Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK
SUHU TUBUH DAN UJI KEBUNTINGAN

Oleh:
Nama : Adit Tiyo Purnomo
NIM : D1A023060
Kelompok : 2D
Asisten : Syifa Nayami Hikmatul Waliy

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK TERAPAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2024
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1 Melihat Pengaruh Luar terhadap Suhu Tubuh Katak dan Hambatan Eliminasi Panas
I.1.1 Hasil

No. Gambar Keterangan


1. Kendi yang dicat

2. Kendi tanpa dicat

3. Air dengan campuran minyak


4. Air tanpa campuran minyak

5. Katak yang akan dicelupkan


pada air panas
70

60

50

40
air tanpa minyak
30 air dengan minyak

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7

No Waktu Suhu
Becker glass dengan isi hanya air Becker glass dengan
isi air yang
dicampur dengan
minyak

1 0 menit 61 ℃ 60 ℃
(sebelum
dimasukan air)
2 1 menit 60 , 5 ℃ 60 ℃
3 2 menit 60 ℃ 59 ℃
4 3 menit 59 ℃ 59 ℃
5 4 menit 58 , 5℃ 59 ℃
6 5 menit 58 ℃ 58 , 5℃
140

120

100

80
kendi yang tidak di cat
60 kendi yang di cat

40

20

0
1 2 3 4 5 6

No Waktu Suhu

Kendi tanpa di cat Kendi yang di cat


1 0 menit (sebelum 65 ℃ 59 ℃
dimasukan air)

