Anda di halaman 1dari 3

Manaqib Al Imam Quthbil Ghauts Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas Shahibul Qirthas,

Huraidhah
Di sarikan dari buku Sekilas tentang Habib Ahmad bin Hasan al-’Atthas, karya Habib Novel
Muhammad al-’Aydrus, Putera Riyadi, Solo, 2003
Nasab :
Beliau adalah Al-Habib Ahmad bin
Hasan bin Abdulloh bin Ali bin
Abdulloh bin Muhammad bin Muhsin bin Imam Husein bin al-Quthb al-Kabiir Umar bin
Abdurrohman bin Aqil al-'Atthos bin Salim bin Abdulloh bin Abdurrohman bin Abdulloh bin al-
Quthb Abdurrohman as-Segaf bin
Muhammad Maula Dawileh bin Ali
bin Alwi bin al-Ustadz al-'Adhom
al-Faqih al-Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi'
Qosam bin Alwi bin Muhammad Shohib Shouma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin al-Muhajir
Ilalloh Ahmad bin Isa bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Imam Jakfar ash-
Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam as-Sibth al-Husein bin al-Imam
Amiril
Mukminin Ali bin Abi Thalib suami
az-Zahro Fatimah al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.
MASA KECIL
Beliau dilahirkan di Huraidhoh, Hadhramaut (Yaman) pada hari Selasa 19 Ramadhan 1257 H.
Ketika masih dalam umur penyusuan, ia terkena penyakit mata yang ganas hingga hilang
penglihatannya. Ibu beliau merasa sedih lalu mendatangi al-Habib Sholeh bin Abdulloh
al-'Atthos. Ia letakkan bayi mungil itu di depan Habib Sholeh, lalu menangis sekuat-kuatnya.
"Apa yang dapat kami perbuat
dengan anak yang buta ini?" kata ibunya dengan suara sedih.
Habib Sholeh menggendong bayi itu, lalu memandangnya dengan tajam. "Ia akan memperoleh
kedudukan yg tinggi. Masyarakat akan berjalan di bawah naungan dan keberkahannya. Ia akan
mencapai maqom kakeknya, Umar bin Abdurrohman al-'Atthos." , kata Habib Sholeh Mendengar
ini, ibu beliau pun merasa terhibur.
Sejak itu Habib Ahmad memperoleh perhatian khusus dari Habib Sholeh. Kadang bila melihat
Habib Ahmad berjalan menghampirinya, Habib Sholeh berkata, "Selamat datang pewaris sir
Umar bin Abdurrohman."
Kemudian Habib Sholeh memboncengkan dia di
tunggangannya.
Pada kesempatan lain Habib Sholeh berkata kepada beliau, "Kau mendapat madad khusus dari
kakekmu Umar bin Abdurrohman."
PENGLIHATAN BATIN
Meski kehilangan kedua penglihatannya, Habib Ahmad bin Hasan tampak seperti orang yang
dapat melihat dengan baik. Allah mengganti penglihatan lahiriahnya
dengan penglihatan batiniah.
Hal ini terbukti dalam beberapa peristiwa, baik ketika beliau masih kecil maupun setelah
mencapai usia lanjut. Seakan Alloh SWT ingin menunjukkan kepada orang-orang yang hidup
sejamannya makna firman-Nya:
" Karena sesungguhnya bukanlah
mata yang buta, tapi yang buta
adalah hati yang ada di dalam dada." (Q.S. al-Haj, 22:46)
Sebagaimana manusia, semua
hewan juga memiliki cahaya mata dhohir, tapi cahaya mata hati (bashiroh) hanya dimiliki oleh
orang-orang yg telah dipersiapkan Alloh untuk dekat dengan-Nya.
Habib Ahmad sering memberitahu
hal-hal yang luput dari pandangan para sahabatnya. Sebagaimana manusia, semua hewan juga
memiliki cahaya mata dhohir, tapi cahaya mata hati (bashiroh) hanya dimiliki oleh orang-orang
yang telah dipersiapkan Alloh untuk dekat dengan-Nya .
Habib Ahmad sering memberitahu
hal-hal yang luput dari pandangan para sahabatnya. Habib Umar bin Muhammad al-'Atthos
bercerita,
"Ketika masih kecil, aku suka
bermain-main dengan Akh Ahmad bin Hasan dan Akh Abdulloh bin Abubakar bin Abdulloh di
jalanan kota.
Usia kami sebaya, aku sering
mendengar masyarakat memperbincangkan kewalian dan kasyf-kasyf Akh Ahmad bin Hasan,
namun aku belum pernah membuktikannya.
Suatu hari aku berkata pada Akh Abdulloh bin Abubakar, "Mari kita buktikan omongan
masyarakat malam ini. Jika ia memang seorang wali, kita akan membenarkannya, tapi jika itu
hanya kabar bohong, kita akan membuatnya menderita."
Kami menggali lubang di dekat
tempat kami bermain lalu kami tutup dengan tikar.
Setelah tiba saat bermain, aku berkata pada pada Akh Ahmad bin Hasan, "Malam ini kita adakan
lomba lari." Kami tempatkan ia di tengah2, tepat ke arah lubang yang baru kami gali. Kami lalu
berlari sambil berteriak, "Ayo lari...lari...!"
Ketika sudah dekat dengan lubang itu, Akh Ahmad melompat seperti seekor kijang.
Mulanya kami kira kejadian ini hanya suatu kebetulan, kami pun mengajaknya berlomba lagi.
Tapi ketika sampai di depan lubang, ia melompat seperti sebelumnya.
Saat itu kami sadar bahwa ia
memang bukan manusia biasa.
Pernah ada lelaki datang menemui beliau dengan membawa uang 1 dirham yang ia temukan di
jalan.
Di permukaan dirham itu tertulis
sesuatu yang sulit dibaca karena dirham itu sudah terlalu tua.
Beliau meraba dirham tersebut, lalu berkata kepada murid beliau, Syeikh Muhammad bin Awudh
Ba Fadhl, "Coba perhatikan dengan teliti, apa yang tertulis di permukaan dirham ini."
Ia mencoba membacanya, tapi tidak berhasil.
Beliau kemudian berkata,
"Mungkin ini adalah jenis dirham ash-Shomadiah yang dikeluarkan oleh Sulaiman bin Abdul
Malik al-Umawi. Pada sisi yang satu tertulis surat al-Ikhlas dan pada sisi lain tertulis: Laa ilaaha
'illallaah wahdahu laa syariikalahu,lahulmulku wa lahulhamdu wahuwa 'alaa kulli syay'in qodiir."
Syeikh Muhammad lalu mencoba melihat mata uang itu dengan lebih teliti, ternyata benar apa
yang ducapkan Habib Ahmad bin Hasan.
Nama raja Sulaiman bin Abdul Malik al-Umawi tertulis melingkari mata uang tersebut dengan
tulisan kufi tanpat titik dan dengan aturan yang aneh.
Sumber : https://ahlulbaitrasulullah blogspot com

Anda mungkin juga menyukai