Anda di halaman 1dari 103

1

Pendahuluan
Ajaran iman yang kita ketahui memiliki enam sendi (enam rukun
iman). Ternyata ajaran iman tersebut memiliki 77 cabang yang harus kita ketahui
dan kita amalkan. Syech Al-Hafidz Abu Hatim Bin Ibnu Hibban setelah
mengadakan penetitian dan pengoreksian secara teliti dan mendalam terkait
pendataan macam2 keta'atan, ternyata menemukan macam2 keta'atan itu lebih
dari 77 keta'atan. Kemudian beliau menelitinya di dalam beberapa hadits/ Sunan
ternyata jumlah keta'atan itu kurang dari 77 macam, lalu beliau teliti di dalam Al-
Qur'an, ternyata macam2 keta'atan itu juga kurang dari 77 macam. Kemudian
beliau menggabungkan macam2 keta'atan itu antara yang ditemukan dalam
beberapa hadits / Sunan dan dalam Al-Qur'an, maka ternyata memang persis
seperti yang disabdakan nabi Muhammad SAW dalam hadits yg diriwayatkan
oelh Al-Imam Muslim Ra bahwa : Iman itu ada 77 (Tujuh Puluh Tujuh) Cabang,
dimana yg paling Afdlol adalah ucapan La Ilaha Illalloh, dan yg paling rendah
adalah membuang hal-hal yg dapat menimbulkan bahaya (sakit/penyakit) di jalan.
sedangkan Malu adalah termasuk satu cabang dari iman).
77 cabang iman tersebut biasa disebut dengan Syua’bul Iman. Salah satu kitab
kuning yang membahas 77 cabang iman (Syua’bul Iman) itu adalah KITAB
QOMI'UT THUGHYAN 'ALA MANDZUMATI SYU'ABIL IMAN karya dari
Sayid ’Ulamail Hijaz adalah gelar yang disandangnya. Al-Sayid adalah penghulu,
sedangkan Hijaz wilayah Saudi sekarang, yang di dalamnya termasuk Mekah dan
Madinah. Dialah Syekh Muhammad Nawawi, yang lebih dikenal orang Mekah
sebagai Nawawi al-Bantani, atau Nawawi Bin 'Umar Bin 'Aroby al-Jawi seperti
tercantum dalam kitab-kitabny

2
QOMI’ AT-TUGHYAN
Daftar isi
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………
MUKADIMAH KITAB ………………………………………………………………
BAB I
1. Iman kepada Allah SWT………………………………………………………..
2. Iman kepada Malaikat…………………………………………………………...
3. Iman pada Kitab…………………………………………………………………
4. Iman kepada Nabi……………………………………………………………….
5. Iman pada Hari Kerusakan Seluruh Alam Semesta…………………………….
6. Iman pada kebangkitan orang mati……………………………………………..
7. Iman pada qadar (taqdir)……………………………………………………….
8. Iman pada hari dikumpulkannya manusia di padang makhsyar………………..
9. Beriman bahwa surga adalah tempat yang kekal bagi orang Islam dan neraka..
adalah tempat yang kekal bagi orang kafir
10. Mencintai Allah SWT……………………………………………………………
11. Takut dengan siksa Allah…………………………………………………………
12. Mengharapkan rahmat Allah SWT……………………………………………….
13. Tawakal kepada Allah SWT………………………………………………………
14. Mencintai Nabi Muhammad SAW………………………………………………..
15. Menjunjung dan memuliakan derajat Nabi Muhammad SAW…………………...
16. Bakhil terhadap agama Islam……………………………………………………..
17. Mencari ilmu……………………………………………………………………..
18. Mengajarkan ilmu agama…………………………………………………………
3
19. Mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an……………………………………..
20. Bersuci…………………………………………………………………………….
21. Menunaikan salat fardhu lima waktupada waktunya dengan sempurna………….
22. Menunaikan zakat kepada yang berhak dengan niat khusus……………………...
23. Puasa ramadhan…………………………………………………………………..
24. I’tikaf……………………………………………………………………………...
25. Beribadah haji…………………………………………………………………….
26. Jihad………………………………………………………………………………
27. Murabathah / Menjaga perbatasan wilayah……………………………………….
28. Berteguh memerangi musuh tanpa melarikan diri………………………………..
29. Menyerahkan seperlima harta rampasan perang kepada pimpinan atau penggantnya..
30. Memerdekakan budak muslim……………………………………………………
31. Membayar kafarat(denda) ……………………………………………………….
32. Menepati janji…………………………………………………………………….
33. Bersyukur………………………………………………………………………….
34. Menjaga lisan……………………………………………………………………..
35. Menjaga kemaluan………………………………………………………………..
36. Menyampaikan amanah kepada orang yang berhak atasnya……………………..
37. Tidak membunuh orang Islam…………………………………………………….
38. Berhati-hati dalam hal makan dan minum………………………………………...
39. Berhati-hati terhadap harta (Menjaga diri dari harta yang haram)………………..
40. Berjaga diri dari pakaian, perhiasan dan bejana yang diharamkan oleh Allah……
41. Berhati-hati dari permainan yang dilarang oleh Allah……………………………
42. Bersikap sedang-sedang saja (sederhana) saat membelanjakan harta…………….

4
43. Tidak dendam dan hasud (dengki) ………………………………………………
44. Tidak mencela orang muslim……………………………………………………
45. Ikhlas dalam beramal karena Allah……………………………………………..
46. Senang dalam taat kepada Allah, sedih karena kehilangan taat, dan menyesalsebab
maksiatan. ………………………………………………………………………….
47. Bertaubat………………………………………………………………………….
48. Menunaikan kurban, aqiqah dan hadiah…………………………………………..
49. Taat kepada ulil amri (penguasa) jika sesuai dengan kaidah syariat Islam……….
50. Berpegang teguh pada apa saja yang disepakati jamaah………………………….
51. Memutuskan (hukum)perkara antar sesama dengan adil……………………...….
52. Memerintahkan untuk melakuakan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
(Amar makruf nahi mungkar) …………………………………………………….
53. Saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa……………………….…
54. Malu kepada Allah SWT………………………………………………………….
55. Berbuat baik kepada kedua orang tua……………………………………………
56. Silaturahmi……………………………………………………………………….
57. Akhlak yang baik…………………………………………………………………
58. Berbuat baik kepada para budak, memamaafkan mereka dan mengajarkanmereka
tentang masalah agama…………………………………………………………
59. Ketaatan budak kepada tuannya…………………………………………………
60. Menjaga hak keluarga dan anak…………………………………………………
61. Mencintai ahli agama……………………………………………………………
62. Menjawab salam orang muslim…………………………………………………
63. Mengunjungi orang sakit…………………………………………………………
64. Melakukan salat pada mayit muslim…………………………………………….
65. Membaca tasymit bagi orang yang bersin……………………………………….
5
66. Menjauhi setiap orang yang berbuat kerusakan…………………………………..
67. Memuliakan tetangga…………………………………………………………….
68. Memuliakan tamu…………………………………………………………………
69. Menutupi aurat atau cacat orang mukmin………………………………………...
70. Sabar dalam ketaatan hingga selesai melaksanakannya…………………………
71. Zuhud……………………………………………………………………………..
72. Cemburu dan tidak membiarkan isteri bercumbu rayu dengan laki-laki lain……
73. Berpaling dari omongan yang tidak berguna……………………………………
74. Dermawan…………………………………………………………………………
75. Menghormat orang tua dan menyayangi anak muda……………………………..
76. Mendamaikan pertikaian di antara orang muslim bila dijumpai caranya…………
77. Mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri………………………..
Penuitup ………………………………………………………………………………

6
Muqodimah
Segala puji bagi Allah Dzat yang sempurna. Semoga rahmat dan keselamatan
senantiasa tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah diberikan
mukjizat oleh Allah SWT beserta seluruh keluarga dan sahabat yang senantiasa
melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kemungkaran-kemungkaran.
Penerjemah berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar Muhammad Nawawi bin
Umar yang telah mencurahkan segala pemikirannya untuk mengoreksi nadzam milik
Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad diampuni kesalahan-kesalahannya, dikabulkan
cita-cita dan angan-angannya. Nadzam tersebut berada di dalam buku yang dikenal
dengan nama “syu’bul iman”. Buku tersebut merupakan buku berbahasa Arab yang
menjadi ringkasan dari buku syu’bul iman yang berbahasa Persia yang dikarang oleh
Nuruddin Al-Iijaa. Al-Iijaa merupakan julukan yang dikaitkan dengan Ija, yaitu salah
satu kota di Persia.
Nadzam tersebut memakai gaya bahasa bahr kamil dengan rumus enam kali kata ‫ﻣﺘﻔﺎﻋﻠﻦ‬
danmemiliki 26 bait syair yang biasanya bersifat ‫ﻣﺤﺒﻮﻧﺔ‬. Kemudian ketika
mensyarahinya aku (pensyarah kitab / Syeikh Al-Imam Nawawy Al-Bantany) ingin
menulis di dalamnya penjabaran yang bermanfaat bagi diriku dan anak-anakku yang
termasuk orang-orang yang menginginkan keberuntungan. Di dalamnya Aku
menambahkan tiga bait syair di awal dan 1 bait di akhir yang ditambahkan oleh Abdul
Mun’im, sehingga keseluruhannya berjumlah 30 bait syair.Saya memberikan nama
buku ini “qami’ at-tughyanala mandzumat syu’bil iman”. Dan saya berdo’a kepada
Allah SWT dengan rahmat dan kemuliaan-Nya semoga buku ini bermanfaat. Karena
pada-Nya lah segala sesuatu yang Ia kehendaki dan Ia lah berhak mengabulkan segala
do’a, Amin. Maka Saya (Imam Nawawy) katakan:
(‫ﺷﺨﺺ ذا ُﺷ َﻌﺐْ ﻓﺘُﺘَ ﱠﻤ ُﻢ‬
ٍ َ‫إﯾﻤﺎن‬ ‫ﺻﯿﱠ َﺮا‬
َ ‫اﻟﺬي ﻗﺪ‬ ‫)اﻟﺤﻤﺪ‬
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang bercabang-cabang
kemudian menyempurnakannya
Ini mengibaratkan pada membiasakan rasa syukur dengan mengucapkan hamdallah,
hal ini berdasarkan bahwa pada dasarnya semua pujian hanyalah milik Allah.Maksud
dari bait ini ialah, bahwa perbuatan-perbuatan iman mempunyai beberapa bagian dan
karakteristik. Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan iman di sini adalah di mana
amal seseorang dapat bertambah (positif) jika ia melakukannya (perbuatan-perbuatan
iman), dan sebaliknya dapat berkurang jika meninggalkannya.
Adapun asal iman adalah pembenaran atas sesuatu secara seratus persen, tanpa ada
kurang sedikitpun. Karena jika di sana terdapat kekurangan sekecil apapun, maka akan
7
ada rasa ragu-ragu. Oleh karena itu iman tidaklah sah jika dibarengi dengan karagu-
raguan.
Pada bait di atas kata ْ‫ ُﺷ َﻌﺐ‬merupakan bentuk jamak dari ‫ ُﺷﻌْﺒﺔ‬. Dan pada kata ‫ﻓﺘُﺘَ ﱠﻤ ُﻢ‬
tersimpan dlomir yang kembali pada ‫اﻟﺸﻌﺐ‬.
(‫َﻣ ْﻦ ﻗﺎل ﺑﻌﺪ ﺻﻼﺗﻨﺎ وﻧُ َﺴﻠﱢ ُﻢ‬ ‫ﺑﯿﻮت ِﻣ ْﻦ ﻛﺘﺎب اﻟ ُﻜﻮ ِﺷﻨِﻲ‬
ٌ ‫)ھﺬى‬
(‫ﻣﺎ دار ﺷﻤﺲٌ ﻓﻲ اﻟﺴﻤﺎء وأَ ْﻧ ُﺠ ُﻢ‬ ‫)ﻟِﻤﺤ ّﻤﺪ وﻵﻟﮫ وﺻﺤﺎﺑﺘ ْﮫ‬
Bait-bait ini diambil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-
Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, yaitu orang yang berkata setelah saya
membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabat beliau ketika matahari dan bintang-bintang beredar diangkasa
Pembahasan ini merupakan sekumpulan bait yang dinukil dari buku karangan syekh
Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, oleh
karena itu jumlah kandungan yang ada pada bait-bait tersebut setara dengan
kandungan yang ada pada penjelasan yang berupa kalimat prosa.
Kata ‫ اﻟ ُﻜﻮ ِﺷﻨِﻲ‬merupakan julukan untuk pemilik makalah ini, bahwa ia dilahirkan di
daerah‫ﻮﺷﻦ‬ ِ ‫ ُﻛ‬yang terletak di kota Malibari. Ia lahir setelah matahari terbit di hari Kamis
tanggal 12 Sya’ban tahun 872 H. Disaat masih kecil ia dipindahkan oleh pamannya ke
daerah Fanan. Ia mempunyai banyak karya, seperti; hidayah al-adzkiya’, tuhfah al-
ahya’, irsyad al-qashidin fi ikhtishari manhaj al-abidin karya Al-Ghazali.
Kata ‫ ﻗﺎل َﻣ ْﻦ‬merupakan athaf bayan. Yang dimaksud di sini adalah bait-bait yang ada
setelah penuturan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para sahabatnya.
Adapun maksud dari kata ‫وﻧُ َﺴﻠﱢ ُﻢ ﺻﻼﺗﻨﺎ ﺑﻌﺪ‬yang memakai kata ganti orang pertama jamak
adalah bahwa yang mengucapkan salawat dan salam bukan hanya penulis saja, namun
juga sang pengarang bait-bait ini syekh Zainuddin.
Nadhim(pembuat nadhom, yakni Syekh Zainuddin) berkata dalam nadham-nya:
(‫)إﯾﻤﺎﻧُﻨﺎ ﺑِﻀْ ٌﻊ و َﻋﯿ ٌْﻦ ُﺷ ْﻌﺒَﺔً ﯾَ ْﺴﺘَ ْﻜ ِﻤﻠَ ْﻨﮭﺎ أھ ُﻞ ﻓَﻀْ ٍﻞ ﯾَﻌْﻈُ ُﻢ‬
Iman kita mempunyai tujuh puluh tujuh cabang yang dipakai oleh para orang bijak
untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas diri mereka
Dalam ajaran agama Islam disebutkan bahwa rukun atau sendi iman ada enam
sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat Imam Muslim. Iman tersebut mempunyai
cabang sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh). Setiap cabang berupa pekerjaan yang harus
dikerjakan oleh setiap orang yang mengaku beriman. Apabila 77 pekerjaan tersebut
8
dilakukan seluruhnya, maka sempurnalah iman seseorang. Apabila ada yang
ditinggalkan, maka berarti berkurang ketebalan imannya. Cabang iman sebanyak 77
adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh para ahli hadits yang berbunyi:

َ ‫ اَ ْﻓ‬، ً‫ اَ ِﻹ ْﯾ َﻤﺎنُ ﺑِﻀْ ٌﻊ َو َﺳ ْﺒﻌُﻮْ نَ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ‬: ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬


ُ‫ﻀﻠُﮭَﺎ ﻗَﻮْ ُل ﻻَ اِﻟﮫَ اِﻻﱠ ﷲُ َواَ ْدﻧَﺎھَﺎ اِ َﻣﺎطَﺔ‬ َ ِ‫ﺎل َرﺳُﻮْ ُل ﷲ‬ َ َ‫ﻗ‬
ُ ْ ٌ ُ ْ ‫ﱠ‬ َ
ِ ‫اﻻَذى َﻋ ِﻦ اﻟﻄ ِﺮﯾ‬
َ‫ َواﻟ َﺤﯿَﺎ ُء ﺷ ْﻌﺒَﺔ ِﻣﻦَ ا ِﻹ ْﯾ َﻤﺎ ِن َر َواهُ اﻟ ُﻤ َﺤ ﱢﺪﺛﻮْ ن‬، ‫ْﻖ‬

Rasulullah saw bersabda: "Iman itu 77 cabangnya. Yang paling utama dari cabang-
cabang tersebut adalah mengucapkan "La ilaha illallah" (tiada Tuhan melainkan
Allah) dan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan.
Malu (berbuat maksiat) adalah satu cabang dari iman." H.R. Para Ahli Hadits.
Perkataan nadhim(pembuat nadhom)‫ إﯾﻤﺎﻧُﻨﺎ‬adalah cabang-cabang dari iman. Dan
kata‫( ﺑِﻀْ ٌﻊ‬di-kasrah atau di-fathah huruf ba’-nya)menurut Al-Khalil yang dimaksud di
sini adalah bilangan tujuh (‫)ﺳﺒﻊ‬, sedangkan pada kata ‫ َﻋﯿ ٌْﻦ‬yang dimaksud adalah
bilangan tujuh puluh (‫)ﺳﺒﻌﻮن‬, karena huruf ‘ain mempunyai nilai tujuh puluh
sebagaimana huruf hamzah mempunyai nilai satu, ya’ sepuluh, qaf seratus dan ghain
seribu.
Kata ً‫ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ‬adalah kata yang ber-i’rab nashabyang menjadi tamyiz. Dan kata ‫ ﯾَ ْﺴﺘَ ْﻜ ِﻤﻠَ ْﻨﮭﺎ‬di
dalamnya terdapat nun taukidkhafifah, sedangkan huruf sin adalah untuk
menunjukkan artijumlah atau keperluan, kata tersebut berbentuk fi’il mudhari’ yang
fa’il-nya adalah ahlu fadllin (orang bijak). Maksud dari bait ini adalahbahwa para
orang bijak menjadikan ketujuh puluh tujuh cabang iman ini sebagai sarana untuk
menyempurnakan diri mereka, karena dengannya dapat membuat segala urusan dunia
menjadi benar, dan segala urusan akhirat menjadi baik. Sehingga pada akhirnya
mereka mendapatkan kesempurnaan dari 77 cabang iman tersebut.

9
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(‫وﺑﯿﻮم ﯾَ ْﻔﻨَﻰ اﻟ َﻌﺎﻟَ ُﻢ‬
ِ ‫واﻷَ ْﻧ ِﺒﯿﺎ‬ ْ‫ﻚ واﻟ ُﻜﺘُﺐ‬ َ ‫)آ ِﻣ ْﻦ ﺑﺮﺑﱢ‬
ِ ِ‫ﻚ واﻟ َﻤﻼﺋ‬
Berimanlah kepada tuhan mu, para malaikat(Nya), kitab-kitab (suci), nabi-
nabi(Nya) dan hari di mana alam akan hancur
Nadhim menyebutkan lima cabang iman pada bait ini. Sebagai berikut:

1. Iman kepada Allah SWT:


a. Maha Esa yang sama sekali tidak ada sekutu bagi-Nya.
b. Maha Tunggal yang sama sekali tidak ada yang serupa dengan-Nya,
tempat meminta pertolongan yang sama sekali tidak ada yang
menandingi-Nya.
c. Maha Sedia tanpa permulaan.
d. Maha Berdiri dengan pribadi-Nya sendiri.
e. Maha Kekal.
f. Maha Abadi.
g. Maha Dahulu yang tidak ada permulaan bagi-Nya.
h. Maha Akhir yang sama sekali tidak ada kesudahan bagi-Nya.
i. Maha Tegak yang tidak dilenyapkan oleh masa dan tidak diubah oleh
sangkaan.
j. Maha Permulaan, Maha Akhir, Maha nampak pekerjaannya dan Maha
Tersembunyi yang tidak tampak Dzat-Nya.
k. Maha Suci dari jasmani, tak sesuatupun yang menyerupai-Nya.

2. Iman kepada Malaikat:


a. Beriman dan membenarkan keberadaan Malaikat
b. Malaikat merupakan hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah
membangkang terhadap apa yangtelah diperintahkan oleh Allah
kepadanya. Ia melakukan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
c. Jasmani yang halus dan bernyawa.

10
d. Sesuatu kekuatan yang dijadikan oleh Allah untuk berubah-ubah bentuk
yang indah.
e. Dibuat dari cahaya.
Malaikat adalah jisim (tubuh) yang bersifat lembut yang memiliki ruh. Allah
memberikannya keahlian untuk menyerupai berbagai bentuk yang bagus-bagus
3. Iman pada Kitab Yaitu beriman dan membenarkan bahwa kitab yang telah
dditurunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya adalah wahyu dari Allah. Di
dalamnya mengandung hukum-hukum dan khabar (pemberitahuan)-Nya.

4. Iman kepada Nabi


a. Beriman bahwa para Nabi jujur dalam menyampaikan khabar dan wahyu
dari Allah SWT
b. Bahwa di antara para Nabi tersebut terdapat Nabi yang diutus (Allah)
kepada para umat untuk menunjukkan, menyempurnakan penghidupan
dan akhirat mereka.
c. Mereka (para Nabi) dibekali (Allah) dengan Mukjizat-mukjizat yang
menunjukkan kejujuranmereka. Oleh karena itu Allah memberikan
risalah (wahyu) kepada mereka dan mereka menjelaskannya kepada
orang-orang kafir.

5. Iman pada Hari Kerusakan Seluruh Alam Semesta


a. Percaya terhadap kehancuran dunia.
b. Percaya terhadap hari akhir (kiamat) beserta apa yang ada di dalamnya,
seperti pembalasan, penghitungan amal, penimbangan amal, berjalan di
jembatan shirath al-mustaqim, surga dan neraka.
Kita wajib beriman bahwa alam semesta, alam dunia maupun benda di angkasa
akan hancur binasa pada hari kiamat. Amal yang kita kerjakan akan dibalas
dengan cara perhitungan amal, penimbangan amal, titian, surga dan neraka.
Kata ‫ﻚ‬ِ ِ‫اﻟ َﻤﻼﺋ‬dibaca dengan harakatkasrahpada huruf kaf-nya, besertaan dengan
pembuangan huruf ha’ (dhamir). Dan pada kata ‫ﺑﯿﻮم‬dibaca
ِ jar besertaan dengan
pembuangan harakat tanwin, inilah dianggap lebih fasih karena kata ‫ ﯾﻮم‬di-
idhafah-kan pada jumlah fi’liyah (kalimat kerja) yang mu’rab (menerima i’rab),
oleh karena itu diperbolehkan untuk me-mabni-kan fathah(kata ‫)ﯾﻮم‬ ِ dalam
keadaan i’rab jar

11
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(‫ﻖ ﺗَﺤْ َﺸ ُﻢ‬
ُ ِ‫َﺮ ﻓﯿْﮫ اﻟﺨَﻼﺋ‬
ٍ ‫ﻓﻲ َﻣﺤْ ﺸ‬ ِ ‫ﺚ واﻟﻘَﺪ‬
‫َر اﻟ َﺠﻠِﯿ ِْﻞ و َﺟ ْﻤ ِﻌﻨﺎ‬ ِ ‫)واﻟﺒَ ْﻌ‬
Dan berimanlah pada pembangkitan (dari kematian), taqdir yang agung dan
berkumpulnya kita dipadang makhsyar, dan di sana semua makhluk akan merasa
malu
Dalam bait ini Nadhim menyebutkan tiga cabang iman yang selanjutnya, yaitu:

6. Iman pada kebangkitan orang mati:


Kita wajib beriman bahwa sesungguhnya Allah SWT akan membangkitkan atau
menghidupkan semua makhluk yang sudah mati, baik yang dikubur, mati
tenggelam, atau sebab lainnya. Menurut pendapat yang disepakati oleh seluruh
ulama, yang dibangkitkan adalah wujud dari badan dan bukan yang semisal dari
badan ini. Dalam surat At-Taghabun ayat 7 Allah SWT berfirman:

َ ِ‫َز َﻋ َﻢ اﻟ ﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ َﻛﻔَﺮُوْ ا اَ ْن ﻟَ ْﻦ ﯾُ ْﺒ َﻌﺜُﻮْ ا ﻗُﻞْ ﺑَﻠَﻰ َو َرﺑﱢﻰ ﻟَﺘُ ْﺒ َﻌﺜُ ﱠﻦ ﺛُ ﱠﻢ ﻟَﺘُﻨَﺒﱠﺆ ﱠُن ﺑِ َﻤﺎ َﻋ ِﻤ ْﻠﺘُ ْﻢ َو َذﻟ‬
(٧) ‫ﻚ َﻋﻠَﻰ ﷲِ ﯾَ ِﺴ ْﯿ ٌﺮ‬
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7).

7. Iman pada qadar (taqdir)


Yaitu yakin dan percaya bahwa Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya
disesuaikan dengan sesuatu (taqdir) yang sudah lampau, dan Allah telah
mengetahui sebelumnya. Maka semua perbuatan dan aktivitas makhluk-makhluk-
Nya merupakan taqdir Allah SWT.Oleh karena itu hendaknya para manusia ikhlas
dan menerima segala apa yang sudah menjadi qadha’Allah.
Diceritakan oleh syekh Afifuddin Az-Zahid, ia sedang berada di negara Mesir. Ia
mengadukan tentang peristiwa yang telah terjadi di Bagdad, peristiwa itu adalah
pembunuha. Ia mengadukan tentang peristiwa yang telah terjadi di Bagdad,
peristiwa itu adalah pembunuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang muslim
hingga ia porak-poranda mengalami masa keruntuhan. Selama tiga tahun setengah
kota bagdad lengang tanpa seorang khalifah, orang-orang kafir mengalungkan
mushaf-mushaf (Al-Qur’an) dileher binatang anjing dan membuang buku-buku
para imam ke sungai Tigris, sehingga tumpukan-tumpukan buku tersebut menjadi
sebuah jembatan yang dilewati oleh kuda-kuda. Ia pun sangat geram dan

12
mengutuk keras hal peristiwa itu, ia berkata: “Ya Tuhan, bagaimana hal ini bisa
terjadi,
sedangkan di dalamnya terdapat banyak anak-anak dan orang-orang yang tak
berdosa”. Kemudian ia bermimpi ada seorang laki-laki yang membawa sebuah
buku, ia pun mengambil buku itu dari tangan laki-laki tersebut. Ia pun menemui
isi yang ada di dalamnya, sebagaimana yang ada pada dua bait nadham yang
menggunakan bahr al-mutaqarib berikut:

ِ َ‫ت ْاﻟﻔَﻠ‬
‫ﻚ‬ ِ ‫ﻚ * َوﻻَ ْاﻟ ُﺤ ْﻜ ُﻢ ﻓِﻰ َﺣ َﺮ َﻛﺎ‬
َ ‫اض ﻓَ َﻤﺎ اﻷَ ْﻣ ُﺮ ﻟَـ‬
َ ‫اﻹ ْﻋﺘِ َﺮ‬
ِ ‫َع‬
ِ ‫د‬
َ َ‫ـﺮ ھَﻠ‬
‫ﻚ‬ َ ‫َوﻻَ ﺗَﺴْـﺄ َ ِل ﷲَ ﻋ َْﻦ ﻓِ ْﻌﻠِــ ِﮫ * ﻓَ َﻤ ْﻦ ﺧ‬
ٍ ْ‫َـﺎض ﻟُ ﱠﺠﺔَ ﺑَﺤ‬
Tinggalkanlah (kebiasaan suka) berkomentar atau membantah, niscaya kamu
tidak akan menemui masalah pada dirimu dan tidak akan pernah ada hukum yang
menjerat perjalanan lintasan hidup mu
Dan janganlah sekali-kali kamu bertanya kepada Allahmengenai apa yang telah
Allah kerjakan (tetapkan), oleh karena itu barang siapa masuk ke dalam palung
lautan yang dalam, maka ia akan rusak (tenggelam)

8. Iman pada hari dikumpulkannya manusia di padang makhsyar


Yaitu beriman dan percaya bahwa kelak setelah proses pembangkitan (dari mati)
semua makhluk akan digiring dan dikumpulkan di tanah makhsyar, yaitu tempat
pemberhentianakhir para makhluk setelah digiring. Tempat ini berupa hamparan
tanah datar yang berwarna putih, di tanah lapang ini berbentuk rata tanpa ada
bagian yang berstruktur cembung (tinggi tanahnya) yang bisa dipakai untuk
bersembunyi, dan juga tidak ada yang berbentuk cekung (rendah tanahnya) yang
bisa dipakai untuk berlindung dari pengawasan-pengawasan yang ada.Manusia
akan dihalau ke Padang Mahsyar secara berombongan, sesuai tingkatannya. Di
antara mereka, yaitu :
a. Golongan yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang yang bertakwa
b. Golongan yang berjalan kaki, yaitu orang-orang yang mempunyai amal
baik sedikit
c. Golongan yang berjalan menggunakan wajahnya sebagai alas, itu
adalah orang-orang kafir.
Setelah mereka berkumpul di padang makhsyar, kemudian mereka bubar menuju
surga atau pun neraka dan melewati jembatan shirath al-mustaqim. Adapun untuk
umat dari Nabi Muhammad SAW akan terbagi menjadi tujuh macam golongan,
yaitu; orang-orang yang jujur, orang-orang yang berilmu agama, para wali
13
pengganti, para syuhada’ (yang berjihad dan mati di jalan Allah), para haji
(mabrur), orang-orang yang taat (pada perintah dan hukum Allah) dan orang-
orang yang suka melakukan maksiat.
a. Untuk orang-orang jujur akan melewati jembatan shirath al-mustaqim
seperti kilat yang menyambar
b. Untuk para ilmuan agama akan melewati jembatan shirath al-
mustaqimseperti angin yang bertiup
c. Untuk para wali pengganti akan melewati jembatan shirath al-mustaqim
seperti burung yang terbang dalam jangka waktu beberapa jam saja.
d. Untuk para syuhada’ akan melewati jembatan shirath al-
mustaqimseperti kuda pacuan yang berlari di tengah hari.
e. Untuk para haji (mabrur) akan melewati jembatan shirath al-mustaqim
hanya dalam jangka waktu satu hari saja.
f. Untuk orang-orang yang bertakwa akan melewati jembatan shirath al-
mustaqim dalam waktu satu bulan saja.
g. Sedangkan untuk orang-orang yang suka melakukan maksiat, kaki-kai
merekaakan diletakkan di atas jembatan shirath al-mustaqim,
diletakkanlah dosa-dosa mereka di atas punggung mereka dan mereka
pun menyeberang. Besertaan dengan itu di bawah mereka panasnya api
neraka menyala-nyala menyambar mereka. Dan ketika itu mereka
melihat cahaya iman di dalam hati mereka, seraya berkata: “Silahkan
engkau berjalan lebih dulu wahai orang yang beriman! Karena cahaya
iman mu bisa meredam panasnya api neraka”.Sebagaimana yang
disebutkan oleh Muhammad Al-Hamdaniy
Dalam bait ini, kata ‫ اﻟﻘﺪر‬dibaca dengan harakat fathah huruf dal-nya. Dan kata
‫ ﺗﺤﺸﻢ‬termasuk dalam bab ‫ ﯾَ ْﺘ َﻌﺐ ﺗَ ِﻌﺐ‬yang mempunyai arti malu untuk diperlihatkan
dan dibeberkan perihalnya ketika diadukan kepada Allah Dzat Yang Maha
Memaksa.Maksud dari ‫ﻖ ﻓﯿْﮫ‬ ُ ِ‫ ﺗَﺤْ َﺸ ُﻢ اﻟﺨَﻼﺋ‬yaitu bahwa setiap orangakan sibuk
mengurus dirinya sendiri saat dipadang makhsyar dan semua orang akan
berdesak-desakan dan bertumpuk-tumpukan layaknya hewan belalang yang
tersebar di tanah. Di sana orang-orang akan saling melihatantarsanak saudara
mereka dan mengenalinya. Mereka tak bicara sedikit pun dan berjalan tanpa alas
kaki dalam keadaan telanjang.
Nabi Muhammad SAW bersabda:

14
ُ ْ‫ﺚ اﻟﻨﱠﺎسُ ُﺣﻔَﺎةً ُﻋ َﺮاةً ﻏَﺮْ ﻻً ﻗَ ْﺪ اَﻟْ َﺠ َﻤﮭُ ُﻢ ْاﻟ ِﻌﺮ‬
ِ ‫ق َوﺑَﻠَ َﻎ ُﺷﺤُﻮْ َم اﻵ َذ‬
‫ان‬ ُ ‫ﯾُ ْﺒ َﻌ‬

Manusia akan dibangkitkan (dari kematian) dalam keadaan telanjang, tak


beralas kaki dan dalam keadaan belum dikhitanbenar-benar tersumbat
keringatnya dan sampai rusaknya telinga
Kata ‫ ﺣﻔﺎة‬artinya adalah tidak memakai sandal (alas kaki). Kata ‫ ﻋﺮاة‬artinya adalah
tidak tertutupi (telanjang). Dan kata ‫ ﻏﺮﻻ‬artinya adalah tidak di-khitan.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


‫ﱠ‬
(‫وﺑﺄن‬ ‫ْﻠﻢ َﻣﺮْ ِﺟ َﻊ‬
ٍ ‫ﻟِ ِﺠﻨﺎﻧِﮫ ُﻣﺴ‬ ‫)ﻟِ َﺠﮭَﻨﱠ ُﻢ ﻛﺎﻓِ ٍﺮ َﻣﺮْ ِﺟ َﻊ وﺑﺄ َ ﱠن‬
Beriman bahwa tempat kembali orang Islam adalah di surga dan tempat kembali
orang kafir adalah neraka jahanam
9. Beriman bahwa surga adalah tempat yang kekal bagi orang Islam dan
neraka adalah tempat yang kekal bagi orang kafir
Bait ini bermaksud memberitahukan bahwa cabang iman yang ke-sembilan yaitu
beriman bahwa surga adalah tempat tinggal kekal (tetap) untuk orang Islam.Yang
dimaksud orang Islam di sini adalah orang yang meninggal dalam keadaan
memeluk agama Islam, walaupun sebelumnya iaadalah kafir dan kemudian ia
berpaling untuk memeluk agama Islam.Untukjenis orang yang kedua ini iatidak
akan kekal ditempatkan di neraka, melainkan setelah itu ia akan ditempatkan di
surga sebagai tempat tinggal tetapnya. Oleh karena itu ia tidak di siksa selamanya
di neraka, karena ia mati ketikasudah memeluk agama Islam.Ketika ia
dimasukkan ke dalam neraka, ia dalam keadaan mati dalam jangka waktu yang
hanya diketahui oleh Allah SWT, maka ia tidak akan dihidupkan sampai ia keluar
dari neraka. Yang dimaksud mati di sini bukanlah mati yang sebenarnya, yaitu
mati dengan keluarnya ruh dari badan, melainkan sebuah kiasan di mana ia dalam
keadaan tidak merasakan siksa neraka.
Kata ‫ َﺟﮭَﻨﱠ ُﻢ‬merupakan kata benda jamak dari kata ‫ﻧﯿﺮان‬, yaitutempat tinggal kekal
(tetap) untuk orang-orang kafir. Orang kafir di sini adalah orang yang mati dalam
keadaan kafir, atau orang yang hidup lama dalam keadaan Islam, namun
kemudian ia berpaling menjadi kafir.Barang siapa yang bersikeras berangan-
angan namun tidak menemukan yang haq (kebenaran), dan meninggalkan taqlid
(mengikuti orang lain dalam melakukan syari’at agama, tanpa mengetahui dasar-
15
dasar hukumnya), dan anak-anak orang musyrik yang tidak masuk dalam ke
kafiran, menurut pendapat yang shahih maka tempat mereka kelak adalah di surga.
Label kafir dan muslim di sini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia saja,
melainkan jin juga.
Kata ‫ ﻟِ َﺠﮭَﻨﱠ ُﻢ‬dalam bait ini dibaca dengan harakat dhammah pada huruf mim-nya,
karena untuk menyesuaikan bentuk akhir bait (dalam sastra Indonesia disebut
rima).

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


ْ ‫ِﻋﻘﺎﺑِﮫ أَﻟِ ْﯿ َﻢ َﺧ‬
( ْ‫ﻒ إﻟَﮭَﻚَ واﺣْ ﺒُﺐ‬ ‫) ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻢ ﯾﺎ ﺗ ََﻮ ﱠﻛﻠَ ْﻦ ارْ ُج وﻟِ َﺮﺣْ َﻤ ِﺔ‬
Cintailah Tuhan mu, takutlah akan sakitnya siksa-Nya, harapkanlah rahmat-Nya
dan bertawakallah kepada-Nya wahai orang Islam!
Dalam bait ini nadhim menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya,
sebagai berikut:

10. Mencintai Allah SWT


Secara logical framework, kecintaan kepada Allah digambarkan oleh Imam Sahal
sebagai berikut :
a. Ciri-ciri orang cinta kepada Allah adalah cinta pada Al-Qur’an
b. Ciri-ciri orang yang yang cinta Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi
Muhammad SAW
c. Ciri-ciri cinta Nabi SAW adalah cinta pada sunah-nya,
d. Ciri-ciri cinta pada sunah Nabi adalah cinta pada akhirat
e. Ciri-ciri cinta akhirat adalah benci terhadap (kehidupan) dunia

16
f. Ciri-ciri benci dunia adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang
berbau duniawi sebagai bekal untuk menuju akhirat.
Hatim bin Alwan mengatakan bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku atas tiga
hal tanpa adanya tiga hal yang lain, maka ia dinilai berbohong. Ketiga hal tersebut
yaitu:
a. Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah SWT tanpa
menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka ia telah
berbohong.
b. Barang siapa yang mengaku-ngaku mencintai Nabi SAW tanpa
mencintai orang-orang fakir, maka ia telah berbohong
c. Barang siapa mengaku-ngaku mencintai surga tanpa menginfakkan
hartanya, maka ia telah berbohong.
Sebagian orang-orang bijak (ahli ma’rifat) mengatakan bahwa ketikasebuah iman
berada pada kulit hati, maka iman itu adalah cinta kepada Allah yang hanya
berukuran sedang. Namun ketika iman itu berada di dalam hati, maka iman
tersebut adalah benar-benar sangat mencintai Allah dan meninggalkan
kemaksiatan.
Ada beberapa dakwaan cinta yang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu Al-
Fadhil mengatakan; “Ketika dikatakan kepada mu: Apakah kamu mencintai Allah?
Maka hendaklah engkau diam, karena jika kamu mengatakan “tidak”, maka kamu
telah kufur. Namun jika kamu mengatakan “iya”, maka kamu bukan termasuk
orang-orang yang cinta (kepada Allah)”.

11. Takut dengan siksa Allah


Menurut Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya' Ulumiddin, tingkatan takut yang
terendah adalah mencegah diri dari perkara-perkara dilarang (haram), dan ini
dinamakan dengan wara’.Jika kekuatan takut bertambah, maka akan menahan diri
dari hal-hal yang belum diyakini keharamannya, dan ini dinamakan dengan takwa.
Namun apabila hal tersebut disertai dengan tergabung usaha untuk memurnikan
diri dari hal-hal yang haram atau yang belum jelas keharamannya karena tujuan
untuk beribadah kepada Allah (semata hanya karena Allah) maka hal yang seperti
ini akan mengakibatkan seseorang untuk tidak membangun tempat tinggal yang
kelak tidak ia tinggali, tidak mengumpulkan makanan yang kelak tidak ia makan,
tidak menghiraukan hal-hal yang bersifat duniawi karena ia mengetahui bahwa
hal-hal duniawi akan membuatnya terpisah dari Allah dan tidak sedikitpun
mengeluarkan nafasnya untuk makhluk selain Allah atau untuk kepentingan
ibadah kepada selain Allah, maka hal yang seperti ini dinamakan dengan as-
17
shidqu (jujur), sedangkan untuk orang yang melakukannya dinamakan dengan as-
shiddiqu (orang yang banyak jujurnya). Perbuatan yang seperti ini tergolong ke
dalam as-shidqu at-taqwa (kebenaran takwa), at-taqwa al-war’u al-‘iffatu(takwa
yang memilah-memilih dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau
yang haram).
Jadi iffah (meninggalkan yang haram) masuk dalam wara', wara' masuk dalam
takwa, dantakwa termasuk dalam shidqun.

12. Mengharapkan rahmat Allah SWT


Allah SWT berfirmandalam surat az-Zumar ayat 53:

َ ْ‫ي اﻟ ﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ اَ ْﺳ َﺮﻓُﻮْ ا َﻋﻠَﻰ اَﻧْﻔُ ِﺴ ِﮭ ْﻢ ﻻَ ﺗَ ْﻘﻨَﻄُﻮْ ا ِﻣ ْﻦ َرﺣْ َﻤ ِﺔ ﷲِ اِ ﱠن ﷲَ ﯾَ ْﻐﻔِ ُﺮ اﻟ ﱡﺬﻧُﻮ‬


ُ‫ب َﺟ ِﻤ ْﯿ ًﻌﺎ اِﻧﱠﮫُ ھُ َﻮ اﻟﺘﱠﻮﱠاب‬ َ ‫ﻗُﻞْ ﯾَﺎ ِﻋﺒَﺎ ِد‬
(٥٣) ‫اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ْﯿ ُﻢ‬
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53).
Dan Nabi Muhammad SAW bersabda:
‫ﱠاﺟﻰ ﻟِ َﺮﺣْ َﻤ ِﺔ ﷲِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ اَ ْﻗ َﺮبُ اِﻟَﻰ ﷲِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ِﻣﻦَ ا ْﻟ َﻌﺎﺑِ ِﺪ ْاﻟﻘَﺎﻧِ ِﻂ‬
ِ ‫اَ ْﻟﻔَﺎ ِﺟ ُﺮ اﻟﺮ‬
Orang ceroboh yang mengharapkan rahmat Allah SWTadalah lebih dekat dengan
Allah SWT, dari pada ahli ibadah yang putus asa (terhadap rahmat-Nya).