2 1 menit 63 ℃ 59 ℃

3 2 menit 62 ℃ 58 ℃

4 3 menit 61 ℃ 58 ℃

5 4 menit 60 ℃ 57 ℃

6 5 menit 59 ℃ 56 ℃
suhu katak
36

35

34

33 suhu katak

32

31

30

29
1 2

No Suhu Keterangan
1 31 ℃ Suhu katak sebelum dimasukan ke dalam air panas

2 35 ℃ Suhu katak sesudah dimasukan ke dalam air panas

I.1.2 Pembahasan

Termoregulasi adalah kemampuan untukmenyeimbangkan antara produksi pa


nas dan hilangnyapanas dalam rangka menjaga suhu tubuh.
Hal tersebutsesuai dengan pernyataan Iswanti et al. (2014)
yang menyatakan bahwa Termoregulasi adalah kemampuanuntuk menjaga ke
seimbangan antara pembentukan panasdan kehilangan panas agar dapat mem
pertahankan suhutubuh di dalam batas batas normal.
Pusat termoregulasimerupakan mekanisme penting dalam mengatur suhu tub
uhyang terletak di hipotalamus yaitu sebuah struktur kecilnamun vital
di dalam otak. Hal tersebut sesuai denganpernyataan Meiranny (2017)
yang menyatakan bahwahipotalamus adalah pusat utama untuk mengontrolter
moregulasi, Termoregulasi makhluk hidup dibagimenjadi dua golongan, yaitu
poikiloterm dan homoiterm.
Katak merupakan hewan yang termasuk ke dalam golonganpoikiloterm dima
na suhu tubuhnya masih dipengaruhi oleh lingkungan. Katak memiliki suhu t
ubuh normal sekitar30°C –
34°C menuruti suhu lingkungan dan tidakbergantung pada
metabolism tubuhnya.
II. Terdapat empat macam perpindahan panas,
yaitu konduksi, konveksi, radiasi,
dan yang terakhir, evaporasi.Haltersebut sesuai dengan pernyataan Ca
mpbell et
al. (2004), bahwa suatu organisme, seperti halnya semuabenda, memp
ertukarkan panas dengan lingkunganeksternalnya melalui empat proses
fisik,
yaitu konduksikonveksi dan evaporasi. Konduksi adalah penghantaran
panas
yang terjadi karena bersentuhan dengan benda yang lebih rendah suhu
nya.
Hal tersebut sesuai denganpernyataan Isnaeni (2006) yang menyatakan
bahwaKonduksi panas adalah perpindahan atau pergerakan panasantar
a dua benda yang saling bersentuhan, dan dalam halini,
panas akan berpindah dari yang suhunya lebih tinggi kebenda yang suh
unya lebih rendah. Konveksi ialah gerakanmolekul-molekul gas atau c
airan dengan suhu tertentu ketempat lain
yang suhunya berbeda, membantu konduksi. Contoh pada ternak adala
h pemberian blower atauventilasai pada kandang ternak agar sirkulasi
udara dapatberjalandengan baik. Radiasi yaitu
panas dibebaskan ataudikeluarkan dengan cara pemancaran dan perpin
dahanpanas antara dua benda terjadi tanpa harus adanyasentuhan, seda
ngkan perpindahan yang terakhir yaitu evaporasi merupakan proses pe
rubahan benda dari fase cairke fase gas dan evaporasi merupakan
salah satu mekanismepenting pada hewan untuk menurunkan suhu ata
umelepaskan panas dari tubuh
III. Praktikum 3 acara
10 melihat pengaruh luar terhadap suhu tubuh katak dan hambatan eli
minasi, pada post pertama menggunakan katak sebagai bahan uji coba.
Katak diukur suhu tubuhnya terlebih dahulu sebelum dimasukanke dal
am gelas beker yang berisi air panas. Suhu awalkatak yaitu
28°C kemudian katak dimasukan ke dalam gelas beker yang berisi air
panas dengan suhu 66°C selama 5 menit.
Katak setelah 5 menit diukur suhu tubuhnya pada bagian oeshophagus
menggunakan termometer dan didapatkan suhu 55°C. Percobaan terse
but menunjukanbahwa katak merupakan hewan poikiloterm Dimana p
ada saat suhu dingin katak akan menurunkan suhu sebaliknyapada suh
u panas suhu katak akan naik.
Hal tersebut sesuaidengan pernyataan Imam dan kusmiyati (2016)
yang menyatakan bahwa Katak
merupakan hewan berdarahdingin (poikiloterm), artinya memiliki suhu
tubuh yang berubah sesuai dengan lingkungan.
IV. Praktikum 3 acara
10 melihat pengaruh luar terhadap suhu tubuh katak dan hambatan eli
minasi, pada post keduamenggunakan minyak dan air
panas sebagai bahan uji coba. Air panas dimasukan ke dalam
dua gelas beker dengansuhu air panas masing-masing
56°C. Minyak dimasukan kedalam
salah satu gelas beker kemudian kedua gelas bekeryang berisi campura
n minyak dengan air panas maupungelas beker yang hanya berisi air
panas
di ukurmenggunakan termometer. Kedua gelas beker setelah 5 menit d
iukur dan dicatat suhu yang dihasilkan. Suhu akhiryang dihasilkan pad
a campuran air panas dengan minyakadalah 51°C yang
mana menunjukan penurunan suhusebesar 5°C, sedangkan suhu akhir
pada air panas yaitu
52°C, hal tersebut menunjukan penurunan suhu sebesar4°C. Percobaan
tersebut menunjukan penurunan suhu pada gelas beker yang berisi cam
puran minyak dengan air
panas lebih lama dibandingkan gelas beker yang hanya berisi air
panas karena Ketika air panas berada di bawah lapisanminyak, uap air
yang dihasilkan tertutup oleh minyaktersebut sehingga uap air
yang akan ke permukaanterhambat.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Widodo dan Huda (2016)
yang menyatakan bahwa hal ini tidak terjadi pada pencelupan minya
k, suhu permukaan lebihlambat dingin dan mungkin masih agak tinggi
hinggapendinginan terhambat.
Praktikum 3 acara
10 melihat pengaruh luar terhadap suhu tubuh katak dan hambatan eliminasi,
pada
post ketigamenggunakan kendi yang tidak dicat dan kendi yang dicat.Kendi
yang tidak dicat maupun kendi yang dicatdituangkan air
panas dengan suhu awal masing masing60°C dan
65°C. Kedua kendi diukur suhunhya selama
5 menit dan setiap 1 menit suhu dicatat. Suhu pada kendiyang tidak dicat dida
pat 58°C, 56°C, 55°C, 54°C,
53,5°C, Sehingga mengalami penurunan suhu 6,5°C dari suhu awal, sedangk
an kendi yang dicat didapat 65°C, 64°C, 63°C, 62°C, 61°
C sehingga mengalami penurunan suhu sebesar4°C dari suhu awal. Percobaa
n tersebut menunjukan proses pelepasan panas
pada kendi bercat lebih lambat karenapori-pori dindingnya tertutup, sedangka
n pada kendi tanpacat pelepasan panas yang terjadi lebih cepat karena pori-
porinya tidak tertutup sehingga proses evaporasi yang terjadi semakin cepat.
Hal tersebut sesuai denganpernyataan Prumanto et al. (2019)
yang menyatakan bahwaPerpindahan panas dari satu sisi ke sisi lain
sangat tergantung pada luas permukaan Evaporator, semakin luaspermukaan t
empat berlangsungnya perpindahan panas, semakin cepat laju perpindahan pa
nas yang terjadi.
IV.1 Melihat Pengaruh Luar terhadap Suhu Tubuh Manusia
IV.1.1 Hasil

