Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TANGGAPAN DAN
PEMAHAMAN TERHADAP KAK

1.1. PENDEKATAN EKOLOGI BENTANG LAHAN


Ekologi bentang lahan adalah sebuah ilmu yang mempelajari pola-pola
bentanglahan tersebut, interaksi antar elemennya dan perubahan pola dan elemen
penyusunnya seiring dengan perubahan waktu. Ekologi bentang lahan merupakan studi
pola dan interaksi antara ekosistem dalam suatu wilayah dan cara interaksi tersebut
mempengaruhi suatu proses ekologis terutama efek heterogenitas spasial. Struktur
ekologi bentanglahan erat kaitannya dengan jenis tutupan lahan yang diperoleh dari hasil
deliniasi citra satelit. Struktur ekologi bentanglahan yang terdiri dari matriks, koridor, dan
patch.
1. Komponen Matriks
Komponen Matriks adalah daerah dengan luas wilayah yang paling luas
dalam suatu wilayah, biasanya mudah diketahui dengan melihat warna
paling banyak gambar permukaan bumi (citra atau foto udara). Komponen
Matriks (matrix) biasa digunakan untuk menjustifikasi karakteristik lanskap
secara umum.

2. Komponen Koridor
adalah bagian lansekap yang menghubungkan komponen-komponen lainnya,
baik antar patch maupun antara matriks dengan patch. Adanya komponen
koridor menunjukkan persamaan karakteristik antara dua bagian komponen
yang terhubung. Komponen koridor dalam hal ini yaitu:
a) Jaringan Sungai
b) Jaringan Jalan
c) Garis Pantai

I- 1
3. Komponen patch
adalah komponen lansekap yang biasa digunakan dalam menganalisis habitat
karena pada masing-masing bercak di suatu wilayah biasanya menunjukkan
perbedaan karakteristik, baik dari komponen biotik maupun abiotiknya (Wu
dan Hobbs, 2007).

Secara spesifik ekologi bentang lahan terfokus pada perkembangan dan dinamika
heterogenitas spasial, interaksi antar spasial dan temporar serta pergantian antar
heterogenitas tersebut sehingga mempengaruhi heterogenitas spasial proses biotik dan
abiotik serta pengelolaannya. Analisis ekologi bentang lahan memperkenalkan beberapa
aspek yang penting untuk perencanaan, salah satunya adalah dimensi spasial dari proses
ekologi, sehingga memberikan landasan umum ukuran untuk interaksi yang lebih kuat
antara ahli ekologi dan ahli perencana. Analisis ekologi bentang lahan mencoba untuk
mengkuantifikasi proses-proses ekologi dalam suatu lansekap yang berhubungan
langsung dengan manusia sebagai pengelola utama lansekap atau lahan itu sendiri.
Pemetaan ekologi vegetasi dan penggunaan lahan dilakukan melalui perspektif ekologi
bentang lahan merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dengan bantuan citra
penginderaan jauh, baik foto udara maupun citra lain.

Ekologi bentanglahan pada dasarnya merupakan gabungan pendekatan spasial


geografi dengan fungsional ekologi. Ekologi bentanglahan menekankan pada aspek
ekologi sebagai studi terhadap terjadinya timbal balik antara organisme dengan
lingkungannya dan bentanglahan yang merupakan bentangan permukaan bumi sebagai
konfigurasi spasial terjadinya proses ekologi.
Adapun analisis ekologi bentang lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
ini.

Gambar 1. 1 Tahapan Analisis Ekologi Bentang Lahan

Analisis Ekologi Bentang


Lahan

I- 2
Hasil analisis : Teknik tumpang tindih Peta struktur
 Daya Dukung Lahan (overlay) menggunakan bentanglahan
 Daya Dukung Air aplikasi Geographic  matriks
Information System (GIS)  koridor
 patch

Daya Dukung Lingkungan

Konsep Sistem Perwilayahan


Berbasis Ekologi Bentang
Lahan

Peta Sistem Perwilayahan


Berbasis Ekologi Bentang
Lahan

Tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:


