Anda di halaman 1dari 4

PERANAN LEMBAGA NCCC DAN NACC DALAM PENCEGAHAN KORUPSI DI

THAILAND

Nafa Meila1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
1
nafa.meila21@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah pencegahan korupsi yang dilakukan
NCCC dan NACC. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kepustakaan.
Instrumen yang digunakan adalah jurnal dan artikel-artikel yang diakses secara daring dengan
analisis data secara analitis. NCCC dan NACC melalui pemeriksaan kekayaan pejabat dan
politisi, pendidikan antikorupsi bagi generasi muda, dan upaya-upaya penyadaran masyarakat
anti korupsi dengan melibatkan media dan LSM.

Kata kunci: Korupsi, pencegahan, efektifitas

Abstract

This study aims to determine the steps taken to prevent corruption by the NCCC and NACC. This
research uses qualitative methods with literature study techniques. The instruments used are
journals and articles accessed online with analytical data analysis. NCCC and NACC through
examining the wealth of officials and politicians, anti-corruption education for the younger
generation, and anti-corruption public awareness efforts involving the media and NGOs.

Keywords: Corruption, prevention, effectiveness

Thailand merupakan negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara yang menganut sistem
pemerintahan: Parlementer Monarki sebagai Kepala Negara; Perdana Menteri sebagai Kepala
Administratif Pemerintahan. Sistem Monarki Kontitusional di Thailand menyebabkan Raja tidak
bisa mengintervensi pembuatan keputusan pemerintahan. Monarki Konstitusional nerunah sejak
1932 karena adanya reformasi politk. Monarki konstitusional di Thailand menganut trias politika
dalam mana ada pembagian kewenangan jelas antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Bentuk
pemerintahan dinilai penting untuk pemberantasan korupsi karena akan berpengaruh pada
pembentukan lembaga pemberantasan korupsi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
melihat langkah-langkah yang dilakukan lemabaga pemberantasan korupsi di Thailand dengan
menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. Instrumen yang digunakan
adalah jurnal dan artikel-artikel yang diakses secara daring dengan analisis data secara analitis

Pembentukan lembaga pemberantasan korupsi penting karena korupsi di Thailand menjadi


