Anda di halaman 1dari 91

-1

-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

-2-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫مايصلٱ مكيلع بتك اونمآ نيّلٱ اهـي أ آي‬

‫نوقتت مكلعل مكلبق نم نيّلٱ لع بتك امك‬


“Wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.”
[QS Al-Baqarah [2]:183]

Majelis Thariqat
Qudusiyah

-3
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫موـــصلارارـسأ باتك‬
Kitab Rahasia Shaum
Kitab ke-enam dari rubu’ ibadah
Ihya ‘Ulumuddin – Imam Al-Ghazali ra.

Di sadur oleh Andrian Nurahayu - Kuswandani M. Yahdin


Catatan 2 : Mei 2019 – Ramadhan 1440 H
Cover Depan : Agung Yuwanda
Text Kaligrafi : Riki Nurhidayat

-4
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

-5-
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................................. i
Kitab Rahasia Shaum ...............................................................................................1

Bagian Pertama : Mengenai yang wajib dan yang sunnah dari yang
bersifat lahiriah dan hal-hal yang membuatnya fasad (rusak). ............
11
Memperhatikan permulaan bulan Ramadlan........................................ 11
Niat. ............................................................................................................................ 12
Menahan diri dari memasukkan sesuatu ke dalam rongga secara
sengaja dan dalam keadaan ingat akan shaumnya. ............................
14
Menahan diri dari melakukan jima’ (bersetubuh).............................. 15
Menahan diri dari mengeluarkan mani (al-istimna’). ....................... 15
Menahan diri dari mengeluarkan muntah. ............................................. 15
Qadha’, ...................................................................................................................... 16
Kafarat (Tebusan)............................................................................................... 16
Menahan diri dari sisa hari yang masih ada, ......................................... 17
Fidyah, ...................................................................................................................... 17
Sunnah berkaitan dengan shaum, ............................................................... 18

Bagian Kedua: Mengenai rahasia-rahasia shaum dan syarat-syarat


bathiniyahnya. ............................................................................................................. 21
Shaum umum ........................................................................................................ 21
Shaum khusus, ...................................................................................................... 21
Shaum yang terkhusus dari yang khusus, ............................................... 21
-i-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Uraian tentang Shaum Khusus, ................................................................ 22

Pertama: dengan “menundukkan” pandangan mata serta


membatasinya sedemikian rupa sehingga tidak tertuju kepada
segala yang tercela atau yang dapat menyibukkan hati dan
membuatnya lalai untuk dzikrullah (mengingati Allah ‘Azza Wa
Jalla). ......................................................................................................................... 22

Kedua: menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta,


bergunjing, memfitnah, berkata keji, berkata yang menyinggung
perasaan orang lain, perkataan yang menimbulkan permusuhan,
perkataan yang mengandung ria. ............................................................... 23

Ketiga: mencegah pendengaran dari mendengarkan tiap-tiap


yang makruh. ........................................................................................................ 26

Keempat: mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari segala


dosa. .......................................................................................................................... 27

Kelima: tidak membanyakkan makanan yang halal waktu


berbuka, dimana rongganya penuh melimpah (kekenyangan). ..
29

Keenam: adalah hatinya -setelah selesai berbuka- senantiasa


bergantung dan bergoncang diantara takut dan harap. ..................
31

Bagian Ketiga: Mengenai amalan shaum sunnah dan susunan wirid


padanya. ......................................................................................................................... 37

Lampiran........................................................................................................................ 45
46 ................................................................................................................. ‫موصلا راسرأ باتك‬
-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Kumpulan Hadits dan Atsar.................................................................................. 61


Kumpulan Hadits................................................................................................. 61
Kumpulan Atsar ................................................................................................... 76

-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

-1
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫موـصلا رارـسأ باتك‬


Kitab Rahasia Shaum
Kitab ke-enam dari rubu’ ibadah

‫مسب الل نحرلا يحرلا‬


Dengan Asma Allah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung yang telah melimpahkan
kesetiaan atas hambaNya dengan menjauhkan mereka dari makar
dan tipu daya setan yang berupaya memutus harapan dengan
sangkaan yang buruk. Maka dijadikanNyalah shaum sebagai benteng
dan surga bagi para awliyaNya atau para kekasihNya dengan mem-
bukakan bagi mereka dengan shaum itu akan pintu surga. Serta
mengajari mereka bahwa cara setan masuk ke dalam hati para
awliyaNya ialah melalui syahwat yang di inginkan. Dan dengan
menekannya maka menjadi tentramlah sang Jiwa, menampak
keperkasaannya dalam membasmi musuh setan yang teguh cita-
citanya dalam menjatuhkan manusia.

Dan shalawat atas Muhammad saw. pemimpin segala makhluk


yang telah mempersiapkan sunnah (jalan yang ditempuh). Dan atas
keluarga dan para sahabatnya yang mempunyai pandangan yang
tajam dan akal yang kuat. Kiranya Allah Ta’ala mencurahkan
keselamatan yang banyak kepada mereka.

-1-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Shaum adalah seperempat iman, menurut sabda Nabi saw,…

‫بصلا فصن موصلا‬


“Shaum adalah setengah shabar”.
(Hr. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Dan menurut sabdanya lagi,..

‫ناـمـيلإا فصن رـبصلا‬


“Shabar adalah setengah iman”.
(Hr. Abu Na’im)

Kemudian shaum memperoleh kedudukan yang istimewa


dengan dinisbatkan kepada Allah Ta’ala bila dibandingkan dengan
rukun- rukun Islam lainnya karena firman Allah Ta’ala menurut yang
diceritakan Nabi saw….

‫مايصلا لإا فعض ةـئامعب س لا اهلاثمأ شعب ةن سح ك هب‬، ‫هـناف‬


‫يزجأ اـنأو يـل‬
“Setiap hasanah pahalanya 10 kali, sampai kepada 700 kali,
kecuali shaum. Maka shaum itu adalah bagiKu dan Aku yang akan
membalasnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

-2-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Berfirman Allah Ta’ala,…

‫باسح يغب هرجأ نورباصلا ّفوي اـمـنا‬


“Hanya para Ash-Shabirin-lah yang disempurnakan
pahalanya tanpa batas.”
(Qs. Az-Zumar [39]:10)

Dan shaum adalah setengah shabar, maka balasannya


melampaui ketentuan dan perhitungan. Cukuplah dengan ini, anda
pun menge- tahui keutamaannya.

Rasulullah saw bersabda,…

‫نم الل دنع بيطأ ئاصلا مف فولخـل هديب يـسفـن ىاَّل و هماعطو‬
‫هتوهش رذي امنا لجو زع الل لوقي كسملا حـير هب يزجأ نأ‬
‫و يـل موصلاف ىــلجِل هباَش و‬
“Demi Allah yang jiwaku didalam tanganNya… Sesungguhnya bau
busuk mulut orang yang shaum adalah lebih harum pada sisi Allah
daripada wangi kesturi. Berfirman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang
yang shaum itu meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minu-
mannya karena Aku. Maka shaum itu untukKu dan Aku yang akan
membalasnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

-3-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Rasulullah Saw. bersabda,..

‫دوعوم وهو نومئاصلا لإا لخدي إل نَّيرلا ل لاقي بَب ةنج ل هموص‬
‫ءازج ىـف لاعـت الل ءاقلب‬
“Surga itu mempunyai sebuah pintu yang dinamakan “Ar-
Rayyan”, yang tidak memasuki pintu itu selain orang-orang yang
shaum. Dan dijanjikan dengan menjumpai Allah Ta’ala pada balasan
shaumnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

Rasulullah Saw bersabda,…

‫ هراطفا دنع ةحرــف‬، ‫ هبر ءاقل دنع ةحرــفو‬: ‫ناتحرـف ئاص ل‬


“Orang yang shaum itu mempunyai dua kegembiraan:
kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa
dengan Rabbnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

Rasulullah Saw bersabda,…

‫موـصلا ةدابعلا بَبو بَب ءيـش كـل‬


“Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai pintu.
Dan pintu ibadah ialah shaum”.
Rasulullah Saw bersabda,…

‫ةدابع مـئاصلا موـن‬


“Tidur orang yang shaum itu ibadah”.

-4-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda,…

‫باوبأ تقلغو ةنجـلا باوبأ تحتف ناضمر رهش لـخد اذا دانم ىدنو‬
‫يطاي شلا تفدصو راـنلا صقأ شلا يـغَب َّيو‬
‫له يخلا يـغَب آي‬
“Apabila masuk bulan Ramadlan, maka terbukalah segala pintu
surga dan terkuncilah segala pintu neraka dan dirantaikan segala
setan. Dan berserulah seorang penyeru: “Wahai orang yang ingin
berbuat kebaikan, kemarilah kalian!... wahai orang yang ingin
berbuat keburukan, hentikanlah keburukan itu!...”.
(Hr. Tirmidzi)

Berkata Waki tentang firman Allah Ta’ala,..

‫ةيلاخلا مَّياِل يـف مـتفلسأ اـمـب ائيـنه اوبَش او اوُك‬


“(Kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan
nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang
telah lalu.” (Qs. Al-Haaqqah [69]:24). Yang dimaksudkan dengan hari
yang telah lalu itu ialah hari-hari shaum, karena mereka telah
meninggalkan padanya makan dan minum.

Rasulullah Saw pernah menyamakan antara derajat shaum


dengan zuhud yaitu ketika melukiskan betapa Allah Ta’ala mem-
banggakan kedua pelakunya dihadapan para malaikat. Tentang
orang-orang yang berzuhud terhadap kesenangan duniawi beliau
saw bersabda,…

-5-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫اهـيأ لوقيف دباعلا باشلَب هتكئَلم يـهابـي لاعت الل نا‬


‫يدنع تنأ يـل هباب ش لذبملا يــلجِل هتوهش كراتلا باشلا يــ ـت كئَلم‬
‫ضع ب ـ ك‬
“Sungguh, Allah Ta’ala membanggakan pemuda yang beribadah
banyak dihadapan para malaikat, seraya berfirman, “Wahai pemuda
yang meninggalkan syahwatnya demi keridhaanKu, engkau disisiKu
seperti bagian malaikatKu.”
(Hr. Ibnu Uda dari Ibnu Mas’ud)

Sedangkan tentang orang yang shaum, Rasulullah Saw pernah


bersabda dalam sebuah hadis qudsi:

‫ كرــت يدبع لا يــــتكئَلم آي اورـظـنا يــــلجأ نم‬: ‫لجو زع الل لوقي‬


‫هباَش و هماعطو هتَّلو هتوهش‬
“Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla,… “Lihatlah wahai para
malaikat- Ku kepada hambaKu: ia meninggalkan syahwatnya,
kesenangannya, makanannya dan minumnya semata-mata karena
Aku.”

Ada yang mengatakan tentang firman Allah Ta’ala,..

‫اونَك امب ءازج يعأ ةرــق نم مهل يـــفخأ ام سفن لعت َلف نولمعي‬
“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan
untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan
hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”. (Qs. As-

-6-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Sajdah [32]:17), bahwa amalan mereka itu ialah Shaum. Karena Allah
Ta’ala berfirman,..

‫باسح يغب هرجأ نورباصلا ّفوي امنا‬


“Hanya para Ash-Shabirinlah yang disempurnakan pahalanya
tanpa batas.”
(Qs. Az-Zumar [39]:10)

Maka di limpahkanlah bagi orang yang shaum itu balasannya


dan dilebihkan dengan keutamaannya tanpa takaran. Dan
perhitungan yang demikian itu di luar sangkaan dan taksiran.
Layaklah adanya yang demikian itu karena shaum adalah untukNya
dan tanda kemuliaannya dengan disangkutkan kepadaNya. Meskipun
ibadah itu seluruhnya adalah untukNya, sebagaimana dimuliakan
sebuah rumah dengan disangkutkan kepadaNya (Baitullah) padahal
bumi seluruh- nya adalah milikNya. Hal itu adalah karena dua
pengertian:

Pertama, pada shaum itu terdiri atas upaya diri untuk mencegah dan
meninggalkan.

Yang demikian itu mengandung rahasia tersendiri, sebuah per-


buatan yang tidak dilihat oleh orang lain. Sedang segala amalan taat
lain bisa dipersaksikan dan dilihat oleh orang ramai. Dan shaum itu
tidak ada yang melihatnya selain Allah Azza Wa Jalla. Maka dari itu
shaum adalah amalan pada bathin dengan kesabaran semata-mata.

Kedua, bahwa shaum adalah tindakan penindasan bagi musuh


Allah
‘Azza Wa Jalla.

Sesungguhnya jalan bagi setan -laknatullah- ialah melalui syahwat.


Dan syahwat itu menjadi kuat dengan makan dan minum. Karena
itulah, bersabda Nabi saw,…
-7-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫هيراجم اوقيضف ملدا ىرجم مدأ نبا نم يزجيل ناطي شلا نا‬
‫عوجلَب‬
“Sesungguhnya setan itu mengalir dalam diri manusia seperti
mengalirnya darah, maka persempitlah saluran-saluran baginya
dengan lapar.”
(Hr. Bukhari, Muslim)

Karena itu pula Rasulullah saw bersabda kepada A’isyah ra….

‫ لاق ؟ اذامب الل لص‬: ‫ تلاق‬، ‫عرق يمواد بَب ةنجلا‬


‫ عوجلَب‬: ‫هيلع لسو‬
“Terus meneruslah mengetuk pintu surga!...”
A’isyah ra kemudian bertanya: “Dengan apa?..”
Rasulullah saw pun menjawab: “Dengan lapar!...”.

Dan akan datang uraian mengenai keutamaan ‘lapar’ pada Kitab


bahaya syahwat perut dan bagaimana mengobatinya dari rubu’ yang
membinasakan (al-muhlikat).

Demikianlah, mengingat shaum adalah perbuatan yang secara


khusus mengandung penindasan dengan paksa terhadap setan, dan
juga sebagai upaya penyumbat terhadap salurannya atau mem-
persempit tempat mengalirnya, maka sepatutnyalah shaum itu
dikhususkan penisbatannya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.

Maka dalam upaya mencegah musuh Allah itu, itu adalah sebuah
upaya menolong (agama) Allah Ta’ala, sedangkan siapa yang
menolongNya pasti akan memperoleh pertolongan dariNya sebagai
balasan.

-8-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Berfirman Allah Ta’ala,..

‫كمادقأ تبثيو كصني الل اوصنت نا‬


“Jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.”
(Qs. Muhammad [47]:7)

Maka pada mulanya adalah dengan jihad (perjuangan) dari sang


hamba dan balasannya adalah dengan petunjuk (hidayah) dari Allah
‘Azza Wa Jalla. Karena itulah, berfirman Allah Ta’ala,…

‫انلبـ ـس مَنيدَنل انيف اودهاج نياَّل و‬


“Dan orang-orang yang berjihad di dalam Kami, niscaya akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”.
(Qs. Al-Ankabut [29]:69)

Dan berfirman Allah Ta’ala,..

‫مهسفنآب ام اورـــيغي ّتح موقب ام يغي إل الل نا‬


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum,
sebelum mereka mengubah apa-apa yang ada pada jiwa mereka
sendiri.”
(Qs. Ar Ra’d [13]:11)

Yang di maksud dengan “mengubah” ialah mengubah kecende-


rungan syahwat dan hawanafsu. Keduanya adalah tempat bermain
setan-setan. Maka selama tempat itu subur niscaya tidak putuslah
setan-setan itu pulang-pergi. Dan selama mereka pulang-pergi,

-9-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

niscaya tidak terbukalah bagi hamba itu akan keagungan Allah. Dan
adalah ia terdinding dari perjumpaannya dengan Allah.

Rasulullah Saw bersabda,..

‫لا اورـــظنل مدأ يـــ بن بولق لع نوموَي يطاي ـشلا نأ لإول تاومسلا‬
‫توـكـ ـلم‬
“Jikalau tidaklah setan-setan itu berkeliling di atas hati anak
Adam, niscaya anak-anak Adam itu mampu melihat ke alam malakut
yang tinggi (kerajaan langit)”.
(Hr. Ahmad)

Maka dari segi inilah shaum adalah pintu ibadah dan benteng
penjaga keamanan hati. Maka karena demikian tinggi keutamaan
shaum, sudah sepatutnyalah di jelaskan tentang persyaratan-
persyaratan yang bersifat lahiriah maupun yang bathiniah. Yaitu
dengan menyebutkan rukun-rukunnya, sunah-sunahnya serta
syarat- syarat bathiniahnya. Dan kami terangkan yang demikian itu,
dengan
3 pasal.

- 10
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Bagian Pertama : Mengenai yang wajib dan


yang sunnah dari yang bersifat lahiriah dan hal- hal
yang membuatnya fasad (rusak).
Adapun kewajiban yang lahir adalah 6 perkara:

Pertama: memperhatikan permulaan bulan Ramadlan.

Caranya adalah dengan melihat hilal (ru’yah hilal). Jikalau men-


dung (tertutupi awan), maka hendaklah menyempurnakan bulan
Sya’ban menjadi 30 hari. Adapun yang kami maksud dengan “ru’yah”
ialah mengetahuinya. Hal itu dapat terlaksana dengan adanya kesak-
sian orang yang adil (yakni orang yang dapat dipercaya) walaupun
hanya seorang saja. Tidak seperti halnya dengan kebiasaan terbitnya
bulan syawal, yang untuk itu diperlukan sedikitnya dua orang saksi
yang adil. Hal itu berdasarkan sikap ihtiyath (sikap hati-hati)
berkaitan dengan ibadat. Dan barangsiapa mendengar dari seorang
adil yang ia percayai atau yang menurut dugaan yang kuat memang
dapat di percaya, maka wajib atasnya shaum walaupun belum ada
ketetapan dari seorang Qadhi (hakim) yang resmi. Sebab setiap
hamba hendaknya mengikuti dugaan hatinya yang kuat dalam hal-
hal yang berkaitan dengan ibadat.

Apabila hilal bulan terlihat di sebuah negeri dan tidak terlihat di


negeri yang lain dan diantara kedua negeri itu jauhnya kurang dari
dua marhalaah (2 x 45.06 km), maka wajiblah shaum atas semuanya.
Dan kalau lebih dari dua marhalah, maka bagi masing-masing negeri
itu ada hukumnya sendiri. Dan tidaklah kewajiban shaum itu
melampaui kepada negeri yang tidak melihat bulan.

- 11
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Kedua: niat.

Setiap malam memerlukan niat khusus yang pasti dan yakin


sejak malam harinya (mubayyatah) –(yakni sudah ada niat di hati
untuk shaum sebelum fajar menyingsing). Kalau seandainya ia
meniatkan shaum untuk sebulan penuh sekaligus, maka hal itu tidak
memadai. Demikian pula jika ia meniatkannya pada siang hari (yakni
setelah fajar), kecuali untuk shaum sunnah adalah dibolehkan
meniatkannya pada siang hari.

Adapun yang dimaksud dengan “niat khusus” ialah niat untuk


shaum di bulan Ramadhan. Maka seandainya ia meniatkan shaum
(sembarang shaum) atau shaum fardlu (tanpa menyebutkan
Ramadhan) maka niatnya itu tidak sah.

Jadi harus meniatkannya sebagai…

‫ناضمر موص لجو زع الل ةضيرف‬


“Melaksanakan Shaum fardlu Ramadhan karena Allah Azza Wa
Jalla.”

