Anda di halaman 1dari 31

BAHAN AJAR

SYIRKAH DAN MUDHARABAH


''Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata
kuliah “Materi Pembelajaran Fiqih SMA/MA”
dengan dosen Pengampu : Dra. Hj. Uswatun Hasanah, M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 8
1. Arya Pangqiban Pangestu 2111010211
2. Nena Ayu Agustin 2111010323
3. Tika Fahmiyati 2111010378

KELAS B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023/2024
FIQIH
SYIRKAH
DAN
MUDHARABAH
MATERI PEMBELAJARAN FIQIH SMA/MA

SIRKAH DAN MUDHARABAH

A. IDENTITAS

Penyusun • Arya Pangqiban

• Nena Ayu Agustin

• Tika Fahmiyati

Sekolah MTS Diniyah Putri Lampung

Kelas X

Tahun Pelajaran 2023/2024

Mata Pelajaran Materi Pembelajaran Fiqih SMA/MA

Materi Pembelajaran SYIRKAH DAN MUDHARABAH

Alokasi Waktu 2 JP

B. KOMPETENSI INTI

K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang


dianutnya
K2 Menunjukan perilaku jujur, disiplin, bertanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
K3 Memahami, menerapkan dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

3
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 1
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dan humanoria dengan wawasan kemanusian,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
K4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
C. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN

1.1 Menghayati konsep Memperhatikan konsep muamalah dalam islam

muamalah dalam Islam tentang syirkah dan mudharabah

tentang syirkah dan

mudharabah

1.2 Mengamalkan sikap Mengajak preserta didik untuk berperilaku

peduli dan tanggung tanggung jawab sebagai implementasi dari

jawab dalam kehidupan pelaksanaan syirkah dan mudharabah

sehari-hari sebagai

implementasi pengetahuan

tentang kerjasama dalam

hal ekonomi

Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 2


4
1.3 Menganalisis ketentuan Menganalisis ketentuan syirkah dan mudharabah

muamalah tentang syirkah

dan mudharabah

1.4 Menyajikan hasil analisis Menyajikan hikmah yang terkandung dalam

tentang hikmah yang syirkah dan mudharabah

terkandung dalam syirkah

dan mudharabah

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran , peserta didik diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

2. Menunjukkan dasar hukum syirkah dan mudharabah dengan baik dan

benar

3. Menjelaskan jenis-jenis syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

4. Menyebutkan rukun syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

5. Menjelaskan syarat-syarat syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

6. menjelaskan manfaat syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

7. Menjelaskan implementasi Syirkah dan mudharabah dalam Lembaga

keuangan syariah dengan baik dan benar

8. Menjelaskan berakhirnya akad syirkah dan mudharabah dengan baik dan

benar

9. Menjelaskan contoh syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

10. Menjelaskan fatwa syirkah dan undang-undang mudharabah dengan baik

dan benar

5
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 3
11. Menjelaskan hikmah syirkah dan mudharabah dengan baik dan benar

12. Menjelaskan persamaan dan perbedaan syirkah dan mudharabah dengan

baik dan benar

E. LINK PEMBELAJARAN

https://www.youtube.com/live/M8V_HHKkPoI?si=tfjZ6mzQBv7o6b_Q

https://youtu.be/nr0NAB6m-kM?si=xtNxJixixaY1X_4e

https://youtu.be/YD8xWPpYnVo?si=aahzlWPALe-8Es-c

https://youtu.be/kdDipd1CMy4?si=T6uL3fOQpg_uW1fV

Bahan
6 Ajar Fiqih SMA/MA 4
PETA KONSEP

• Pengertian
• Dasar Hukum
• Jenis-Jenis
• Pengertian
• Rukun
• Dasar Hukum
• Syarat-Syarat
• Jenis-Jenis
Syirkah • Manfaat
• Rukun
• Implementasi
• Syarat-Syarat
• Berakhirnya
• Manfaat
Akad
• Implementasi Mudharabah • Contoh
• Berakhirnya
• Undang-
Akad
Undang
• Contoh
• Hikmah
• Fatwa
• Persamaan
• Hikmah
dan
Perbedaan

7Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 5


SYIRKAH

A. Pengertian Syirkah
1. Secara Bahasa
Secara bahasa syirkah berasal dari bahasa arab, yaitu:

Artinya: “Bersekutu, berserikat”.

Syirkah berarti al-Ikhtilat (percampuran) atau persekutuan dua hal


atau lebih, sehingga antara masingmasing sulit dibedakan. Seperti
persekutuan hak milik atau perserikatan usaha. Yang dimaksud
percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan
harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.

2. Secara Istilah
Syirkah adalah suatu akad dalam bentuk kerjasama antara dua orang
atau lebih dalam bidang modal atau jasa untuk mendapatkan keuntungan.

Bahan
8 Ajar Fiqih SMA/MA 6
Syirkah atau kerjasama ini sangat baik dilakukan karena sangat banyak
manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama.
Kerjasama itu ada yang sifatnya antar pribadi, antar grup bahkan antar
negara. Dalam kehidupan masyarakat, senantiasa terjadi kerjasama
didorong oleh keinginan untuk saling tolong menolong dalam hal
kebaikan dan keuntungan bersama.

B. Dasar Hukum Syirkah


Syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam islam. Sebab
keberadaan nya diperkuat Al-Quran, Hadist, Ijma’ ‘Ulama.

