Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR :
TANGGAL :

PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN RECOVERY


PENGOLAHAN MINERAL EMAS YANG OPTIMAL

A. Pendahuluan

1. Umum
a. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara, Menteri
menetapkan pedoman pelaksanaan konservasi mineral dan
batubara.
b. Bahwa sesuai dengan Lampiran VII Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827.K/30/MEM/2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik, salah satu yang harus diatur adalah perencanaan
dan pelaksanaan recovery pengolahan mineral emas yang
optimal.
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan
Petunjuk Teknis tentang perencanaan dan pelaksanaan
recovery pengolahan mineral emas yang optimal.

2. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara; dan
b. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1827.K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.
2

3. Maksud dan Tujuan


a. Maksud dari penyusunan petunjuk teknis ini agar
perencanaan dan pelaksanaan recovery pengolahan mineral
emas dapat dilakukan secara optimal dan terukur demi
keberlanjutan di masa yang akan datang.
b. Tujuan dari penyusunan petunjuk teknis ini adalah sebagai
acuan bagi pemerintah dan pelaku usaha dalam melakukan
pengolahan mineral emas sehingga diperoleh recovery yang
optimal.

4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi:
a. Perencanaan recovery pengolahan yang optimal
b. Pelaksanaan recovery pengolahan yang optimal
c. Perhitungan recovery pengolahan

5. Sistematika
a. Pendahuluan
b. Pengertian
3

c. Perencanaan recovery pengolahan yang optimal


d. Pelaksanaan recovery pengolahan yang optimal
e. Perhitungan recovery pengolahan
f. Penutup

B. Pengertian

1. Bijih adalah kumpulan mineral yang mengandung 1 (satu) logam


atau lebih yang dapat diolah secara menguntungkan.
2. Uji metalurgi merupakan kegiatan dalam rangka mengetahui
karakteristik fisik, kimia endapan bijih, termasuk kandungan
komposisi mineral utama dalam endapan bijih, besar butir, sifat
interlocking, derajat liberasi, persen recovery, komposisi, dan sifat
mineral pengganggu proses pengolahan atau pemurnian.
3. Konsentrasi gravitasi adalah proses pengolahan bijih untuk
memisahkan mineral utama dengan mineral pengotor berdasarkan
perbedaan massa jenis.
4. Grinding adalah proses memperkecil ukuran bijih emas dengan
menggunakan mill berupa SAG mill atau ball mill atau gabungan
4

dari keduanya.
5. Flotasi adalah proses pemisahan fisika kimia yang menggunakan
perbedaan karakteristik permukaan mineral berharga dari
pengotornya.
6. Heap Leaching adalah proses pengolahan bijih emas untuk
memisahhkan mineral berharga dengan cara menyiram tumpukan
bijih menggunakan bahan kimia tertentu sebagai pelarut logam
berharga yang diinginkan.

C. Perencanaan recovery pengolahan mineral emas yang optimal


Berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik (Lampiran VII), recovery
pengolahan sudah harus direncanakan pada saat pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
melakukan kegiatan studi kelayakan pada tahap eksplorasi.

1. Perencanaan Recovery Pengolahan


5

Rencana recovery pengolahan yang optimal untuk mineral emas di


dalam laporan studi kelayakan paling sedikit 85% (delapan puluh
lima persen) yang harus dilengkapi dengan penjelasan:

a. Uji Metalurgi atau ketercucian


Dalam hal perencanaan recovery pengolahan mineral emas yang
optimal, perlu dilakukan uji metalurgi. Uji metalurgi dilakukan
untuk menentukan respon bijih terhadap metode pengolahan
dengan mempertimbangkan proses ekonomi dan kombinasi
pengolahan.
Pelaksanaan uji metalurgi yang dilakukan meliputi:
1) Karakterisasi bijih emas
uji metalurgi yang dilakukan untuk mengetahui sifat dan
karakteristik bijih dari bijih emas.
Jenis – jenis bijih emas berdasarkan sifat dan karakteristiknya
dibedakan atas:
a) Bijih Endapan (Placers)
b) Bijih Free-Milling
c) Bijih Oksida
6

d) Bijih Sulfida Non-refraktori


e) Bijih Sulfida Refraktori
f) Bijih Telluride

2) Identifikasi metode pengolahan mineral emas yang optimal


Identifikasi metode pengolahan bijih emas dilakukan untuk
mengkaji ketersediaan teknologi pengolahan bijih emas
sesuai dengan sifat dan karateristik bijih, agar logam emas
dapat diperoleh dengan angka perolehan yang tinggi dan
optimal.
Metode pengolahan emas meliputi:
a) Konsentrasi Gravitasi;
Proses konsentrasi gravitasi tidak memerlukan bahan
kimia. Proses tersebut memerlukan pengecilan ukuran
butir sesuai dengan ukuran butir mineral utama.
Proses kosentrasi gravitasi digunakan untuk mengolah
bijih emas dalam bijih endapan dan bijih Free-Milling yang
mengandung emas yang terliberasi.
b) Grinding dan Pelindian Agitasi;
7

