Anda di halaman 1dari 8

Nama : Anita Komala Putri

NIM : 2300450
Jawaban UTS Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, Kelas 2A

No. 1
Bagian a :
Berikut beberapa alasan mengapa manusia percaya adanya tuhan
-Warisan Budaya: Keyakinan dalam Tuhan sering kali ditransmisikan melalui warisan budaya
dari generasi ke generasi. Jadi, seseorang mungkin percaya pada Tuhan karena pengaruh dari
keluarga, masyarakat, atau budaya mereka.
-Pengalaman Pribadi: Banyak orang merasa bahwa mereka telah mengalami keberadaan
Tuhan melalui pengalaman pribadi seperti doa yang terjawab, perasaan kedekatan spiritual,
atau kejadian-kejadian yang tampaknya tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.
-Penjelasan atas Ketidakpastian: Keyakinan dalam Tuhan dapat menjadi cara untuk
menjelaskan fenomena-fenomena alam yang kompleks atau kejadian-kejadian yang tidak
dapat dijelaskan dengan logika atau ilmu pengetahuan saat ini.
-Kesaksian Agama dan Ajaran: Ajaran agama dan kesaksian dari para penganutnya sering kali
menjadi faktor penting dalam mempengaruhi keyakinan seseorang pada adanya Tuhan.

Dan berikut beberapa alasan mengapa Tuhan manusia itu berbeda-beda


-Warisan Budaya dan Sejarah: Agama-agama sering kali berkembang dalam konteks budaya
dan sejarah yang berbeda. Oleh karena itu, perbedaan dalam keyakinan tentang Tuhan sering
kali mencerminkan perbedaan dalam budaya, tradisi, dan sejarah masyarakat yang berbeda.
-Interpretasi dan Penafsiran: Setiap agama memiliki teks-teks suci atau ajaran-ajaran yang
membentuk landasan keyakinan mereka tentang Tuhan. Namun, interpretasi dan penafsiran
terhadap teks-teks ini dapat bervariasi di antara pengikut agama yang berbeda, menghasilkan
pemahaman yang berbeda tentang sifat, atribut, dan kehendak Tuhan.
-Konteks Sosial dan Geografis: Faktor-faktor seperti lingkungan geografis, politik, sosial, dan
ekonomi juga dapat memengaruhi perkembangan dan penyebaran agama-agama di berbagai
wilayah. Hal ini dapat menghasilkan variasi dalam keyakinan tentang Tuhan di antara
kelompok-kelompok manusia yang berbeda.
-Pengaruh Kepemimpinan dan Pengajaran: Pemimpin agama dan para pengajar memiliki
peran yang penting dalam membentuk keyakinan dan praktik keagamaan dari pengikut
mereka. Perbedaan dalam pengajaran dan interpretasi dari para pemimpin agama ini dapat
menyebabkan variasi dalam keyakinan tentang Tuhan di antara komunitas agama yang
berbeda.
-Pengaruh Budaya Populer dan Globalisasi: Dalam era globalisasi, budaya populer dan media
massa memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk persepsi dan keyakinan tentang
Tuhan. Hal ini dapat menghasilkan campuran dan variasi dalam keyakinan agama di antara
individu-individu yang terpengaruh oleh berbagai pengaruh budaya.

Bagian b:
Tanpa Nabi dan Rasul, manusia mungkin akan mencari cara lain untuk menyembah Tuhan,
tapi kepercayaannya mungkin tidak sekuat yang dibawa oleh Nabi dan Rasul. Fungsi utama
mereka adalah sebagai perantara antara manusia dan Tuhan, memberikan ajaran dan contoh
moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, meskipun manusia mungkin akan
beragama tanpa mereka, peran Nabi dan Rasul sangat penting dalam membentuk dan
memperkuat kepercayaan dan prinsip-prinsip moral agama.