Adapun yang dimaksud dengan “niat yang pasti“ ialah bahwa


shaumnya itu di bulan Ramadhan adalah pasti. Maka seandainya ia -
pada malam yang masih diragukan, -apakah Ramadhan atau bukan-
seperti meniatkan akan “shaum besok jika besok memang ternyata
bulan Ramadhan”, maka niat seperti itu tidak sah, sebab tidak
mengandung kepastian.
Kecuali apabila niatnya seperti itu berdasarkan adanya ucapan
kesaksian seorang adil bahwa ia telah melihat bulan, meskipun kita
sendiri masih belum yakin mengingat adanya kemungkinan keke-
liruan atau kebohongan dari saksi tersebut. Adanya kebimbangan
seperti ini tidak mengurangi “kepastian” niatnya itu.

- 12
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Demikian pula jika niatnya itu berdasarkan ijtihatnya sendiri.


Misalnya seorang yang sedang berada di penjara jika telah kuat
dugaannya (berdasarkan ijtihadnya sendiri) bahwa besok adalah
bulan Ramadhan, maka -walaupun masih ada keraguan dalam
niatnya itu- hal itu tidak membatalkannya.

Lain halnya jika ia diliputi keraguan pada suatu malam yang ada
kemungkinan merupakan malam terakhir Sya’ban atau malam
pertama Ramadhan, maka niat yang di ucapkannya dengan lisannya
itu masih diliputi keraguan. Sebab niat itu tempatnya di dalam hati,
dan tidak mungkin di gambarkan adanya kepastian niat, sementara
keraguan masih bersemayam di dalam hati.

Tentang tidak bergunanya ucapan lisan yang berlawanan dengan


keyakinan hati, berlaku juga terhadap seorang yang di tengah-tengah
bulan Ramadhan, misalnya, berkata “Besok saya akan shaum jikalau
besok itu termasuk Ramadhan”. Ucapannya itu tidak mengganggu
niatnya, sebab hal itu hanyalah pengulangan kata-kata saja
sementara hatinya (tempat niatnya) tidak meragukannya. Bahkan ia
yakin- seyakin-yakinnya- bahwa besok adalah benar-benar bulan
Ramadhan.

Dan barang siapa yang telah meniatkan puasa di malam hari


kemudian ia makan sesuatu (sebelum fajar) maka niatnya itu tetap
sah. Begitu pula wanita yang berniat shaum pada saat ia belum suci
dari haid, kemudian haidnya itu berhenti sebelum fajar, maka
shaumnya itu sah adanya.

- 13
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Ketiga: menahan diri dari memasukkan sesuatu ke dalam


rongga secara sengaja dan dalam keadaan ingat akan
shaumnya.
Maka fasad-lah shaum dengan makan dan minum, atau obat-
obatan yang biasa ataupun yang di masukkan lewat dubur atau
hidung. Dan tidaklah fasad akan shaumnya jika melakukan
pengobatan dengan cara berbekam, bercelak, dan apa yang sampai
ke dalam rongga badan tanpa sengaja, dari debu jalan atau binatang
kecil yang masuk ke dalam rongga.
Demikian pula masuknya sedikit air karena berkumur-kumur,
maka tidaklah membuat shaumnya fasad (rusak). Kecuali apabila ia
berlebihan berkumur-kumur, maka hal itu membatalkan shaum.
Karena ia lalai. Dan itulah yang kami maksudkan dengan perkataan
kami: dengan sengaja.

Adapun “dalam keadaan teringat akan shaumnya”, maka yang


kami maksud adalah diluar dari orang yang lupa. Sebab bagi orang
yang makan atau minum dalam keadaan lupa, maka shaumnya itu
tetap sah dan tidak batal karenanya. Selain itu seorang yang sengaja
makan pada awal siang hari atau sore hari kemudian terbukti
dengan pasti bahwa waktu itu masih termasuk waktu shaum, maka
wajib atasnya meng-qadha (mengganti) shaumnya.
Akan tetapi jika terbukti bahwa keadaannya adalah sesuai
dengan dugaannya serta ijtihadnya (yakni sebelum fajar atau
sesudah maghrib), maka tidak ada qadha atas dirinya. Betapapun
juga, tidak sepatutnya makan pada kedua waktu itu kecuali setelah
meneliti dan menyelidiki sungguh-sungguh, apakah belum masuk
waktu shaum (di pagi hari) atau apakah telah masuk waktu berbuka
(di sore hari).

- 14
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Keempat: menahan diri dari melakukan jima’ (bersetubuh).

Dan batas bersetubuh ialah masuknya ujung kemaluan laki-laki


(al-hasyafah). Jikalau bersetubuh karena lupa maka tidak mem-
batalkan shaum. Jika bersetubuh pada malam hari atau bermimpi
(berihtilam), lalu datang waktu subuh sedang ia dalam keadaan
junub (belum mandi dari hadats besar), maka tidak membatalkan
shaum. Bahkan seandainya terbit fajar, sementara ia dalam keadaan
bercampur dengan isterinya, lalu terus ditariknya (menghentikan-
nya), maka shaumnya tetap sah. Akan tetapi jika ia tidak segera
menghentikannya, niscaya rusaklah shaumnya dan wajib atasnya
membayar kafarat shaum.

Kelima: menahan diri dari mengeluarkan mani (al-istimna’).

Mengeluarkan mani dengan sengaja, dengan bersetubuh atau


tanpa bersetubuh, maka yang demikian itu membatalkan shaum. Dan
tidaklah membatalkan shaum dengan memeluk isteri atau tidur
bersama, selama tidak inzal (keluar mani karena dorongan syahwat).
Tetapi yang demikian itu makruh, kecuali ia orang tua atau seorang
yang dapat mengendalikan dirinya. Maka hal yang demikian tidak
mengapa. Dan meninggalkannya adalah lebih utama. Dan apabila ia
khawatir dari akibat berpelukan itu akan inzal, namun ia tetap
melakukannya hingga keluar maninya maka yang demikian itu
membatalkan shaumnya, karena ia di anggap tidak menghormati dan
mengindahkan shaumnya.

Keenam: menahan diri dari mengeluarkan muntah.

Melakukannya dengan sengaja adalah membatalkan shaumnya.


Akan tetapi apabila ia muntah tanpa kemauannya sendiri dan karena
tidak dapat menahannya, maka tidaklah merusak shaumnya. Apabila
ia menelan dahak dari kerongkongannya atau dadanya, niscaya

- 15
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

tidaklah merusakkan shaumnya. Karena hal itu merupakan suatu


keringanan (rukhshah) mengingat sering terjadi yang demikian pada
semua orang. Akan tetapi apabila ia menelan kembali dahaknya itu
setelah berada di mulut, maka shaumnya batal.

Adapun yang harus dilaksanakan dengan batalnya shaum itu


adalah 4 perkara: qadha’, membayar kafarat, fidyah dan menahan
diri pada siang hari untuk menyerupakan diri dengan orang yang
sedang shaum.

Qadha’ (mengganti shaum Ramadlan yang di tinggalkan


dengan shaum di hari-hari lain),
Hal ini berlaku atas setiap muslim mukallaf (dewasa dan
berakal) yang meninggalkan shaum Ramadlan dengan atau tanpa
udzur (alasan yang dibenarkan dalam agama).

Berdasarkan itu, seorang wanita yang sedang haid harus meng-


qadha’ hari-hari shaum yang di tinggalkannya. Dan begitu pula orang
yang murtad (orang yang keluar dari agama Islam), kemudian
kembali ke dalam Islam, maka haruslah meng-qhada shaumnya.
Adapun orang kafir, anak di bawah umur dan orang gila, maka tidak
ada qadha atas mereka. Dan tidak disyaratkan waktunya berturut-
turut dalam meng-qadha shaumnya. Boleh saja melakukannya secara
terpisah atau berturut-turut.

Kafarat (Tebusan).

Tidak wajib kafarat kecuali atas orang yang membatalkan


shaumnya karena jima’ (bersetubuh). Adapun mengeluarkan mani
(istimna’), makan, minum dan selain dari bersetubuh, maka tidaklah
wajib kafarat. Yang di maksud kafarat ialah memerdekakan seorang

- 16
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

budak. Jika sukar, maka shaum 2 bulan berturut-turut. Dan jika tidak
sanggup, maka memberikan makanan 60 orang miskin, -satu mud
(+/- 800 gr beras) untuk seorang.

Menahan diri dari sisa hari yang masih ada,

Pada hari yang ia membatalkan shaumnya, maka hal ini wajib


atas orang yang membatalkan shaumnya dengan sebab haram atau
karena kelalaian yang di sengaja. Sedangkan atas wanita yang
berhenti haidnya pada siang hari shaum maka tidak wajib hal yang
demikian. Dan tidak pula atas seorang musafir, apabila tiba kembali
dari bermusafir yang sampai 2 marhalah itu dalam keadaan berbuka
(tidak shaum).

Wajib pula hal tersebut pada “hari syak” (yakni yang tadinya
dikira tanggal 30 sya’ban) apabila ada orang adil yang telah
menyaksikan terbitnya hilal Ramadhan pada malam sebelumnya.
(Hal ini dapat terjadi apabila berita tentang hal itu datangnya
terlambat, sesudah fajar menyingsing).

Shaum dalam bermusafir adalah lebih utama daripada berbuka,


kecuali apabila tidak sanggup. Dan apabila pagi harinya ia telah
berpuasa lalu ia memulai kepergiannya setelah itu, maka hendaknya
ia tidak menghentikan shaumnya. Demikian pula apabila ia pulang
dari kepergiannya dalam keadaan shaum.

Fidyah,

Wajib atas wanita hamil atau yang sedang menyusui, apabila ia


meninggalkan shaum karena takut akan terganggu kesehatan
bayinya. Adapun jumlah fidyah ialah satu mud diberikan kepada
seorang miskin, untuk setiap hari shaum yang di tinggalkannya.
Selain fidyah, ia harus meng-qadha’ shaumnya itu.

- 17
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Demikian pula seorang yang telah lanjut usia, sedemikian


sehingga shaum terasa sangat memberatkan baginya, ia di bolehkan
tidak shaum, dan sebagai penggantinya hendaknya ia membayar
fidyah sebanyak satu mud seharinya.

Adapun Sunnah berkaitan dengan shaum, maka 6 perkara:


1. Mengundurkan makan sahur,
2. Menyegerakan berbuka dengan tamar atau air sebelum shalat,
3. Meninggalkan menggosok gigi sesudah zawal (waktu tergelincir
matahari),
4. Bermurah hati di dalam bulan Ramadlan, karena keutamaan-
keutamaan yang telah diterangkan pada zakat dahulu.
5. Bertadarus Al-Qur’an dan
6. Beri’tikaf dalam masjid, lebih-lebih pada 10 yang akhir dari bulan
Ramadlan. Karena yang demikian adalah kebiasaan Rasulullah
saw.

‫رزــئملا دشو شارفلا ىوط رخاواِل شعلا لخد اذا نَك لهأ‬
‫بادأو بأدو‬
“Adalah Rasul saw apabila masuk 10 yang akhir, lalu melipatkan
tikar, mengikatkan pinggang dan telah membiasakan dirinya dan
keluarganya yang demikian”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

Artinya: berkekalan menegakkan ibadah. Karena pada 10 yang


akhir itu terdapat malam lailatul-qadar. Dan yang lebih sering,
lailatul-qadar itu pada malam yang ganjil dari 10 yang akhir. Dan
malam yang ganjil yang lebih mendekati ialah malam satu (21),
malam tiga (23), malam lima (25) dan malam tujuh (27). Dan

- 18
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

berturut-turut dalam beri’tikaf ini adalah lebih utama. Jika bernadzar


akan mengerjakan i’tikaf berturut-turut atau meniatkan berturut-
turut, niscaya putuslah berturut-turutnya dengan keluar dari masjid,
tanpa ada kepentingan. Seperti kalau ia keluar untuk berkunjung
pada orang sakit (iyadah) atau menjadi saksi atau mengantarkan
jenazah atau berziarah atau membarukan bersuci. Dan jikalau keluar
untuk membuang air, niscaya tidak putus i’tikaf. Dan boleh ia
berwudlu di rumah dan tidak seyogyanya ia meningkat kepada
urusan lain.

‫لإو ناسنلإا ةجاحـل لإا جرخـي إل لسو هيلع الل لص نَك ار ام لإا‬
‫ضـيرـمـلا نع لآسي‬
“Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw (pada hari-hari
i’tikaf-nya) tidak keluar kecuali untuk kada-hajatnya (membuang air
besar atau air kecil), dan tidak menanyakan tentang keadaan orang
yang sedang sakit kecuali sambil lalu.”
(Hr. Bukhari, Muslim)

Kesinambungan i’tikaf terputus dengan melakukan jima’ (ber-


setubuh). Dan tidak putus dengan berpeluk. Dan tidak mengapa di
dalam masjid memakai wewangian, melakukan perkawinan (‘aqad
nikah), makan, tidur dan membasuh tangan pada tempat basuh
tangan. Semuanya ini kadang-kadang diperlukan dalam melakukan
i’tikaf berturut-turut itu. Dan tidak putus berturut-turut dengan
mengeluarkan sebagian badan dari ruangan masjid.

‫نَك ضر ةشئاع لجرـتف هسأر يـندي لسو هيلع الل لص ةرجحلا‬


‫ف هو اَنع الل‬

- 19
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Adalah Nabi saw mendekatkan kepalanya, lalu disisirkan


rambutnya oleh ‘Aisyah, sedang ‘Aisyah berada di dalam kamar”.

Manakala orang yang melakukan i’tikaf (mu’takif) itu keluar


untuk menunaikan keperluannya (melakukan kada-hajat, membuang
air besar atau air kecil), lalu apabila ia kembali seyogyalah
mengulang kembali niatnya. Kecuali apabila ia telah berniat pada
mulanya, 10 hari umpamanya. Meskipun begitu, yang lebih baik, niat
itu diperbarui.

- 20
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Bagian Kedua: Mengenai rahasia-rahasia shaum


dan syarat-syarat bathiniyahnya.
Ketahuilah, bahwa shaum itu ada 3 peringkat:
- Shaum Umum,
- Shaum Khusus dan
- Shaum Yang terkhusus dari yang khusus.

a. Shaum umum
Adalah mencegah perut dan kemaluan dari memenuhi
keinginan- nya, sebagaimana telah di jelaskan sebelum ini.

b. Shaum khusus yaitu pencegahan pendengaran, penglihatan,


lidah, tangan, kaki dan anggota-anggota tubuh lainnya dari dosa.

c. Shaum yang terkhusus dari yang khusus,


Adalah shaumnya hati dari segala cita-cita (niatan) yang rendah
dan dari segala pikiran duinawi serta memalingkan diri secara
keseluruhan dari segala sesuatu selain Allah ‘Azza Wa Jalla. Shaum
seperti ini di anggap batal dengan tertujunya pikiran pada selain
Allah
‘Azza Wa Jalla dan hari akhirat. Atau dengan memikirkan tentang
dunia kecuali dari dunia ini yang di maksudkan dengan agama, maka
yang demikian itu adalah termasuk perbekalan akhirat dan tidaklah
termasuk dunia.
Mengenai hal tersebut, beberapa dari Arbab al-qulub (yakni
orang-orang yang telah tercerahkan hatinya) berkata…

“Barang siapa tergerak tekadnya untuk mengerjakan sesuatu di


siang hari guna mendapatkan sesuatu yang di makan pada saat
berbuka, maka perbuatannya itu akan dicatat sebagai dosa untuk
dirinya. Sebab yang demikian itu bersumber dari kurang kepercayaan
akan karunia Allah SWT serta sedikitnya keyakinan akan rizkiNya
yang dijanjikan.”
- 21
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Inilah peringkat para Nabi, para Shiddiqin, dan para Muqarrabin.


Dan tidaklah perlu untuk berpanjang-panjang pandangan mengenai
penguraiannya secara perkataan, tetapi mengenai penyelidikannya
secara pelaksanaan, yakni menghadapkan diri sepenuhnya kepada
Allah swt. serta memalingkan diri dari apa saja dari selainNya dan
memakai akan pengertian firman Allah ‘Azza Wa Jalla,…

‫نوبعلي مهضوخ يـف هرذ ث الل لق‬


“Katakanlah Allah,… kemudian biarkanlah mereka main-main
dengan percakapan kosongnya”.
(Qs. Al An’aam [6]:91)

Uraian tentang Shaum Khusus,


Yaitu shaumnya orang-orang yang shalih. Yaitu: mencegah
segala anggota badan dari dosa. Dan kesempurnaannya adalah
dengan 6 perkara:

Pertama: dengan “menundukkan” pandangan mata serta


membatasinya sedemikian rupa sehingga tidak tertuju kepada
segala yang tercela atau yang dapat menyibukkan hati dan
membuatnya lalai untuk dzikrullah (mengingati Allah ‘Azza
Wa Jalla).

Rasulullah Saw bersabda,…

‫ الل هنعل سيل ـبا ماهس نم مومسم مهس ةرـظنلا‬، ‫اهكرـت نمف‬
‫هبلق يـف هتوَلح دَي ناـمـيا لجو زع الل هَتأ الل نم افوخ‬
- 22
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Sekilas pandangan mata adakalanya merupakan sebuah anak


panah yang beracun dari panah-panah Iblis -laknatullah-. Maka
barangsiapa meninggalkan pandangan seperti itu, karena takut
kepada Allah, niscaya didatangkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla
kepadanya keimanan yang terasa amat manis di dalam hatinya.”
(Hr. Al-Hakim)

Diriwayatkan oleh Jabir dari Anas,


dari Rasulullah saw yang bersabda,…

‫ بذكلا ةبيغلاو ةميمنلاو يميلاو ةبذكلا‬: ‫نرطفي سخ ئاصلا‬


‫رظنلاو ةوْهشب‬
“Lima perkara dapat membatalkan shaum seseorang:
berdusta (ucapan bohong), ghibah (mengumpat, bergunjing), fitnah,
bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat. “

Kedua: menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta,


bergunjing, memfitnah, berkata keji, berkata yang menyinggung
perasaan orang lain, perkataan yang menimbulkan permusuhan,
perkataan yang mengandung ria.

Sebagai gantinya hendaknya ia memaksakan lidahnya berdiam


diri serta menyibukkan waktunya untuk dzikurllah dan membaca Al-
Qur’an. Inilah shaumnya lisan.

Bisyr bin Harits meriwayatkan ucapan Sofyan:

‫موصلا دسفت ةبيغلا‬

- 23
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Gunjingan merusak shaum”.

Demikian pula Laits meriwayatkan dari Mujahid:

‫ ةبيغلا بذكلاو‬: ‫ناتلصخ نادسفي مايصلا‬


“Dua hal yang merusak shaum: gunjingan dan dusta”.