1. Dalam Al-Quran
Dalam Quran Surah Sad Ayat 24

َ‫ط ۤا َِء لَيَب ِغي‬


َ َ‫ن ال ُخل‬
ََ ‫اجهَ َواِنَ َكثِي ًرا ِم‬ِ َ‫سؤَا َِل نَع َجتِكََ ا ِٰلى نِع‬ َ َ‫قَا ََل لَقَد‬
ُ ‫ظلَ َمكََ ِب‬
َ‫ظن‬َ ‫ت َوقَ ِليلَ ما ُهمَ َو‬ ّٰ ‫ن ٰا َمنُوا َوع َِملُوا ال‬
َِ ‫ص ِل ٰح‬ ََ ‫ض ُهمَ ع َٰلى بَعضَ اِّلَ الذِي‬ ُ ‫بَع‬
‫۝‬ ََ َ‫دَاو َُد اَن َما فَتَنّٰ َهُ فَاستَغفَ ََر َربهَ َو َخرَ َرا ِكعًا واَن‬
٢٤ ۩ ‫اب‬
Artinya: Dia (Daud) berkata, “Sungguh, dia benar-benar telah berbuat
zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (digabungkan)
kepada kambing-kambingnya. Sesungguhnya banyak di antara orang-
orang yang berserikat itu benar-benar saling merugikan satu sama lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan sedikit sekali
mereka itu.” Daud meyakini bahwa Kami hanya mengujinya. Maka, dia
memohon ampunan kepada Tuhannya dan dia tersungkur jatuh serta
bertobat. (Q.S. Sad : 24)

Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 7


9
2. Dalam Hadist

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al


Mishshishi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Az
Zibriqan, dari Abu Hayyan At Taimi, dari ayahnya dari Abu Hurairah
dan ia merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah berfirman: "Aku
adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama tidak ada
salah seorang diantara mereka yang berkhianat kepada sahabatnya.
Apabila ia telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari keduanya."
(HR. Abu Daud dan disahkan oleh Hakim)

3. Ijma’َ‘Ulama
Para ijma’ ‘ulama sepakat bahwa syirkah diperbolehkan. Hanya
saja, mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.

C. Jenis-Jenis Syirkah
Syirkah merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
sebuah usaha dan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya
ditanggungsecara bersama. Hukumnya sangat dianjurkanjika kedua belah
pihak saling amanah, Haram jika keduanya berkhianat. Para ulama fiqh
membagi syirkah menjadi dua macam yaitu:
1. Syirkah Amlak

Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara bersama-


sama sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas sesuatu barang

10 8
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA
tersebut bukan disebabkan adanya perjanjian di antara para pihak (tanpa
ada akad atau perjanjian terlebih dahulu), misalnya pemilikan harta secara
bersama-sama yang disebabkan/ diperoleh karena pewarisan.Perkongsiasn
ini ada dua macam yaitu perkongsian sukarela dan perkongsian paksaan.

a. Perkongsian Sukarela (ikhtiar)

Perkongsian ikhtiar adalah perkongsian yang muncul karna


adannya kontrak dari dua orang yang bersrekutu. Contohnya dua orang
membeli atau memberi atau berwasiat tentang sesuatu dan keduanya
menerima, maka jadilah pembeli, yang diberi, dan diberi wasiat
bersekutu diantara keduanya, yakni perkongsian milik.

b. Perkongsian Paksaan (ijbar)


Perkongsian ijbar adalah perkongsian yang ditetapkan kepada dua
orang atau lebih yang bukan didasarkan pada perbuatan keduanya,
seperti dua orang yang mewariskan sesuatu, maka yang diberi waris
nenjadi sekutu mereka. Contoh, menerima warisan dari orang yang
meninggal.

Hukum dari kedua jenis perkongsian ini adalah salah seorang


yang bersekutu seolah-olah sebagai orang lain dihadapan yang
bersekutu lainya. Oleh karna itu, salah seorang diantara mereka tidak
boleh mengolah harta perkongsian tersebut tanpa izin dari teman
sekutunya, karna keduanya tidak mempunyai wewenang untuk
menentukan bagian masing-masing.

2. Syirkah Uqud

Syirkah uqud ini ada atau terbentuk disebabkan para pihak


memang sengaja melakukan perjanjian untuk bekerja sama atau
bergabung dalam suatu kepentingan harta (dalam bentuk penyertaan
modal) dan didirikannya serikat tersebut bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk harta benda. Syirkah al uqud ini

11Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 9


diklasifikasikan kedalam bentuk syirkah: al-‘inan, al-mufawadah,
al’amaal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat
tentang al- mudharabah, ada yang menilai masuk dalam kategori al-
musyarokah dan ada yang menilai berdiri sendiri.

Menurut ulama‟ Hanabilah, yang sah hanya empat macam,


yaitu: syirkah inan, syirkah abdan, syirkah mudharabah, dan syirkah
wujuh. Mazhab Hanafi memboehkan semua jenis syirkah di atas,
apabila syarat- syarat terpenuhi. Mazhab Maliki memboloehkan semua
jenis syirkah, kecuali syirkah wujuh. Asy Syafi‟i membatalkan semua,
kecuali syirkah inan dan syirkah mudharabah.

Ada yang menjadi fokus perhatian dalam pembahasan ini adalah


serikat yang timbul atau lahir disebabkan karena adanya perjanjian-
perjanjian atau syirkah uqud. Kalau diperhatikan pendapat para ahli
hukum Islam, serikat yang dibentuk berdasar kepada perjanjian ini
dapatdiklasifikasikan yaitu:

a. Syirkah ‘Inan

Adapun yang dimaksud dengan sirkah ‘Inan ini adalah serikat


harta yang mana bentuknya adalah berupa: “Akad” (perjanjian) dari dua
orang atau lebih berserikat harta yang ditentukan oleh keduanya (para
pihak) dengan maksud mendapat keuntungan (tambahan), dan
keuntungan itu untuk mereka yang berserikat.