Bagian c:
Untuk menjelaskan secara ilmiah bahwa Allah SWT adalah Tuhan saya dan Tuhan Yang
Maha Esa, kita dapat mengacu pada beberapa prinsip dan konsep dalam ilmu agama dan
filsafat.
-Konsep Monoteisme: Dalam ilmu agama, konsep monoteisme adalah keyakinan akan
adanya satu Tuhan yang Maha Esa. Dalam konteks Islam, Allah SWT diajarkan sebagai satu-
satunya Tuhan yang layak disembah, tidak ada Tuhan selain-Nya. Ini ditegaskan dalam
banyak ayat Al-quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
-Bukti Kebesaran Allah dalam Alam Semesta: Kita dapat menggunakan argumen kosmologis
dan teleologis untuk menunjukkan keberadaan Allah sebagai pencipta dan pengatur alam
semesta. Dari hukum-hukum fisika dan keunikan desain dalam alam, kita dapat
menyimpulkan adanya kekuatan ilahi yang mengatur segalanya.
-Pemahaman Konseptual Allah dalam Islam: Dalam Islam, Allah SWT didefinisikan sebagai
Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Kuasa, dan Maha Pengasih. Konsep-konsep
ini dapat dijelaskan secara ilmiah dengan merujuk pada sifat-sifat ilahi yang tercermin dalam
alam semesta dan kehidupan manusia.
Bukti-bukti Al-Quran dan Sunnah: Dalam ilmu agama Islam, Al-Quran dianggap sebagai
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sunnah, atau ajaran-ajaran
Nabi, juga menjadi sumber otoritatif dalam pemahaman tentang Allah. Oleh karena itu, kita
dapat menggunakan bukti-bukti dari Al-Quran dan hadis untuk mendukung klaim bahwa
Allah SWT adalah Tuhan saya dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menggabungkan bukti-bukti dari ilmu agama, filsafat, dan pemahaman konseptual,
kita dapat menjelaskan secara ilmiah bahwa Allah SWT adalah Tuhan saya dan Tuhan Yang
Maha Esa dalam konteks Islam.
No. 2
Bagian a:
-Pandangan Filsafat:
Filsafat sering memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kemampuan
untuk berpikir, merasakan, dan bertindak secara bebas. Manusia dianggap sebagai makhluk
yang unik dengan kemampuan untuk merenungkan arti dan tujuan hidupnya, serta memiliki
potensi untuk berkembang dan mencapai kesempurnaan. Filsafat juga sering menekankan
pentingnya moralitas, etika, dan kebebasan sebagai bagian integral dari manusia.
-Pandangan Ilmu Pengetahuan:
Ilmu pengetahuan memandang manusia sebagai organisme biologis yang berevolusi dari
nenek moyang bersama dengan spesies lainnya. Manusia dipahami sebagai makhluk yang
berkembang dan beradaptasi dengan lingkungannya melalui proses evolusi. Ilmu
pengetahuan juga menyoroti aspek-aspek psikologis, sosial, dan kognitif manusia, serta
menjelaskan berbagai fungsi tubuh, otak, dan proses kognitif manusia dengan pendekatan
ilmiah.
-Pandangan al-Qur'an:
Dalam al-Qur'an, manusia dianggap sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang diberikan
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menjaga bumi dan segala isinya. Manusia dianggap
sebagai makhluk yang memiliki akal, kemampuan berpikir, dan kebebasan memilih antara
kebaikan dan keburukan. Al-Qur'an menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang saleh,
mengasihi sesama, dan taat kepada Allah sebagai bagian dari peran manusia di dunia ini.

Bagian b:
Dalam pandangan al-Qur'an, dua tugas utama manusia di dunia adalah:
-Khalifah Allah (Wakil Allah):
Manusia dianggap sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berarti mereka adalah
perwakilan atau wakil Allah di dunia ini. Tugas utama mereka adalah menjaga dan mengelola
bumi serta segala isinya dengan baik dan bijaksana. Ini mencakup tanggung jawab untuk
merawat alam, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memanfaatkan sumber daya alam
dengan penuh tanggung jawab. Manusia diminta untuk berperilaku adil, menjaga kedamaian,
dan berperan aktif dalam membangun masyarakat yang berkeadilan dan harmonis.
-Beribadah kepada Allah:
Selain sebagai khalifah Allah, manusia juga diperintahkan untuk beribadah kepada Allah. Ini
mencakup menjalankan ibadah-ibadah ritual seperti salat (sembahyang), puasa, zakat
(sumbangan), dan haji, serta mematuhi ajaran-ajaran moral dan etika yang diajarkan dalam
al-Qur'an. Dengan menjalankan ibadah kepada Allah, manusia diharapkan untuk memperkuat
ikatan spiritual mereka dengan Sang Pencipta, mendekatkan diri kepada-Nya, dan mencapai
kesempurnaan dalam akhlak dan karakter.
Kedua fungsi ini saling terkait dalam pandangan al-Qur'an. Ketika manusia menjalankan
tugasnya sebagai khalifah Allah dengan baik, mereka secara otomatis juga menjalankan
ibadah kepada Allah. Melalui tindakan menjaga dan mengelola bumi dengan penuh tanggung
jawab, manusia menunjukkan ketaatan dan penghormatan kepada Sang Pencipta. Sebaliknya,
melalui ibadah kepada Allah, manusia diberdayakan dan diberi petunjuk moral yang
diperlukan untuk menjalankan peran mereka sebagai khalifah Allah dengan lebih baik.
Dengan demikian, keterkaitan antara kedua fungsi ini menciptakan keselarasan dalam hidup
manusia dalam menjalankan peran mereka di dunia ini.

