,53˚
f. Perhitungan gaya tarik sabuk-V
Dengan daya motor listrik (𝑃𝑚 ) = 373 Watt, putaran (𝑛1 ) = 1400
1
dan diameter puli pertama yang digerakan (r) = 0,0508 m. Jadi untuk
2
menghitung besarnya gaya tarikan sabuk-V dapat dihitung dengan rumus
berikut ini :
𝑃𝑚 = T. ω
Dimana :
2 . 𝜋 . 𝑛1
ω =
60
2 . 3,14 . 1400
ω = = 146,53 rad/s
60
Maka :
Pm
T=
ω
373
T=
146,53
T = 2,545 N.m
Sehingga besarnya gaya tarik sabuk-V adalah sebagai berikut :
T = F×r
2,545 N.m
F = = 50,09 N
0,0508 m
Dengan daya motor listrik (𝑃𝑚 ) = 373 Watt, putaran (𝑛1 ) = 1400
1
dan diameter puli kedua yang digerakan (r) = 0,0889 m. Jadi untuk
2
menghitung besarnya gaya tarikan sabuk-V dapat dihitung dengan rumus
berikut ini :
𝑃𝑚 = T. ω
Dimana :
60
2 . 𝜋 . 𝑛1
ω =
60
2 . 3,14 . 1400
ω = = 146,53 rad/s
60
Maka :
Pm
T=
ω
373
T=
146,53
T = 2,545 N.m
Sehingga besarnya gaya tarik sabuk-V adalah sebagai berikut :
T = F×r
2,545 N.m
F = = 28,62 N
0,0889 m
Dengan daya motor listrik (𝑃𝑚 ) = 373 Watt, putaran (𝑛1 ) = 1400
1
dan diameter puli ketiga yang digerakan (r) = 0,127 m. Jadi untuk
2
menghitung besarnya gaya tarikan sabuk-V dapat dihitung dengan rumus
berikut ini :
𝑃𝑚 = T. ω
Dimana :
2 . 𝜋 . 𝑛1
ω =
60
2 . 3,14 . 1400
ω = = 146,53 rad/s
60
Maka :
Pm
T=
ω
373
T=
146,53
T = 2,545 N.m
Sehingga besarnya gaya tarik sabuk-V adalah sebagai berikut :
T = F×r
2,545 N.m
F = = 20,03 N
0,127 m
Mencari besarnya gaya reaksi 𝑅𝑉𝐴 pada bagian Gaya tarik sabuk
puli pertama, dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
ƩMB= 0 ↻ (+)
1
(−𝑃1 × 𝑙6 ) + (𝑅𝑉𝐴 × 𝑙5 ) + (−𝑄 × 𝑙𝑤 (𝑙9 + × 𝑙𝑤 )) = 0
2
Mencari besarnya gaya reaksi 𝑅𝑉𝐵 pada bagian Gaya tarik sabuk
puli kedua, dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Jadi besarnya gaya reaksi pada 𝑅𝑉𝐴 = 68,93 𝑁 arah gaya ke atas.
𝑀𝐴 dari kiri:
ƩMA = (𝑃2 × 𝑙2 ) + (𝑅𝑉𝐴 × 𝑙𝑉𝐴 )
= (28,62 𝑁 × 80 𝑚𝑚) + (152,1 𝑁 × 0 𝑚𝑚)
= 2.289,6 𝑁. 𝑚𝑚 + 0 𝑁. 𝑚𝑚
= 2.289,6 𝑁. 𝑚𝑚
= 2.289,6 𝐾𝑔. 𝑚𝑚
Maka :
ƩMA= 0 ↻ (+)
1
(−𝑃3 × 𝑙3 ) + (𝑄 × 𝑙𝑤 (𝑙4 + × 𝑙𝑤 )) + (𝑅𝑉𝐵 × 𝑙3 ) = 0
2
1
(−20,03 𝑁 × 400 𝑚𝑚) + (0,171 𝑁 × 420 𝑚𝑚 (50 𝑚𝑚 + ×
2
1/3
5,1
𝑑𝑠 ≧ [ √83.669.626,44]
5,83
1/3
5,1
𝑑𝑠 ≧ [ × 9.147,11]
5,83
𝑑𝑠 ≧ [0,87 × 9.147,11]1/3
𝑑𝑠 ≧ [7.957,98]1/3
𝑑𝑠 ≧ 19,96 𝑚𝑚
Jadi diameter poros minimal yang diizinkan pada poros penyuwir
adalah 19,96 mm, karena penulis menggunakan poros stainless jadi poros
yang akan di gunakan untuk meneruskan putaran motor adalah 20 mm.
