Standar Nasional Dan Internasional
Standar Nasional Dan Internasional
Kemudian setelah adanya kosideran diikuti oleh ketentuan umum yaitu berbagai ketentuan
umum mengenai berbagai istilah yang terkai dengan substansi Undang-Undang yang dimaksud.
Penjelasan terhadap istilah dalam ketentuan umum dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir
terhadap ungkapan yang diergunakan dalam pasal-pasalnya.
ISO (Wiyono, 2015) sebagai badan standardisasi internasional yang menangani masalah
standardisasi untuk barang dan jasa. Keanggotaan Indonesia dalam ISO diwakili oleh Dewan
Standardisasi Nasional (DSN). Lebih dari 153 negara telah mengadopsi sistem standar tersebut
dan disesuaikan dengan keadaan negara tersebut.Hal tersebut berarti ISO merupakan lembaga
standarisasi internasional yang telah menjadi acuan standar bagi banyak negara.
Pada tahun 1989 (Sallis, 2012: 120) ISO menunjukkan ketertarikannya di dunia pendidikan.
Meskipun pada tahun tersebut belum ada perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang sesuai
dengan standarisasi dari ISO. Dalam dunia pendidikan, ISO yang digunakan yaitu ISO 9000 hal
tersebut dikarenakan pendidikan mengeluarkan suatu produk yaitu peserta didik. Ketika
pendidikan memperoleh logo ISO 9000 maka lembaga pendidikan tersebut mempunyai beberapa
keuntungan, salah satunya lembaga tersebut dapat membina hubungan atau kontrak dengan
lembaga internasional.
ISO 9000 (Sallis, 2012: 124) memiliki filosofi yaitu sistem jaminan mutu lebih menekankan
pencegahan daripada pengobatan. Mutu yang dibangun oleh ISO ada di setiap tahapan. Tujuannya
yaitu untuk mendapatkan hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan. ISO 9000 terdiri dari 5 standar
yaitu ISO 9000 tentang Quality Manajemen and Quality standardization Guidelines for Selection
and Use; ISO 9001 tentang Quality System-Model quality assurance in design/ development,
production, instalation and servicing; ISO 9002 tentang Quality System-Model quality assurance
in instalation and servicing; ISO 9003 tentang Quality System-Model quality assurance in final
inspection and test; dan ISO 9004 tentang Guidelines- quality management and quality system
element. Tujuan dari ISO 9000 yaitu untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi
permintaannya. ISO 9000 mencakup lima hal, yaitu kebijakan mutu, manajemen mutu, sistem
mutu, pengendalian mutu, dan jaminan mutu.
Pada tahun 1992 (Sallis, 2012: 127) badan standar internasioanl mengeluarkan panduan
standar dalam pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia industri, dibutuhkan waktu selama 18 bulan
untuk memperoleh registrasi kerja ISO 9000. Berikut ini terjemahan beberapa syarat utama ISO
9000 untuk pendidikan :
11. Status inspeksi dan tes Prosedur dan catatan penilaian yang
mencakup catatan prestasi.
12. Kontrol terhadap produk yang tidak Metode dan catatan penilaian yang
sesuai mencakup catatan prestasi
Dari syarat-syarat tersebut kemudian diturunkan dan dijadikan patokan bagi lembaga-
lembaga pendidikan yang ingin memiliki sertifikat ISO 9000. Dalam dunia pendidikan, ISO 9000
yang digunakan yaitu ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu sesuai dengan revisi baru
setelah ISO 9001:2000. ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen
mutu. Lembaga pendidikan yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang
independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal
manajemen penjaminan mutu. Hal ini membuat lembaga tersebut memiliki keuntungan-
keuntungan lainnya pula.
ISO 9000 di Indonesia dijabarkan ke dalam SNI 19-9000. Penerapan ISO 9000 di Indonesia
terutama di dunia pendidikan didasarkan pada dua hal, yaitu kontraktual dan non kontraktual.
