FISIOLOGI TERNAK
SUHU TUBUH DAN UJI KEBUNTINGAN
Oleh:
Nama : Adit Tiyo Purnomo
NIM : D1A023060
Kelompok : 2D
Asisten : Syifa Nayami Hikmatul Waliy
I.1 Melihat Pengaruh Luar terhadap Suhu Tubuh Katak dan Hambatan Eliminasi Panas
I.1.1 Hasil
60
50
40
air tanpa minyak
30 air dengan minyak
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
No Waktu Suhu
Becker glass dengan isi hanya air Becker glass dengan
isi air yang
dicampur dengan
minyak
1 0 menit 61 ℃ 60 ℃
(sebelum
dimasukan air)
2 1 menit 60 , 5 ℃ 60 ℃
3 2 menit 60 ℃ 59 ℃
4 3 menit 59 ℃ 59 ℃
5 4 menit 58 , 5℃ 59 ℃
6 5 menit 58 ℃ 58 , 5℃
140
120
100
80
kendi yang tidak di cat
60 kendi yang di cat
40
20
0
1 2 3 4 5 6
No Waktu Suhu
2 1 menit 63 ℃ 59 ℃
3 2 menit 62 ℃ 58 ℃
4 3 menit 61 ℃ 58 ℃
5 4 menit 60 ℃ 57 ℃
6 5 menit 59 ℃ 56 ℃
suhu katak
36
35
34
33 suhu katak
32
31
30
29
1 2
No Suhu Keterangan
1 31 ℃ Suhu katak sebelum dimasukan ke dalam air panas
I.1.2 Pembahasan
IV.1.2 Pembahasan
Sistem pengaturan panas secara homoiterm yaitu suhu tubuh tidak terpengaruhi
oleh lingkungan atau cenderung stabil. Sistem pengaturan panas pada tubuh manusia
yaitu secara homoiterm. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maulidina (2016) yang
menyatakan bahwa homoiterm yaitu suhu tubuh menyesuaikan dengan lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi di antaranya umur, olahraga,
hormon, waktu, stres, dan lingkungan. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas dan
lansia sensitif terhadap suhu ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol yaitu
penurunan aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Friedman (1998) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap
termoregulasi atau keseimbangan suhu tubuh. Anak-anak memiliki suhu tubuh yang
biasanya lebih tinggi daripada orang dewasa, sedangkan pada usia lanjut ataupun bayi
yang baru lahir suhunya lebih rendah sehingga dari hal tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa semakin bertambahnya usia maka suhu tubuh akan semakin rendah.
Hipotermia yaitu situasi dimana mekanisme pengeluaran panas tidak terkontrol
akibat paparan terus - menerus terhadap dingin. Suhu 35 oC biasanya akan memberikan
efek gemetar dan depresi dan pada suhu 34,4 oC frekuensi jantung dan nafas mulai
menurun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulya (2020) yang menyatakan bahwa
hipotermia terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan,
terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan penurunan suhu ruangan. Pengaturan
suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedangkan
produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme dari
sel-sel tubuh waktu istirahat.
Suhu tubuh merupakan ukuran dari kemampuan tubuh dalam menghasilkan dan
menghilangkan panas di dalamnya. Kondisi tersebut biasanya dipicu oleh beberapa hal,
seperti suhu lingkungan atau kondisi kesehatan seseorang. Normalnya, suhu tubuh akan
berubah-ubah tergantung pada aktivitas yang dilakukan di lingkungan tertentu. Suhu
normal tubuh manusia adalah berkisar 36,5 sampai 37,5 derajat celcius. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Prayogo et al. (2017) yang menyatakan bahwa suhu tubuh
normal manusia adalah 36,5 derajat celcius sampai 37,5 derajat celcius
Penyakit yang menyerang termoregulasi ada tiga yaitu demam, hipertermia, dan
hipotermia. Demam merupakan mekanisme keluaran panas tidak mampu mengeluarkan
panas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sari dan Ariningpraja (2021) yang
menyatakan bahwa demam merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh diatas rentang
suhu normal. Demam juga dapat di definisikan sebagai peningkatan suhu >38,3°C, namun
ada juga yang mendefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh 38°C. Demam bergantung
dengan hipotalamus yang merupakan bagian otak yang mengatur suhu tubuh dan
merupakan lokasi suhu tubuh tertinggi.