Rasulullah Saw bersabda,…

‫لهَي لإو ثفرـي َلف امئاص كدحأ نَك اذاف ةنج موصلا اـمنا ئاص‬
‫نا ئاص نا لقيلف همتاش وأ لتاق ؤرما ناو‬
“Sesungguhnya shaum itu benteng (tabir penghalang). Maka
apabila seorang dari kalian sedang shaum, janganlah ia
mengucapkan sesuatu yang keji dan janganlah ia berbuat jahil. Dan
seandainya ada orang lain yang mengajaknya berkelahi ataupun
menunjukan cercaan kepadanya, hendaknya ia berkata: “Aku sedang
shaum… Aku sedang shaum…”
(Hr. Bukhari, Muslim)

‫ نأ يـتأرما اتمئاص دهع لع لوسر الل‬: ‫ءاجو يـف بخلا‬


‫هدْجآ عوجلا نم شطعلاو رخأ راَنلا‬ ُ ‫الل لص هيلع لسو ا‬
‫ف‬
‫ّتح نأ َتدَك افلتت ات ـثعبف لوسر لا الل الل لص هيلع لسو‬
‫هنذآت سي يـف راطفلإا لسرآف اـمْيلا احدق لص لاقو الل هيلع‬
ُ ‫ اـمهل لق ائيق ام هيف اـمْتُكأ ))تءاقف ا‬: (( ‫لسو‬
‫ها د ح‬
‫ا‬
- 24
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫ تءاقو ىرخاِل لثم لاذ‬، ‫هفصن امد اطيبع امحلو اضيرغ‬


‫ّتح هَتَلم بجعف سانلا لاذ نم لص لاقف الل هيلع‬
‫ نَتاه اتماص اَع لحأ الل امهل َترطفأو ام لع‬: (( ‫لسو‬
‫هادحا ىرخاِل اتلعـ ـجـف‬
ُ ‫مرـح الل لاعت امْيلع تدعق لا ا‬
‫نَباتغي سانلا ام اذهف نم اتُكأ مهموحل‬
Pernah diriwayatkan bahwa -di masa hidup Nabi Saw- ada dua
orang perempuan shaum lalu mereka sangat menderita karena lapar
dan dahaga pada akhir shaum itu, sedemikian rupa sehingga hampir-
hampir binasa karenanya. Kemudian mereka mengutus orang yang
menghadap Rasulullah Saw untuk memintakan izin bagi keduanya
agar di perbolehkan menghentikan shaum mereka. Maka beliau
mengirimkan sebuah mangkuk kepada mereka seraya memerintah-
kan agar keduanya memuntahkan isi perut ke dalam mangkuk itu.
Ternyata mereka memuntahkan darah dan daging yang segar,
sepenuh mangkuk tersebut, sehingga orang-orang yang
menyaksikannya menjadi terheran-heran.
Dan Rasulullah Saw kemudian bersabda,…
“Kedua perempuan ini shaum terhadap makanan yang dihalalkan
Allah tetapi membatalkan shaumnya dengan perbuatan yang
diharam- kan olehNya. Mereka berdua duduk bersantai sambil
menggunjingkan orang lain. Maka itulah “daging-daging” mereka
yang di pergunjing- kan”.
(Hr. Ahmad)

- 25
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Ketiga: mencegah pendengaran dari mendengarkan tiap- tiap


yang makruh.
Karena segala sesuatu yang haram diucapkan, maka haram pula
mendengarnya. Karena itulah, disamakan oleh Allah Ta’ala antara
orang yang mendengar dan yang makan makanan haram.
Berfirman Allah Ta’ala:

‫تحس ل نولَكأ بذك ل نوعاَس‬


“Mereka orang-orang yang suka mendengar berita bohong
dan banyak memakan (makanan) yang haram”.
)Qs. Al-Maaidah [5]:42(

Dan berfirman Allah Ta’ala:

‫لإول هاَني نوينَبرلا نع رابحِلاو مهلوق ثلإا مهُك أو‬


...‫تحسلا‬
“Mengapa mereka tidak dilarang oleh ahli-ahli ketuhanan dan
pendeta-pendeta dari mengucapkan perkataan dosa dan memakan
yang haram?...”
(Qs. Al-Maaidah [5]:63)

Maka berdiam diri mendengarkan umpatan (gunjingan) adalah


haram.

- 26
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Berfirman Allah Ta’ala:

‫اذا نا بتكـلا ّف كيلع لزن دقو اِب رفكي اّلل تيا ُتعَس‬
‫كنا هيغ ثيدح ّف اوضوَي ّتح مهعم اودعقت َلف اِبازْت سيو‬
‫مهلثم اذا‬
“Dan Allah telah menurunkan kepadamu di dalam Al Quran,
bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah di ingkari dan di
perolok- olokan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka,
sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (jika tetap
bersama mereka) kamu adalah serupa dengan mereka. “
(Qs. An-Nissa’ [4]:140)

Dan karena itulah, bersabda Nabi saw:

‫ثلإا يـف نكيَش عمت سملاو باتغملا‬


“Yang mengumpat dan yang mendengar adalah berserikat dalam
dosa”. (Hr. Thabrani)

Keempat: mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari


segala dosa.
Dari tangan dan kaki dari segala yang makruh, serta mencegah
perut dari segala harta yang syubhat (diragukan) pada waktu
berbuka. Maka tidak ada artinya shaum yaitu mencegah dari
makanan yang halal kemudian berbuka dengan makanan yang
haram. Orang seperti ini dapat di ibaratkan orang yang membangun
istana semen- tara ia menghancurkan sebuah kota.

- 27
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Sesungguhnya makanan yang halal itu bisa memberi mudharat


dengan banyaknya, bukan disebabkan macamnya, maka shaum
berarti menyedikitkannya.
Dan orang yang meninggalkan obat karena takut dari mudharat-
nya, kemudian ia beralih kepada memakan racun, maka ia adalah
seorang yang tidak sempurna akalnya.
Dan makanan yang haram adalah racun yang membinasakan
agama. Dan yang halal adalah obat yang bermanfaat apabila
digunakan sekadarnya, namun akan menjadi mudharat apabila di
makan terlalu banyak. Maka maksud dari shaum adalah dengan
menyedikitkannya.

Rasulullah Saw bersabda,…

‫شطعلاو عوجلا لإا هموص نم ل سيل ئاص نم ك‬


“Betapa banyak orang yang shaum sedang ia tidak
mendapat sesuatu dari shaumnya, selain dari lapar dan haus”.
(Hr. An-Nasa’I, Ibnu Majah)

Ada orang yang mengatakan tentang hadits itu adalah orang


yang berbuka dengan yang haram. Dan ada yang mengatakan yaitu
orang yang menahan diri dari makanan yang halal dan berbuka
dengan daging manusia dengan berbuat ghibah. Dan itu adalah
haram. Dan ada pula yang berpendapat bahwa yang di maksud
hadits tersebut adalah orang yang tidak mencegah anggota-anggota
badannya dari perbuatan dosa.

- 28
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Kelima: tidak membanyakkan makanan yang halal waktu


berbuka, dimana rongganya penuh melimpah (kekenyangan).

Hendaknya di ingat bahwa tidak ada kantung yang lebih di


murkai Allah ‘Azza Wa Jalla selain dari perut yang penuh dengan
makanan (walaupun dari yang halal). Maka bagaimanakah dapat
diperoleh faedah dari shaum yang berupa penindasan musuh Allah
dan penekanan syahwat-hawanafsu, apabila orang yang shaumnya
itu bersegera menggantinya -pada saat berbuka- dengan semua yang
tidak diperolehnya di siang hari?... atau adakalanya bertambah lagi
dengan berbagai jenis makanan, sehingga menjadi kebiasaan di
kalangan masyarakat dengan menyimpan berbagai macam makanan
untuk di makan pada bulan Ramadlan sejumlah yang jauh lebih
besar di bandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Tentunya telah diketahui bahwa tujuan dari shaum adalah


mengosongkan perut dan mematahkan hawa nafsu agar jiwa
menjadi kuat untuk peningkatan ketaqwaannya.

Maka jika perut seseorang di kosongkan sepanjang hari sampai


malam, sehingga selera makannya bergejolak dan keinginannya
makin kuat, kemudian diberi makan dari segala yang lezat-lezat
dengan sekenyang-kenyangnya, maka sudah barang tentu kesena-
ngan syahwatnya bertambah dan kekuatannya menjadi berlipat
ganda dari yang tadinya di harapkan bisa tenang. Bahkan berbagai
syahwat dan hawa nafsu yang tadinya masih terpendam, kini muncul
dengan berbagai kerakusannya.

Maka jelaslah bahwa ruh dan rahasia shaum ialah melemahkan


kekuatan yang menjadi jalan setan dalam mengulangi perbuatan-
perbuatan dosa. Dan yang demikian itu tidak akan berhasil, selain
dengan menyedikitkan makanan. Yakni mencukupkan diri dengan

- 29
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

sekedar makan malam yang biasanya ia makan pada hari-hari ketika


ia tidak shaum. Adapun jika ia menambah makanan yang biasanya ia
makan di siang hari dengan makanan malamnya, maka shaumnya itu
tidak akan bermanfaat baginya.

Bahkan sebagian dari adab shaum adalah tidak membanyakkan


tidur pada siang hari, sehingga dirasainya lapar dan haus. Dan
dirasainya melemahnya kekuatan tubuh. Dengan demikian, maka
jernihlah ketika itu hatinya serta berkekalanlah pada tiap-tiap
malam, sehingga ringanlah mengerjakan shalat tahajjud dan wirid-
wiridnya. Maka semoga setan tidak mengelilingi hatinya, lalu ia
dapat memandang ke alam yang tinggi, terutama pada malam lailatul
qadar. Dan malam lailatul-qadar adalah malam yang terbuka
padanya sesuatu dari alam malakut.

Dan itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah Ta’ala:

‫ردقلا ليل يـف هانلزـنأ نا‬


“Sesungguhnya (Alquran) itu, kami turunkan pada malam
lailatul-qadar (malam kemuliaan)”.
[Qs. Al-Qadr [97]:1]

Barangsiapa yang menjadikan ruang antara hati dan dadanya


sebagai gudang penampung makanan, maka dia akan terhijab dari-
Nya. Bahkan pengosongan perut pun tidak akan cukup untuk
menyibak tirai hijab itu, jika himmahnya (cita-citanya) kosong dari
selain Allah ‘Azza Wa Jalla. Itulah azas segala-galanya dan pangkal
dari semua urusan ialah menyedikitkan makanan. Dan akan datang
untuk itu, penjelasan lebih lanjut dalam Kitab Makanan, insya Allah
‘Azza Wa Jalla.

- 30
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Keenam: adalah hatinya -setelah selesai berbuka- senantiasa


bergantung dan bergoncang diantara takut dan harap.
Karena ia tidak mengetahui apakah shaumnya diterima sehingga
ia termasuk golongan muqarrabin ataukah seorang yang tertolak
sehingga ia termasuk menjadi golongan mamqutin (orang yang
tercela). Keadaan seperti itulah yang seyogianya menyertai dirinya
di setiap selesai melakukan ibadah.

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashary, bahwa ia


melewati suatu kaum, yang sedang tertawa terbahak-bahak.
Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla men-
jadikan bulan Ramadlan tempat persembunyian bagi makhlukNya,
dimana mereka tetap padanya guna mentaatiNya. Maka sebagian
kaum memperoleh kemenangan dan tertinggallah beberapa kaum,
lalu merugilah mereka. Karena itu, sungguh amat mengherankan
masih ada orang yang tertawa dan bermain-main pada hari kejayaan
orang-orang yang menang dan kekecewaan orang-orang yang
bertindak sia-sia..
Demi Allah kalaulah hijab terbuka, sungguh orang yang telah
berbuat baik akan sibuk dengan hasil kebaikannya dan orang yang
telah berbuat kejahatan akan sibuk dengan hasil kejahatannya.”
Artinya: kegembiraan orang yang diterima amalannya menjauh-
kan dia dari bermain-main. Dan kesedihan hati orang yang tertolak
amalannya, menutupkan baginya pintu tertawa.

Dari Al-Ahnaf bin Qais, bahwa orang berkata kepadanya,…


“Anda seorang yang telah lanjut usia. Sedangkan shaum akan
melemahkan fisik anda.”
Ahnaf menjawab: “Aku menyediakan shaum itu untuk perjalanan
yang jauh. Dan bersabar dalam mentaati Allah swt adalah lebih
mudah daripada bersabar dari azabNya”.

Maka inilah segala pengertian batiniyah dalam shaum.

- 31
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Mungkin anda akan bertanya:


”Para ahli fiqih telah menyatakan bahwa orang yang shaum dan
menahan diri dari nafsu makan dan seks, puasanya itu sah adanya,
walaupun ia meninggalkan makna-makna batiniah seperti tersebut
di atas. Bagaimana dengan hal tersebut?...”

Maka ketahuilah,…
Bahwa para ulama fiqih lahiriah itu menetapkan syarat-syarat
lahiriah dengan dalil-dalil yang lebih lemah dari dalil-dalil yang telah
kami sebutkan dalam syarat-syarat batiniyah itu. Lebih-lebih tentang
bergunjing dan sebagainya. Hal ini disebabkan para ulama fiqih
lahiriah itu tidak menetapkan dari kewajiban-kewajiban ini kecuali
yang mampu di kerjakan oleh semua orang, termasuk mereka yang
lalai dan yang menghadapkan dirinya kepada kehidupan dunia.

Adapun ulama akhirat maka mereka bersungguh-sungguh


dengan sahnya itu agar amalnya diterima. Dan dengan diterima,
maka akan sampai kepada yang dimaksud. Mereka memahami,
bahwa yang dimaksudkan dengan shaum ialah berakhlak dengan
salah satu dari akhlak Allah ‘Azza Wa Jalla, juga berusaha sekuatnya
menyamai sifat para malaikat dalam hal menahan diri dari segala
syahwat dan hawanafsu sedapat mungkin. Sebab para malaikat
adalah makhluk yang di jauhkan dari segala macam syahwat dan
kecenderungan hawanafsu.

Tingkatan manusia berada di atas tingkatan hewan, karena


kesanggupan dengan nur akalnya menghancurkan hawa nafsunya.
Tetapi bersamaan dengan itu ia berada di bawah tingkatan malaikat,
disebabkan hawanafsu-syahwat yang berkuasa atas dirinya. Hal itu
merupakan ujian bagi dirinya, untuk berjuang menghadapi hawa
nafsu itu. Sewaktu manusia itu terjerumus membenamkan diri dalam
pemuasan hawanafsunya, maka ia menurun ketingkat yang paling
bawah dan berada di alam binatang. Dan sebagliknya, sewaktu ia

- 32
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

mencegah diri dan mengalahkan hawa nafsu-syahwatnya, niscaya


terangkatlah ia ketingkat yang paling tinggi dan berhubunganlah ia
dengan tingkatan malaikat. Sedangkan para malaikat adalah
mahkluk yang berdekatan dengan Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka siapa
saja yang meneladani mereka dan berusaha menyerupai akhlak
mereka, maka berdekatanlah ia dengan Allah ‘Azza Wa Jalla,
sebagaimana dekatnya para malaikat itu. Dan siapa saja yang
menyerupai dengan orang yang dekat kepada Allah, maka menjadi
dekat. Dan tidaklah dimaksudkan dengan dekat disitu dengan
tempat, tetapi dengan sifat.

Nah, jika yang demikian itu merupakan rahasia shaum dalam


pandangan orang-orang yang berakal sehat dan yang menggunakan
mata-hatinya, maka faedah apakah yang akan diperoleh dari
perbuatan menangguhkan makanan di siang hari untuk kemudian di
gantikannya di malam hari atau bahkan di tambahkan
makanannya?... Terlebih lagi bila di sertai pelampiasan hawanafsu?..
Seandainya hal itu seperti itu di anggap berfaedah, maka apalah
artinya sabda Nabi saw:

‫شطعلاو عوجلا لإا هموص نم ل سيل ئاص نم مـك‬


“Betapa banyak orang yang shaum, namun tidak memperoleh
sesuatu dari shaumnya selain dari lapar dan haus.”

Karena inilah Abud-Darda’ berkata,… “Alangkah baiknya tidur


dan berbukanya orang-orang yang pandai.”

Bagaimana orang-orang yang berakal tidak mencela shaum yang


di lakukan oleh orang-orang bodoh serta bangun malam mereka.
Sebiji sawi dari orang yang berkeyakinan dan bertaqwa adalah lebih
utama dan lebih kuat daripada berbukit ibadahnya orang-orang yang
tertipu dengan dirinya.

Dan karena itulah, berkata sebagian ulama,…


- 33
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Betapa banyak orang yang shaum itu berbuka, dan betapa


banyak orang yang berbuka itu shaum.”

Orang yang shaum ialah orang yang menjaga segala anggota


tubuhnya dari dosa. Ia makan dan minum. Dan orang yang shaum
tetapi berbuka ialah orang yang melaparkan perutnya sementara ia
melepaskan kendali segala anggota tubuhnya.
Maka barang siapa telah memahami makna dan rahasia shaum,
pasti mengerti bahwa orang yang “shaum” sementara ia “berbuka”
dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa, maka ia sama saja
dengan orang yang mengusap sebagian dari anggota tubuhnya,-
dalam wudhu- sebanyak tiga kali. Memang tampaknya ia telah
mencukupi bilangan yang di minta darinya. Namun pada hakikatnya
ia telah mengabaikan hal yang amat penting, yaitu kewajiban
“membasuh” bukannya “mengusap”. Maka shalatnya pun tertolak
akibat kebodo- hannya itu.
Demikian pula orang yang berbuka dengan makan dan minum
sementara ia men-shaumkan anggota-anggota tubuhnya dari
perbuatan dosa, sama seperti orang yang membasuhnya sekali-
sekali. Insya Allah, shalatnya akan di terima oleh Allah di sebabkan
ia telah mengerjakan inti wudhu walaupun telah meninggalkan
tambahan keutamaannya.
Adapun orang yang mengerjakan kedua-duanya (yakni shaum
dari makan minum dan menahan dirinya dari perbuatan-perbuatan
dosa) ibarat orang yang membasuh masing-masing anggota
tubuhnya sebanyak tiga kali-tiga kali. Dengan demikian ia telah
mengumpulkan antara yang inti dan yang lebih utama. Itulah yang di
sebut “Kesempurnaan”.
Bersabda Nabi saw:

‫هتـنامأ كدحأ ظـفحيلف ةنامأ موصلا نا‬

- 34
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Sesungguhnya shaum itu amanah, maka hendaklah masing-


masing dari kalian menjaga amanahnya.”.
(Hr. Al-Kharaithi dari Ibnu Mas’ud)

Sewaktu Nabi saw membaca firman Allah ‘Azza Wa Jalla:

‫اهلهأ لا تناماِل اودؤت نأ كرمآي الل نا‬


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah
kepada yang berhak”.
(Qs. An-Nisaa’ [4]:58)

Lalu Nabi saw meletakkan tangannya pada pendengaran dan


penglihatannya, seraya bersabda:

‫ةـنامأ صبلاو ةنامأ عمسلا‬


“Pendengaran itu amanah dan penglihatan itu amanah”.

Seandainya yang demikian itu tidak termasuk dalam amanat-


amanat shaum, niscaya beliau tidak mengajarkan kepada siapa saja
yang di ajak bertengkar sementara ia dalam keadaan shaum untuk
mengatakan,…

‫مـئاص يـنا مـئاص نا لقيلف‬


“Aku ini sedang shaum… Aku ini sedang shaum..”.
Artinya: Sungguh aku simpan lisanku supaya aku dapat
memeliharanya. Maka bagaimanakah ia aku lepaskan dengan men-
jawab perkataan engkau?....

Jadi, telah teranglah bahwa bagi tiap ibadah itu mempunyai segi
lahir dan bathin, atau kulit dan isi. Dan kulitnya itu mempunyai

- 35
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

beberapa derajat dan bagi tiap-tiap derajat mempunyai beberapa


lapisan. Maka terserah anda kini untuk memilih, apakah cukup
dengan kulit saja tanpa isi atau anda menggabungkan diri dengan
para ahli isi, kalangan orang-orang yang terbuka mata-hatinya.

- 36
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Bagian Ketiga: Mengenai amalan shaum sunnah


dan susunan wirid padanya.
Ketahuilah, bahwa shaum sunnah dikuatkan pada hari-hari yang
utama. Hari-hari yang utama terdapat pada tiap tahun, bulan dan
minggu.

