Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

A. Penentuan Lokasi Bendung


Kriteria-kriteria dalam pemilihan lokasi bendung :
a. Dipilih ruas sungai yang lurus dengan aliran yang stabil.
b. Elevasi tertinggi sawah yang direncanakan akan diairi.
c. Sistem jaringan dibuat sederhana dan seekonomis mungkin.
d. Beda tinggi energi diatas mercu bendung.
e. Lokasi kantong lumpur dan pintu pembilas.
f. Keadaan topografi (berkaitan dengan sistem jaringan saluran dan luas lahan yang bisa diairi)
g. Kondisi geologis (berkaitan dengan pemilihan jenis bendung dan keamanan bendung)
h. Potensi sedimentasi sungai (berkaitan dengan keperluan bangunan kantong lumpur, pintu bilas dan umum pelanyanan
bendung.
i. Panjang dan tinggi tanggul pengendali banjir.
j. Metode pelaksanaan
k. Kemudahan untuk dicapai

B. Perencanaan Petak Tersier


Pada daerah irigasi ini, akan diairi3 petak tersier, yaitu :
Ukuran dipeta (cm) Ukuran Sebenarnya (m)
No. Nama Petak Skala Luas (ha) Luas Total D.I (ha)
Panjang Lebar Panjang Lebar
1. Petak 1 5.8 7.8 1: 5000 290 390 11
2. Petak 2 10.5 9.0 1: 5000 525 450 24 67
3. Petak 3 10.2 12.6 1: 5000 510 630 32
D. Perencanaan Saluran
1. Menghitung Debit Yang Harus Dialirkan Saluran
Untuk menghitung besarnya debit air yang dibutuhkan untuk setiap petak, data yng dibutuhkan adalah data luas (A) dari
masing-masing petak dan besarnya kebutuhan air semua petak sawah yang diambil dari bendung (DR).
Rumus: Q = c. DR. A
3
dimana : Q = Debit yang harus dialirkan oleh saluran (m /dtk)
c = Koefisien lengkung kapasitas tegal
DR = Kebutuhan air normal (lt/dtk/ha)
A = Luas petak yang dialiri (ha)
Dengan harga Q dari tabel didapat harga K, m, v, b, dan w.
Dimana : K = Koefisien kekasaran strickler
m = Kemiringan talud
v = Kecepatan
w = Tinggi jagaan/ ruang bebas (Free Board)
b = Lebar dasar saluran

2. Menentukan Luas Penampang

Q dimana : A = ( b + mh ) h
A =
V

3. Mencari Keliling Basah


P = b + 2h 1 + m2

4. Mencari Jari-jari Hidrolis

A
A =
P

5. Mencari Kemiringan Saluran (I) Dengan Rumus Stickler

V2
A =
K2 . R4/3

6. Kontrol Gaya Seret


τ2 = α . w. h . I
Dimana : τ = Gaya seret yang terjadi
α = Koefisien gaya seret = 0.97
h = Kedalaman air (ft)
w = Berat satuan air lb/ft3
I = Kemiringan saluran
Keterangan :
Untuk gaya seret tidak boleh melebihi gaya seret izin.
Untuk tanah lanau Aluveal kolord (Tanah liat) = 0,048 lb / H3 = 0,234 kg/m3. Jika melebihi angka tersebut, maka saluran perlu
diberi pelepasan.
Perubahan Satuan :
3 3
- Berat air (W) = 1000kg/m = 64.4 lb/ft
Satuan panjang = 1 m = 3.28 ft

7. Perhitungan Saluran Dimensi


a. Saluran Primer
- Debit Aliran :
Luas petak yang diairi (A) = 67.1 ha
c = 0.925
DR = 1.03 ltr/detik/ha
3
Q = 0.0636 m /dtk
- Berdasarkan nilai Q dari tabel di peroleh :
b/h = 1.00
m = 1.00
w = 2.00
v = 0.30
k = 35.00

- Luas penampang :
Q 0.06 2
A = = = 0.212 m
V 0.30
- Dimensi saluran :
A = ( b + mh ) h dengan b=h dan m=1 maka
2
A = 2.h
0.212
h = = 0.3255 ; b=h --------- b = 0.33 m
2