Serikat ‘inan ini pada dasarnya adalah serikat dalam bentuk


penyertaan modal kerja atau usaha, dan tidak disyaratkan agar para
anggora serikat atau persero harus menyetor modal yang sama besar,
dan tentunya demikian halnya dalam masalah wewenang pengurusan
dan keuntungan yang diperoleh.

Menyangkut pembagian keuntungan boleh saja diperjanjikan


bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi secara sama besar dan juga

12 Ajar Fiqih SMA/MA


Bahan 10
dapat berbentuk lain sesuai dengan perjanjian yang telah mereka ikat.
Dan jika usaha mereka ternyata mengalami kerugian, maka tanggung
jawab masing-masing penyerta modal/persero disesuaikan dengan besar
kecilnya modal yang disertakan oleh para persero, atau dapat juga
dalam bentuk lain sebagaimana halnya dalam pembagian keuntungan.
Kalau diperhatikan dalam praktiknya di Indonesia, Sirkah „inan ini
dapat dipersamakan dengan perseroan terbatas (PT), CV, Firma,
Koperasi danbentuk-bentuk lainnya.

Mazhab Hanafi dan Hambali mengizinkan salah satu dari


alternatif berikut. Pertama, keuntungan dari kedua belah pihak dibagi
menurut porsi dana mereka. Kedua, keuntungan bisa dibagi secara sama
tetapi kontribusi dana masing-masing pihak mungkin berbeda. Ketiga,
keuntungan bisa dibagi secara tidak sama tetapi dana yang diberikan
sama. Ibnu Qudamah mengatakan, “Pilihan dalam keuntungan
dibolehkan dengan adanya kerja, karena seorang dari mereka mungkin
lebih ahli dalam bisnis dari yang lain dan ia mungkin lebih kuat
ketimbang yang lainnya dalam melaksanakan pekerjaannya. Karenanya,
ia diizinkan untuk menuntut lebih dari bagian keuntungannya”.

Mazhab Maliki dan Syafi‟i menerima jenis syirkah dengan syarat


keuntungan dan kerugian dibagi secara proporsional sesuai dana yang
ditanamkan. Dalam pandangan mereka, keuntungan jenis syirkah ini
dianggap keuntungan modal.

b. Syirkah Mufawadhah

Syirkah mufawadhah ini dapat diartikan sebagai serikat untuk


melakukan suatu negosiasi, dalam hal ini tentunya untuk melakukan
sesuatu pekerjaan atau urusan, yang dalam istilah sehari-hari sering
digunakan istilah partner kerja atau grup. Dalam serikat ini pada
dasarnya bukan dalam bentuk permodalan, tetapi lebih ditekankan
kepada keahlian.

13
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 11
Menurut para ahli hukum Islam serikat ini mempunyai syarat-
syarat sebagai berikut:

a) Modal masing-masing sama


b) Mempunyai wewenang bertindak yang sama
c) Mempunyai agama yang sama
d) Bahwa masing-masing menjadi penjamin, dan tidak dibenarkan salah
satu diantaranya memiliki wewenang yang lebih dari yang lain.

Jika syarat-syarat diatas terpenuhi, maka serikat dinyatakan sah,


dan konsekuensinya masing-masing partner menjadi wakil partner yang
lainya dan sekaligus sebagai penjamin, dan segala perjanjian yang
dilakukanya dengan pihak asing (diluar partner) akan dimintakan
pertanggungjawabanya oleh partner yang lainya.

Ulama‟ Hanafi dan Maliki memperbolehkan syirkah jenis ini


tetapi memberikan banyak batasan terhadapnya. Yang paling penting
dalam perserikatan ini, baik modal, kerja, keuntungan maupun kerugian,
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sementara menurut ulama
Syafi‟iyah dan Hanabilah tidak membolehkan akad seperti ini, karena
sulit untuk menetapkan prinsip kesamaan modal, kerja, dan keuntungan
dalam perserikatan ini.

Imam Syafi‟i berkata: perserikatan mufawadah adalah batil,


kecuali pihak yang berserikat memahami makna mufawadhah dengan
arti mencampurkan harta dan pekerjaan lalu membagi keuntungan, maka
ini tidak mengapa. Apabila beberapa pihak mengadakan perserikatan
mufawadhah dan mempersyaratkan bahwa makna mufawadhah adalah
seperti diatas, maka perserikatanya sah. Akan tetapi bila yang mereka
maksudkan dengan mufawadhah adalah pihak yang berserikat dalam
segala hal yang nmereka dapatkan melalui cara apapun, baik dengan
sebab harta ataupun yang lainya, maka perserikatan tidak dapat
dibenarkan.

14
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 12
c. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh ini berbeda dengan serikat sebagaimana telah
dikemukakakan di atas. Adapun yang menjadi letak perbedaannya,
bahwa dalam serikat ini yang dihimpun bukan modal dalam bentuk uang
atau skill, akan tetapi dalam bentuk tanggung jawab, dan tidak sama
sekali (keahlian pekerjaan) atau modal uang.