masalah krusial yang harus diselesaikan karena berkembang pesat sejak reformasi politik tahun
1932 dengan situasi korupsi yang sama di beberapa negara di Asia. Secara umum, tingkat
pemberantasan korupsi di Thailand masih lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara di
Asia. Hal ini disebabkan pada tahun 1997 sejumlah mekanisme baru dimasukkan ke dalam
konstitusi baru negara tersebut. Perbaikan besar adalah pembentukan Komisi Pemberantasan
Korupsi Nasional yang independen dan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.
Penanganan korupsi di Thailand meningkat cukup baik karena adanya kehadiran NCCC
(National Counter Corruption Commision) yang dibentuk oleh Office of the Commission of
Counter Corruption (OCCC) pada tahun 1999 yang disahkan melalui Undang-Undang Anti-
Korupsi. Hal ini disebabkan sebelum tahun 1975 kasus korupsi di Thailand ditangani sepenuhnya
oleh pihak kepolisian dengan didasarkan pada undang-undang hukum pidana dan undang-undang
lain yang mengatur tentang pejabat publik. Kinerja kepolisian yang buruk menyebabkan korupsi
semakin merajalela. Pada tahun 1975, pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai Penanganan
Korupsi dan mendirikan Kantor Penanganan Korupsi (Office of the Commission of Counter
Corruption). Namun keterbatasan wewenang yang dimiliki OCCC membuat OCCC tidak mampu
untuk memberantas korupsi.
NCCC diberikan wewenang yang sangat besar untuk mengusut dan menuntut politisi maupun
pejabat. NCCC melakukan penuntutan secara adil termasuk Perdana Menteri dan keluarganya
apabila tersangkut kasus korupsi. Pada tahun 2007, NCCC menuntut Thaksin Shinawatra beserta
istrinya, Pojaman karena korupsi pembelian tanah dengan menyalahgunakan jabatan sebagai PM.
Penangkpan PMini dilakukan pertama kali sejak reformasi politik 1932. Hal yang sama terjadi
pada 2017, Yingluck Shinawatra selaku PM dituntut 42 tahun penjara karena kasus korupsi subsidi
beras. Selain itu, NCCC juga diberi kekuasaan yang besar untuk mengajukan pemecatan terhadap
politisi, memeriksa kekayaan pejabat, mendapatkan dokumen, dan menangkap serta menahan
tertuduh atas permintaan pengadilan. Disamping NCCC terdapat National Anti-Corruption
Commission (NACC) yang bertugas untuk membantu NCCC memonitor, mencegah dan secara
efisien menekan kasus korupsi. NCCC dan NACC sangat berkomitmen mengenai pemberantasan
korupsi. Hal ini terlihat dari program pencegahan dan penindakan korupsi yang berkelanjutan dan
penggunaan anggaran yang efisien dan efektif. NCCC mempekerjakan tenaga ahli yang baik dan
kompeten untuk pemberantasan korupsi.
NACC menerapkan beberapa strategi untuk mencegah korupsi (tindakan preventif) mulai dari
pemeriksaan kekayaan pejabat dan politisi, pendidikan antikorupsi bagi generasi muda, dan upaya-
upaya penyadaran masyarakat anti korupsi dengan melibatkan media dan LSM. Setiap orang yang
memegang posisi politik dan pejabat negara harus menyerahkan rekening yang menunjukkan
rincian aset dan kewajiban mereka dan pasangan serta anak-anak mereka yang belum menjadi
mandiri. Peraturan mengenai pengungkapan penuh atas aset dan liabilitas pejabat dan politisi
bertujuan untuk pemeriksaan, pencegahan, dan pengawasan korupsi. Pengungkapan ini
disampaikan kepada publik sehingga masyarakat dan swasta bisa dilibatkan dalam pengawasan.
Pejabat dan politisi juga diwajibkan melakukan “Deklarasi Rekening” untuk mengumumkan harta,
kewajiban, perubahan harta, serta pembayaran pajak penghasilan.
Pendidikan korupsi di Thailand dilakukan melalui berbagai macam program dengan
Kementerian Pendidikan untuk mengimplementasikannya baik di wajib belajar maupun perguruan
tinggi dengan tujuan akhir untuk meningkatkan sikap generasi muda dan nilai kejujuran. NACC
sangat mementingkan pendidikan dan pelatihan tentang perilaku moral, sehingga membuat
generasi muda menjadi baik dan warga negara yang jujur. Program Pendidikan korupsi yaitu,
pertama, pendidikan melalui alat dan metodologi pengajaran dan pembelajaran yang inovatif.
Metodologi yang digunakan menekankan teori pembelajaran utama, yaitu Teori Konstruksi, Teori
Konstruktivisme Sosial, Konstruktivisme Kognitif, Teori Pemrosesan Informasi. Teori Kecerdasan
Ganda, dan Teori Pembelajaran Kooperatif. Strategi belajar mengajar secara keseluruhan adalah
mengarahkan niat pada peserta didik yang berpartisipasi dalam proses berpikir, menganalisis, dan
mensintesis studi kasus korupsi yang diberikan di kelas dan diskusi kelompok yang diproses
masing-masing. Studi kasus korupsi ditayangkan melalui video, berita, VTR, kartun, cuplikan film,
brosur, iklan, lembar kerja, program komputer, dan materi relevan lainnya,
Kedua, teknologi pendidikan jarak jauh interaktif dan alat e-learning tentang antikorupsi,
integritas dan supremasi hukum. Pemerintah Thailand membuat Platform Pendidikan Anti Korupsi
dan Aplikasi Selulernya, yang diluncurkan di http://aced.nace.go.th diterapkan dalam Pendidikan
Anti Korupsi sebagai bagian dari e-learning dalam bentuk 18 e-book. E-book berlaku bagi wajib
belajar, mahasiswa, TNI dan Polri, pejabat negara, dan pelatih jaringan. Dalam hal ini, peserta
didik yang telah mendaftar di sistem dan selesai mengikuti e-book kelas dan lulus tes akan
mendapatkan e-sertifikat setelah mereka menyelesaikan setiap tahun akademik kurikulum.
Thailand sadar program-program pencegahan korupsi tidak akan baik menekan korupsi
apabila tidak ada partisipasi masyarakat. Hal ini karena masyarakat berpotensi melakukan korupsi
atau menyuap, terutama pada level pejabat pemerintah yang bekerja dekat dengan rakyat.
Pemerintah bekerja sama dengan LSM untuk kampanye melawan korupsi. Kampanye informasi