‫أن رﺟﻼ ﻛﺎن ﻓﻲ اﻷﻣﻢ اﻟﻤﺎﺿﯿﺔ ﯾﺠﺘﮭﺪ ﻓﻲ اﻟﻌﺒﺎدة وﯾﺸﺪد ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﮫ وﯾﻘﻨﻂ‬ ّ ‫روى ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ زﯾﺪ ﺑﻦ أﺳﻠﻢ‬
‫اﻟﻨﺎس ﻣﻦ رﺣﻤﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺛﻢ ﻣﺎت ﻓﻘﺎل ﯾﺎ ربّ ﻣﺎﻟﻲ ﻋﻨﺪك ﻓﻘﺎل ﻟﻚ اﻟﻨﺎر ﻓﻘﺎل ﯾﺎ ربّ ﻓﺄﯾﻦ ﻋﺒﺎدﺗﻲ واﺟﺘﮭﺎدي‬
‫ﻓﻘﺎل اﻧﻚ ﺗﻘﻨﻂ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ رﺣﻤﺘﻲ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﯿﺎ ﻓﺄﻧﺎ أﻗﻨﻄﻚ اﻟﯿﻮم ﻣﻦ رﺣﻤﺘﻲ‬
Diriwayatkan dari Umar dari Zaid bin Aslam: “Di masyarakat jaman dahulu
terdapat seorang laki-laki yang bersungguh-sungguh dalam beribadah
dansangat menjaga nafsunya, namun ia membuat orang lain menjadi putus asa
dari rahmat Allah SWT. Kemudian ia mati, lalu berkata: “Ya Tuhan, hartaku ada
padamu”. Lalu Allah menjawab: “Bagi mu lah neraka”. Ia berkata: “Lalu di
manakah ibadah dan kesungguh-sungguhanku dahulu?”. Allah menjawab: “Saat
di dunia kamu sudah membuat orang lain putus asa terhadap rahmat-Ku, maka
Aku pun membuat mu putus asa dari rahmat-Ku””.
Dalam kitab Ihya' Ulumiddin dijelaskan bahwa hakikat dari sebuah harapan
adalah membuat hati menjadi senang karena mengharapkan apayang dicintai
18
menjadi milik hati.Pada hal ini apa yang dicintai tersebut haruslah realistis dan
mempunyai sebab atau alasan. Jika alasan yang melandasinyaberlubang atau
mengalami kebocoran, maka harapan tersebut dinilai sebagaibujuk rayuan dan
kebodohan saja. Namun apabila alasan yang melandasi harapan tersebutdiketahui
keberadaannya dan tidak diketahui ketidakberadaannya, maka harapan tersebut
dinilai sebagai sebuah pengharapan.
Apabila yang menjadi kehendak hati adalah sesuatu yang ada pada masa lalu,
maka harapan tersebut disebut dengan pengingat-ingat. Apabila yang menjadi
kehendak hati adalah sesuatu yang ada pada masa sekarang, maka harapan
tersebut disebut dengan penemuan dan kesempatan merasakan.Namun apabila
yang menjadi kehendak hati adalah sesuatu yang ada pada masa mendatang, maka
harapan tersebut disebut dengan penantian. Jika yang dinanti-nanti adalah sesuatu
yang dikhawatirkan atau tidak diinginkan terjadinya, maka akan menimbulkan
sakit hati,dan kehendak hati itu disebut kekhawatiran. Namun jika yang dinanti-
nanti adalah sesuatu yang disukai atau diharapkan terjadinya, maka akan membuat
kenyamanan, ketenangan dan kebahagiaan di dalam hati, dan kehendak hati itu
disebut kebahagiaan.

13. Tawakal kepada Allah SWT


Dalam surat al-Ma'idah ayat 23 Allah SWT berfirman yang antara lain sebagai
berikut:
‫ﺎب ﻓَﺈ ِ َذا َد َﺧ ْﻠﺘُ ُﻤﻮهُ ﻓَﺈ ِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﻏَﺎﻟِﺒُﻮنَ َو َﻋﻠَﻰ ﱠ‬
‫ﷲِ ﻓَﺘَ َﻮ ﱠﻛﻠُﻮا‬ َ َ‫ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ َﻤﺎ ا ْد ُﺧﻠُﻮا َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ُﻢ ْاﻟﺒ‬
‫ﻗَﺎ َل َرﺟُﻼ ِن ِﻣﻦَ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﯾَﺨَ ﺎﻓُﻮنَ أَ ْﻧ َﻌ َﻢ ﱠ‬
(٢٣) َ‫إِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨِﯿﻦ‬
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui
pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan
menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman". (QS. Al-Maidah: 23).
Tawakal mempunyai tiga tingkatan sebagai berikut:
a. Tingkatan di mana keadaan seseorang yang tawakal berada pada
tanggungan Allah dan bergantung pada naungan dan perlindungan-Nya,
sebagaimana keadaan di mana iapercaya untuk tawakal.
b. Tingkatan di mana keadaan orang yang tawakal bersama dengan Allah,
sebagaimana keadaan seorang anak kecil yang masih berada pada
penjagaan ibunya, di mana anak kecil tersebut hanya mengenal, takut
dan berpegang pada ibunya saja.Jika ia melihat ibunya, maka
bergantunglah semua keperluaannya kepada ibunya. Jika terjadi sesuatu
19
terhadap dirinya, sedangkan ibunya tidak ada disampingnya, maka satu
kata yang akan keluar dari mulut anak itu adalah kata “Ibu…”, dan yang
pertama ia khawatirkan adalah ibunya. Hal ini diseababkan karena anak
kecil tersebut sangat bergantung pada naungan, penjagaan dan kasih
sayang ibunya.
c. Tingkatan di mana seseorang yang tawakal berada di bawah kendali
Allah, baik ketika ia bergerak ataupun diam. Orang yang tawakal tidak
bisa memberontak dan mengelak dari Allah, kecuali ia hanya bisa
melihat bahwa dirinya adalah jasad yang sudah mati dan digerakkan
ataskuasa-Nya. Jadi orang yang tawakal di sini adalah ibarat orang mati
yang pasrah di bawah kendali orang yang memandikannya, dan ia pun
tidak dapat memberontak ketika tubuhnya digerakkan oleh tangan
orang yang memandikannya.Pada tingkatan yang ketiga ini berlaku bagi
seseorang yang benar-benar kuat imannya, bahwa Allah SWT adalah
Dzat yang mengerakkan.
Tawakal yang ketiga merupakan tawakal tingkatan tertinggi. Tawakal yang
pertama adalah tingkatan tawakal yang paling rendah. Sedangkan tawakal yang
kedua adalah tingkatan tawakal yang sedang atau di atas jenis tawakal yang
pertama.
Tawakal terdiri dari tiga unsur, yaitu: makrifat, keadaan hati, dan amal.
Makrifat, yaitu keyakinan dan kesadaran hati bahwa selain dari Allah Ta'ala tidak
ada yang dapat mendatangkan sesuatu manfaat atau kenikmatan kepada kita.
Sedangkan keyakinan atau iman di sini terdiri dari empat tingkat:

Iman dari orang munafik


Yaitu orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat tetapi hatinya sama sekali
tidak meyakini kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat.

Ilmul yaqin
Yaitu keyakinan dari orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat dan hatinya
meyakini kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat
berdasarkan ilmu yang dipelajari.

Aynul yaqin
Sebaga kelanjutan dari tingkat kedua, yaitu keyakinan dari orang yang telah jernih
pandangan mata hatinya sehingga dapat memandang kekuasaan Allah melalui
segala sesuatu yang dipandang oleh mata kepalanya.

20
Haqqul yaqin
Sebagai kelanjutan dari tingkat ketiga, yaitu keyakinan dari orang yang hatinya
benar-benar telah dapat menyadari dan menghayati hakekat dari wujud dan
kekuasaan Allah SWT.
Hal atau keadaan hati dari orang yang bertawakal terdiri dari tiga urutan tingkat:
Keadaan orang yang bertawakal mengenai hak Allah dan mengenai keyakinannya
terhadap tanggungan dan pertolongan Allah SWT seperti keadaan mengenai
keyakinan hatinya kepada kemampuan seorang wakil yang menangani urusannya.
Keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil
terhadap ibunya
Yaitu kondisi anak kecil yang tidak mengenal orang lain, selain ibunya. Tidak
berlindung dari kesulitan kecuali kepada ibunya. Tidak bersandar dan tidak
menggantungkan segala keperluannya kecuali kepada ibunya. Jika melihat ibunya
niscaya dirangkulnya. Jika ada sesuatu yang menimpa dirinya sewaktu ibunya
tidak ada, maka ucapan yang pertama kali keluar dari mulutnya adalah,"Ibu!".
Yang pertama kali tergerak dalam hatinya adalah ibunya. Sesungguhnya ia benar-
benar telah yakin terhadap pemeliharaan dan kasih sayang ibunya dengan
keyakinan yang penuh.
Keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah dalam setiap gerak dan diamnya
seperti mayat di tangan orang yang memandikannya; ia tidak berpisah dengan
Allah karena melihat dirinya bagaikan mayat yang digerakkan oleh kekuasaan
Allah yang azali, seperti mayat yang digerakkan oleh tangan orang yang
memandikannya. Inilah tingkat tawakal yang paling tinggi dari orang yang telah
kuat iman dan keyakinannya bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang
Maha Penggerak.
Amaltawakal terdiri dari tiga macam, yaitu:

1. Jalbun nafi'
Yaitu melakukan pekerjaan yang dapat menjadi sebab dari kedatangan manfaat.
Terdiri dari tiga tingkat:
a. Meyakinkan
Seperti menyuap nasi yang sudah tersedia bagi orang yang ingin menghilangkan
rasa lapar dari perutnya.

21
b. Diduga keras
Seperti menanak nasi bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari
perutnya, dan berasnya sudah tersedia.
c. Diperkirakan
Seperti mencari uang untuk membeli beras bagi orang yang ingin menghilangkan
rasa lapar dari perutnya.

2. Qath'ul adza
Yaitu melenyapkan atau menghilangkan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan
yang ada. Terdiri dari tiga tingkat:
a. Meyakinkan
Seperti meminum obat dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa
sakit dari badannya.
b. Diduga keras
Seperti pergi ke apotik untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang
ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya.
c. Diperkirakan
Seperti mencari uang untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin
menghilangkan rasa sakit dari badannya.

3. Daf'ul madlarrat
Yaitu menolak kedatangan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada.
Terdiri dari tiga tingkat:
a. Meyakinkan
Seperti menghalau atau mengusir kucing yang akan makan ikan yang ada di meja
makan.
b. Diduga keras
Seperti menyimpan ikan dalam lemari makan dan menguncinya agar tidak
dimakan kucing.

22
c. Diperkirakan
Seperti pergi untuk membeli lemari makan guna menyimpan ikan agar tidak
dimakan kucing.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

َ ِ‫) َﻣﺄْﺛَ ُﻢ ﺑ‬
َ ‫ﻚ ﯾُ َﺮى ﻣﺎ ﺑِ ِﺪ ْﯾﻨِﻚَ َوا ْﺑ َﺨ َﻞ ﻗَ ْﺪ َرهُ َﻋﻈﱢ ْﻢ ﺛُ ّﻢ ﻧَﺒِﯿﱡ‬
( ْ‫ﻚ َواﺣْ ﺒُﺐ‬
Cintailah Nabi mu kemudian tinggikanlah derajat beliau dan jadilah bakhil bagi
agama mu jika apa yang ada pada dirimu adalah dosa
Dalam bait ini Nadhimmenuturkan tiga macam cabang iman yang selanjutnya,
sebagai berikut:

14. Mencintai Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad SAW bersabda:

ِ ‫ﻻَ ﯾ ُْﺆ ِﻣﻦُ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﺣﺘﱠﻰ اَ ُﻛﻮْ نَ اَ َﺣﺐﱠ اِﻟَ ْﯿ ِﮫ ِﻣ ْﻦ ﻧَ ْﻔ ِﺴ ِﮫ َو َﻣﺎﻟِ ِﮫ َو َوﻟَ ِﺪ ِه َو َواﻟِ ِﺪ ِه َواﻟﻨﱠ‬
َ‫ﺎس اَﺟْ َﻤ ِﻌ ْﯿﻦ‬
Tidaklah beriman salah satu di antara kalian hingga ia lebih mencintai ku dari
pada dirinya sendiri, hartanya, anaknya, orang tuanya dan semua orang.
Yang dimaksud dari kata ‫ اﻟﻨﺎس‬adalahselain orang-orang yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu seperti kerabat, kenalan, tetangga, sahabat dan lainnya.
Cinta kepada Rasulullah SAW adalah cinta kepada Allah SWT, begitu juga cinta
kepada ulama dan kekasih-kekasih Allah yang bertakwa.Mengapa bisa
demikian?Karena Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah, dan
pada hakikatnya tidak ada yang berhak untuk dicintai kecuali Allah semata.Semua
itu kembali kepada kecintaan yang asli dan tidak boleh melampauinya. Karena
pada hakekatnya sama sekali tidak ada yang dicintai bagi orang-orang yang tajam
pandangan mata hatinya kecuali Allah Ta'ala, dan sama sekali tidak ada yang
berhak untuk dicintai kecuali Allah SWT.

15. Menjunjung dan memuliakan derajat Nabi Muhammad SAW


Dalam hal ini hendaklah seseorang mengetahuiakan tingginya derajat Nabi SAW,
sopan santun ketika menyebut nama beliau, senang mendengar nama dan hadis-
hadis Nabi, memperbanyak membaca shalawat dan salam untuk Nabi SAW, dan
bersungguh-sungguh dalam mengikuti sunnah Nabi SAW. Allah SWT berfirman:
23
‫ﺾ اَ ْن‬ ِ ‫ت اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َوﻻَ ﺗَﺠْ َﮭﺮُوْ ا ﻟَﮫ ُ ﺑِ ْﺎﻟﻘَﻮْ ِل َﻛ َﺠﮭ ِْﺮ ﺑَﻌ‬
ٍ ‫ْﻀ ُﻜ ْﻢ ﻟِﺒَ ْﻌ‬ ِ ْ‫ﺻﻮ‬ َ ْ‫ﯾَﺂ اَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮْ ا ﻻَ ﺗَﺮْ ﻓَﻌُﻮْ ا اَﺻْ َﻮاﺗَ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻮ‬
َ ‫ق‬
(٢) َ‫ﺗَﺤْ ﺒَﻂَ اَ ْﻋ َﻤﺎﻟُ ُﻜ ْﻢ َواَ ْﻧﺘُ ْﻢ ﻻَ ﺗَ ْﺸ ُﻌﺮُوْ ن‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi
suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras,
sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain,
supaya tidak menghapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
(QS. Al-Hujuraat: 2).

16. Bakhil terhadap agama Islam


Dalam hal ini dicontohkan ketika seseorang lebih memilih dibunuh dan
dimasukkan ke dalam api dari pada ia menjadi kufur, karena ia mengetahui bahwa
agamanya lebih mulia dari pada harta dan anak-anaknya.
Diceritakan bahwa Umar ibn Abdul Aziz semasa kekhalifahannya, ia pernah
mengutus pasukan ke daerah Romawi untuk keperluan perang. Saat perang terjadi,
para pasukan tersebut dapat ditaklukkan, dan 20 orang dari mereka dijadikan
tawanan.Saat kedua puluh orang tersebut ditawan, kaisar Romawi menawarkan
kepada salah satu di antara mereka untuk masuk dalam agamanya dan
menyembah berhala.
Kaisar Romawi: “Hai orang muslim, jika kamu masuk ke dalam agama ku dan
bersujud pada berhala, maka aku akan menjadikan mu seorang pemimpin di
sebuah kota besar dan aku akan memberikan mu ilmu, kebebasan, gelas, terompet
dari perunggu. Namun jika kamu tidak mau masuk ke dalam agama ku, maka akau
akan memenggal leher mu”.
Tawanan : “Aku tidak menjual agama ku dengan perkara duniawi”.
Sang kaisar pun memerintahkan algojonya untuk memenggal leher tawanan
tersebut. Kemudian dipenggallah leher tawanan tersebut di tengah alun-alun dan
kepalanya diarak mengelilingi alun-alun, namun seketika itu kepala tawanan yang
sudah terpenggal itu membaca ayat:
‫( َوا ْد ُﺧﻠِﻲ‬٢٩) ‫( ﻓَﺎ ْد ُﺧﻠِﻲ ﻓِﻲ ِﻋﺒَﺎ ِدي‬٢٨) ‫ﺿﯿﱠ ًﺔ‬
ِ ْ‫ﺿﯿَﺔً َﻣﺮ‬ ْ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱠﺘُﮭَﺎ اﻟﻨﱠ ْﻔﺲُ ا ْﻟ ُﻤ‬
ِ ‫( ارْ ِﺟ ِﻌﻲ إِﻟَﻰ َرﺑﱢ ِﻚ َرا‬٢٧) ُ‫ﻄ َﻤﺌِﻨﱠﺔ‬
(٣٠) ‫َﺟﻨﱠﺘِﻲ‬

24
Hai jiwa yang tenang (27).Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya (28).Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku
(29),masuklah ke dalam surga-Ku (30). (QS. Al-Fajr: 27-30).
Sang kaisar pun marah mendengarnya.Kemudian sang kaisar memanggil tawanan
yang kedua dan berkata padanya.
Kaisar : “Masuklah ke dalam agama ku! Aku akan menjadikan mu seorang
pemimpin di Mesir. Jika tidak, aku akan memenggal leher mu seperti teman mu
itu”.
Tawanan itu pun menjawab: “Aku tidak menjual agama ku dengan perkara
duniawi. Kamu memang mempunyai kekuasaan untuk memotong leher orang,
namun kamu tidak mempunyai kekuasaan untuk memotong iman seseorang”.
Kemudian sang kaisar pun memerintahkan algojonya untuk memenggal leher
tawanan itu. Sebagaimana perlakuan yang diberikan kepada tawanan yang
pertama, kepala tawanan yang kedua juga diarak mengelilingi alun-alun tiga kali
putaran. Seketika itu kepala tawanan yang kedua itu membaca ayat:

(٢٣) ٌ‫( ﻗُﻄُﻮﻓُﮭَﺎ دَاﻧِﯿَﺔ‬٢٢) ‫( ﻓِﻲ َﺟﻨﱠ ٍﺔ ﻋَﺎﻟِﯿَ ٍﺔ‬٢١) ‫اﺿﯿَ ٍﺔ‬
ِ ‫ﻓَﮭُ َﻮ ﻓِﻲ ِﻋﯿ َﺸ ٍﺔ َر‬
Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai (21),dalam surga yang
tinggi (22),buah-buahannya dekat (23). (QS. Al-Haqqah: 21-23).
Sang kaisar pun sangat marah sekali.Diletakkanlah kepala tawanan kedua tersebut
di tempat kepala tawanan yang pertama.Kemudian sang kaisar memanggil
tawanan yang ketiga, seorang muslim yang celaka, dan berkata kepadanya.
Kaisar : “Janganlah berbicara! Apakah kamu bersedia masuk ke dalam agama
ku?Aku akan menjadikan mu seorang pemimpin”.
Celakalah tawanan yang ketiga ini, ia berkata: “Baiklah, aku mau masuk ke dalam
agama mu”.
Ia lebih memilih perkara dunia dari pada perkara akhirat.
Sang kaisar berkata kepada mentrinya: “Catatlah dia! Berikan dia kebebasan,
gelas dan terompet dari perunggu!”.
Sang mentri berkata: “Wahai rajaku!Bagaimana aku dapat memberinyajika tanpa
tes”.

25
Sang kaisar berkata: “Katakan padanya: “Jika perkataan mu memang benar, maka
bunuhlah satu orang teman mu”.
Tawanan ketiga itu berkata: “Aku berkata benar”,
Kemudian ia menarik satu temannya lalu membunuhnya. Lalu sang kaisar
memerintahkan mentrinya untuk mencatatnya.
Sang mentri berkata kepada kaisar: “Ini sungguh tidak masuk akal, anda
mempercayai perkataannya.Dia tidak memperdulikan hak temannya sendiri yang
telah lahir dan tumbuh besar bersamanya.Lalu bagaimana dia bisa perduli dengan
hak kita”.
Sang kaisar pun memerintahkan algojonya untuk memenggal leher tawanan
tersebut.Dan diaraklah kepala tawanan ketiga tersebut keliling alun-alun tiga kali
putaran. Kemudian seketika itu kepala tersebut membaca ayat:

ِ ‫ب أَﻓَﺄ َ ْﻧﺖَ ﺗُ ْﻨﻘِ ُﺬ َﻣ ْﻦ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠ‬


(١٩) ‫ﺎر‬ ِ ‫ﻖ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َﻛﻠِ َﻤﺔُ ْاﻟ َﻌ َﺬا‬
‫أَﻓَ َﻤ ْﻦ َﺣ ﱠ‬

Apakah (kamu hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan
azab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api
neraka? (QS. Az-Zumar: 19).
Lalu diletakkanlah kepala tawanan itu dipojok alun-alun dipisahkan dari kepala
teman-temannya yang sebelumnya.Maka siksa dari Allah lah bagi tawanan ketiga
ini.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


ْ ‫اطﮭُﺮْ اﻟﺮﱠبﱢ َﻛ َﻼ َم َﻋﻈﱢ ْﻢ* ْاﻟ َﻮ َرى ﻟَﻘﱢ ْﻨﮫُ ﺛُ ﱠﻢ ﻟِ ِﻌ ْﻠ ٍﻢ َو‬
( ْ‫اطﻠُﺐ‬ ْ ‫ﺼ ُﻢ َو‬
َ ‫)ﺗُ ْﻌ‬
Carilah ilmu kemudian amalkanlah ilmu tersebut kepada orang lain!,
muliakanlah kalam Tuhan (Al-Qur’an)!, dan bersucilah! Niscaya (kamu) akan
selalu terjaga(dari cobaan, bencana, musibah dan wabah penyakit).
Dalam bait ini Nadhim menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya
sebagai berikut:

17. Mencari ilmu


‫ ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّﻢ َﻣ ْﻦ ﺗَ َﻌﻠﱠ َﻢ ﺑَﺎﺑًﺎ ِﻣﻦَ ْاﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ ﯾَ ْﻨﺘَﻔِ ُﻊ ﺑِ ِﮫ ﻓِﻰ آ ِﺧ َﺮﺗِ ِﮫ‬: ‫ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل‬
‫ﺎرھَﺎ َوﻗِﯿَﺎ َم ﻟَﯿَﺎﻟِ ْﯿﮭَﺎ َﻣ ْﻘﺒُﻮْ ﻻً َﻏ ْﯿ َﺮ َﻣﺮْ ُدوْ ٍد‬
ِ َ‫ﺻﯿَﺎ َم ﻧَﮭ‬ ِ َ‫َو ُد ْﻧﯿَﺎهُ َﻛﺎنَ َﺧ ْﯿ ًﺮا ﻟَﮫُ ِﻣ ْﻦ ُﻋ ْﻤ ِﺮ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﺳ ْﺒ َﻌﺔَ آﻻ‬
ِ ‫ف َﺳﻨَ ٍﺔ‬
26
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mempelajari satu pembahasan ilmu kemudian ia mengambil
manfaatnya di dalam dunia dan akhirat, maka ilmu tersebut lebih baik baginya
dari pada umur tujuh ribu tahun hidup di dunia yang setiap siangnya ia berpuasa
dan pada malam harinya ia beribadah seraya amal-amal tersebut diterima oleh
Allah tanpa ditolak sedikitpun”
‫ِ َﺣ َﺴﻨَﺔٌ َو ِد َرا َﺳﺘَﮫُ ﺗَﺴْﺒِ ْﯿ ٌﺢ‬ ِ ُ‫ﻋﻦ ﻣﻌﺎذ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّﻢ ﺗَ َﻌﻠﱠ ُﻤﻮْ ا ْاﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ ﻓَﺎ ِ ﱠن ﺗَ َﻌﻠﱡ َﻤﮫ‬
ُ ‫ﺼﯿَﺎ َم َو ُﻣ َﺬا َﻛ َﺮﺗَﮫ‬‫ﯾَ ْﻌ ِﺪ ُل اﻟ ﱢ‬ ‫ﺻ َﺪﻗَﺔٌ َوﺑَ ْﺬﻟَﮫُ ِﻻَ ْھﻠِ ِﮫ ﻗُﺮْ ﺑَﺔٌ َو ْاﻟﻔِ ْﻜ َﺮ ﻓِﻰ ْاﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ‬
َ ُ‫ﺚ َﻋ ْﻨﮫُ ِﺟﮭَﺎ ٌد َوطَﻠَﺒَﮫُ ِﻋﺒَﺎ َدةٌ َوﺗَ ْﻌﻠِ ْﯿ َﻤﮫ‬ َ ْ‫َو ْاﻟﺒَﺤ‬
‫ﺗَ ْﻌ ِﺪ ُل ْاﻟﻘِﯿَﺎ َم‬
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Pelajarilah
ilmu!Jika hal itu dilakukan karena Allah, maka akan dinilai sebagai satu
kebaikan. Mempelajarinya dinilai seperti membaca tasbih, mencarinya dinilai
sebagai jihad dan memperolehnya dinilai sebagai ibadah, mengajarkannya
dinilai sebagai sedekah, mewariskannya kepada ahlinya dinilai sebagai qurbah
(mendekatkan diri kepada Allah), memikirkannya dinilai layaknya melakukan
puasa, mendiskusikannya dinilai layaknya melakukan qiyamul lail (ibadah di
malam hari)”

ِ ‫ﺐ ْاﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َوﻟَﻮْ َﻛﺎنَ ﺑَ ْﯿﻨَﻚَ َوﺑَ ْﯿﻨَﮫُ ﺑَﺤْ ٌﺮ ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬


‫ﺎر‬ ْ ُ‫ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّﻢ ا‬
ِ ُ ‫طﻠ‬
Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu walau disekeliling mu dan
disekelilingnya (ilmu tersebut) adalah lautan api!
‫ﺐ ا ْﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ ِﻣﻦَ ا ْﻟ َﻤ ْﮭ ِﺪ اِﻟَﻰ اﻟﻠﱠﺤْ ِﺪ‬ ْ ُ‫”ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠّ ِﻢ ا‬
ِ ُ ‫طﻠ‬
Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu semenjak di atas ayunan (ketika
masih bayi) hingga liang lahat (sudah meninggal)!”
Jadi, menuntut ilmu merupakan kewajiban di mana pun dan kapan pun saja.
Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa terdapat empat macam ilmu, yaitu; ilmu
fiqih untuk urusan agama, ilmu kedokteran untuk urusan jasmani, ilmu
perbintangan untuk urusan waktu, dan ilmu nahwu untuk urusan lisan.
a. Ilmu fiqih untuk membetulkan amalan dan urusan agama.
b. Ilmu kedokteran untuk menyehatkan jasmani / badan.
c. Ilmu falak (perbintangan) untuk menentukan waktu, terutama waktu salat.
d. Ilmu nahwu untuk membetulkan lisan / bacaan.

27
Ketahuilah! Ilmu jika dilihat dari sisi cara memperolehnya terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
a. Kasbiy / Usaha, adalah ilmu yang dihasilkan dari usaha membiasakan belajar
dan membaca bersama seorang guru.
b. Sima’iy / Mendengarkan, adalah ilmu yang diperoleh dengan belajar dari
ulama, yaitu dengan menyimak pelajaran agama dan dunia. Ilmu ini hanya dapat
diperoleh dengan mencintai ulama,membaur, berkumpul dansering bertanya-
jawab kepada mereka.Dan diwajibkan dalam memperoleh ilmu ini bagi orang
yang menuntutnyauntuk berniat memperoleh ridha Allah SWT, desa akhirat
(surga), menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari segala macam
kebodohan, menghidupkan agama dan menjaga Islam dengan ilmu. Dengan
adanyailmu ini hendaknya ia bersyukur atas nikmat akal dan kesehatan badan
yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Namun sebaliknya, janganlah ia
berniatan bahwa dengan ilmu ini ia dapat membanding-bandingkannya dengan
orang lain, dengan ilmu ini ia dapat memperoleh harta dunia, dan ia bisa
mendapatkan kemuliaan dari penguasa dan yang lainnya.

18. Mengajarkan ilmu agama


Nabi Muhammad SAW bersabda :

َ ِ‫ﻟِﯿُﺒَﻠﱢ ِﻎ اﻟ ﱠﺸﺎ ِھ ُﺪ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ُﻢ ْاﻟﻐَﺎﺋ‬


‫ﺐ‬
Hendaklah orang yang sudah menyaksikan (hadir dalam pengajian) dari kalian
untuk memberitahukan kepada orang yang tidak hadir (dalam pengajian)
pelajaran yang sudah diajarkan (saat pengajian).
Maksudnya yaitu, wajib bagi seseorangdari kalian yang sudah menyimak apa
yang aku (Nabi Muhammad SAW) katakan untuk memberitahukan
perkataankutersebut kepada orang yang tidak mnyimaknya.
Hadis ini merupakan pesan untuk para sahabat dan generasi setelahnya hingga
hari kiamat. Diharuskan bagi ahlu ilmi (orang yang memiliki ilmu) untuk
menyampaikan ilmunya. Setiap orang yang mempelajari satu masalah, maka ia
sudahtermasuk ke dalam ahlu ilmi (orang yang memiliki ilmu). Dan setiap orang
bodoh yang mengetahui syarat-syarat salat, hendaklah ia memberitahukannya
kepada orang lain (yang tidak mengetahuinya), jika tidak, maka sama artinya ia
telah mengajak orang lain (yang tidak mengetahuinya)untuk melakukan dosa.
Wajib bagi setiap masjid dan kampung suatu kota untuk mempunyai satu ahli ilmu
yang dapat mengajarkan ilmu dan memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Setiap ahli agama setelah selesai melaksanakan fardlu 'ain, yaitu mengajar di
28
daerahnya sendiri, melakukan fardlu kifayah, yaitu keluar ke daerah yang
berdekatan dengan daerahnya, untuk mengajarkan agama dan kewajiban syariat
kepada penduduk desa tersebut. Pada saat itu hendaklah ia membawa bekal
sendiri untuk ia makan nantinya, sehingga ia tidak memakan makanan mereka
(penduduk desayang diajar).
Jika sudah ada salah seorang yang menunaikan kewajiban ini, maka gugurlah dosa
dari para ahli ilmu yang lain. Jika tidak ada sama sekali orang yang menunaikan
kewajiban ini, maka dosanya akan menimpa semua orang. Orang yang alim
berdosa karena keteledorannya tidak mau pergi ke daerah tersebut; sedangkan
orang yang bodoh berdosa karena keteledorannya dalam meninggalkan menuntut
ilmu.Begitulah pendapat yang dikatakan oleh Ahmad As-Sahimi yang diambil
dari perkataan Al-Ghazali.
Kemudian ketahuilah juga! Bahwa orang alim akhirat (mahir dalam ilmu akhirat
/ ingin mencari kebahagiaan akhirat) mempunyai tiga ciri-ciri, yaitu:
a. Dia tidak mencari perkara dan kesenangan duniawi dengan ilmu yang
ia miliki.
b. Dia bermaksud untuk menyibukkan dirinya dengan ilmu-ilmu
ukhrawiyah (yang bersifat akhirat), sehingga konsentrasinya hanya
tertuju pada ilmu batin untuk memperbaiki hatinya.
c. Dia senantiasa berpegang teguh terhadap ilmunya dengan cara
taqlid(mengikuti) kepada ahli/ pemilik syari’at, yakni Nabi
Muhammad saw, baik dalam ucapan maupun perbuatannya.
Adapun orang yang tidak mempergunakan ilmunya untuk mencari perkara
duniawi mempunyai lima ciri-ciri:
a. Tidak berlawanannya ucapan dan perbuatannya, sehingga ia menjadi orang
yang senantiasa mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya.
b. Dia menjadikan ilmunya sebagai timbangan untuk mengukur seberapa
kemampuannya. Dia sangat taat kepada Allah dan menjaga dirinya dari ilmu-ilmu
yang bersifat untuk beradu argumentasi saja.
c. Dia sangat menjauhi kemewahan dalam hal makanan,tempat tinggal, perabot
rumah dan pakaian.

29
d. Dia tidak suka berbaur dengan pemerintah, kecuali untuk memberikan nasehat
kepadanya, mencegah dia melakukan kedhaliman dan membantunya dalam
mencari ridla Allah SWT.
e. Dia tidak terburu-buru dalam memberikan fatwa. Dia sangat berhati-hati
dalam berbicara. Bertanyalah kepada orang yang ahli fatwa!. Dia sangat
menghindari melakukan ijtihad (yang ceroboh) ketika duduk masalahnya tidak
jelas. Namun jika terdapat masalah yang tidak mudah untuk diijtihadi, maka
dengan terus terang dia akan mengatakan: “Aku tidak mengerti”.

19. Mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an


Ada beberapa bentuk cara mengagungkan dan memuliakan Al-Qur’an, sebagai
berikut:
a. Membacanya dalam keadaan suci.
b. Menyentuhnya hanya ketika dalam keadaan suci saja.
c. Bersiwak dan membersihkan gigi ketika hendak membacanya.
d. Duduk tegap saat membacanya, kecuali pada saat salat. Jadi seseorang tidak
boleh membacanya denganposisi berbaring.
e. Membacanya dengan mengenakan pakaian yang baik dan bersih, karena ketika
membaca Al-Qur’an sama artinya sedang bermunajat kepada Allah.
f. Membacanya dengan posisi menghadap kiblat.
g. Berkumur sehabis mengeluarkan dahak.
h. Menahan bacaan ketika sedang menguap.
i. Membacanya dengan pelan-pelan dan tartil (sesuai kaidah tajwid).
j. Memperhatikan setiap hurufnya sesuai dengan makhraj-nya.
k. Tidak meletakkannya di sembarang tempat.
l. Tidak meletakkan buku lain di atasnya, sehingga selamanya Al-Qur’an akan
menjadi kitab suci yang paling mulia dari pada buku-buku lainnya.
m. Meletakkannya pada tempat khusus Al-Qu’an saat membacanya atau di atas
sesuatu yang tingginya antara kedua tangan. Sehingga tidak
meletakkannya di lantai.

30
n. Tidak membuka setiap lembarnya dengan tangan yang dibasahi dengan air
ludah, akan tetapi memakai air yang bersih.
o. Tidak memakai lembaran Al-Qur’an yang rusak untuk menjaga (menyampuli)
buku-buku lain.Namun jika hal yang seperti ini (membuat sampul buku dari
lembaran Al-Qur’an yang telah rusak dan usang) dilakukan, maka itu termasuk
perbuatan yang sangat keji. Oleh karena itu hendaklah lembaran-lembaran yang
telah usang dan tidak bisa dipakai lagi itu dilebur menggunakan air.
p. Tidak membacanya di pasar,di tempat yang gaduh dan ramai, dan di tempat
berkumpulnya orang-orang bodoh.
q. Ketika memakai Al-Qur’an untuk pengobatan penyakit, yaitu dengan melebur
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an dengan air. Pada saat tulisan ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut sudah terlebur ke dalam air, hendaklah tidak menumpahkan air basuhan
Al-Qur’an tersebut di sembarang tempat, seperti; tempat yang najis dan tempat
yang berkemungkinan untuk diinjak kaki, akan tetapi tempatkan pada tempat-
tempat yang terhindar dari injakan kaki atau dengan cara membuat sebuah
luangan di tempat yang suci lalu menuangkan air tersebut ke tubuh orang yang
sakit di dalam lubang yang sudah dibuat tadi, lalu menutup lagi lubang tersebut
ketika sudah selesai dipakai, atau juga dapat dilakukan di sungai besar yang
mengalir airnya. Allah akan mencatat setiap orang yang menulis dan membacanya
(ayat-ayat Al-Qur’an), dan berniatan mulia dalam melakukannya. Niscaya Allah
akan memberikan apa yang dia niatkan.

20. Bersuci
Allah SWT berfirmandalam al-Quran surat al-Maidah ayat 6:

ِ ِ‫ﺼﻼَ ِة ﻓَﺎ ْﻏ ِﺴﻠُﻮْ ا ُوﺟُﻮْ ھَ ُﻜ ْﻢ َواَ ْﯾ ِﺪﯾَ ُﻜ ْﻢ اِﻟَﻰ ْاﻟ َﻤ َﺮاﻓ‬


‫ﻖ َوا ْﻣ َﺴﺤُﻮْ ا ﺑِ ُﺮ ُؤوْ ِﺳ ُﻜ ْﻢ َواَرْ ُﺟﻠَ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﯾﯿَﺂ اَ ﱡﯾﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮْ ا اِ َذا ﻗُ ْﻤﺘُ ْﻢ اِﻟَﻰ اﻟ ﱠ‬
‫ﺿﻰ اَوْ َﻋﻠَﻰ َﺳﻔَ ٍﺮ اَوْ َﺟﺎ َء اَ َﺣ ٌﺪ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ِﻣﻦَ ْاﻟﻐَﺎﺋِ ِﻂ اَوْ ﻻَ َﻣ ْﺴﺘُ ُﻢ‬ َ ْ‫اِﻟَﻰ ْاﻟ َﻜ ْﻌﺒَ ْﯿ ِﻦ َواِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ُﺟﻨُﺒًﺎ ﻓَﺎطﱠﮭﱠﺮُوْ ا َواِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ َﻣﺮ‬
ُ َ ّ ْ ُ َ ُ
ٍ‫ﺻ ِﻌ ْﯿﺪًا طَﯿﱢﺒًﺎ ﻓَﺎ ْﻣ َﺴﺤُﻮْ ا ﺑِ ُﻮﺟُﻮْ ِھﻜ ْﻢ َوا ْﯾ ِﺪ ْﯾﻜ ْﻢ ِﻣﻨﮫُ َﻣﺎ ﯾ ُِﺮ ْﯾ ُﺪ ﷲُ ﻟِﯿَﺠْ َﻌ َﻞ َﻋﻠ ْﯿﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺣ َﺮج‬ َ ‫اﻟﻨﱢ َﺴﺂ َء ﻓَﻠَ ْﻢ ﺗ َِﺠ ُﺪوْ ا َﻣﺂ ًء ﻓَﺘَﯿَ ﱠﻤ ُﻤﻮْ ا‬
(٦) َ‫َوﻟ ِﻜ ْﻦ ﯾ ُِﺮ ْﯾ ُﺪ ﻟِﯿُﻄَﮭﱢ َﺮ ُﻛ ْﻢ َوﻟِﯿُﺘِ ﱠﻢ ﻧِ ْﻌ َﻤﺘَﮫُ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﺸ ُﻜﺮُوْ ن‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, dan jika kamu sakitatau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuhperempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6).

31
Nabi Muhammad SAW bersabda:
ْ ‫ﻟﻄﮭُﻮْ ُرﺷ‬
ِ ‫َﻄﺮُا ِﻹ ْﯾ َﻤ‬
‫ﺎن‬ ‫اَ ﱡ‬

Kesucian adalah sebagian dari (pahala)iman


Syeikh As-Sahimiy membaca kata ‫ اﻟﻄﮭﻮر‬dengan huruf tha’ yang ber-
harakatdhammah yang mempunyai arti wudlu secara dhahir dan batin mempunyai
setengah pahalanya iman.

Syeikh Al-Hatim berkata kepada Ashim bin Yusuf:“Ketika waktu dhuhur


tibaNabi berwudhu dua kali, yaitu wudhu dhahir dan batin”. Kamudian Ashim
berkata: “Bagaimana bisa demikian?”. Al-Hatim menjawab: “Untuk wudhu
dhahir anda sudah mengetahuinya, adapun wudhu batin adalah taubat dengan
penyesalan, meninggalkan dendam, menipu, keragu-raguan, sombong,
meninggalkan cinta akan perkara duniawi, meninggalkan cinta akan
pujianmakhluk (manusia) dan meninggalkan kebiasaan senang menjadi
pengharapan orang lain. Demikianlah”.

َ ‫ ﺗُﻌ‬pada bait ini dibaca dengan huruf mim yang


Nadhim mengatakanbahwa kata ‫ْﺼ ُﻢ‬
ber-harakat dhammah dan kata ini mempunyai mubtada’ yang tersimpan dengan
posisi i’rabjazmkarena menjadi jawab dari amr (perintah), bentuk selengkapnya
adalah sebagai berikut:

َ ‫ﻓﺄﻧﺖَ ﺗُ ْﻌ‬
‫ﺼ ُﻢ ِﻣﻦ اﻟﺒﻼء‬
Maka kamu akan terjaga dari musibah
Yang demikian memang benar, karena bersuci dapat menghindarkan dari musibah.
Demikianlah sebagaimana yang diriwayatkan dari sebagian ulama.
Sahabat Umar r.a. berkata:
ّ
‫إن اﻟﻮﺿﻮء اﻟﺼﺎﻟﺢ ﯾﻄﺮد ﻋﻨﻚ اﻟﺸﯿﻄﺎن‬
Wudhu yang benar dapat menghindarkan mu dari setan.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

َ َ‫ك اﻟﺼﱠﻼة‬
(‫ﺻ ﱢﻞ‬ َ َ‫ﺻ ْﻢ ﺛ ّﻢ ﻣﺎﻟ‬
‫ﻚ و َز ﱢ‬ ُ ْ ‫)ﻓﺘُ ْﻜ َﺮ ُم وﺟﺎ ِھﺪ ﱠَن و ُﺣ ﱠﺞ وا ْﻋ ُﻜ‬
‫ﻒ‬

32
Salatlah engkau, zakatilah hartamu, kemudian puasalah; dan lakukan i'tikaf, haji,
dan berjuangdengan sungguh-sungguh, maka engkau akan dimuliakan"
Di dalam bait ini nadhim menyebutkan enam macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

21. Menunaikan salat fardhu lima waktupada waktunya dengan sempurna


Maksudnya adalah menunaikan salat fardhu lima waktu pada waktunya secara
sempurna.Rasulullah SAW bersabda:
‫ﺼﻼَةُ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻓَ َﺮ َغ ﻟَﮭَﺎ ﻗَ ْﻠﺒُﮫُ َو َﺣﺎﻓَﻆَ َﻋﻠَ ْﯿﮭَﺎ ﺑِ ُﺤ ُﺪوْ ِدھَﺎ ﻓَﮭ َُﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ‬ ِ ‫َﻋﻠَ ُﻢ‬
‫اﻹ ْﯾ َﻤﺎ ِن اﻟ ﱠ‬
Tanda-tanda iman adalah salat, barang siapa yang selesai salat dan menjaganya
dengan batasan-batasannya, maka ia adalah seorang mukmin (orang yang
beriman).
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang mengenai tanda-tanda orang
mukmin dan munafiq, kemudian beliau menjawab:
ّ
‫ واﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ھﻤﺘﮫ ﻓﻲ اﻟﻄﻌﺎم واﻟﺸﺮب ﻛﺎﻟﺒﮭﯿﻤﺔ‬.‫ان اﻟﻤﺆﻣﻦ ھ ّﻤﺘﮫ ﻓﻲ اﻟﺼﻼة واﻟﺼﯿﺎم واﻟﻌﺒﺎدة‬
Orang mukmin mempunyai hasrat untuk salat, puasa dan ibadah. Sedangkan
orang munafiq mempunyai hasrat untuk makan dan minum seperti binatang.