No Hasil foto Suhu Pengaruh axiller


1 35 , 5℃ Di simpan di ketiak

IV.1.2 Pembahasan
Sistem pengaturan panas secara homoiterm yaitu suhu tubuh tidak terpengaruhi
oleh lingkungan atau cenderung stabil. Sistem pengaturan panas pada tubuh manusia
yaitu secara homoiterm. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maulidina (2016) yang
menyatakan bahwa homoiterm yaitu suhu tubuh menyesuaikan dengan lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi di antaranya umur, olahraga,
hormon, waktu, stres, dan lingkungan. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas dan
lansia sensitif terhadap suhu ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol yaitu
penurunan aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme, hal tersebut sesuai dengan
pendapat Friedman (1998) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap
termoregulasi atau keseimbangan suhu tubuh. Anak-anak memiliki suhu tubuh yang
biasanya lebih tinggi daripada orang dewasa, sedangkan pada usia lanjut ataupun bayi
yang baru lahir suhunya lebih rendah sehingga dari hal tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa semakin bertambahnya usia maka suhu tubuh akan semakin rendah.
Hipotermia yaitu situasi dimana mekanisme pengeluaran panas tidak terkontrol
akibat paparan terus - menerus terhadap dingin. Suhu 35 oC biasanya akan memberikan
efek gemetar dan depresi dan pada suhu 34,4 oC frekuensi jantung dan nafas mulai
menurun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulya (2020) yang menyatakan bahwa
hipotermia terjadi karena penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan,
terutama karena tingginya kebutuhan oksigen dan penurunan suhu ruangan. Pengaturan
suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedangkan
produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme dari
sel-sel tubuh waktu istirahat.
Suhu tubuh merupakan ukuran dari kemampuan tubuh dalam menghasilkan dan
menghilangkan panas di dalamnya. Kondisi tersebut biasanya dipicu oleh beberapa hal,
seperti suhu lingkungan atau kondisi kesehatan seseorang. Normalnya, suhu tubuh akan
berubah-ubah tergantung pada aktivitas yang dilakukan di lingkungan tertentu. Suhu
normal tubuh manusia adalah berkisar 36,5 sampai 37,5 derajat celcius. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Prayogo et al. (2017) yang menyatakan bahwa suhu tubuh
normal manusia adalah 36,5 derajat celcius sampai 37,5 derajat celcius
Penyakit yang menyerang termoregulasi ada tiga yaitu demam, hipertermia, dan
hipotermia. Demam merupakan mekanisme keluaran panas tidak mampu mengeluarkan
panas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sari dan Ariningpraja (2021) yang
menyatakan bahwa demam merupakan kondisi peningkatan suhu tubuh diatas rentang
suhu normal. Demam juga dapat di definisikan sebagai peningkatan suhu >38,3°C, namun
ada juga yang mendefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh 38°C. Demam bergantung
dengan hipotalamus yang merupakan bagian otak yang mengatur suhu tubuh dan
merupakan lokasi suhu tubuh tertinggi.