dan imbauan publik untuk mendidik dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pencegahan korupsi, dilaksanakan secara massif melalui berbagai saluran yaitu brosur, poster, iklan
televisi, radio spot, pamphlet, dan tokoh animasi antikorupsi. Pamflet ini memberikan informasi
tentang berbagai sudut operasi NACC dan artikel khusus dari para ahli untuk menstimulasi
pemikiran tentang korupsi dan pengembangan masyarakat. Selain itu, lembaga pemerintah lomba-
lomba dalam negeri yaitu Badan Antikorupsi Terbaik Daerah, dan lomba pidato untuk anak-anak.
Komisi Anti Korupsi Nasional (NACC) juga meningkatkan literasi masyarakat melalui laman
situs www.nacc.go.th yang dibuat untuk memberikan informasi tentang hukum, hukuman untuk
pelanggaran korupsi, serta rencana, proyek, dan tugas NACC. Melalui laman ini, masyarakat dapat
mengakses informasi dan berita serta menghubungi NACC untuk melakukan pengaduan terkait
korupsi. Literasi ditingkatkan karena banyak masyarakat Thailand tidak berpikir bahwa korupsi
adalah masalah serius. Mereka juga tidak merasa bahwa kepentingan umum harus dilindungi oleh
mereka. Akibat dari korupsi tidak dapat diketahui dengan jelas karena tidak langsung berdampak
pada masyarakat, tidak seperti masalah kesehatan, pendidikan atau kesejahteraan sosial, dll yang
dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat secara konkrit. Mereka harus memahami bahwa
pejabat korup mendapatkan uang dari pajak yang dibayarkan oleh semua orang. Masyarakat harus
menyadari bahwa setiap kali korupsi terjadi, rakyatlah yang paling menderita.
NACC juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan atau
korupsi di masyarakat serta memperbaiki strategi pencegahan korupsi. Ada dua proyek penelitian
yaitu, proyek penelitian tentang "Survei Kesadaran Dampak Korupsi dan Partisipasi dalam Misi
Anti Korupsi Kantor NACC" pada 2016 dan proyek penelitian tentang "Sintesis Pembentukan,
Mekanisme dan Pendekatan dalam Membina Budaya Integritas untuk Pencegahan Korupsi”.
Hasilnya mengarah pada rekomendasi tentang formasi, mekanisme dan pendekatan yang paling
tepat dalam membina integritas serta pedoman yang didistribusikan ke semua organisasi dalam
masyarakat baik formal maupun dan media mengevaluasi tingkat kesadaran masyarakat terhadap
dampak korupsi dan pentingnya partisipasi dalam skema anti-korupsi yang akan dijadikan faktor
penentu dalam rencana pengembangan kerja antikorupsi dan pendekatan perbaikan untuk
mempromosikan Strategi Nasional Antikorupsi.
Semua program pencegahan koupsi yang dilakukan lembaga NCCC dan NACC kurang efektif
menurunkan angka korupsi di Thailand. Memang diawal keberadaan NCCC dan NACC langsung
memberi dampak positif terhadap IPK karena pada kurun tahun 1999-2002, IPK Thailand
mengalami stagnan sebesar 32 dimana pada tahun 1998 memiliki skor 30 dan skor terendah yang
pernah diraih Thailand sebesar 28 pada tahun 1995. Namun setelah itu, IPK Thailand cukup
berfluktuatif sehingga dapat dikatakan keberadaan NCCC dan NACC hanya untuk menjaga skor
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Thailand agar tidak pernah dibawah angka 30. Meskipun demikin,
Thailand pernah meraih IPK 38 pada tahun 2005 dan 2015.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah keberadaan NCCC dan NACC efektif diawal
keberadaannya. Karena Setelah tahun 2001 pola korupsi di Thailand telah berubah, para politisi
menggunakan metode korupsi baru untuk kepentingan pribadi. Undang-undang dan peraturan
direvisi untuk meningkatkan kepentingan pribadi untuk melakukan kolusi dan nepotisme. Pola baru
korupsi ini disebut korupsi kebijakan, yang terkait dengan konflik kepentingan. Konflik
kepentingan muncul dari politisi yang berpengaruh yang memiliki kekuasaan untuk membuat
keputusan dan melibatkankerjasama diantara politisi, pegawai negeri tingkat tinggi dan pengusaha.
NCCC dan NACC sebenarnya sudah efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
Thailand akan korupsi, terbukti dari tuntutan yang dilakukan masyarakat Thailand kepada
pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-0-cha pada tahun 2020 karena dinilai korup. Peran
lembaga pemberantasan korupsi dapat berjalan dengan baik apabila pemerintah mendukung dengan
penuh dalam upaya pemberantasan korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Carolina, Anita. (2012). Sistem Anti Korupsi: Suatu Studi Komparatif di Indonesia, Hong Kong,
Singapura, Thailand. Jurnal InFestasi Vol. 8 (1) Hal107 - 121
https://journal.trunojoyo.ac.id/infestasi/article/download/1258/1083
Skchot, Sutisa. (2010). Thailand's Efforts in Prevention of Corruption
https://www.unafei.or.jp/publications/pdf/GG5/GG5_Thailand2.pdf
Straub, Karsta . (2003). An Overview of Thailand's Anti Corruption Legislation. Tilleke dan
Gibbins Lawyers
https://www.tilleke.com/sites/default/files/anti_corruption_updated_2009_0.pdf
Transparency International Indonesia. (2018). Upaya Melunpuhkan Badan Anti Korupsi di
Berbagai Belahan Dunia https://ti.or.id/wp-content/uploads/2018/06/Serangan-AC-agencies-
berbagai-negara_2018_4-1.pdf
Damrongchai, Prasit. (2013) . Good Governance & Counter Corruption in Thailand
https://tdri.or.th/wp-content/uploads/2013/04/prasit_e.pdf
UNCAC. (2013). Awarness-Raising Measures and Education. Article 13: Thematic Compilation
of Relevant Information Submitted by Thailand
https://www.unodc.org/documents/corruption/WG-Prevention/Art_13_Awareness-
raising_measures_and_Education/Austria.pdf
Wartas, Matias. (2004). Corruption in Thailand.
https://aceproject.org/ero-en/regions/asia/TH/Corruption_in_Thailand.pdf

Anda mungkin juga menyukai