22. Menunaikan zakat kepada yang berhak dengan niat khusus

Maksudnya adalah menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya


dengan niat khusus, yaitu seseorang berniat dengan sepenuh hati untuk
menunaikan zakat fardhu (zakat fitrah), dan ia tidak boleh memilih-milih
menentukan harta tertentu. Apabila ia memiliki satu nishab emas, perak, hewan
ternak, biji-bijian, buah kurma atau anggur, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya
dan diberikan kepada delapan golongan orang yang berhak menerima zakat atau
beberapa golongan saja yang dijumpai dari delapan golongan tersebut, di
antaranya yaitu; orang faqir, miskin, musafir yang membutuhkan perbekalan,
orang yang mempunyai banyak hutang. Rasulullah SAW bersabda:
33
‫ﺖ اﻟ ﱠﺰ َﻛﺎةُ َﻣﺎﻻً ﻗَ ﱡ‬
ُ‫ﻂ اِﻻﱠ اَ ْھﻠَ َﻜ ْﺘﮫ‬ ِ َ‫َﻣﺎ َﺧﺎﻟَﻄ‬
Harta zakat yang tercampur dengan harta lain akan merusak harta tersebut.

23. Puasa ramadhan


Maksudnya adalah melakukan puasa di bulan ramadhan dengan meninggalkan
hal-hal yang dapat membatalkannya di sepanjang harinya dengan niat pada malam
harinya untuk taat kepada Allah, dilakukan sejak fajar sampai terbenamnya
matahari. Dengan catatan terbebas dari darah haid, nifas dan wiladahdi sepanjang
harinya (saat jam puasa).Dan juga terbebas di sebagian hari (tidak sepanjang
waktu puasa) dari penyakit ayan, mabuk, makan, minum, bersetubuh dan
merokok.
Apabila seseorang yang puasa lupa atau tidak sengaja makan, maka puasanya
masih dianggap sah. Berkenaan dengan ketidaksengajaan tersebut diibaratkan
Allahlah yang memberikan makanan kepadanya dan Allah sedang
mengasihaninya.Demikian adalah perkataan dari Al-Sahamiy di dalam bukunya
yang bernama lubabu ath-thalibin.

24. I’tikaf
Maksudnya adalah berdiam atau menetap di dalam masjid dengan niat untuk
i’tikaf, dan i’tikafini disunahkan setiap saat, walaupun di waktu yang tidak disukai.
Dalam hal melakukan i’tikaf tidak diperkenankan bagi seorang istri kecuali sudah
mendapatkan ijin dari suaminya, dan juga bagi seorang budakkecuali sudah
mendapatkan ijin dari tuannya. Namun jika tidak demikian, maka bagi suami dan
tuan tersebut berhak untuk mengeluarkan mereka dari masjid.
Rukun i’tikaf ada empat, yaitu:
a. Niat
Hendaklah membaca niat ketika baru memulai untuk menetap atau berdiam diri
di dalam masjid. Oleh karena itu tidak dianggap sah jika seseorang membaca niat
i’tikaf saat ia memasuki masjid, sedangkan ia mengerjakan kegiatan lain selain
i’tikaf.
Dalam berniat diwajibkan untuk memperjelas apakah i’tikaf yang akan dilakukan
bersifat wajib atau karena nadzar (berjanji kepada Allah untuk melakukan sesuatu
jika keinginannya dikabulkan)?
b. Masjid

34
Hendaknya masjid di sini bersifat murni (siapa saja bebas dan berhak
memakainya), bukan masjid pribadi. Hal ini dikarenakan antara keduanya
memiliki cara penghormatan yang berbeda.
c. Berdiam atau menetap
Maksudnya adalah berdiam diri di dalam masjid semampunyaselama masih
dalam kategori i’tikaf.Jadi, i’tikaf boleh dilakukan dalam posisi berdiri dengan
jangka waktu diatas thuma’ninah, dan ketika itu diperbolehkan untuk berpindah
posisi, selama tidak mondar-mandir sehingga tidak berdiam diri.Hal ini juga
diperbolehkan untuk i’tikafmandzur (i’tikaf yang menjadi nadzar-), karena untuk
memberikan kesempatan bagi orang yang melakukan i’tikaf untuk mengambil
posisi yang dapat membuatnyathuma’ninah, baik dalam posisi ruku’ ataupun yang
lainnya.
d. Mu’takif (orang yang ber-i’tikaf)
Adapun syarat bagi mu’takif adalah sebagai berikut:
1. Beragama Islam
2. Berakal
3. Tidak sedang berhadas besar
Maka dianggap tidak sah i’tikaf seseorang yang tidak mempunyai kriteria di
atas.Namun jika kebetulan saja pada saat melakukan i’tikaf si mu’takif pingsan,
maka i’tikaf-nya tidaklah batal, bahkan pada waktu iasedang pingsan dianggap
sebagai i’tikaf. Dan dianggap terputus i’tikafseseorang ketika ia murtad dan
mabuk, hal ini berlaku jika memang ia berniat melakukannya dengan sengaja.

25. Beribadah haji


Yaitu menuju masjid baitul haram untuk menunaikan ibadah haji atau umrah jika
mampu, baik mampu dalam hal perbekalan maupun kendaraan atau
transportasi.Perbuatan yang wajib dilakukan ketika berhaji adalah:
Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzul Hijjah atau malam tanggal 10 Dzul Hijjah.
Thawaf bagi orang yang suci, yaitu mengelilingi Ka'bah tujuh kali putaran dalam
keadaan yakin telah masuk waktunya, waktu tawaf ditentukan, yaitu diawali
setelah tengah malam hari nahr(tanggal 10 Dzul Hijjah), dan tidak ada batas akhir
waktu thawaf.
Sa'i (lari-lari kecil) antara bukit Shofa dan Marwah
35
26. Jihad
Yaitu melakukan jihad melawan orang-orang kafir dengan tujuan untuk
menyelamatkan agama.Pada awal-awal Islam jihad merupakan amal yang terbaik.
Rasulullah SAW bersabda:
‫َر ْأسُ اﻻَ ْﻣ ِﺮ اَ ِﻹ ْﺳﻼَ ُم َو َﻋ ُﻤﻮْ ُدهُ اَﻟ ﱠ‬
‫ﺼﻼَةُ َو َذرْ َوةُ َﺳﻨَﺎ ِﻣ ِﮫ اَ ْﻟ ِﺠﮭَﺎ ُد‬
Pokok perkara yang nomor satu adalah Islam,adapun tiangnya adalah
salat,sedangkan ujung punuknya (puncak ketinggiannya) adalah jihad
Maksud dari hadis ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh As-
Sahimiy bahwa sumber awal dari urusan agama adalah mengucapkan dua kalimat
syahadah, besertaan dengan menghayati makna dan mengamalkan
maksudnya.Oleh karena itu tidaklah sah suatu perkara kecuali dengan Islam.
Sesuatu yang dapat meninggikan agama adalah mengerjakan salat wajib lima
waktu. Sedangkan hal yang paling mulia / paling tinggi nilainya di dalam agama
adalah jihad memerangi orang-orang kafir dengan tujuan untuk menyelamatkan /
menegakkan agama Islam.
Makna asal dari kata ‫ اﻟﺴﻨﺎم‬adalah sesuatu yang tinggi di atas punggung unta dekat
bagian lehernya.
Arti kata jihad di dalam hadis ini bisa diartikan sebagai berperang melawan diri
sendiri, yaitu dengan menahan diri dari hawa nafsu dan mencegahnya meluas
dalam kesenangan duniawi, mendorong diri sendiri untuk melaksanakan perintah-
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.Inilah jihad yang terbesar dan lebih
utama dari pada jihad memerangi orang-orang kafir.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


ْ ِ‫ﱠﺖ َراﺑ‬
(‫ﻂ‬ ْ ‫ﺲ أَ ﱢد ﺗَﺜَﺒ‬
َ ‫َﻣﻐﺎﻧِ ٍﻢ ُﺧ ْﻤ‬ ْ
‫)اﻟﺤﺎ ِﻛ ُﻢ ا ِﻹﻣﺎ ُم ﯾُﻔَ ﱢﺮﻗَﮫُ ﺣﺘّﻰ‬
Jagalah perbatasan!,berteguh (memerangi musuh) dan berikanlah seperlima harta
rampasan perang (yang didapat)agar kemudian
sangpimpinan(yang)bijaksanayang akan membagi-bagikannya!
Di dalam bait ini nadhim meberitahukan tiga macam cabang iman yang
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

27. Murabathah / Menjaga perbatasan wilayah


36
Arti murabathah adalah mempertahankan garis demarkasi, maksudnya adalah
menetapi daerah yang ada di antara wilayah milik orang muslim dan kafir untuk
menjaga umat Islam (dari serangan musuh), walaupun harus menjadikannya
sebagai tempat tinggal. Rasulullah SAW bersabda:
‫ِرﺑَﺎطُ ﯾَﻮْ ٍم ﻓِﻰ َﺳﺒِ ْﯿ ِﻞ ﷲِ ﺧَ ْﯿ ٌﺮ ِﻣﻦَ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو َﻣﺎ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ‬
Menjaga suatu hari di jalan Allah lebih mulia dari pada dunia dan seisinya.

ِ َ‫َﻣ ْﻦ َﻣﺎتَ ُﻣ َﺮاﺑِﻄًﺎ ﻓِﻰ َﺳﺒِ ْﯿ ِﻞ ﷲِ اَ ِﻣﻦَ ِﻣﻦَ ْاﻟﻔ‬


‫ﺰَع اﻻَ ْﻛﺒَ ِﺮ‬
Barang siapa yang mati karena menjaga (perbatasan) di jalan Allah, maka ia akan
selamat dari ketakutan yang sangat besar.
Ketakutan yang sangat besar tersebut adalah seseuatu yang dapat mengakibatkan
orang tersebut ke neraka.

28. Berteguh memerangi musuh tanpa melarikan diri


Allah SWT berfirmandalam surat al-Anfal ayat 46:
(٤٥) َ‫ﯾَﺂ اَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮْ ا اِ َذا ﻟَﻘِ ْﯿﺘُ ْﻢ ﻓِﺌَﺔً ﻓَ ْﺎﺛﺒُﺘُﻮْ ا َو ْاذ ُﻛﺮُوْ ا ﷲَ َﻛ ِﺜﯿْﺮً ا ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُ ْﻔﻠِﺤُﻮْ ن‬
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung.(QS. Al-Anfal: 45).
Maksudnya adalah ketika memerangi orang kafir hendaklah untuk berteguh hati
dalam memeranginya, jangan sampai terperdaya / mundur dan kalah. Ingatlah
Allah dan agungkan Dia saat perang agar kamu mendapat keuntungan dengan
tercapai maksudmu dalam memperoleh pertolongan dan pahala dari Allah.

29. Menyerahkan seperlima harta rampasan perang kepada pimpinan atau


penggantinya
Artinya ketika usai peperangan dan mendapatkan harta rampasan perang
hendaklah untuk memberikan seperlimanya kepada sang pimpinan untuk
kemudian bisa dibagi-bagikan.
Diawali dengan pemberian barang rampasanperang (berupa perabotan perang)
kepada pasukan muslim. Kemudian harta rampasan yang didapat dibagi menjadi
lima seperlima. Yang empat bagian diberikan kepada orang yang hadir dalam
peperangan dengan niatberperang, walaupun tidak terlibat langsung dalam
peperangan, danpara tentara, walaupun tidak melihat secara langsungpeperangan
yang terjadi. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
37
a. Satu bagianuntuk yang berjalan kaki
b. Sedangkantiga bagian lagi untuk yang menunggang kuda, yaitu satu bagian
untuk penunggangnya dan dua bagian untuk kudanya.
Adapun untuk satu bagian (dari pembagian harta rampasan menjadi lima
seperlima) dibagi lagi menjadi seperlima. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Satu bagian diberikan untuk kemaslahatan umat Islam seperti tembok


pelabuhan (yang biasanya berfungsi untuk memecah ataupun menghalangi daerah
daratan dari ombak),benteng pertahanan, pesangon untuk para hakim, ulama,
imam, muadzin (orang yang bertugas untuk mengumandangkan adzan salat).
b. Satu bagian lagi diberikan kepada kerabat Nabi SAW, mereka adalah
keturunan Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Diutamakan untuk laki-laki, yang
mana mereka diberikan layaknya dua bagian untuk perempuan.
c. Satu bagian lagi diberikan kepada anak-anak yatim.
d. Satu bagian lagi diberikan kepada orang-orang fakir.
e. Satu bagian lagi diberikan kepada orang-orang yang ada (berjuang,
berdakwah dan kemaslahatan lainnya) di jalan Allah.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

ِ ْ‫ﺑﺎﻟ َﻮ ْﻋ ِﺪ أَو‬
(‫ف َو َﻛﻔﱢﺮْ وا ْﻋﺘِ ْﻖ‬ ْ َ‫ﻚ ﺛُ ﱠﻢ ﻟِﺴﺎﻧَﻚَ واﺣْ ﻔ‬
ْ ‫ﻆ ا ْﺷ ُﻜ َﺮ ْن‬ َ ‫)ﺗَ ْﻐﻨَ ُﻢ ﻓَﺮْ َﺟ‬
Merdekakanlah (budak perempuan)!, bayarlah kafarat (denda)!, tepatilah janji!,
bersyukurlah!, jagalah lisan mu! kemudian jagalah kemaluan mu! Niscaya kamu
akanmendapatkan keuntungan.
Nadhim menyebutkan enam macam cabang iman yang selanjutnya pada bait
ini.Enam cabang iman tersebut yaitu:

30. Memerdekakan budak muslim

Budak di sini adalah yang dimiliki karena keturunan dari budak yang dimiliki
sebelumnya, atau ikut terbeli karena membeli rumah termasuk budak yang

38
memeliharanya, atau budak yang diwariskan oleh keluarga yang meninggal dunia.
Nabi saw bersabda,
‫ َر َواهُ ُﻣ ْﺴﻠِ ٌﻢ‬. ‫ﺎر َﺣﺘﱠﻰ ﻓَﺮْ ِﺟ ِﮫ ﺑِﻔَﺮْ ِﺟ ِﮫ‬ َ َ‫ﻖ َرﻗَﺒَﺔً ُﻣ ْﺴﻠِ َﻤﺔً َﺳﻠِ ْﯿ َﻤﺔً اَ ْﻋﺘ‬
ِ ‫ﻖ ﷲُ ﺑِ ُﻜﻞﱢ ﻋُﻀْ ٍﻮ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ ﻋُﻀْ ًﻮا ِﻣ ْﻨﮫُ ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬ َ َ‫َﻣ ْﻦ اَ ْﻋﺘ‬
Barang siapa yang memerdekakan seorang budak muslim yang tidak cacat (baik),
maka untuk setiap bagian tubuh (budak perempuan)yang ia merdekakan,Allah
Akan memerdekakan satu bagian tubuhnya (orang yang memerdekakan)dari
neraka, hingga Allah akan menyelamatkan kemaluannya dari (panasnya) inti
neraka. (HR. Muslim).

31. Membayar kafarat(denda)


Jenis Kafaratatau denda ada empat macam, yaitu:

a. Kafarat dhihar (denda karena melanggar janji).


b. Kafarat qatl (denda karena membunuh).
c. Kafarat jima’ (denda karena bersetubuh saat sedang puasa ramadhan dengan
sengaja).
d. Kafarat yamin (denda karena melanggar sumpah).
Untuk tiga macam kafarat yang pertama adalah wajib memerdekakan budak
perempuan yang sehat dari penyakit yang dapat mengganggu pekerjaan. Jika tidak
bisa memerdekakan satu budak perempuan yang sehat, maka wajib berpuasa dua
bulan berturut-turut, oleh karena itu dianggap terputus jika terdapat puasa yang
batal, walaupun karena ada alasan tertentu kecuali karena haid (bagi perempuan).
Jika tidak bisa puasa dua bulan berturut-turut, maka wajib memberikan makan
kepada 60 orang miskin, untuk setiap orangnya mendapatkan bagiansatu mud
(jenis takaran di timur tengah yang setara dengan ±6 ons) makanan pokok yang
umum ada di negaranya, kecuali ketika dalam keadaan berperang, maka tidak
dianjurkan (untuk memberikan makan kepada 60 orang miskin).
Sedangkan untuk satu kafaratyang terakhir adalah wajib memberikan makanan
kepada 10 orang miskinuntuk setiap orangnya mendapatkan bagian satu mud
makanan pokok yang umum ada di negaranya atau pakaiannya, atau
memerdekakan satu budak perempuan. Jika tidak bisa, maka wajib berpuasa tiga
hari walaupun terputus-putus (tidak berturut-turut).

39
32. Menepati janji
Allah SWT berfirman:

ِ ُ‫ﺖ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َوأَوْ ﻓُﻮا ِﺑ َﻌ ْﮭ ِﺪي أ‬


َ ‫وف ﺑِ َﻌ ْﮭ ِﺪ ُﻛ ْﻢ َوإِﯾﱠﺎ‬
)٤٠ (‫ي ﻓَﺎرْ ھَﺒُﻮ ِن‬ ُ ‫ﯿﻞ ْاذ ُﻛﺮُوا ﻧِ ْﻌ َﻤﺘِ َﻲ اﻟﱠ ِﺘﻲ أَ ْﻧ َﻌ ْﻤ‬
َ ِ‫ﯾَﺎ ﺑَﻨِﻲ إِﺳ َْﺮاﺋ‬
Allah berfirman: "Wahai Bani Israil : Ingatlah nikmatKu yang telah Aku
karuniakan kepada kamu dan penuhilah janjimu, agar Aku penuhi (pula) janjiKu,
dan semata-mata kepadaku sajalah kamu takut." (QS. Al-Baqarah: 40).
‫ﺼ ْﯿ ِﺪ َوأَ ْﻧﺘُ ْﻢ ُﺣ ُﺮ ٌم إِ ﱠن‬ ْ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا أَوْ ﻓُﻮا ﺑِ ْﺎﻟ ُﻌﻘُﻮ ِد أ ُ ِﺣﻠﱠ‬
‫ﺖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺑَ ِﮭﯿ َﻤﺔُ اﻷ ْﻧ َﻌ ِﺎم إِﻻ َﻣﺎ ﯾُ ْﺘﻠَﻰ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َﻏ ْﯿ َﺮ ُﻣ ِﺤﻠﱢﻲ اﻟ ﱠ‬
(١) ‫ﷲَ ﯾَﺤْ ُﻜ ُﻢ َﻣﺎ ﯾ ُِﺮﯾ ُﺪ‬ ‫ﱠ‬

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu


binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
(QS. Al-Maidah:1).
ً‫ َواَوْ ﻓُﻮْ ا ﺑِ ْﺎﻟ َﻌ ْﮭ ِﺪ اِ ﱠن ْاﻟ َﻌ ْﮭ َﺪ َﻛﺎنَ َﻣ ْﺴ ُﺆوْ ﻻ‬....

... dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta


pertanggungjawabannya. QS (Al-Isra’ : 34)

Rasulullah SAW bersabda:


ٌ ‫اَ ْﻟ ِﻌ َﺪةُ َﻋ ِﻄﯿﱠﺔ‬

Janji adalah pemberian


‫اَ ْﻟ ِﻌ َﺪةُ َدﯾ ٌْﻦ‬
Janji adalah hutang
ْ ‫ب َواِ َذا َو َﻋ َﺪ اَ ْﺧﻠَﻒَ َواِ َذا‬
َ‫اؤﺗُ ِﻤﻦَ ﺧَ ﺎن‬ َ ‫َث َﻛ َﺬ‬ ِ ِ‫ث ﻓِﻰ ْاﻟ ُﻤﻨَﺎﻓ‬
َ ‫ اِ َذا َﺣﺪ‬: ‫ﻖ‬ ٌ َ‫ﺛَﻼ‬

Tiga hal yang ada pada orang-orang munafiq, yaitu ketika berbicara ia
berbohong, ketika berjanji ia mengingkari dan ketika dipercaya ia berkhianat
Artinya jika ketiga hal ini ada pada diri seorang muslim, maka ia sama seperti
dengan orang munafiq, sebagaimana yang dikatakan olehSyeikh Al-Aziziy.

33. Bersyukur
40
Allah SWT berfirman:

َ‫ َوا ْﺷ ُﻜﺮُوْ ا ﻟِﻰ َوﻻَ ﺗَ ْﻜﻔُﺮُوْ ن‬...


... dan bersyukurlah kepada-Ku, jangan kau ingkari nikmat-Ku.(QS. AL-Baqarah:
152).
)١٥٤ ( َ‫ات ﺑَﻞْ أَﺣْ ﯿَﺎ ٌء َوﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻻ ﺗَ ْﺸ ُﻌﺮُون‬
ٌ ‫ﷲِ أَ ْﻣ َﻮ‬
‫َوﻻ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮا ﻟِ َﻤ ْﻦ ﯾُ ْﻘﺘَ ُﻞ ﻓِﻲ َﺳﺒِﯿ ِﻞ ﱠ‬

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan


Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi
kamu tidak menyadarinya.(QS. AL-Baqarah: 154).

َ‫ﷲُ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨﯿﻦ‬ َ ِ‫َﺼ ُﻤﻮا ﺑِﺎ ﱠ ِ َوأَ ْﺧﻠَﺼُﻮا ِدﯾﻨَﮭُ ْﻢ ِ ﱠ ِ ﻓَﺄُوﻟَﺌ‬
ِ ‫ﻚ َﻣ َﻊ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﯿﻦَ َو َﺳﻮْ فَ ﯾ ُْﺆ‬
‫ت ﱠ‬ َ ‫إِﻻ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ ﺗَﺎﺑُﻮا َوأَﺻْ ﻠَﺤُﻮا َوا ْﻋﺘ‬
(١٤٦) ‫أَﺟْ ًﺮا َﻋ ِﻈﯿ ًﻤﺎ‬
Kecuali orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak
Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.
(QS. An-Nisa’: 146).
ّ َ‫َﻣﺎ ﯾَ ْﻔ َﻌ ُﻞ ﷲُ ﺑِ َﻌ َﺬاﺑِ ُﻜ ْﻢ اِ ْن َﺷﻜَﺮْ ﺗُ ْﻢ َوآ َﻣ ْﻨﺘُ ْﻢ َو َﻛﺎن‬
‫ﷲُ ﺷَﺎ ِﻛ ًﺮا َﻋﻠِ ْﯿ ًﻤﺎ‬
Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Allah
adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.

Rasulullah SAW bersabda:


ُ‫ق َواﻟ ﱡﺸ ْﻜ ُﺮ َو ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ُء َو ُﺣﺴْﻦ‬ ‫ﺎل َﻣ ْﻦ ُﻛ ﱠﻦ ﻓِ ْﯿ ِﮫ َﻛ ُﻤ َﻞ اِ ْﺳﻼَ ُﻣﮫُ َوﻟَﻮْ َﻛﺎنَ ﻟَﮫُ ِﻣ ْﻦ ﻗَﺮْ ﻧِ ِﮫ اِﻟَﻰ ﻗَ َﺪ ِﻣ ِﮫ ﺧَ ﻄَﺎﯾَﺎ اَﻟ ﱢ‬
ُ ‫ﺼ ْﺪ‬ ٍ ‫ﺼ‬َ ‫اَرْ ﺑَ ُﻊ ِﺧ‬
ِ ُ‫ْاﻟ ُﺨﻠ‬
‫ﻖ‬
Ada empat hal di mana ketika seseorang mempunyainya, maka ke-Islamannya
akan menjadi sempurna. Walaupun mulai dari ujung kepala sampai telapak
kakinya (melakukan) kesalahan.Yaitu; jujur, syukur, malu dan memperbaiki
akhlak.
Syukur mengandung 3 unsur, terdiri dari:
41
a. Ilmu / Pengetahuan.
Yaitu mengetahui bahwa bahwa semua kenikmatan yang diterima pada
hakekatnya adalah dari Allah swt Sedangkan semua orang yang menjadi sebab
dari kenikmatan tersebut pada hakekatnya hanyalah sebagai perantara semata-
mata yang dipaksa oleh kehendak dan kekuasaan Sang Pemberi nikmat, Allah swt
Namun Allah swt mengajarkan kepada kita agar kita pandai berterima kasih
kepada orang-orang yang menjadi perantara dari kenikmatan Allah swt tersebut,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
‫ رواه أﺑﻮ داود‬. َ‫ﺎس ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺸ ُﻜ ِﺮ ﷲ‬
َ ‫ﺎس َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺸ ُﻜ ِﺮ اﻟﻨﱠ‬
َ ‫ﻻَ ﯾَ ْﺸ ُﻜ ُﺮ ﷲَ َﻣ ْﻦ ﻻَ ﯾَ ْﺸ ُﻜ ُﺮ اﻟﻨﱠ‬
Yang tidak termasuk bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak bersyukur
kepada manusia. Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia
tidak bersyukur kepada Allah.
b. Hal / Keadaan,
Maksudnya adalah bahagia dan senang mendapatkan nikmat (yang diberikan oleh)
Allah.
 Gembira karena melihat wujud dari kenikmatan yang datang.
 Gembira karena melihat manfaat dari kenikmatan yang datang.
 Gembira karena memandang kepada pemberian nikmat dari Sang
Pemberi nikmat.Kegembiraan hati yang termasuk unsur syukur adalah
yang terakhir.
c. Amal / Perbuatan,
Maksudnya adalah mengerjakan apa yang dimaksud dan dikehendaki oleh Allah
Dzat Yang Memberikan Nikmat, dan mengerjakan hal-hal yang disukai-Nya.
Syekh As-Subla mengakatan:“Syukur adalah mengetahui Mun’im (Allah Dzat
Yang Memberikan Nikmat), bukan mengetahui nikmat”. Dan ada sebagian ulama
yang mengatakan:“Syukur al-‘am (umum) adalah mensyukurimakanan, minuman
dan pakaian (yang telah diberikan Allah).Sedangkan syukur al-khas (khusus)
adalah mensyukuri keinginan-keinginan hati / hal-hal yang datang pada hati /
jiwa (yang telah diberikan Allah).

42
34. Menjaga lisan
Maksudnya adalah menjaga lisan dari hal-hal yang tidak patut. Allah SWT
berfirman:
(١٨) ‫َﻣﺎ ﯾَ ْﻠﻔِﻆُ ِﻣ ْﻦ ﻗَﻮْ ٍل اِﻻﱠ ﻟَ َﺪ ْﯾ ِﮫ َرﻗِﯿْﺐٌ َﻋﺘِ ْﯿ ٌﺪ‬
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat
Pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf: 18).
Rasulullah SAW bersabda:
ُ‫ﺖ َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ َﺴﻠﱢ َﻢ اﻟﻨﱠﺎس‬
ُ ‫ﺼ ْﻤ‬
‫اﻹ ْﺳﻼَ ِم اَﻟ ﱠ‬
ِ ‫ق‬ َ ‫ﺼﻼَةُ َو َﺳﻨَﺎ ُم ْاﻟ َﻌ َﻤ ِﻞ اَ ْﻟ ِﺠﮭَﺎ ُد َواَ ْﻓ‬
ِ َ‫ﻀ ُﻞ اَ ْﺧﻼ‬ ‫ﻗَﯿﱢ ُﻢ اﻟ ﱢﺪﯾ ِْﻦ اَﻟ ﱠ‬
Harga diri agama (Islam) adalah salat, ujung amal adalah jihad dan akhlak Islam
yang paling utama adalah diam sehingga orang lain menjadi selamat.
ْ‫ َﻣ ْﻦ َﻛﺎنَ ﯾ ُْﺆ ِﻣﻦُ ﺑِﺎ ِ َو ْاﻟﯿَﻮْ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ﻓَ ْﻠﯿَﻘُﻞْ َﺧ ْﯿ ًﺮا اَو‬: ‫ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ أﻧﮫ ﻗﺎل‬
ْ ‫ﻟِﯿَﺼْ ُﻤ‬
‫ﺖ‬
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah perkataan-
perkataan yang baik atau (kalau tidak bisa) lebih baik diam!”
Imam As-Syafi’i berkata: “Apabila salah satu dari kalian hendak berbicara, maka
ia wajib memikirkan terlebih dahulu perkataannya! Jika perkataan tersebut
mengandung kemaslahatan (kebaikan), maka berbicaralah! Namun jika ragu-ragu
(perkataannya tidak mengandung kemaslahatan), maka urungkanlah untuk
berbicara hingga benar-benar perkataan mu mengandung kemaslahatan!”.
Orang-orang bijak mengatakan: “Barang siapa yang berbicara perihal yang
tidakbaik, maka ia benar-benar telah berbicara sia-sia.Barang siapa yang berteori
tanpa adanya pertimbangan, makaia benar-benar telah lupa. Dan barang siapa
yang diam tanpa berfikir, maka benar-benar ia telah bermain-main.”
Ada seorang yang bijaksana yang mengatakan: “Jika kamu suka untuk berbicara,
maka (lebih baik) diamlah!Namun jika kamu suka untuk diam, maka (lebih baik)
berbicaralah!”

35. Menjaga kemaluan


Maksudnya adalah menjaga kemaluan dari hal-hal yang yang dilarang oleh Allah,
seperti berzina, liwath (homoseksual), musahaqah (lesbian), mufakhadzah
(berpaha-pahaan antar sesama laki-laki). Liwath adalah memasukkan kemaluan
lelaki ke dalam dubur pria. Musahaqah adalah perbuatan yang dilakukan orang
43
perempuan dengan perempuan lain dengan farjinya. Mufakhadzah adalah
perbuatan yang dilakukan seorang lelaki dengan dzakarnya pada lelaki lain di
pahanya.Allah SWT berfirman:

(٣٢) ً‫َوﻻَ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑُﻮْ ا اﻟ ﱢﺰﻧَﻰ اِﻧﱠﮫُ َﻛﺎنَ ﻓَﺎ ِﺣ َﺸﺔً َو َﺳﺂ َء َﺳﺒِ ْﯿﻼ‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra’: 32).
‫اَﺗَﺄْﺗُﻮْ نَ ﱡ‬
(١٦٥) َ‫اﻟﺬ ْﻛ َﺮانَ ِﻣﻦَ ا ْﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤ ْﯿﻦ‬
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia. (QS. As-Syua’ara’:
165).
ْ
ِ ‫ُون اﻟﻨﱢ َﺴﺎ ِء ﺑَﻞْ أَ ْﻧﺘُ ْﻢ ﻗَﻮْ ٌم ُﻣﺴ‬
(٨١) َ‫ْﺮﻓُﻮن‬ ِ ‫إِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﻟَﺘَﺄﺗُﻮنَ اﻟ ﱢﺮ َﺟﺎ َل َﺷ ْﮭ َﻮةً ِﻣ ْﻦ د‬
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas. (QS. Al-A’raf: 81).
Rasulullah SAW bersabda:
ْ
ِ َ‫ﻖ ﻻَ ﺗَﺄﺗُﻮْ نَ اﻟﻨﱢ َﺴﺂ َء ﻓِﻰ أَ ْدﺑ‬
‫ﺎر ِھ ﱠﻦ‬ ‫إِ ﱠن ﷲَ ﻻَ ﯾَ ْﺴﺘَﺤْ ﯿِ ْﻰ ِﻣﻦَ ْاﻟ َﺤ ﱢ‬
Sesungguhnya Allah SWT tidak (memerintahkan) malu pada suatu kebenaran.
Dan janganlah kalian menggauli perempuan dari duburnya.
Maksudnya bahwa Allah tidak memerintahkan seseorang untuk malu untuk
menjelaskan suatu kebenaran dan kebaikan.
Kata ‫ ﺗَ ْﻐﻨَ ُﻢ‬pada bait ini mempunyai mubtada’tersimpan yang ber-i’rab jazm, di
mana mubtada’tersebut merupakan jawab dari amr. Jadi makna yang dimaksud
adalah: “Jika kamu dapat menjaga kemaluan mu, niscaya kamu akan
mendapatkan keuntungan (kebahagiaan) di akhirat (surga) kelak”.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


(‫ُﻣ ْﺴﻠِ ًﻤﺎ ﻻﺗُﻘﺎﺗِﻞْ اﻷَ َﻣﺎﻧَﺔَ أَ ﱢد‬ ْ‫)ﺗَﺤْ ُﺮ ُم ﻣﺎﻟَﻚَ ﺛ ّﻢ طَﻌﺎ ًﻣﺎ َواﺣْ َﺬر‬
Sampaikanlah amanah! Janganlah kamu membunuh orang Islam! Berhati-
hatilah (cermat) terhadap makanan!Berhati-hatilah (cermat) terhadap hartamu
(yang kamu milki)! Niscaya kamu akan mulia (di sisi Allah).
44
Dalam bait ini nadhim memberitahukan empat macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

36. Menyampaikan amanah kepada orang yang berhak atasnya


Allah SWT berfirman:
‫ﺎس أَ ْن ﺗَﺤْ ُﻜ ُﻤﻮا ﺑِ ْﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِل إِ ﱠن ﱠ‬
‫ﷲَ ﻧِ ِﻌ ﱠﻤﺎ ﯾَ ِﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ِﮫ‬ ِ ‫ﷲَ ﯾَﺄْ ُﻣ ُﺮ ُﻛ ْﻢ أَ ْن ﺗُ َﺆ ﱡدوا اﻷ َﻣﺎﻧَﺎ‬
ِ ‫ت إِﻟَﻰ أَ ْھﻠِﮭَﺎ َوإِ َذا َﺣ َﻜ ْﻤﺘُ ْﻢ ﺑَ ْﯿﻦَ اﻟﻨﱠ‬ ‫إِ ﱠن ﱠ‬
(٥٨) ‫ﺼﯿ ًﺮا‬ ِ َ‫ﷲَ َﻛﺎنَ َﺳ ِﻤﯿﻌًﺎ ﺑ‬ ‫إِ ﱠن ﱠ‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.(QS. An-Nisa’: 58).
Rasulullah SAW bersabda:

ِ‫ث َﻣ ْﻦ ُﻛ ﱠﻦ ﻓِ ْﯿ ِﮫ اَوْ َوا ِﺣ َﺪةٌ ِﻣ ْﻨﮭ ﱠُﻦ ﻓَ ْﻠﯿَﺘَ َﺰ ﱠوجْ ِﻣﻦَ ْاﻟﺤُﻮْ ِر ْاﻟ ِﻌﯿ ِْﻦ َﻣﺎ ﺷَﺂ َء َر ُﺟ ٌﻞ اُ ْؤﺗُ ِﻤﻦَ َﻋﻠَﻰ اَ َﻣﺎﻧَ ٍﺔ ﻓَﺎ َ ﱠداھَﺎ َﻣﺨَ ﺎﻓَﺔَ ﷲ‬ ٌ َ‫ﺛَﻼ‬
ُ‫ َر َواهُ اﺑْﻦ‬.ً‫ﺻﻼَ ٍة ﻗُﻞْ ھُ َﻮ ﷲُ اَ َﺣ ٌﺪ اِﺣْ ﺪَى َﻋ ْﺸ َﺮةَ َﻣ ﱠﺮة‬ َ ‫َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ َو َر ُﺟ ٌﻞ ﺧَ ﻠﱠﻰ ﻋ َْﻦ ﻗَﺎﺗِﻠِ ِﮫ َو َر ُﺟ ٌﻞ ﻗَ َﺮأَ ﻓِﻰ ُدﺑ ُِﺮ ُﻛ ﱢﻞ‬
‫َﻋ َﺴﺎ ِﻛ َﺮ‬
Ada tiga hal yang jika seseorang mempunyainya atau salah satu darinya, maka
kelak ia akan menikah dengan bidadari cantik, yaitu seorang laki-laki yang
diberikan amanah kemudian menyampaikannya dengan baik(kepada yang berhak
atasnya) karena takut kepada Allah SWT, seorang laki laki melepaskan
(memaafkan) orang yang membunuhnya, dan seorang laki-laki yang setiap usai
salat membaca surat Al-Ikhlas sebelas kali.(HR. Ibnu Asakir).
Maksud dari hadis ini adalah jika seseorang mempunyai ketiga kriteria tersebut
atau salah satu saja darinya, maka kelak (di surga) ia akan menikah dengan
bidadari cantik. Adapun maksud dari tiga kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Seorang laki-laki yang dipercayakan kepadanya sebuah amanah, dan ia
dapat menyampaikannya kepada yang berhak atasnya karena ia takutpada siksa
Allah.
b. Seorang laki-laki yang memaafkan orang yang membunuhnya sebelum ia
terbunuh, atau memaafkan orang yang membunuh pewarisnya (yang
meninggalkan warisan).
c. Seorang laki-laki yang membaca suratAl-Ikhlas sebelas kali seusai setiap
salat fardhu.
45
37. Tidak membunuh orang Islam
Allah SWT berfirman:
‫َو َﻣﺎ َﻛﺎنَ ﻟِ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ أَ ْن ﯾَ ْﻘﺘُ َﻞ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨًﺎ إِﻻ َﺧﻄَﺄ ً َو َﻣ ْﻦ ﻗَﺘَ َﻞ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨًﺎ َﺧﻄَﺄ ً ﻓَﺘَﺤْ ِﺮﯾ ُﺮ َرﻗَﺒَ ٍﺔ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨَ ٍﺔ َو ِدﯾَﺔٌ ُﻣ َﺴﻠﱠ َﻤﺔٌ إِﻟَﻰ أَ ْھﻠِ ِﮫ إِﻻ‬
ٌ ‫ﺼ ﱠﺪﻗُﻮا ﻓَﺈ ِ ْن َﻛﺎنَ ِﻣ ْﻦ ﻗَﻮْ ٍم َﻋ ُﺪ ﱟو ﻟَ ُﻜ ْﻢ َوھ َُﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ ﻓَﺘَﺤْ ِﺮﯾ ُﺮ َرﻗَﺒَ ٍﺔ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨَ ٍﺔ َوإِ ْن َﻛﺎنَ ِﻣ ْﻦ ﻗَﻮْ ٍم ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ْﻢ َوﺑَ ْﯿﻨَﮭُ ْﻢ ِﻣﯿﺜَﺎ‬
‫ق‬ ‫أَ ْن ﯾَ ﱠ‬
‫ﷲُ َﻋﻠِﯿ ًﻤﺎ‬ ‫ﷲ َو َﻛﺎنَ ﱠ‬ ِ ‫ﺼﯿَﺎ ُم َﺷﮭ َْﺮﯾ ِْﻦ ُﻣﺘَﺘَﺎﺑِ َﻌﯿ ِْﻦ ﺗَﻮْ ﺑَﺔً ِﻣﻦَ ﱠ‬ ِ َ‫ﻓَ ِﺪﯾَﺔٌ ُﻣ َﺴﻠﱠ َﻤﺔٌ إِﻟَﻰ أَ ْھﻠِ ِﮫ َوﺗَﺤْ ِﺮﯾ ُﺮ َرﻗَﺒَ ٍﺔ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨَ ٍﺔ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ِﺠ ْﺪ ﻓ‬
(٩٢) ‫َﺣ ِﻜﯿ ًﻤﺎ‬
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang
mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si
terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan
kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh)
berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan
adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa’: 92)
‫ﺐ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َوﻟَ َﻌﻨَﮫُ َواَ َﻋ ﱠﺪ ﻟَﮫُ َﻋ َﺬاﺑًﺎ َﻋ ِﻈ ْﯿ ًﻤﺎ‬ ِ ‫َو َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﻘﺘُﻞْ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨًﺎ ُﻣﺘَ َﻌ ﱢﻤﺪًا ﻓَ َﺠ َﺰآ ُؤهُ َﺟﮭَﻨﱠ ُﻢ َﺧﺎﻟِﺪًا ﻓِ ْﯿﮭَﺎ َو َﻏ‬
َ ‫ﻀ‬
Barangsiapa yang membunuh seseorang muslim dengan sengaja, maka
balasannya adalah Jahannam, ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan
mengutuknya serta menyiapkan azab yang besar baginya. (QS. An-Nisa’: 93).
ُ‫ق ﻧَﺤْ ﻦ‬ٍ ‫ﻗُﻞْ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻮْ ا أَ ْﺗ ُﻞ َﻣﺎ َﺣ ﱠﺮ َم َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ أَﻻ ﺗُ ْﺸ ِﺮ ُﻛﻮا ﺑِ ِﮫ َﺷ ْﯿﺌًﺎ َوﺑِ ْﺎﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ إِﺣْ َﺴﺎﻧًﺎ َوﻻ ﺗَ ْﻘﺘُﻠُﻮا أَوْ ﻻ َد ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ إِ ْﻣﻼ‬
‫ﻖ َذﻟِ ُﻜ ْﻢ‬‫ﷲُ إِﻻ ﺑِ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ‬
‫ﺲ اﻟﱠﺘِﻲ َﺣ ﱠﺮ َم ﱠ‬ َ ‫ظﮭَ َﺮ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ َو َﻣﺎ ﺑَﻄَﻦَ َوﻻ ﺗَ ْﻘﺘُﻠُﻮا اﻟﻨﱠ ْﻔ‬ َ ‫ﺶ َﻣﺎ‬ َ ‫اﺣ‬ ِ ‫ﻧَﺮْ ُزﻗُ ُﻜ ْﻢ َوإِﯾﱠﺎھُ ْﻢ َوﻻ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑُﻮا ْاﻟﻔَ َﻮ‬
(١٥١) َ‫َوﺻﱠﺎ ُﻛ ْﻢ ﺑِ ِﮫ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﻌﻘِﻠُﻮن‬
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik
yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu
supaya kamu memahami(nya). (QS. Al-An’am: 151).
Rasulullah SAW bersabda:

46
‫َﻄ َﻌﻨُﮫُ ﺑِﺘِ ْﻠﻚَ اﻟ ﱢﺴ ﱢﻜﯿ ِْﻦ ﻓِﻰ اَوْ ِدﯾَ ِﺔ َﺟﮭَﻨﱠ َﻢ ؛‬ ْ ‫ﺲ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻗَﺘَ َﻞ ﻧَ ْﻔ َﺴﮫُ ﺑِ ِﺴ ﱢﻜﯿ ٍْﻦ ﻻَ ﺗَ َﺰا ُل ْاﻟ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔُ ﺗ‬
ِ ‫اَ ْﻋﻈَ ُﻢ ْاﻟ َﻜﺒَﺎﺋِ ِﺮ ِﻋ ْﻨ َﺪ ﷲِ ﻗَ ْﺘ ُﻞ اﻟﻨﱠ ْﻔ‬
ْ ‫ﱠ‬
َ ‫ َواِ ْن َﻋﻠ‬:‫ﺎر‬
‫ﻖ ﻧَﻔ َﺴﮫُ ﺑِ َﺤ ْﺒ ٍﻞ‬ ِ ‫ﻖ اِﻟَﻰ َوا ٍد ﻓِﻰ اﻟﻨﱠ‬ ٍ ‫َواِ ْن اَ ْﻟﻘَﻰ ﻧَ ْﻔ َﺴﮫُ ِﻣ ْﻦ َﻣ َﻜﺎ ٍن َﺣﺘﱠﻰ ﯾَ ُﻤﻮْ تَ ﻻَ ﺗَ َﺰا ُل اﻟ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔ ﺗُﻠﻘِ ْﯿ ِﮫ ِﻣ ْﻦ ﺷَﺎ ِھ‬
ْ ٌ ْ
‫َﺎر ؛‬ٍ ‫ﻖ ﻻَ◌َ ﺗ َﺰا ُل ْاﻟ َﻤﻼَ ِﺋ َﻜﺔُ ﺗ َْﺬﺑَ ُﺤﮫُ ﺑِ ِﺴ ﱢﻜ ْﯿ ٍﻦ ِﻣ ْﻦ ﻧ‬ ‫ع ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠﺎر؛ َواِ ْن ﻗَﺘَ َﻞ َﻏﯿ َْﺮهُ ﺑِ َﻐﯿ ِْﺮ َﺣ ﱟ‬ ٍ ْ‫ﻓَ َﻤﺎتَ ﻻَ ﯾَﺒ َْﺮ ُح ُﻣ َﻌﻠﱠﻘًﺎ ﻓِﻰ ُﺟ ُﺬو‬
‫ﺲ ْاﻟ َﻌ َﻤ ِﻞ‬
ِ ‫َوھ َﻜ َﺬا ﻓَ ْﺎﻟ َﺠﺰَا ُء ِﻣ ْﻦ ِﺟ ْﻨ‬
Dosa yang paling besar menurut Allah adalah membunuh jiwa. Barangsiapa
bunuh diri dengan pisau, maka para malaikat selalu menikamnya dengan pisau
tersebut di jurang Jahannam. Barangsiapa yang menjatuhkan dirinya dari suatu
tempat hingga mati, maka para malaikat akan selalu menjatuhkan dia dari
puncak sampai ke jurang dalam neraka. Barangsiapa yang menggantung diri
dengan tali hingga mati, maka ia akan selalu digantung di tonggak dari api. Dan
Barangsiapa yang membunuh orang lain tanpa alasan yang benar, maka para
malaikat akan selalu menyembelihnya dengan pisau dari api. Demikian
seterusnya, balasan itu adalah dari jenis perbuatan..
Barang siapa yang membunuh jiwa seseorang dengan pisau, maka Malaikat
akansenantiasa menikamnya menggunakan pisau tersebut di lembah neraka
Jahanam.Jika ia mendorongnya di suatu tempat kemudian ia meninggal, maka
Malaikat mendorongnya dari tempat yang sangat tinggi hingga jatuh ke lembah
neraka. Jika iamenjeratnya dengan seutas tali kemudian ia meninggal, maka
Malaikat akan senantiasamenjeratnya dengan batang pohon dari api.Dan jika ia
membunuh seseorang dengan cara-cara yang tidak baik selain itu, maka Malaikat
akan senantiasa menyembelihnya dengan pisau yang terbuat dari api. Begitulah
balasan yang diberikan sesuai dengan cara membunuh yang dilakukan.

