Secara etimologi pragmatik berasal dari kata pragmatikos dalam bahasa Yunani yang berarti
“berhubungan dengan tindakan” atau “berhubungan dengan praktik”. Kata ini kemudian diadopsi ke
dalam bahasa Latin sebagai pragmaticus yang memiliki arti yang sama. Etimologi pragmatik mengacu
pada asal usul kata pragmatik dan menunjukkan bahwa bidang ini berfokus pada aspek praktis dan
tindakan dalam penggunaan bahasa (seung, 1982), dalam ilmu bahasa arab sepadan dengan ilmul
ma’aniy (bagian dari ilmu balaghah).
Dalam konteks linguistik, pragmatik adalah cabang ilmu yang mengkaji hubungan lambang dengan
penafsirannya (Darma, 2014). Atau mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks
penggunaannya, serta mempelajari bagaimana makna sebuah kalimat atau ucapan dapat dipahami
dalam konteks komunikasi yang spesifik, termasuk faktor-faktor seperti tujuan komunikasi,
pengetahuan bersama, dan norma-norma sosial.
Levinson (1983) (dalam Zamzani, 2007) memberikan pandanganya mengenai pragmatik, yaitu: a)
Pragmatik dipandang sebagai kajian tentang hubungan bahasa dengan konteks yang
digramatikalisasikan atau yang dikodekan dalam struktur bahasa.
b) Pragmatik merupakan kajian aspek makna yang tidak tercakup atau dimasukkan dalam teori
semantik. Pragmatik dipandang memiliki hubungan dengan semantik. Baik pragmatik maupun
semantik kedua-duanya mengkaji tentang makna atau arti;
c) Pragmatik merupakan kajian tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang mendasari
penjelasan pengertian atau pemahaman bahasa.
d) Pragmatik merupakan kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan dengan kalimat-
kalimat dengan konteks yang sesuai atau cocok dengan kalimat itu;
e) Pragmatik sebagai bidang ilmu mandiri. Pragmatik memiliki lima cabang kajian, yaitu deiksis,
implikatur, praanggapan, tindak tutur atau tidak bahasa, dan struktur wacana (B.S., 2022).
Sedangkan menurut Gunarwan (1994) menemukan delapan rumusan pragmatik yang dikemukakan
Levinson yaitu: 1) Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan di antara tanda (lambang) dan
penafsirannya. 2) Pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa. 3) Pragmatik adalah kajian
bahasa dari perspektif fungsi yang mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan
mengacu pada pengaruh dan sebab nonlinguistik 4) Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan-
hubungan di antara bahasa dan konteks. 5) Pragmatik berkaitan dengan dengan topik mengenai
aspek-aspek makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan dengan mengacu langsung pada persyaratan
kebenaran (truth condition) dan kalimat yang diujarkan. 6) Pragmatik adalah kajian tentang
hubungan-hubungan di antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar dari penjelasan tentang
pemahaman bahasa. 7) Pragmatik adalah kajian mengenai kemampuan pengguna bahasa untuk
menyesuaikan kalimat dengan konteks, sehingga kalimat itu patut diujarkan. 8) Pragmatik adalah
kajian tentang deiksis (paling tidak sebagian), implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek-aspek
struktur wacana.
Konsep pragmatik menurut ahli lain adalah studi tentang bagaimana konteks, tujuan, dan konteks
sosial mempengaruhi pemahaman dan penggunaan bahasa. Ahli pragmatik berpendapat bahwa
makna sebuah ucapan tidak hanya tergantung pada kata-kata yang digunakan, tetapi juga pada
konteks dan tujuan komunikasi. Pragmatik juga mempelajari bagaimana aspek non-verbal seperti
intonasi, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh dapat mempengaruhi komunikasi. Ahli pragmatik juga
mempelajari fenomena seperti implikatur, kesopanan, dan tuturan. Beberapa ahli pragmatik terkenal
termasuk Paul Grice, J.L. Austin, dan Herbert Clark.
Dalam pragmatik, penting untuk memahami bahwa makna sebuah kalimat tidak hanya tergantung
pada struktur gramatikalnya, tetapi juga pada konteks penggunaannya. Misalnya, kalimat “Apakah
kamu mau minum?” dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada situasi dan konteksnya.