IV.2 Uji Gali Mainini


IV.2.1 Hasil

N Hasil foto Keterangan


o
1 Sebelum katak disuntikkan
urin wanita hamil

2 Setelah katak disuntikkan


urin Wanita hamil

IV.2.2 Pembahasan
V. PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Termoregulasi pada makhluk hidup dibagi menjadi dua yaitu poikiloterm dan
homoioterm.
2. Penyakit-penyakit yang dapat menyerang termoregulasi, antara lain demam,
hipertemia, dan hipotermia.
3. Katak termasuk jenis poikiloterm karena suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
4. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi termoregulasi, diantaranya,
faktor umur, olahraga, hormone, waktu, stress, dan lingkungan.
5. Terdapat beberapa metode pemeriksaan kebuntingan yaitu No Return To Estrus,
Palpasi Rektal, Ultrasonografi, Diagnosa Imunologi, Punyakoti, dan Diagnosa Hormon.
V.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih memperhatikan asisten Ketika menjelaskan materi sehingga
praktikan bisa lebih memahami materi yang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

A’tourrohman, M. 2019. Termoregulasi, Respirasi, dan Osmoregulasi Pada Ikan Mas


(Cyprinus carpio). Universitas Islam Negeri Walisongo. 1(3) :3-5.

Adhiaramanti, T., & Sukiya, S. 2016. Keanekaragaman Anggota Ordo Anura di Lingkungan
Universitas Negeri Yogyakarta. Journal Biologi. 5(6):62-72.

Dartiwen. I. Anggita, dan P. Apriliani. 2020. Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan. Deepublish Publisher. Yogyakarta

Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga, Text Book Of Family Nursing. Penerbit EGC.
Jakarta.

Ismudiono., P. Srianto., A. Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskular. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Kuswati, dan T. Susilawati. 2016. Industri Sapi Potong. UB Press. Malang.

Maulidina, I. 2016. Kondisi Hematologik (Hb, Eritrosit, Leukosit, Dan Hematokrit) Itik
Cihateup Fase Grower Yang Diberi Fructooligosaccharide (Fos) dalam Kondisi
Pemeliharaan Minim Air. Students E-Journal. (1): 1-11.

Mulya, A. (2020). PERANCANGAN PROTOTYPE BOTOL MINUM PEMANAS AIR PORTABEL


UNTUK MENGANTISIPASI RESIKO PENYAKIT HIPOTERMIA PENDAKI GUNUNG
DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)
Doctoral dissertation, Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.Riau.

Pertiwi, K., D. Ristiana., N. Isnaini., dan G. Prajitno. 2015. Uji konduktivitas termal pada
interaksi dua logam besi (Fe) dengan 3 variasi bahan berbentuk silinder. Surabaya:
Fakultas MIPA Institu Teknologi Sepuluh November. 1: 2-3.

Prayogo, I., R. Alfita, dan K. A. Wibisono. 2017. Sistem monitoring denyut jantung dan
suhu tubuh sebagai indikator level kesehatan pasien berbasis iot (internet of thing)
dengan metode fuzzy logic menggunakan android. Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer TRIAC. 4(2):33-39.
Rinawati. 2021. Buku ipa terpadu: ilmu pengetahuan alam kurikulum 2013 untuk kelas VII.
Pustaka Rumah Cinta. Magelang.

Sari, E,K dan Ariningpraja, R, T. 2021. Demam: Mengenal Demam dan Aspek
Perawatannya. Universitas Brawijaya Press. Malang.

Satria, M., Siregar, T,N., Sayuti, A., Melia, J., Hamdan., Rosmaidar., Harris, A. 2016.
Pemeriksaan ultrasonografi transcutaneus pada kambing kacang (Capra Sp.).
Jurnal medika veteran. 10(2):77-80.

Syaiful, F. L., Lendrawati, and T. Afriani. 2017. Akurasi Deteksi Kebuntingan Dini Sapi Pesisir
Pada Berbagai Biji-Bijian Tanaman terhadap Metode Uji Punyakoti. UNES Journal of
Scientech Research 2(2):121-126. Supriyanto, S., Pramu, P., dan Ahadiati, N. 2016.
Ultrasonografi perkembangan folikel ovaria selama siklus estrus dan kebuntingan
awal pada sapi peranakan ongole (PO). Jurnal Pengembangan Penyuluhan
Pertanian. 13(23): 82-96.

Wati, T., Pawitan, H., & Sopaheluwakan, A. 2015. Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap
Proses Evaporasi Pada Interval Waktu Yang Berbeda. Jurnal Meteorologi Dan
Geofisika. 16(3):155-165.

Anda mungkin juga menyukai