- Keliling basah :
2
P = b + 2h 1 + m2 = 0.33 + 2 ( 0.33 ) 1 + 1.0 = 1.2463 m

- Jari-jari hidrolis :
A 0.212
R = = = 0.17 m
P 1.2463

- Kemiringan saluran :
V2 0.30 2
I = 2 4/3 = = 0.000779
K R 35 2 x 0.2 3/4

- Kontrol gaya seret :


2 3
τ = α . w. h . I = 0.97 x 2.00 x 0.33 x 0.000779 = 0.0005 Kg/cm
τ = 0.0005 Kg/cm3 < τ = 0.144 Kg/cm3
Karena τ < τ, maka aliran pada saluran tersebut tidak akan mengakibatkan butiran-butiran tanah pada saluran lepas.

- Jadi, data saluran primer adalah :


3
Q = 0.0636 m /dtk b = 0.33 m I = 0.0008 P = 1.2463 m
V = 0.30 m/dtk h = 0.33 m W = 2.00 F = 0.3 m (tabel)

b. Saluran Sekunder
- Debit Aliran :
Luas petak yang diairi (A) = 56 ha (petak 2 & 3)
c = 0.875
DR = 1.03 ltr/detik/ha
3
Q = 0.05 m /dtk
- Berdasarkan nilai Q dari tabel di peroleh :
b/h = 1.00
m = 1.00
w = 1.00
v = 0.30
k = 35.00

- Luas penampang :
Q 0.05
A = = = 0.1667 m2
V 0.30

- Dimensi saluran :
A = ( b + mh ) h dengan b=h dan m=1 maka
2
A = 2.h
0.1667
h = = 0.2887 ; b=h --------- b = 0.29 m
2

- Keliling basah :
2
P = b + 2h 1 + m2 = 0.29 + 2 ( 0.29 ) 1 + 1.0 = 1.1052 m

- Jari-jari hidrolis :
A 0.1667
R = = = 0.15 m
P 1.1052

- Kemiringan saluran :
V2 0.30 2
I = = = 0.000915
K2 R4/3 35 2 x 0.2 3/4

- Kontrol gaya seret :


τ2 = α . w. h . I = 0.97 x 1.00 x 0.29 x 0.000915 = 0.0003 Kg/cm
3

τ = 0.0003 Kg/cm
3
< τ = 0.144 Kg/cm
3
Karena τ < τ, maka aliran pada saluran tersebut tidak akan mengakibatkan butiran-butiran tanah pada saluran lepas.

- Jadi, data saluran primer adalah :


3
Q = 0.05 m /dtk b = 0.29 m I = 0.0009 P = 1.1052 m
V = 0.30 m/dtk h = 0.29 m W = 1.00 F = 0.3 m (tabel)

c. Saluran Tersier 1
- Debit Aliran :
Luas petak yang diairi (A) = 11 ha (petak 1)
c = 0.80
DR = 1.03 ltr/detik/ha
3
Q = 0.0093 m /dtk
- Berdasarkan nilai Q dari tabel di peroleh :
b/h = 1.00
m = 1.00
w = 0.50
v = 0.30
k = 35.00

- Luas penampang :
Q 0.009 2
A = = = 0.0309 m
V 0.30

- Dimensi saluran :
A = ( b + mh ) h dengan b=h dan m=1 maka
2
A = 2.h
0.0309
h = = 0.1243 ; b=h --------- b = 0.12 m
2

- Keliling basah :
2
P = b + 2h 1 + m2 = 0.12 + 2 ( 0.12 ) 1 + 1.0 = 0.476 m

- Jari-jari hidrolis :
A 0.0309
R = = = 0.06 m
P 0.476

- Kemiringan saluran :
V2 0.30 2
I = 2 4/3 = = 0.002812
35 2 x 0.06
3/4
K R

- Kontrol gaya seret :


τ2 = α . w. h . I = 0.97 x 0.50 x 0.12 x 0.002812 = 0.0002 Kg/cm
3

τ = 0.0002 Kg/cm
3
< τ = 0.144 Kg/cm
3

Karena τ < τ, maka aliran pada saluran tersebut tidak akan mengakibatkan butiran-butiran tanah pada saluran lepas.