Kontraktual yaitu suatu lembaga menerapkan ISO bertujuan untuk memenuhi permintaan dari
pihak ketiga seperti sertifikat. Sedangkan alasan kontraktual yaitu suatu lembaga menerapkan ISO
karena keinginan dari intern lembaga tersebut. di samping itu, manfaat yang diperoleh dari
lembaga pendidikan yang menerapkan ISO 9001:2008 secara baik dan benar yaitu: mempunyai
perencanaan pendidikan yang bermutu baik; mempunyai pengendalian program pendidikan yang
bermutu baik; mempunyai jaminan mutu atas program-program lembaga yang dikerjakannya;
dapat meningkatkan mutu kinerja organisasi lembaga yang dikelolanya; mempunyai standar kerja
yang jelas bagi tenaga kependidikan maupun manajemen sekolah; dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan pengguna lulusannya atas mutu pelayanan dan pendidikan di lembaga
tersebut; dan dapat memperluas lingkup pasar kerja yang dikelolanya (Wiyono, 2015).
Ketika suatu lembaga ingin memperoleh sertifikat ISO 9001:2008, makan lembaga tersebut
harus mempunyai delapan prinsip manajemen mutu. 8 prinsip manajemen tersebut antara lain:
fokus pelanggan yaitu peserta didik, orang tua dan lembaga yang bekerja sama; kepemimpinan
yaitu pemimpin yang mampu memberikan arakah dan target kemana lembaga pendidikan tersebut
berjalan dengan kerja sama staf dan karyawannya; pelibatan karyawan dimana pemimpin harus
mampu melibatkan semua karyawan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap pencapaian
mutu dan kepuasan pelanggan serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mampu
memenuhi harapan pelanggannya; pendekatan proses dimana pemimpin harus mampu
menciptakan kondisi sehingga terjadi keefisien dan efektifitas dalam pekerjaan; pendekatan sistem
pada manajemen; Perbaikan berkesinambungan seperti peningkatan perbaikan untuk sarana
prasaran; pendekatan fakta untuk membuat keputusan; dan hubungan yang saling menguntungkan
dari berbagai pihak (Wiyono, 2015).
Hal ketiga yang perlu dipersiapkan yaitu pembentukan tim ISO yang tanggungjawab semua
pihak mulai pemimpin lembaga hingga level yang paling bawah dalam struktur organisasi lembaga
tersebut. Selanjutnya struktur organisasi sebagai pedoman untuk pembagian tugas, kewajiban, dan
wewenang dalam menjalankan program dan kegiatan lembaga. Dalam hal membangun sistem
manajemen mutu, pihak lembaga harus menyiapkan berbagai hal baik dari personel maupun
persiapan lainnya. Setelah itu, audit mutu internal dilakukan sebagai syarat yang harus dipenuhi
oleh lembaga untuk meninjau kesesuaian dan efektivitas penerapan sistem manajemen mutu.
Setelah audit internal dilaksanakan maka lembaga tersebut dapat menyiapkan penilaian yang lebih
baik lagi. Kemudian perlunya tinjauan manajemen sebagai untuk memastikan manajemen yang
berjalan sesua dengan rencana atau tidak. Hal terakhir yang perlu dipersiapkan yaitu sertifikasi
ISO 9001:2008 oleh badan sertifikasi yang memiliki wewenang dan waktu yang dirasa mampu
untuk melaksanakan sertifikat tersebut.
Hal-hal tersebut dipersiapkan sebagai upaya untuk mendapatkan sertifikasi yang baik dan
standarisasi yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh ISO. Ada 20 kriteria penilaian
yang dilakukan dalam sistem manajemen mutu berstandar ISO 9001 (Wiyono, 2015) yaitu: (1)
tanggungjawab manajemen; (2) sistem mutu; (3) tinjauan kontrak; (4) pengendalian desain; (5)
pengendalian dokumen dan data; (6) pembelian; (7) pengendalian produk pasokan pelanggan; (8)
identifikasi dan mampu telusur produk; (9) pengendalian proses; (10) inspeksi dan pengujian; (11)
pengendalian alat inspeksi, ukur, dan pengujian; (12) status inspeksi dan uji; (13) pengendalian
produk yang tidak sesuai; (14) tindakan koreksi dan pencegahan; (15) penanganan, penyimpanan,
pengemasan, pengawetan, dan penyerahan; (16) pengendalian rekaman mutu; (17) audit mutu
internal; (18) pelatihan; (19) pelayanan; dan (20) teknik statistik.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka ketika suatu lembaga ingin memperoleh sertifikat
internasional ISO 9001:2008 hendaknya lembaga tersebut mampu menyiapkan hal-hal sesuai
dengan standar dan tujuan yang ingin dicapai. ISO 9001:2008 yang disusun oleh badan ISO
disesuaikan dan diturunkan oleh Indonesia. Pelaksanaan sertifikasi ISO seringkali kali kita jumpai
di lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah (SMA/K) dan perguruan tinggi. Meskipun lembaga
tersebut telah memiliki sertifikasi oleh badan standar nasional, namun seringkali mereka
melakukan sertifikasi oleh badan standar internasional pula.