1. Penyiapan peta penggunaan lahan
Peta penggunaan lahan diperoleh dari data sekunder selanjutnya
dibandingkan dengan hasil intepretasi peta citra satelit quickbird dan hasil
observasi lapangan.
2. Penyiapan peta bentuk lahan
Peta bentuk lahan (landform) diperoleh dari hasil intepretasi secara visual
peta citra (SRTM) menggunakan aplikasi Geographic Information System
(GIS), sehingga bentuk lahan/morfologi permukaan lahan dapat terlihat
dengan jelas. Kondisi marfologi wilayah yang tampak pada citra, kemudian
dideliniasi sesuai dengan bentuk morfologi termasuk kerapatan kontur, serta
kondisi geologi yang menyusun wilayah. Klasifikasi umum bentuk lahan
berdasarkan geomorfologi menurut Verstappen (1983) dan Van Zuidam
(1979) dibagi menjadi 9 jenis yakni:
a. Bentuk lahan asal Struktural (S)

I- 3
b. Bentuk lahan asal Vulkanik (V)
c. Bentuk lahan asal Denudasional (D)
d. Bentuk lahan asal Marin (M)
e. Bentuk lahan asal Fluvial (F)
f. Bentuk lahan asal Glaitser (G)
g. Bentuk lahan asal Aeolian (A)
h. Bentuk lahan asal Karst (K)
i. Bentuk lahan asal Biologik (B)
3. Penyiapan peta fisik lahan
Parameter-parameter fisik lahan meliputi : kemiringan lereng, geologi,
geomorphologi, hidrologi, jenis tanah dan vegetasi.
4. Analisis daya dukung lahan
Daya dukung lahan merupakan suatu analisis perencanaan pembangunan
yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan
dan lingkungan. Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat
memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan
lahan dalam mendukung segala aktivitas manusia yang ada di dalam suatu
wilayah.
5. Analisis daya dukung air
Analisis daya dukung air dilakukan untuk mengetahui status sumberdaya air
di Daerah Aliran Sungai, serta kemampuannya dalam mendukung
petumbuhan penduduk beserta aktifitas ekonominya secara berkelanjutan.
Daya dukung sumberdaya air ditetapkan berdasarkan perbandingan antara
ketersediaan air dan kebutuhan air.
6. Penyiapan peta struktur bentanglahan
Peta bentanglahan dibuat berdasarkan parameter-parameter meliputi :
matrik, fragmen dan koridor.
7. Analisis ekologi bentanglahan
Analisis dilakukan dengan teknik tumping tindih (overlay) terhadap data
spasial sesuai parameter yang ditetapkan menggunakan aplikasi Geographic
Information System (GIS).
8. Penyusunan peta sistem perwilayahan berbasis ekologi bentang lahan
Dideleniasi untuk menyusun peta sistem perwilayahan berbasis ekologi
bentanglahan.

I- 4
Adapun salah satu contoh penerapan Analisis Ekologi Bentang Lahan yaitu
diaplikasikan untuk memunculkan peta-peta sebagai berikut ini.

Peta 1. 1 Contoh Pemetaan Ekologi Bentang Lahan di Wilayah Provinsi Sumatera


Utara

I- 5
Pemetaan ekologi bentang lahan di wilayah Provinsi Sumatera Utara ialah
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan di Provinsi
Sumatera Utara bagian utara, khususnya dari aspek fisik lahan, vegetasi, relief, serta
peta sintetik berupa ekologi bentang lahan.

Peta 1. 2 Contoh Pemetaan Ekologi Bentang Lahan Terhadap Wilayah Usaha


Pertambangan Karst di Kabupaten Gunungkidul

I- 6
Pemetaan ekologi bentang lahan di Kabupaten Gunungkidul ialah bertujuan
untuk mengungkap tingkat dampak pertambangan terhadap bentang lahan pada Wilayah
Usaha Pertambangan di Kabupaten Gunungkidul. Apabila dilakukan kegiatan
pertambangan batu gamping secara maksimal, maka akan berdampak buruk terhadap
lingkungan sekitarnya.
Peta 1. 3 Contoh Peta Struktur Ekologi Bentang Lahan di Kabupaten Temanggung

I- 7
Pemetaan ekologi bentang lahan di Kabupaten Temanggung ialah bertujuan
untuk memetakan lokasi yang sangat sesuai untuk habitat kukang jawa di Kabupaten
Temanggung. Struktur ekologi bentang lahan di lokasi kajian terdiri dari patch, matriks,
dan koridor. Patch terdiri dari sawah, lahan terbuka, dan permukiman. Matriks terdiri dari
hutan dan kebun. Bentuk lahan di lokasi kajian terdiri dari proses volkanik dan
denudasional. Bentuk lahan asal proses volkanik meliputi krater Gunung api Sumbing,
kerucut Gunungapi Sumbing, dan Aliran Lava dan Lahar.