- Jadi, data saluran primer adalah :


3
Q = 0.0093 m /dtk b = 0.12 m I = 0.0028 P = 0.476 m
V = 0.30 m/dtk h = 0.12 m W = 0.50 F = 0.3 m (tabel)

d. Saluran Tersier 2
- Debit Aliran :
Luas petak yang diairi (A) = 24 ha (petak 2)
c = 0.80
DR = 1.03 ltr/detik/ha
3
Q = 0.0194 m /dtk
- Berdasarkan nilai Q dari tabel di peroleh :
b/h = 1.00
m = 1.00
w = 0.50
v = 0.30
k = 35.00

- Luas penampang :
Q 0.02
A = = = 0.0646 m2
V 0.30
- Dimensi saluran :
A = ( b + mh ) h dengan b=h dan m=1 maka
2
A = 2.h
0.0646
h = = 0.1797 ; b=h --------- b = 0.18 m
2

- Keliling basah :
2
P = b + 2h 1 + m2 = 0.18 + 2 ( 0.18 ) 1 + 1.0 = 0.6879 m

- Jari-jari hidrolis :
A 0.0646
R = = = 0.09 m
P 0.6879

- Kemiringan saluran :
V2 0.30 2
I = = = 0.001721
K2 R4/3 35 2 x 0.1 3/4

- Kontrol gaya seret :


τ2 = α . w. h . I = 0.97 x 0.50 x 0.18 x 0.001721 = 0.0001 Kg/cm
3

τ = 0.0001 Kg/cm
3
< τ = 0.144 Kg/cm
3

Karena τ < τ, maka aliran pada saluran tersebut tidak akan mengakibatkan butiran-butiran tanah pada saluran lepas.

- Jadi, data saluran primer adalah :


3
Q = 0.0194 m /dtk b = 0.18 m I = 0.0017 P = 0.6879 m
V = 0.30 m/dtk h = 0.18 m W = 0.50 F = 0.3 m (tabel)

e. Saluran Tersier 3
- Debit Aliran :
Luas petak yang diairi (A) = 32 ha (petak 3)
c = 0.80
DR = 1.03 ltr/detik/ha
3
Q = 0.0263 m /dtk
- Berdasarkan nilai Q dari tabel di peroleh :
b/h = 1.00
m = 1.00
w = 0.50
v = 0.30
k = 35.00

- Luas penampang :
Q 0.03
A = = = 0.0878 m2
V 0.30

- Dimensi saluran :
A = ( b + mh ) h dengan b=h dan m=1 maka
2
A = 2.h
0.0878
h = = 0.2095 ; b=h --------- b = 0.21 m
2

- Keliling basah :
2 2
P = b + 2h 1+m = 0.21 + 2 ( 0.21 ) 1 + 1.0 = 0.8022 m

- Jari-jari hidrolis :
A 0.0878
R = = = 0.11 m
P 0.8022

- Kemiringan saluran :
V2 0.30 2
I = 2 4/3 = = 0.001402
K R 35 2 x 0.1 3/4

- Kontrol gaya seret :


τ2 = α . w. h . I = 0.97 x 0.50 x 0.21 x 0,00234 = 0.000.249Kg/cm
3
τ = 0.000.249Kg/cm
3
< τ = 0.144 Kg/cm
3

Karena τ < τ, maka aliran pada saluran tersebut tidak akan mengakibatkan butiran-butiran tanah pada saluran lepas.