38. Berhati-hati dalam hal makan dan minum


Maksudnya adalah cermat dalam hal makan dan minum, yaitu menjauhi makanan
dan minuman yang haram. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis
sebagai berikut:

َ ‫ ﻻَ ﯾَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ ْاﻟ َﺠﻨﱠﺔَ َﺟ َﺴ ٌﺪ ُﻏ ِﺬ‬:‫ﻋﻦ أﺑﻲ ﺑﻜﺮ اﻟﺼﺪﯾﻖ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
‫ي‬
(‫ )رواه أﺑﻮ ﯾﻌﻠﻰ وﻏﯿﺮه‬. ‫ﺑِ َﺤ َﺮ ٍام‬
Diriwayatkan dari Abu Bakar r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak
akan masuk surga jasad orang yang memakan makanan yang haram”. (HR. Abu
Yu’la dan lainnya).

47
Peringatan dari wasiat Syeikh al-Kamil Ibrahim al-Matbuliy!
1. Ketika seorang hamba sedang makan di rumah salah seorang temannya,
kemudian setelah ia selesai makan, hendaklahia membaca do’a yang sering
diamalkan oleh Syekh Afdlaluddin Al-Azhariy, yaitu:
ُ ‫ َواِ ْن َﻛﺎنَ َﺣ َﺮا ًﻣﺎ اَوْ ُﺷ ْﺒﮭَﺔً ﻓَﺎ ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻰ َوﻟَﮫ‬، ‫ﺻﺎ ِﺣﺒِ ِﮫ َواﺟْ ِﺰ ِه ﺧَ ْﯿﺮًا‬ َ ‫اَﻟﻠّﮭُ ﱠﻢ اِ ْن َﻛﺎنَ ھ َﺬا اﻟﻄﱠ َﻌﺎ ُم َﺣﻼَﻻً ﻓَ َﻮ ﱢﺳ ْﻊ َﻋﻠَﻰ‬
َ َ ِ‫ت ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ ﺑِ َﺮﺣْ َﻤﺘ‬
َ‫ﻚ ﯾَﺂ ارْ َﺣ َﻢ اﻟﺮﱠا ِﺣ ِﻤ ْﯿﻦ‬ َ ‫ض َﻋﻨﱢﻰ أَﺻْ َﺤ‬
ِ ‫ﺎب اﻟﺘﱢ ْﺒ َﻌﺎ‬ ِ ْ‫َوأَر‬
Ya Allah jika makanan ini halal, maka lapangkanlah pemiliknya dan balaslah ia
dengan sebuah kebaikan.Namun jika makanan ini haram atau syubhat, maka
ampunilah aku dan dia, dan jauhkan darikuorang-orang yang menerimaakibat
(dari kejelekannya sendiri) di hari kiamat karena rahmat-Mu wahai Dzat Yang
Paling Pengasih dan Penyayang.
2. Dan juga ketika ia diajak makan makanan yang diragukan keadaannya (halal-
haramnya), hendaknya ia membaca do’a yang sering dipakai oleh Syekh As-
Sya’raniy, yaitu:
ُ ‫ﻄﻨِﻰ َواِ ْن َﺟ َﻌ ْﻠﺘَﮫ‬ْ َ‫ ﻓَﺎ ِ ْن ﻟَ ْﻢ ﺗَﺤْ ِﻤﻨِﻰ ِﻣ ْﻨﮫُ ﻓَﻼَ ﺗَ َﺪ ْﻋﮫُ ﯾُﻘِ ْﯿ ُﻢ ﻓِﻰ ﺑ‬،‫ْﺖ اِﻟَ ْﯿ ِﮫ‬ُ ‫اَﻟﻠّﮭُ ﱠﻢ اﺣْ ِﻤﻨِﻰ ِﻣﻦَ ْاﻻَ ْﻛ ِﻞ ِﻣ ْﻦ ھ َﺬا اﻟﻄﱠ َﻌ ِﺎم اﻟﱠ ِﺬى ُد ِﻋﯿ‬
ْ ْ ُ ِ ‫ع ﻓِﻰ ْاﻟ َﻤ َﻌﺎ‬ ْ
‫ﺻﻰ‬ ِ ‫ع ﻓِﻰ اﻟ َﻤ َﻌﺎ‬ ُ َ َ ً ْ
ِ ْ‫ ﻓﺎ ِ ْن ﻟ ْﻢ ﺗَﺤْ ِﻤﻨِﻰ ِﻣﻦَ اﻟ ُﻮﻗﻮ‬،‫ﺻﻰ اﻟﺘِﻰ ﺗَﻨﺸَﺄ ِﻣﻨﮫُ ﻋَﺎ َدة‬ْ ‫ﱠ‬ ِ ْ‫ﯾُﻘِ ْﯿ ُﻢ ﻓِﻰ ﺑَﻄﻨِﻰ ﻓَﺎﺣْ ِﻤﻨِﻰ ِﻣﻦَ ْاﻟ ُﻮﻗُﻮ‬
‫ﺼﺒﱢﺮْ ﻧِﻰ َﻋﻠَﻰ‬ َ َ‫ﺿ ِﮭ ْﻢ َﻋﻨﱢﻰ ﻓ‬ ِ ْ‫ﺎرى َوﻟَ ْﻢ ﺗُﺮ‬ ِ َ‫ ﻓَﺎ ِ ْن ﻟَ ْﻢ ﺗَ ْﻘﺒَ ِﻞ ا ْﺳﺘِ ْﻐﻔ‬، ‫ت‬ َ ‫ض َﻋﻨﱢﻰ أَﺻْ َﺤ‬
ِ ‫ﺎب اﻟﺘﱢ ْﺒ َﻌﺎ‬ ِ ْ‫ﺎرى َوأَر‬ ِ َ‫ﻓَﺎ ْﻗﺒَﻞْ ا ْﺳﺘِ ْﻐﻔ‬
ِ ‫ب ﯾَﺂ أَرْ َﺣ َﻢ اﻟﺮ‬
َ‫ﱠاﺣ ِﻤ ْﯿﻦ‬ ِ ‫ْاﻟ َﻌ َﺬا‬
Ya Allah jaga diriku dari memakan makanan ini, yang mana aku diajak untuk
memakannya. Jika Engkau tidak dapat menjaga ku darinya, maka jangan biarkan
makanan tersebut berada di dalam perutku. Jika Engkau menjadikan makan
tersebut ada di dalam perutku, maka jagalah diri ku terjerumus kedalam
kemaksiatan yang biasanya ditimbulkan akibat makanan tersebut. Jika Engkau
tidak dapat menjaga diriku dari terjerumus ke dalam kemaksiatan, maka
terimalah istighfar(permohonan ampun)-ku dan jauhkan orang-orang yang
menerimaakibat (dari kejelekannya sendiri). Jika Engkau tidak dapat menerima
permohonan maafku dan menjauhkan mereka (orang-orang yang
menerimaakibat dari kejelekannya sendiri) dariku, maka jadikanlah diriku sabar
atas adzab (yang Engkau berikan) wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.

Demikianlah yang dijelaskan di dalam buku syarh washiyatu as-syaikh al-kamil


Ibrahim Al-Matbuliy.

39. Berhati-hati terhadap harta (Menjaga diri dari harta yang haram)

48
Maksudnya adalah berhati-hati dan cermat dari harta yang haram seperti harta riba.
Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk mencari profesi yang halal, seperti
pertanian, perdagangan dan perindustrian. Sebagian orang bijak mengatakan
bahwa ada tiga macam bentuk alasan mengapa orang tidak mau bekerja, yaitu :
a. Karena malas, sehingga membuatnya harus meminta-minta (mengemis).
b. Karena sibuk dengan ketakwaan, sehingga membuatnya harus tamak
terhadap harta orang laindan akan makan dari hasil menjual agamanya yang
makanan tersebut hukumnya haram.
c. Karena takut telanjang (tidak punya pakaian) dan karena tindakan yang
terlarang, yaitu orang yang takut gengsinya jatuh dan congkaksehingga
membuatnya harus mencuri.
Sebagian ulama mengatakan bahwa barang siapa yang bekerja untuk
menyelamatkan wajahnya dari meminta-minta, maka pada hari kiamat kelak
wajahnya akan terlihat seperti bulan purnama dan ia ia tidak diungkit-ungkit oleh
orang-orang yang bebannya lebih berat dari pada gunung.
Sebagian ulama mengatakan bahwa mencari penghasilanadalahkeharusan seperti
mencari ilmu. Terdapat empat macam penghasilan, yaitu:
a. Wajib, yaitu penghasilan yang minimal bisa mencukupi diri sendiri, keluarga
dan agama.
b. Sunah, yaitupenghasilan yang lebih dari penghasilan wajib, yang mana
dengannyadapat digunakan untuk menyenangkan orang-orang fakir atau untuk
berderma kepadaorang lain. Hal ini lebih mulia dari pada kesunahan ibadah.
c. Mubah, yaitu penghasilan yang lebih dari penghasilan sunah yang dipakai
untuk kenyamanan diri dan memperindah diri.
d. Haram, yaitu mencari tambahan dari kecukupan yang dapat dipergunakan
untuk menyombongkan diri.
Begitulah penjelasan yang diambil oleh sebagian ulama dari buku tuhfatu al-
muluk.
Maksud dari kata ‫ ﺗَﺤْ ُﺮ ُم‬pada bait ini yaitu; jika dalam hal makan dan harta kamu
dapat berhati-hati dari hal-hal yang dilarang oleh Allah, makakamu akan
dimuliakan di sisi Allah SWT.

49
Nadhim berkata dalam nadham-nya:

ٍ ْ‫ﻧٌ ِﮭ َﻲ ﻗَ ْﺪ َوﻟَﮭ ًْﻮا ظَﺮ‬


‫ف َﻣ ْﻊ َواﻟ ﱢﺰ ﱠ‬
(‫ي‬ ٍ ْ‫)ﺗَﺄْﺛُ ُﻢ َوإِ ﱠﻻ ﺑِ َﻤ ْﻌﺮُو‬
‫ف أَ ْﻧﻔِ ْﻖ‬
(Jagalah dirimu) terhadap perhiasan beserta bejana (yang haram),permainan
yang dilarang (oleh Allah)!Dan berinfaqlah dengan cara-cara yang baik! Jika
tidak, niscaya kamu akanmendapatkan dosa.
Dalam bait ini nadhim memberitahukan tentang tiga macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:
40. Berjaga diri dari pakaian, perhiasan dan bejana yang diharamkan oleh
Allah
Diharamkan bagi laki-laki yang sudah baligh dan transgender (orang yang
mempunyai dua kepribadian) untuk memakaikain sutra, kain yang lebih banyak
darinyaseperti sutra timbangan, kain yang ditenundengan emas atau perak baik
keseluruhannya atau sebagian saja, dan kain yang dicampur dengan salah satu
darinya (emas dan perak).Jika dari hal-hal tersebut muncul sesuatu yang bersifat
barukarena diletakkan di atas api, kecuali emas atau perak tersebut berkarat, maka
hal tersebut tidaklah haram hukumnya.
Dan diharamkan lagi bagi laki-laki dan banci (transgender) walaupun masih kecil
memakai bejana yang terbuat dari emas dan perak,oleh karena itu diharamkan
bagi orang tuanya jika membiarkan mereka mempergunakannya. Dan diharamkan
juga untuk menyimpannyadengan maksud bukan untuk dipakai, seperti
meletakkannya di rak, baik materialnya secara keseluruhan atau sebagaian
walaupun hanya sedikit dari salah satunya (emas dan perak) atau dari kedua-
duanya sekaligus, baik bejana tersebut kecil atau besar. Maka diharamkan benda-
benda seperti; mata pena, botol tempat celak, jarum, sarung pedang, bingkai
cermin, sendok, sisir, pedupaan dan sebagainya jika memang material di
dalamnya berupa emas dan atau perak.
Nabi Muhammad SAW bersabda:

ِ ‫ﺎل ﻓِﻰ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ اَ ْﻟﺒَ َﺴﮫُ ﷲُ ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ ﺛَﻮْ ﺑًﺎ ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎر‬ ِ ‫ﺲ ْاﻟ َﺤ ِﺮﯾ َْﺮ ِﻣﻦَ اﻟ ﱢﺮ َﺟ‬
َ ِ‫َﻣ ْﻦ ﻟَﺒ‬
Barang siapa yang memakai sutera saat di dunia,maka Allah akan
memakaikannya baju dari api kelak di hari kiamat.
Maksudnya dari hadis ini yaitu, bagi laki-laki yang memakai di dunia dengan
sengaja dan mengetahui keharamannya dan tidak dalam keadaan darurat, maka
Allah akan memakaikannya baju yang terbuat dari api kelak di hari kiamat sebagai
balasan dari apayang sudah ia kerjakan.

50
ِ ‫ﺲ ْاﻟ َﺤ ِﺮﯾ َْﺮ ﻓِﻰ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﻠﺒَ ْﺴﮫُ ﻓِﻰ ْا‬
‫ﻵﺧ َﺮ ِة‬ َ ِ‫َﻣ ْﻦ ﻟَﺒ‬
Barang siapa yang memakai sutera di dunia, maka dia tidak akan pernah
memakainya kelak di akhirat.
ُ‫ﻀ ُﻌﮫ‬ َ َ‫ض ﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ َﺣﺘﱠﻰ ﯾ‬
َ َ‫ﻀ َﻌﮫُ َﻣﺘَﻰ ﯾ‬ َ ‫ب ُﺷﮭ َْﺮ ٍة اَ ْﻋ َﺮ‬
َ ْ‫ﺲ ﺛَﻮ‬
َ ِ‫َﻣ ْﻦ ﻟَﺒ‬
Barang siapa yang memakai pakaian untuk maksud ketenaran, maka Allah akan
menjauhkannya dari-Nyahingga ia meletakkannya kapan ia meletakkannya.

Maksudnya dari hadis ini yaitu, barang siapa yang memakai pakaian dengan
tujuan untuk bersombong diri dan berbangga-bangga, maka Allah tidak akan
melihatnya dengan pandangan rahmat, kemudian Allah mengecilkannya dalam
hal hal penglihatan dan menghinakannya dalam hal hati (perasa).
‫ﺐ َو ْاﻟﻔِ ﱠ‬
َ ‫ﻀ ِﺔ َوﻻَ ﺗَ ْﺸ َﺮﺑُﻮْ ا ﻓِﻰ‬
‫ﺻ َﺤﺎﻓِﮭَﺎ‬ ‫ﻻَ ﺗَﺄْ ُﻛﻠُﻮْ ا ﻓِﻰ آﻧِﯿَ ِﺔ ﱠ‬
ِ َ‫اﻟﺬھ‬
Janganlah kalian semua makan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan
perak, dan janganlah kalian minum menggunakan piring besar (dari bejana emas
dan perak).
Faidah!
Diceritakan bahwa Al-Hasan Al-Bushra dan Farqad sedang berada di sebuah
perjamuan.Hasan adalah seorang yang berilmu dan Farqad adalah seorang ahli
ibadah.Pada perjamuan tersebut terdapat sebuah keranjang yang terbuat dari daun
kurma dan piring besar yang terbuat dari emas dan perak yang berisi buah
kurma.Pada saat itu Hasan duduk sambil makan, sedangkan Farqad menarik
mundur si Hasan untuk mengambil keranjangtersebut dan memindahkan isi yang
ada di dalam piring emas ke dalamnya (keranjang).Ia meletakkan kurma itu di
atas roti bakarlalu memakannya. Kemudian iapun berbalik badan dan
memalingkan wajahnya seraya berkata: “Hei Furaiqid! Mengapa kamu tidak
mengerjakan seperti apa yang aku kerjakan?”Hasan berpendapat bahwa
pengosongan isi piring emas yang dilakukannya bukanlah untuk memindahkan
pemakaian tempat, melainkan untuk menghilangkan kemungkaran.Kemudian ia
membandingkan dengan kepandaiannya antara kesunahan perjamuan dengan
makan, merubah alasan, menghilangkan kemungkaran dan mengajarkan hukum-
hukum fiqih. Oleh karena itulah ia men-tasghir (kaidah bahasa Arab dalam
pengecilan makna dan maksud kata) namanya. Maka ia mengatakan: “Hei
Furaiqid” karena ia bermaksud menyindirnya dengan adanya hal kemungkaran.

41. Berhati-hati dari permainan yang dilarang oleh Allah

51
Maksudnya adalah menjaga dan menghindari segala macam permainan yang
dilarang oleh Allah SWT seperti:
a. Qimar (perjudian), yaitu pertaruhan dengan mempergunakan uang dalam
bentuk permainan apapun.
b. Zammarah (seruling), yaitu menyanyi dengan mempergunakan batang
bambu.
c. Saffarah (peluit), yaitu menyanyi dengan mempergunakanlembaran daun
pohon.
d. Awtar (dawai),yaitu sejumlah senar yang dipasang pada sebilah kayu.

Kata ‫ي‬‫ اﻟ ﱢﺰ ﱠ‬pada bait ini dibaca dengan huruf zai yang ber-harakatkasrah dan di-
tasydid huruf ya’-nya. Kata ini berkedudukan sebagai ma’thuf (yang di-athafkan)
dari kata ‫ طَﻌﺎ ًﻣﺎ‬yang terdapat pada bait sebelumnya. Adapun maksud dari kata ini
adalah al-libas (memakai atau mengenakan).
Kata ‫ ﻟَ ْﮭ ًﻮا‬pada bait ini dibaca manshub (ber-i’rab nashab) dengan kedudukan
sebagai ma’thuf dari kata ‫ طَﻌﺎ ًﻣﺎ‬seperti pada lafadh ‫ي‬
‫اﻟ ﱢﺰ ﱠ‬.

42. Bersikap sedang-sedang saja (sederhana) saat membelanjakan harta


Maksudnya ketika seseorang ingin membelanjakan hartanya hendaklah untuk
bersikap sedang-sedang saja, yaitu tidak terlalu boros atau berlebihan dan juga
tidak kikir. Allah SWT berfirman:
ْ ‫ﻚ َوﻻَ ﺗَ ْﺒﺴ‬
(٢٩) ‫ُﻄﮭَﺎ ُﻛ ﱠﻞ ْاﻟﺒَ ْﺴ ِﻂ ﻓَﺘَ ْﻘ ُﻌ َﺪ َﻣﻠُﻮْ ًﻣﺎ َﻣﺤْ ﺴُﻮْ ًرا‬ َ ِ‫َوﻻَ ﺗَﺠْ َﻌﻞْ ﯾَﺪَكَ َﻣ ْﻐﻠُﻮْ ﻟَﺔً إِﻟَﻰ ُﻋﻨُﻘ‬
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannyakarena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS.
Al-Isra’; 29).
Maksud ayat ini yaitu; Janganlah terlalu menggenggam tangan mu dari
membelanjakan harta dan juga janganlah terlalu mengulurkan tangan mu dalam
berbelanja sehingga menjadikan dirimu tercela dari makhluk dan
Allah.Sesungguhnya terlalu menggenggam tangan dapat menimbulkan
penyesalan, dan terlalu menjulurkan tangan dapat mengakibatkan diri mu melarat

52
sehingga kamu tidak mempunyai apa-apa.Kejahatan pemboros disamakan dengan
kejahatan setan, sebagaimana disebut dalam surat al-Isra ayat 26 dan 27:
Allah SWT berfirman:

َ‫ﯿﻦ َو َﻛﺎن‬ ِ َ‫( إِ ﱠن ْاﻟ ُﻤﺒَ ﱢﺬ ِرﯾﻦَ َﻛﺎﻧُﻮا إِ ْﺧ َﻮانَ اﻟ ﱠﺸﯿ‬٢٦) ‫ت َذا ْاﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َﺣﻘﱠﮫُ َو ْاﻟ ِﻤ ْﺴ ِﻜﯿﻦَ َوا ْﺑﻦَ اﻟﺴﱠﺒِﯿ ِﻞ َوﻻ ﺗُﺒَ ﱢﺬرْ ﺗَ ْﺒ ِﺬﯾ ًﺮا‬
ِ ‫ﺎط‬ ِ ‫َوآ‬
(٢٧) ‫اﻟ ﱠﺸ ْﯿﻄَﺎنُ ﻟِ َﺮﺑﱢ ِﮫ َﻛﻔُﻮ ًرا‬
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya para pemboros
adalah saudara-saudarasyaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya. (QS. Al-Isra’: 26-27).
Maksudnya yaitu janganlah menghambur-hamburkan harta dengan cara
berbelanja secara boros dalam hal maksiat karena hal itu menyerupai syaitan
dalam hal berbuat kejelekan.
Rasulullah SAW bersabda:

َ َ‫َﺎب َﻣ ِﻦ ا ْﺳﺘَﺨَ ﺎ َر َوﻻَ ﻧَ ِﺪ َم َﻣ ِﻦ ا ْﺳﺘَﺸَﺎ َر َوﻻَ ا ْﻓﺘَﻘَ َﺮ َﻣ ِﻦ ا ْﻗﺘ‬


‫ﺼ َﺪ‬ َ ‫َﻣﺎ ﺧ‬
Tidak akanmenjadi miskinorang yang diam, tidak akan menyesal orang yang
mengenakan pakaian dan tidak akan miskin orang yang berhemat.
Maksudnya adalah bersikap biasa-biasa saja dalam hal membelanjakan harta.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


ْ ‫َو ْاﻟ َﺤ َﺴ ْﺪ ِﻏ ﱟﻞ ُﻛ ﱠﻞ َوأَ ْﻣ ِﺴ ْﻚ اُ ْﺗﺮ‬
(‫ُك‬ ِ ْ‫)ﻓَﺘَ ْﺴﻠَ ُﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤ ْﯿﻦَ ﻟِ ِﻌﺮ‬
‫ض َﺣ ﱢﺮ ْم‬
Tinggalkanlah dan jagalah setiap dendam dan hasud, dan jagalah kehormatan
orang-orang muslim! Niscaya kamu akan selamat dari kerusakan
Dalam bait ini nadhim memberitahukan dua macam cabang iman yang
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

43. Tidak dendam dan hasud (dengki)


Dendam adalah kebencian yang timbul sebagai buah dari kemarahan, sedangkan
letak dari kekuatan marah adalah hati. Dendam merupakan keadaan di mana hati
seseorang sangatlah marah, artinya pada saat itu temperatur darah yang ada di hati
sedang berada pada titik tertinggi untuk melakukan pembalasan dendam. Dalam

53
keadaan dendam, hati akan terasa sangat berat dan ini akan langgeng dan terus
berlanjut selama dendam yang diharapkan belum terlampiaskan.
Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫اَ ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻦُ ﻟَﯿ‬


‫ْﺲ ﺑِ َﺤﻘُﻮْ ٍد‬
Tidaklah orang yang beriman merasa dendam.
Ciri-ciri orang yang dengkiadalah tidak suka (melihat orang lain) mendapatkan
nikmat, namun ia senang jika orang lain dicabut nikmatnya oleh Allah.Dengki
adalah buah dari sikap dendam, dendam adalah buah dari marah. Dengki
merupakan cabang dari cabang yang lain, sedangkan marah merupakansumber
dari sumber yang lain.
. ‫ َو ُﻛﻮْ ﻧُﻮا ِﻋﺒَﺎ َد ﷲِ ِا ْﺧ َﻮاﻧًﺎ‬.‫ْﺾ‬
ٍ ‫ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ﺑَﯿ ِْﻊ ﺑَﻌ‬
ُ ‫َﺎﺟ ُﺸﻮْ ا َوﻻَ ﺗَﺒَﺎ َﻏﻀُﻮْ ا َوﻻَ ﺗَﺪَاﺑَﺮُوْ ا َوﻻَ ﯾَﺒِ ْﻊ ﺑَ ْﻌ‬
َ ‫ﻻَ ﺗَ َﺤﺎ َﺳ ُﺪوْ ا َوﻻَ ﺗَﻨ‬
ْ ْ
‫اَﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ اَ ُﺧﻮاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ‬
Janganlah kalian saling berbuat dengki, fitnah, marah, bermusuhan dan
janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli orang lain. Jadilah hamba-
hamba Allah yang saling bersaudara, karena seorang muslim adalah saudara
bagi muslim yang lain.
Hadits di atas berarti agar kita sekalian:
1. Janganlahberharap akan hilangnya nikmat yang dimiliki orang lain.
2. Janganlah menambah harga barang dagangan tidak karena senang atas
pembeliannya, melainkan karena untuk menipu / mengecoh orang lain.
3. Janganlah saling memarahi antara satu sama lain.
4. Janganlah menununjukkan sikap kebencian antara satu sama lain.

5. jangan saling mengurangi harga barang dagangan bagi seseorang pembeli


pada saat khiyar (saat tawar menawar masih berlangsung) dengan mengatakan:
"Batalkan membeli barang itu dari si A; aku akan menjual kepadamu barang
seperti itu dengan harga yang lebih murah, atau dengan harga seperti itu dengan
barang yang lebih bagus!";
6. menyibukkan diri untuk melaksanakan ajaran agama Islam seolah-olah kita
sekalian adalah anak-anak dari satu orang laki-laki, sebagaimana kalian adalah
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasanya seorang muslim adalah
saudara bagi muslim yang lain dalam hal agama.
54
‫ت َﻛ َﻤﺎ ﺗَﺄْ ُﻛ ُﻞ اﻟﻨﱠﺎ ُر‬
ِ ‫ اَ ْﻟ ِﻐﻞﱡ َو ْاﻟ َﺤ َﺴ ُﺪ ﯾَﺄْ ُﻛﻼَ ِن ْاﻟ َﺤ َﺴﻨَﺎ‬:‫ﻋﻦ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﻋﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬
َ َ‫ْاﻟ َﺤﻄ‬
‫ﺐ‬
Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Dendam dan hasud akan memakan (pahala amal-amal) baik seperti api yang
melalap kayu”
Diceritakan bahwasanya Iblis dating di depan pintu kerajaan Fir’aun, lalu
iamengetuknya. Fir’aun pun berkata: “Siapa itu?”. Iblis menjawab: “Jika memang
kamu adalah tuhan, mengapa kamu tidak mengetahui siapa aku!”.Ketika Iblis itu
masuk kedalam istana, ia berkata kepada Fir’aun: “Apakah kamu tahu di dalam
bumi terdapat orang yang lebih buruk dari kamu?”. Fir’aun menjawab: “Siapa
dia?”. Iblis menjawab: “Orang yang dengki. Karena dengki itulah ia merasakan
kesengsaraan ini”.

44. Tidak mencela orang muslim


Maksudnya adalah tidak mencela orang muslim, baik ketika ia ada (dihadapan)
atau tidak. Rasulullah SAW bersabda:
ُ ‫ ُﻛﻞﱡ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ َﻋﻠَﻰ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ َﺣ َﺮا ٌم َد ُﻣﮫُ ُو َﻣﺎﻟُﮫ‬. ‫ئ ِﻣﻦَ اﻟ ﱠﺸﺮﱢ اَ ْن ﯾَﺤْ ﻘِ َﺮ اَﺧَﺎهُ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻢ‬ ِ ‫ﺑِ َﺤ ْﺴ‬
ٍ ‫ﺐ ا ْﻣ ِﺮ‬
. ُ ‫ﺿﮫ‬ُ ْ‫َو ِﻋﺮ‬
Seseorang dianggap berbuat jahat bila ia menghina saudaranya sesama muslim.
Setiap muslim terhadap muslim yang lainnya diharamkan darah, harta dan
kehormatannya.
Adapun maksudnya yaitu menjaga orang lain dari keburukan mencela saudaranya
yang muslim sebab kefaqirannya atau yang lain.Namun sebaliknya, yang harus
dilakukan adalah memuliakan dan menghormatinya.
Setiap sesuatu yang menyakiti orang muslim adalah haram, seperti menumpahkan
darahnya (membunuh),mengambil hartanya (dengan cara tidak baik) dan
mencelanya baik ketika ia ada dihadapannya ataupun tidak. Di dalam sebuah
hadis dikatakan:

َ ‫ﺼ ًّﺮا َﻋﻠَ ْﯿﮭَﺎ ﻓَﮭُ َﻮ أَ ﱠو ُل َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ اﻟﻨﱠ‬


‫ﺎر َوھ َُﻮ‬ ِ ‫م َﻣ ْﻦ َﻣﺎتَ ﺗَﺂﺋِﺒًﺎ ِﻣﻦَ ْاﻟ ِﻐ ْﯿﺒَ ِﺔ ﻓَﮭُ َﻮ آ ِﺧ ُﺮ َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ ْاﻟ َﺠﻨﱠﺔَ َو َﻣ ْﻦ َﻣﺎتَ ُﻣ‬
‫ﯾَ ْﺒ ِﻜﻰ‬
Barang siapa yang mati dalam keadaan bertaubat dari umpat (menggosip atau
membicarakan orang lain), maka ia adalah orang yang terakhir kali masuk surga.
Dan barang siapa yang terus-menus melakukan umpat, maka ia adalah orang
yang pertama kali masuk neraka dengan menangis.

ِ ‫ﺚ ﷲُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﻟَﮫُ َﻣﻠَ ًﻜﺎ ﯾَﺤْ ِﻤ ْﯿ ِﮫ ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬


‫ﺎر‬ َ ‫ض أَ ِﺧ ْﯿ ِﮫ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ﻓِﻰ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ ﺑَ َﻌ‬
َ ْ‫َﻣ ْﻦ َﺣ َﻤﻰ ِﻋﺮ‬
55
Barang siapa yang menjaga kehormatan saudaranya yang muslim di dunia, maka
Allah akan membangkitkannya denganMalaikat yang akan melindunginya dari
neraka besok di hari kiamat.

ِ ‫َﻣ ْﻦ ُذ ِﻛ َﺮ ِﻋ ْﻨ َﺪهُ اَ ُﺧﻮْ هُ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ َوھُ َﻮ ﯾَ ْﺴﺘ َِﻄ ْﯿ ُﻊ ﻧَﺼْ َﺮهُ ﻓَﻠَ ْﻢ ﯾَ ْﻨﺼُﺮْ هُ اَ ْد َر َﻛﮫُ ﷲُ ﺑِﮭَﺎﻓِﻰ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو‬
ُ‫اﻵﺧ َﺮ ِة َو َﻣ ْﻦ ُذ ِﻛ َﺮ ِﻋ ْﻨ َﺪه‬
‫ﺼ َﺮهُ ﷲُ ﻓِﻰ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َواﻵ ِﺧ َﺮ ِة‬ َ َ‫َﺼ َﺮهُ ﻧ‬ َ ‫اَ ُﺧﻮْ هُ ا ْﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ ﻓَﻨ‬
Barang siapa yang mengatakan ia mempunyai saudara muslim (yang sedang
mempunyai masalah) dan dia dalam keadaan mampu untuk menolongnya, namun
ia tidak menolongnya, maka Allah akan memberikan masalah yang
serupakepadanya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang mengatakan ia
mempunyai saudara muslim (yang sedang mempunyai masalah) kemudiania
menolongnya, maka Allah akan menolongnya di dunia dan di akhirat.
Kata ‫ أَ ْﻣ ِﺴ ْﻚ‬pada bait ini artinya adalah mencegah atau meninggalkan. Kata ini
merupakan bentuk athaf kepada sinonimnya, yaitu kata ‫ُك‬ ْ ‫اُ ْﺗﺮ‬.

Kata‫ض‬ِ ْ‫ ﻟِ ِﻌﺮ‬pada bait ini dibaca kasrah huruf ‘ain-nya. Maksud dari kata ‫اﻟﻌﺮض‬
adalah harga diri atau sesuatu yang tergolong sebagai kemuliaan bagi yang punya.
Kata ‫ ﻓَﺘَ ْﺴﻠَ ُﻢ‬dalam bait ini maksudnya yaitu; Jika kamu menghindari sikap mencela
orang-orang muslim, maka kamu akan selamat dari kerusakan atau kejelekan yang
sama yang ada padamereka.Sebagai perumpamaan,barang siapa yang mencari-
cariaib dan kelemahanorang lain, maka sebaliknyamereka juga akanmencari-cari
kesalahannya.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


( ْ‫ﻚ أَ ْﺧﻠِﺺ‬
َ ‫ﺑِﻄَﺎ َﻋ ٍﺔ ُﺳ ﱠﺮ ﺛ ّﻢ ﻟِ َﺮﺑﱢ‬ ‫)اﻟﻨﱠﺎ ِد ُم َوأَ ْﻧﺖَ ﺗُﺐْ ﺑِﺴُﻮْ ٍء َواﺣْ َﺰ ْن‬
Ikhlaslah kepada Tuhan mu! Lalu senanglah taat kepada Allah dan sedihlah
karena berbuat kejelekan! Dan bertaubatlah! Jika tidak, maka kamu termasuk
orang yang akan menyesal.
Dalam bait ini nadhim memberitahukan tiga macam cabang iman yang
selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

45. Ikhlas dalam beramal karena Allah


Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ikhlas adalah keadaan di mana tujuan
(beramal) seseorang murni karena untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
56
Sebagai contoh jika seseorang tidursehingga badannya menjadi terasa bugar dan
rileks untuk kemudiania melakukan ibadah, maka tidurnya tersebut termasuk
ibadah dan ia pun termasukke dalam golongan orang-orang yang ikhlas. Dan bagi
siapa yang tidak mampu mengerjakan hal tersebut, maka pintu ikhlas dalam amal
ibadah tertutup baginya, kecuali jika ia mengerjakannya jarang-jarang saja.
Lawan dari ikhlas adalah isyrak(beramal karena selain Allah SWT). Disebutkan
dalam sebuah khabar: “Bahwa orang-orang munafik akan dipanggil kelak di hari
kiamat dengan empat macam nama panggilan, yaitu
1. Ya mura’i! (Wahai orang yang berbuat riya’ / munafik!)
2. Ya mukhadi’! (WahaiPenipu!)
3. Ya musyrik!(Wahai orang musyrik!)
4. Ya kafir! (Wahai orang kafir!).
Pengarang kitabsyarh al-washiyah wa kamal mengatakanbahwa derajat ikhlas
dapat diraih seseorang dengan adanya kesaksian dari seorang hamba bahwa
amalnya yang shalih adalah ciptaan Allah SWT berdasar keyakinan yang mantap.
Sedangkan dirinya tidaklah memiliki amal tersebut kecuali sekedar hanya
menjalankan ibadah saja. Dan barang siapa yang menyaksikan amal baik yang ia
kerjakan benar-benar karena Allah SWT atas dasar yakin, maka ia tidak akan
meminta imbalan kepadanya dan ia tidak akan menuju pada tiga hal yang dapat
merusak (pahala) amal, yaitu;pamer, sombong danberbangga diri.
46. Senang dalam taat kepada Allah, sedih karena kehilangan taat, dan
menyesal sebab maksiatan.
Kesenangan seseorang akan taat kepada Allah merupakan kemurahan dan
bimbinganyang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Sebagaimana firman Allah
SWT:
(٥٨) َ‫ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْ ِﻞ ﷲِ َوﺑِ َﺮﺣْ َﻤﺘِ ِﮫ ﻓَﺒِ َﺬﻟِﻚَ ﻓَ ْﻠﯿَ ْﻔ َﺮﺣُﻮْ ا ھُ َﻮ َﺧ ْﯿ ٌﺮ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﯾَﺠْ َﻤﻌُﻮْ ن‬
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan".(QS. Yunus: 58).
Oleh karena itu, tidak sepatutnya apabila ia mengatakan bahwa kesenangannya
akan taat kepada Allahadalah karena muncul dari dirinya sendiri, maka hal yang
seperti itu sangatlah tercela.

57
Hendaklah kesedihan seseorangkarena kehilangan kesempatan untuk melakukan
taat kepada Allahdibarengi dengan niat bahwa iabertekad untuk
mengerjakannyapada kesempatan yang selanjutnya, jika tidak demikian, maka hal
itu termasuk membohongi diri sendiri.Dan barang siapa yang tidak sedih karena
kehilangan kesempatan untuk melakukan taat kepada Allah dan tidak menyesal
mengerjakan kemaksiatan, maka yang demikian termasuk tanda-tanda matinya
hati. Rasulullah SAW bersabda:

‫َﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﺮ ْﺗﮫُ َﺣ َﺴﻨَﺘُﮫُ َو َﺳﺎ َء ْﺗﮫُ َﺳﯿﱢﺌَﺘُﮫُ ﻓَﮭُﻮْ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ‬


Barang siapa yang kebaikannya membuat dirinya bahagia dan keburukannya
membuat dirinya sedih, maka ia adalah seorang mukmin.