Adapun yang dalam setahun selain dari hari-hari Ramadlan,


yaitu: hari ‘Arafah, hari ‘Asyura, 10 pertama dari bulan Dzulhijjah dan
10 pertama dari bulan Muharram. Dan semua bulan Haram adalah
tempat berat bagi shaum. Yaitu waktu-waktu yang utama.

‫نابعش موص رـثكي لسو هيلع الل لص الل لوسر نَكو ناضمر‬
‫يـف ه ـنأ نظي نَك ّتح‬
“Dan adalah Rasulullah saw memperbanyak shaum bulan
Sya’ban,
sehingga orang menyangka bahwa beliau dalam bulan Ramadlan”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

Dalam hadits tersebut:

‫مرحملا الل رهش ناضمر رهش دعب مايصلا لضفأ‬


“Shaum yang lebih utama sesudah bulan Ramadlan ialah shaum
pada bulan Allah, Muharram”.

Karena bulan Muharram itu, permulaan tahun. Maka mem-


bangunnya diatas kebajikan adalah lebih disunnahkan dan diharap-
kan berkekalan berkatnya.

- 37
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Bersabda Nabi saw:

‫موصو هيغ نم يثَلث نم لضفأ مارح رهش نم موـي موص مارـح‬


‫رهش نم يثَلث نم لضفأ ناضمر نم موي‬
“Shaum sehari dari bulan haram adalah lebih utama daripada 30
hari bulan lainnya. Dan shaum sehari dari bulan Ramadlan adalah
lebih utama dari 30 hari dari bulan haram”.

Pada hadits tersebut:

‫ماص نم ةـثَلث نم مَّيأ رهش مارـح سيمخلا ةعمجلاو تبسلاو‬


‫بتك الل موي كب ل ةدابع ةئامعست ماع‬
“Barangsiapa shaum 3 hari dari bulan haram, yaitu: Kamis,
Jum’at dan Sabtu, niscaya dituliskan oleh Allah baginya tiap-tiap hari,
sebagai ibadah 900 tahun”.

Pada hadits tersebut:

‫نم فصنلا نابعش َلف موص ّتح ناضمر‬ ‫اذا نَك‬


“Apabila telah berada senishfu (lebih dari 15 hari) dari bulan
Sya’ban, maka tidak ada shaum lagi sampai Ramadlan”.
(Hr. Ibnu Hibban)

Karena itulah disunnahkan berbuka (tidak shaum) sebelum


Ramadlan beberapa hari. Kalau disambungkannya Sya’ban dengan
Ramadlan, maka boleh juga. Dikerjakan yang demikian oleh
Rasulullah saw sekali dan dipisahkannya diantara Sya’ban dan
Ramadlan (dengan tiada shaum). Dan tidak boleh, dimaksudkan

- 38
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

menerima Ramadlan, dengan 2 atau 3 hari puasa, kecuali bertepatan


dengan wiridnya.

Dimakruhkan oleh sebagian sahabat diambil bulan Rajab untuk


shaum seluruhnya sehingga tidak menyerupai dengan bulan
Ramadlan. Maka bulan-bulan yang utama itu ialah bulan Dzulhijjah,
Muharram, Rajab dan Sya’ban dan bulan haram yaitu: Dzulqaidah,
Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Satu tunggal dan tiga berturut-
turut. Dan yang lebih utama dari bulan haram itu ialah bulan
Dzulhijjah, karena padanya ibadah hajji, beberapa hari yang
dimaklumi dan yang dikirakan. Bulan Dzulqaidah adalah bagian
dari bulan haram dan bagian dari bulan-bulan hajji. Dan bulan
Syawal adalah bagian dari bulan-bulan hajji dan tidaklah ia termasuk
bulan haram. Bulan Muharram dan bulan Rajab tidaklah bagian dari
bulan-bulan hajji.

Dalam hadits tersebut:

‫نم ام مَّيأ لمعلا نْيف لضفأ لا بحأو زع الل نم لجو‬


‫شع مَّيأ نا ةجحلا يذ موص موـي هنم لدعي مايص ةن س‬
‫ لإو داهجلا يـف‬: ‫ ليق‬، ‫مايقو ليل هنم لدعت مايق ليل ردقلا‬
‫ لإو داهجلا يـف ليبس الل لجو زع‬: ‫ليبس الل ؟ لاعت لاق‬
‫ نم لإا رقع هداوج قرهأو همد‬،
“Tidak ada hari-hari yang berbuat amalan padanya yang lebih
utama dan lebih dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla, selain dari 10 hari
Dzulhijjah. Bahwa shaum sehari padanya adalah menyamai dengan
shaum setahun. Berbuat ibadah shalat satu malam daripadanya,
menyamai dengan mengerjakan ibadah shalat pada malam Lailatul-
qadar. Lalu orang bertanya: “Dan tiadakah jihad pada jalan Allah

- 39
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Ta’ala?...”. Maka Nabi saw menjawab: “Dan tiadalah jihad pada jalan
Allah ‘Azza Wa Jalla selain orang yang diletihkan kudanya dan
ditumpahkan darahnya”.
(Hr. Ibnu Majah)

Adapun shaum yang berulang-ulang dalam sebulan, adalah yang


awal bulan, pertengahan dan akhir bulan. Dan pertengahannya ialah
hari-hari putih yaitu: tanggal 13, 14 dan 15. Adapun yang berulang-
ulang dalam seminggu, yaitu: hari Senin, Kamis dan Jum’at. Maka
inilah hari-hari yang utama, disunnahkan padanya shaum dan
memperbanyak kebaikan, karena berlipat-ganda pahalanya dengan
barakahnya waktu-waktu tersebut.

Adapun shaum sepanjang masa, maka adalah melengkapi bagi


keseluruhannya serta tambahannya. Dan bagi orang-orang yang
berjalan pada jalan Allah (salikin) padanya beberapa jalan. Diantara
mereka ada yang memakruhkannya, karena telah datang beberapa
hadits yang menunjukkan kepada makruhnya.

Dan yang shahih, sesungguhnya dimakruhkan karena 2 perkara:


Pertama: berbuka pada 2 hari raya dan hari-hari tasyriq, maka itu
adalah untuk masa seluruhnya. Kedua: bahwa dengan shaum untuk
masa itu adalah tidak menyukai sunnah tentang berbuka. Dan orang
yang selalu shaum itu, menjadikan shaum suatu larangan terhadap
dirinya. Sedang Allah swt menyukai supaya dilaksanakan
kemudahan yang dianugerahiNya, sebagaimana menyukai
dilaksanakan segala kemauanNya. Maka apabila sesuatu daripada
itu tidak ada dan melihat kebaikan bagi dirinya dalam shaum untuk
masa, maka hendaklah dikerjakannya yang demikian. Sesungguhnya
telah dikerjakan itu oleh segolongan sahabat dan tabi’in. Diridhai
Allah kiranya mereka itu sekalian.

Bersabda Nabi saw dalam apa yang diriwayatkan oleh Abu Musa
Al-Asy’ari:

- 40
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫يعست دقعو ّنْج هيلع تقـيض هُك رهلدا ماص نم‬


“Barangsiapa berpuasa dalam masa seluruhnya, niscaya
disempitkan kepadanya neraka jahannam dan dinomori 90”. Artinya,
tak ada baginya dalam neraka jahannam itu tempat.

Dan kurang dari itu, ada derajat yang lain. Yaitu: puasa setengah
masa, dengan cara ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Yang
demikian itu adalah sangat memberatkan bagi diri dan lebih kuat
memaksakannya. Dan telah datang mengenai kelebihannya pada
banyak hadits, karena hamba padanya adalah diantara puasa sehari
dan syukur sehari.

Telah bersabda Nabi saw:

‫تضرع حيتافم لع نئازخ اينلدا زونكو ضراِل اُتددرـف‬


َ ‫ كدحأ اذا تعب ش ع‬، ‫ عوجأ اموي عب شأو اموـي‬: ‫تلقو‬
‫ضتأو‬
‫كيلا اذا تعج‬
“Didatangkan kepadaku kunci-kunci gudang dunia dan tempat
simpanan dibumi, maka aku kembalikan semuanya. Dan aku
mengatakan: Aku lapar sehari dan aku kenyang sehari. Aku memuji
akan Engkau, apabila aku kenyang dan aku merendahkan diri kepada
Engkau, apabila aku lapar”.
(Hr. Tirmidzi)

Bersabda Nabi saw:

‫ نَك موصي رطفيو اموـي‬، ‫لضفأ مايصلا موص يـخأ دواد‬

- 41
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Shaum yang lebih utama ialah shaum saudaraku Dawud. Adalah


ia berpuasa sehari dan berbuka sehari”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

‫لص لاق الل هيلع لسو دبعل الل ضر رَع نب الل امَنع‬
‫ لص لاقف‬، ‫ قيطأ نا نم رـثكأ لاذ‬: ‫يـف موصلا وه لوقي‬
‫و‬
‫ يـنا ديرأ لضفأ‬: ‫ لاقف‬، ‫الل هيلع لسو اموي ص رطفأو اموي‬
‫ إل نم لضفأ لاذ‬: ‫ لص لاق الل هيلع لسو‬، ‫لاذ نم‬
Dan daripada itulah berkata Nabi saw pada Abdullah bin Umar ra
mengenai shaum, dimana Abdullah mengatakan: “Sungguh saya
sanggup lebih banyak dari itu”. Maka menjawab Nabi saw: “Shaumlah
sehari dan berbukalah sehari!”. Lalu Abdullah menyambung:
“Sungguh aku bermaksud lebih baik dari itu !”. Maka bersabda Nabi
saw: “Tidak ada yang lebih baik dari itu!”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

‫دقو يور لص هـنأ الل هيلع لسو ماص ام اره َلمَك لإا طق‬
‫ش‬
‫نا ض م ر‬
Diriwayatkan “Bahwa Nabi saw tiada berpuasa sekali-kali sebulan
penuh, selain daripada bulan Ramadlan”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

Dan siapa yang tidak sanggup shaum setengah masa itu maka
tidak apa dengan 1/3 nya. Yaitu, dia shaum sehari dan berbuka dua
hari. Dan apabila shaum 3 hari dari awal bulan, 3 hari ditengah dan 3

- 42
hari dipenghabisannya, maka itu adalah 1/3 dan jatuh dalam waktu-
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

waktu yang utama. Dan jika shaum Senin, Kamis dan Jum’at, maka itu

- 43
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

mendekati dengan 1/3. Apabila telah jelas waktu-waktu keutamaan,


maka yang sempurna ialah dipahami oleh orang banyak akan
pengertian shaum. Dan bahwa maksudnya ialah membersihkan hati
dan menuangkan segala cita-cita hanya bagi Allah ‘Azza Wa Jalla.

Orang yang memahami yang halus dari sifat batin, maka ia akan
melihat segala hal-ikhwalnya. Kadang-kadang dikehendaki oleh
keadaannya akan berkekalan shaum dan kadang-kadang
dikehendaki akan berkekalan berbuka. Dan kadang-kadang
dikehendaki mencam- purkan berbuka dengan shaum. Apabila telah
dipahami akan artinya dan telah dipastikan akan batasnya dalam
menempuh jalan akhirat dengan muraqabah (memperhatikan hati),
niscaya tidak tersembunyi kepadanya kebaikan hatinya. Dan itu,
tidak mengharuskan tertib yang terus-menerus.

‫لَّل و يور لص هـ ـنأ الل هيلع لسو نَك موصي ّتح لاقي‬
‫ مانيو ّتح إل لاقي‬، ‫ رطفـيو ّتح إل لاقي موصي‬، ‫رطفي إل‬
‫ موقـيو ّتح إل لاقي ماني‬، ‫موقي‬
Dan karena itulah, diriwayatkan, bahwa Nabi saw: “Adalah
shaum, sehingga dikatakan orang, ia tidak berbuka. Dan ia berbuka,
sehingga ia dikatakan orang tidak shaum. Dan ia tidur, sehingga
dikatakan orang ia tiada bangun dan ia bangun, sehingga dikatakan
orang ia tiada tidur”. Dan adalah yang demikian itu, menurut apa
yang terbuka baginya dengan nur kenabian, daripada menunaikan
segala hak waktu.

Para ulama memandang makruh membuat berturut-turut


diantara berbuka lebih banyak dari 4 hari, karena penghargaan
dengan hari raya dan hari-hari tasyriq. Ulama-ulama itu menyebut-
kan, bahwa yang demikian mengkesatkan hati, melahirkan kebu-

- 44
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

rukan adat kebiasaan dan membukakan pintu-pintu hawa nafsu. Dan


demi umurku, benarlah seperti yang demikian pada pihak
kebanyakan manusia, lebih-lebih orang yang memakan sehari
semalam dua kali. Inilah yang kami maksudkan menyebutkannya
dari tertib susunan shaum sunnah.
Wallahu A’lam bishshawab.
Allah yang Maha Tahu dengan Kebenaran.

Telah tamat Kitab Rahasia-Rahasia shaum


Dan segala puji bagi Allah dengan segala tempat pujianNya
semuanya atas apa yang kita ketahui darinya dan apa yang tidak kita
ketahui diatas segala ni’matNya seluruhnya.
Rahmat Allah kepada penghulu kita Muhammad saw, keluarga-
nya dan sahabatnya, serta sejahtera dan mulia dan kepada tiap-tiap
hamba pilihan dari penduduk bumi dan langit.
Akan diiringi insya Allah Ta’ala dengan Kitab Rahasia-Rahasia
Hajji. Dan Allah yang Maha menolong, tak ada Tuhan lain selain
daripadaNya. Dan tak adalah taufik bagiku, selain dari Allah.
Mencukupilah bagi kami Allah dan sebaik-baik tempat menyerahkan
diri.

- 45
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Lampiran

- 46
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫موصلا راسرأ باتك‬


‫تادابعلا عبر نم سداسلا باتكلا وهو يحرلا‬

‫نحرلا الل مسب‬

‫بيخو لمأ درو ‪ ،‬هنفو ناطي شلا ديك منَع عفد ابم ‪ ،‬ةنلما هدابع لع مظعأ يَّلا هلل دلحما لي سو نأ‬
‫مهفرعو ‪ ،‬ةنلا باوبأ هب مله حتفو ‪ ،‬ةنجو هئايلوِل انصح موصلا لعج ذا ‪ ،‬هنظ ف ةكوشلا‬
‫ةرهاظ ةنئمطلما سفنلا حبصت اهعمقب ناو ‪ ،‬ةنكت سلما تاوهشلا مِبولق لا ناطي شلا يوذ هباصحأو أل لعو‬
‫‪ ،‬ةن سلا ده مو ‪ ،‬قلنا دئاق دمحم لع ةَلصلاو ‪ ،‬ةنلما ةيوق اهمصخ مصق‬
‫ايثك يمالست لسو ةجحرلما لوقعلاو ةبقاثلا راصبلِا‪.‬‬
‫نايمإلا عبر موصلا ناف ‪ :‬دعب امأ لوق ضىتقبم لسو هيلع الل لص ‪ (( :‬فصن موصال‬
‫ةيصابخ يزتمم وه ث ‪ ))2‬نايملإا فصن بصلا (( ‪ :‬لسو هيلع الل لص لوق ضىتقبمو ‪ ))1‬بصلا هيلع الل لص هيبن‬
‫هنع هكح يماف لاعت الل لاق ذا نَك رِلا رئاس يب نم لاعت الل لا ةب سنلا‬
‫هب يزجأ نأو لي هناف ‪ ،‬مايصلا لإا فعض ةئماعب س لا اهلاثمأ ))‪3‬‬ ‫لسو ‪ (( :‬شعب ةن سح ك‬
‫فصن موصلاو ))‪ : 10‬رمزلا( ﴾ باسح يغب هرجأ نورباصلا ّفوي انما ﴿ ‪ :‬لاعت الل الق دقو‬
‫لوق لضف ةفرعم ف كيهنو باسماو ريدقتلا نوناق هباوث زواج دقف بصلا هيلع الل لص‬
‫زع الل لوقي كسلما يحر نم الل دنع بيطأ ئاصلا فم فولن‬ ‫لسو ‪ (( :‬هديب سيفن ياَّل و‬

‫ةريره بيأ ثيدح نم هجام نباو ميلس نيب نم لجر ثيدح نم هنسحو يذمترلا هجرخأ )) برصلا فصن موصلا (( ثيدح ‪. 1‬‬
‫نسح دنسب دوعسم نبا ثيدح نم خيراتلا ق بيطناو ‪ ،‬ةيلما ق ميعن وبأ هجرخأ )) نايملإا فصن برصلا (( ثيدح ‪. 2‬‬
‫ةريره بيأ ثيدح نم هاجرخأ )) ثيدما‪ ..‬موصلا لاإ فعض ةئامعبس لإ الهاثمأ رشعب ةنسح لك(( ثيدح ‪. 3‬‬

‫‪- 47‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫القو ‪ ))4‬هب يزجأ نأو لي موصلاف لجِل هباشَو هماعطو هتوهش رذي انما لجو هيلع الل لص‬
‫(( ءزج ف لاعت الل ءاقلب دوعوم وهو نوئماصلا لإا لخدي إل لَّيرلا ل لاقي بَب ةنج ل‬ ‫لسو ‪:‬‬
‫ءاقل دنع ةحرفو ‪ ،‬هراطفا دنع ةحرف ‪ :‬ناتحرف ئاص ل (( ‪ :‬لسو هيل ـع الل لص الق ـ و ‪ ))5‬هموص الل‬
‫لص القو ‪ ))7‬موصلا ةدابعلا بَبو بَب ءشي كل (( ‪ :‬لسو هيل ـع الل لص القـ و ‪ ))6‬هبر لسـ و هيل ـع الل‬
‫لص هنأ هنع الل ضر ةريره وبأ ىورو ‪ ))8‬ةدابع ئاصلا مون (( ‪ :‬لسو هيلع‬
‫يطاي شلا تدفصو رانلا باوبأ تقلغو ةنلا باوبأ تحتف ناضمر‬ ‫الق ‪ (( :‬رهش لخد اذا‬
‫اوبشَاو اوُك ﴿ ‪ :‬لاعت لوق ف عيكو لاقو ‪ ))9‬صقأ شلا يغَب َّيو له ينا يغَب َّي دانم ىدنو‬
‫بشلاو كلِا ايْف اوكرت ذا مايصلا مَّيأ ه )‪ : 24‬ةقاما( ﴾ ةيلانا مَّيلِا ف ُتفلسأ ابم ائينه ‪،‬‬
‫لسو هيلع الل لص الل لوسر عجم دقو لاقف موصلا يبو اينلدا ف دهزلا يب ةاهابلما ةبتر ف‬
‫‪ (( :‬لذبلما لجِل هتوهش كراتلا باشلا ايهأ لوقيف دباعلا باشلَب هتكئَلم هابي لاعت الل نا‬
‫الل لوقي (( ‪ :‬ئاصال ف لسو هيلع الل لص القو ‪ ))10‬تيكئَلم ضعبك يدنع تنأ لي هباب ش ليقو ‪ ))11‬لجأ نم‬
‫هباشَو هماعطو هتَّلو هتوهش كرت يدبع لا تيكئَلم َّي اورظنا ‪ :‬لجو زع‬
‫نولمعي اونَك ابم ءازج يعأ ةرق نم مله يفخأ ام سفن لعت َلف ﴿ ‪ :‬لاعت لوق ف ﴾ (ةدجسلا ‪:‬‬
‫لاق هنِل مايصلا مهلَع نَك ليق )‪ ﴿ : 17‬باسح يغب هرجأ نورباصلا ّفوي انما ﴾ (رمزلا ‪:‬‬
‫نوكي نآب ريدجو ‪ ،‬ريدقتو هو تتح لخدي َلف افازج فزاَيو اغارفا هؤازج ئاص ل غرفيف )‪ 10‬تيبلا فَش‬
‫ماك ل اهُك تادابعلا تنَك ناو هيلا ةب سنلَب افشمو ل نَك انما موصلا نِل ؛ لذك‬