Jika kalimat tersebut diucapkan di sebuah restoran, maka maknanya adalah apakah seseorang ingin
memesan minuman. Namun, jika kalimat tersebut diucapkan di tengah-tengah percakapan yang
sedang berlangsung, maka maknanya adalah apakah seseorang ingin minum saat itu.
Dalam studi pragmatik, juga ditemukan fenomena seperti kesantunan berbahasa, perubahan makna,
dan variasi bahasa. Kesantunan berbahasa adalah aturan-aturan sosial yang mengatur bagaimana
kita berbicara dengan orang lain agar tidak menyinggung atau melukai perasaan mereka. Perubahan
makna adalah perubahan dalam makna sebuah kata atau kalimat seiring dengan perubahan konteks
penggunaannya. Variasi bahasa adalah variasi dalam penggunaan bahasa yang terjadi dalam
kelompok-kelompok sosial tertentu.
Hubungan pragmatik dengan fonologi adalah bahwa pragmatik mempengaruhi cara kita
menggunakan fonologi dalam berkomunikasi. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana konteks,
tujuan, dan pengetahuan bersama mempengaruhi makna dalam komunikasi. Fonologi adalah studi
tentang sistem bunyi dalam bahasa (Nasarudin et al., 2023).
Hubungan antara pragmatik dan sintaksis terletak pada pemahaman dan penggunaan bahasa dalam
konteks komunikasi. Pragmatik mempertimbangkan konteks dan tujuan komunikasi dalam
memahami makna sebuah kalimat, sedangkan sintaksis mempelajari struktur kalimat itu sendiri.
Dalam analisis pragmatik, sintaksis dapat menjadi faktor penting dalam memahami bagaimana
kalimat tersebut digunakan dalam konteks komunikasi tertentu. Sebaliknya, dalam analisis sintaksis,
pragmatik dapat membantu menjelaskan mengapa sebuah kalimat atau konstruksi sintaksis tertentu
digunakan dalam konteks komunikasi tertentu.
Hubungan antara pragmatik dan sosiolinguistik terlihat dalam analisis pragmatik yang dilakukan
dalam konteks sosial. Pragmatik mempertimbangkan faktor sosial seperti status sosial, peran sosial,
dan norma-norma sosial dalam memahami dan menggunakan bahasa. Misalnya, dalam situasi
komunikasi formal, norma-norma sosial dapat mempengaruhi pemilihan kata dan gaya berbicara
yang digunakan.
Hubungan antara pragmatik dan filologi terletak pada pemahaman konteks penggunaan bahasa
dalam teks-teks kuno dan modern. Pragmatik dapat membantu filolog dalam memahami bagaimana
bahasa digunakan dalam konteks tertentu, seperti dalam puisi atau naskah sastra kuno. Pragmatik
juga membantu filolog dalam memahami bagaimana makna bahasa dapat berubah seiring waktu
dan bagaimana konteks sosial dan budaya mempengaruhi penggunaan bahasa dalam teks-teks
tersebut.
Hubungan antara pragmatik dan dialektologi terletak pada pemahaman bahwa penggunaan bahasa
tidak hanya dipengaruhi oleh tata bahasa dan kosakata, tetapi juga oleh konteks dan tujuan
komunikatif. Dalam mempelajari dialek-dialek yang ada, dialektologi juga harus mempertimbangkan
bagaimana penggunaan bahasa dalam konteks tertentu dapat mempengaruhi pemahaman dan
penggunaan bahasa. Misalnya, dalam sebuah dialek tertentu, penggunaan kata-kata atau frasa
tertentu mungkin memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya. Pragmatik dapat
membantu dialektologi dalam memahami bagaimana penggunaan bahasa dalam konteks tertentu
dapat mempengaruhi pemahaman dan penggunaan bahasa dalam dialek tersebut.
Hubungan antara pragmatik dan geolinguistik terletak pada pemahaman dan analisis variasi bahasa
dalam konteks geografis. Pragmatik dapat membantu dalam memahami bagaimana variasi bahasa
dalam suatu wilayah geografis dipengaruhi oleh faktor pragmatik, seperti norma sosial, tujuan
komunikasi, dan konteks komunikasi. Misalnya, dalam suatu wilayah geografis, pragmatik dapat
membantu dalam memahami bagaimana norma sosial mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
situasi formal dan informal.