47. Bertaubat
Allah SWT berfirman:
‫ت ﺗَﺠْ ِﺮي ِﻣ ْﻦ‬ ٍ ‫ﷲِ ﺗَﻮْ ﺑَﺔً ﻧَﺼُﻮ ًﺣﺎ َﻋ َﺴﻰ َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ أَ ْن ﯾُ َﻜﻔﱢ َﺮ َﻋ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﺳﯿﱢﺌَﺎ ِﺗ ُﻜ ْﻢ َوﯾُ ْﺪ ِﺧﻠَ ُﻜ ْﻢ َﺟﻨﱠﺎ‬
‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا ﺗُﻮﺑُﻮا إِﻟَﻰ ﱠ‬
ْ َ ُ ُ َ َ ُ ُ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﷲُ اﻟﻨﺒِ ﱠﻲ َواﻟ ِﺬﯾﻦَ آ َﻣﻨﻮا َﻣ َﻌﮫُ ﻧﻮ ُرھُ ْﻢ ﯾَ ْﺴ َﻌﻰ ﺑَ ْﯿﻦَ أ ْﯾ ِﺪﯾ ِﮭ ْﻢ َوﺑِﺄ ْﯾ َﻤﺎﻧِ ِﮭ ْﻢ ﯾَﻘﻮﻟﻮنَ َرﺑﱠﻨَﺎ أﺗ ِﻤ ْﻢ‬ ‫ﺗَﺤْ ﺘِﮭَﺎ اﻷ ْﻧﮭَﺎ ُر ﯾَﻮْ َم ﻻ ﯾ ُْﺨ ِﺰي ﱠ‬
ْ ‫ﻚ َﻋﻠَﻰ ُﻛﻞﱢ ﺷ‬
(٨) ‫َﻲ ٍء ﻗَ ِﺪﯾ ٌﺮ‬ َ ‫ﻟَﻨَﺎ ﻧُﻮ َرﻧَﺎ َوا ْﻏﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ إِﻧﱠ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
"Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim: 8).
Adapun makna dari ‫ ﻧَﺼُﻮح‬adalah orang yang murni karena Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda:

ِ ‫اَﻟﺘﱠﺎﺋِﺐُ َﺣﺒِﯿْﺐُ ﷲِ َواﻟﺘﱠﺎﺋِﺐُ ِﻣﻦَ اﻟ ﱠﺬ ْﻧ‬


َ ‫ﺐ َﻛ َﻤ ْﻦ ﻻَ َذ ْﻧ‬
ُ‫ﺐ ﻟَﮫ‬
Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah.Orang yang bertaubat dari dosa itu
seperti orang yang tidak mempunyai dosa.
Dari berbagai pengertian tentang taubat, terdapat satu pengertian yang
mengatakan bahwa taubat adalah meninggalkan kemaksiatan dengan cara
menjaga diri dari hal-hal maksiat dan berkomitmen untuk meninggalkannyadi

58
masa mendatang atau pun memperbaiki kelalaian(berbuat maksiat) yang dulu
pernah dilakukan. Dan tidak diragukan lagi bahwa halini sangatlah diwajibkan.
Adapun menyesal dan sedih atas kemaksiatanyang pernahdilakukan adalah wajib
hukumnya, karena inilah yang menjadi inti pokok dari taubat. Begitulah yang
dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, danpenjelasan ini terdapat dalam salah satu
kalimat yang ada pada bait ini, yaitu َ‫اﻟﻨﱠﺎ ِد ُم َوأَ ْﻧﺖ‬.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengertian taubat adalah:
1. Seketika meninggalkan perbuatan maksiat.
2. Bercita-cita meninggalkan maksiat untuk waktu yang akan datang.
3. Jangan ragu mengejar keteledoran yang telah dilakukan pada waktu-waktu
yang telah lalu.
4. Menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan sedih terhadapnya adalah
kewajiban dari taubat, karena penyesalan adalah jiwa dari taubat, sebagaimana
kata al-Ghozali.
Sahabat Abu Bakar pernah mendengarkan Rasulullah SAW bersabda :

َ ‫َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻋ ْﺒ ٍﺪ ﯾَ ْﺬﻧُﺐُ َذ ْﻧﺒًﺎ ﻓَﯿُﺤْ ِﺴﻦُ اﻟﻄﱠﮭُﻮْ َر َوﯾ‬


ُ ‫ُﺼﻠﱢﻰ ﺛُ ﱠﻢ ﯾَ ْﺴﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﷲَ اِﻻﱠ ُﻏ ِﻔ َﺮ ﻟَﮫ‬
Seorang hamba yang berbuat dosa akan diampuni dosanya oleh Allah
jikakemudian ia mau bersuci dansalat, kemudian meminta ampun kepada Allah
SWT.
‫ "اَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﷲَ ْاﻟ َﻌ ِﻈ ْﯿ َﻢ اﻟﱠ ِﺬيْ ﻻَ اِﻟﮫَ اِﻻﱠ ھ َُﻮ ْاﻟ َﺤ ﱡﻲ ْاﻟﻘَ ﱡﯿﻮْ ُم َواَﺗُﻮْ بُ اِﻟَ ْﯿ ِﮫ‬: ‫َﻣ ْﻦ ﻗَﺎ َل َﻋ ْﺸﺮً ا ِﺣ ْﯿﻦَ ﯾُﺼْ ﺒِ ُﺢ َو ِﺣ ْﯿﻦَ ﯾُ ْﻤ ِﺴﻰ‬
‫ﻚ‬ َ َ‫ " ُﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧ‬: ‫ﺎل‬ َ َ‫ َو َﻣ ْﻦ ﻗ‬. ‫ﺞ‬ ٍ ِ‫َﺖ ِﻣ ْﺜ َﻞ َر ْﻣ ٍﻞ ﻋَﺎﻟ‬
ْ ‫ت ُذﻧُﻮْ ﺑُﮫُ َوﻟَﻮْ َﻛﺎﻧ‬
ْ ‫ب " ُﻏﻔِ َﺮ‬ ِ ْ‫َواَﺳْﺄَ ُل اﻟﺘﱠﻮْ ﺑَﺔَ َو ْاﻟ َﻤ ْﻐﻔِ َﺮةَ ِﻣ ْﻦ َﺟ ِﻤﯿ ِْﻊ اﻟ ﱡﺬﻧُﻮ‬
ْ ْ ُ ْ
‫ب اِﻻ اَﻧﺖَ " ُﻏﻔِ َﺮت ذﻧُﻮْ ﺑُﮫُ َوﻟَﻮْ َﻛﺎﻧَﺖ ِﻣﺜ َﻞ‬ ْ ‫ﱠ‬ ‫ﱡ‬
َ ْ‫ﺖ ﺳُﻮْ ًءا ﻓَﺎ ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻰ ُذﻧُﻮْ ﺑِﻰ ﻓَﺎِﻧﱠﮫُ ﻻَ ﯾَﻐﻔِ ُﺮ اﻟﺬﻧُﻮ‬
ْ ُ ‫ﺖ ﻧَ ْﻔ ِﺴﻰ َو َﻋ ِﻤ ْﻠ‬ ُ ‫ظَﻠَ ْﻤ‬
‫ﺐ اﻟﻨﱠ ْﻤ ِﻞ‬
ِ ‫َدﺑِ ْﯿ‬
Barang siapa di waktu pagi dan sore hari sepuluh kali membaca istighfar “Aku
meminta ampun kepada Allah Dzat Yang Agung, tidak ada Tuhan selain Dia Dzat
Yang Maha Hidup dan Yang Maha Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada-Nya
dan meminta taubat beserta amapunan dari semua dosa”, maka dosa-dosanya
akan diampuni oleh Allah, walaupun dosa-dosanya seperti sekumpulanpasir. Dan
barang siapa yang membaca “Maha Suci Engkau, aku telah berbuat keji
terhadap diriku sendiri dan aku juga telah berbuat kejelekan, ampuni dosa-
dosaku, karena hanya Engkaulah Dzat yang dapat mengampuni Dosa”, maka
dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah, walaupun dosa-dosanya seperti deretan
semut.

59
Abu Abdullah Al-Waraq mengatakan bahwa jika kamu mempunyai dosa yang
seperti tetesan air hujan dan buih air laut, maka dosa tersebut dapat hilang dari
diri mu jika kamu memohon ampun kepada Allahdengan membaca
bacaanistighfar seperti berikut:
‫ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻧَ ْﻔ ِﺴﻰ‬ َ ‫ك ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﻣﺎ َو َﻋ ْﺪﺗﱡ‬ ‫ْﺖ اِﻟَ ْﯿﻚَ ِﻣ ْﻨﮫُ ﺛُ ﱠﻢ ُﻋ ْﺪ ﱡ‬
َ ‫ت ﻓِ ْﯿ ِﮫ َواَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ‬ ُ ‫ﺐ ﺗُﺒ‬ ٍ ‫ك ِﻣ ْﻦ َﻛ ﱢﻞ َذ ْﻧ‬َ ‫ﻚ َواَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ‬ َ ُ‫اَﻟﻠّﮭُ ﱠﻢ اِﻧﱢﻰ اَﺳْﺄَﻟ‬
‫ك َواَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِﺮُكَ ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ ﻧِ ْﻌ َﻤ ٍﺔ اَ ْﻧ َﻌ ْﻤﺖَ ﺑِﮭَﺎ‬ َ ‫ﻚ ﻓَ َﺨﺎﻟَﻄَﮫُ َﻏ ْﯿ ُﺮ‬َ َ‫ت ﺑِ ِﮫ َوﺟْ ﮭ‬ ‫ك ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﻋ َﻤ ٍﻞ اَ َر ْد ﱡ‬َ ‫ف ﻟَﻚَ ﺑِ ِﮫ َواَ ْﺳﺘ َْﻐﻔِ ُﺮ‬ ِ ْ‫ﺛُ ﱠﻢ ﻟَ ْﻢ اُو‬
َ‫ﺼﯿَﺘِﻚ‬ َ ُ ْ
ِ ‫َﻋﻠ ﱠﻲ ﻓﺎ ْﺳﺘَ َﻌﻨﺖ ﺑِﮭَﺎ َﻋﻠﻰ َﻣ ْﻌ‬ َ َ

Ya Allah, aku memohon kepada Mu dan aku memohon ampun ampun kepada Mu
atas semua dosayang mana aku telah bertaubat kepada Mu, namun kemudian aku
mengulangi dosa tersebut lagi.Aku memohon ampun kepada Mu dari semua yang
pernah aku janjikan kepada Mu tentang diriku,namunkemudian aku tidak
menepatinya kepada Mu.Aku memohon ampun kepada Mu dari semua amal yang
aku tujukan kepada diri Mu, namun kemudian aku menyampurinya (tujuan amal
tersebut) dengan (makhluk) selain Mu.Aku memohon ampun kepada Mu dari
semua nikmat yang telah Engkau berikan kepada ku, namun kemudian aku
memakainya untuk berbuat maksiat.
Di dalam buku yang bernama lubabu ath-thalibin Imam As-Sahimiy menyebutkan
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Abu Darda’:

‫ﻣﻦ اﺳﺘﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﯿﻦ واﻟﻤﺆﻣﻨﺎت ﻛﻞ ﯾﻮم ﺳﺒﻌﺎ وﻋﺸﺮﯾﻦ ﻣﺮة ﻛﺎن ﻣﻦ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﺴﺘﺠﺎب ﻟﮭﻢ وﯾﺮزق‬
Barang siapa yang memohonkan ampun untuk orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan setiap hari dua puluh tujuh kali, maka ia termasuk orang-orang yang
dikabulkan do’anya dan diberikan rejekinya.
Syekh Abu Al-Hasan Al-Syadzili mengatakan bahwa jika kamu menginginkan
hatimu tidak berkarat, keropos,keruh, tidak kemasukan kesusahan dan tidak
ditinggali oleh dosa, makaperbanyaklah membaca:

َ‫ﱢﺖ ِﻋ ْﻠ َﻤﮭَﺎ ﻓِﻰ ﻗَ ْﻠﺒِﻰ َوا ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻰ َذ ْﻧﺒِﻰ َوا ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻠْ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِ ْﯿﻦ‬
ْ ‫ ﻻَ اِﻟﮫَ اِﻻﱠ ﷲُ ﺛَﺒ‬،‫ُﺳﺒ َْﺤﺎنَ ﷲِ َوﺑِ َﺤ ْﻤ ِﺪ ِه ُﺳ ْﺒ َﺤﺎنَ ﷲِ ْاﻟ َﻌ ِﻈﯿ ِْﻢ‬
‫ت َوﻗُ ِﻞ ْاﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ِ ِ َو َﺳﻼَ ٌم َﻋﻠَﻰ ِﻋﺒَﺎ ِد ِه اﻟﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ اﺻْ ﻄَﻔَﻰ‬
ِ ‫َو ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨَﺎ‬
Maha Suci Allah dengan memuji-Nya; Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Agung
tidak ada tuhan selain Allah tetapkan ilmunya (mengetahui kalimat subhanallah
wa bihamdih subhanallahil adhim la ilaha illallah)di dalam hati ku, dan
ampunilah dosa-dosaku dan orang-orang mukmin baik yang laki-laki maupun
yang perempuan.
Dan bacalah juga:

60
‫وﺳﻼم ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎده اﻟﺬﯾﻦ اﺻﻄﻔﻰ‬ ‫اﻟﺤﻤﺪ‬
Segala puji bagi Allah dan semoga keselamatan senantiasa terlimpah kepada
hamba-hamba-Nya yang terpilih.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


‫َوا ْھ ِﺪﯾَ ْﻦ َو ْاﻟ َﻌﻘِ ْﯿﻘَﺔَ اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﻀ ِﺤﯿﱠﺔَ َوا ْﺋ‬
(‫ﺖ‬ ‫ﻮر َوأُوﻟِﻲ‬ ُ
ِ ‫)ﺗَﺠْ ِﺮ ُم ﻻَ أَ ِط ْﻌﮭُ ُﻢ ْاﻷ ُﻣ‬
Tunaikanlah berkurban (saat hari raya),aqiqah dan hadiah! Taatlah kepada
pemerintah yang telah memberikan perintah! Jika kamu menaatinya, niscaya
kamu tidak akan mendapat dosa.
Pada bait ini nadhim memberitahukan dua macam cabang iman yang selanjutnya,
sebagai berikut:

48. Menunaikan kurban, aqiqah dan hadiah


a. Kurban
Udlhiyyah atau kurban adalah menyembelihunta, sapi atau kambing untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Waktu untuk menyembelih hewan kurban
adalah mulaiterbitnya matahari di hari nahrdan sekiranya waktu salat ‘id dan dua
khutbah selesai, baik sang imam menunaikan salat‘id atau tidak.Adapun akhir
waktu untuk menyembelih hewan kurban adalah di akhir hari tasyriq, yaitu pada
hari ketiganya.Ini adalah pendapat dari As-Syafi’iy.Berbeda dengan Imam Abu
Hanifah dan Malik, mereka berdua berpendapat bahwa waktu akhirnya adalah di
akhir hari kedua dari hari tasyriq.
Diwajibkan mensedekahkan daging hewan kurban yang telah disembelih secara
sukarela kepada orang-orang fakir-miskin, dan disunahkan untuk tidak memakan
lebih dari sepertiga daging hewan kurban tersebut (bagi orang yang
mengkurbankan hewan tersebut).
Disyaratkan untuk daging hewan kurban hendaknya berupa daging mentahsupaya
ketika dibagikan, orang yang yang mendapatkannya dapat memanfaatkannya
sesuai dengan keinginannya, seperti dijualatau sebagainya. Oleh karena itu
tidaklah cukup jika daging tersebut dibagikan dalam keadaan matang,kemudian
mengundang orang-orang fakir-miskin untuk menyantapnya.
Adapun untuk udlhiyyah mandzurah (kurban yang menjadi nadzar), maka sama
sekali tidak diperbolehkan untuk memakan daging sembelihannya walaupun
sedikit. Akan tetapi seluruh daging sembelihannya sampai kulit dan tanduknya
wajib disedekahkan.

61
b. Aqiqah
Aqiqah adalah menyembelih kambingdi harike tujuh dari kelahiran seorang
anak.Disunahkan untuk menyembelinya ketika matahari terbit.Untuk anak laki-
laki adalah dua kambing, sedangkan untukanak perempuan adalah satu kambing.
Setelah kambing tersebut disembelih, maka kemudian dagingnya dihadiahkan
kepada orang-orang fakir-miskin.Adapun bagian-bagian yang dihadiahkan adalah
daging dan kuahnya.Jadi tidak mengundang mereka untuk mengambil sendiri
bagian yang dibagiakan, melaikan yang memiliki hajatlah yang membagikan
kepada mereka.Daging sembelihan tersebut dimasak dengan enak, kecuali bagian
kakinya diberikan dalam keadaan mentah untuk dukun atau bidan bayi tersebut.
c. Hadiah
Hadiah adalah hewan kurban yang diperjual-belikan di tanah haram (Makkah),
dengan niatuntuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Adapun untuk waktu
penyembelihannya adalah di waktu berkurban (hari raya ‘id adhadan hari Tasyrik).

49. Taat kepada ulil amri (penguasa) jika sesuai dengan kaidah syariat Islam
Maksudnya adalah mentaati perintah-perintah dan larangan-larangannya yang
berlaku berdasarkan undang-undang yang ada.Begitu juga wajib taat kepada
semua peraturan secara lahir dan batin. Sebagaimana firman Allah SWT:

ْ ‫ﷲَ َوأَ ِطﯿﻌُﻮا اﻟ ﱠﺮﺳُﻮ َل َوأُوﻟِﻲ اﻷ ْﻣ ِﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺈ ِ ْن ﺗَﻨَﺎزَ ْﻋﺘُ ْﻢ ﻓِﻲ ﺷ‬


ِ ‫َﻲ ٍء ﻓَ ُﺮ ﱡدوهُ إِﻟَﻰ ﱠ‬
‫ﷲ َواﻟ ﱠﺮﺳُﻮ ِل‬ ‫ﯾَﺂَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا أَ ِطﯿﻌُﻮا ﱠ‬
(٥٩) ‫ﻚ ﺧَ ْﯿ ٌﺮ َوأَﺣْ َﺴﻦُ ﺗَﺄْ ِوﯾﻼ‬ َ ِ‫إِ ْن ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ﺗُ ْﺆ ِﻣﻨُﻮنَ ﺑِﺎ ﱠ ِ َو ْاﻟﯿَﻮْ ِم اﻵ ِﺧ ِﺮ َذﻟ‬

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’: 59).
Yang dimaksud dengan ulil amri adalah para ulama dan pemerintah. Dan
sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

َ ‫َﻣ ْﻦ اَطَﺎ َع اَ ِﻣﯿ ِْﺮى ﻓَﻘَ ْﺪ اَطَﺎ َﻋﻨِﻰ َو َﻣ ْﻦ َﻋ‬


َ ‫ﺼﻰ اَ ِﻣﯿ ِْﺮى ﻓَﻘَ ْﺪ ﻋ‬
‫َﺼﺎﻧِﻰ‬
Barang siapa yang mentaati perintahku, maka ia benar-benar telah taat
kepadaku.Dan barang siapa yang mendurhakai (menentang) perintahku, maka ia
benar-benar telah durhaka kepadaku.

62
Akan tetapi taat di sini bukan dalam perkara haram dan makruh. Sedangkan ketika
dalam perkara yang mubah, jika perkara tersebut mengandung kemaslahatan
umum bagi umat muslim, maka wajib mentaatinya. Namun sebaliknyajika tidak
ada kemaslahatan umum bagi umat muslimdi dalamnya, maka tidak boleh
ditaati.Oleh karena itu jika diajak untuk meniadakankebiasaan merokok, yang
mana merokok adalah perkara yang sekarang sudah banyak dikenal, maka
wajibmentaatinya.Mengapa demikian?Karena peniadaan kebiasaan merokok
tersebut mengandung kemaslahatan umum. Dan jika tidak lakukan maka akan
menimbulkan kerugian bagi pelakunya sendiri dan orang lain.Demikianlah yang
disampaikan oleh Imam Al-Bajuriy.
Huruf wawu yang terdapat pada kata‫ َوأُوﻟِﻲ‬dalam bait ini tidak termasuk kedalam
wazan(patokanbahrkamil yang dipakai dalam nadham buku ini, yaitu dengan
rumus enam kali kata ‫)ﻣﺘﻔﺎﻋﻠﻦ‬, karena huruf wawutersebut berkedudukan sebagai
huruf tambahan saja untuk membedakan dengan hurufjar"‫"اﻟﻰ‬ketika dalam
keadaan i’rab nashab dan jar.Adapun ketika dalam keadaan i’rab rafa’, maka
dikembalikan pada bentuk awalnya, karena tidak terdapat kesamaan antara ‫ اﻟﻰ‬dan
‫أوﻟﻮ‬yang ber-i’rab rafa’.
Kata ‫ أَ ِط ْﻌﮭُ ُﻢ‬pada bait ini dibaca dengan huruf mim yang ber-harakatdhammah
dengan bacaan isyba’.
Kata َ‫ ﺗَﺠْ ِﺮ ُم ﻻ‬dalam bait ini termasuk ke dalam babnya ‫ﺿﺮب‬. Maksud dari kata ini
yaitu; ketika kamu mentaati pemerintah, niscaya kamu tidak akan mendapatkan
dosa.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


(‫َﺟ َﻤﺎ َﻋﺔٌ ﻋﻠﯿﮫ َﻣﺎ َﺣﺒِ ْﯿﺒِ ْﻲ أَ ْﻣ ِﺴ ْﻚ‬ ‫) َﻣﺄْﺛَ ُﻢ ھﻮ َﻣﺎ َوا ْﻧﮫُ ﺑِ َﻌ ْﺪ ٍل َواﺣْ ُﻜ ْﻢ‬
(‫ف َو ْأ ُﻣ َﺮ‬
ٍ ْ‫أَ ِﻋ ْﻨﮭُ ُﻢ َوأَ ْﻧﺖَ ﺑِ َﻤ ْﻌﺮُو‬ ‫)ﺗُ ْﻜ َﺮ ُم َوﺗَ ْﻘ َﻮى ﺑِ ﱟﺮ ﻋﻠﻰ ِﺟ ًّﺪا‬

Peganglah bersama-sama apa yang ada padanya (agama Islam) wahai kekasihku!
Hukumilah dengan adil! Cegahlah perkara yang mengandung dosadan
perintahkanlah kebaikan-kebaikan!
Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa! Niscaya kalian
akandimuliakan di sisi Allah dan manusia.
Pada kedua bait ini nadhim memberitahukan empat macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:
63
50. Berpegang teguh pada apa saja yang disepakati jamaah

Maksudnya adalah berpegang pada apa yang ada pada agama Islamdengan
berjamaah (bersama-sama), yaitu sesama muslim. Seorang muslim bisa dikatakan
sebagai jamaah.Sebagaimana yang dikatakan oleh guru kita Ahmad An-Nahrawiy.
Allah SWT berfirman:
‫ﷲِ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ إِ ْذ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ أَ ْﻋﺪَا ًء ﻓَﺄَﻟﱠﻒَ ﺑَ ْﯿﻦَ ﻗُﻠُﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺄَﺻْ ﺒَﺤْ ﺘُ ْﻢ‬
‫ﷲِ َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ َوﻻ ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮا َو ْاذ ُﻛﺮُوا ﻧِ ْﻌ َﻤﺔَ ﱠ‬ ‫ﺼ ُﻤﻮا ﺑِ َﺤ ْﺒ ِﻞ ﱠ‬ ِ َ‫َوا ْﻋﺘ‬
(١٠٣) َ‫ﷲُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ آﯾَﺎﺗِ ِﮫ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﮭﺘَ ُﺪون‬ َ
‫ﺎر ﻓَﺄ ْﻧﻘَ َﺬ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ َﻛ َﺬﻟِﻚَ ﯾُﺒَﯿﱢﻦُ ﱠ‬
ِ ‫ﺑِﻨِﻌْ َﻤﺘِ ِﮫ إِ ْﺧ َﻮاﻧًﺎ َو ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َﺷﻔَﺎ ُﺣ ْﻔ َﺮ ٍة ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk. (QS. Ali ‘Imran: 103).
Dan Rasulullah SAW bersabda:
‫ق ﻟِ ْﻠ َﺠ َﻤﺎ َﻋ ِﺔ‬ ِ َ‫ك ﻟِ ِﺪ ْﯾﻨِ ِﮫ ْاﻟ ُﻤﻔ‬
ُ ‫ﺎر‬ ِ ‫ اَﻟﺜﱠﯿﱢﺐُ اﻟ ﱠﺰاﻧِﻰ َواﻟﻨﱠ ْﻔﺲُ ﺑِﺎﻟﻨﱠ ْﻔ‬: ‫ث‬
ِ ّ‫ﺲ َواﻟﺘ‬
ُ ‫ﺎر‬ ٍ َ‫ئ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ اِﻻﱠ ﺑِﺎِﺣْ ﺪَى ِﻣ ْﻦ ﺛَﻼ‬
ٍ ‫ﻻَ ﯾَ ِﺤﻞﱡ َد ُم ا ْﻣ ِﺮ‬
Tidak dihalalkan darah seorang muslim kecuali dengan salah satu dari tiga hal,
yaitu; jandayang berzina, membunuh orang dengan sengaja, dan orang yang
meninggalkan agamanya dan meninggalkan jamaah.
Maksudnya adalah tidak diperbolehkan membunuh seorang muslim dengan
sengaja, kecuali jika ia melakukan salah satu dari tiga hal, sebagai berikut:
a. Tsayyib yang berzina. Yang dimaksud Tsayyibdi sini adalah seorang yang
merdeka, baligh danberakal sehat, baik yang menyetubuhiatau yang disetubuhi
kamaluannya,yang mana pernikahan sebelumnya adalahpernikahan yang sah.
Maka ia wajib di-ranjam dengan batu sampai mati.
b. Seorang pembunuh. Maka ia mendapatkan qishash yang berupa hukuman
mati. Dalam hal ini terdapat beberapa syarat yang sudah dijelaskan dalam ilmu
fiqih.
c. Orang yang meninggalkan Islam yang meninggalkan umat muslim. Adapun
hal ini disebut dengan murtad. Seakan-akan ia menghina Nabi, Malaikat atau
bahkan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
64
‫ْﺲ ِﻣ ْﻨﮫُ ﻓَﮭ َُﻮ َر ﱞد‬
َ ‫َث ﻓِﻰ اَ ْﻣ ِﺮﻧَﺎ ھ َﺬا َﻣﺎ ﻟَﯿ‬
َ ‫َﻣ ْﻦ اَﺣْ ﺪ‬

Barang siapa yang mengada-adatentang perkara kita (umat Islam) dan perkara ini
bukan berasal darinya (Islam), makaiabenar-benartelah murtad.
Maksudnya yaitu; barang siapa yang membawa perkara baru di dalam agama
Islam yang mana perkara tersebut bukan berasal darinya (agama Islam), maka
telah iadianggap sebagai orang yang melakukan perkara batil (salah).

51. Memutuskan (hukum) perkara antar sesama dengan adil


Allah SWT berfirman:
ْ ‫ﻖ َوﻻ ﺗُ ْﺸ ِﻄ‬
‫ﻂ‬ ‫ْﺾ ﻓَﺎﺣْ ُﻜ ْﻢ ﺑَ ْﯿﻨَﻨَﺎ ﺑِ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ‬
ٍ ‫ﻀﻨَﺎ َﻋﻠَﻰ ﺑَﻌ‬ ْ ‫إِ ْذ َد َﺧﻠُﻮا َﻋﻠَﻰ دَا ُو َد ﻓَﻔَ ِﺰ َع ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا ﻻ ﺗَ َﺨ‬
ِ ‫ﻒ َﺧﺼْ َﻤ‬
ُ ‫ﺎن ﺑَﻐَﻰ ﺑَ ْﻌ‬
(٢٢) ‫اط‬ ِ ‫ﺼ َﺮ‬ ‫َوا ْھ ِﺪﻧَﺎ إِﻟَﻰ َﺳ َﻮا ِء اﻟ ﱢ‬
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan)
mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (Kami) adalah dua
orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami berbuat zalim kepada yang
lain; Maka berilah keputusan antara Kami dengan adil dan janganlah kamu
menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah Kami ke jalan yang lurus.(QS. Shaad:
22).

َ ‫ﻒ َواﻷ ُذنَ ﺑِﺎﻷ ُذ ِن َواﻟﺴ ﱠﱢﻦ ﺑِﺎﻟ ﱢﺴﻦﱢ َو ْاﻟ ُﺠﺮ‬


‫ُوح‬ ِ ‫ﺲ َو ْاﻟ َﻌ ْﯿﻦَ ﺑِ ْﺎﻟ َﻌ ْﯿ ِﻦ َواﻷ ْﻧﻒَ ﺑِﺎﻷ ْﻧ‬ ِ ‫ﺲ ﺑِﺎﻟﻨﱠ ْﻔ‬ َ ‫َو َﻛﺘَ ْﺒﻨَﺎ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ ﻓِﯿﮭَﺎ أَ ﱠن اﻟﻨﱠ ْﻔ‬
(٤٥) َ‫ﻚ ھُ ُﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟِ ُﻤﻮن‬ َ ِ‫ﷲُ ﻓَﺄُوﻟَﺌ‬
‫ق ﺑِ ِﮫ ﻓَﮭُ َﻮ َﻛﻔﱠﺎ َرةٌ ﻟَﮫُ َو َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺤْ ُﻜ ْﻢ ﺑِ َﻤﺎ أَ ْﻧﺰَ َل ﱠ‬ َ َ‫ﺼﺎصٌ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﺗ‬
َ ‫ﺼ ﱠﺪ‬ َ ِ‫ﻗ‬
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya
jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa
yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus
dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.(QS. Al-
Maidah: 45).
Rasulullah SAW bersabda:
‫ﺾ ﺑَ ْﯿﻨَﮭُ َﻤﺎ ﺑِ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ‬
ِ‫ﻖ ﻓَ َﻌﻠَ ْﯿ ِﮫ ﻟَ ْﻌﻨَﺔُ ﷲ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ َﺣ َﻜ َﻢ ﺑَ ْﯿﻦَ ْاﺛﻨَﯿ ِْﻦ ﺗ ََﺤﺎ َﻛ َﻤﺎ اِﻟَ ْﯿ ِﮫ َوارْ ﺗ‬
ِ ‫ ﻓَﻠَ ْﻢ ﯾَ ْﻘ‬، ُ‫َﻀﯿَﺎه‬

Barang siapa yang memutuskan (hukum) perkaradua orang yang sedang


berselisih dan mereka mempercayakan permasalahan tersebut kepadanya,
namun ia tidak mengadilinya dengan baik dan benar, maka ia akan mendapat
laknat Allah SWT.

65
52. Memerintahkan untuk melakuakan kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran (Amar makruf nahi mungkar)
Allah SWT berfirman:

ِ ‫َو ْﻟﺘَ ُﻜ ْﻦ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ أُ ﱠﻣﺔٌ ﯾَ ْﺪ ُﻋﻮنَ إِﻟَﻰ ْاﻟ َﺨﯿ ِْﺮ َوﯾَﺄْ ُﻣﺮُونَ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌﺮُو‬
َ ِ‫ف َوﯾَ ْﻨﮭَﻮْ نَ َﻋ ِﻦ ْاﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوأُوﻟَﺌ‬
(١٠٤) َ‫ﻚ ھُ ُﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﻔﻠِﺤُﻮن‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran: 104).
Syekh Muhyiddin Al-Nawawi memberikan penjelasan mengenai firman Allah
SWT berikut:

َ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻧﻔُ َﺴ ُﻜ ْﻢ ﻻ ﯾَﻀُﺮﱡ ُﻛ ْﻢ َﻣ ْﻦ‬


‫ﺿ ﱠﻞ إِ َذا ا ْھﺘَ َﺪ ْﯾﺘُ ْﻢ إِﻟَﻰ ﱠ‬
‫ﷲِ َﻣﺮْ ِﺟ ُﻌ ُﻜ ْﻢ َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ ﻓَﯿُﻨَﺒﱢﺌُ ُﻜ ْﻢ ِﺑ َﻤﺎ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ‬
(١٠٥) َ‫ﺗَ ْﻌ َﻤﻠُﻮن‬
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang sesat itu
akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.
hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka Dia akan menerangkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah: 105).
Ayat inimengatakan bahwa orang yang tertipu oleh kesesatan adalah kebanyakan
dari orang-orang bodoh.Mereka membawa kesesatan tersebut kepada yang
lainnya.Namun maksud yang sebenarnya dari ayat ini yaitu; Jika
kamumengerjakan apayang telah diperintahkan (oleh Allah) kepada mu, niscaya
kesesatan tidak akan dapat menyesatkanmu. Di antara perintah tersebut yaitu;
amar ma’ruf dan nahi munkar(memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah
dari perbuatan jelek). Adapun ayat lain yang semakna dan berhubungan dengan
penjelasan ini yaitu:
ُ ‫َﻣﺎ َﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﺮﺳُﻮ ِل إِﻻ ْاﻟﺒَﻼ‬
‫غ َو ﱠ‬
(٩٩) َ‫ﷲُ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗُ ْﺒ ُﺪونَ َو َﻣﺎ ﺗَ ْﻜﺘُ ُﻤﻮن‬
Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (QS. Al-Maidah: 99).
Muhammad ibnu Tamam mengatakan bahwa bahwa nasihat adalah pasukan
tentara Allah. Perumpamaannya layaknya seperti tanah liat yang dilemparkan
kedinding.Jika seseorang mampumenahannya dari hujaman tanah liat tersebut,
maka ia akan mendapatkan manfaat (tembok itu tidak akan kotor). Namun jika ia
membiarkannya saja, niscaya tembok tersebut akan berbekas (kotor akibat tanah
liat yang dilemparkan).

66
Sulaiman Al-Khowash mengatakan bahwa barang siapa yang memberikan
nasehat kepada saudaranyadalam empat mata, maka ia benar-benar telah
memberikannya nasehat. Dan barang siapa yang memberikan nasehat kepada
saudaranya di hadapan umum, maka ia telah mencelanya.

53. Saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan takwa


Allah SWT berfirman:
‫ي َوﻻ ْاﻟﻘَﻼﺋِ َﺪ َوﻻ آ ﱢﻣﯿﻦَ ْاﻟﺒَﯿْﺖَ ْاﻟ َﺤ َﺮا َم‬ َ ‫ﷲِ َوﻻ اﻟ ﱠﺸﮭ َْﺮ ْاﻟ َﺤ َﺮا َم َوﻻ اﻟْﮭَ ْﺪ‬ ‫ي ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا ﻻ ﺗُ ِﺤﻠﱡﻮا َﺷ َﻌﺎﺋِ َﺮ ﱠ‬
ْ
ِ ‫َﻦ اﻟ َﻤﺴ‬
‫ْﺠ ِﺪ‬ ِ ‫ﺻ ﱡﺪو ُﻛ ْﻢ ﻋ‬ َ ْ
َ ‫ﯾَ ْﺒﺘَ ُﻐﻮنَ ﻓَﻀْ ﻼ ِﻣ ْﻦ َرﺑﱢ ِﮭ ْﻢ َو ِرﺿْ َﻮاﻧًﺎ َوإِ َذا َﺣﻠَﻠﺘُ ْﻢ ﻓَﺎﺻْ ﻄَﺎدُوا َوﻻ ﯾَﺠْ ِﺮ َﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ َﺷﻨَﺂنُ ﻗَﻮْ ٍم أ ْن‬
‫ب‬ َ ْ ُ َ ‫ﱠ‬
ِ ‫ﷲَ إِن ﷲَ ﺷ ِﺪﯾﺪ اﻟ ِﻌﻘﺎ‬ ‫ﱠ‬ ‫اﻹﺛ ِﻢ َو ْاﻟ ُﻌ ْﺪ َوا ِن َواﺗﱠﻘُﻮا ﱠ‬
ْ ‫ﺎوﻧُﻮا َﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﺎوﻧُﻮا َﻋﻠَﻰ اﻟْﺒِ ﱢﺮ َواﻟﺘﱠ ْﻘ َﻮى َوﻻ ﺗَ َﻌ‬
َ ‫ْاﻟ َﺤ َﺮا ِم أَ ْن ﺗَ ْﻌﺘَﺪُوا َوﺗَ َﻌ‬
(٢)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah: 2).
Rasulullah SAW bersabda:

ِ‫َﻣ ْﻦ َﻣﺸَﻰ ﻓِ ْﻰ ﻋَﻮْ ِن اَ ِﺧ ْﯿ ِﮫ َو َﻣ ْﻨﻔَ َﻌﺘِ ِﮫ ﻓَﻠَﮫُ ﺛَ َﻮابُ ْاﻟ ُﻤ َﺠﺎ ِھ ِﺪ ْﯾﻦَ ﻓِﻰ َﺳﺒِ ْﯿ ِﻞ ﷲ‬
Barang siapa yang memberikanpertolongan dan manfaat kepada saudaranya,
maka ia akan mendapatkan pahala (yang setara dengan pahalanya) orang-orang
yang berjihad di jalan Allah.

َ ‫َﺎث َﻣ ْﻠﮭُﻮْ ﻓًﺎ َﻛﺘ‬


ً‫َﺐ ﷲُ ﻟَﮫُ ﺛَﻼَﺛًﺎ َو َﺳ ْﺒ ِﻌ ْﯿﻦَ َﺣ َﺴﻨَﺔ‬ َ ‫ َﻣ ْﻦ اَﻏ‬: ‫ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
ِ ‫ َو ْاﻟﺒَﺎﻗِﻰ ﻓِﻰ اﻟ ﱠﺪ َر َﺟﺎ‬، ُ‫ َوا ِﺣ َﺪةٌ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ ﯾَﺼْ ﻠُ ُﺢ ﺑِﮭَﺎ آ ِﺧ َﺮﺗُﮫُ َو ُد ْﻧﯿَﺎه‬،
‫ت‬
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang membebaskan (menolong) kesusahan (orang lain), maka
Allah akan menuliskan tujuh puluh tiga kebaikan. Di mana satu darinya akan
mempermudah urusan dunia dan akhiratnya, sedangkan sisanya adalah
berupaderajat kebaikan”.

ُ‫ﺎﺟﺔً ﻻَ ِﺧ ْﯿ ِﮫ ﻓَ َﻜﺎَﻧﱠ َﻤﺎ ﺧَ َﺪ َم ﷲَ ُﻋ ْﻤ َﺮه‬ َ َ‫َﻣ ْﻦ ﻗ‬


َ ‫ﻀﻰ َﺣ‬

67
Barang siapa yang memenuhi satu kebutuhan atau hajat saudaranya, maka
seakan-akan seumur hidupnya ia telah mengabdi dan melayani Allah

‫َﻣ ْﻦ اَﻗَ ﱠﺮ َﻋ ْﯿﻦَ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ اَﻗَ ﱠﺮ ﷲُ َﻋ ْﯿﻨَﮫُ ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ‬


Barang siapa yang menyenangkan hati orang mukmin, maka Allah akan
menyenangkan hatinya kelak di hari kiamat.
‫ﺎف َﺷﮭ َْﺮﯾ ِْﻦ‬ ِ ‫ﻀﺎھَﺎ اَوْ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﻘ‬
ِ ‫ﻀﮭَﺎ َﻛﺎنَ َﺧ ْﯿ ًﺮا ﻟَﮫُ ِﻣ ْﻦ ا ْﻋﺘِ َﻜ‬ ٍ َ‫ﺎﺟ ِﺔ اَ ِﺧ ْﯿ ِﮫ َﺳﺎ َﻋﺔً ِﻣ ْﻦ ﻟَ ْﯿ ٍﻞ اَوْ ﻧَﮭ‬
َ َ‫ﺎر ﻗ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ َﻣﺸَﻰ ﻓِ ْﻰ َﺣ‬
Barang siapa yang memberikankebutuhan atau hajat saudaranya satu jam di
malam hari atau siang har, baik ia bisa memenuhi kebutuhan tersebut atau tidak,
maka hal tersebut lebih baik baginya dari pada melakukan i’tikaf selama dua
bulan,
ْ ‫َﻣ ْﻦ ﻓَ ﱠﺮ َج ﻋ َْﻦ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ َﻣ ْﻐ ُﻤﻮْ ٍم اَوْ اَﻋَﺎنَ َﻣ‬
ً‫ﻈﻠُﻮْ ًﻣﺎ َﻏﻔَ َﺮ ﷲُ ﻟَﮫُ ﺛَﻼَﺛًﺎ َو َﺳ ْﺒ ِﻌ ْﯿﻦَ َﻣ ْﻐﻔِ َﺮة‬

Barang siapa yang dapat menyenangkan orang mukmin yang sedih atau
menolongnya dari kejelekan, maka Allah akan mengampuninya sebanyak dua
puluh tiga ampunan.
ْ‫ﻀ َﻲ َﻋ ْﻨﮫ ُ َد ْﯾﻨًﺎ اَو‬ ِ ‫ﺐ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻦ َواَ ْن ﯾُﻔَ ﱢﺮ َج َﻋ ْﻨﮫُ َﻏ ّﻤًﺎ اَوْ ﯾَ ْﻘ‬
ِ ‫اِ ﱠن ِﻣ ْﻦ اَ َﺣﺐﱢ اﻻَ ْﻋ َﻤﺎ ِل اِﻟَﻰ ﷲِ اِ ْدﺧَﺎ ُل اﻟ ﱡﺴﺮُوْ ِر َﻋﻠَﻰ ﻗَ ْﻠ‬
ٍ ْ‫ُﻄ ِﻌ ُﻤﮫُ ِﻣ ْﻦ ﺟُﻮ‬
‫ع‬ ْ ‫ﯾ‬

Sesungguhnya termasuk ke dalam amal yang paling disukai Allah adalah


memberikan kebahagian di hati orang mukmin.Hal itu dapat
berupamembahagiakannya di saatia sedih,membayar hutangnya, atau dengan
memberikan makan saat ia lapar.

ِ ‫ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ أﺑﻲ طﺎﻟﺐ ﻗﺎل ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اِ َذا اَ َرا َد اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ُﻢ ْاﻟ َﺤﺎ َﺟﺔَ ﻓَ ْﻠﯿُﺒَ ﱢﻜﺮْ ﻟَﮭَﺎ ﯾَﻮْ َم ْاﻟ َﺨ ِﻤﯿ‬
‫ْﺲ‬
ِ ‫َو ْﻟﯿَ ْﻘ َﺮ ْأ اِ َذا َﺧ َﺮ َج ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﻨ ِﺰﻟَ ٍﺔ آ ِﺧ َﺮ آ ِل ِﻋ ْﻤ َﺮانَ َوآﯾَﺔَ ْاﻟ ُﻜﺮْ ِﺳ ﱢﻲ َواِﻧﱠﺎ اَ ْﻧﺰَ ْﻟﻨَﺎهُ ﻓِﻰ ﻟَ ْﯿﻠَ ِﺔ ْاﻟﻘَ ْﺪ ِر َواُ ﱠم ْاﻟ ِﻜﺘَﺎ‬
‫ب ﻓَﺎ ِ ﱠن ﻓِ ْﯿﮭَﺎ َﺣ َﻮاﺋِ َﺞ‬
ِ ‫اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو‬
‫اﻵﺧ َﺮ ِة‬
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Ketika salah satu dari mu menginginkan sebuah hajat, maka awalilah
hajat tersebut di hari kamis. Dan ketika ingin keluar dari tempat lainhendaklah
membaca surat Ali Imran, Ayat Kursi, Al-Qadr dan Al-Fatihah, karena pada
dasarnya di dalam hal tersebut terdapat kebutuhan-kebutuhan dunia dan akhirat”
Kata ‫ َﺣ ِﺒ ْﯿﺒِ ْﻲ‬pada bait ini merupakan munada yang dibuang huruf nida’-nya.
68
Kata ‫ أَ ِﻋ ْﻨﮭُ ُﻢ‬pada bait ini dibaca dengan huruf mim yang ber-harakatdhammah
beserta isyba’.
Kata ‫ ﺗُ ْﻜ َﺮ ُم‬pada bait ini berarti bahwa kamu akan dimuliakan di sisi Allah dan
manusia.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


َ ‫ﻟِ ْﻠ َﻮاﻟِ ِﺪ أَﺣْ ِﺴﻨ َْﻦ َرﺑﱠ‬
(‫ﻚ َوا ْﺳﺘَﺤْ ِﻲ‬ ِ َ‫)ﺗُﺮْ َﺣ ُﻢ ﺑِ ُﺨ ْﻠﻘِﻚَ َﺣﺴ ْﱢﻦ ﻓ‬
‫ﺼﻞْ َر ِﺣ ًﻤﺎ‬
Malulah kepada Tuhan mu! Berbuat baiklah kepada kedua orang tua!
Bersilaturahmilah! Perbaiklah akhlak mu! Niscaya kamu akandisayangi (Allah).