‫هلبق يذلا ضعب وهو هثيدح نم هاجرخأ ))ثيدما‪ ..‬مئاصلا مف فولن هديب يسفن يذلاو (( ثيدح ‪. 4‬‬
‫دعس نب لهس ثيدح نم هاجرخأ )) ثيدما‪ ..‬نايرلا هل لاقي ببا ةنجلل (( ثيدح ‪. 5‬‬
‫ةريره بيأ ثيدح نم هاجرخأ )) ثيدما‪ ..‬ناتحرف مئاصلل (( ثيدح ‪. 6‬‬
‫فيعض دنسب ءادردلا بيأ ثيدح نم باوثلا ق خيشلا وبأ هقيرط نمو ‪ ،‬دهزلا ق كرابلما نبا هجرخأ ))موصلا ةدابعلا بباو ببا ءيش لكل (( ثيدح ‪. 7‬‬
‫ةيرغلما نبال اوركذي لم منهإف ورمع نب هللا دبع هلعلو فيعض دنسب رمع نب هللا دبع نع ساوقلا ةيرغلما نبا ةياور نم هدنم نبا مامأ ق هانيور )) ةدابع مئاصلا مون (( ثيدح ‪8‬‬
‫ينباذكلا دحأ يعخنلا ورمع نب ناميلس هيفو ‪ ،‬فوأ بيأ نب هللا دبع ث يدح نم سودرفلا دنسم ق يمليدلا روصنم وبأ هاورو ‪ ،‬هنع لاإ ةياور ‪.‬‬
‫ححصو ‪ ،‬ةريره بيأ ثيدح نم امهطرش ىلع هححصو مكاماو هجام نباو ‪ .‬بيرغ ‪ :‬لاقو يذمترلا هجرخأ‬ ‫ةنال باوبأ تحتف ناضمر رهش لخد اذإ (( ثيدح ‪))9‬‬
‫دانم ىدناو(( هلوق نود هيلع قفتم هلصأو دهامج ىلع هفقو يراخبلا))‪.‬‬
‫فيعض دنسب دوعسم نبا ثيدح نم يدع نبا هجرخأ )) ثيدما‪ ..‬هتوهش كراتلا باشلا اهيأ لوقيف دباعلا باشلبا هتكئلام يهابي لاعت هللا نإ (( ثيدح ‪. 10‬‬
‫يلجأ نم هبارشو هماعطو هتذلو هتوهش كرت يدبع لإ اورظنا تيكئلام يا ‪ :‬هتكئلالم لاعت هللا لوقي (( ثيدح ‪. )) 11‬‬

‫‪- 48‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫سر هسفن ف وهو كرتو فك موصلا نأ ‪ :‬ماهدحأ يينعلم ل اهُك ضرلِاو هسفن لا ةب سنلَب‬
‫الل إلا هاري إل موصلاو ‪ ،‬ىأرمو قلنا نم دهشبم تاعاطلا لماعأ عيجمو ‪ ،‬دهاشي لَع هيف سيل لي سو ناف‬
‫لجو زع الل ودعل رهق هنأ ‪ :‬ناثلاو ‪ .‬درلا بصلَب نطابلا ف لَع هناف لجو زع‬
‫لاق لَّلو ‪ ،‬بشلاو كلَِب تاوهشلا ىوقت انماو ‪ ،‬تاوهشلا الل هنعل ناطي شلا الل لص‬
‫لَّلو ‪ ))12 ،‬عولَب هيرام اوقيضف ملدا ىرم مدأ نبا نم يرجيل ناطي شلا نا (( ‪ :‬لسو هيلع‬
‫الق لسو هيلع الل لص اَنع الل ضر ةشئاعل ‪ (( :‬؟ اذابم ‪ :‬تلاق ‪ ،‬ةنلا بَب عرق ميواد‬
‫لاق لسو هيلع الل لص ‪ :‬هجَلعو ‪ ،‬ماعطلا هَش باتك ف عولا لضف تيآي سو ‪ ))13‬عولَب‬
‫هيرال اق يضتو هكلاسلم ادسو ناطي ش ل اعقم صوصنا لع موصلا نَك مالف ‪ .‬تكلهلما عبر نم الل صرنو‬
‫هناحب س هلل ةصن الل ودع عقم يفف لجو زع الل لا ةب سنلَب صيصختلا قحت سا‬
‫دمحم( ﴾ كمادقأ تبثيو كصني الل اوصنت نا ﴿ ‪ :‬لاعت الل لاق ل ةصنلا لع فوقوم لاعت‬
‫‪ :‬ني َّلاو ﴿ ‪ :‬لاعت لاق لَّلو ‪ ،‬لجو زع الل نم ةيادهلَب ءازلاو دبعلا نم دهلَب ةيادبلاف )‪7‬‬
‫(ّتح موقب ام يغي إل الل نا ﴿ ‪ :‬لاعت لاقو )‪ : 69‬توبكنعلا‬ ‫انلب س مَنيدَنل انيف اودهاج ﴾‬
‫افم هاعرمو يطاي شلا عترم ييهف تاوهشلا يثكت يغتلا انماو )‪ : 11‬دعرلا( ﴾ مهسفنآب ام اويغي نَكو‬
‫هناحب س الل لَلج دبع ل فشكني لم نوددتري اوماد امو هددرت عطقني لم ةبصه تماد‬
‫(( نيب بولق لع نوموَي يطاي شلا نأ لإول‬ ‫لاقو ‪ ،‬هئاقل نع َبوجن لسو هيلع الل لص ‪:‬‬
‫اذاو ةنج راصو ةدابعلا بَب موصلا راص هجولا اذه نفم ‪ ))14‬تاومسلا توكلم لا اورظنل مدأ ه نسو‬
‫هنَكرأ ركذب ةنطابلاو ةرهاظلا هطوَش نايب نم دب َلف دما اذه لا هتليضف تمظع‬
‫لوصف ةثَل بث لذ يبنو ةنطابلا هطوشَو ‪.‬‬

‫عولبا هيرامج اوقيضف (( هلوق نود ةيفص ثيدح نم هيلع قفتم ))‪.‬‬ ‫ثيدما‪ ..‬مدلا ىرمج مدآ نبا نم يري ناطيشلا نإ (( ثيدح ‪))12‬‬
‫لاصأ هل دجأ لم )) ثيدما‪ ..‬ةنال ببا عرق يمواد ‪ :‬ةشئاعل لاق (( ثيدح ‪. 13‬‬
‫هوحنب ةريره بيأ ثيدح نم دحمأ هجرخأ ))ثيدما‪ ..‬مدآ نيب بولق ىلع نومًو ينطايشلا نأ الول (( ثيدح ‪. 14‬‬

‫‪- 49‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫هداسفَب مزاو لاو ةرهاظلا ننسلاو تابجاولا ف ‪ :‬لوِلا لصفلا‬


‫ةت سف ةرهاظلا تابجاولا امأ‬
‫) ‪ :‬اموي يثَلث لماكت ساف غم ناف لَلهلا ةيؤرب لذو ناضمر رهش لوأ ةبقارم‬ ‫( لولِا‬
‫إلا لاوش لَله تبثي إلو " دحاو لدع لوقب لذ لصَيو " لعلا ةيـ ـؤرلَب نيعن ـ و نابعش نم ناو موص ـ ال همزل‬
‫هقدص هنظ لع بلغو لوقب قثوو إلدع عَس نمو ةدابع ل اطايتحا يلدع لوقب‬
‫ري مل و ةلدبب لَلهلا يؤر اذاو ‪ ،‬هنظ بجوم هتدابع ف دبع ك عبتيلف هب ضاقلا ضقي لم‬
‫ةلدب كل نَك ثركأ نَك ناو ‪ ،‬كلا لع موصلا بجو يتلحرم نم لق ـأ ماَنيب نَكو ىرخـآب ول ـف ةمـ زاج ةنيعم ةتيبم ةين‬
‫نم ليـ ـل كل دب إلو ‪ :‬ةينلا ‪ ) :‬ناثلا ( ‪ .‬بوجولا ىدعتي إلو اهكمح ىون ول ـ و " ليـ ـل ك " انل ـ وقب انينـ ـع ياَّل‬
‫وهو ‪ ،‬هفكي لم ةدحاو ةعفد ناضمر رهش موصي نأ ىون ول ـ و " ةتيبم " انل ـ وقب انين ـع ياَّل وهو عوطتلا‬
‫إلا ضرفلا موص إلو ناض ـمر موص هزَي لم راَنلَب ول ـ و ناض ـمر موص لجو زع الــل ةض ـيرف يوني ّتح‬
‫هزَي لم اقلطم ضرفلا وأ اقلطم موصلا ىون هتين دنتست نأ إلا ةمزاج تسيل انهاف هزَي لم ناضمر نم نَك نـا‬
‫ادغ موصي نأ كشلا لي ـل ىون باحصت سا لا دنتسي وأ مزلا لطبيإل هبـ ـذك وأ لدعلا طل ـغ لتماحـاو ‪ ،‬لـدع‬
‫دهاش لوق لا داْتجا لا دنتسي وأ ةينلا مزج عنيم إل لذف ‪ ،‬ناضمر نم ةيخلِا لي لا ف كشلَك لاح مامهو ‪ .‬ةينلا‬
‫نم هعنيم إل هكشف هداْتجَب ناضمر لوخد هن ـظ لع بل ـغ اذا ةرومطلم ـا ف سوبمَك مزج هي ـف روص ـتي‬
‫إلو ‪ .‬بلقلا اهلن ةينلا ناف ناس لَب ةينلا همزج هعفني لم كشلا ليل َك آش نَك هضَيإل لذ ناف ناض ـمر نم ن ـَك‬
‫نا ادغ موصأ ناضمر طسو ف لاق ول ماك كشلا عم دصقلا َليل ىون نمو ‪ ،‬ناض ـمر نم هنـ ـآب عطاق وه‬
‫لب ‪ ،‬ددرت هيف روصتي إل ةينلا لنو ظفل ديدرت هنِل‬
‫ثلاثلا ( ‪ .‬امهوص صح رجفلا لب ـ ـق ترهط ث ضيما ف ةأرما تون ول ـ ـ و ‪ ،‬هتين دســ تف لم كأ ث بشلاو )‬
‫كلَِب هموص دسفيف موصلا ركذ عم ادَع فولا لا ءشي لاصيا نع كاسمإلا ‪ :‬ليلحإلاو نذلِا ف ليلم ـا لاخــداو ‪،‬‬
‫لاحتكاالوةماجماو دصفلَب دسفي إلو ‪ ،‬ةنقماو طوعسـلاو هف ـ وج لا قب سـت ةبَب ذ وأ قيرطلا راب ـغ نم‬
‫دصق يغب لصي امو ةناثلما غلبي ام هيف رطقي نأ إلا‬

‫‪- 50‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫وهو صقم هنِل رطفيف ةضمضلما ف غلَب اذا إلا رطفي َلف ‪ ،‬ةضمضلما ف هفوج لا قب سي ام وأ‬
‫نم امأ ‪ ،‬رطفيإل هناف سيانلا نع زاترحاال هب ندرآف موصلا ركذ امآف " ادَع " انلوقب ندرأ يَّلا كح لع‬
‫ىقب ناو ءاضقلا هيلعف قيقحتلَب ارانه كأ هنأ ل رهظ ث راَنلا فرط ف ادماع كأ‬
‫عبارال ( ‪ .‬داْتجاو رظنب إلا راَنلا ّفرط ف كآي نأ يغبني إلو هيلع ءاضق َلف هداْتجاو هنظ لتحا وأ ) ‪:‬‬
‫َليل عماج ناو ‪ ،‬رطفي لم اي سن عماج ناو ‪ ،‬ةفشما بيغم هدحو عالجما نع كاسمإلا‬
‫بص ناف ‪ ،‬هموص صح لاما ف عنزف لهأ طلاه وهو رجفلا علط ناو ‪ ،‬رطفي لم ابنج حبصآف وأ‬
‫عمابج ادصق نيلما جارخا وهو ؛ ءانتم ساال نع كاسمإلا ‪ ) :‬سمانا ( ‪ .‬ةرافكلا هتمزلو دسف‬
‫إلا لذ هركي نكل ‪ ،‬لنزي لم ام اْتعجاضبم إلو هتجوز لبقب رطفي إلو رطفي‬ ‫لذ ناف عماج يغب‬
‫نأ ليبقتلا نم فاَي نَك اذاو ‪ .‬لوأ هكرتو ليبقتلَب سآب َلف ‪ ،‬هبرإل كلام وأ اخي ش نوكي نأ‬
‫هيصقتل رطفأ نيلما قب سو لبقف لنزي ‪ ( .‬سداسلا ) ‪ :‬ءاقت سإلاف ءيقلا جارخا نع كاسمإلا‬
‫دسفي لم هردص وأ هقلح نم ةمانخ علتبا اذاو ‪ ،‬هموص دسفي لم ءيقلا هعرذ ناو موصلا دسفي‬
‫لذ دنع رطفي هناف هيف لا لوصو دعب هعلتبي نأ إلا هب ىولبلا مومعل ةصخر هموص ‪.‬‬

‫ةعبرآف راطفلإا مزاول امأو‬


‫ماع‬ ‫؛ يئماصلَب ايْبشت راَنلا ةيقب كاسماو ةيدفلاو ةرافكلاو ءاضقلا ءاضقلا امأ ‪:‬‬
‫هبوجوف‬
‫امأو ‪ .‬دترلما اذكو موصلا ضيقت ضئاماف ‪ ،‬رذع يغب وأ رذعب موصلا كرت فكلم لسم ك لع فيك ضيقي‬
‫نكلو ناضمر ءاضق ف عبا تلا طترشي إلو ميْلع ءاضق َلف نونلاو بيصلاو رفكلا‬
‫‪ :‬بشلاو كلِاو ءانتم ساال امأو ‪ ،‬عالجمَب لإا بتج َلف امو‬ ‫اعومجمو اقرفتم ءاش ‪ .‬ةرافكلا امأو‬
‫زعج ناو يعبا تم نيرهش موصف سرعأ ناف ةبقر قتع ةرافكلاف ةرافك هب بَي إل عالجما ادع صق وأ رطفلَب صــىع نم‬
‫لع بجي ـ ـف ‪ :‬راَنلا ةيقب كاسما امأو ‪ .‬ادم ادم انيكســم يت س ماعطاف ارطفم مدق اذا رفاســلما لع إلو ‪،‬‬
‫اهرانه ةيقب كاسما ترهط اذا ضئاما لع بَي إلو ‪ .‬هي ـ ـف ف موصلاو ‪ ،‬كشلا موي دح ـاو لدع لَلهلَب‬
‫دهش اذا كاسمإلا بَيو ‪ .‬يتلحرم غلب رفس نم‬

‫‪- 51‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫اذا مدقي موي لإو لوأ ف يماقم نَكو جرَي موي رطفي إلو قطي لم اذا إلا رطفلا نم لضفأ رفسلا‬
‫موي كل ‪ ،‬مايهلدو لع افوخ َترطفأ اذا عضرلماو لماما لع بجتف‬ ‫ائماص مدق ‪ .‬ةيدفلا امأو ‪:‬‬
‫ادم موي ك نع قدصت مصي لم اذا ‪ ،‬مرهلا خي شلاو ءاضقلا عم دحاو يكسلم ةطنح دم ‪ .‬امأو‬
‫دعب كاوسلا كرتو ‪ ،‬ةَلصلا لبق ءالما وأ رتملَب رطفلا ليجعتو ‪ ،‬روحسلا يخآت ‪ :‬تسف ننسلا فكتعاالو ‪،‬‬
‫نأرقلا ةسرادمو ‪ ،‬ةَكزلا ف لئاضف نم قب س الم ناضمر رهش ف دولاو ‪ ،‬لاوزلا‬
‫الل لوسر ةداع وهف يخِلا شعلا ف يما س إل دجسلما ف لسو هيلع الل لص ‪ (( :‬اذا نَك‬
‫ف بصنلا اومادأ ‪ :‬يأ ‪ ))15‬لهأ بأدأو بأدو رئزلمـ ـا دشو شارفلا ىوط رخاولِا شعلا لخد سخو ثَلث ـ و‬
‫ىدحا ليل رَتولِا هب شأو اهرَتوأ ف انهأ بلغلِاو ردقلا ليل ايْف ذا ةدابعلا جورنَب هعباتت عطقن ـا هاون وأ‬
‫‪ ،‬اعبا تم افكتعا رذن ناف لوأ فكتعاال اذه ف عبا تلاو ‪ ،‬عب سو‬
‫جرخ ناو ‪ ،‬ةراهط ديدتج وأ ةرَّيز وأ ةزانج وأ ةداهش وأ ةدايعل جرخ ول ماك ‪ ،‬ةروضر يغنم‬
‫رخأ لغش لع جرعي نأ يغبني إلو تيبلا ف آضوتي نأ لو ‪ ،‬عطقني لم ةجاما ءاضقل (( نَك‬
‫عبا تلا عطقيو ‪ ))16‬ارام لإا ضيرلما نع لآسي لإو ناسنلإا ةجام لإا جرَي إل لسو هيلع الل لص‬
‫لسغو مونلاو كلَِبو حكنلا دقعو‬ ‫بيطلَب دجسلما ف سآب إلو ‪ ،‬ليبقتلَب عطقني إلو عالجمَب‬
‫هندب ضعب جوربخ عبا تلا عطقني إلو ‪ ،‬عبا تلا ف هيلا جاتَي دق لذ كف تسطلا ف ديلا ((‬
‫نَك لسو هيلع الل لص ةرجما ف هو اَنع الل ضر ةشئاع لجترف هسأر ندي ))‪ 17‬مامهو‬
‫ةينلا فنآت سي نأ يغبني داع اذاف هتجاح ءاضقل فكتعلما جرخ ةشع إلوأ ىون دق نَك اذا إلا‬
‫ديدجتلا لذ عم لضفلِاو ‪َ ،‬لثم مَّيأ ‪.‬‬

‫رزئلما دشو دجو هلهأ ظقيأو لي لا ايحأ (( ظفلب ةشئاع ثيدح نم هيلع قفتم ))ثيدما‪ ..‬شارفلا ىوط رخاولأا رشعلا لخد اذإ ناك (( ثيدح ‪. )) 15‬‬
‫ينل دنسب هوحنب دواد وبأ هاور نياثلا رطشلاو ‪ ،‬ةشئاع ثيدح نم لولأا رطشلا ىلع قفتم )) ارام لاإ ضيرلما نع لأسي الو ةجام لاإ جرٌ ال ناك (( ثيدح ‪. 16‬‬
‫اهثيدح نم هيلع قفتم )) ةشئاعل هسأر نيدي ناك (( ثيدح ‪. 17‬‬

‫‪- 52‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫ةنطابلا هطوشَو موصلا راسرأ ف ‪ :‬ناثلا لصفلا‬