Secara garis besar ekologi bentang lahan dalam konteks perencanaan merupakan
gabungan pendekatan spasial (keruangan) dengan pendekatan alam yang bertujuan untuk
memetakan sistem perwilayahan berbasis ekologi bentang lahan. Analisis bentang lahan

I- 8
memandang bahwa pengembangan sebuah wilayah tidak dapat dibatasi oleh batas-batas
administrasi sebuah wilayah, namun hendaknya dilihat dan didelineasi berdasarkan
heterogenitas sebagai sebuah kesatuan potensi dengan tema tematiknya tersendiri.
Sebagai contoh di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada terdapat Danau Buyan yang
merupakan kondisi alam dengan potensi keindahannya. Saat ini, di sempadan danau
buyan mulai berkembang spot-spot kegiatan wisata seperti bumi perkemahan hingga
menjadi lokasi menarik untuk dijadikan tempat berfoto bagi para fotografer profesional.
Selain itu, terdapat juga perkebunan tomat dan strawberi disekitar danau sehingga bagi
wisatawan yang berkunjung ke danau buyan dapat mengunjungi perkebunan warga lokal
sembari menikmati keindahan danau buyan.
Berdasarkan kondisi tersebut, jika kita sebagai perencana hanya melihat dari
sudut pandang ekonomi dan sosial saja maka kita akan membuat pengembangan Desa
Pancasari secara keseluruhan sebagai kawasan pariwisata dan kawasan perkebunan.
Secara faktual jika kita membuka kacamata dengan sudut pandang ekologi bentang lahan,
pada sisi utara danau buyan terdapat kawasan lindung dengan kontur alam berupa tebing
yang cukup curam. Jika keseluruhan Desa Pancasari dikembangkan sebagai kawasan
pariwisata dan kawasan perkebunan karena melihat potensi dominannya, maka kawasan
sempadan jurang yang seharusnya tidak boleh untuk dibangun akan secara perlahan
dikembangkan sebagai lokasi yang mendukung kegiatan pariwisata.

Gambar 1. 2 Kondisi Eksisting di sekitar Kawasan Danau Buyan

Pada sebelah utara Danau Buyan, yaitu di Jalan Munduk-Wanagiri terdapat tempat-tempat

I- 9
untuk beristirahat dan kuliner sebagai pendukung kegiatan pariwisata.

DIsekitar danau Buyan juga terdapat lokasi bumi perkemahan serta perkebunan milik warga
sekitar.

Kecamatan Sukasada jika dilihat secara menyeluruh melalui sudut pandang


ekologi bentang lahan, maka akan terlihat bahwa dominasi wilayah memiliki kontur
berbukit serta pada kawasan sekitar danau Buyan terdapat vegetasi berupa perkebunan
tomat dan perkebunan strawberi yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Pada
kawasan berbukit, terdapat blok perlindungan dan blok pemanfaatan dari Taman Wisata
Alam (TWA) Danau Buyan-Danau Tamblingan yang merupakan kawasan yang harus
dilindungi serta diberikan limitasi tinggi untuk pembangunan. Melalui analisa ekologi
bentang lahan, perencanaan dan pengembangan yang dilakukan di Kecamatan Sukasada
tidak hanya dilihat dari potensi pariwisata dan ekonomi saja, melainkan juga melihat
kawasan lindung yang perlu untuk dijaga serta dilakukan limitasi pembangunan guna
melestarikan kekayan alam hingga meminimalisir dampak negatif pembangunan di
kawasan hutan yang dilindungi. Adapun secara umum kondisi Ekologi di Kecamatan
Sukasada yaitu dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. 3 Ekologi di Kecamatan Sukasada

Kawasan Datar

Didominasi oleh permukiman,


fasilitas umum, serta
perdagangan dan jasa

I- 10
Kawasan Berbukit

Kawasan Berbukit Terdapat kawasan hutan serta


pembangunan Shortcut
Terdapat Kawasan hutan dan
potensi destinasi wisata berupa air
terjuan yang cukup banyak
ditemukan di Kecamatan
Sukasada

Kawasan Berbukit
Kawasan Datar
Terdapat pemanfaatan
Terdapat pemanfaatan Permukiman, akomodasi wisata,
perkebunan (tomat dan serta Hutan Lindung
strawbery)

I- 11

Anda mungkin juga menyukai