Pada bait ini nadhim memberitahukan empat macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

54. Malu kepada Allah SWT


Nabi Muhammad SAW bersabda:
‫اَ ْﻟ َﺤﯿَﺎ ُء ِﻣﻦَ ا ِﻹ ْﯾ َﻤﺎ ِن‬
Malu adalah salah satu bagian dari Iman.
‫ ﻓَﻘُﻠْﻨَﺎ ﯾَﺎﻧَﺒِ ﱠﻲ‬:‫ ﻗَﺎ َل‬. ‫ﻖ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِء‬ ‫روي ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل اِ ْﺳﺘَﺤْ ﯿُﻮْ ا ِﻣﻦَ ﷲِ َﺣ ﱠ‬
َْ‫س َو َﻣﺎ َﺣ َﻮى َو ْاﻟﺒَﻄﻦ‬ ْ
َ ‫ﻖ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِء ﻓَ ْﻠﯿَﺤْ ﻔَ ِﻆ اﻟﺮﱠأ‬ ‫ َوﻟ ِﻜ ْﻦ َﻣ ِﻦ ا ْﺳﺘَﺤْ ﯿَﻰ ِﻣﻦَ ﷲِ َﺣ ﱠ‬، ‫ﻚ‬ َ ِ‫ْﺲ َذﻟ‬
َ ‫ ﻟَﯿ‬:‫ﺎل‬ َ َ‫ ﻗ‬. ‫ اِﻧﱠﺎ ﻧَ ْﺴﺘَﺤْ ﯿِﻰ‬، ِ‫ﷲ‬
َ‫ك ِز ْﯾﻨَﺔَ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِة اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َوآﺛ َﺮ‬ َ َ ِ ‫ َو َﻣﻦ ا َرا َد‬. ‫َو َﻣﺎ َوﻋَﻰ َو ْاﻟﻔَﺮْ َج َو ْاﻟﯿَ َﺪﯾ ِﻦ َواﻟﺮ ﻠﯿ ِﻦ َوﻟﯿَﺬﻛ ِﺮ اﻟ َﻤﻮْ َواﻟﺒِﻼ‬
َ ‫اﻵﺧ َﺮة ﺗ َﺮ‬ َ ْ َ ْ َ‫ت‬ ْ ُ ْ ْ ْ َ ْ‫ﱢﺟ‬ ْ
ِ َ‫ﻖ ْاﻟ َﺤﯿ‬
‫ﺎء‬ َ ِ‫ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻓَ َﻌ َﻞ َذﻟ‬. ‫اﻵ ِﺧ َﺮةَ َﻋﻠَﻰ اﻷُوْ ﻟَﻰ‬
‫ﻚ ﻓَﻘَ ِﺪ ا ْﺳﺘَﺤْ ﯿَﻰ ِﻣﻦَ ﷲِ َﺣ ﱠ‬

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasanya Nabi Muhammad SAW


bersabda: ”Malulah kalian kepada Allah”. Seorang sahabat berkata: “Wahai
Nabiyallah! Kami utarakan bahwasanya kami malu (kepada Allah)”.Nabi
berkata: “Malu kepada Allah bukan seperti itu (ucapan lisan), akan tetapi malu
kepada Allah adalah malu yang sesungguhnya. Yaitu dengan cara menjaga
kepala danapa yang ada di dalamnya, perut dan apa yang ada di dalamnya,
kemaluan, kedua tangan,kedua kaki, hendaknya untuk mengingat kematian dan
kebinasaan. Barang siapa yang menginginkan akhirat, maka tinggalkanlah
perhiasan kehidupan duniawi dan utamakanlah perkara ukhrawi. Dan barang
siapa yang dapat melaksanakan hal tersebut, maka ia benar-benar telah malu
kepada Allah dengan malu yang sebenarnya.”

69
Kata ‫ اﻟﺒﻼ‬pada hadis ini dibaca dengan huruf ba’ yang ber-harakatkasrah, yang
mempunyai arti ‫( اﻟﻔﻨﺎء‬kebinasaan, kerusakan atau kehancuran).

َ‫ﺼﯿَﺘِﻚ‬ ِ ‫ ﯾَﺎ ا ْﺑﻦَ آ َد َم اِ ْﺳﺘ‬: ُ‫ ﯾَﻘُﻮْ ُل ﷲ‬. ‫ﻋﻦ ﻣﻌﺎذ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ أﻧﮫ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
ِ ‫َﺢ ِﻣﻨﱢﻰ ِﻋ ْﻨ َﺪ َﻣ ْﻌ‬
َ‫ ﯾَﺎ ا ْﺑﻦَ آ َد َم ﻻ‬. ‫ﻚ َﻛ َﺮا َﻣﺔَ اﻻَ ْﻧﺒِﯿَﺎ ِء‬ َ ‫ ﯾَﺎ ا ْﺑﻦَ آ َد َم ﺗُﺐْ اِﻟَ ﱠﻲ أُ ْﻛ ِﺮ ْﻣ‬.‫ﻚ‬ َ ُ‫ض اﻷَ ْﻛﺒَ ِﺮ اَﻧﱢﻰ اُ َﻋ ﱢﺬﺑ‬ ِ ْ‫ﻚ ﯾَﻮْ َم ْاﻟ َﻌﺮ‬ َ ‫َواَﻧَﺎ اَ ْﺳﺘَﺤْ ﯿِﻰ ِﻣ ْﻨ‬
‫ﻚ‬ ْ َ َ
َ ‫ ﯾَﺎ ا ْﺑﻦَ آ َد َم ﻟﻮْ ﻟﻘِ ْﯿﺘَﻨِﻰ ﯾَﻮْ َم اﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ َو َﻣ َﻌ‬. ‫ك‬ ْ َ ْ ُ ْ َ ‫ﱢ‬
َ ْ‫ﻚ اِ ْن َﺣﻮﱠﻟﺖَ ﻗَﻠﺒَﻚَ َﻋﻨﻰ اﺧﺬﻟﻚَ ﻓَﻼَ اﻧﺼُﺮ‬ ْ ْ ‫ﱠ‬
َ ‫ ﻓَﺎِﻧ‬، ‫ﻚ َﻋﻨﱢﻰ‬ َ َ‫ﺗُ َﺤ ﱢﻮلْ ﻗَ ْﻠﺒ‬
َ‫ق َواَ ْﻧﺖ‬
ُ ‫ ﯾَﺎ ا ْﺑﻦَ آ َد َم اِﻧﱢﻰ اَﻧَﺎ اﻟ ﱠﺮ ﱠزا‬. ‫ق ﺑِ َﻮ ْﻋ ِﺪى َو َو ِﻋ ْﯿ ِﺪى‬ َ ‫ﺼ ﱢﺪ‬ َ ُ‫ﻚ َﺣﺘﱠﻰ ﺗ‬ ِ ْ‫َﺎت ِﻣ ْﺜ ُﻞ اَ ْھ ِﻞ اﻵَر‬
َ ‫ض ﻟَ ْﻢ اَ ْﻗﺒَﻞْ ِﻣ ْﻨ‬ ٌ ‫َﺣ َﺴﻨ‬
ُ‫ﻚ اَوْ َﺟﺒْﺖ‬ ْ
َ ِ‫ﺐ ِرزﻗ‬ َ ْ
ِ َ‫ﻚ اِن ﺗ ََﺮﻛﺖَ طﺎ َﻋﺘِﻰ ﺑِ َﺴﺒ‬ ْ ‫ﱠ‬ َ
َ ‫ق ﻓﺎِﻧ‬ ْ
ِ ‫ﺐ اﻟﺮﱢ ز‬ َ ْ
ِ َ‫ﻚ ﻓﻼ ﺗَﺘﺮُك طﺎ َﻋﺘِﻰ ﺑِ َﺴﺒ‬ ْ َ َ َ ْ
َ ‫ﻚ ِرزﻗ‬ ُ ‫ﱢ‬ َ َ
َ ‫ق َوﺗَ ْﻌﻠ ُﻢ اﻧﻰ اوْ ﻓِ ْﯿ‬ ُ ْ‫ْاﻟ َﻤﺮْ ُزو‬
‫ﻚ ُﻋﻘُﻮْ ﺑَﺘِﻰ‬ َ ‫َﻋﻠَ ْﯿ‬
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, bahwasanya ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Allah SWT berfirman: “Wahai keturunan Adam! Malulah kepada-
Kuketika kamu berbuat maksiat! Maka Aku pun akan malu(mempermudah)
kepada mukelakdi hari kiamat!Sesungguhnya Aku akan menyegarkan mu (dari
panasnya hari kiamat). Wahai keturunan Adam! Bertaubatlah kepada-Ku! Maka
Aku akan memuliakan mulayaknya kemuliaan (yang Aku berikan kepada) para
Nabi. Wahai keturunan Adam! Jangan palingkan hati mu dari-Ku! Karena jika
kamu memalingkan hati mu dari-Ku, maka Aku akan menyiksa mu dan kamu tidak
akan Aku tolong. Wahai keturunan Adam! Jika kamu ingin bertemu dengan-Ku
besok di hari kiamat dengan membawa (pahala-pahala amal) kebaikan mu
layaknya penghuni bumi, Aku tidak akan menemui muhinggakamu percaya akan
janji dan ancaman-Ku. Wahai keturunan Adam! Aku adalah Dzat Yang Maha
Memberi Rizqi, sedangkan kamu adalah penerima rizqi. Sesungguhnya Aku
akanmencukupi rizqi mu, oleh karena itu janganberhentitaat kepada-Kuhanya
karena masalah rizqi. Jika kamu berhenti taat kepada-Ku hanya karena masalah
rizqi mu, maka kamu akan mendapatkan siksa-Ku.”

55. Berbuat baik kepada kedua orang tua


Allah SWT berfirman:
‫ﷲُ ﺑَ ْﯿﻨَﮭُ َﻤﺎ إِ ﱠن ﱠ‬
َ‫ﷲَ َﻛﺎن‬ ِ ‫ق ﺑَ ْﯿﻨِ ِﮭ َﻤﺎ ﻓَﺎ ْﺑ َﻌﺜُﻮا َﺣ َﻜ ًﻤﺎ ِﻣ ْﻦ أَ ْھﻠِ ِﮫ َو َﺣ َﻜ ًﻤﺎ ِﻣ ْﻦ أَ ْھﻠِﮭَﺎ إِ ْن ﯾ ُِﺮﯾﺪَا إِﺻْ ﻼ ًﺣﺎ ﯾ َُﻮﻓﱢ‬
‫ﻖ ﱠ‬ َ ‫َوإِ ْن ِﺧ ْﻔﺘُ ْﻢ ِﺷﻘَﺎ‬
(٣٥) ‫َﻋﻠِﯿ ًﻤﺎ ﺧَﺒِﯿﺮً ا‬
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa’: 35).
Rasulullah SAW bersabda:

70
ِ‫ﺼ َﺪﻗَ ِﺔ َواﻟﺼﱠﻮْ ِم َو ْاﻟ َﺤ ﱢﺞ َو ْاﻟ ُﻌ ْﻤ َﺮ ِة َو ْاﻟ ِﺠﮭَﺎ ِد ﻓِﻰ َﺳﺒِ ْﯿ ِﻞ ﷲ‬
‫ﺼﻼَ ِة َواﻟ ﱠ‬ َ ْ‫ﺑِﺮﱡ ْاﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ اَﻓ‬
‫ﻀ ُﻞ ِﻣﻦَ اﻟ ﱠ‬
Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih baik (pahalanya) dari pada (pahala)
salat, sedekah, puasa, haji, umrah dan jihad di jalan Allah.
ُ ‫ﺼ َﺪﻗَ ٍﺔ اَ ْن ﯾَﺠْ َﻌﻠَﮭَﺎ ﻟِ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﮫ اِ َذا َﻛﺎنَ ُﻣ ْﺴﻠِ َﻤﯿ ِْﻦ ﻓَﯿَ ُﻜﻮْ نُ ﻟِ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﮫ اَﺟْ ُﺮھَﺎ َوﯾَ ُﻜﻮْ نُ ﻟَﮫ‬
َ ِ‫ق ﺑ‬ َ َ‫َﻣﺎ َﻋﻠَﻰ اَ َﺣ ٍﺪ اِ َذا اَ َرا َد اَ ْن ﯾَﺘ‬
َ ‫ﺼ ﱠﺪ‬
ْ ‫ﺺ ِﻣ ْﻦ اُﺟُﻮْ ِر ِھ َﻤﺎ ﺷ‬
‫َﻲ ٌء‬ َ ُ‫ِﻣ ْﺜ ُﻞ اُﺟُﻮْ ِر ِھ َﻤﺎ ِﻣ ْﻦ َﻏﯿ ِْﺮ اَ ْن ﯾَ ْﻨﻘ‬
Seyogyanya bagi seseorang ketika ingin bersedekah untuk
mempersembahkan(pahala) sedekah tersebut untuk kedua orang tuanya, jika
memang mereka seorang muslim. Maka kemudian kedua orang tuanya
akanmendapatkan pahala sedekah tersebut. Dan ia akan mendapatkan pahala
yang setara dengan pahala kedua orang tuanya tersebut tanpa berkurang
sedikitpun.
‫ﺎر‬ َ ‫َﺐ ﷲُ ﻟِ َﻮاﻟِ ِﺪ ِه َﺣ ﱠﺠﺔً َو َﻛﺘ‬
ِ ‫َﺐ ﻟَﮫُ ﺑَ َﺮآ َءةً ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ َﺣ ﱠﺞ ﻋ َْﻦ َواﻟِ ِﺪ ِه ﺑَ ْﻌ َﺪ َوﻓَﺎﺗِ ِﮫ َﻛﺘ‬
Barang siapa yang meng-haji-kan kedua orang tuanya setelah mereka wafat,
maka Allah mencatat kedua orang tuanyasebagai orang yang telah menunaikan
haji, sedangkan ia sendiri akan dibebaskan oleh Allah dari neraka.
Ada Seorang laki-laki berkata kepada Umar bin Khattab ra: "Saya mempunyai
seorang ibu yang sudah tua. Ibu saya tidak dapat bergerak dan berbuat apapun jika
saya tidak menggendongnya. Apakah aku harus menunaikan hak beliau?"
Sayyidina Umar menjawab: "Tidak, karena sesungguhnya ibumu membuatmu
demikian, sedangkan ibumu mengangan-angankan kelanggengan hidupmu,
padahal engkau melakukan demikian dan mengangan-angankan perpisahan
dengannya!".

56. Silaturahmi
Rasulullah SAW bersabda:

ِ َ‫ﻖ ﷲَ َو ْﻟﯿ‬
ُ ‫ﺼﻞْ َر ِﺣ َﻤﮫ‬ ِ ‫َﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﺮهُ اَ ْن ﯾُ َﻤ ﱠﺪ ﻟَﮫُ ﻓِﻰ ُﻋ ُﻤ ِﺮ ِه َوﯾُﻮْ َﺳ َﻊ ﻟَﮫُ ﻓِ ْﻰ ِر ْزﻗِ ِﮫ ﻓَ ْﻠﯿَـﺘﱠ‬
Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rizqinya, maka
hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan senantiasa untuk bersilaturahmi.
‫ﺻﻠَﺔُ اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ِﻢ ﺗ َِﺰ ْﯾ ُﺪ ﻓِﻰ‬
ِ ‫ َو‬. ‫ﺐ اﻟﺮﱠبﱢ َﺟ ﱠﻞ َو َﻋﻠَﻰ‬
َ ‫ﻀ‬ ْ ُ‫ﺻ َﺪﻗَﺔُ اﻟﺴﱢﺮﱢ ﺗ‬
َ ‫ﻄﻔِ ُﺊ َﻏ‬ َ ‫ َو‬. ‫ﺎر َع اﻟﺴﱡﻮْ ِء‬
ِ ‫ﺼ‬ ِ ْ‫ﺻﻨَﺎﺋِ ُﻊ ْاﻟ َﻤ ْﻌﺮُو‬
َ ‫ف ﺗَﻘِﻰ َﻣ‬ َ
‫ْاﻟ ُﻌ ْﻤ ِﺮ‬

71
Perbuatan-perbuatan baik dapat menghindarkan dari berbagai kejelekan, sedekah
yang tidak diperlihat-lihatkan kepada orang lain dapat memadamkan murka Allah
SWT, dansilaturahmi dapat menambah umur.

57. Akhlak yang baik


Sebagian ulama mengumpulkan beberapa ciri-ciri akhlak yang baik sebagai
berikut:

 Banyak bersifat malu


 Minimdalam hal menyakiti orang lain
 Banyak berbuat baik
 Jujur tutur katanya
 Sedikit berbicara (yang tidak bermanfaat
 Suka beramal
 Jarang membuat kesalahan
 Minim dalamhal curiga atau berprasangka jelek kepada orang lain
 Suka berderma
 Suka bersosial
 Berwibawa
 Sangat sabar
 Banyak bersyukur
 Menerima dan ridlo (atas cobaan dan ujian dari Allah)
 Toleransi
 Bersahabat
 Rendah hati
 Penuh kasih saying
 Tidak suka mencaci-maki orang lain
 Tidak suka menghina orang lain
 Tidak suka menggosip atau mengumbar rahasia orang lain
 Tidak suka mengumpat atau memfitnah orang lain
 Tidak tergesa-gesa dalam melakukan semua hal
 Tidak suka iri hati
 Tidak kikir
 Tidak suka berbuat hasut
 Manis mukanya (enak dipandang)
 Lemah lembut sikapnya (tidak kasar
 Cinta karena Allah
 Benci karena Allah
 Ridho atau ikhlas karena Allah

72
 Marah karena Allah
Huruf nun yang ada pada kata ‫أَﺣْ ِﺴﻨ َْﻦ‬dalambait ini merupakan nun taukid khafifah
(untuk menunjukkan sedikit penegasan atau penguat makna).
Huruf lam yang ada pada kata‫ ﻟِ ْﻠ َﻮاﻟِ ِﺪ‬dalam bait ini merupakan lam lil al-jinsi yang
menunjukkanbilangantunggal atau lebih.
Menurut dialek yang benar, kata‫ َر ِﺣ ًﻤﺎ‬pada bait ini dibaca dengan huruf ha’ yang
ber-harakatkasrah dan huruf ra’yang ber-harakatfathah.Terkadang kata inidibaca
takhfifdengan caramembaca sukun huruf ha’-nya dan fathah huruf ra’-nya, ini
adalah dialek yang dimiliki oleh Bani Killab,namun terkadangjuga huruf ha’-nya
dibaca dengan harakatkasrahdengan alasan mengikutiharakat huruf ra’.
Kata ‫ َﺣﺴ ْﱢﻦ‬pada bait ini dibaca dengan huruf sin yang ber-harakat tasydid.

َ ِ‫ ﺑِ ُﺨ ْﻠﻘ‬pada bait ini dibaca dengan huruf lam yang ber-harakat sukun sesuai
Kata ‫ﻚ‬
dengan wazani-nya (‫)ﻓُ ْﻌ ٌﻞ‬.
Kata ‫ ﺗُﺮْ َﺣ ُﻢ‬pada bait ini berbentuk mabni maf’ul yang mana artinya yaitu; jika
kamu memberbaik akhlak mu, maka Allah akanmengasihi mu dan orang-orang
juga akan menyayangi mu.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


(‫ﻚ أَﺣْ ِﺴ ْﻦ‬
َ ‫َو َﻋﻠﱢ َﻤ ْﻦ َﻋ ْﻨﮫُ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻟِﻘِﻨﱢ‬ ِ ‫)ﺗ َْﻠﺰَ ُم َﻋ ْﺒ ًﺪا اﻟﺴﱠﺎدَا‬
ُ‫ت َوإِطَﺎ َﻋﺔ‬

Berbuat baiklah kepada budak-budak mu, maafkan dan ajarkanlah dia (tentang
masalah agama)! Dan wajib bagi budak untuk taat kepada tuannya.
Pada bait ini nadhim memberitahukan dua macam cabang iman yang selanjutnya,
sebagai berikut:

58. Berbuat baik kepada para budak, memamaafkan mereka dan


mengajarkan mereka tentang masalah agama

 Kewajiban terhadap budak:


 Berbuat baik kepadanya.
73
 Memaafkan kesalahannya.
 Mengajarkan hal agama yang wajib diketahui olehnya.
 Memberi nafkah menurut kadar kecukupannya.
 Memperhatikan hal yang disenangi dan dibenci olehnya.
 Memberi istirahat kepadanya pada musim panas dan waktu tidur siang.
Rasulullah SAW bersabda:
ُ ‫ف َوﻻَ ﯾُ َﻜﻠﱠﻒُ ِﻣﻦَ ْاﻟ َﻌ َﻤ ِﻞ َﻣﺎ ﻻَ ﯾ ُِﻄ ْﯿ‬
‫ﻖ‬ ِ ْ‫ك طَ َﻌﺎ ُﻣﮫُ َو ِﻛ ْﺴ َﻮﺗُﮫُ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌ ُﺮو‬
ِ ْ‫ﻟِ ْﻠ َﻤ ْﻤﻠُﻮ‬
Berikan makan dan pakaian yang layakpada para budak,dan janganlah
membebani mereka denganpekerjaan yang tidak iasanggupi.

ٍ ‫ﺿ َﺮﺑَﮫُ ﻓِﻰ َﻏﯿ ِْﺮ ﺗَ ْﻌﻠِﯿ ٍْﻢ َوﺗَﺄْ ِد ْﯾ‬


ُ‫ﺐ ﻓَ َﻜﻔﱠﺎ َرﺗُﮫُ اَ ْن ﯾَ ْﻌﺘِﻘَﮫ‬ َ ْ‫َﻣ ْﻦ ﻟَﻄَ َﻢ َﻣ ْﻤﻠُﻮْ َﻛﮫُ اَو‬
Barang siapa yang menempeleng atau memukul budaknya bukan karena untuk
mendidik atau mengajar mereka, maka iamendapatkan kafarat (denda) yang
berupa memerdekakan mereka.
Maksudnya yaitu; barang siapa yang memukul budaknya baik itu dibagian
wajahnya atau bagian yang lain bukan karena untuk mendidik atau mengajar
mereka, maka ia mendapatkan kafarat (denda) yang berupa memerdekakan
mereka.Menurut ijma’ (kesepakatan para ulama) hukum kafaratini adalah sunah,
bukan wajib.Adapun memukul wajah adalah haram hukumnya, sekalipundengan
alasan untuk mendidik.
Rasulullah SAW bersabda:
‫ﺼﻼَ ِة َواﺗﱠﻘُﻮْ ا ﷲَ ﻓِ ْﯿ َﻤﺎ‬
‫ﺻ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠ‬
ِ ْ‫ و‬: ‫ﻋﻦ ﻋﻠﻲ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎل ﻛﺎن آﺧﺮ ﻛﻼم رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
‫ﺖ اَ ْﯾ َﻤﺎﻧُ ُﻜ ْﻢ‬
ْ ‫َﻣﻠَ َﻜ‬

Diriwayatkan dari Ali r.a. ia berkata: Perkataan terakhir Rasulullah SAW yaitu:
“Aku wasiatkan kepada kalian semua untuk (selalu) mengerjakan salat dan
bertakwalah kepada Allah dalam (memperlakukan) tangan kanan (pembantu dan
budak) yang kalian miliki”.
‫ ُﻛﻠﱡ ُﻜ ْﻢ َﻋﺒِ ْﯿ ُﺪ ﷲِ َو ُﻛﻞﱡ ﻧِ َﺴﺎ ِء ُﻛ ْﻢ اِ َﻣﺎ ُء ﷲِ ؛ َوﻟ ِﻜ ْﻦ ﻟِﯿَﻘُﻞْ " ُﻏﻼَ ِﻣﻰ‬. "‫ ﻻَ ﯾَﻘُﻮْ ﻟَ ﱠﻦ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ " َﻋ ْﺒ ِﺪى َواَ َﻣﺘِﻰ‬: ‫ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة‬
"‫ي َوﻓَﺘَﺎﺗِﻰ‬ َ ‫ﺎرﯾَﺘِﻰ َوﻓَﺘَﺎ‬
ِ ‫َو َﺟ‬
Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Janganlah salah satu di antara kalian
mengatakan “Hambaku!, Budakku!dan umatku!”. Sesungguhnya kalian semua
adalah hamba-hamba (lk) Allah. Perempuan-perempuan (istri)
kaliansesungguhnya adalah hamba-hamba (pr) Allah.Akan tetapi janganlah
kalian mengatakan “Pembantuku! Budakku!Hambaku (lk/pr)!”

74
59. Ketaatan budak kepada tuannya
Maksudnya yaitu budak yang taat kepada tuannya sesuai dengan kemampuannya,
yaitu selain dalam hal maksiat.
Terdapat sebuah hadis:

َ َ‫ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ ﻋﻦ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اِ ﱠن ْاﻟ َﻌ ْﺒ َﺪ اِ َذا ﻧ‬
َ‫ﺼ َﺢ ﻟِ َﺴﯿﱢ ِﺪ ِه َواَﺣْ ﺴَﻦ‬
‫ِﻋﺒَﺎ َدةَ َرﺑﱢ ِﮫ ﻓَﻠَﮫُ اَﺟْ ُﺮهُ َﻣ ﱠﺮﺗَﯿ ِْﻦ‬
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. dari Rasulullah SAW: Sesungguhnya
seorang hamba yang ikhlas terhadap tuannya dan bagus amal ibadahnya kepada
Tuhan, maka ia akan mendapatkan pahala dua kali.
Adapun maksud dari kata ‫ ﻧﺼﺢ‬dalam hadis ini adalah ikhlas dan jujur dalam
bekerja.
Makna kata ‫ ﻗِ ﱞﻦ‬pada bait ini adalah budak.Kata ini dapat dikombinasikan dengan
kata lain yang berjumlah tunggal atau yang lainnya (jamak). Oleh karena itu dapat
diucapkan seperti berikut; ‫ﻗﻦ ﻋﺒﺪ‬ّ atau juga bisa ‫ﻗﻦ ﻋﺒﯿﺪ‬.
ّ

Huruf nun yang terdapat pada kata ‫ َﻋﻠﱢ َﻤ ْﻦ‬dalam bait ini merupakan nun taukid
khafifah.
Kata ُ‫ت إِطَﺎ َﻋﺔ‬
ِ ‫ اﻟﺴﱠﺎدَا‬pada bait ini termasuk kategori idhfatu al-mashdar li al-maf’ul
(penggabungan kata berbentuk mashdar dengan kata yang menjadi objeknya).
Kata ‫ت‬ ِ ‫اﻟﺴﱠﺎدَا‬ditulis dengan huruf alif jamak (yang menunjukkan arti jamak), yang
mana kata ini merupakan bentuk jamak dari kata ‫ ﺳﯿﺪة‬yang terdapat hurufta’
ta’nist-nya (untuk menunjukkan makna perempuan). Hal ini menunjukkan bahwa
kata ‫ت‬
ِ ‫ اﻟﺴﱠﺎدَا‬menunjukkan arti tuan, baik perempuan ataupun laki-laki. Sayyid atau
tuan adalah pemilik budak. Adapun kata ‫ ﺳﯿﺪ‬yang berarti tuan laki-laki ketika
bentuk jamaknyaadalah ‫ ﺳﺎدة‬tanpa menggunakan alif jamak.
Kata ‫ َﻋ ْﺒﺪًا‬pada bait ini merupakan maf’ul muqaddam (objek yang didahulukan
penyebutannya dari pada subjeknya) dari kata ‫ﺗ َْﻠ َﺰ ُم‬. Sedangkan kata ‫ ﺗ َْﻠ َﺰ ُم‬itu sendiri
menjadi khabar dari kata ُ‫إِطَﺎ َﻋﺔ‬.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


ْ َ‫ق َواﺣْ ﻔ‬
(‫ﻆ‬ َ ْ‫َواﻷَوْ َﻻ ْد اﻷَ ْھ ِﻞ ُﺣﻘُﻮ‬ ‫ك َو َﻋﻠﱢ ْﻤﮭُ ْﻢ أَ ْﻧﻔِ ْﻖ‬
َ ‫) ُﻣ َﺤﺘﱠ ُﻢ ﻓَ َﺬا‬

75
Jagalah hak-hakkeluarga dan anak! Berikanlah nafkah dan didiklah mereka!
Karena sesungguhnya hal tersebut adalah wajib hukumnya.
Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan satu macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

60. Menjaga hak keluarga dan anak


Maksudnya adalah menjaga hak-hak istri dan anak. Wajib bagi seorang suami
untuk memberikan nafkah kepada istrinya dengan cara melengkapi kebutuhan-
kebutuhan yang ia perlukan sesuai dengan kemampuan yang ia milki.Oleh karena
itu intensitas dari kemampuan yang dimiliki oleh seorang suamibersifat relatif
(jika dibandingkan dengan orang lain), bisa saja banyak dan bisa juga
sedikit,tergantung pada kesulitan dan kemudahan dalam melengkapi kebutuhan
tersebut.
Janganlah seorang suami tidak memberikan nafkah istrinya yang sebelumnya
belum ia berikan, karena nafkah yang belum ia berikan tersebut merupakan
hutang baginya. Karena bahwasanya nafkahseorang istri merupakan bekal untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini berbeda dengan nafkah yang
diberikan kepada kerabat yang bersifat untuk saling membantu saja.
Selain kewajiban memberikan nafkah, seorang suami juga berkewajiban untuk
mendidik dan mengajarkan ilmu yang diperlukan oleh istrinya, seperti fardu-
farduibadah dan sunah-sunahnya seperti;bersuci, salat, zakat, puasa, haji, hal-hal
yang berhubungan dengan masalah haid (menstruasi) dengan memberitahukan
bahwa ketika sedang haid tidak mengapa ia meninggalkan salat, dan hal-hal
lainnya yang bersangkutan dengan haqullah (hak-hak Allah).
Berbeda dengan Ibnu Al-Baraziy yang mengatakan bahwa hal ini hanya sebatas
pada perintahyang bersangkutan dengan hak-hak diri(istri),seperti menjaga
dirinya (istri)dari laki-laki lain, menutup bagian-bagiantubuh dari pandangan laki-
laki lain yaitu bagian tubuh haram untuk dilihat, tidak meminta bantuanlaki-laki
lain diluar kebutuhan, dan menjaga diri dari memperoleh harta yang haram. Oleh
karena itu diperbolehkan memberikan hukuman untuk istri jika memang ia
melanggarnya.

76
Suami berkewajiban mengajarkan istrinyatentang kewajibannya untuk taat
kepada suami selain dalam hal maksiat,dan memberitahukan tentang keharaman
berbohong tentang kapan masa haidnyadan kapan berakhirnya.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


‫ﺻﻞﱢ َﻣﻮْ ﺗَﻰ أَ ْﺳﻠَ ُﻤﻮْ ا‬ َ ْ‫َواﺣْ ﺒُﺐْ ﻷَ ْھ ِﻞ اﻟ ﱢﺪﯾ ِْﻦ ُر ﱠد َﺳﻼَ َﻣﮭُ ْﻢ * ُﻋﻮْ د ﱠَن َﻣﺮ‬
َ ‫ﺿﻰ‬
Cintalah ahli agama, jawablah salam mereka; kunjungilah orang yang sakit,
salatilah orang muslim yang mati.

Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan empat macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

61. Mencintai ahli agama


Rasulullah saw bersabda:

ِ‫ﺎر َوﯾُ ْﺪ َﺧ َﻞ ْاﻟ َﺠﻨﱠﺔَ ﻓَ ْﻠﺘَﺄْﺗِ ِﮫ َﻣﻨِﯿﱠﺘُﮫُ َوھ َُﻮ ﯾَ ْﺸﮭَ ُﺪ اَ ْن ﻻَ اِﻟﮫَ اِﻻﱠ ﷲُ َواَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا ﱠرﺳُﻮْ ُل ﷲ‬ ِ ‫َح َﻋ ِﻦ اﻟﻨﱠ‬َ ‫َﻣ ْﻦ َﺳ ﱠﺮهُ اَ ْن ﯾُ َﺰﺣْ ﺰ‬
ِ ‫ت اِﻟَﻰ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎس َﻣﺎ ﯾ ُِﺤﺐﱡ اَ ْن ﯾ ُْﺆﺗَﻰ اِﻟَ ْﯿ ِﮫ‬ ِ ْ‫َو ْﻟﯿَﺄ‬
Barangsiapa senang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
hendaklah berupaya agar ketika mati dalam keadaan bersaksi bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad
adalah utusan Allah; dan suka berkunjung sebagaimana ia senang untuk
dikunjungi.
Sabda Rasulullah saw riwayat Anas ra:
‫ف ِﻣﻦَ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِ ْﯿﻦَ ؛ ﻓَﺎِ ﱠن ﻟِ ُﻜ ﱢﻞ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ َﺷﻔَﺎ َﻋﺔً ِﻋ ْﻨ َﺪ ﷲِ ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ‬ ِ ‫اَ ْﻛﺜِﺮُوْ ا ِﻣﻦَ ْاﻟ َﻤ َﻌ‬
ِ ‫ﺎر‬
Perbanyaklah kenalan dengan orang mukmin; karena sesungguhnya setiap orang
mukmin mempunyai syafaat (pertolongan) di sisi Allah pada hari kiamat.
Rasulullah saw bersabda:
‫َﻣﺜَ ُﻞ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ ْﯿﻦَ ﻓِﻰ ﺗَ َﻮآ ﱢد ِھ ْﻢ َوﺗَ َﺮا ُﺣ ِﻤ ِﮭ ْﻢ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ ْاﻟ َﺠ َﺴ ِﺪ ؛ اِ َذا ا ْﺷﺘَ َﻜﻰ ﻋُﻀْ ٌﻮ ِﻣ ْﻨﮫُ ﺗَﺪَاﻋَﻰ َﺳﺎﺋِ ُﺮهُ ﺑِ ْﺎﻟ ُﺤ َﻤﻰ َواﻟ ﱠﺴﮭَ ِﺮ‬
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kesayangan mereka
adalah seperti tubuh; jika salah satu anggota tubuh mengaduh, maka anggota
tubuh lainnya saling memanggil dengan sakit panas dan tidak dapat tidur.

77
Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫اِدْﺧَ ﺎ ُل اﻟ ﱡﺴﺮُوْ ِر ﻓِﻰ ﻗَ ْﻠ‬


ً‫ﺐ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ َﺧ ْﯿ ٌﺮ ِﻣ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ َد ِة ِﺳﺘﱢ ْﯿﻦَ َﺳﻨَﺔ‬

Membuat kesenangan di hati seorang mukmin adalah lebih baik pahalanya dari
pada ibadah enam puluh tahun.
Melebihkan penghormatan terhadap seseorang yang sikap dan pakaiannya
menunjukkan ketinggian kedudukannya di masyarakat dari pada lainnya adalah
pantas, sehingga dapat menempatkan seseorang pada kedudukannya yang layak.
Dalam suatu perjalanan Sayyidatina Aisyah singgah di tempat persinggahan dan
menyiapkan makanan. Kemudian seorang pengemis datang, dan beliau berkata:
"Berilah pengemis itu uang satu sen!" Sesudah itu ada seseorang yang naik
kendaraan lewat; lalu Sayyidatina Aisyah ra berkata: "Ajaklah ia untuk ikut
makan !" Beliau ditanya oleh para sahabat: "Tuan putri telah memberi pengemis
yang miskin tadi uang satu sen dan mengundang orang yang kaya untuk ikut
makan?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menempatkan
manusia pada tempat mereka masing-masing. Oleh karena itu kita harus
menempatkan mereka pada tempat mereka yang layak. Pengemis yang miskin tadi
sudah rela dengan pemberian uang sebanyak satu sen; tetapi buruk bagi kita untuk
memberi orang yang keadaannya seperti orang kaya tadi dengan uang satu sen!"

62. Menjawab salam orang muslim


Rasulullah saw bersabda:
ً‫ﺖ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ْاﻟ َﻤﻶﺋِ َﻜﺔُ َﺳ ْﺒ ِﻌ ْﯿﻦَ َﻣ ﱠﺮة‬ َ ‫اِ َذا َﺳﻠﱠ َﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ َﻋﻠَﻰ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ﻓَ َﺮ ﱠد َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ‬
ْ ‫ﺻﻠ ﱠ‬

Apabila seorang muslim memberi salam kepada orang muslim lain, kemudian
orang yang diberi salam tersebut menjawab, maka para malaikat memintakan
ampun kepada orang yang menjawab salam 70 (tujuh puluh) kali.
Rasulullah saw bersabda:
‫اِ ﱠن ْاﻟ َﻤﻶﺋِ َﻜﺔَ ﺗُ ْﻌ ِﺠﺐُ ِﻣﻦَ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ﯾَ ُﻤﺮﱡ َﻋﻠَﻰ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ َوﻻَ ﯾُ َﺴﻠﱢ ُﻢ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ‬
Sesungguhnya para malaikat merasa heran terhadap seorang muslim yang
melewati orang muslim yang lain dan ia tidak mengucapkan salam kepadanya.
Salam sunnah disampaikan sebelum berbicara dan disunnahkan berjabatan tangan
pada waktu memberi salam. Rasulullah saw bersabda:

َ ‫ﺗَ َﻤﺎ ُم ﺗَ ِﺤﯿﱠﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ْﻢ ْاﻟ ُﻤ‬


ُ ‫ﺼﺎﻓَ َﺤﺔ‬

(Kesempurnaan salam di antara kamu sekalian adalah berjabatan tangan.)


78
63. Mengunjungi orang sakit
Rasulullah saw bersabda:
ْ ‫ ﻓَﺎ ِ َذا ﻗَ َﻌ َﺪ ِﻋ ْﻨ َﺪهُ ﻗَﺮ‬، ‫ﺎض ﻓِﻰ اﻟﺮﱠﺣْ َﻤ ِﺔ‬
‫ﱠت ﻓِ ْﯿ ِﮫ‬ َ ‫اِ َذا ﻋَﺎ َد اﻟ ﱠﺮ ُﺟ ُﻞ ْاﻟ َﻤ ِﺮﯾ‬
َ َ‫ْﺾ ﺧ‬
Apabila seseorang mengunjungi orang sakit, maka ia menyeberangi lautan rahmat
dan apabila ia duduk di dekat orang yang sakit, maka rahmat tersebut tetap pada
dirinya.
Rasulullah saw bersabda:
‫ك َوﺗَﺒَﻮ ْﱠأتَ َﻣ ْﻨ ِﺰﻻً ﻓِﻰ ْاﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ‬ َ َ‫ ِطﺒْﺖَ َوط‬: ‫اِ َذا ﻋَﺎ َد ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ اَﺧَﺎهُ اَوْ َزا َرهُ ﻗَﺎ َل ﷲُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬
َ ‫ﺎب َﻣ ْﻤﺸَﺎ‬
Apabila seseorang muslim mengunjungi saudaranya atau menziarahinya, maka
Allah berfirman: "Telah berbuat bagus engkau dan bagus perjalananmu dan
engkau akan menempati sebuah rumah di surga".
Rasulullah saw bersabda:

َ ‫ﻀ َﻊ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﯾَ َﺪهُ َﻋﻠَﻰ َﺟ ْﺒﮭَﺘِ ِﮫ اَوْ َﻋﻠَﻰ ﯾَ ِﺪ ِه َوﯾَﺴْﺄَﻟُﮫُ َﻛ ْﯿﻒَ ھُ َﻮ َوﺗَ َﻤﺎ ُم ﺗ َِﺤﯿﱠﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ اَ ْﻟ ُﻤ‬
ُ ‫ﺼﺎﻓَ َﺤﺔ‬ ِ ‫ﺗَ َﻤﺎ ُم ِﻋﯿَﺎ َد ِة ْاﻟ َﻤ ِﺮﯾ‬
َ َ‫ْﺾ اَ ْن ﯾ‬

Kesempurnaan mengunjungi orang yang sakit hendaklah kau letakkan tangannya


pada dahinya atau pada tangannya sambil berkata: "Bagaimana keadaannya?"
Dan kesempurnaan salam kamu sekalian adalah berjabatan tangan.

64. Melakukan salat pada mayit muslim


Rasulullah saw bersabda:
‫ﺼﻼَةُ َوا ِﺟﺒَﺔٌ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َﺧ ْﻠﻒَ ُﻛ ﱢﻞ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ‬ ‫ َواﻟ ﱠ‬. ‫اَ ْﻟ ِﺠﮭَﺎ ُد َوا ِﺟﺐٌ َﻣ َﻊ ُﻛ ﱢﻞ اَ ِﻣﯿ ٍْﺮ ﺑَ ًّﺮا َﻛﺎنَ اَوْ ﻓَﺎ ِﺟ ًﺮا َواِ ْن ھُ َﻮ َﻋ ِﻤ َﻞ ْاﻟ َﻜﺒَﺎﺋِ َﺮ‬
ً
‫ت ﺑَ ّﺮا َﻛﺎنَ اَوْ ﻓَﺎ ِﺟ ًﺮا َواِ ْن‬ ُ ْ‫اﺟﺒَﺔٌ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َو َﻋﻠَﻰ ُﻛﻞﱢ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ ﯾَ ُﻤﻮ‬
ِ ‫ﺼﻼَةُ َو‬ ‫ َواﻟ ﱠ‬. ‫ﺑَ ًّﺮا َﻛﺎنَ اَوْ ﻓَﺎ ِﺟ ًﺮا َواِ ْن ھُ َﻮ َﻋ ِﻤ َﻞ اﻟْ َﻜﺒَﺎﺋِ َﺮ‬
‫ھ َُﻮ َﻋ ِﻤ َﻞ ْاﻟ َﻜﺒَﺎﺋِ َﺮ‬
Berjuang bersama setiap pemimpin wajib hukumnya, tak peduli apakah ia orang
baik atau orang durhaka meskipun melakukan dosa-dosa besar. Salat bersama
setiap imam yang muslim wajib hukumnya, tak peduli apakah ia orang baik atau
orang durhaka meskipun melakukan dosa-dosa besar. Dan salat itu wajib atas
kamu sekalian dan atas setiap muslim yang mati, tak peduli apakah ia orang baik
atau orang durhaka meskipun melakukan dosa-dosa besar.