- Jadi, data saluran primer adalah :


3
Q = 0.0263 m /dtk b = 0.21 m I = 0.0014 P = 0.8022 m
V = 0.30 m/dtk h = 0.21 m W = 0.50 F = 0.3 m (tabel)

E. Perhitungan Modulus Drainase


Menurut standar perencanaan irigasi, jika tanaman tegenang lebih dari 20 cm selama jangka waktu lebih dari 3 hari, maka
hampir dipastikan bahwa tidak akan ada panen. Untuk perhitungan debit pembuangan didasarkan atas limpasan pembuang yang
dihitung dengan rumus-rumus berikut :
D(n) = R(n) T + n (I - Etp - p)-Δ5
Dimana :
D(n) : Limpasan pembuangan selama n hari berturut-turut dan sesuai dengan lamanya genangan n diambil 3 hari
R(n)T : Curah hujan dalam mm selama n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun, n diambil 3 hari dan T di ambil 5
tahun
I : Pemberian air irigasi mm/hari, jika irigasi dihentikan I = 0 dan jika irigasi tidak dihentikan I = Et
Etp : Evapotranspirasi (mm/hari)
P : Perkolasi (mm/hari)
Δ5 : Tampungan tambahan, mm tampungan tambahan di sawah 150 mm lapisan air maksimum, tampungan tambahan di
ambil maksimum 50 mm

Berdasarkan limpasan pembuangan tersebut dihitung besarnya modulus pembuangan dengan rumus sebagai berikut:

D(n)
DM =
n x 8.6

Debit pembuangan untuk daerah persawahan :


0,92
Qd = 1,6 x DM x A
Perhitungan :
Luas sawah = 67 ha I = 0
R(n) T = 149 mm Etp = 5.45 mm/hari
Δ5 = 50 mm P = 2 mm/hari

D(3) = R(3)T + n (I - Etp - P) - Δ5 = 149 + 3 ( 0 - 5.45 - 2 ) - 50 = 76.45


D(n) 76.45 `
DM = = = 2.94946 ltr/det/ha
n x 8.6 3 x 8.6
Maka, debit pembuangan untuk daerah persawahan adalah :

Qd = 1,6 x DM x A0,92 = 1.6 x 2.9495 x 67.1 0.92


= 226.0678
3
ltr/det = 0.226 m /det

F. Perencanaan Bangunana Bagi/Sadap


1. Menentukan elevasi air pada bangunan sada terhadap elevasi sawah
Digunakan rumus sebagai berikut :
Elevasi = ET + TAG + Z + H
H = LxI
Dimana :
ET = Elevasi tertinggi L = Jarak elevasu tertinggi di sawah dengan bangunan bagi
TAG = Tinggi air genangan I = Kemiringan saluran
Z = Beda tinggi hulu dana hilir H = Tinggi air pada saluran

2. Menghitung Tinggi Air di hilir ambang (hi)


Digunakan rumus sebgai berikut :

2
hi = Q / [ m x b x √( 2g x (z + v / 2g))]
Dimana :
Q= debit air yang akan dialirikan
h = tinggi saluran
b = lebar saluran
m= koefisien konsirasi ( 0.76 )
z = perbedaan tinggi antara permukaan air di hulu dengan di hilir ambang
syarat : z ≤ h/3
v = kecepatan pengaliran pada sungai
2
g = gravitasi bumi 9.8 m/det

3. Menghitung Tinggi Ambang (Y)


Apabila nilai h1 dan z memenuhi persyaratan diatas tersebut, maka ketinggian ambang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Y = h - h1
= h - (z+h1)

4. Perencanaan Pintu Ukur Romijn


Perhitungan pengaliran pintu ukur Romijn, yaitu :
0,5 1,50
Q = Cd * Cv * 2/3(2g/3) *bc*h1
Dimana :
Q = debit
Cd = koefisien debit

Cv = koefisien kecepatan datang


g = gravitasi bumi
bc = lebar mercu
h1 = kedalaman air dihulu terhadap ambang bangunan ukur.