Para ulama memperselisihkan perserikatan seperti ini. Ulama


Hanafiyah, Hanabilah, dan Zaidiyah menyatakan hukumnya boleh,
karena masing-masing pihak bertindak sebagai wakil dari pihak lain,
sehingga pihak lain tersebut terikat pada transaksi yang dilakukan oleh
mitra serikatnya. Akan tetapi, menurut ulama Malikiyah, Syafi‟iyah,
Zahiriyah, dan Syi‟ah Imamiyah, perserikatan ini tidak sah dan tidak
diperbolehkan. Alasannya objek dalam perserikatan ini adalah modal
dan kerja sedangkan dalam syirkah al-wujuh baik modal maupun kerja
yang diakadkan tidak jelas.

d. Syirkah Abdan

Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama untuk melakukan sesuatu


yang bersifat karya. Dengan mereka melakukan karya tersebut mereka
mendapat upah dan mereka membaginya sesuai dengan kesepakan yang
mereka lakukan, dengan demikian dapat juga dikatakan sebagai serikat
untuk melakukan pemborongan. Misalnya Tukang Kayu, Tukang Batu,
Tukang Besi berserikat untuk melakukan pekerjaan membangun sebuah
gedung.

Ulama‟ Hanafi, Maliki, dan Hambali membolehkan syirkah ini


baik kedua orang tersebut satu profesi atau tidak. Mereka merujuk
kepada bukti-bukti termasuk persetujuan terbuka dari Nabi. Lagipula
hal ini didasarkan kepada perwakilan (wakalah) yang juga dibolehkan.
Dalam syirkah jenis ini telah lama dipraktikan.

15
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 13
e. Syirkah Mudharabah
Syirkah mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (sohibul maal) sebagai penyedia modal,
sedangkan pihak yang lainya menjadi pengelola (mudharib). Kontrak
kerja sama modal dan seorang pekerja untuk mengelola uang dari
pemilik modal dalam perdagangan tertentu keuntungannya dibagi sesuai
kesepakatan bersama sedangkan kerugian yang diderita menjadi
tanggungan pemilik modal.

Menurut jumhur Ulama (Hanafiah, Malikiyah, Syafiiyah


Zahiruiyah, dan Syiah Imamiyah) tidak memasukan transaksi
mudharabah sebagai salah satu bentuk perserikatan, karna mudharabah
menurut mereka merupakan akad tersendiri dalam bentuk kerja sama
yang lain yang tidak dinamakan dengan perserikatan.

D. Rukun Syirkah
1. Anggota yang berserikat
2. Pokok-pokok perjanjian
3. Sighat

E. Syarat-Syarat Syirkah
1. Anggota yang berserikat, dengan syarat : baligh, berakal sehat, atas
kehendak sendiri dan baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan
mengetahui pokok-pokok perjanjian.
2. Pokok-pokok perjanjian syaratnya :
a. Modal pokok yang dioperasikan harus jelas.
b. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas.
c. Yang disyarikat kerjakan (obyeknya) tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariat Islam.
3. Sighat, dengan Syarat : Akad kerjasama harus jelas sesuai dengan
perjanjian.

16 Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 14


F. Manfaat Syirkah
a. Memberikan keuntungan kepada para anggota pemilik modal.
b. Memberikan lapangan pekerjaan kepada para karyawannya.
c. Memberikan bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha syirkah
untuk mendirikan tempat ibadah, sekolah dan sebagainya (coorporate
sosial responbility /CSR).

G. Implementasi Syirkah Dalam Lembaga Keuangan Syariah


Implementasi Syirkah dalam LKS harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak
bertentangan dengan syariah.
2. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana
musyarakah, dengan ketentuan:
a. Dapat berupa uang tunai atau aset yang likuid.
b. Dana yang tertimbun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi
dana usaha.

Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakan akad


kerjasama pembiayaan antara bank syariah (Islamic Banking), atau beberapa
keuangan secara bersama-sama, dan nasabah untuk mengelola suatu
kegiatan usaha. Masing-masing memasukkan penyertaan dana sesuai porsi
yang disepakati Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada nasabah.
Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai
perkembangan usaha kepada bank- bank sebagai pemilik dana. Disamping
itu, pemilik dana dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.

Bahan
17 Ajar Fiqih SMA/MA 15
H. Berakhirnya Akad Syirkah
Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal berikut.
Yaitu:

1. Salah satu pihak membatalkanya meskipun tanpa persetujuan pihak


yang lainya sebab syirkah adalah akad yang terjadi atsdasar rela sama
rela dari kedua belah pihak yang tidak ada kemestian untuk
dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak menginginkanya lagi. Hal
ini menunjukan pencabutan kerelaan syirkah oleh salah satu pihak.
2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber Tasharruf (Keahlian
mengelola harta) , baik karna gila ataupun alasan lainya.
3. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih
dari dua orang, yang batal hanya yang meninggal saja. Syirkah
berjalan terus kepada anggota-anggota yang masih hidup. Apabila ahli
waris anggota yang meninggal menghendaki turutserta dalam syirkah
tersebut, maka dilakukan perjanjian baru sebagai ahli waris yang
bersangkutan.
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan, baik karna boros yang
terjadi pada waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab
yang lainya.
5. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas
harta yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh
mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hambali. Hanafi berpendapat bahwa
keadaan bangkrut itu tidak membatalkan perjanjian yang dilakukan
oleh yang bersangkutan.

Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama


syirkah. Bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta
sehingga tidak dapat dipisahkan lagi, yang menanggung resiko adalah para
pemiliknya sendiri. Apabila harta lenyap setelah terjadi percampuran yang
tidak dapat dipisah- pisahkan lagi menjadi resiko bersama. Kerusakan yang
terjadi setelah dibelanjakan, menjadi resiko bersama. Apabila masih ada

18
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 15
harta sisa, syirkah masih bisa berlangsung dengan kekayaan yang masih
ada.