Dalam melakukan grinding bijih emas, maka 80%


material ukuran butirnya lebih kecil dari 75 mikron.
Pelindian agitasi merupakan proses ektraksi emas
menggunakan sianida yang dilakukan pengadukan
(agitasi) di dalam tangki.
Proses grinding dan pelindian agitasi digunakan untuk
mengolah bijih emas dalam bijih Free-Milling dan bijih
oksida.
c) Flotasi; dan/atau
Flotasi digunakan untuk mengolah bijih Sulfida Non-
refraktori, bijih sulfida refractori, dan bijih telluride.
Terhadap bijih sulfide refraktori yang diolah dengan
metoda flotasi perlu dilakukan pretreatment yaitu dengan
roasting atau oksidasi hidrometalurgi.
d) Heap Leaching.
Pengolahan bijih emas dengan heap leaching dilakukan
untuk bijih emas oksida yang mengandung emas kadar
rendah dan memiliki sifat permeabilitas dan porositas
yang tinggi.
8

Hasil uji metalurgi paling sedikit menginformasikan hal-hal


sebagai berikut:
- Perolehan emas dan mineral berharga lainnya;
- Kualitas produk dan kebutuhan proses lanjutan;
- Tingkat pengolahan;
- Biaya modal;
- Biaya operasional;
- Dampak terhadap lingkungan;
- Kebutuhan energi;
- Kebutuhan material habis pakai;
- Sisa hasil pengolahan; dan
- Risiko teknis.
Hasil uji metalurgi harus dicantumkan di dalam Dokumen Studi
Kelayakan.

b. Penentuan metode pengolahan mineral emas


Dalam merencanakan recovery pengolahan yang optimal, perlu
dilakukan pemilihan metode pengolahan emas yang tepat
9

berdasarkan hasil uji metalurgi sebagaimana tercantum dalam


dokumen studi kelayakan.

2. Perencanaan Recovery Pengolahan Mineral Emas Kurang Dari 85%


Dalam hal perencanaan recovery pengolahan mineral emas kurang dari
85% dalam laporan studi kelayakan, maka pemegang IUP dan IUPK
Operasi Produksi membuat kajian teknis aspek konservasi dalam
bentuk laporan khusus mengikuti format Lampiran XVIF
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1806
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyusunan,
Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya, Serta
Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Kajian teknis sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat
hal-hal sebagai berikut:
a. Latar belakang yang menjelaskan kondisi model geologi dan
kendala teknis yang mengakibatkan perencanaan recovery
pengolahan mineral emas yang kurang dari 85%.
b. Maksud dan tujuan yang menjelaskan tentang kajian teknis,
yaitu:
10

1) Penjelasan kendala teknis yang mengakibatkan perencanaan


recovery pengolahan mineral emas kurang dari 85%; dan
2) Penjelasan tentang perencanaan dan upaya recovery
pengolahan mineral emas meskipun kurang dari 85%,
paling sedikit meliputi:

a) Metode pengolahan bijih emas, peralatan pengolahan


serta pengumpulan data hasil uji metalurgi dan data
karakteristik bijih;
b) Perhitungan teknis, benefit & cost analysis;
c) Analisis risiko;
d) Rencana pelaksanaan dan monitoring;

D. Pelaksanaan Recovery Pengolahan yang Optimal


1. Upaya recovery pengolahan mineral emas yang optimal
Upaya peningkatan recovery pengolahan mineral emas yang optimal, perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Proses Kosentrasi Gravitasi
1) Memonitor ukuran butiran yang optimal (> 50 mikron dan <
2 cm) dan densitas yang tinggi mineralisasi Au dalam oksida
11

dan sulfida.
2) Sebagian besar mineral emas yg dapat dikonsentrasi
gravitasi adalah butiran emas bebas. Partikel butiran emas
yg terlalu halus dan belum terliberasi tidak dapat direkover
secara gravitasi maupun amalgamasi.
3) Kecepatan putaran optimal konsentrator, kuantitas yang
cukup dan kualitas suplai air proses harus terjaga rendah
TSS nya.
4) Pemilihan flowsheet (alur proses) peralatan konsentrasi
gravitasi yang optimal. Peralatan konsentrasi gravitasi yang
umum digunakan yaitu Sluices, Jigs, Konsentrator Spiral,
Shaking Tables (Meja Goyang), dan Konsentrator Centrifugal
(Knelson dan Falcon).

b. Proses Pelindian Agitasi


1) Memperkecil ukuran bijih sesuai kebutuhan yang pada
umumnya 80% lebih kecil dari 75 mikron.
2) Menjaga densitas lumpur bijih pada rentang 35 – 50 % solid
12

dan bergantung pada specific gravity bijih, ukuran partikel


bijih dan viskositas bijih.
3) Menjaga pH proses pelindian pada rentang 10,2 – 10,5.
4) Menjaga konsentrasi oksigen terlarut pada tingkat saturasi
(contohnya 8,2 mg/L oksigen pada tinggi permukaan laut,
pada temperatur 25 oC).
5) Waktu tinggal lumpur bijih/waktu pelindian disesuaikan
dengan karakteristik bijih yang bisa ditentukan melalui
metallurgy testwork.