Pintu romijn ini adalah produk pabrikasi sehingga ukurannya


sudah dibuat standar. Tipe-tipe pintu romijn yaitu :

TIPE PINTU
DISKRIPSI
I II III IV V VI
Lebar (m) 0.50 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50
Kedalaman aliran maksimum (m) 0.33 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
Debit maksimum (l/dt) 160 300 450 600 750 900
Kehilangan tinggi 0.08 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Elevasi dasar dari muka air rencana 0.81 + v 1.51 + v 1.51 + v 1.51 + v 1.51 + v 1.51 + v
V (varian) = 0.18 * H max

5. Perhitungan
Data Saluran :
Nama Saluran Q (m3/det) v(m/det) b(m) h(m) I w P(m)
Saluran Primer 0.0636 0.30 0.33 0.33 0.000779 2.00 1.2463
Saluran Sekunder 0.0500 0.30 0.29 0.29 0.000915 1.00 1.1052
Saluran tersier 1 0.0663 0.30 0.12 0.12 0.000295 0.50 1.4098
Saluran tersier 2 0.0586 0.30 0.18 0.18 0.000309 0.50 1.3254
Saluran tersier 3 0.0672 0.30 0.21 0.21 0.000293 0.50 1.4203

- Elevasi Air Pada Bangunan SadapTerhadap Elevasi Sawah


Jarak bangunan bagi sadap ke petak tersier 1 = 10.00 m
Jarak bangunan bagi sadap ke petak tersier 2 = 10.00 m
Jarak bangunan bagi sadap ke petak tersier 3 = 10.00 m
Elevasi bangunan bagi sadap 1 = 38.50 m
Elevasi bangunan bagi sadap 2 = 38.00 m
Elevasi petak tersier 1 = 38.00 m
Elevasi petak tersier 2 = 37.50 m
Elevasi petak tersier 3 = 37.50 m

- Tinggi Muka Air Pada Bangunan Bagi Sadap Terhadap Petak Tersier 1
ET = 38.50 m L = 10.00 m h = 0.12 m
TAG = 0.2 m I = 0.0003 w= 0.50
Z = 0.50 m H = L x I = 10.00 x 0.0003 = 0.003 m
Elevasi = ET + TAG + Z + H = 38.50 + 0.20 + 0.50 + 0.00295 = 39.20 m
Elevasi Dasar Saluran = Elevasi - h = 39.20 - 0.12 = 39.08 m
Elevasi Tanggul = Elevasi dasar saluran + w + h = 39.08 + 0.50 + 0.12 = 39.70 m

- Tinggi Muka Air Pada Bangunan Bagi Sadap Terhadap Petak Tersier 2 & 3
ET = 38.00 m L = 10.00 m h = 0.18 m
TAG = 0.2 m I = 0.0003 w= 0.50
Z = 0.50 m H = L x I = 10.00 x 0.0003 = 0.0031 m

Elevasi = ET + TAG + Z + H = 38.00 + 0.20 + 0.50 + 0.00309 = 38.70 m


Elevasi Dasar Saluran = Elevasi - h = 38.70 - 0.18 = 38.52 m
Elevasi Tanggul = Elevasi dasar saluran + w + h = 38.52 + 0.50 + 0.18 = 39.20 m

a. Bangunan bagi sadap 1


- Bangunan Sadap Saluran Sekunder
Tinggi air di hilir ambang
3
Q = 0.0500 m /det z = 0.50 m
h = 0.29 m v = 0.30 m/det
b = 0.29 m g = 9.81 m/dtk2
m = 0.76 m

2
hi = Q/[ m*b*√(2g*(z + v /2g))]
2
hi = 0.050 / [ 0.76 x 0.29 x √ ( 2 x 9.81 x ( 0.5 + 0.30 / 2 x 9.81 ))]
hi = 0.050 / [ 0.22 x 0.7681 ]
hi = 0.2967

h1 = hi + Z = 0.2967 + 0.50 = 0.80 m

Kontrol ketinggian :
hi ≤ 2 / 3 h1 Z ≤ 1 / 3 h1
0.2967 ≤ 2 / 3 . 0.80 0.50 ≤ 1/ 3 0.80
0.2967 ≤ 0.5311 0.50 ≤ 0.26557

Tinggi Ambang (Y)


Y = h - h1
Y = 0.29 - 0.80
Y = -0.51

Perencanaan Pintu Romijn


Q = 0.0500 m3/det
h = 0.29
L = h = 0.29
Cd = 0.93 + 0.10 h / L ( untuk 0.10 < h/L < 1.00 ) = 0.93 + 0.10 x 0.29 / 0.29 = 1.03
Cv = 1.2
2
g = 9.81 m/dtk
h1 = 0.80 m