Bagian c:
Secara ilmiah, pernyataan bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah tidak dapat dibuktikan
karena sifatnya yang berkaitan dengan keyakinan agama dan metafisika, bukan ranah sains
yang dapat diuji secara empiris. Namun, saya sendiri meyakini bahwa alam semesta adalah
ciptaan Allah dapat menggunakan argumen-argumen filosofis dan kosmologis untuk
mendukung pandangan mereka.
-Argumen Teleologis: Argumen ini mengatakan bahwa desain kompleks dan keteraturan
dalam alam semesta menunjukkan adanya desainer yang cerdas, yaitu Allah. Contohnya,
ketika kita melihat keindahan dan kompleksitas dalam struktur molekuler atau sistem tata
surya, kita bisa menganggap bahwa ada sebuah kecerdasan di balik desain tersebut.
-Argumentasi Kosmologis: Argumen kosmologis berpendapat bahwa alam semesta memiliki
awal atau penyebab pertama, dan ini menimbulkan pertanyaan tentang apa atau siapa yang
menciptakannya. Para penganut keyakinan agama sering mengaitkan penyebab pertama ini
dengan Allah.
-Keteraturan Alam: Sifat-sifat alam semesta yang konsisten dan dapat diprediksi oleh hukum-
hukum fisika juga dapat dilihat sebagai bukti desain yang cerdas, yang mengarah pada
keyakinan akan adanya pencipta, yaitu Allah..

No. 3
Bagian a:
Tiga aspek pokok dalam agama Islam meliputi:
1. Aqidah (Keimanan): Ini berkaitan dengan keyakinan dasar tentang Allah, para rasul-Nya,
kitab-Nya, malaikat, hari kiamat, dan qadar (ketentuan Allah). Contohnya, kepercayaan
kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Muhammad sebagai rasul-Nya.
2. Syariah (Hukum Islam): Ini mencakup aturan-aturan yang diatur dalam Islam untuk
mengatur kehidupan sehari-hari umat Muslim, mulai dari ibadah, muamalah (transaksi),
hingga etika dan moral. Contohnya, kewajiban shalat lima waktu dan hukum-hukum
mengenai perdagangan halal.
3. Akhlak (Moralitas): Ini mengacu pada perilaku dan sikap yang diharapkan dari seorang
Muslim, seperti jujur, adil, dan berbuat baik kepada sesama. Contohnya, menolong orang
yang membutuhkan dan menjauhi perilaku yang tercela seperti mendustai dan mencuri.

Bagian b:
kerangka dasar agamaIslam terdiri atas:
1. Aqidah
2. Syari'ah
3. Akhlak

Bagian c:
Keterkaitan antara tiga aspek pokok dalam dinul Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Aqidah (Keimanan): Aqidah yang kokoh menjadi dasar bagi pemahaman dan pelaksanaan
syariah serta akhlak yang baik. Keyakinan dalam keesaan Allah dan rasul-Nya memengaruhi
cara seseorang memahami dan menjalankan hukum-hukum Islam serta perilaku moral.
2. Syariah (Hukum Islam): Syariah memberikan kerangka kerja untuk menjalankan aqidah
dalam kehidupan sehari-hari. Aturan-aturan hukum Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan
haji, berasal dari aqidah yang diyakini oleh umat Islam. Selain itu, syariah juga mengatur
muamalah (transaksi) dan tata cara beribadah yang sesuai dengan kepercayaan aqidah.
3. Akhlak (Moralitas): Akhlak yang baik merupakan hasil dari pemahaman yang benar
terhadap aqidah dan penerapan syariah dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan yang kuat
kepada Allah dan pemahaman yang baik terhadap hukum Islam akan membentuk perilaku
moral yang baik, seperti jujur, adil, dan kasih sayang terhadap sesama.
Dengan demikian, ketiga aspek ini saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain
dalam membentuk karakter dan praktek kehidupan seorang Muslim. Aqidah menjadi
landasan, syariah menjadi panduan, dan akhlak menjadi hasil dari pengamalan yang konsisten
dari kedua aspek sebelumnya.