I. Contoh Syirkah
Berikut contoh kegiatan syirkah dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, Andi dan Rifki adalah 2 orang yang dipercaya oleh seorang
pedagang motor. Dalam suatu kondisi, mereka membeli motor dari
pedagang tersebut secara kredit.
Andi dan Rifki membuat kesepakatan bahwa masing-masing dari
mereka memiliki 50% dari motor yang dibeli tadi. Kemudian, mereka
menjual lagi motor tersebut, lalu hasil dari penjualan motor tersebut hanya
diambil keuntungannya saja. Selanjutnya, keuntungan tersebut dibagi dua
dan keuntungan pokok dikembalikan kepada pedagang untuk membayar
kredit motor sebelumnya.

J. Fatwa Dewan Syariah Nasionat MUI Tentang Syirkah


Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No: 1 1
4IDSN-MUL|IXJ2A|T Tentang AKAD SYIRKAH yang berisi:
1. Akad syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana setiap pihak memberikan kontribusi
dana/modal usaha (ra's al-mal) dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi sesuai nisbah yang disepakati atau secara proporsional,
sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak secara proporsional.
Syirkah ini merupakan salah satu bentuk Syirkah amwal dan dikenal
dengan nama syirkah inan.
2. Syarik adalah mitra atau pihak yang melakukan akad syirkah, baik
berupa orang (syakhshiyah thabi' iyah/natuurlijke persoon) maupun
yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum

Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 16


19
K. Hikmah Syirkah
1. Pembiayaan dalam modal kerja; dapat dialokasikan untuk perusahaan
yang bergerak dalam bidang konstruksi, industri, perdagangan, dan jasa.
2. Pembiayaan investasi; dapat dialokasikan untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri.
3. Pembiayaan secara indikasi; baik untuk kepentingan modal kerja
maupun investasi.

MUDHARABAH

A. Pengerian Mudharabah
1. Secara Bahasa
Secara etimologi, mudharabah adalah bentuk masdar dari fi’il
madhi ( ‫ ) َضارب‬yang berarti berdagang atau memperdagangkan.
Mudharabah disebut juga dengan mu’amalah karena umat Islam di Irak
manyebutkan mudharabah dengan istilah muamalah. Ulama’ Hijaz
menyebutkan dengan Qiradh yang berarti al-Qath’u atau pemotongan.
Hal itu karena pemilik harta memotong dari sebagian hartanya sebagai
modal dan menyerahkan hak pengurusannya kepada orang yang
mengelolanya dan pengelola memotong untuk pemilik bagian dari
keuntungan sebagian hasil dari usaha dan kerjanya.

20
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 17
2. Secara Istilah
Mudharabah adalah akad antara dua pihak, pihak pertama sebagai
pemilik modal dan pihak yang lain sebagai pelaksana modal atau
seseorang yang ahli dalam berdagang untuk mengoperasionalkan modal
tersebut dalam usaha-usaha produktif dan keuntungan dari usaha tersebut
dibagi dua sesuai dengan kesepakatan. Dan jika terjadi kerugian, maka
kerugian ditanggung oleh pemberi modal, sedangkan bagi pihak
pelaksana modal kerugiannya adalah kehilangan waktu, pikiran dan jerih
payah yang telah dicurahkan serta manejerial.

B. Dasar Hukum Mudharabah


Dasar hukum mudharabah yaitu: Al-Qur’an dan hadist, dalam Al-
Qur’an tidak disebutkan dengan jelas tentang mudharabah, walaupun
demikian ulama’ di kalangan kaum muslimin telah sepakat tentang bolehnya
melakukan kerjasama semacam perniagaan ini. Istilah mudharabah
sesunggungnya muncul pada masa Nabi Muhammad, tapi jauh sebelum
Nabi Muhammad lahir pun sudah ada. Kerjasama perniagaan ini di zaman
Jahiliyah telah dikenal kemudian dilestarikan oleh Islam karena membawa
kemaslahatan.
Namun demikian, ada ayat-ayat yang walaupun tidak langsung,
tetapi maksudnya dapat digunakan sebagai dasar atau landasan kebolehan
mudharabah, seperti ayat-ayat tentang perintah mencari karunia Allah SWT.

1. Dalam Al-Quran
Q.S An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

۟ ُ‫ٰيََٰٓأَيُّ َهاَٱَلذِينَََ َءا َمن‬


َ‫وا ََّلَتَأ ُكلُ َٰٓو ۟اَأَم ٰ َولَكُمَبَينَكُمََِبٱَل ٰبَ ِط َِلَ ِإّلََٰٓأَنَتَكُونَ َتِ ٰ َج َرةًَعَن‬
َ‫َر ِحي ًما‬َ ‫ّللََكَانَ َ ِبكُم‬ َ ‫سكُمََۚإِنَٱ‬ َ ُ‫َۚو َّلَتَقتُلُ َٰٓو ۟اَأَنف‬
َ َ‫َمنكُم‬ ِ ‫ت َ َراض‬

21 Ajar Fiqih SMA/MA


Bahan 18
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.(Q.S. An-Nisa: 29)

2. Dalam Hadist
Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah

‫َاَلبيع‬:ُ‫يهنَالبركَة‬
ِ ِ‫َثَالَثَف‬:ََ‫ِإلَى أَنَاَلن ِبيَصلىَهللااَُعلَي ِهَوآ ِل ِهَوسلمَقَال‬
ِ ‫يرَ ِللبيتَِّلََ ِلل‬
َ‫بيعَ(رواهَابنَماجه‬ ُ ‫َوخل‬،ُ‫َوالمقَارضة‬،‫أَجل‬
ِ ‫طَالبرَ ِبالش ِع‬
َ‫)عنَصهيب‬

Artinya: "Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual
beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual," (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

3. Ijma’َ‘Ulama
Ibnu Al-Mundzir berkata ,“para ulama sepakat bahwa secara umum,
akad (transaksi) mudharabah diperbolehkan”. Akad mudharabah adalah
akad jaa’iz (toleran), bukkan akad lazim (mengikat). Untuk itu, kapan saja
salah satu pihak menginginkan akad dihentikan maka akad tersebut dapat
dihentikan (faskh). Pada saat itu, mudharib harus menyerahkan modal dalam
bentuk mata uang (tunai). Selain itu di antara ijma’ dalam mudharabah, adanya
riwayat yang menyatakan bahwa jemaah dari sahabat menggunakan harta anak
yatim untuk mudharabah. Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.