‫صوــصخ موــصو ‪ ،‬صوــصنا موــصو ‪ ،‬مومعال موــص ‪ :‬تاجرد ثَلث موـصلا نأ لعا‬
‫ليص تف قب س ماك ةوهش لا ءاض ق نع جرفلاو نطبلا فك وهف ‪ :‬مومعلا موص امأو ‪ .‬صوص نا نع ‪.‬‬
‫حراولا رئا ـسو لجرلاو ديلاو نا ـس لاو ـصبلاو عم ـسلا فك وهف ‪ :‬صو ـصنا مو ـص امأو‬
‫مثالِا ‪ .‬هفكو ةيوينلدا ركفلِاو ةينلدا مض هلا نع بلقلا موص ف ‪ :‬صوص نا صوص خ موص امأو‬
‫لجو زع الل ىوس يماف ركفلَب موصال اذه ف رطفلا لصَيو ‪ ،‬ةيك لَب لجو زع الل ىوس ماع اي نلـ ـدا نم سيلو‬
‫ةرخلِا داز نم لذ ناف ‪ ،‬نيلدل دارت اي ن ـد إلا اي نلدا ف ركفلَبو رخِلا مويلاو هيل ـع تبت ـك هيل ـع رطفي ام يب ـدتل‬
‫هرانه ف فص تلَب هتُه تكرتح نم ‪ :‬بولقلا بَبرأ لاق تّح‬
‫ةبتر هذهو ‪ ،‬دوعولما هقزرب يقيلا لقو لجو زع الل لضفب قوثولا لق نم لذ ناف ‪ ،‬ةئيطخ‬
‫هن ـاف ‪َ ،‬لَع اهقيقتح ف نكل ـ و إلوق اهليــــصفت ف رظنلا لوطي إلو يبرقلم ـاو يقيدــــصلاو ءايبنلِا لجو زع لوق‬
‫نىعبم سبلتو هناحب س الل يغ نع فاصناو لجو زع الل لع ةملها هنكب لابقا‬
‫‪ ﴿ :‬مو ـص وهو ‪ :‬صو ـصنا مو ـص امأو )‪ : 91‬ماعنلِا( ﴾ نوبعلي مهـضوخ ف هرذ ث الل لق‬
‫نع هفكو ـصبلا ضغ ‪ ) :‬لوِلا ( ‪ :‬رومأ ةت ـسب همامو مثـ ـالِا نع حراولا فك وهف يما ـ ـصلا زع الــل‬
‫ركذ نع ييهليو بلقلا لغــ ـشي ام ك لاو هركيو مذي ام ك لا رظنلا ف عاــ ـستاال‬
‫ل ـسو هيلع الل ل ـص لاق ‪ ،‬لجو ‪ (( :‬نفم ‪ ،‬الل هنعل سيلبا ماهـس نم مومـسم مهـس ةرظنلا‬
‫نع سنأ نع رباج ىورو ‪ ))18‬هبلق ف هتوَلح دَي نايما لجو زع الل هَتأ الل نم افوخ اهكرت ييملاو‬
‫ةيمنملاو ةبيغلاو بذكلا ‪ :‬ئاصلا نرطفي سخ (( ‪ :‬لاق هنأ لسو هيلع الل لص الل لوسر‬
‫‪ :‬ةيمنملاو ةبيغلاو بذكلاو نَبذهلا نع ناس لا ظفح‬ ‫ةوهشب رظنلاو ةبذكلا ))‪ ( . 19‬ناثلا )‬
‫نأرقلا ةوَلتو هناحب س الل ركذب لغشو توكسلا همازلاو ‪ ،‬ءارلماو ةموصناو ءافلاو شحفلاو‬
‫نايفس لاق دقو ‪ ،‬ناس لا موص اذهف ‪ :‬ىورو ‪ ،‬هنع ثراما نب شب هاور موصلا دسفت ةبيغلا‬
‫ةفيذح ثيدح نم هدانسإ ححصو مكاما هجرخأ )) ثيدما‪ ..‬سيلبإ ماهس نم مومسم مهس ةرظنلا (( ثيدح ‪. 18‬‬
‫اذه يزارلا اح وبأ لاق فيحا ا ا ا اا صت رباج هلوقو سنأ نع نبااج ةياور نم ءافعا ا ا ا اضلا ق يدزلأا هجرخأ )) ثيدما‪ ..‬مئاا ا ا ا اصلا نرطفي سخم (( سنأ نع رباج ثيدح ‪19‬‬
‫ةفيعضلا في نيابللأا هركذ{ باذك (‪.} )1065‬‬

‫‪- 52‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫لاقو ‪ .‬بذكلاو ةبيغلا ‪ :‬مايصلا نادسفي ناتلصخ ‪ :‬دهام نع ثيل لسو هيلع الل لص ‪(( :‬‬
‫ئاص نا لقيلف هماش وأ لتاق ؤرما ناو لهَي لإو ثفري َلف ائماص كدحأ نَك اذاف ةنج موصلا انما‬
‫الل لوسر دهع لع اتماص يتأرما نأ ‪ :‬بنا ف ءاجو لسو هيلع الل لص‬ ‫ئاص نا ))‪20‬‬

‫هيلع الل لص الل لوسر لا اتثعبف افلتت نأ َتدَك ّتح راَنلا رخأ نم شطعلاو عولا ماهدجْآف ام هيف ائيق ماله‬
‫لق (( ‪ :‬لسو هيلع الل لص لاقو احدق ْمايلا لسرآف راطفإلا ف هنذآت سي لسو‬
‫هَتَلم ّتح لذ لثم ىرخلِا تءاقو ‪ ،‬اضيرغ الحمو اطيبع امد هفصن ماهادحا تءاقف )) تماُكأ‬
‫لاقف لذ نم سانلا بجعف لسو هيلع الل لص ‪َ (( :‬ترطفأو ماله الل لحأ ماع اتماص نَتاه‬
‫نم اتُكأ ام اذهف سانلا نَباتغي اتلعفج ىرخلِا لا ماهادحا تدعق ْمايلع لاعت الل مرح ام لع‬
‫‪ :‬مرح لوق مرح ام ك نِل هوركم ك لا ءاغصإلا نع عمسلا فك‬ ‫ثلاثلا ( ‪ ))21‬ممهوم )‬
‫لاعت لاقف تحسلا كأو عتم سلما يب لجو زع الل ىوس لَّلو هيلا ءاغصإلا ‪ ﴿ :‬نوعماس‬
‫نع رابحلِاو نوينَبرلا هاَني لإول ﴿ ‪ :‬لجو زع القو )‪ : 42‬ةدئالما( ﴾ تحس ل نولَكأ بذك ل‬
‫كنا ﴿ ‪ :‬لاعت لاقو مارح ةبيغلا لع توكسلاف ‪63) ،‬‬ ‫ةدئالما( ﴾ تحسلا مهكُأو ثلإا ملهوق ‪:‬‬
‫ف نكيَش عتم سلماو باتغلما (( ‪ :‬لسو هيلع الل لص الق لَّلو )‪ : 140‬ءاسنلا( ﴾ مهلثم اذا نطبلا فكو ‪،‬‬
‫هركلما نع لجرلاو ديلا نم مثالِا نع حراولا ةيقب فك ‪ ) :‬عبارال ( ‪ ))22 .‬ثلإا‬
‫لع راطفإلا ث لَلما ماعطلا نع فكلا وهو موص ل نىعم َلف ‪ ،‬راطفإلا تقو تابه شلا نع هتثركب ضَي انما‬
‫لَلما ماعطلا ناف ‪ ،‬اصم مديهو اصق نيبي نم لاثم ئاصلا اذه لاثفم مارما‬
‫لوانت لا لدع اذا هرضر نم افوخ ءاولدا نم راثكت ساال كرَتو ‪ ،‬ليلقتل موصلاف ‪ ،‬هعونب إل موصلا دصقو‬
‫‪ .‬هيثك ضَيو ليلق عفني ءاود لَلماو ‪ ،‬نيلدل لكمه سم مارماو ‪ ،‬ايْفس نَك مسلا‬
‫شطعلاو عولا لإا هموص نم ل سيل ئاص نم ك (( ‪ :‬لسو هيلع الل لص لاق دقو ليلقت ))‪23‬‬

‫ةريره بيأ ثيدح نم هاجرخأ )) ثيدما‪ ..‬امئاص مكدحأ ناك اذإف ةنج موصلا (( ثيدح ‪. 20‬‬
‫ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر لوم ديبع ثيدح نم دحمأ هجرخأ مئاصلل ةبيغلا ق ))ثيدما‪ ..‬ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر دهع ىلع اتماص ينتأرما نإ (( ثيدح ‪21‬‬
‫لوهمج هيف دنسب ثيدما ‪.‬‬
‫عامتااسلاا نعو ةبيغلا نع ملااسو هيلع هللا ىلااص هللا لو اسر ىنه فيعااض دنااسب رمع نبا ثيدح نم نيابرط لو ‪ ،‬بيرغ )) ثملإا ق ناكيرااش شمتااسلماو باتغلما (( ثيدح ‪22‬‬
‫ةبيغلا لإ ‪.‬‬
‫شطعلاو عوال لاإ همايص نم هل سيل مئاص نم مك (( ثيدح ‪ )) 23‬عمالجا حيحص{ ةريره بيأ ثيدح نم هجام نباو يئاسنلا هجرخأ (‪.})3490‬‬

‫‪- 53‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫موم لع رطفيو لَلما ماعطلا نع كسيم ياَّل وه ليقو ‪ ،‬مارما لع رطفي ياَّل وه ليقف‬
‫مثالِا نع هحراوج ظفَي إل ياَّل وه ليقو ‪ ،‬مارح وهو ةبيغلَب سانلا ‪ ( .‬سمانا ) ‪ :‬إل نأ‬
‫زع الل لا ضغبأ ءاعو نم افم هفوج ءلتيم ثيبح راطفإلا تقو لَلما ماعطلا نم ثركت سي‬
‫‪ .‬اذا ةوهشلا سركو الل ودع رهق موصلا نم دافت سي فيكو‬ ‫لَلح نم ءلم نطب نم لجو‬
‫ترتم سا ّتح ؟ ماعطلا ناولأ ف هيلع ديزي ابمرو ‪ ،‬هرانه ةوضح هتاف ام هرطف دنع ئاصلا كرادت‬
‫رهشأ ةدع ف كؤي إل ام هيف ةمعطلِا نم كؤيف ناضمرل ةمعطلِا عيجم رخدت نآب تاداعلا نم ةدعلما ‪،‬‬
‫تعفد اذاو ‪ .‬ىوقتلا لع سفنلا ىوقتل ىوهلا سركو ءاونا موصلا دوصقم نأ مولعمو‬
‫تعب شأو تالذلا نم تمعطأ ث اْتبغر تيوقو اُتوهش تجاه ّتح ءاشعلا لا رانه ةوضح اتُداع لع تكرت ول‬
‫ةدكار تنَك اهاسع ام تاوهشلا نم ثعبناو اُتوق تفعاضتو اتَُّل تداز‬
‫‪ ،‬نلو ‪ ،‬روشلا لا دوعلا ف ناطي شلا لئاسو ه تيلا ىوقلا فيعضت هسرو موصلا حورف‬
‫ام عجم اذا امآف مصي لم ول ليل ك اهُكآي نَك تيلا هتُكأ كآي نأ وهو ليلقتلَب إلا لذ لصَي راَنلَب مونلا‬
‫ثركي إل نأ بادِلا نم لب ‪ .‬هموصب عفتني لف َليل كآي نَك ام لا ةوضح كآي نَك‬
‫ك ف يمدت سيو هبلق لذ دنع وفصيف ىوقلا فعض رعشتسيو شطعلاو عولَب سَي تّح‬
‫هبلق لع موَي إل نأ ناطي شلا سىعف هداروأو هدجُت هيلع فَي ّتح فعضلا نم اردق ليل توك لما نم ءشي‬
‫ايْف فشكني تيلا لي لا نع ةرابع ردقلا ليلو ‪ ،‬ءماسلا توكلم لا رظنيف‬
‫لاعت لوقب دارلما وهو ‪ ﴿ :‬ردقلا ليل ف هانلزنأ نا ﴾ (ردقلا ‪ :‬يبو هبلق يب لعج نمو )‪1‬‬
‫ام باجما عفرل لذ هيفكي َلف هتدعم لخأ نمو ‪ ،‬بوجن هنع وهف ماعطلا نم ةَله هردص‬
‫ماعطلا ليلقت لذ عيجم أدبمو ‪ .‬هُك رمِلا وه لذو لجو زع الل يغ نع هتـ ـُه لَي لم هبل ـق نوكي نأ ‪، ) :‬‬
‫سداسلا ( ‪ .‬لجو زع الل ءاش نا ةمعطلِا باتك ف نايب ديزم ل تيآي سو‬
‫؟ يبرقلمـ ـا نم وهف هموص لبقي ـ ـأ ىردي سيل ذا ءاجرلاو فونا يب َبرطض ـم اقلعم راطفإلا دعب نس ـما نع‬
‫ىور دق ـف اَنغمرفي ةدابـ ـع ك رخأ ف لذك نكيل ـ و ؟ يتوقملم ـا نم وهف هيل ـع دري وأ ناض ـمر رهش لعج‬
‫لجو زع الل نا ‪ :‬لاقف نوكحضي هو موقب رم هنـ ـأ يصبلا نسما بي ـأ نب بجعلا ك بجعلاف اوبـ ـافخ ماوق ـأ‬
‫فلتخو اوزافف موق قب سف هتعاطل هيف نوقبتسي هقلن ارماضم‬

‫‪- 54‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫فشك ول اللو امأ ‪ ،‬نولطبلما هيف باخو نوقباسلا هيف زاف ياَّل مويلا ف بعَل ال كحاض ل‬
‫بع لا نع لغشي لوبقلما روسر نَك ‪ :‬يأ هتءاسَب ءسيلماو هناسحَب نسما لغت شإل ءاطغلا‬
‫نعو ‪ .‬كحضلا بَب هيلع دست دودرلما ةسرحو سيق نب فنحلِا يبك خي ش كنا ‪ :‬ل ليق هنأ‬
‫‪ ،‬نوهأ هناحب س الل ةعاط لع بصلاو ليوط رفسل هدعأ نا ‪ :‬لاقف ‪ ،‬كفعضي مايصلا ناو‬
‫موصلا ف ةنطابلا ناعلما ه هذهف ‪ .‬هباذع لع بصلا نم ‪.‬‬
‫‪ :‬ءاهقفلا لاق دقف ‪ ،‬ناعلما هذه كرتو جرفلاو نطبلا ةوهش فك لع صتقا نفم ‪:‬‬ ‫تلق ناف‬
‫نم فعضأ ه لةدآب رهاظلا طوَش نوتبثي رهاظلا ءاهقف نأ لعاف ؟ هانعم افم حيصح هموص ءاهقف‬
‫لا سيل نكلو ‪ ،‬اهلاثمأو ةبيغلا يما س إل ةنطابلا طوشلا هذه ف اهندروأ تيلا لةدلِا هذه‬
‫امآف ‪ .‬هتتح لوخلدا اينلدا لع يلبقلما يلفاغلا موَع لع سريتي ام إلا تافيكلتلا‬ ‫نم رهاظال‬
‫نم دوصقلما نأ نومهفيـ و ‪ .‬دوصـقلما لا لوصـ ولا لوبقلَب و لوبقلا ةحص ـلَب نونعي ـف ةرخلِا ءمــالع فكلا ف ةكئَللمَب‬
‫ءادتقاالو ‪ ،‬ةيدمصلا وهو لجو زع الل قَلخأ نم قلبخ قلختلا موص ـلا ئابهلا ةبـ ـتر قوف هتبـ ـتر ناس ـنإلاو ‪،‬‬
‫تاوهشلا نع نوهنزم منهاف نكمإلا بسبح تاوهشلا نع‬
‫لتبم هنوكو هيلع تاوهشلا ءَليتسإل ةكئَللما ةبتر نودو هتوهش سرك لع لقعلا رونب هتردقل‬
‫عقم ماُكو ‪ ،‬ئابهلا رماغب قحتلاو يلفاسلا لفسأ لا طنحا تاوهشلا ف كمنها ماكلف ‪ ،‬اتُدهاجبم لجو زع الل نم‬
‫نوبرقم ةكئَللماو ‪ ،‬ةكئَللما قفـ ـآب قحتلاو ييلع لعأ لا عفـ ـترا تاوهشلا بيرقلا نم هيبشلا ناف ‪ ،‬مِبرق ـك لجو زع‬
‫الل نم برقي مهقَلخآب هب شتيو مِب ىدتقي ياَّل و بابللِا بَب رأ دن ـع موص ـ ال ســر اذه نـَك اذاو ‪ ،‬تافص ـلَب لب‬
‫نكلمَب ث بيرقلا سيلو ‪ ،‬بيرق‬
‫تاوهشلا ف كمانهإلا عم ءاشعلا دنع يتُكأ عجمو ةُكأ يخآتل ىودج يآف‬ ‫بولقلا باصحأو‬
‫ئاص نم ك (( ‪ :‬لسو هيلع الل لص لوقل نىعم يآف ىودج لثلم نَك ولو ؟ راَنلا لوط رخلِا‬
‫شطعلاو عولا لإا هموص نم ل سيل )) لاق اذهلو ءادرلدا وبأ ‪ :‬هرطفو سايكلِا مون اذبح َّي‬
‫لاثمأ نم جحرأو لضفأ ىوقتو يقي يوذ نم ةرَّلو ‪ ،‬هرهسو ىقلحما موص‬ ‫نوبيعي إل فيك‬
‫ئاص رطفم نم كو رطفم ئاص نم ك ‪ :‬ءمالعلا ضعب لاق لَّلو ‪ .‬يبترغلما نم ةدابع لابلا ياَّل وه رطفلما ‪.‬‬
‫ئاصلاو ‪ ،‬بشيو كآيو مثالِا نع هحراوج ظفَي ياَّل وه ئاصلا رطفلماو‬

‫‪- 55‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫‪ .‬كلِا نع فك نم لثم نأ لع هسرو موصلا نىعم مهف نمو‬ ‫هحراوج قلطيو شطعيو عوَي‬
‫دقف تارم ثَلث ءوضولا ف هئاضعأ نم وضع لع حسم نكم مثالِا ةطلاخبم رطفأو عالجماو نم لثمو ‪ ،‬لهبج‬
‫هيلع ةدودرم هتَلصف لسغلا وهو مهلما كرت هنأ إلا ددعلا رهاظلا ف قفاو‬
‫الل ءاش نا لبقتم هتَلصف ةرم ةرم هؤاضعأ لسغ نكم هركلما نع هحراوبج ماصو كلَِب رطفأ عمفج تارم‬
‫ثَلث وضع ك لسغ نكم ماَنيب عجم نم لثمو ‪ .‬لضفلا كرت ناو لصلِا همكحإل‬
‫لسو هيلع الل لص لاق دقو ‪ ،‬لماكلا وهو لضفلاو لصلِا يب ‪ (( :‬ظفحيلف ةنامأ موصلا نا‬
‫ءاسنلا( ﴾ اهلهأ لا تناملِا اودؤت نأ كرمآي الل نا ﴿ ‪ :‬لجو زع لوق َلت المو‪ ))24‬هتنامأ كدحأ تنامأ‬
‫‪ :‬نم هنأ إلولو ‪ ))25‬ةنامأ صبلاو ةنامأ عمسلا (( ‪ :‬القف هصبو هعَس لع هدي عضو )‪58‬‬
‫لاق الم موصال لسو هيلع الل لص ‪ (( :‬ئاص نا لقيلف )) هظفحِل ناسل تعدوأ نا ‪ :‬يأ‬
‫تاجرد اهشقلو ابلو اشقوانطَبو ارهاظ ةدابع كل نأ رهظ دق نذاف ؟ كباوبج هقلطأ فيكف بَبرأ رماغ‬
‫لا يزحتت وأ باب لا نع شقلَب عنقت نأ ف نِلا ةينا كيلاف تاقبط ةجرد كلو‬
‫بابللِا‪.‬‬