79
Maksud hadits di atas adalah bahwa berjuang, salat berjamaah, dan salat janazah
adalah fardlu kifayah. Disunnahkan agar jumlah orang yang melakukan salat
janazah sebanyak 100 (seratus) orang, berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw:
ْ ‫ﺻﻠﱠﻰ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ِﻣﺎﺋَﺔٌ ِﻣﻦَ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤ ْﯿﻦَ ُﻏﻔِ َﺮ‬
ُ‫ت ُذﻧُﻮْ ﺑُﮫ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ‬
Barangsiapa yang jenazahnya disalatkan oleh 100 orang muslimin, niscaya
diampunkan baginya dosa-dosanya.
Syeikh al-Azizi menukil pendapat Syeikh al-Manawi, bahwa yang nampak dari
hadits di atas adalah dosa-dosa mayit tersebut diampunkan, sampai dengan dosa-
dosa besar.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


ْ ُ‫ﺶ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ َﺣ ِﻤ َﺪ ْا ِﻹﻟَﮫَ * َوا ْﺑ ُﻌ ْﺪ اَ ِﺧﻰ ﻋ َْﻦ ُﻣ ْﻔ ِﺴ ٍﺪ ﻻَﺗ‬
‫ﻈﻠَ ُﻢ‬ ْ ‫َﺷ ﱢﻤ‬
ِ ‫ﺖ ﻟِ َﻌﺎ ِط‬
Bacalah tasymit bagi orang muslim yang bersin dan memuji Allah; jauhilah wahai
saudaraku orang yang berbuat kerusakan, niscaya engkau tidak dianiaya.
Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan dua macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

65. Membaca tasymit bagi orang yang bersin


Tasymit ialah mengucapkan:

َ ‫ﯾَﺮْ َﺣ ُﻤ‬
" ُ‫ﻚ ﷲ‬
Semoga Allah memberi rahmat kepadamu
kepada orang yang bersin dan mengucapkan

ِ ِ ‫اَ ْﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ‬
Segala puji tetap bagi Allah.

80
Tasymit berarti mendoakan keselamatan dari musibah, atau mendoakan orang
yang bersin agar tetap dalam keadaannya yang semula. Karena bersin terkadang
sebagai penyebab leher menjadi bengkok.
Imam al-Ghozali berkata bahwa orang bersin yang didoakan dengan

ُ‫ﯾَﺮْ َﺣ ُﻤﻚَ ﷲ‬
hendaknya menjawab dengan ucapan
‫ﯾَ ْﮭ ِﺪ ْﯾ ُﻜ ُﻢ ﷲُ َوﯾُﺼْ ﻠِ ُﺢ ﺑَﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ‬

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu dan memperbaiki hatimu sekalian.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud katanya:
‫ ﻓَﺎِ َذا ﻗَﺎ َل‬. َ‫ اَ ْﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ِ ِ َربﱢ ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤ ْﯿﻦ‬: ْ‫ﺲ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﻓَ ْﻠﯿَﻘُﻞ‬
َ ‫ اِ َذا َﻋ ِﻄ‬: ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَﯿْ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﯾُ َﻌﻠﱢ ُﻤﻨَﺎ ﺑِﻘَﻮْ ﻟِ ِﮫ‬ َ ِ‫َﻛﺎنَ َرﺳُﻮْ ُل ﷲ‬
‫ ﯾَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﷲُ ﻟِﻰ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ‬: ْ‫ ﻓَﺎِ َذا ﻗَﺎﻟُﻮْ ا َذﻟِﻚَ ﻓَ ْﻠﯿَﻘُﻞ‬. ُ‫ﻚ ﷲ‬ َ ُ َ َ ُ َ ‫ﻚ ﻓَ ْﻠﯿَﻘُﻞْ َﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻨ‬
‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ْ‫ﺮ‬ ‫ﯾ‬ : ‫ه‬‫ﺪ‬ َ ِ‫َذﻟ‬
Rasulullah saw telah mengajar kepada kita dengan sabda beliau: "Jika salah
seorang dari kamu bersin, hendaklah mengucapkan:
" َ‫"اَ ْﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ِ َربﱢ ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤ ْﯿﻦ‬
(Segala puji bagi Allah yang menguasai seluruh alam).
Jika orang yang bersin mengucapkan hamdalah tersebut, hendaklah orang-orang
yang ada di dekatnya mengucapkan:

َ ‫"ﯾَﺮْ َﺣ ُﻤ‬
"ُ‫ﻚ ﷲ‬

(Semoga Allah memberi rahmat kepadamu).


Apabila mereka mengucapkan tasymit, hendaklah orang yang bersin
mengucapkan:
"‫" َﯾ ْﻐﻔِ ُﺮﷲُ ﻟِﻰ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ‬
(Semoga Allah mengampuni dosa bagiku dan bagi kamu sekalian).
Rasulullah saw pernah membacakan tasymit untuk seseorang dan tidak
membacanya untuk orang lain yang bersin. Orang yang tidak dibacakan tasymit
bertanya kepada beliau tentang hal tersebut; lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya
81
orang yang saya bacakan tasymit untuknya tadi, dia membaca hamdalah,
sedangkan engkau diam."
Syarat membaca tasymit bagi orang yang bersin:
1. Membaca hamdalah sesudah bersin.
2. Bersinnya tidak dibuat-buat dengan mencium bau yang dapat membuat bersin.

66. Menjauhi setiap orang yang berbuat kerusakan


Orang yang berbuat kerusakan ialah orang kafir, orang yang berbuat bid'ah, orang
yang melakukan dosa besar, orang yang melarikan diri dari fitnah yang akan
menimpa agama, dan yang enggan berhijrah dari daerah orang kafir ke daerah
orang Islam.
Seseorang yang tidak mampu menampakkan agamanya di daerahnya sendiri
karena difitnah wajib pindah ke daerah lain yang mampu menampakkan
agamanya. Jika seseorang mampu menampakkan agamanya, maka lebih utama
tidak berhijrah. Adapun orang yang memiliki kekuatan di daerahnya sendiri atau
dapat mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat dan bila berpindah daerahnya
akan menjadi kekuasaan musuh, maka ia wajib menetap di daerahnya,
sebagaimana keterangan dari Imam Ramli dalam kitab Umdat ar-Rabih.
Imam Ibnu Imad berpendapat bahwa seseorang tidak pantas tinggal bersama
dengan orang yang rusak agamanya. Bila ia selamat dan tidak mengikuti
perbuatannya yang dosa, maka ia akan terpengaruh sebagian dari akhlaknya
karena tabiat akan menyusup dengan cara yang tidak disadari oleh seseorang.
Dalam surat al-Isra ayat 84 Allah SWT berfirman:
‫ﻗُﻞْ ُﻛ ﱞﻞ ﯾَ ْﻌ َﻤ ُﻞ َﻋﻠَﻰ ﺷَﺎ ِﻛﻠَﺘِ ِﮫ‬...
Katakan: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing...
Artinya, bahwa setiap orang akan berbuat menurut cara yang telah digambarkan
dan menurut pergaulannya. Kata penyair:
‫َﻦ ْاﻟ َﻤﺮْ ِء ﻻَ ﺗَﺴْﺄَلْ َو َﺳﻞْ ﻋ َْﻦ ﻗَ ِﺮ ْﯾﻨِ ِﮫ * ﻓَ ُﻜﻞﱡ ﻗَ ِﺮ ْﯾ ٍﻦ ﺑِ ْﺎﻟ ُﻤــﻘَﺎ َر ِن ﯾَ ْﻘـﺘَ ِﺪى‬
ِ ‫ﻋ‬
Janganlah kamu tanyakan kelakuan seseorang; tanyakanlah tentang temannya.
Karena setiap teman itu akan mengikuti kelakuan orang yang ditemani.
Pengertian dari syair tersebut adalah jika engkau ingin mengetahui kelakuan
seseorang, janganlah engkau tanyakan kepadanya, tetapi perhatikanlah siapa
82
orang yang dipergauli. Orang tersebut akan berbuat dengan cara yang dilakukan
oleh orang yang ditemani.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:

ٍ ‫ْﻒ ﺛُ ﱠﻢ ﻟِ َﺠ‬
‫ﺎر اَ ْﻛ ِﺮ ِم‬ ِ ‫ﺗَ ْﻐﻨَ ُﻢ ﺗَﺎْ َﻣ ْﻦ اﻟ ﱢﺪﯾ ِْﻦ اَ ْھ ِﻞ ﻋَﻮْ َرا‬
َ ‫ت * َوا ْﺳﺘُ َﺮ ْن‬
ٍ ‫ﺿﯿ‬
Muliakan tetangga dan tamu; dan tutuplah aurat-aurat ahli agama, niscaya engkau
akan aman lagi beruntung.
Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan dua macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

67. Memuliakan tetangga


Memuliakan tetangga maksudnya adalah berbuat baik kepada tetangga dengan
jalan: menampakkan wajah yang cerah dan berseri-seri, memberi makanan
kepadanya, dan menanggung perbuatan tidak baik yang dilakukan olehnya. Jika
tidak mampu berbuat demikian, hendaklah menahan diri untuk tidak menyakiti
tetangga.
Rasulullah saw bersabda:
‫ك ﺗَ ُﻜ ْﻦ ُﻣ ْﺴﻠِ ًﻤﺎ‬ َ ‫اَﺣْ ِﺴ ْﻦ ُﻣ َﺠ‬
َ ‫ﺎو َرةَ َﻣ ْﻦ َﺟ‬
َ ‫ﺎو َر‬
Berbuat baiklah dalam mempergauli orang yang menjadi tetanggamu, niscaya
engkau menjadi orang muslim.
Rasulullah saw bersabda:

َ ‫َﻣ ْﻦ َﻛﺎنَ ﯾ ُْﺆ ِﻣﻦُ ﺑِﺎ ِ َو ْاﻟﯿَﻮْ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ﻓَ ْﻠﯿُ ْﻜ ِﺮ ْم َﺟ‬


ُ‫ﺎره‬
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia
memuliakan tetangganya.
Dalam hadits yang lain disebutkan:

َ ‫ﺚ َواَدَا ِء ْاﻻَ َﻣﺎﻧَ ِﺔ َواَ ْن ﻻَ ﯾ ُْﺆ ِذ‬


ُ‫ي َﺟﺎ َره‬ ِ ‫ق ْاﻟ َﺤ ِﺪ ْﯾ‬ ِ ِ‫َﻣ ْﻦ اَ َرا َد اَ ْن ﯾُ ِﺤﺒﱠﮫُ ﷲُ ﻓَ َﻌﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺑ‬
ِ ‫ﺼ ْﺪ‬
Barangsiapa yang ingin dicintai oleh Allah ia wajib berkata benar, menunaikan
amanat, dan tidak menyakiti tetangganya.

83
Sabda Rasulullah saw:
ُ‫ﺎر ِه ْاﻟ َﻐ ِﻨ ﱢﻲ ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ َوﯾَﻘُﻮْ ُل ﯾَﺎ َربﱢ َﺳﻞْ ھَ َﺬا ﻟِ َﻢ َﻣﻨَ َﻌﻨِﻰ َﻣ ْﻌﺮُوْ ﻓَﮫ‬ ُ ‫اِ ﱠن ْاﻟ َﺠﺎ َر ْاﻟﻔَﻘِ ْﯿ َﺮ ﯾَﺘَ َﻌﻠﱠ‬
ِ ‫ﻖ ﺑِ َﺠ‬
Sesungguhnya tetangga yang fakir akan bergantung kepada tetangganya yang
kaya pada hari kiamat seraya berkata: "Wahai Tuhanku, tanyailah tetanggaku
ini, mengapa ia mencegah aku terhadap kebaikannya."
Menurut Imam as-Suhaymi, kriteria tetangga ialah orang yang jarak antara rumah
Anda dengan rumahnya kurang dari 40 rumah dari berbagai arah.

68. Memuliakan tamu


Memuliakan tamu artinya berbuat baik dalam menyambut tamu yang datang
dengan muka berseri-seri dan ucapan yang bagus, cepat-cepat memberi jamuan
yang ada dan melayaninya sendiri, sebagaimana Rasulullah saw, Abu Bakar,
Umar, Utsman, Ali, dan Umar bin Abdul Aziz melayani tamu dengan pribadi
beliau sendiri. Kewajiban memberi makan tamu adalah selama tiga hari menurut
kadar kemampuannya.
Seyogyanya seseorang tidak perlu memaksakan diri untuk memberi jamuan
kepada tamu dengan mengusahakan sesuatu yang tidak dimiliki. Ia cukup
menjamu tamu dengan sesuatu yang sudah ada dengan ukuran kemampuannya,
tidak perlu dengan upaya meminjam kepada orang lain atau membeli makanan
dengan berhutang, berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw:

ِ ‫اَﻧَﺎ َواﻷَ ْﺗﻘِﯿَﺂ ُء ِﻣ ْﻦ اُ ﱠﻣﺘِﻰ ﺑُ َﺮ َءآ ُء ِﻣﻦَ اﻟﺘﱠ َﻜﻠﱡ‬


‫ﻒ‬
Saya dan umatku yang bertakwa adalah orang-orang yang membebaskan diri
dari memaksakan diri.
Rasulullah saw bersabda:

َ ‫َﺾ ﷲَ اَ ْﺑ َﻐ‬
ُ ‫ﻀﮫ ُ ﷲ‬ َ ‫َﺾ ﷲَ َو َﻣ ْﻦ اَ ْﺑﻐ‬
َ ‫ﻀ ْﯿﻒَ ﻓَﻘَ ْﺪ اَ ْﺑﻐ‬ َ ‫ْﻒ ﻓَﺘَ ْﺒ َﻐﻀُﻮْ هُ ﻓَﺎِﻧﱠﮫُ َﻣ ْﻦ اَ ْﺑﻐ‬
‫َﺾ اﻟ ﱠ‬ ‫ﻻَ ﺗَﺘَ َﻜﻠﱠﻔُﻮْ ا ﻟِﻠ ﱠ‬
ِ ‫ﻀﯿ‬
Janganlah kamu sekalian memaksakan diri untuk menyuguh tamu, sehingga kamu
benci kedatangan tamu. Karena sesungguhnya barangsiapa yang membenci tamu,
maka ia telah membenci Allah. Dan Barangsiapa yang membenci Allah, niscaya
Allah akan membenci dia.
Sahabat Salman al-Farisi berkata bahwa Rasulullah saw telah memerintahkan
kepadanya untuk :
1. tidak memaksakan diri dalam memberi jamuan kepada tamu dengan sesuatu
yang tidak dimiliki,
84
2. memberikan suguhan kepada tamu dengan sesuatu yang sudah ada padanya,
3. tidak boleh membedakan antara tamu kaya atau fakir dalam memberikan
suguhan; karena tamu yang masuk ke dalam rumah adalah membawa rahmat dan
keluar bersama dosa pemilik rumah.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫ْﻒ ﻓَﯿَ ْﻨﻈُ ُﺮ ﻓِﻰ َوﺟْ ِﮭ ِﮫ ﺑِﺒِﺸَﺎ َﺷ ٍﺔ اِﻻﱠ َﺣ ﱠﺮ َم ﷲُ َﺟ َﺴ َﺪهُ َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎر‬ َ ‫َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻋ ْﺒ ٍﺪ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ ﯾَﺄْﺗِ ْﯿ ِﮫ‬
ٌ ‫ﺿﯿ‬

Seseorang beriman yang kedatangan tamu kemudian memandang muka tamu


tersebut dengan wajah berseri-seri, niscaya diharamkan jasadnya masuk neraka
oleh Allah.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Darda' dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda:

ِ ‫ْﻒ ﻓَﯿَ ْﻨﻈُ ُﺮ ﻓِﻰ َوﺟْ ِﮭ ِﮫ ﺑِﺒِﺸَﺎ َﺷ ٍﺔ اِﻻﱠ َﺣ ﱠﺮ َم ﷲُ َﺟ َﺴ َﺪهُ َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎر‬ َ ‫َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻋ ْﺒ ٍﺪ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ ﯾَﺄْﺗِ ْﯿ ِﮫ‬
ٌ ‫ﺿﯿ‬

Seseorang beriman yang kedatangan tamu kemudian memandang muka tamu


tersebut dengan wajah berseri-seri, niscaya diharamkan jasadnya masuk neraka
oleh Allah.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Darda' dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda:
‫ﺎرھَﺎ َوﻗِﯿَ ِﺎم ﻟَ ْﯿﻠِﮭَﺎ‬ ِ ‫َﺐ ﷲُ ﻟَﮫُ َﻋ َﻤ َﻞ َﺳﻨَ ٍﺔ‬
ِ َ‫ﺻﯿَ ِﺎم ﻧَﮭ‬ َ ِ‫ ﻓَﺎِ َذا ﻓَ َﻌ َﻞ ذﻟ‬. ‫ْﻒ ﻓَ ْﻠﯿ ُْﻠﻘِ َﻤﮫ ُ ﺑِﯿَ ِﺪ ِه‬
َ ‫ﻚ َﻛﺘ‬ ‫اِ َذا اَ َﻛ َﻞ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﻣ َﻊ اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﻀﯿ‬
Apabila salah seorang dari kamu sekalian makan bersama tamu, hendaklah dia
menyuapi tamu dengan tangannya. Apabila ia melakukan demikian, maka Allah
mencatat baginya amal satu tahun, yang dilakukan puasa siang harinya dan salat
pada malam harinya.
Imam Ahmad as-Suhaymi dan Ahmad bin Imad menuturkan bahwa Nabi Ibrahim
as apabila ingin makan, beliau berjalan satu sampai dua mil untuk mencari tamu
yang diajak makan bersama. Beliau diberi julukan bapak tamu. Beliau ingin
membuat jamuan bagi umat Muhammad saw sampai hari kiamat. Lalu Allah SWT
berfirman kepada beliau: "Sesungguhnya engkau tidak mampu berbuat
demikian!" Nabi Ibrahim berdatang sembah: "Wahai Tuhanku, Engkau Maha
Mengetahui keadaan hamba dan Maha Kuasa mengabulkan permohonan hamba!"
Kemudian Allah mengabulkan permohonannya dan memerintahkan kepada
Malaikat Jibril as untuk memberikan segenggam kapur surga kepada Nabi
Ibrahim as, serta memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk naik ke atas gunung
Abi Qubaisy dan meniupkan kapur tersebut ke udara. Nabi Ibrahim as melakukan
petunjuk Malaikat Jibril, dan tersebarlah kapur tersebut di muka bumi. Setiap
tempat yang kejatuhan sebagian dari kapur tersebut airnya berubah menjadi asin

85
karena mengandung garam sampai hari kiamat. Dengan demikian semua garam
yang ada di bumi ini adalah suguhan dari Nabi Ibrahim as.
Adapun tatakrama dari orang yang menjadi tamu adalah cepat-cepat memenuhi
keinginan tuan rumah dalam beberapa hal antara lain makan makanan dan tidak
beralasan sudah kenyang dan makan semampunya.

69. Menutupi aurat atau cacat orang mukmin

Abu Ali ad-Daqqaq menceriterakan bahwa ada seorang wanita datang kepada
Syeikh Hatim bin Alwan al-Asham, semoga Allah mensucikan rahasianya, untuk
bertanya tentang sesuatu masalah. Wanita tersebut kentut di hadapan Syeikh
Hatim, sehingga muka wanita tersebut menjadi pucat karena malu. Melihat hal
tersebut, Syeikh Hatim berkata kepada wanita tersebut: "Keraskanlah suaramu!"
Dengan ucapan tersebut Syeikh Hatim memperlihatkan kepada wanita tersebut
bahwa beliau tuli; sehingga wanita tersebut senang hatinya dan berpendapat
bahwa Syeikh Hatim tidak mendengar suara kentutnya. Itulah sebabnya Syeikh
Hatim terkenal dengan nama al-Asham (orang yang tuli).
Syeikh Ibnul 'Imad mengatakan bahwa menyebutkan kesalahan orang lain karena
tujuan yang benar menurut syara', yang tujuan tersebut tidak dapat terpenuhi
kecuali dengan menyebutkan kesalahan tersebut adalah diperbolehkan dalam 15
(limabelas) hal:
a. Menunjukkan kepada ucapan yang benar. Misalnya Anda mendengar
seseorang mengucapkan ucapan yang mungkar; maka seyogyanya Anda
mengatakan kepadanya: "Anda telah berkata demikian dan demikian. Ucapan itu
tidak sesuai; yang benar adalah demikian!"
b. Memberi nasihat kepada orang yang meminta petunjuk dalam persoalan
nikah, menitipkan amanat, atau lainnya. Anda wajib memberitahukan kepadanya
keadaan yang sebenarnya dari orang yang dinikahkan atau dititipi amanat,
berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw:

َ ‫ﺼ َﺢ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ اَﺧَﺎهُ ﻓَ ْﻠﯿَ ْﻨ‬


ُ‫ﺼﺢْ ﻟَﮫ‬ َ ‫اِ َذا ا ْﺳﺘَ ْﻨ‬
Jika salah seorang dari kamu sekalian meminta nasihat kepada saudaranya,
maka hendaklah ia memberi nasihat kepadanya.
c. Mengingatkan orang alim yang salah kepada pengikutnya. Misalnya, apabila
ada seseorang bertanya kepada Anda tentang sesuatu masalah, kemudian ia
mengatakan: "Kyai saya mengatakan demikian dan demikian." Anda boleh

86
mengatakan: "Kyai saudara salah!" Termasuk juga ucapan para pengarang kitab
dalam kitab-kitab mereka: "Si Fulan berkata demikian. Beliau adalah salah!" dan
lain sebagainya. Hal itu diperbolehkan jika dimaksudkan untuk menjelaskan
kesalahannya agar tidak diikuti. Jika tidak demikian, maka hukumnya haram.
d. Minta tolong untuk mengubah kemungkaran, seperti ucapan Anda kepada
orang yang Anda harapkan kemampuannya untuk menghapus kemungkaran: "Si
Fulan telah melakukan demikian, maka tolonglah saya untuk mencegahnya." Hal
ini diperbolehkan dengan syarat apabila maksudnya adalah untuk meminta
bantuan guna melenyapkan kemungkaran. Jika tidak demikian maksudnya,
hukumnya haram.
e. Mengenal identitas seseorang, seperti ucapan Anda: "Fulan si juling, atau
lainnya. Hal ini diperbolehkan apabila identitas si Fulan tidak dikenal kecuali
dengan menyebut cacatnya, karena kebetulan orang yang bernama Fulan banyak.
Jika identitas si Fulan dapat dikenal tanpa menyebutkan cacatnya, maka lebih
utama tidak usah menyebutkan cacatnya. Kebolehan menyebutkan cacat si Fulan
disyaratkan dengan maksud untuk mengenal. Jika maksudnya untuk mencela,
hukumnya haram.
f. Menjaga kerusakan, seperti ucapan Anda kepada saksi yang tidak adil:
"Orang ini tidak sah untuk menjadi saksi, karena ia telah melakukan demikian dan
demikian."
g. Meminta fatwa, seperti ucapan Anda kepada orang yang dimintai fatwa:
"Ayahku, suamiku, atau saudaraku telah berbuat dhalim kepadaku.
Bagaimanakah jalan keluar untuk menyelamatkan diri dari kedhaliman tersebut?"
Jika dapat menggunakan kata sindiran lebih baik, misalnya: "Bagaimana pendapat
Anda mengenai seseorang yang dianiaya oleh bapaknya, suaminya, atau
saudaranya?" Namun apabila menyebutkan dengan jelas, diperbolehkan dengan
alasan ini, sebagaimana pendapat Imam al-Ghazali.
h. Mencegah perbuatan fasik seseorang yang tidak menutupi perbuatan
cacatnya, misal orang yang menceriterakan perbuatan zina dan dosa-dosa besar
yang dilakukan. Anda boleh menuturkan perbuatan fasik yang dilakukan dan
bukan perbuatan cacat lainnya, dengan syarat apabila Anda bermaksud agar orang
yang Anda beritahu mau menyampaikan kepadanya, sehingga ia berhenti dari
perbuatannya yang fasik. Kebolehan menuturkan cacat seseorang di sini adalah
jika ia menceriterakan perbuatan fasik yang telah dilakukan dengan perasaan
bangga. Akan tetapi jika ia menceriterakan dengan perasaan menyesal dan taubat,
maka haram menuturkannya karena sama dengan mengghibah. Jika orang yang
menampakkan perbuatan fasik adalah orang alim, maka haram mengghibahnya
secara mutlak. Karena jika orang awam mendengar perbuatan fasik si alim
87
tersebut, maka dosa-dosa besar tersebut bagi orang awam menjadi remeh,
sehingga mereka berani melakukannya.
i. Memperingatkan seseorang dari kejahatan orang lain. Apabila Anda melihat
seseorang yang ingin berkumpul (kerja sama) dengan orang yang mempunyai
cacat, maka Anda boleh menyebutkan cacat tersebut kepada orang yang akan
diajak kerja sama, jika sekiranya orang yang akan diajak kerja sama tidak dapat
tercegah dari kejahatannya tanpa diberi tahu. Jika tidak dengan maksud demikian,
maka penyebutan catat tersebut haram.
j. Menuturkan cacat orang yang menampakkan perbuatan bid'ah.
k. Menuturkan cacat orang yang menyembunyikan perbuatan bid'ahnya.
l. Menuturkan kesalahan lawan kepada hakim pada waktu ada dakwaan atau
pertanyaan.
m. Menyebutkan catat orang yang dhalim yang mengadukan kepada jaksa atau
penguasa.
n. Menuturkan cacat orang kafir yang memusuhi kaum muslimin. Orang kafir
yang tidak memusuhi kaum muslimin tidak boleh dituturkan cacatnya.
o. Menuturkan cacat orang yang murtad, dalam arti bukan orang yang
meninggalkan salat fardlu.
Imam Ahmad as-Suhaymi menceriterakan kisah Ibnu Arabi dalam kitab "Lubab
at-Thalibin". Ibnul Arabi berkata bahwa setiap orang Islam sepatutnya
berkeyakinan bahwasanya kesalahan yang dilakukan oleh anak cucu Rasulullah
saw tidak boleh dicela karena telah dimaafkan oleh Allah. Hal tersebut didasarkan
atas kisah yang dialami Ibnu Arabi tentang keadaan anak cucu Rasulullah saw.
Seorang yang tsiqah (tepercaya beritanya) menceriterakan kepada Ibnul Arabi di
kota Makkah: "Saya membenci apa yang dilakukan oleh anak cucu Rasulullah
saw terhadap orang-orang di kota Makkah." Ketika tidur Ibnul Arabi melihat
Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah saw berpaling darinya. Ibnu Arabi memberi
salam kepada beliau dan bertanya tentang sebab beliau berpaling. Beliau bersabda:
"Sungguh engkau telah mencela orang-orang yang mulia!" Ibnu Arabi bertanya:
"Wahai Sayyidattina Fatimah, apakah tuan putri tidak melihat apa yang mereka
lakukan terhadap orang-orang?" Beliau bersabda: "Bukankah mereka itu anak
cucu saya?" Lalu Ibnul Arabi berkata kepada beliau: "Sejak sekarang aku
bertaubat!" Kemudian Sayyidatina Fatimah menghadap kepadanya dan ia
terbangun dari tidurnya.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
88
‫َواﺻْ ﺒِﺮْ ﺗَ َﺰھﱠ ْﺪ َوا ْﺋﺘِﯿَ ﱠﻦ ﺑِ ِﻐ ْﯿ َﺮ ٍة * اَ ْﻋ ِﺮضْ ﻋ َْﻦ ْاﻟ َﻤ ْﻠﻐَﺎ ِة ُﺟ ْﺪ ﺗَﺘَ َﻜ ﱠﺮ ُم‬
Bersabarlah, berzuhudlah, dan benar-benarlah engkau cemburu; berpalinglah
dari hal yang tidak berguna, berbuatlah dermawan, niscaya engkau menjadi
orang mulia.
Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan lima macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

70. Sabar dalam ketaatan hingga selesai melaksanakannya


Selain kesabaran dalam melakukan ketaatan sampai ketaatan tersebut
terselesaikan, kesabaran juga diperlukan dalam beberapa hal seperti:

 bersabar mengalami musibah duniawi, sekira hatinya tidak marah


terhadap musibah tersebut,
 bersabar dalam menjauhi kemaksiatan, sehingga tidak jatuh dalam
kemaksiatan tersebut, dan
 bersabar terhadap menghadapi kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan jalan tidak membalas kejahatannya, dan hendaklah hatinya rela
serta memaafkan kesalahan tersebut.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumiddin berkata bahwa sabar itu ada dua
macam:

a. Kesabaran jasmani, seperti menahan penderitaan yang menimpa badan.


Sabar yang demikian terkadang dengan amal perbuatan, seperti terus menerus
melakukan pekerjaan ibadah yang berat dan lainnya, dan terkadang dengan
menahan penderitaan, seperti sabar terhadap pukulan yang sangat berat dan
penyakit yang parah. Sabar yang demikian adalah terpuji apabila sesuai dengan
syariat Islam.
b. Sabar kejiwaan. Jenis kesabaran kejiwaan dapat dikategorikan menjadi:

c. Iffah, atau sikap perwira jika berasal dari keinginan perut dan kemaluan;
d. Sabar, jika berasal dari musibah, kebalikannya adalah "kegelisahan";
e. Menekan nafsu, jika dalam keadaan kaya, kebalikannya adalah "sombong";
f. Pemberani, jika dalam keadaan peperangan, kebalikannya adalah "licik";

89
g. Penyantun, jika dalam keadaan menahan marah, kebalikannya adalah
"marah" dan "menggerutu";
h. Kelapangan data, jika dalam keadaan yang menggelisahkan, kebalikannya
adalah "kegelisahan" dan "kesempitan dada";
i. Menyimpan rahasia, jika dalam keadaan menyembunyikan omongan dan
orang yang melakukannya disebut "penyimpan rahasia";
j. Zuhud, jika dari hidup yang berlebihan, kebalikannya adalah "tamak" atau
"loba";
k. Qanaah, jika kesabaran tersebut terhadap bagian yang sedikit, kebalikannya
adalah "rakus".

Dengan demikian kebanyakan dari akhlak keimanan masuk pada kategori sabar.
Oleh karena itu Rasulullah saw bersabda:
ُ‫ﺎن َو ْاﻟﯿَﻘِﯿْﻦُ اَ ِﻹ ْﯾ َﻤﺎنُ ُﻛﻠﱡﮫ‬ ‫اَﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺼ ْﺒ ُﺮ ﻧِﺼْ ﻒُ ا ِﻹ ْﯾ َﻤ‬
Sabar adalah separuh iman, sedangkan keyakinan adalah iman seluruhnya.

71. Zuhud
Zuhud adalah mencukupkan diri pada kadar keperluan dari hal-hal yang diyakini
kehalalannya. Pengertian ini adalah zuhud bagi orang-orang ahli marifat. Adapun
zuhud dalam arti meninggalkan yang haram adalah kewajiban umum yang harus
dilakukan oleh semua orang. Ada yang berpendapat bahwa zuhud adalah
membagi-bagikan harta yang sudah dikumpulkan, meninggalkan mencari sesuatu
yang sudah hilang, dan mendahulukan orang lain dari pada dirinya sendiri pada
waktu ada makanan. Imam al-Ghazali berkata bahwa zuhud adalah apabila
seseorang meninggalkan kesenangan dunia karena pengetahuannya akan
kehinaan dunia dibandingkan dengan akhirat yang sangat mahal. Zuhud bukan
berarti meninggalkan harta dan mengorbankannya mengikuti jalan
kedermawanan dan mengikuti jalan kecenderungan hati, serta mengikuti jalan
ketamakan. Karena hal itu semuanya adalah termasuk adat kebiasaan yang baik;
dan peribadatan tidak termasuk dalam adat kebiasaan.

90
72. Cemburu dan tidak membiarkan isteri bercumbu rayu dengan laki-laki
lain
Setiap laki-laki seyogyanya memiliki sifat cemburu pada waktu melihat sesuatu
yang menyalahi hukum syara' dan pada waktu terdapat keraguan dalam hatinya.
Berbeda dengan sangkaan buruk kepada seseorang tanpa ada keraguan yang
dicela oleh agama. Manusia yang paling mulia dan paling tinggi himmahnya
adalah orang yang lebih kuat kecemburuannya terhadap nafsunya sendiri,
terhadap keistimewaan dirinya dan orang-orang mukmin pada umumnya.
Rasulullah saw bersabda:

ِ َ‫ﺎن َو ْاﻟ ِﻤ َﺬا ُء ِﻣﻦَ اﻟﻨﱢﻔ‬


‫ رواه اﻟﺒﺰار واﻟﺒﯿﮭﻘﻲ‬. ‫ﺎق‬ ِ َ‫اَ ْﻟ ِﻐ ْﯿ َﺮةُ ِﻣﻦ‬
ِ ‫اﻹ ْﯾ َﻤ‬
Cemburu adalah termasuk iman dan membiarkan isteri bercumbu rayu dengan
laki-laki lain adalah termasuk kemunafikan. H.R. al-Bazzar dan al-Baihaqi.
Allah SWT telah menulis di pintu surga sebagai berikut: "Engkau adalah haram
bagi orang yang rela terhadap perbuatan jelek yang dilakukan isterinya". Orang
yang rela isterinya berbuat serong tidak dapat masuk surga. Sesungguhnya tujuh
langit, tujuh bumi, serta gunung-gunung melaknat orang yang berbuat zina dan
orang yang rela isterinya berbuat serong. Laknat tersebut akan diterima jika ia
mengetahui dan mendiamkan. Jika suami tidak mengetahui, maka tidak pantas
berburuk sangka, meneliti permasalahan yang tidak tampak, dan memeriksa aurat
orang lain; karena yang demikian itu dicela oleh syariat Islam.

73. Berpaling dari omongan yang tidak berguna


Rasulullah saw bersabda:
ْ ‫َﻣ ْﻦ َﻛﺎنَ ﯾ ُْﺆ ِﻣﻦُ ﺑِﺎ ِ َو ْاﻟﯿَﻮْ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ﻓَ ْﻠﯿَﻘُﻞْ َﺧ ْﯿ ًﺮا اَوْ ﻟِﯿَﺼْ ُﻤ‬
‫ﺖ‬
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah berkata
yang baik atau diam. H.R. Bukhari dan Muslim.
Maksud hadits di atas ialah Barangsiapa yang beriman dengan iman yang
sempurna kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berbicara mengenai
apa saja yang ada manfaat baginya, seperti mengucapkan kalimat yang benar
kepada orang yang dhalim, atau hendaklah ia diam dari omongan yang sama
sekali tidak ada manfaat baginya.

91
Dikisahkan, ada seorang laki-laki berkata kepada orang yang ahli makrifat:
"Berilah aku wasiat!" Beliau berkata: "Buatlah sampul bagi agamamu seperti
sampul mushaf agar kamu tidak mengotori agamamu!" Laki-laki tersebut
bertanya: "Apakah sampul agama itu?" Beliau berkata: "Meninggalkan omongan
kecuali omongan yang harus diucapkan; meninggalkan mempergauli manusia
kecuali pergaulan yang harus dilakukan; meninggalkan mencari kesenangan
dunia kecuali kesenangan yang wajib diambil."
Menurut Imam as-Suhaymi, apabila seseorang dipaksa untuk mengucapkan
ucapan yang jelek atau dipaksa diam dari ucapan yang baik, atau takut bencana
yang akan menimpa dirinya karena mengucapkan hal yang baik, maka dia diberi
udzur dan dimaafkan oleh Allah.

74. Dermawan

Dermawan adalah membelanjakan harta dalam hal-hal yang dipuji oleh syariat
Islam. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa dermawan adalah tengah-tengah
antara "menghambur-hamburkan harta" dan "pelit"; antara membuka tangan dan
menggenggamnya. Antara membelanjakan harta dan menahannya hendaknya
diperkirakan menurut ukuran kewajiban. Hal itu tidak cukup dilakukan dengan
anggauta badan saja, selama hatinya tak senang dan menentang terhadap
perbuatannya.
Sabda Rasulullah saw dalam hadits riwayat Ibnu Abbas ra:
‫ﺐ اﻟﺴ ِﱠﺨ ﱢﻲ ﻓَﺎ ِ ﱠن ﷲَ آ ِﺧ ٌﺬ ﺑِﯿَ ِﺪ ِه ُﻛﻠﱠ َﻤﺎ َﻋﺜَ َﺮ‬
ِ ‫ﺗ ََﺠﺎﻓَﻮْ ا ﻋ َْﻦ َذ ْﻧ‬
Menyingkirlah kamu sekalian dari dosa orang yang dermawan, karena
sesungguhnya Allah akan membimbing tangannya setiap kali dia jatuh.
Sahabat Ibnu Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
ْ ‫ َواِ ﱠن ﷲَ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﯾُﺒَﺎ ِھﻰ ﺑِ ُﻤ‬، ‫ع ِﻣﻦَ اﻟ ﱢﺴ ﱢﻜﯿ ِْﻦ اِﻟَﻰ َذرْ َو ِة ْاﻟﺒَ ِﻌﯿ ِْﺮ‬
َ‫ﻄ ِﻌ ِﻢ اﻟﻄﱠ َﻌ ِﺎم ْاﻟ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔ‬ ْ ‫ق اِﻟَﻰ ُﻣ‬
ُ ‫ﻄ ِﻌ ِﻢ اﻟﻄﱠ َﻌ ِﺎم اَ ْﺳ َﺮ‬ ُ ‫اَﻟ ﱢﺮ ْز‬

Rezeki kepada orang yang memberi makan adalah jauh lebih cepat dari pada
kecepatan pisau memotong punuk (daging yang menonjol ke atas pada punggung)
unta. Dan sesungguhnya Allah Ta'ala membanggakan orang yang memberi makan
kepada para malaikat.

92
Sebagian ulama berkata bahwa sesungguhnya dalam kitab suci yang empat ada
lafal-lafal yang sesuai. Keempat kitab tersebut pertama kali diturunkan dalam
bahasa Arab, kemudian diterjemahkan oleh Nabi dengan bahasa kaumnya:
1. Dalam kitab Taurat disebutkan:

َ ُ‫اَ ْﻟ َﻜ ِﺮ ْﯾ ُﻢ ﻻَ ﯾ‬
‫ﻀﺎ ُم اَﺑَﺪًا‬
Orang yang dermawan tidak akan ditimpa bahaya selamanya.

2. Dalam kitab Injil disebutkan:


‫اَ ْﻟﺒَ ِﺨ ْﯿ ُﻞ ﯾَﺄْ ُﻛ ُﻞ أَ ْﻣ َﻮاﻟَﮫُ ْاﻟ ِﻌﺪَا‬
Harta orang yang bakhil akan dimakan oleh musuhnya.
3. Dalam kitab Zabur disebutkan:
‫اَ ْﻟ َﺤﺴُﻮْ ُد ﻻَ ﯾَﺴُﻮْ ُد أَﺑَﺪًا‬
Orang yang hasud tidak akan bahagia selamanya.
4. Dalam al-Qur'an surat al-A'raf ayat 58 Allah SWT berfirman:
َ ‫َواﻟﱠ ِﺬى َﺧﺒ‬
‫ُﺚ ﻻَ ﯾَ ْﺨ ُﺮ ُج اِﻻﱠ ﻧَ ِﻜﺪًا‬
... dan tanah yang tidak subur, tanamannya hanya tumbuh merana.
Hikayat :
Abdullah bin al-Mubarak berkata bahwa pada suatu waktu ia melakukan ibadah
haji. Ia tidur di Hijir Ismail dan bermimpi melihat Rasululllah saw dan beliau
bersabda kepadanya: "Jika engkau kembali ke Baghdad, masuklah ke tempat
demikian dan demikian. Carilah Pendeta Majusi dan sampaikan salamku
kepadanya serta katakan kepadanya bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala
meridlainya." Ia terbangun dan berkata:
"َ‫ْاﻟ َﻌ ِﻈﯿ ِْﻢ ْاﻟ َﻌﻠِ ﱢﻲ ﺑِﺎ ِ اِﻻﱠ ﻗُ ﱠﻮةَ َوﻻَ َﺣﻮْ َل ﻻ‬
Tiada daya untuk menyingkir dari kemaksiatan dan tiada kekuatan untuk
melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Agung.

93
Ini adalah mimpi dari syaithan. Kemudian ia berwudlu, salat, dan melakukan
thawaf, sampai mengantuk dan tertidur, lalu ia bermimpi seperti tersebut sampai
tiga kali. Setelah ia menyempurnakan ibadah haji dan pulang ke Baghdad, ia
menanyakan tempat dan rumah yang disebut dalam mimpi. Di tempat tersebut ia
mendapatkan seorang tua, lalu ia terjadi dialog:
Abdullah: Apakah Anda pendeta Majusi?
Pendeta : Ya!
Abdullah : Apakah Anda mempunyai kebaikan di sisi Allah?
Pendeta : Ya, saya mempunyai empat orang anak perempuan dan empat orang
anak laki-laki. Keempat orang anak perempuan saya, saya kawinkan dengan
empat orang anak laki-laki saya!
Abdullah : Ini haram! Apakah Anda mempunyai amal selain itu?