0,5 1,50
Q = Cd * Cv * 2/3(2g/3) *bc*h1
0.5 1.5
0.050 = 1.03 x 1.2 x 2 / 3 ( 2 x 9.81 / 3 ) x bc x 0.80
0.050 = 1.5 bc
bc = 0.03 Pintu Romijn tipe I : bc = 0.03
V = 0.18 x h = 0.18 x 0.29 = 0.05 m

Elevasi pintu pada posisi terendah = 39.20 - 0.033 = 39.17


Elevasi dasar pintu = 39.20 - ( 0.81 + V ) = 39.20 - ( 0.81 + 0.05 ) = 38.34 m

- Bangunan Sadap SaluranTersier 1


Tinggi air di hilir ambang
3
Q = 0.0663 m /det z = 0.50 m
h = 0.12 m v = 0.30 m/det
b = 0.12 m g = 9.81 m/dtk2
m = 0.76 m
hi = Q/[ m*b*√(2g*(z + v2/2g))]
2
hi = 0.066 / [ 0.76 x 0.12 x √ ( 2 x 9.81 x ( 0.5 + 0.30 / 2x 9.81 ))]
hi = 0.066 / [ 0.09 x 0.7681 ]
hi = 0.9135

h1 = hi + Z = 0.9135 + 0.50 = 1.41 m

Kontrol ketinggian :
hi ≤ 2 / 3 h1 Z ≤ 1 / 3 h1
0.9135 ≤ 2 / 3 . 1.41 0.50 ≤ 1/ 3 1.41
0.9135 ≤ 0.9423 0.50 ≤ 0.47117

Tinggi Ambang (Y)


Y = h - h1
Y = 0.12 - 1.41
Y = -1.29

Perencanaan Pintu Romijn


Q = 0.0663 m3/det
h = 0.12
L = h = 0.12
Cd = 0.93 + 0.10 h / L ( untuk 0.10 < h/L < 1.00 ) = 0.93 + 0.10 x 0.12 / 0.12 = 1.03
Cv = 1.2
g = 9.81 m/dtk2
h1 = 1.41 m

0,5 1,50
Q = Cd * Cv * 2/3(2g/3) *bc*h1
0.5 1.5
0.066 = 1.03 x 1.2 x 2 / 3 ( 2 x 9.81 / 3 ) x 0 x 1.41
0.066 = 3.54 0
bc = 0.02 Pintu Romijn tipe I : bc = 0.02
V = 0.18 x h = 0.18 x 0.12 = 0.02 m

Elevasi pintu pada posisi terendah = 0.03 - 0.019 = 0.01


Elevasi dasar pintu = 0.03 - ( 0.81 + V ) = 0.03 - ( 0.81 + 0.02 ) = -0.80 m

b. Bangunan bagi sadap 2


- Bangunan Sadap Saluran Tersier 2
Tinggi air di hilir ambang
3
Q = 0.0586 m /det z = 0.50 m
h = 0.18 m v = 0.30 m/det
b = 0.18 m g = 9.81 m/dtk2
m = 0.76 m

hi = Q/[ m*b*√(2g*(z + v2/2g))]


2
hi = 0.059 / [ 0.76 x 0.18 x √ ( 2 x 9.81 x ( 0.5 + 0.30 / 2x 9.81 ))]
hi = 0.059 / [ 0.14 x 0.7681 ]
hi = 0.5587

h1 = hi + Z = 0.5587 + 0.50 = 1.06 m

Kontrol ketinggian :
hi ≤ 2 / 3 h1 Z ≤ 1 / 3 h1
0.5587 ≤ 2 / 3 . 1.06 0.50 ≤ 1/ 3 1.06
0.5587 ≤ 0.7058 0.50 ≤ 0.35288
Tinggi Ambang (Y)
Y = h - h1
Y = 0.18 - 1.06
Y = -0.88