Hubungan antara pragmatik dan komputasi linguistik terletak pada penerapan konsep pragmatik
dalam pengembangan sistem komputasi yang dapat memahami dan menghasilkan bahasa manusia
dengan lebih baik. Pragmatik dapat membantu dalam memahami konteks dan tujuan berbicara yang
penting dalam pemrosesan bahasa alami. Misalnya, pemahaman implikatur dan presuposisi dapat
membantu sistem komputasi dalam memahami makna yang tersembunyi dalam sebuah kalimat.
Selain itu, pragmatik juga dapat digunakan dalam pengembangan sistem terjemahan mesin yang
lebih akurat dan alami. Pragmatik membantu dalam memahami referensi dan tuturan yang dapat
mempengaruhi terjemahan yang tepat. Dengan demikian, pragmatik memiliki peran penting dalam
pengembangan sistem komputasi linguistik yang lebih canggih dan dapat memahami bahasa
manusia dengan lebih baik.
Hubungan antara pragmatik dan semiotika terletak pada pemahaman makna dalam konteks
komunikasi. Pragmatik mempelajari bagaimana konteks dan tujuan komunikasi mempengaruhi
makna bahasa, sementara semiotika mempelajari bagaimana tanda-tanda digunakan untuk mewakili
makna. Dalam analisis pragmatik, semiotika dapat digunakan untuk memahami bagaimana tanda-
tanda digunakan dalam komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya, dalam analisis
semiotika, pragmatik dapat digunakan untuk memahami bagaimana konteks dan tujuan komunikasi
mempengaruhi interpretasi tanda-tanda.
Hubungan pragmatik dengan ekologi bahasa adalah bahwa keduanya saling terkait dalam memahami
bagaimana bahasa digunakan dalam konteks sosial dan lingkungan (Haugen, 1972). Dalam konteks
pragmatik, pemahaman konteks sosial dan lingkungan sangat penting dalam memahami makna yang
sebenarnya dari suatu ucapan. Misalnya, dalam sebuah percakapan, pemahaman konteks sosial
seperti hubungan antara pembicara, status sosial, dan tujuan komunikasi dapat mempengaruhi cara
seseorang menggunakan bahasa dan bagaimana pesan tersebut dipahami oleh penerima. Dalam
konteks ekologi bahasa, pemahaman tentang bagaimana bahasa digunakan dalam konteks sosial dan
lingkungan membantu dalam memahami perubahan bahasa seiring waktu dan dalam berbagai
komunitas bahasa. Misalnya, faktor-faktor seperti migrasi, globalisasi, dan perubahan lingkungan
dapat mempengaruhi penggunaan dan perkembangan bahasa dalam suatu komunitas.
Hubungan antara pragmatik dan epigrafi terletak pada pemahaman konteks dan tujuan komunikasi
dalam teks epigrafi. Pragmatik dapat membantu dalam memahami bagaimana teks-teks ini
digunakan dalam konteks komunikasi mereka. Misalnya, pragmatik dapat membantu dalam
memahami tujuan komunikasi di balik teks epigrafi, apakah itu untuk memberikan informasi,
menghormati seseorang, atau menyampaikan pesan politik.
Selain itu, pragmatik juga dapat membantu dalam memahami bagaimana pengetahuan bersama dan
konteks penggunaan bahasa mempengaruhi pemahaman teks epigrafi. Misalnya, pengetahuan
tentang budaya, agama, atau bahasa yang digunakan pada saat teks epigrafi dibuat dapat membantu
dalam memahami makna dan tujuan komunikasi teks tersebut.
Hubungan antara pragmatik dan etnolinguistik terletak pada pemahaman bahwa bahasa tidak hanya
merupakan sistem formal yang terdiri dari aturan-aturan gramatikal, tetapi juga merupakan alat
komunikasi yang digunakan dalam konteks budaya tertentu. Pragmatik mempelajari bagaimana
bahasa digunakan dalam konteks komunikatif, sementara etnolinguistik mempelajari bagaimana
bahasa dan budaya saling mempengaruhi.