‫هيف داروِلا بيترتو مايصلَب عوطتلا ف ‪ :‬ثلاثلا لصفلا‬

‫ةن س ك ف دجوي اهضعب مَّيلِا لضاوفو لضافلا مَّيلِا ف دكآتي موصلا بابحت سا نأ لعا ةفرع مويف‬
‫ناضمر مَّيأ دعب ةن سلا ف امأ ‪ ،‬عوب سأ ك ف اهضعبو رهش ك ف دجوي اهضعبو مرما‬
‫رهشلِا عيجمو ‪ ،‬مرما نم لوِلا شعلاو ةجما يذ نم لوِلا شعلاو ءاروشاع مويو‬
‫لضاف تاقوأ هو موصال ناظم (( الل لوسر نَكو لسو هيلع الل لص نابعش موص ثركي‬
‫ناضمر ف هنأ نظي نَك تّح ))‪ ، 26‬بنا فو (( الل رهش ناضمر رهش دعب مايصلا لضفأ‬
‫نسح هدانسإو موصلاو ةناملأا ق ثيدح ق دوعسم نبا ثيدح نم قلاخلأا مراكم ق يطئارنا هجرخأ )) هتنامأ مكدحأ ظفحيلف ةنامأ موصلا انمإ (( ثيدح ‪. 24‬‬
‫نم دواد وبأ هجرخأ )) ةنامأ ر ا اصبلاو ةنامأ شم ا اسلا ‪ :‬لاقو هر ا اصبو هعو ىلع هدي ش ا اضو ﴾ اهلهأ لإ تنااملأا اودؤت نأ مكرميأ هللا نإ ﴿ لاعت هلوق لات الم (( ثيدح ‪25‬‬
‫ةنامأ شمسلا (( هلوق نود ةريره بيأ ثيدح )) ‪.‬‬
‫ةشئاع ثيدح نم هيلع قفتم )) ثيدما‪ ..‬نابعش مايص رثكي ناك (( ثيدح ‪. 26‬‬

‫‪- 56‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫القو ‪ ))27‬مرما لسو هيلع الل لص ‪ (( :‬هيغ نم يثَلث نم لضفأ مارح رهش نم موي موص‬
‫ةثَلث ماص نم (( ‪ :‬ثيدما فو ‪ ))28‬مارح رهش نم يثلَث نم لضفأ ناضمر نم موي موصو فو ‪ ))29‬ماع‬
‫ةئماعست ةداب ـع موي كب ل الل بت ـك تبسـلاو ةعلجم ـاو سيلخما مـارح رهش نم مّي َأ لب ـق رطفي نـأ بحت سـي‬
‫اذهلو ‪ ))30‬ناضمر ّتح موص َلف نابعش نم فصنلا نَك اذا (( بنا‬
‫زئافج ناضمرب نابعش لصو ناف امَّيأ ناضمر (‪ ) 31‬الل لوسر لذ لعف لسو هيلع الل لص‬
‫قفاوي نأ إلا ةثَلث وأ يمويب ناضمر لابقت سا دصقي نأ زوَي إلو ) ‪ ( 32‬ةيثك ارارم لصفو ةرم لضافلا‬
‫رهشلِاف ناضمر رهشب هاضي إل ّتح هُك بجر ماصي نأ ةباحصلا ضعب هركو ل ادرو‬
‫بجرو مرماو ةجما وذو ةدعقلا وذ ‪ :‬مرما رهشلِاو ‪ .‬نابعشو بجرو مرماو ةجما وذ ‪. :‬‬
‫وذو تادودعلماو تامولعلما مَّيلِاو جما هيف نِل ةجما وذ اهلضفأو ‪ ،‬دسر ةثَلثو درف دحاو‬
‫مرماو ‪ ،‬مرما نم سيلو جما رهشأ نم لاوشو ‪ .‬جما رهشأ نم وهو مرما رهشلِا نم ةدعقلا‬
‫زع الل لا بحأو لضفأ نيْف لمعلا مَّيأ نم ام (( بنا فو ‪ ،‬جما رهشأ نم اسيل بجرو ليل مايق لدعت هنم‬
‫ليل مايقو ةن س مايص لدعي هنم موي موص نا ةجما يذ شع مَّيأ نم لجو‬
‫لإا ‪ ،‬لجو زع الل ليبس ف داهلا لإو ‪ :‬لاق ؟ لاعت الل ليبس ف داهلا لإو ‪ :‬ليق ‪ ،‬ردقلا‬
‫هطسوو هرخأو هطسوأو رهشلا لوآف ‪ :‬رهشلا ف رركتي ام امأو ‪ ))33‬همد قيرهأو هداوج رقع‬
‫نم‬

‫هتكرب ماودل ىجرأو بحأ يرنا ىلع اهؤانبف ةنسلا ءادتبا هنأل ‪ .‬ةريره بيأ ثيدح نم ملسم هجرخأ )) مرلمحا هللا رهش ناضمر رهش دعب مايصلا لضفأ (( ثيدح ‪. 27‬‬
‫مرلمحا نم اموي مااص نم (( سابع نبا ثيدح نم نيابرطلل يرغاصلا مجعلما قو اذكه هدجأ لم )) ثيدما‪ ..‬ين ال مواص نم لاضفأ مارح رهاش نم موي مواص (( ثيدح ‪28‬‬
‫اموي نو ال موي لكب هلف )) ‪.‬‬
‫سنأ ثيدح نم ءافعضلا ق يدزلأا هجرخأ )) ثيدما‪ ..‬تبسلاو ةعملاو سيمنا مارح رهش نم مياأ ة ال ماص نم (( ثيدح ‪. 29‬‬
‫نابعا ااش نم ف ا اصنلا ناك اذإ (( هنع هحيحا ااص ق نابح نباو ةريره بيأ ثيدح نم ةعبرلأا هجرخأ )) نا ا اضمر ح موا ااص لاف نابعا ااش نم ف ا اا صنلا ناك اذإ (( ثيدح ‪30‬‬
‫ناضمر ءيي ح اورطفأف)) يذمترلا هححصو ‪.‬‬
‫دواد وبأ جرخأو )) ناا اضمر هب لا اصي نابع ااش لاإ امب اره ااش ةنا اسلا نم موا اصي نكي لم (( ةمالااس مأ ثيدح نم ةعبرلأا هجرخأ )) ةرم ناا اضمرب نابع ااش لا اصو (( ثيدح ‪31‬‬
‫ةشئاع ثيدح نم هونح يئاسنلاو ظفحتي ال ‪.‬‬
‫ام نابعااش للاه نم ظفحتي ملااسو هيلع هللا ىالاص هللا لو اسر ناك ‪ :‬تلاق ةااشئاع ثيدح نم دواد وبأ هجرخأ )) ارارم نا اضمر نم نابعااش لااصف (( ثيدح ‪32‬‬
‫ينخيشلا طرش ىلع حيحص ‪ :‬لاقو مكاماو ‪ ،‬حيحص هدانسإ ‪ :‬لاقو نيطقرادلا هجرخأو )) ماص ثم اموي ين ال دع هيلع مغ نإف هيرغ نم ‪.‬‬
‫الو ‪ :‬ليق (( هلوق نود ةريره بيأ ثيدح نم هجام نباو يذمترلا هجرخأ )) ثيدما‪ ..‬ةجما يذ ر ا ا اا شع نم هللا لإ بحأو ل ا ا اا ضفأ نهيف لمعلا مياأ نم ام (( ثيدح ‪33‬‬
‫رطاٌ جرخ لجر لاإ ‪ ،‬داهال الو ‪ :‬لاق ؟ داهال الو ‪ :‬اولاق ‪ ،‬رشعلا اذه ق لمعلا نم لض فأ مياأ ق لمعلا ام (( سابع نبا ثيدح نم يراخبلا دنعو )) لخا‪ ..‬داهال‬
‫ءيشب شجري ملف هلامو هسفنب )) ‪.‬‬

‫‪- 57‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫ينثإلاف ‪ :‬عوب سِلا ف امأو ‪ ،‬شع سماناو شع‬ ‫عبارلاو شع ثلاثلا هو ضيبلا مَّيلِا‬
‫اهروجأ فعاضتل تاينا يثكتو مايصلا ايْف بحت سيف لضافلا مَّيلِا ه هذهف ةعلجماو سيلخماو نم مَنفم قرط‬
‫هيف يكلاس لو ةدَّيزو كلل لماش هناف ‪ :‬رهلدا موص امأو ‪ .‬تاقولِا هذه ةكبب‬
‫هتهارك لع لدت رابخأ تدرو ذا لذ هرك ‪ ،‬إل نأ ‪ :‬ماهدحأ ‪ :‬يئي شل هركي انما هنأ حيحصلاو‬
‫هُك رهلدا وهف قيشتلا مَّيأو نيديعلا ف رطفي (‪ )34‬راطفإلا ف ةن سلا نع بغري نأ رخلِاو‬
‫هئمازع تىؤت نأ بَي ماك هصخر تىؤت نأ بَي هناحب س الل نأ عم هسفن لع ارحج موصلا لعَيو ةعماج لعف‬
‫‪ ،‬دقف ‪ ،‬لذ لعفيلف رهلدا موص ف هسفن حَلص ىأرو لذ نم ءشي نكي لم اذاف‬
‫يرعشلِا سىوم وبأ هاور يماف لسو هيلع الل لص لاقو ‪ .‬مَنع الل ضر يعباتلاو ةباحصلا نم‬
‫‪ (( :‬عضوم ايْف ل نكي لم ‪ :‬هانعمو ‪ ))35‬يعست دقعو ّنْج هيلع تقيض هُك رهلدا ماص نم ‪،‬‬
‫سفنلا لع دشأ لذو اموي رطفيو اموي موصي نآب رهلدا فصن موص وهو ىرخأ ةجرد هنودو دقف ‪،‬‬
‫موي ركشو موي موص يب هيف دبعلا نِل ةيثك رابخأ لضف ف درو دقو ‪ ،‬اهرهق ف ىوقأو‬
‫(( تلقو اتُددرف ضرِلا زونكو اينلدا نئازخ حيتافم لع تضرع ‪:‬‬ ‫الق لسو هيلع الل لص ‪:‬‬
‫ضتأو تعب ش اذا كدحأ ‪ ،‬اموي عب شأو اموي عوجأ لاقو ‪ ))36‬تعج هيلع الل لص‬ ‫اذا كيلا ع َ‬
‫(( لذ نمو ‪ ))37‬اموي رطفيو موصي نَك ‪ ،‬دواد خيأ موص مايصلا لضفأ (( هتلزانم‬ ‫لسو ‪:‬‬
‫ثركأ قيطأ نا ‪ :‬لوقي وهو موصلا ف مانَع الل ضر ورَع نب الل دبعل‬ ‫لسو هيلع الل لص‬
‫لذ نم لضفأ ديرأ نا ‪ :‬لاقف ‪ ،‬اموي رطفأو اموي ص لسو هيلع الل لص لاقف ‪ ،‬لذ نم ‪،‬‬
‫لسو هيلع الل لص لاق ‪ :‬هنأ يور دقو ‪ ))38‬لذ نم لضفأ إل لسو هيلع الل لص ماص ام‬
‫نم مل ا ا اسلمو )) دبلأا ما ا ا اص نم ما ا ا اص ال (( هجام نبال ثيدح قو ورمع نب هللا دبع ثيدح نم مل ا ا اسمو يراخبلا اهجرخأ رهدلا ماي ا ا اص ةهارك ىلع ةلادلا ثيداحلأا ‪34‬‬
‫دبعو ينا اصح نب نارمعو رمع نب هللا دبع ثيدح نم هونح يئا ااسنلا جرخأو )) رطفأ الو ما ااص ال ‪ :‬لاق ؟ رهدلا ما ااص نص فيك هللا لوا اسر يا ‪ :‬ليق (( ةداتق بيأ ثيدح‬
‫يرخشلا نب هللا ‪.‬‬
‫يسوطلا يلع وبأ هنس حو نابح نباو ىبركلا ق يئاس نلاو دحمأ هجرخأ )) ينعس ت دقعو اذكه منهج هيلع تقيض هلك رهدلا ماص نم (( يرعشلأا ىسوم بيأ ثيدح ‪35‬‬
‫‪.‬‬
‫لاقو )) ابهذ ةكم ءاحطب م لعجيل بير يلع ضرع(( ظفلب ةمامأ بيأ ثيدح نم يذمترلا هجرخأ )) ثيدما‪ ..‬ايندلا نئازخ حيتافم يلع ت ا ا ا ا ا ا اضرع (( ثيدح ‪: 36‬‬
‫نسح ‪.‬‬
‫رمع نب هللا دبع ثيدح نم هاجرخأ )) ثيدما‪ ..‬دواد يخأ موص مايصلا لضفأ (( ثيدح ‪. 37‬‬
‫هثيدح نم هاجرخأ )) ثيدما‪ ..‬اموي رطفأو اموي مص ‪ :‬ملسو هيلع هللا ىلص هلوقو رمع نب هللا دبعل هتلزانم (( ثيدح ‪. 38‬‬

‫‪- 58‬‬
‫‪Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum‬‬

‫سآب َلف رهلدا فصن موص لع ردقي إل نمو هنم رطفي نَك لب )‪ (39‬ناضمر إلا طق َلمَك ارهش‬
‫طسولا نم ةثَلثو ‪ ،‬رهشلا لوأ نم نم ةثَلث ماص اذاو ‪ ،‬يموي رطفيو موصي نأ وهو ‪ ،‬هثلثب ةعلجماو‬
‫‪ ،‬سيلخماو ينثإلا ماص ناو لضافلا تاقولِا ف عقاوو ‪ ،‬ثلث وهف رخلِا نم ةثَلثو‬
‫نأو موصلا نىعم ناسنإلا مهفي نأ ف لماكلاف ليضفلا تاقوأ ترهظ اذاو ثلثلا نم بيرق وهف‬
‫لا رظني نطابلا قئاقدب هيقفلاو ‪ .‬لجو زع هلل ملها غيرفتو بلقلا ةيفصت هدوصقم دقف لاوحأ‬
‫مهف اذاو ‪ .‬موصلَب راطفإلا جزم ضيتقي دقو رطفلا ماود ضيتقي دقو موصلا ماود الح ضيتقي إل لذو‬
‫هبلق حَلص هيلع فَي لم بلقلا ةبقاربم ةرخلِا قيرط كولس ف هدح ققتحو نىعلما‬
‫هنأ يور لَّلو ‪ .‬ارتم سم ابيترت بجوي لسو هيلع الل لص (( رطفي إل لاقي ّتح موصي نَك‬
‫لذ نَكو ‪ ))40‬ماني إل لاقي ّتح موقيو ‪ ،‬موقي إل لاقي ّتح مانيو ‪ ،‬موصي إل لاقي ّتح رطفيو ‪ ،‬يب يل اوي نأ‬
‫ءمالعلا هرك دقو ‪ .‬تاقولِا قوقبح مايقلا نم ةوبنلا رونب ل فشكني ام بسبح‬
‫بلقلا سيقي لذ نأ اوركذو ‪ ،‬قيشتلا مَّيأو ديعلا مويب اريدقت مَّيأ ةعبرأ نم ثركأ راطفإلا يما س إل قلنا ثركأ ‪،‬‬
‫قح ف لذك وه يرمعلو ‪ ،‬تاوهشلا باوبأ حتفيو تاداعلا ءيدر لدويو‬
‫لعأ اللو ‪ .‬هب عوطتلما موصلا بيترت نم هركذ ندرأ ام اذهف ‪ .‬يترم لي لاو مويلا ف كآي نم‬
‫باوصلَب ‪.‬‬
‫لع ‪ ،‬لعن لم امو اَنم انملع ام اهُك هدمان عيمبج هلل دلحماو‬ ‫باتك تم (( موصلا راسرأ ))‬
‫لعو مركو لسو هبصحو لأو دمحم ندي س لع الل لصو لعن لم امو َانم انملع ام اهُك همعن عيجم‬
‫جما راسرأ (( باتك لاعت الل ءاش نا هولتي ‪ .‬ءماسلاو ضرِلا لهأ نم ىفطصم دبع ك ))‬
‫ليكولا معنو الل انبسحو للهَب إلا يقيفوت امو هيغ بر إل يعلما اللو‪.‬‬

‫ةشئاع ثيدح نم هاجرخأ )) ناضمر لاإ طق لاماك ارهش ماص ام (( ثيدح ‪. 29‬‬
‫مونلاو مايقلا (( ركذ نود سابع نباو ةشئاع ثيدح نم هاجرخأ ))ثيدما‪ ..‬رطفي ال لاقي ح موصي ناك (( ثيدح ‪)) 40‬‬
‫ناكو ‪ ،‬ائيش هنم رطفي ال نأ نظي ح موصيو ‪ ،‬ائيش هنم موصي ال نأ نظي ح رهشال نم رطفي ناك (( سنأ ثيدح نم يراخبلاو‬
‫هتيأر لاإ امئنا الو هتيأر لاإ ايلصم ليللا نم هارت هاشت ال )) ‪.‬‬

‫‪- 59‬‬
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

- 60 -
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Kumpulan Hadits dan Atsar


Kitab Rahasia Shaum

Kumpulan Hadits

(001)

‫“ بصلا فصن موصلا‬Shaum adalah


setengah shabar”. (Hr. Tirmidzi,
Ibnu Majah)

(002)

‫“ ناـمـيلإا فصن رـبصلا‬Shabar


adalah setengah iman”. (Hr. Abu
Na’im)

(003)

‫مايصلا لإا فعض ةـئامعب س لا اهلاثمأ شعب ةن سح ك هب‬، ‫هـناف‬


‫يزجأ اـنأو يـل‬
“Setiap hasanah pahalanya 10 kali, sampai kepada 700 kali,
kecuali shaum. Maka shaum itu adalah bagiKu dan Aku yang akan
membalasnya”.

- 61
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(Hr. Bukhari, Muslim)

(004)

‫نم الل دنع بيطأ ئاصلا مف فولخـل هديب يـسفـن ىاَّل و هماعطو‬
‫هتوهش رذي امنا لجو زع الل لوقي كسملا حـير هب يزجأ نأ‬
‫و يـل موصلاف ىــلجِل هباَش و‬
“Demi Allah yang jiwaku didalam tanganNya… Sesungguhnya bau
busuk mulut orang yang shaum adalah lebih harum pada sisi Allah
daripada wangi kesturi. Berfirman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang
yang shaum itu meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minu-
mannya karena Aku. Maka shaum itu untukKu dan Aku yang akan
membalasnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

(005)

‫ةنج ل بَب ل لاقي نَّيرلا لخدي إل لإا نومئاصلا وه دوعوم‬


‫و‬
‫ءاقلب الل لاعـت ىـف ءازج هموص‬
“Surga itu mempunyai sebuah pintu yang dinamakan “Ar-
Rayyan”, yang tidak memasuki pintu itu selain orang-orang yang
shaum. Dan dijanjikan dengan menjumpai Allah Ta’ala pada balasan
shaumnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

- 62
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(006)

‫ هراطفا دنع ةحرــف‬، ‫ هبر ءاقل دنع ةحرــفو‬: ‫ناتحرـف ئاص ل‬


“Orang yang shaum itu mempunyai dua kegembiraan:
kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa
dengan Rabbnya”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

(007)

‫موـصلا ةدابعلا بَبو بَب ءيـش كـل‬


“Tiap-tiap sesuatu itu mempunyai pintu.
Dan pintu ibadah ialah shaum”.