Indonesia sebagai negara yang berkembang telah mengeluarkan standar nasional pendidikan
yang sering kali disebut SNI. Seringkali orang menanyakan manakah yang lebih baik antara SNI
dan ISO. Kedua standar tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan masing-masing. SNI
merupakan standar nasional yang dibentuk oleh badan standarisasi nasional (BSN) yang
merupakan anggota dari ISO. BSN sesuai tugas dan fungsinya melakukan harmonisasi dengan
standar internasional. BSN sebagai lembaga pemerintah menurunkan standar internasioanl ke
dalam standar nasional tanpa melupakan nilai-nalai filosofi indonesia sendiri (www.ubaya.ac.id ,
2014).
Dalam dunia pendidikan, ISO 9001 diadopsi menjadi SNI 9001. Masyarakat Indonesia
dituntut untuk dapat menerapkan SNI ISO 9001 sebagai upaya untuk menyamakan standar yang
ada di dalam negeri dan di dunia internasional. Dengan begitu, tanpa disadari bagi mereka yang
telah menerapkan SNI 9001 telah menerapkan juga standar internasional ISO 9001. Sementara itu,
kemendiknas melalui BAN-PT mengeluarkan program standarisasi nasional untuk berbagai
jenjang pendidikan. Kesamaan antara penjaminan mutu kemendiknas, dan ISO 9001:2008
(www.fip.unesa.ac.id, 2014) yaitu: (1) skema yang digunakan menggunakan siklus; (2) Fokus
pada pelanggan; (3) Menggunakan fakta dan data; (4) Mengutamakan Proses; (5) Berbasis sistem;
(6) Kepemimpinan yang tangguh; (7)Komitmen seluruh anggota organisasi. Hal tersebut dijadikan
pula sebagai prinsip penilaian dalam proses akreditasi.
Selain kesamaan antara BSN dan ISO (www.fip.unesa.ac.id, 2014), terdapat pula perbedaan
diantara keduanya. Perbedaan tersebut antara lain: (1) Sistem Organisasi; (2) Standar yang
digunakan; (3) Model pengukuran; dan (4) Penilaian eksternal. Dalam sistem organisasi, BSN
dilakukan oleh BAN-PT, sedangkan ISO dilakukan oleh organisasi independen dibawah badan
ISO di Geneva. Selanjutnya untuk standar yang digunakan oleh BAN-PT sesuai dengan UU No.
20 tahun 2003 tentang standar nasional pendidika, sedangkan oleh ISO menggunakan patokan
yang telah ditentukan oleh ISO namun di sesuaikan dengan negara yang akan dilakukan akreditasi
dengan hasil A, B, C, dan tidak terakreditasi. Dalam hal model pengukuran BAN-PT melakukan
pengukuran menggunakan faktor internal dan kegiatan akreditasi. Sedangkan ISO menggunakan
kegiatan audit internal dan eksternal dengan hasil zero, faounding, minor, dan major.
Kemudian yang terakhir membedakan yaitu penilaian eksternal yang dilakukan oleh BAN-
PT yang seringkali disebut akreditasi, dan oleh ISO yang dilakukan oleh badan yang mengeluarkan
sertifikat penjaminan ISO. Berdasarkan pernyataan diatas, maka sertifikasi oleh BAN-PT (standar
nasional) dan oleh ISO (standar internasional) dapat dilakukan kedua sesuai dengan tujuan dari
diadakannya sertifikasi berikut. Sertifikasi yang dilakukan mempunyai manfaat dan keuntungan
yang diperoleh sehingga kedua hal tersebut baik atau bahkan wajib di laksanakan.