IV.2.2 Pembahasan
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Termoregulasi pada makhluk hidup dibagi menjadi dua yaitu poikiloterm dan
homoioterm.
2. Penyakit-penyakit yang dapat menyerang termoregulasi, antara lain demam,
hipertemia, dan hipotermia.
3. Katak termasuk jenis poikiloterm karena suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
4. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi termoregulasi, diantaranya,
faktor umur, olahraga, hormone, waktu, stress, dan lingkungan.
5. Terdapat beberapa metode pemeriksaan kebuntingan yaitu No Return To Estrus,
Palpasi Rektal, Ultrasonografi, Diagnosa Imunologi, Punyakoti, dan Diagnosa Hormon.
V.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih memperhatikan asisten Ketika menjelaskan materi sehingga
praktikan bisa lebih memahami materi yang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiaramanti, T., & Sukiya, S. 2016. Keanekaragaman Anggota Ordo Anura di Lingkungan
Universitas Negeri Yogyakarta. Journal Biologi. 5(6):62-72.
Dartiwen. I. Anggita, dan P. Apriliani. 2020. Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan. Deepublish Publisher. Yogyakarta
Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga, Text Book Of Family Nursing. Penerbit EGC.
Jakarta.
Maulidina, I. 2016. Kondisi Hematologik (Hb, Eritrosit, Leukosit, Dan Hematokrit) Itik
Cihateup Fase Grower Yang Diberi Fructooligosaccharide (Fos) dalam Kondisi
Pemeliharaan Minim Air. Students E-Journal. (1): 1-11.
Pertiwi, K., D. Ristiana., N. Isnaini., dan G. Prajitno. 2015. Uji konduktivitas termal pada
interaksi dua logam besi (Fe) dengan 3 variasi bahan berbentuk silinder. Surabaya:
Fakultas MIPA Institu Teknologi Sepuluh November. 1: 2-3.
Prayogo, I., R. Alfita, dan K. A. Wibisono. 2017. Sistem monitoring denyut jantung dan
suhu tubuh sebagai indikator level kesehatan pasien berbasis iot (internet of thing)
dengan metode fuzzy logic menggunakan android. Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer TRIAC. 4(2):33-39.
Rinawati. 2021. Buku ipa terpadu: ilmu pengetahuan alam kurikulum 2013 untuk kelas VII.
Pustaka Rumah Cinta. Magelang.
Sari, E,K dan Ariningpraja, R, T. 2021. Demam: Mengenal Demam dan Aspek
Perawatannya. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Satria, M., Siregar, T,N., Sayuti, A., Melia, J., Hamdan., Rosmaidar., Harris, A. 2016.
Pemeriksaan ultrasonografi transcutaneus pada kambing kacang (Capra Sp.).
Jurnal medika veteran. 10(2):77-80.
Syaiful, F. L., Lendrawati, and T. Afriani. 2017. Akurasi Deteksi Kebuntingan Dini Sapi Pesisir
Pada Berbagai Biji-Bijian Tanaman terhadap Metode Uji Punyakoti. UNES Journal of
Scientech Research 2(2):121-126. Supriyanto, S., Pramu, P., dan Ahadiati, N. 2016.
Ultrasonografi perkembangan folikel ovaria selama siklus estrus dan kebuntingan
awal pada sapi peranakan ongole (PO). Jurnal Pengembangan Penyuluhan
Pertanian. 13(23): 82-96.
Wati, T., Pawitan, H., & Sopaheluwakan, A. 2015. Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap
Proses Evaporasi Pada Interval Waktu Yang Berbeda. Jurnal Meteorologi Dan
Geofisika. 16(3):155-165.