(008)

‫ةدابع مـئاصلا موـن‬


“Tidur orang yang shaum itu ibadah”.

(009)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda,…

‫باوبأ تقلغو ةنجـلا باوبأ تحتف ناضمر رهش لـخد اذا دانم ىدنو‬
‫يطاي شلا تفدصو راـنلا‬

- 63
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫صقأ شلا يـغَب َّيو له يخلا يـغَب آي‬


“Apabila masuk bulan Ramadlan, maka terbukalah segala pintu
surga dan terkuncilah segala pintu neraka dan dirantaikan
segala setan. Dan berserulah seorang penyeru: “Wahai orang yang
ingin berbuat kebaikan, kemarilah kalian!... wahai orang yang ingin
berbuat keburukan, hentikanlah keburukan itu!...”.
(Hr. Tirmidzi)

(010)

‫اهـيأ لوقيف دباعلا باشلَب هتكئَلم يـهابـي لاعت الل نا يدنع تنأ‬
‫يـل هباب ش لذبملا يــلجِل هتوهش كراتلا باشلا يــ ـت كئَلم ضعبـك‬
“Sungguh, Allah Ta’ala membanggakan pemuda yang beribadah
banyak dihadapan para malaikat, seraya berfirman, “Wahai pemuda
yang meninggalkan syahwatnya demi keridhaanKu, engkau disisiKu
seperti bagian malaikatKu.”
(Hr. Ibnu Uda dari Ibnu Mas’ud)

(011)

‫ كرــت يدبع لا يــــتكئَلم آي اورـظـنا يــــلجأ نم‬: ‫لجو زع الل لوقي‬


‫هباَش و هماعطو هتَّلو هتوهش‬
“Berfirman Allah ‘Azza Wa Jalla,… “Lihatlah wahai para
malaikat- Ku kepada hambaKu: ia meninggalkan syahwatnya,
kesenangannya, makanannya dan minumnya semata-mata karena
Aku.”

- 64
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(012)

‫هيراجم اوقيضف ملدا ىرجم مدأ نبا نم يزجيل ناطي شلا نا عوجلَب‬
“Sesungguhnya setan itu mengalir dalam diri manusia seperti
mengalirnya darah, maka persempitlah saluran-saluran baginya
dengan lapar.”
(Hr. Bukhari, Muslim)

(013)

Rasulullah saw bersabda kepada A’isyah ra….

‫ لاق ؟ اذامب الل لص‬: ‫ تلاق‬، ‫عرق يمواد بَب ةنجلا‬


‫ عوجلَب‬: ‫هيلع لسو‬
“Terus meneruslah mengetuk pintu surga!...”
A’isyah ra kemudian bertanya: “Dengan apa?..”
Rasulullah saw pun menjawab: “Dengan lapar!...”.

(014)

‫لا اورـــظنل مدأ يـــ بن بولق لع نوموَي يطاي ـشلا نأ لإول تاومسلا‬
‫توـكـ ـلم‬

- 65
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Jikalau tidaklah setan-setan itu berkeliling di atas hati anak


Adam, niscaya anak-anak Adam itu mampu melihat ke alam malakut
yang tinggi (kerajaan langit)”.
(Hr. Ahmad)

(015)

‫رزــئملا دشو شارفلا ىوط رخاواِل شعلا لخد اذا نَك لهأ‬
‫بادأو بأدو‬
“Adalah Rasul saw apabila masuk 10 yang akhir, lalu melipatkan
tikar, mengikatkan pinggang dan telah membiasakan dirinya dan
keluarganya yang demikian”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

(016)

‫لإو ناسنلإا ةجاحـل لإا جرخـي إل لسو هيلع الل لص نَك ار ام لإا‬
‫ضـيرـمـلا نع لآسي‬
“Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw (pada hari-hari
i’tikaf-nya) tidak keluar kecuali untuk kada-hajatnya (membuang air
besar atau air kecil), dan tidak menanyakan tentang keadaan orang
yang sedang sakit kecuali sambil lalu.”
(Hr. Bukhari, Muslim)

- 66
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(017)

‫نَك ضر ةشئاع لجرـتف هسأر يـندي لسو هيلع الل لص ةرجحلا‬


‫ف هو اَنع الل‬
“Adalah Nabi saw mendekatkan kepalanya, lalu disisirkan
rambutnya oleh ‘Aisyah, sedang ‘Aisyah berada di dalam kamar”.

(018)

‫ الل هنعل سيل ـبا ماهس نم مومسم مهس ةرـظنلا‬، ‫اهكرـت نمف‬
‫هبلق يـف هتوَلح دَي ناـمـيا لجو زع الل هَتأ الل نم افوخ‬
“Sekilas pandangan mata adakalanya merupakan sebuah anak
panah yang beracun dari panah-panah Iblis -laknatullah-. Maka
barangsiapa meninggalkan pandangan seperti itu, karena takut
kepada Allah, niscaya didatangkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla
kepadanya keimanan yang terasa amat manis di dalam hatinya.”
(Hr. Al-Hakim)

(019)

Diriwayatkan oleh Jabir dari Anas,


dari Rasulullah saw yang bersabda,…

‫ بذكلا ةبيغلاو ةميمنلاو يميلاو ةبذكلا‬: ‫نرطفي سخ ئاصلا‬


‫رظنلاو ةوْهشب‬

- 67
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Lima perkara dapat membatalkan shaum seseorang:


berdusta (ucapan bohong), ghibah (mengumpat, bergunjing), fitnah,
bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat. “

(020)

‫لهَي لإو ثفرـي َلف امئاص كدحأ نَك اذاف ةنج موصلا اـمنا ئاص‬
‫نا ئاص نا لقيلف همتاش وأ لتاق ؤرما ناو‬
“Sesungguhnya shaum itu benteng (tabir penghalang). Maka
apabila seorang dari kalian sedang shaum, janganlah ia
mengucapkan sesuatu yang keji dan janganlah ia berbuat jahil. Dan
seandainya ada orang lain yang mengajaknya berkelahi ataupun
menunjukan cercaan kepadanya, hendaknya ia berkata: “Aku sedang
shaum… Aku sedang shaum…”
(Hr. Bukhari, Muslim)

(021)

‫ نأ يـتأرما اتمئاص دهع لع لوسر الل‬: ‫ءاجو يـف بخلا‬


‫هدْجآ عوجلا نم شطعلاو رخأ راَنلا‬ ُ ‫الل لص هيلع لسو ا‬
‫ف‬
‫ّتح نأ َتدَك افلتت ات ـثعبف لوسر لا الل الل لص هيلع لسو‬
‫هنذآت سي يـف راطفلإا لسرآف اـمْيلا احدق لص لاقو الل هيلع‬

- 68
ُ ‫ اـمهل لق ائيق ام هيف اـمْتُكأ ))تءاقف ا‬: (( ‫لسو‬
‫ها د ح‬ Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫ا‬

- 69
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

‫ تءاقو ىرخاِل لثم لاذ‬، ‫هفصن امد اطيبع امحلو اضيرغ‬


‫ّتح هَتَلم بجعف سانلا لاذ نم لص لاقف الل هيلع‬
‫ نَتاه اتماص اَع لحأ الل امهل َترطفأو ام لع‬: (( ‫لسو‬
‫هادحا ىرخاِل اتلعـ ـجـف‬
ُ ‫مرـح الل لاعت امْيلع تدعق لا ا‬
‫نَباتغي سانلا ام اذهف نم اتُكأ مهموحل‬
Pernah diriwayatkan bahwa -di masa hidup Nabi Saw- ada dua
orang perempuan shaum lalu mereka sangat menderita karena lapar
dan dahaga pada akhir shaum itu, sedemikian rupa sehingga hampir-
hampir binasa karenanya. Kemudian mereka mengutus orang yang
menghadap Rasulullah Saw untuk memintakan izin bagi keduanya
agar di perbolehkan menghentikan shaum mereka. Maka beliau
mengirimkan sebuah mangkuk kepada mereka seraya memerintah-
kan agar keduanya memuntahkan isi perut ke dalam mangkuk itu.
Ternyata mereka memuntahkan darah dan daging yang segar,
sepenuh mangkuk tersebut, sehingga orang-orang yang
menyaksikannya menjadi terheran-heran.
Dan Rasulullah Saw kemudian bersabda,…
“Kedua perempuan ini shaum terhadap makanan yang dihalalkan
Allah tetapi membatalkan shaumnya dengan perbuatan yang
diharam- kan olehNya. Mereka berdua duduk bersantai sambil
menggunjingkan orang lain. Maka itulah “daging-daging” mereka
yang di pergunjing- kan”.
(Hr. Ahmad)

- 70
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(022)

‫ثلإا يـف نكيَش عمت سملاو باتغملا‬


“Yang mengumpat dan yang mendengar adalah berserikat dalam
dosa”.
(Hr. Thabrani)

(023)

‫شطعلاو عوجلا لإا هموص نم ل سيل ئاص نم ك‬


“Betapa banyak orang yang shaum sedang ia tidak mendapat
sesuatu dari shaumnya, selain dari lapar dan haus”.
(Hr. An-Nasa’I, Ibnu Majah)

(024)

‫هتـنامأ كدحأ ظـفحيلف ةنامأ موصلا نا‬


“Sesungguhnya shaum itu amanah, maka hendaklah masing-
masing dari kalian menjaga amanahnya.”.
(Hr. Al-Kharaithi dari Ibnu Mas’ud)

(025)

Sewaktu Nabi saw membaca firman Allah ‘Azza Wa Jalla:

‫اهلهأ لا تناماِل اودؤت نأ كرمآي الل نا‬


- 71
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah


kepada yang berhak”.
(Qs. An-Nisaa’ [4]:58)

Lalu Nabi saw meletakkan tangannya pada pendengaran dan


penglihatannya, seraya bersabda:

‫ةـنامأ صبلاو ةنامأ عمسلا‬


“Pendengaran itu amanah dan penglihatan itu amanah”.

(026)

‫نابعش موص رـثكي لسو هيلع الل لص الل لوسر نَكو ناضمر‬
‫يـف ه ـنأ نظي نَك ّتح‬
“Dan adalah Rasulullah saw memperbanyak shaum bulan
Sya’ban,
sehingga orang menyangka bahwa beliau dalam bulan Ramadlan”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

(027)

‫مرحملا الل رهش ناضمر رهش دعب مايصلا لضفأ‬


“Shaum yang lebih utama sesudah bulan Ramadlan ialah shaum
pada bulan Allah, Muharram”.

- 72
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(028)

‫موصو هيغ نم يثَلث نم لضفأ مارح رهش نم موـي موص مارـح‬


‫رهش نم يثَلث نم لضفأ ناضمر نم موي‬
“Shaum sehari dari bulan haram adalah lebih utama daripada 30
hari bulan lainnya. Dan shaum sehari dari bulan Ramadlan adalah
lebih utama dari 30 hari dari bulan haram”.

(029)

‫ماص نم ةـثَلث نم مَّيأ رهش مارـح سيمخلا ةعمجلاو تبسلاو‬


‫بتك الل موي كب ل ةدابع ةئامعست ماع‬
“Barangsiapa shaum 3 hari dari bulan haram, yaitu: Kamis,
Jum’at dan Sabtu, niscaya dituliskan oleh Allah baginya tiap-tiap hari,
sebagai ibadah 900 tahun”.

(030)

‫نم فصنلا نابعش َلف موص ّتح ناضمر‬ ‫اذا نَك‬


“Apabila telah berada senishfu (lebih dari 15 hari) dari bulan
Sya’ban, maka tidak ada shaum lagi sampai Ramadlan”.
(Hr. Ibnu Hibban)

- 73
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(031)

‫نم ام مَّيأ لمعلا نْيف لضفأ لا بحأو زع الل نم لجو‬


‫شع مَّيأ نا ةجحلا يذ موص موـي هنم لدعي مايص ةن س‬
‫ لإو داهجلا يـف‬: ‫ ليق‬، ‫مايقو ليل هنم لدعت مايق ليل ردقلا‬
‫ لإو داهجلا يـف ليبس الل لجو زع‬: ‫ليبس الل ؟ لاعت لاق‬
‫ نم لإا رقع هداوج قرهأو همد‬،
“Tidak ada hari-hari yang berbuat amalan padanya yang lebih
utama dan lebih dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla, selain dari 10 hari
Dzulhijjah. Bahwa shaum sehari padanya adalah menyamai dengan
shaum setahun. Berbuat ibadah shalat satu malam daripadanya,
menyamai dengan mengerjakan ibadah shalat pada malam Lailatul-
qadar. Lalu orang bertanya: “Dan tiadakah jihad pada jalan Allah
Ta’ala?...”. Maka Nabi saw menjawab: “Dan tiadalah jihad pada jalan
Allah ‘Azza Wa Jalla selain orang yang diletihkan kudanya dan
ditumpahkan darahnya”.
(Hr. Ibnu Majah)

(032)

Bersabda Nabi saw dalam apa yang diriwayatkan oleh Abu Musa
Al-Asy’ari:

‫يعست دقعو ّنْج هيلع تقـيض هُك رهلدا ماص نم‬

- 74
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

“Barangsiapa berpuasa dalam masa seluruhnya, niscaya


disempitkan kepadanya neraka jahannam dan dinomori 90”. Artinya,
tak ada baginya dalam neraka jahannam itu tempat.

(033)

‫تضرع حيتافم لع نئازخ اينلدا زونكو ضراِل اُتددرـف‬


َ ‫ كدحأ اذا تعب ش ع‬، ‫ عوجأ اموي عب شأو اموـي‬: ‫تلقو‬
‫ضتأو‬
‫كيلا اذا تعج‬
“Didatangkan kepadaku kunci-kunci gudang dunia dan tempat
simpanan dibumi, maka aku kembalikan semuanya. Dan aku
mengatakan: Aku lapar sehari dan aku kenyang sehari. Aku memuji
akan Engkau, apabila aku kenyang dan aku merendahkan diri kepada
Engkau, apabila aku lapar”.
(Hr. Tirmidzi)

(034)

‫ نَك موصي رطفيو اموـي‬، ‫لضفأ مايصلا موص يـخأ دواد‬


“Shaum yang lebih utama ialah shaum saudaraku Dawud.
Adalah ia berpuasa sehari dan berbuka sehari”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

- 75
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(035)

‫لص لاق الل هيلع لسو دبعل الل ضر رَع نب الل امَنع‬
‫ لص لاقف‬، ‫ قيطأ نا نم رـثكأ لاذ‬: ‫يـف موصلا وه لوقي‬
‫و‬
‫ يـنا ديرأ لضفأ‬: ‫ لاقف‬، ‫الل هيلع لسو اموي ص رطفأو اموي‬
‫ إل نم لضفأ لاذ‬: ‫ لص لاق الل هيلع لسو‬، ‫لاذ نم‬
Dan daripada itulah berkata Nabi saw pada Abdullah bin Umar
ra mengenai shaum, dimana Abdullah mengatakan: “Sungguh saya
sanggup lebih banyak dari itu”. Maka menjawab Nabi saw: “Shaumlah
sehari dan berbukalah sehari!”. Lalu Abdullah menyambung:
“Sungguh aku bermaksud lebih baik dari itu !”. Maka bersabda Nabi
saw: “Tidak ada yang lebih baik dari itu!”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

(036)

‫دقو يور لص هـنأ الل هيلع لسو ماص ام اره َلمَك لإا طق‬
‫ش‬
‫نا ض م ر‬
Diriwayatkan “Bahwa Nabi saw tiada berpuasa sekali-kali sebulan
penuh, selain daripada bulan Ramadlan”.
(Hr. Bukhari, Muslim)

- 76
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Kumpulan Atsar
(001)
Berkata Waki tentang firman Allah Ta’ala,..

‫ةيلاخلا مَّياِل يـف مـتفلسأ اـمـب ائيـنه اوبَش او اوُك‬


“(Kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan
nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang
telah lalu.” (Qs. Al-Haaqqah [69]:24). Yang dimaksudkan dengan hari
yang telah lalu itu ialah hari-hari shaum, karena mereka telah
meninggalkan padanya makan dan minum.

(002).
Ada yang mengatakan tentang firman Allah Ta’ala,..

‫اونَك امب ءازج يعأ ةرــق نم مهل يـــفخأ ام سفن لعت َلف نولمعي‬
“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan
untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan
hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”. (Qs. As-
Sajdah [32]:17), bahwa amalan mereka itu ialah Shaum. Karena Allah
Ta’ala berfirman,..

‫باسح يغب هرجأ نورباصلا ّفوي امنا‬


“Hanya para Ash-Shabirinlah yang disempurnakan pahalanya
tanpa batas.”
(Qs. Az-Zumar [39]:10)

- 77
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

(003).
Beberapa dari Arbab al-qulub (yakni orang-orang yang telah
tercerahkan hatinya) berkata…

“Barang siapa tergerak tekadnya untuk mengerjakan sesuatu di


siang hari guna mendapatkan sesuatu yang di makan pada saat
berbuka, maka perbuatannya itu akan dicatat sebagai dosa untuk
dirinya. Sebab yang demikian itu bersumber dari kurang kepercayaan
akan karunia Allah SWT serta sedikitnya keyakinan akan rizkiNya
yang dijanjikan.”

(004).
Bisyr bin Harits meriwayatkan ucapan Sofyan:

‫موصلا دسفت ةبيغلا‬


“Gunjingan merusak shaum”.

(005).
Demikian pula Laits meriwayatkan dari Mujahid:

‫ ةبيغلا بذكلاو‬: ‫ناتلصخ نادسفي مايصلا‬


“Dua hal yang merusak shaum: gunjingan dan dusta”.

(006).
Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashary, bahwa ia
melewati suatu kaum, yang sedang tertawa terbahak-bahak.

- 78
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla men-


jadikan bulan Ramadlan tempat persembunyian bagi makhlukNya,
dimana mereka tetap padanya guna mentaatiNya. Maka sebagian
kaum memperoleh kemenangan dan tertinggallah beberapa kaum,
lalu merugilah mereka. Karena itu, sungguh amat mengherankan
masih ada orang yang tertawa dan bermain-main pada hari kejayaan
orang-orang yang menang dan kekecewaan orang-orang yang
bertindak sia-sia..
Demi Allah kalaulah hijab terbuka, sungguh orang yang telah
berbuat baik akan sibuk dengan hasil kebaikannya dan orang yang
telah berbuat kejahatan akan sibuk dengan hasil kejahatannya.”

(007).
Dari Al-Ahnaf bin Qais, bahwa orang berkata kepadanya,…
“Anda seorang yang telah lanjut usia. Sedangkan shaum akan
melemahkan fisik anda.”
Ahnaf menjawab: “Aku menyediakan shaum itu untuk perjalanan
yang jauh. Dan bersabar dalam mentaati Allah swt adalah lebih
mudah daripada bersabar dari azabNya”.

(008).
Abud-Darda’ berkata,… “Alangkah baiknya tidur dan berbukanya
orang-orang yang pandai.”

(009).
Dan karena itulah, berkata sebagian ulama,…
“Betapa banyak orang yang shaum itu berbuka, dan betapa
banyak orang yang berbuka itu shaum.”

- 79
Ihya ‘Ulumuddin- Imam Al-Ghazali ra. - Kitab Rahasia Shaum

- 79
-

Anda mungkin juga menyukai