Bahan
22 Ajar Fiqih SMA/MA 19
C. Jenis-Jenis Mudharabah
Akad Mudharabah terbagi menjadi dua jenis.

1. Mudharabah Mutlaqah
Dalam akad ini, pihak bank tidak membatasi dana yang dihimpun.
Sebagai pemilik modal, mereka juga tidak ikut campur terhadap jenis
usaha apa yang akan dibuat oleh nasabah sebagai pengelola modal.
Pihak bank hanya melakukan pengawasan terhadap usaha yang dibuat
oleh peminjam dana. Mereka memastikan bahwa modal usaha yang
dipinjamkan berjalan dengan lancar dan akan menerima nisbah dari
usaha tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Mudharabah Mutlaqah kemudian
dikembangkan oleh pihak bank dengan menghadirkan produk tabungan
dan deposito. Berikut ketentuan untuk produk ini:
a. Nasabah wajib diberitahu oleh bank mengenai pembagian
keuntungan (nisbah) dalam penyimpanan dana dengan risiko yang
ditimbulkan. Nantinya, kesepakatan akan dicantumkan dalam akad.
b. Bank harus memberikan buku tabungan kepada nasabah tabungan
mudharabah beserta kartu ATM nya. Sedangkan untuk nasabah
deposito mudharabah, deposan wajib mendapatkan sertifikat atau
tanda penyimpanan (bilyet) dari pihak bank.
c. Nasabah dapat mengambil uang kapan pun di tabungan mudharabah
sesuai dengan kesepakatan awal saat akad, tapi syaratnya saldo yang
ada di rekening tidak boleh minus.
d. Nasabah tidak dapat mengambil uang deposito mudharabah begitu
saja. Deposito hanya dapat dicairkan sesuai jangka waktu yang telah
disepakati.
e. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan
deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan syariah
Islam.

23 Bahan Ajar Fiqih SMA/MA


20
2. Mudharabah Muqayyadah
Akad mudharabah muqayyadah kebalikan dari mudharabah
mutlaqah. Si pemilik modal berhak menentukan jenis usaha apa yang
akan dibuat oleh di pengelola modal untuk dijalankan.
Akad ini terbagi menjadi dua bagian yaitu, mudharabah muqayyadah on
balance sheet dan mudharabah muqayyadah of balance sheet.
a) Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Pada jenis akad ini, nasabah yang memberikan modal ke bank
untuk menjalankan usaha yang ia inginkan. Kemudian pihak bank
yang melakukan penyaluran dan pencatatan dana tersebut.
Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana.
Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus
dicantumkan dalam akad.
b) Mudharabah Muqayyadah of Balance Sheet
Sedangkan pada akad mudharabah muqayyadah of balance
sheet, si pemilik dana langsung menyalurkan pinjaman usahanya
kepada pelaku usaha. Keduanya dipertemukan oleh pihak bank
sebagai perantara (arranger), yang mencatat transaksi di bank. Bank
menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.
Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah
bagi hasil.

D. Rukun Mudharabah
1. Ijab dan qabul
2. Dua orang yang melakukan kerjasama (al-’Aqidain)
3. Adanya modal,
4. Adanya pekerjaan atau usaha (Al-’aml)
5. Nisbah keuntungan

24 Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 21


E. Syarat-Syarat Mudharabah
1. Ijab dan Qabul antara kedua belah pihak memiliki syarat-syarat yaitu
a. Ijab dan Qabul itu harus jelas menunjukkan maksud untuk melakukan
kegiatan mudharabah. Dalam menjelaskan maksud tersebut bisa
menggunakan kata mudharabah, Qiradh, Muqaradhah, Muamalah,
atau semua kata yang semakna dengannya.
b. Ijab dan Qabul harus bertemu, artinya penawaran pihak pertama
sampai dan diketahui oleh pihak kedua, artinya ijab yang diucapkan
pihak pertama harus diterima dan disetujui oleh pihak kedua sebagai
ungkapan kesediaannya.
c. Ijab dan Qabul harus sesuai maksud pihak pertama cocok dengan
keinginan pihak kedua.
2. Para pihak (shahib al-mal dan mudharib) disyaratkan:
d. Cakap bertindak hukum secara Syar’i, artinya shahib al-mal memiliki
kapasitas untuk menjadi pemodal dan mudharib memiliki kapasitas
menjadi pengelola.
e. Memiliki kewenangan mewakilkan atau memberi kuasa dan menerima
pemberian kuasa, karena penyerahan modal oleh pihak pemberi modal
kepada pihak pengelola modal merupakan suatu bentuk pemberian
kuasa untuk mengolah modal tersebut.
f. Pemilik modal (shahib al-mal) adalah orang yang mempunyai
kebebasan memilih, artinya tidak dalam keadaan terpaksa atau
kehendaknya sendiri. Sedangkan bagi orang yang menjalankan
pekerjaannya (mudharib ) selain cakap, seperti yang telah disebutkan
diatas, ia juga harus merupakan orang yang jujur dan pandai
berdagang, diharuskan juga sebab ia memegang uang dengan izin
pemilik modal, dengan kata lain ia adalah orang yang membawa
amanah dari orang yang memiliki harta tersebut.
3. Adanya modal, adapun dalam modal di syaratkan :
g. Modal harus jelas jumlah dan jenisnya dan diketahui oleh kedua belah
pihak pada waktu dibuatnya akad mudharabah sehingga tidak