No. 4
Bagian a:
Ulama Salafi mengakui tiga sumber utama hukum Islam, yang disebut sebagai "Usul al-
Fiqh," yang meliputi:
1. Al-Quran: Al-Quran dianggap sebagai sumber utama hukum Islam karena dianggap
sebagai wahyu langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Quran berisi
petunjuk-petunjuk langsung dari Allah mengenai berbagai aspek kehidupan manusia,
termasuk hukum-hukumnya.
2. Sunnah (Hadis): Sunnah merujuk pada tradisi atau tindakan Nabi Muhammad SAW, yang
termaktub dalam hadis. Ulama Salafi menganggap hadis-hadis yang sahih (otentik) sebagai
sumber hukum Islam yang penting. Sunnah memberikan penjelasan dan contoh konkret
tentang bagaimana Al-Quran harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ijma' (Konsensus Umat): Ijma' adalah kesepakatan para ulama Islam yang diakui secara
luas dalam suatu masalah hukum tertentu setelah kematian Nabi Muhammad SAW. Ulama
Salafi memandang ijma' sebagai sumber hukum yang penting, karena merupakan manifestasi
kesepakatan umat Islam yang dipandang sebagai indikasi kebenaran hukum tersebut.
Dengan menggabungkan Al-Quran, Sunnah, dan Ijma', para ulama Salafi menggunakan
metodologi tertentu untuk menentukan hukum-hukum Islam, yang meliputi analisis teks Al-
Quran dan hadis, serta mencari konsensus di antara ulama-ulama Muslim dalam suatu
periode tertentu.

Bagian b:
Keterkaitan antara tiga sumber hukum Islam menurut ulama Salafi adalah sebagai berikut:
1. Al-Quran dan Sunnah: Al-Quran memberikan prinsip-prinsip dasar, sementara Sunnah
memberikan penjelasan dan contoh konkret tentang penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Al-Quran, Sunnah, dan Ijma': Ijma' (konsensus ulama) memberikan validasi tambahan
terhadap hukum-hukum yang ditemukan dalam Al-Quran dan Sunnah, memastikan bahwa
hukum tersebut diakui secara luas oleh umat Islam.
Dengan demikian, Al-Quran dan Sunnah adalah sumber utama hukum Islam, sementara Ijma'
memberikan dukungan tambahan dalam menetapkan hukum-hukum yang berlaku.

Bagian c :
Mengaktualisasikan Al-Quran dalam kehidupan sekarang berarti menerapkan nilai-nilai dan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Quran dalam tindakan sehari-hari, seperti berperilaku
jujur, adil, dan kasih sayang, menjalankan ibadah, dan menjadi teladan dalam masyarakat.

No. 5
Bagian a:
Iya, ijtihad tetap diperlukan karena situasi dan tantangan zaman modern yang terus berubah,
serta untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan kebutuhan dan konteks masyarakat saat ini.

Bagian b:
Memahami ijtihad penting karena:
1. Memungkinkan pemahaman Islam yang lebih dalam.
2. Menyesuaikan ajaran Islam dengan perubahan zaman.
3. Mengatasi keterbatasan hukum tradisional.
4. Mendorong inovasi dalam pemikiran Islam.
5. Memberikan solusi yang relevan terhadap masalah kontemporer.
REFERENSI
Nurjaman, A. R. (2020). Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara.
Nikmatullah, C. (2022). MANUSIA DAN ALAM: TELAAH REFLEKTIF TERHADAP
PERAN DAN FUNGSI SEBAGAI SUBJEK DAN OBJEK DALAM PENDIDIKAN
ISLAM. Journal of Innovation Research and Knowledge, 1(10), 1197-1212.
UMUM, T., & MATERI, P. P. (2022). BAB 2 DINUL ISLAM. Pendidikan Agama Islam:
Berbasis General Education, 17.
Budiarto, D. (2019). Sumber Hukum Islam yang Disetujui Oleh Para Ulama Ushul Fiqih.
Sukabumi: Farha Pustaka.
Firdaus, M. I., Ahmad, S. N., & Putro, Y. A. S. (2022). Kajian Filsafat Hukum Islam (Tafsir
dan Ijtihad Sebagai Alat Metodologi Pengalian Hukum Islam). Al-Thiqah: Jurnal Ilmu
Keislaman, 5(2), 42-50.

Anda mungkin juga menyukai