Pendeta : Ya, saya membuat walimah untuk orang-orang Majusi pada saat saya
mengawinkan anak-anak perempuan saya!
Abdullah : Ini haram! Apakah Anda mempunyai amal selain itu?
Pendeta : Ya, saya mempunyai seorang anak perempuan yang paling cantik, tak
ada wanita lain yang menandingi kecantikannya; lalu aku kawini sendiri. Pada
malam pertama aku mengumpulinya, aku mengadakan pesta perkawinan. Pada
waktu itu orang Majusi yang hadir lebih dari 1000 (seribu) orang.
Abdullah : Ini juga haram! Apakah Anda mempunyai amal selain itu?
Pendeta : Ya, pada malam aku menyetubuhi anak perempuanku, datang seorang
wanita muslimat dari agama Tuan, yang menggunakan suluh (penerangan) dari
lampu saya. Kemudian ia menyalakan lampu dan keluar. Perempuan tersebut
memadamkan lampu dan kembali; lalu aku masuk. Perempuan itu melakukan hal
tersebut tiga kali, sehingga aku bergumam: "Barangkali wanita ini adalah mata-
mata dari pencuri!" Kemudian aku keluar mengikutinya. Tatkala ia masuk ke
rumahnya dan menjumpai anak-anak perempuannya, mereka bertanya: "Wahai
Ibu, apakah Ibu datang dengan membawa sesuatu bagi kami? Sesungguhnya kami
sudah tidak mampu dan sabar menahan lapar!". Perempuan tersebut mencucurkan
air mata dan berkata: "Saya malu kepada Tuhan untuk meminta kepada seseorang
selain Dia; lebih-lebih dari musuh Allah, yaitu orang Majusi!". Setelah aku
mendengar omongannya, aku pulang ke rumah dan mengambil sebuah talam, lalu
aku penuhi dengan semua jenis makanan dan aku bawa sendiri ke rumahnya.
94
Abdullah : Ini adalah suatu kebaikan; dan Anda mendapat kabar gembira.
Kemudian Abdullah bin al-Mubarak memberi kabar gembira kepadanya tentang
mimpi pertemuannya dengan Rasulullah saw dan diceriterakan kepadanya isi
mimpi tersebut. Setelah mendengar ceritera itu, Pendeta Majusi tersebut
mengucapkan dua kalimah syahadat, kemudian dia jatuh tersungkur dan mati.
Abdullah bin al-Mubarak memandikannya, mengkafani, melakukan salat janazah
atasnya, dan menguburkannya. Ia berkata: "Wahai para hamba Allah, lakukanlah
perbuatan dermawan kepada sesama makhluk Allah, karena kedermawanan itu
dapat mengubah para musuh menjadi kekasih."

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


‫ﺻ ِﻐﯿ َْﺮﻧَﺎ * أَﺻْ ﻠِﺢْ ﻟِﮭَﺠْ ِﺮ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤ ْﯿﻦَ ﻓَﺘُ ْﻜ َﺮ ُم‬
َ ‫َوﻗﱢﺮْ َﻛﺒِ ْﯿ ًﺮا َوارْ َﺣ َﻤ ﱠﻦ‬
Hormatilah orang tua dan sayangilah anak muda; damaikan perselisihan di
antara orang-orang muslim, niscaya Anda dimuliakan.

Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan dua macam cabang iman yang
selanjutnya, sebagai berikut:

75. Menghormat orang tua dan menyayangi anak muda


Rasulullah saw bersabda:
ُ‫ف ﻟِ َﻌﺎﻟِ ِﻤﻨَﺎ َﺣﻘﱠﮫ‬ َ ‫ْﺲ ِﻣﻨﱠﺎ َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾُ َﻮﻗﱢﺮْ َﻛﺒِ ْﯿ َﺮﻧَﺎ َوﻟَ ْﻢ ﯾَﺮْ َﺣ ْﻢ‬
ِ ‫ﺻ ِﻐ ْﯿ َﺮﻧَﺎ َوﻟَ ْﻢ ﯾَﻌ‬
ْ ‫ْﺮ‬ َ ‫ﻟَﯿ‬
Bukanlah golongan kami orang muda yang tidak menghormati orang tua, orang
tua yang tidak menyayangi anak muda, dan orang yang tidak mengetahui hak
orang alim.
Rasulullah saw bersabda:
‫ِﻣ ْﻦ اِﺟْ ﻼَ ِل ﷲِ اِ ْﻛ َﺮا ُم ِذى اﻟ ﱠﺸ ْﯿﺒَ ِﺔ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ‬
Termasuk mengagungkan Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban
yang beragama Islam.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda:
ْ ‫قﻋ‬ َ ‫ق ِﺟ ْﻠ ُﺪ‬
‫ﻚ‬
َ ‫َﻈ ُﻤ‬ ‫ك َو َد ﱠ‬ َ ‫ ﯾَﺎ َﻋ ْﺒ ِﺪى ﻗَ ْﺪ َﻛﺒُ َﺮ ِﺳﻨﱡ‬: ‫ﺻﺒَﺎﺣً ﺎ َو َﻣ َﺴﺂ ًء َوﯾَﻘُﻮْ ُل‬
‫ﻚ َو َر ﱠ‬ َ ‫ْﺦ‬ ِ ‫اِ ﱠن ﷲَ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﯾَ ْﻨﻈُ ُﺮ اِﻟَﻰ َوﺟْ ِﮫ اﻟ ﱠﺸﯿ‬
ِ ‫ﻚ ﻓِﻰ اﻟﻨﱠ‬
‫ﺎر‬ َ َ‫َﺢ ِﻣﻨﱢﻰ ﻓَﺎَﻧَﺎ اَ ْﺳﺘَﺤْ ﯿِﻰ ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﯿﺒَﺘِﻚَ اَ ْن اُ َﻋ ﱢﺬﺑ‬ َ ُ‫ب اَ َﺟﻠ‬
َ ‫ﻚ َو َﺣﺎنَ ﻗُ ُﺪوْ ُﻣ‬
ِ ‫ﻚ اِﻟَ ﱠﻲ ﻓَﺎ ْﺳﺘ‬ َ ‫َوا ْﻗﺘ ََﺮ‬
95
Sesungguhnya Allah Ta'ala memandang ke wajah orang yang sudah tua pada
waktu pagi dan petang seraya berfirman: "Wahai hamba-Ku, umurmu sudah tua,
kulitmu sudah berkeriput, tulangmu sudah rapuh, ajalmu sudah dekat, dan sudah
tiba saatnya engkau menghadap kepada-Ku. Oleh karena itu malulah engkau
kepada-Ku, niscaya Aku malu menyiksa engkau dalam neraka karena ubanmu".
Diceriterakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra pergi ke masjid dengan
bergegas untuk melakukan salat berjamaah subuh. Dalam perjalanannya, beliau
bertemu seorang tua yang berjalan di depannya dengan tenang dan anggun di gang
jalan. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tidak berani mendahului karena
memuliakan dan menghormati orang tua tersebut sebab ubannya, sampai waktu
terbit matahari tiba. Ketika orang tua tersebut dekat pintu masjid, ia tidak masuk
ke dalam masjid, maka tahulah Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra bahwa orang tua
tersebut adalah orang Nasrani.
Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra masuk ke dalam masjid dan
mendapatkan Rasulullah saw dalam keadaan ruku'. Setelah Rasulullah saw selesai
melakukan salat, para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, mengapa Rasulullah
memanjangkan ruku' dalam salat ini? Rasulullah belum pernah melakukan seperti
ini!"
Rasulullah saw bersabda: "Pada waktu saya ruku' dan membaca:
‫ُﺳ ْﺒ َﺤﺎنَ َرﺑﱢ َﻲ ْاﻟ َﻌ ِﻈﯿْﻢ‬
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung.
Sebagaimana wiridanku, dan aku ingin mengangkat kepalaku, datanglah Malaikat
Jibril dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan memegang saya dalam
waktu yang lama. Tatkala Jibril mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat
kepalaku." Para sahabat berkata: "Mengapa Malaikat Jibril melakukan ini?"
Rasulullah saw bersabda: "Aku tidak bertanya tentang hal tersebut!"
Kemudian Jibril datang dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali bin
Abi Thalib ra bergegas untuk melakukan salat berjamaah; kemudian di jalan
bertemu dengan seorang Nasrani, sedangkan ia tidak tahu bahwa orang tersebut
adalah orang Nasrani. Ia menghormatinya karena ubannya dan tidak berani
mendahuluinya. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadaku untuk
memegangi engkau dalam keadaan ruku', agar Ali dapat mengikuti jamaah salat
subuh besertamu." Allah memerintahkan kepada Malaikat Mikail untuk
memegangi matahari dengan sayapnya, sehingga matahari tidak terbit karena
penghormatan Ali ra kepada orang tua.
Rasulullah saw bersabda:
96
َ‫ﺻﺔً َوﻟ ِﻜ ﱠﻦ اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ْﯿ َﻢ اﻟﱠ ِﺬى ﯾَﺮْ َﺣ ُﻢ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤ ْﯿﻦ‬
‫ْﺲ اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ْﯿ ُﻢ اﻟﱠ ِﺬى ﯾَﺮْ َﺣ ُﻢ ﻧَ ْﻔ َﺴﮫُ َواَھْﻠَﮫُ ﺧَ ﺂ ﱠ‬
َ ‫ﻟَﯿ‬
Penyayang bukanlah orang yang menyayangi dirinya dan keluarganya secara
khusus, tetapi penyayang adalah orang yang menyayangi orang-orang muslim.
Rasulullah saw bersabda:
‫س ﯾَﺘِﯿ ٍْﻢ َﻛﺎنَ ﻟَﮫُ ﺑِ ُﻜ ﱢﻞ َﺷ ْﻌ َﺮ ٍة ﺗَ ُﻤ ﱡﺪ َﻋﻠَ ْﯿﮭَﺎ ﯾَ ُﺪهُ ﻧُﻮْ ٌر ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣﺔ‬ ْ
ِ ‫َﻣ ْﻦ َﻣ َﺴ َﺢ َﻋﻠَﻰ َرأ‬
Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim, maka setiap rambut yang
dijangkau oleh tangannya akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.
Hikayat:
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menceriterakan bahwa ada seorang laki-laki
datang kepada Nabi Muhammad saw seraya bermohon: "Wahai Rasulullah, saya
telah berbuat maksiat. Oleh karena itu sucikanlah diriku!"
Rasulullah saw bersabda: "Apa dosamu?"
Ia berkata: "Aku malu mengucapkannya!"
Rasulullah saw bersabda: "Mengapa engkau malu kepadaku untuk
memberitahukan kepadaku tentang dosamu dan tidak malu kepada Allah,
sedangkan Allah melihatmu? Berdirilah dan pergilah engkau dariku, agar api
tidak turun kepada kita!"
Laki-laki tersebut pergi dari sisi Rasulullah dalam keadaan menyesal, putus asa,
dan menangis.

Kemudian Malaikat Jibril datang dan berkata: "Wahai Muhammad, mengapa


engkau membuat putus asa orang berbuat maksiat, sedangkan ia mempunyai
tebusan bagi dosanya meskipun dosanya banyak?"
Rasulullah bersabda: "Apakah tebusannya?"
Jibril menjawab: "Ia mempunyai anak laki-laki yang masih kecil. Setiap ia masuk
ke dalam rumahnya dan anaknya menjumpainya, ia memberinya sesuatu makanan
atau memberikan sesuatu yang dapat menggembirakannya. Jika anak tersebut
bergembira, niscaya kegembiraannya menjadi tebusan baginya."

76. Mendamaikan pertikaian di antara orang muslim bila dijumpai caranya


97
Dalam surat al-Hujurat ayat 10 Allah SWT berfirman:

َ‫اﷲَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُﺮْ َﺣ ُﻤﻮْ ن‬ ْ ‫اِﻧﱠ َﻢ‬


ّ ْ‫ااﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨُﻮْ نَ اِ ْﺧ َﻮةٌ ﻓَﺎَﺻْ ﻠِﺤُﻮْ ا ﺑَ ْﯿﻦَ اَﺧَ َﻮ ْﯾ ُﻜ ْﻢ َواﺗﱠﻘُﻮ‬

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat.
Dalam surat an-Nisa ayat 85 Allah SWT berfirman:

ِ َ‫َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﺸﻔَ ْﻊ َﺷﻔَﺎ َﻋﺔً َﺣ َﺴﻨَﺔً ﯾَ ُﻜ ْﻦ ﻟﱠﮫُ ﻧ‬


‫ اﻵﯾﺔ‬... ‫ﺼﯿْﺐٌ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ‬
Barangsiapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya dia akan memperoleh
bagian (pahala) dari padanya ..."
Rasulullah saw bersabda:
‫ت ْاﻟﺒَﯿ ِْﻦ‬ َ َ‫ ﻗ‬. ‫ ﺑَﻠَﻰ‬: ‫ﺼ َﺪﻗَ ِﺔ ؟ ﻗَﺎﻟُﻮْ ا‬
ِ ‫ اِﺻْ ﻼَ ُح َذا‬: ‫ﺎل‬ ‫ﺼﻼَ ِة َواﻟ ﱢ‬
‫ﺼﯿَ ِﺎم َواﻟ ﱠ‬ َ ‫اَﻻَ اُ ْﺧﺒِ ُﺮ ُﻛ ْﻢ ﺑِﺎ َ ْﻓ‬
‫ﻀ َﻞ ِﻣ ْﻦ َد َر َﺟ ِﺔ اﻟ ﱠ‬
Perhatian, aku akan mengkhabarkan kepada kamu sekalian tentang amal yang
lebih utama dari pada derajat salat, puasa, dan sedekah!" Para sahabat berkata:
"Baik!" Beliau bersabda: "Mendamaikan dua orang yang berselisih!"
Rasulullah saw bersabda:
‫ت ْاﻟﺒَ ْﯿ ِﻦ‬
ِ ‫ﺼ َﺪﻗَ ِﺔ اِﺻْ ﻼَ ُح َذا‬ َ ‫اَ ْﻓ‬
‫ﻀ ُﻞ اﻟ ﱠ‬

Sedekah yang paling utama adalah mendamaikan dua orang yang berseteru.
Rasulullah saw bersabda:
‫ب َﻣ ْﻦ اَﺻْ ﻠَ َﺢ ﺑَ ْﯿﻦَ ْاﺛﻨَ ْﯿ ِﻦ ﻓَﻘَﺎ َل َﺧ ْﯿ ًﺮا‬
ٍ ‫ْﺲ ﺑِ َﻜ ﱠﺬا‬
َ ‫ﻟَﯿ‬
Orang yang mendamaikan di antara dua orang dan dia berkata baik bukanlah
pendusta.

Rasulullah saw bersabda:


ُ ‫ﻚ َﻣ ْﻦ ﻻَ َﺟﺎهَ ﻟَﮫ‬
َ ‫ﺼ َﺪﻗَ ِﺔ اَ ْن ﺗُ ِﻌ ْﯿﻦَ ﺑِ َﺠﺎ ِھ‬ َ ‫اَ ْﻓ‬
‫ﻀ ُﻞ اﻟ ﱠ‬
Sedekah yang paling utama ialah apabila Anda membantu dengan pangkat Anda
kepada orang yang sama sekali tidak mempunyai pangkat.
Ketahuilah bahwa orang muslim yang mendiamkan (tidak mengajak bicara) orang
muslim lainnya melebihi tiga hari, meskipun ia sedang marah kepadanya adalah
98
haram. Jika keduanya sedang berhadap-hadapan dan tidak mau berbicara
kepadanya, meskipun dengan memberi salam, kecuali karena udzur syara', seperti
keadaan orang yang didiamkan adalah orang yang fasik atau ahli bid'ah, maka
hukumnya tidak haram; meskipun mendiamkannya tidak memberi faedah kepada
orang yang didiamkan, seperti meninggalkan perbuatan fasiknya.
Benar, andaikata seseorang mengetahui bahwa mendiamkannya akan membawa
orang yang didiamkan bertambah fasik, maka dilarang mendiamkannya. Andai
tidak berhadapan, maka hukumnya tidak haram meskipun bertahun-tahun,
sebagaimana keterangan Imam al-Mudabighi.
Rasulullah saw bersabda:
‫ث ﻓَ َﻤﺎتَ َدﺧَ َﻞ اﻟﻨﱠﺎ َر‬
ٍ َ‫ق ﺛَﻼ‬
َ ْ‫ق ﺛَﻼَﺛَ ِﺔ اَﯾ ٍﱠﺎم ؛ ﻓَ َﻤ ْﻦ ھَ َﺠ َﺮهُ ﻓَﻮ‬
َ ْ‫ﻻَ ﯾَ ِﺤﻞﱡ ﻟِ ُﻤ ْﺴﻠِ ٍﻢ اَ ْن ﯾَ ْﮭ ُﺠ َﺮ اَﺧَﺎهُ ﻓَﻮ‬
Tidak halal bagi seseorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga
hari. Barangsiapa yang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, kemudian
mati, maka ia masuk neraka.

Nadhim berkata dalam nadham-nya:


‫س َﻣﺎ ﺗُ ِﺤﺐﱡ ﻟِﻨَ ْﻔ ِﺴﻚَ * َﺣﺘﱠﻰ ﺗَ ُﻜﻮْ نَ ﺑِ َﺠﻨﱠ ٍﺔ ﺗَﺘَﻨَــ ﱠﻌ ُﻢ‬
ٍ ‫َواﺣْ ﺒُﺐْ ﻟِﻨَﺎ‬
Cintailah manusia seperti engkau mencintai dirimu sehingga engkau menjadi
orang yang bernikmat-nikmat dengan surga.
Pada bait ini nadhim hanya memberitahukan satu macam cabang iman yang
terkahir, sebagai berikut:

77. Mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri


Rasulullah saw bersabda:
َ‫ ﻟِﻨَ ْﻔ ِﺴ ِﮫ ﯾُ ِﺤﺐﱡ َﻣﺎ ﻻَ ِﺧ ْﯿ ِﮫ ﯾ ُِﺤﺐﱠ َﺣﺘﱠﻰ اَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﯾ ُْﺆ ِﻣﻦُ ﻻ‬. ‫وﻣﺴﻠﻢ اﻟﺒﺨﺎرى رواه‬

Tidak beriman salah seorang dari kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk
saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.
Imam as-Suhaymi dalam menafsiri hadits di atas mengatakan bahwa iman
seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai untuk setiap saudara, meskipun
kafir, tanpa mengistimewakan kecintaannya kepada seseorang melebihi orang
lain, apa yang dicintai untuk dirinya sendiri, seperti ketaatan dan kesenangan-
99
‫‪kesenangan dunia yang mubah. Artinya, hendaklah engkau berbuat apa saja untuk‬‬
‫‪seseorang seperti engkau menyukai seseorang berbuat apa saja untukmu. Engkau‬‬
‫‪memperlakukan ia dengan perlakuan yang engkau sukai agar ia memperlakukan‬‬
‫‪engkau. Engkau menasihati dia seperti engkau menasihati dirimu sendiri. Engkau‬‬
‫‪menghukum ia dengan hukum yang engkau sukai agar ia menghukum engkau.‬‬
‫‪Engkau tidak membalas perbuatannya yang menyakitimu. Engkau tidak‬‬
‫‪mengurangi kehormatannya. Jika engkau melihat ia melakukan kebaikan,‬‬
‫‪hendaklah kebaikannya engkau tampakkan. Namun jika engkau melihat ia‬‬
‫‪melakukan hal jelek, engkau tutupi.‬‬
‫‪Rasulullah saw bersabda:‬‬
‫ض ﯾَﺮْ َﺣ ْﻤ ُﻜ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﻓِﻰ اﻟ ﱠﺴ َﻤﺎ ِء‬
‫اَﻟﺮﱠا ِﺣ ُﻤﻮْ نَ ﯾَﺮْ َﺣ ُﻤﮭُ ُﻢ اﻟﺮﱠﺣْ ﻤﻦُ ‪ ،‬اِرْ َﺣ ُﻤﻮْ ا َﻣ ْﻦ ﻓِﻰ اﻻَرْ ِ‬
‫‪Para penyayang akan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Sayangilah‬‬
‫‪siapa saja yang ada di bumi, niscaya siapa saja yang ada di langit akan‬‬
‫‪menyayangi kamu.‬‬
‫‪Diriwayatkan dari Mujahid dan Salman ra dari Nabi Muhammad saw bahwa‬‬
‫‪sesungguhnya beliau bersabda:‬‬
‫َﻣ ْﻦ َﺣﻔِﻆَ َﻋﻠَﻰ اُ ﱠﻣﺘِﻰ ھَ ِﺬ ِه ْاﻻَرْ ﺑَ ِﻌ ْﯿﻦَ َﺣ ِﺪ ْﯾﺜًﺎ َد َﺧ َﻞ ْاﻟ َﺠﻨﱠﺔَ َو َﺣ َﺸ َﺮهُ ﷲُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َﻣ َﻊ اﻻَ ْﻧﺒِﯿَﺎ ِء َو ْاﻟ ُﻌﻠَ َﻤﺎ ِء ﯾَﻮْ َم ْاﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ ‪ .‬ﻓَﻘُ ْﻠﻨَﺎ ‪:‬‬
‫ب َواﻟﻨﱠﺒِﯿﱢ ْﯿﻦَ‬ ‫ﯾَﺎ َرﺳُﻮْ َل ﷲِ ‪ ،‬اَيﱡ اﻻَرْ ﺑَ ِﻌ ْﯿﻦَ َﺣ ِﺪ ْﯾﺜًﺎ؟ ﻗَﺎ َل َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم ‪ :‬اَ ْن ﺗُ ْﺆ ِﻣﻦَ ﺑِﺎ ِ َو ْاﻟﯿَﻮْ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ َو ْاﻟ َﻤﻶﺋِ َﻜ ِﺔ َو ْاﻟ ِﻜﺘَﺎ ِ‬
‫َر ﺧَ ﯿ ِْﺮ ِه َو َﺷ ﱢﺮ ِه ِﻣﻦَ ﷲِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ‪َ .‬وﺗَ ْﺸﮭَ َﺪ اَ ْن ﻻَ اِﻟَﮫَ اِﻻﱠ ﷲُ َوأَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا ﱠرﺳُﻮْ ُل ﷲِ ‪َ .‬وﺗُﻘِ ْﯿ َﻢ‬ ‫ت َوﺑِ ْﺎﻟﻘَﺪ ِ‬ ‫ﺚ ﺑَ ْﻌ َﺪ ْاﻟ َﻤﻮْ ِ‬ ‫َو ْاﻟﺒَ ْﻌ ِ‬
‫ﻀﺎنَ ‪.‬‬ ‫ي اﻟ ﱠﺰ َﻛﺎةَ ﺑِ َﺤﻘﱢﮭَﺎ ‪َ .‬وﺗَﺼُﻮْ َم َﺷﮭ َْﺮ َر َﻣ َ‬ ‫ﺎغ ْاﻟ ُﻮﺿُﻮْ ِء ﻟِ َﻮ ْﻗﺘِﮭَﺎ ﺑِﺘَ َﻤ ِﺎم ُر ُﻛﻮْ ِﻋﮭَﺎ َو ُﺳﺠُﻮْ ِدھَﺎ ‪َ .‬وﺗُ َﺆ ﱢد َ‬ ‫ﺼﻼَةَ ﺑِﺈ ِ ْﺳﺒَ ِ‬ ‫اﻟ ﱠ‬
‫ث‬ ‫ﺼﻠ َﻲ اﺛﻨَﺘ َْﻲ َﻋ ْﺸ َﺮةَ َرﻛ َﻌﺔ ﻓِﻰ ُﻛ ﱢﻞ ﯾَﻮْ ٍم َوﻟَ ْﯿﻠَ ٍﺔ َو ِھ َﻲ ُﺳﻨﱠﺘِﻰ ‪َ ،‬وﺛَﻼَ َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﱢ‬ ‫َوﺗَ ُﺤ ﱠﺞ اﻟﺒَﯿْﺖَ اِ ِن ا ْﺳﺘَﻄَﻌْﺖَ اِﻟَ ْﯿ ِﮫ َﺳ ِﺒ ْﯿﻼً ‪َ .‬وﺗُ َ‬ ‫ْ‬
‫ﻚ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﺄْ ُﻛﻞْ َﻣﺎ َل ْاﻟﯿَﺘِﯿ ِْﻢ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﺄْ ُﻛ ِﻞ اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ ‪َ .‬وﻻَ‬ ‫ْ‬
‫ﯾ‬
‫ِ َ َِ َ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ْﺺ‬ ‫ﻌ‬ ‫َ‬ ‫ﺗ‬ ‫َ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬ ‫ت ِو ْﺗﺮً ا ﻻَ ﺗَ ْﺘ ُﺮ ْﻛﮭَﺎ ‪َ .‬وﻻَ ﺗُ ْﺸ ِﺮ ْك ﺑِﺎ ِ َﺷ ْﯿﺌً َ‬
‫‪.‬‬ ‫ﺎ‬ ‫َر َﻛ َﻌﺎ ٍ‬
‫ْ‬
‫ﺐ اَوْ ﺑَ ِﻌ ْﯿ ٍﺪ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَ ْﻌ َﻤﻞْ ﺑِﺎﻟﮭَ َﻮى ‪.‬‬ ‫ﻒ ﺑِﺎ ِ َﻛﺎ ِذﺑًﺎ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﺸﮭَ ْﺪ َﺷﮭَﺎ َدةَ اﻟﺰوْ ِر َﻋﻠَﻰ اَ َﺣ ٍﺪ ﻗَ ِﺮ ْﯾ ٍ‬ ‫ﱡ‬ ‫ْ‬ ‫ب اﻟ َﺨ ْﻤ َﺮ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﺤْ ﻠِ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﺗَ ْﺸ َﺮ ِ‬
‫ﻂ‬‫ﺼﻨَﺔَ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﻘُﻞْ ِﻷَ ِﺧ ْﯿﻚَ ‪ :‬ﯾَﺎ ُﻣ َﺮآﺋِﻰ ‪ ،‬ﻓَﺘَﺤْ ﺒَ َ‬ ‫ف ْاﻟ ُﻤﺤْ َ‬ ‫ك ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﻘَ ْﻊ ﻓِ ْﯿ ِﮫ ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﻠﻔِ ِﮫ َوﻗُﺪَا ِﻣ ِﮫ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَ ْﻘ ِﺬ ِ‬ ‫َوﻻَ ﺗَ ْﻐﺘَﺐْ اَﺧَ ﺎ َ‬
‫َ‬
‫ﻚ َﻋ ْﯿﺒَﮫُ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَ ْﺴ َﺨﺮْ ِﻣ ْﻦ ا َﺣ ٍﺪ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ﺼ ْﯿ ُﺮ ‪ ،‬ﺗ ِﺮ ْﯾ ُﺪ ﺑِﺬﻟِ َ‬ ‫ﺼﯿ ِْﺮ ‪ :‬ﯾَﺎ ﻗَ ِ‬ ‫َﻋ َﻤﻠَﻚَ ‪َ .‬وﻻَ ﺗ َْﻠ َﻌﺐْ َوﻻَ ﺗَﻠﮫُ َﻣ َﻊ اﻟﻼ ِھ ْﯿﻦَ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﻘﻞْ ﻟِﻠﻘَ ِ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ﱠ‬ ‫ْ‬
‫اﻹ ْﺧ َﻮا ِن ‪َ .‬وﺗَ ْﺸ ُﻜ َﺮ ِ ِ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ﻧِ ْﻌ َﻤ ٍﺔ‬ ‫ﺶ ﺑِﺎﻟﻨﱠ ِﻤ ْﯿ َﻤ ِﺔ ﻓِ ْﯿ َﻤﺎ ﺑَ ْﯿﻦَ ِ‬ ‫ب ﷲِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَ ْﻤ ِ‬ ‫ﺎس ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﺄْ َﻣ ْﻦ ِﻣ ْﻦ ِﻋﻘَﺎ ِ‬ ‫ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ ِ‬
‫ﺻﺎﺑَﻚَ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ُﻜﻦْ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﺼ ْﯿﺒَ ِﺔ ‪َ .‬وﻻ ﺗَﻘﻨﻂ ِﻣﻦ رﱠﺣْ َﻤ ِﺔ ﷲِ ‪َ .‬وﺗَ ْﻌﻠ َﻢ ان َﻣﺎ ا َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫اﻟﱠﺘِﻰ اَ ْﻧ َﻌ َﻢ ﺑِﮭَﺎ َﻋﻠ ْﯿﻚَ ‪َ .‬وﺗَﺼْ ﺒِ َﺮ ِﻋﻨ َﺪ اﻟﺒَﻼ ِء َواﻟ ُﻤ ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ﺿﺎ اﻟ َﻤ ْﺨﻠُﻮْ ﻗِ ْﯿﻦَ ‪َ .‬وﻻَ ﺗُ ْﺆﺛِ ِﺮ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﻋﻠَﻰ‬ ‫ْ‬ ‫ﺼ ْﯿﺒَﻚَ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﻄﻠُﺐْ ﺳ ُْﺨﻂَ اﻟﺮﱠبﱢ ﺑِ ِﺮ َ‬ ‫ْ‬ ‫ك ﻟَ ْﻢ ﯾَ ُﻜ ْﻦ ﻟِﯿُ ِ‬ ‫ﻚ َواَ ﱠن َﻣﺎ اَ ْﺧﻄَﺄ َ َ‬ ‫ﻟِﯿ ُْﺨ ِﻄﺌَ َ‬
‫َ‬
‫ﻚ َوﻓِﻰ ا ْﻣ ِﺮ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ك ﻓﻼ ﺗﺒﺨ َﻋﻠﯿ ِﮫ ‪َ .‬واﻧﻈ ﻓِﻰ ا ْﻣ ِﺮ ِدﯾﻨِﻚَ اِﻟﻰ َﻣﻦ ﻓﻮْ ﻗ َ‬ ‫َ‬ ‫ﺮْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﻞْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫اﻵﺧ َﺮ ِة ‪َ .‬واِذا َﺳﺄﻟﻚَ اﺧﻮْ كَ اﻟ ُﻤﺴﻠِ ُﻢ ِﻣ ﱠﻤﺎ ِﻋﻨ َﺪ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬
‫َع اﻟْﺒَﺎ ِط َﻞ َوﻻَ ﺗَﺄْ ُﺧ ْﺬ ﺑِ ِﮫ ‪َ .‬واِ َذا َﺳ ِﻤﻌْﺖَ َﺣﻘًّﺎ ﻓَﻼَ‬ ‫ِ‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ﺎنَ‬ ‫َ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﱡﻠ‬‫ْ‬ ‫ﺴ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻂ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺨ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ﺗ‬ ‫َ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫بْ‬ ‫ﺬ‬
‫ِ‬ ‫ْ‬
‫ﻜ‬ ‫َ‬ ‫ﺗ‬ ‫َ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ﻚ‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﻧ‬ ‫وْ‬ ‫ُ‬
‫د‬ ‫ﻮ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ھ‬ ‫ْ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
‫َ‬ ‫ﻰ‬ ‫َ‬ ‫ﻟ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ُد ْﻧﯿَﺎ‬
‫ﻚ َو َذا‬ ‫َِ َ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎر‬ ‫َ‬ ‫ﻗ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ْ‬
‫ﻊ‬ ‫َ‬ ‫ﻄ‬ ‫ْ‬
‫ﻘ‬ ‫َ‬ ‫ﺗ‬ ‫َ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬ ‫ﻚ‬ ‫ﻧ‬ ‫ا‬‫ْﺮ‬ ‫ﯿ‬
‫ِ َ ِ ِ ِ َ ِ َ َ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻰ‬ ‫َ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻦ‬ ‫ْ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﺣْ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻰ‬ ‫َ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬
‫ْ ِ‬ ‫ﻢ‬ ‫ُ‬ ‫ﮭ‬ ‫ُ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮﱢ‬ ‫َ‬ ‫ﻘ‬ ‫ُ‬ ‫ﯾ‬ ‫و‬ ‫ْ ِ َ ِ َ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺪ‬ ‫ْ‬
‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ُ‬ ‫ﮭ‬ ‫ﻌ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ﻔ‬ ‫ْ‬
‫ﻨ‬ ‫ﯾ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻤ‬
‫َ َ َ َ َ َِ َ‬ ‫ﺑ‬ ‫ك‬ ‫ﺪ‬ ‫َ‬ ‫ﻟ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ﻚ‬ ‫َ‬ ‫ﻠ‬ ‫ْ‬
‫ھ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ﱢبْ‬ ‫د‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫ﺗَ ْﻜﺘُ ْ َ َ‬
‫و‬ ‫‪.‬‬ ‫ﮫ‬ ‫ﻤ‬
‫ْ‬
‫ﻖ ﷲِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ‪َ .‬واَﻛﺜِﺮْ اﻟﺘﱠ ْﺴﺒِ ْﯿ َﺢ واﻟﺘﱠ ْﮭﻠِ ْﯿ َﻞ َواﻟﺘﱠﺤْ ِﻤ ْﯿ َﺪ َواﻟﺘﱠﻜﺒِﯿ َْﺮ َوﻻَ ﺗَ َﺪ ْع ﻗِ َﺮا َءةَ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ﺻﻠﮭُ ْﻢ ‪َ .‬وﻻَ ﺗَﻠ َﻌ ْﻦ اَ َﺣﺪًا ِﻣ ْﻦ ﺧَ ﻠ ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﻚ َو ِ‬ ‫َر ِﺣ ِﻤ َ‬
‫ت َو ْاﻟ ِﻌ ْﯿ َﺪﯾ ِْﻦ ‪َ .‬وا ْﻧﻈُﺮْ ُﻛ ﱠﻞ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ‬ ‫ِ‬ ‫َﺎ‬
‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬ ‫ْ‬
‫اﻟ‬
‫َُ ِ َ َ َ‬ ‫و‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫اﻟ‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ُﻮْ‬ ‫ﻀ‬ ‫ﺣ‬ ‫ُ‬ ‫ع‬ ‫ْ‬ ‫ﺪ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﺗ‬ ‫َ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ًﺎ‬ ‫ﺒ‬ ‫ُ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺟ‬ ‫ُ‬ ‫نَ‬ ‫ﻮْ‬ ‫ﻜ‬‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ﺗ‬ ‫ن‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻻ‬ ‫ا‬
‫َ ٍ ِ‬ ‫ل‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﱢ‬ ‫ُ‬
‫ﻛ‬ ‫ﻰ‬ ‫َ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
‫َ‬ ‫ْاﻟﻘُﺮْ ِ‬
‫آن‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ﺿ َﻲ ﷲُ ﺗَ َﻌﺎﻟﻰ َﻋﻨﮫُ ‪ :‬ﻗﻠﺖ ‪،‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ض ﺑِ ِﮫ َوﻻَ ﺗَﺼْ ﻨَ ْﻌﮫُ ﺑِ ِﮫ ‪ .‬ﺑَﻞْ ﻗَﺎ َل َﺳﻠ َﻤﺎنُ َر ِ‬ ‫ﻚ َوﯾُﺼْ ﻨَ َﻊ ﺑِﻚَ ‪ ،‬ﻓَﻼَ ﺗَﺮْ َ‬ ‫َ‬
‫ض ا ْن ﯾُﻘَﺎ َل ﻟ َ‬ ‫َ‬ ‫ﺗَﺮْ َ‬
‫ﻖ ﻧَﺒِﯿًّﺎ اِ ﱠن ﷲَ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﯾَﺤْ ُﺸ ُﺮ ُه‬ ‫ى ﺑَ َﻌﺜَﻨِﻰ ﺑِ ْﺎﻟ َﺤ ﱢ‬ ‫ُ َ ِ ِ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫‪:‬‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺴ‬‫ﱠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﮫ‬
‫ِ‬ ‫ْ‬
‫ﯿ‬ ‫َ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ﺎ‬ ‫َ‬ ‫ﻗ‬ ‫ﺎ؟‬ ‫ً‬ ‫ﺜ‬ ‫ْ‬
‫ﯾ‬ ‫ﺪ‬
‫ِ‬ ‫ﺣ‬‫َ‬ ‫ﻦَ‬ ‫ْ‬
‫ﯿ‬ ‫ﻌ‬
‫ِ‬ ‫ﺑ‬
‫َ‬ ‫َرْ‬ ‫ﻻ‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫ِِ‬ ‫ﺬ‬ ‫ھ‬ ‫ابُ‬ ‫ﻮ‬ ‫َ‬
‫ِ َ َ‬ ‫ﺛ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫‪،‬‬ ‫ﷲ‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ُﻮْ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﯾَﺎ َر‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ﻚ َﺧ ْﯿ ًﺮا ِﻣﻦَ ا ْن ﯾُ ْﻌﻄﻰ‬ ‫ﺎس َﻛﺎنَ ذﻟِ َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫ً‬
‫ﯾَﻮْ َم اﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔ َﻣ َﻊ اﻻَﻧﺒِﯿَﺎ ِء َواﻟ ُﻌﻠ َﻤﺎ ِء ‪َ .‬و َﻣ ْﻦ ﺗَ َﻌﻠ َﻢ ھ ِﺬ ِه اﻻَرْ ﺑَ ِﻌ ْﯿﻦَ َﺣ ِﺪ ْﯾﺜﺎ َوﻋَﻠ َﻤﮭَﺎ اﻟﻨ َ‬ ‫ﱠ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫اﻟ ﱡﺪﻧِﯿَﺎ َو َﻣﺎ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ‬

‫‪100‬‬
Barang siapa yang mengutipkan 40 berita ini kepada umatku, maka ia akan masuk
surga dan Allah akan mengumpulkannya bersama para nabi dan ulama pada hari
kiamat! Kami (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, 40 berita yang
manakah itu?" Rasulullah saw menjelaskan:
1. Hendaklah engkau beriman kepada Allah, hari kiamat, para malaikat, kitab-
kitab, para nabi, kebangkitan sesudah mati, dan takdir baik dan buruk dari Allah
Ta'ala.
2. Engkau mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah.
3. Engkau mendirikan salat dengan menyempurnakan wudlu pada waktunya,
dengan menyempurnakan ruku' dan sujudnya.
4. Engkau menunaikan zakat dengan haknya.
5. Engkau berpuasa pada bulan Ramadlan.
6. Engkau pergi haji ke Baitullah jika mampu.
7. Engkau salat duabelas rakaat sehari semalam. Salat duabelas rakaat adalah
sunnahku (menurut riwayat Imam an-Nasai, Ummu Habibah, maksudnya adalah
salat rawatib, yaitu: 4 rakaat sebelum salat fardlu dhuhur; 2 rakaat sesudah salat
fardlu dhuhur; 2 rakaat sebelum salat fardlu asar; 2 rakaat sesudah salat fardlu
maghrib; dan 2 rakaat sebelum salat fardlu isyak). Janganlah engkau tinggalkan
salat witir tiga rakaat.
8. Jangan engkau sekutukan Allah dengan sesuatu.
9. Jangan engkau durhakai kedua orang tuamu.
10. Jangan engkau makan harta anak yatim.
11. Jangan engkau makan harta riba.
12. Jangan engkau minum arak.
13. Jangan engkau bersumpah atas nama Allah dengan dusta.
14. Jangan engkau menjadi saksi palsu terhadap seseorang, baik kerabat dekat
maupun jauh.
15. Jangan engkau berbuat karena menuruti hawa nafsu.
16. Jangan engkau mengghibah saudaramu.
101
17. Jangan engkau terjatuh dalam perbuatan ghibah dari belakang maupun dari
muka saudaramu.
18. Jangan engkau menuduh zina perempuan yang baik-baik.
19. Jangan engkau mengatakan kepada saudaramu: "Hai orang yang riya", agar
engkau tidak menghapus amalmu sendiri.
20. Jangan engkau bermain dan berbuat sia-sia bersama orang-orang yang
berbuat lalai.

21. Jangan engkau katakan kepada orang yang pendek: "Hai si pendek", dengan
maksud mencelanya.
22. Jangan engkau olok-olok seseorang.
23. Jangan engkau merasa aman dari siksa Allah Ta'ala.
24. Jangan engkau adu domba di antara para saudara.
25. Hendaklah engkau bersyukur pada Allah atas tiap nikmat yang telah diberikan
kepadamu.
26. Hendaklah engkau bersabar pada waktu tertimpa bala' dan cobaan.
27. Jangan engkau berputus asa terhadap rahmat Allah.
28. Hendaklah engkau mengetahui bahwa musibah yang menimpamu tidak
mungkin dapat terlepas darimu dan bahwa sesuatu yang tidak menimpamu tidak
mungkin dapat mengenai kamu.
29. Jangan engkau cari kemurkaan Allah lantaran mencari kerelaan makhluk.
30. Jangan engkau pentingkan dunia dari pada akhirat.
31. Jika saudaramu meminta sesuatu yang ada padamu, janganlah engkau bakhil
kepadanya.
32. Bandingkanlah urusan agamamu dengan orang yang di atasmu, dan dalam
urusan duniamu dengan orang yang di bawahmu.
33. Jangan engkau berdusta.
34. Jangan engkau bergaul dengan penguasa.

102
35. Tinggalkan perkara yang batal dan jangan engkau mengambilnya.
36. Jika engkau mendengar kebenaran, jangan engkau sembunyikan.
37. Didiklah keluarga dan anak-anakmu dengan segala sesuatu bermanfaat bagi
mereka di sisi Allah dan dapat mendekatkan didi kepada Allah, berbuat baiklah
kepada tetangga dan jangan putuskan hubungan kerabat dan famili, tapi
sambungkan hubungan dengan mereka.
38. Jangan engkau laknat makhluk Allah Ta'ala.
39. Perbanyaklah membaca: tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan jangan engkau
tinggalkan membaca al-Quran pada setiap keadaan, kecuali jika kamu sedang
junub; jangan engkau tinggalkan salat Jumat, salat berjamaah, dan salat hari raya.
40. Perhatikanlah segala yang tidak engkau relakan untuk diucapkan dan
dilakukan kepadamu, maka jangan engkau relakan untuk dilakukan kepada
seseorang dan jangan engkau lakukan.
Sahabat Salman ra bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah pahala dari 40 berita
ini?" Rasulullah saw bersabda: "Demi Dzat yang telah mengutusku sebagai nabi
dengan hak, sungguh Allah Ta'ala akan mengumpulkan dia pada hari kiamat
bersama para nabi dan para ulama. Dan Barangsiapa yang mempelajari 40 berita
ini dan mengajarkannya yang lain, niscaya hal itu lebih baik dari pada ia diberi
dunia dan isinya.
Syeikh Abdul Mun'im menambah satu bait syair mengenai salawat sebagai
penutup.
‫ﺐ اﻟ ﱠ ِﺬ ْﯾﻦَ ﯾُ َﺤ ﱠﺸ ُﻢ‬ ِ ‫ﺼﻼَةُ َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ × َو ْا‬
ِ ْ‫ﻵل َواﻟﺼﱠﺤ‬ ‫ﺛُ ﱠﻢ اﻟ ﱠ‬
Kemudian kesejahteraan semoga tetap atas Nabi Muhammad, keluarga, dan para
sahabat yang seperti pelayan, keluarga, dan kerabat di sisi Nabi saw.
‫وﷲ أﻋﻠ ُﻢ ﺑﺎﻟـﺼـﻮاب‬

103

Anda mungkin juga menyukai