25
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 22
menimbulkan sengketa dalam pembagian laba karena ketidakjelasan
jumlah.
h. Harus berupa uang (bukan barang). Mengenai modal harus berupa
uang dan tidak boleh berupa barang adalah pendapat mayoritas
ulama’. Mereka beralasan mudharabah dengan barang dapat
menimbulkan kesamaran. Karena barang tersebut umumnya bersifat
fluktuatif.
i. Uang bersifat tunai (bukan hutang).
j. Modal diserahkan kepada pengelola secara langsung, tidak dengan
cara diangsur.
k. Modal harusnya ditentukan dan merupakan hak pemilik untuk
memungkinkannya terus memberinya kepada mudharib dan
seharusnya modal diserahkan kepada mudharib suapaya dia tidak
dapat menggunakannya sendiri.
4. Adanya pekerjaan atau usaha (Al-’aml)
Mengenai jenis usaha pengelolaan ini sebagian ulama’, khususnya
Syafi’i dan Maliki, mensyaratkan bahwa usaha itu hanya berupa usaha
dagang (commercial). Mereka menolak kegiatan usaha yang berjenis
kegiatan industri (manufacture). Dengan anggapan bahwa kegiatan
industri itu termasuk dalam kontrak persewaan (ijarah) yang mana
semua kerugian dan keuntungan ditanggung oleh pemilik modal
(investor). Sementara para pegawainya digaji secara tetap.
5. Nisbah keuntungan
Mengenai nisbah keuntungan disyaratkan:
a. Keuntungan dalam perjanjian mudharabah disyaratkan harus jelas
ketentuannya, misalnya setengah atau seperemapat dari keuntungan.
Hal ini diharapkan ada kejelasan dan kepastian diantara kedua belah
pihak. Selain itu mudharib akan menerima bagiannya dari
keuntungan bukan dari jumlah modal.
b. Keuntungan dikhususkan kepada kedua belah pihak yang melakukan
kerja sama oleh karena itu tidak sah apabila sebagian keuntungan

26
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 23
tersebut untuk orang yang selain mereka (dua pihak) kecuali untuk
kedua orang dari budak mereka apa yang disyaratkan untuk salah
satu dari dua orang budak haruslah dipadukan kepada apa yang
disyaratkan untuk tuanya. Demikian menurut madzhab Syafi’i.

F. Manfaat Mudharabah
1. Bagi mudharib
a. Mudharib tidak harus memiliki modal dalam bentuk uang atau
barang, mudharib cukup memiliki keahlian dan kepiawaian dalam
berusaha dan dapat menguasai peluang pasar saja sudah dapat
berusaha. Ia tidak harus menyediakan modal.
b. Mudharib dapat menikmati harga jual yang lebih rendah. Biaya bagi
hasil hanya akan diperhitungkan setelah mudharib membukukan
usahanya. Sehingga mudharib tidak menanggung beban tetap diawal.
Biaya bagi hasil tidak dapat diperhitungkan sebagian dari biaya
produksi, karena beban bagi hasil sangat tergantung dengan
penjualan. Berbeda dengan bunga, yang jumlahnya sudah pasti,
peminjam akan menghitung beban bunga sebagai bagian dari harga
pokok produk, sehingga harga jual ditingkat konsumen lebih tinggi.
c. Mudharib lebih terpacu untuk berusaha. BMT akan memberikan
kepercayaan penuh kepada mudharib untuk mengembangkan
usahanya. BMT hanya akan menerima laporan secara periodik
terhadap perkembangan usaha.
d. Mudharib tidak akan membayar bagi hasil jika usahanya mengalami
kerugian. Bahkan dengan bunga, yang tidak memandang usaha
anggota yang dibiayai. Bagi hasil hanya akan dibayarkan jika metode
perhitungan yang digunakan menggunakan pendekatan untung-rugi,
maka jika usahanya merugi, mudharib tidak akan membayar bagi
hasil.

Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 24


27
2. Bagi shahib al-mal (BMT)
a. BMT akan menikmati pendapatan bagi hasil seiring dengan
meningkatnya pendapatan mudharaib.
b. BMT tidak akan membayar biaya bagi hasil kepada anggota
penabungnya, jika usaha yang dibiayai dengan akad mudharabah
muqayyadah dalam kondisi merugi.
c. BMT akan lebih selektif dalam memberikan pembiayaan. d. BMT
akan mendapatkan anggota yang lebih loyal.

G. Implementasi Mudharabah Dalam Lemabaga Keuangan


Syariah
1. Pengertian (dalam Konteks Pembiayaan)
a. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan nisbah yang telah
disepakati dan pada akhir periode kerja sama nasabah harus
mengembalikan semua modal usaha lembaga keuangan.
b. Dalam hal terjadi kerugian, maka akan menjadi tanggungan lembaga
keuangan, kecuali bila kerugian diakibatkan oleh kelalaian nasabah.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, lembaga
keuangan harus memahami karateristik risiko usaha tersebut dan kerja
sama dengan nasabah untuk mengatasi berbagai masalah.
2. Aplikasi (dalam Konteks Pembiayaan)
a. Pembiayaan modal kerja, modal bagi perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri, perdagangan, dan jasa.
b. Pembiayaan investasi, untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva
tetap dan sebagainya.
c. Pembiayaan investasi khusus, bank bertindak dan memosisikan diri
sebagai arranger yang mempertemukan kepentingan pemilik dana,
seperti yayasan dan lembaga keuangan non-bank, dengan pengusaha
yang memerlukan.

Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 26


28
3. Praktik Pembiayaan Mudharabah
a. Penempatan dana dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad
jual beli maupun syirkah atau kerja sama bagi hasil. Jika pembiayaan
berakad jual beli (bai bil tsaman al-ajul dan murabahah), maka bank
akan mendapatkan margin keuntungan.
b. Pembagiannya tidak begitu rumit. Namun, jika pembiayaan berkaitan
dengan akad syirkah (musyarakah dan mudharabah), maka
pembiayaan ini membutuhkan perhitungan-perhitungan yang cukup
njlimet.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua belah
pihak dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil), yaitu
a) Nisbah bagi hasil yang disepakati,
b) Tingkat keuntungan bisnis aktual yang didapat. Oleh karena itu,
bank sebagai pihak yang memiliki dana akan melakukan
perhitungan nisbah yang ada dijadikan kesepakatan pembagian
pendapatan.

H. Berakhirnya Akad Mudharabah


1. Masing-masing pihak menyatakan akad batal, pekerja dilarang untuk
bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau pemilik modal
menarik modalnya.
2. Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jika pemilik modal yang
wafat, menurut jumhur ulama, akad tersebut batal, karena akad
mudharabah sama dengan akad wakalah (perwakilan yang gugur
disebabkan wafatnya orang yang mewakilkan. Disamping itu, jumhur
ulama berpendapat bahwa akad mudharabah tidak bisa diwariskan. Akan
tetapi ulam madzhab maliki berpendapat bahwa jika salah seorang yang
berakad itu meninggal dunia, akadnya tidak batal, tetapi tidak
dilanjutkan oleh ahli warisnya karena, menurut mereka akad
mudhharabah bisa diwariskan.

Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 27


29
3. Salah seorang yang berakad gila, karena orang yang gila tidak cakap lagi
bertindak hukum.
4. Pemilik modal murtad (keluar dari agama islam), menurut imam abu
hanifah, akad mudharabah batal.
5. Modal habis ditangan pemilik modal sebelum dikelola oleh pekerja.
Demikian juga halnya, mudharabah batal apabila modal tersebut
dibelanjakan oleh pemilik modal sehingga tidak ada lagi yang bisa
dikelola oleh pemilik modal sehingga tidak ada lagi yang bisa dikelola
oleh pekerja.

I. Contoh Mudharabah
Contoh mudharabah antar dua pihak saja yaitu shahibul maal yang
bermitra dengan mudharib untuk usaha percetakan selama 9 bulan. Shahibul
Maal memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 20 juta. Kedua belah
pihak sepakat dengan nisbah bagi hasil 40:70 (40% keuntungan
untuk shahibul maal).
Setelah mudharib menjalankan usaha selama 9 bulan, modal usaha
telah berkembang menjadi Rp. 35 juta, sehingga diperoleh keuntungan
sebesar Rp. 15 Juta (Rp. 35 juta – Rp. 20 Juta). Maka, shahibul maal berhak
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3 Juta (40% x Rp. 6 juta) dan sisanya
sebesar Rp. 9 juta menjadi hak mudharib.

J. Hikmah Mudharabah
Islam mensyariatkan akad kerja sama mudharabah untuk memudahkan
orang, karena sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu
mengelolanya dan disana ada juga orang yang tidak memiliki harta namun
memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengembangkannya. Maka
syariat membolehkan kerja sama ini agar mereka bisa saling mengambil
manfaat di antara mereka. Shohib al mal (investor) memanfaatkan keahlian
mudharib (pengelola) dan mudharib (pengelola) memanfaatkan harta dan
dengan demikian terwujudlah kerja sama harta dan amal. Allah ta’ala tidak

30
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA
28
mensyariatkan satu akad kecuali untuk mewujudkan kemaslahatan dan
menolak kerusakan.

K. Undang-Undang Tentang Mudharabah


Didalam Undang-undang republik Indonesia nomor 21 tahun 2008
pasal 1 tentang perbankan syariah yang berbunyi: “Tabungan adalah
Simpanan berdasarkan Akad wadi'ah atau Investasi dana berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dan Deposito adalah
Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan
dan Bank Syariah dan atau UUS”

L. Persamaan Dan Perbedaan Syirkah Dan Mudharabah


1. Persamaan
Syirkah dan mudharabah adalah dua jenis perjanjian bisnis yang
menggunakan prinsip bagi hasil dalam mengelola modal dan menghasilkan
keuntungan. Persamaan kedua jenis perjanjian ini adalah bahwa kedua pihak
yang terlibat dalam perjanjian tersebut berbagi risiko dan keuntungan secara
adil.
2. Perbedaan
a. Di dalam syirkah semua memiliki kontribusi yang sama di dalam
usaha, sedangkan di dalam mudharabah terdapat pemilik modal dan
pengelola modal.
b. Modal di dalam syirkah berwujud barang, sedangkan
didalam mudharabah diharuskan berupa uang.
c. Kerugian di dalam syirkah ditanggung bersama, sedangkan di
dalam mudharabah kerugian ditanggung pemilik modal.

31
Bahan Ajar Fiqih SMA/MA 29

Anda mungkin juga menyukai