Perencanaan Pintu Romijn


Q = 0.0586 m3/det
h = 0.18
L = h = 0.18
Cd = 0.93 + 0.10 h / L ( untuk 0.10 < h/L < 1.00 ) = 0.93 + 0.10 x 0.18 / 0.18 = 1.03
Cv = 1.2
2
g = 9.81 m/dtk
h1 = 1.06 m

0,5 1,50
Q = Cd * Cv * 2/3(2g/3) *bc*h1
0.5 1.5
0.059 = 1.03 x 1.2 x 2 / 3 ( 2 x 9.81 / 3 ) x 0 x 1.06
0.059 = 2.3 0
bc = 0.03 Pintu Romijn tipe I : bc = 0.03
V = 0.18 x h = 0.18 x 0.18 = 0.03 m

Elevasi pintu pada posisi terendah = 0.00 - 0.026 = -0.03


Elevasi dasar pintu = 0.00 - ( 0.81 + V ) = 0.00 - ( 0.81 + 0.03 ) = -0.84 m

- Bangunan Sadap SaluranTersier 3


Tinggi air di hilir ambang
3
Q = 0.0672 m /det z = 0.50 m
h = 0.21 m v = 0.30 m/det
b = 0.21 m g = 9.81 m/dtk2
m = 0.76 m

hi = Q/[ m*b*√(2g*(z + v2/2g))]


2
hi = 0.067 / [ 0.76 x 0.21 x √ ( 2 x 9.81 x ( 0.5 + 0.30 / 2 x 9.81 ))]
hi = 0.067 / [ 0.16 x 0.7681 ]
hi = 0.5493

h1 = hi + Z = 0.5493 + 0.50 = 1.05 m

Kontrol ketinggian :
hi ≤ 2 / 3 h1 Z ≤ 1 / 3 h1
0.5493 ≤ 2 / 3 . 1.05 0.50 ≤ 1/ 3 1.05
0.5493 ≤ 0.6996 0.50 ≤ 0.34978

Tinggi Ambang (Y)


Y = h - h1
Y = 0.21 - 1.05
Y = -0.84

Perencanaan Pintu Romijn


Q = 0.0672 m3/det
h = 0.21
L = h = 0.21
Cd = 0.93 + 0.10 h / L ( untuk 0.10 < h/L < 1.00 ) = 0.93 + 0.10 x 0.21 / 0.21 = 1.03
Cv = 1.2
g = 9.81 m/dtk2
h1 = 1.05 m

0,5 1,50
Q = Cd * Cv * 2/3(2g/3) *bc*h1
0.5 1.5
0.067 = 1.03 x 1.2 x 2 / 3 ( 2 x 9.81 / 3 ) x 0 x 1.05
0.067 = 2.27 0
bc = 0.03 Pintu Romijn tipe I : bc = 0.03
V = 0.18 x h = 0.18 x 0.21 = 0.04 m

Elevasi pintu pada posisi terendah = 0.00 - 0.03 = -0.03


Elevasi dasar pintu = 0.00 - ( 0.81 + V ) = 0.00 - ( 0.81 + 0.04 ) = -0.85 m
Kesimpulan NFR
Pola Tanam Padi - Palawija
NFR Maks
Masa Tanam
mm/hr
Awal September 8.165
Pertengahan September 5.469
Awal Oktober 5.893
Pertengahan Oktober 5.554
Awal November 4.749
Pertengahan November 6.558
Awal Desember 7.005
Pertengahan Desember 6.149
Awal Januari 8.412
Pertengahan Januari 8.859
Awal Februari 8.859
Pertengahan Februari 8.859

Kesimpulan :
NRF yang akan diambil adala NRF terbesar yaitu pada Pertengahan JANUARI. NRF =
8.859 mm/hr dipilih NFR terbesar agar lahan tanam dapat digunakan sepanjang tahun tanpa
takut kekurangan air. Sehingga penanaman pola padi kedelai menjadi fleksibel. Maka
untuk peritungan berikutnya digunakan :
NRF = 8,859 mm/h

8.859 x 10000
DR =
24 x 60 x 60

= 1.025 ltr/detik/ha

Anda mungkin juga menyukai