f. Perhitungan gaya tangensial pada permukaan poros
Poros yang digunakan pada bagian penyuwir adalah poros beban
puntir dan lentur dengan:
1. Momen puntir rencana (T) = 1.038 Kg.mm
2. Diameter poros (𝑑𝑠 ) = 20 mm
Jadi untuk menghitung gaya tangensial pada permukaan poros
pada dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑇
F=
(𝑑𝑠 /2)
1.038
F=
(20/2)
F = 103,8 𝐾𝑔
Maka dapat diketahui besarnya ukuran pasak dan alur berdasarkan
diameter poros :
1. Penampang pasak ukuran 7 × 7 𝑚𝑚 (tabel 7 lampiran A-7)
2. Kedalaman alur pasak pada poros ( 𝑡1 ) = 4 𝑚𝑚 (tabel 7 lampiran
A-7)
3. Kedalaman alur pasak pada naf ( 𝑡2 ) = 3 𝑚𝑚 (tabel 7 lampiran A-
7)
g. Perhitungan tegangan geser pasak
Perencanaan pasak yang digunakan dengan spesifikasi bahan
sebagai berikut:
1. Bahan pasak yaitu S45C maka besarnya kekuatan tarik (𝜎𝑏 ) = 58
kg/𝑚𝑚2 (tabel 2 lampiran C-2)
2. Faktor keamanan (S𝑓1 ) = 6,0 (tabel 2 lampiran A-2)
73
𝑙1 ≧ 3,07 mm
i. Perhitungan panjang pasak dari tekanan permukaan (l2)
Perencanaan pasak yang digunakan dengan spesifikasi bahan
sebagai berikut:
1. Tekanan permukaan yang diizinkan 𝑃𝑎 = 8,0 kg/mm2 (karena
diameter poros termasuk kedalam kelompok poros berdiameter
kecil, berdasarkan Sularso dan Kiyo Katsu Suda, Dasar
Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal.27)
2. Gaya tangensial (F) = 103,8 Kg
3. Kedalaman alur pasak pada naf ( 𝑡2 ) = 3 𝑚𝑚 (tabel 7 lampiran A-
7)
74
𝑙2 ≧ 4,325 mm
Panjang 𝑙 diambil dari yang terpanjang antara 𝑙1 dengan 𝑙2
𝑙 = 4,325 mm
𝑙𝑘 = 170 mm
Pengecekan :
𝑏 / 𝑑𝑠 = (0,25 − 0,35)
𝑙𝑘 / 𝑑𝑠 = (0,75 − 1,5)
𝑃𝑟 = 24,59 𝑘𝑔
b. Perhitungan faktor kecepatan (𝒇𝒏 )
Rencana output putaran 𝑛2 adalah 700 rpm. Jadi untuk menghitung
fakor kecepatan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
[33,3] 1/3
𝑓𝑛 = [ ]
𝑛2
[33,3] 1/3
𝑓𝑛 = [ ]
700
𝑓𝑛 = 0,36
Rencana output putaran 𝑛2 adalah 400 rpm. Jadi untuk menghitung
fakor kecepatan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
[33,3] 1/3
𝑓𝑛 = [ ]
𝑛2
[33,3] 1/3
𝑓𝑛 = [ ]
400
𝑓𝑛 = 0,43
Rencana output putaran 𝑛2 adalah 280 rpm. Jadi untuk menghitung
fakor kecepatan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
[33,3] 1/3
𝑓𝑛 = [ ]
𝑛2
[33,3] 1/3
𝑓𝑛 = [ ]
280
𝑓𝑛 = 0,49
Karena dalam perencanaan besarnya putaran terdapat 3 variasi
putaran, sehingga penulis untuk menggambil nilai akhir dari 𝑓𝑛 yaitu nilai
rata rata dari 𝑓𝑛 ketiganya dengan persamaan sebagai berikut :
Maka :
0,36 +0,43 +0,49
𝑓𝑛 =
3
1,28
𝑓𝑛 =
3
𝑓𝑛 = 0,42
c. Perhitungan faktor umur (𝒇𝒉 )
Dengan beban nominal dinamis spesifik (C) = 1250 kg (tabel 5
lampiran A-5) dan beban ekivalen dinamis (𝑃𝑟 ) = 24,59 𝑘𝑔. Jadi untuk
menghitung fakor umur dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝐶
𝑓ℎ = 𝑓𝑛
𝑃𝑟
1250
𝑓ℎ = 0,42 ×
24,59
77
𝑓ℎ = 21,35
d. Perhitungan umur nominal bantalan (𝑳𝒉 )
Dengan faktor umur (𝑓ℎ ) = 21,35. Jadi untuk menghitung umur
nominal bantalan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝐿ℎ = 500 × 𝑓ℎ 3
𝐿ℎ = 500 × 21,35 3
𝐿ℎ = 500 × 9.731,81
𝐿ℎ = 4.865.905,188 putaran
Dalam satu hari kelompok usaha Minoarto di Jalan Bakung Rt 04
Rw 05 Sidakaya, Cilacap Selatan diperkirakan memproduksi abon
sebanyak 100 Kg, dari hasil uji kinerja yang dilakukan oleh penulis
didapat 1,5 Kg/proses membutuhkan waktu proses penyuwiran rata-rata
27 detik.
Maka :
1,5 𝐾𝑔 = 27 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
100 𝐾𝑔 = 0,5 𝑗𝑎𝑚
Sehingga dalam satu hari diperkirakan 0,5 jam bekerja dan mesin
bekerja dalam putaran 280 putaran dalam satu menit sehingga :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 = 280 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 16.800 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/𝑗𝑎𝑚
Dalam satu hari mesin bekerja selama 0,5jam/hari sehingga jumlah
putaran dalam satu hari sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 = 16.800 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 × 0,5 𝑗𝑎𝑚
= 8400 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
Jadi umur nominal bantalan bantalan :
4.865.905,188
𝐿ℎ =
8400
𝐿ℎ = 579, 27 hari Dirubah ke bulan
579, 27
𝐿ℎ =
30
𝐿ℎ = 19,309 bulan Dirubah ke tahun
19,309
𝐿ℎ =
12
𝐿ℎ = 1,6 tahun
78