c. Proses Flotasi
1) Mengoptimalkan penggunaan kolektor xanthate untuk
mengolah partikel emas yang sudah halus (cyclone overflow
pada grinding circuit).
2) Pengaturan terhadap pH flotation slurry dan komposisi
densitas padatan (%) solids yang optimal.

d. Proses Heap Leaching


1) Memperkecil ukuran bijih hingga 20 mm agar larutan
13

pelindian mampu menjangkau lebih banyak permukaan


bijih.
2) Mengatur ketinggian tumpukan bijih yang tergantung pada
permeabilitas bijih, jadwal produksi dan ketersediaan area
tumpukan bijih.
3) Menghindari proses penumpukan yang dapat
memampatkan/memadatkan tumpukan bijih.
4) Menambahkan kapur untuk menjaga pH proses pelindian
pada rentang 10,2 – 10,5.
5) Menjaga konsentrasi larutan sianida sesuai dengan
kebutuhan ekstraksi bijih emas.
6) Menjaga laju penyiraman tumpukan bijih pada rentang 0,1 –
1 L/m2/mnt.

e. Proses Adsorpsi Emas Oleh Karbon Aktif


1) Hindari penggunaan karbon aktif yang mudah terkikis dan
hancur.
2) Menjaga konsentrasi carbon 20 g/L pada tangki CIP/CIL.
3) Jaga densitas (%) solid lumpur agar karbon teraduk merata
14

dan tidak mengendap. Hindari densitas (%) solid lumpur


yang terlalu tinggi karena menurunkan laju penyerapan.
4) Menghitung kebutuhan proses de-adsorpsi untuk mencegah
karbon aktif jenuh yang mengakibatkan emas terbuang ke
tailing.

2. Recovery Pengolahan Emas Kurang Dari 85%


Jika dalam pelaksanaan recovery pengolahan mineral emas tidak mencapai
85% perlu adanya penjelasan teknis penyebab tidak tercapainya
recovery pengolahan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Untuk kasus yang terjadi hanya 1 (satu) kali dalam satu triwulan
atau hanya terjadi pada satu bulan tertentu dalam satu triwulan
periode pelaporan, cukup dilengkapi dengan penjelasan faktor
teknis antara lain bijih emas yang cukup kompleks, data yang
kurang akurat, kurang trampilnya skill operator, dan Kurangnya
pengawasan terhadap kegiatan pengolahan serta kendala tidak
tercapainya recovery pengolahan emas tersebut dalam laporan
berkala konservasi minerba periode berikutnya;
b. Untuk kasus yang terjadi lebih dari 1 kali pada satu triwulan,
15

maka diminta menyampaikan kajian teknis pertambagan aspek


konservasi sesuai dengan format laporan khusus untuk
menjelaskan kendala teknis yang menyebabkan recovery
pengolahan emas tidak tercapai, dengan penjelasan sekurang-
kurangnya meliputi:

1) Latar Belakang (Kondisi lapangan, tantangan serta kronologis


kajian, Ruang Lingkup, Tujuan dan Sasaran Kajian, dan
Pelaksanaan Kajian);
2) Metode, Peralatan dan Pengumpulan Data;
3) Perhitungan Teknis, Benefit & Cost Analysis untuk Pemerintah
dan IUP/IUPK;
4) Analisis Risiko;
5) Rencana Pelaksanaan dan Monitoring;
6) Rekomendasi Hasil Kajian Teknis.

Adapaun format Kajian Teknis terdapat dalam Kepmen ESDM Nomor


1806/30/MEM/2018 Lampiran XIVIF.
16

E. Perhitungan recovery pengolahan mineral emas

Untuk menghitung recovery pengolahan diperlukan data tonase bijih


yang diolah, kadar emas pada bijih yang diolah dan kadar emas pada
tailing. Tonase bijih yang diolah dapat diukur dengan menggunakan
weightometer yang dipasang pada konveyor. Sedangkan kadar emas
pada bijih dan tailing diukur menggunakan metoda atomic absorption
spectrophotometry (AAS) yang dilakukan di laboratorium. Perhitungan
recovery adalah sebagai berikut :

a. Ore Treated (dmt) : (Total DMT ore processed) = jumlah total aktual
DMT ore processed.
b. Feed Grade atau Kadar Umpan (reconciled) : Au (g/t) = {(Metal
Recovered, Gold g) + (Metal in Tail, Gold g)} / (Ore Treated dmt).
17

B. Penutup

Demikian Pedoman Teknis Perencanaan dan Pelaksanaan Recovery


Pengolahan Mineral Emas yang Optimal, sebagai bagian dari upaya
penerapan aspek konservasi mineral dan batubara.

Anda mungkin juga menyukai