Anda di halaman 1dari 21

I

SSN:2337-
5957/e-
ISSN:2655-
2833

Vol
ume7Nomor2,Nov
ember2019

Vol
ume7 Nomor2 Halaman Mak
ass
ar I
SSN:2337-
5957
127-242 Nov
ember2019 e_I
SSN:2655-
2833
ISSN: 2337-5957 / E-ISSN: 2655-2833

PUSAKA
Jurnal Khazanah Keagamaan
Vol. 7, No. 2, November 2019
ISSN: 2337-5957 / E-ISSN: 2655-2833

PUSAKA
Jurnal Khazanah Keagamaan
Vol. 7, No. 2, November 2019

PEMBINA : H. Saprillah, M.Si.

REDAKTUR AHLI : Dr. H. Abd. Kadir M., M.Ag. (Agama, Balitbang Agama
Makassar)

MITRA BESTARI : Dr. Ulfiani Rahman (Kajian Dirasat Islamiyah, Universitas

Negeri Alauddin Makassar)

Dr. Mustolehudin (Kajian Pendidikan Keagamaan, Balai


Litbang Agama Semarang)

Dr. H. Muhaemin (Kajian Pendidikan Agama, Insitut


Agama Islam Negeri Palopo)

Dr. Muhammad Adlin Sila, Ph.D. (Kajian Agama dan


Masyarakat)

Dr. H. Idham, M.Pd. (Kajian Agama dan Tradisi


Keagamaan)

PEMIMPIN REDAKSI : Muh. Subair, S.S., M.P.I.

DEWAN REDAKSI : Abu Muslim, S.HI., M.HI.


Syarifuddin, S.S., M.Hum.
H. Muhammad Sadli Mustafa, S.Th.I., M.Pd,I
Wardiah Hamid, S.Ag, M.Hum
Drs. Ilham, M.Si.

KESEKRETARIATAN : Amru Ichwan Alwy, S.IPI.


Darwis, S.Pd.I.
Risma Yuliana Wahab, S.Kom
Nasri, S.Sos.
Bohari

Lay Out : Nur Arisal


ALAMAT REDAKSI : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar 90222
Telp. 0411 452952 Fax. 0411 452982
Email: pusakajurnal@gmail.com
ISSN: 2337-5957 / E-ISSN: 2655-2833

PUSAKA
Jurnal Khazanah Keagamaan
Vol. 7, No. 2, November 2019

DAFTAR ISI

Islam Kultural di Sulawesi Selatan: Keselarasan Islam Dan Budaya


Abd. Kadir Ahmad 127 - 140

Pesantren dan Kebangsaan


Bisri Effendy 141 - 152

Prakarsa Bugis-Mandar dalam Pendidikan Keagamaan di Lalowura Loea Kolaka


Timur Sulawesi Tenggara
Muh. Yahya dan Muh. Subair 153 - 168

Peran Orang Bugis Mengembangkan Pendidikan Islam di Kota Injil Manokwari


Akmal dan Abu Muslim 169 - 188

KH. Ahmad Maruf Biografi dan Perannya Mengembangkan Islam di Baruga


Kabupaten Majene
Syarifuddin 189 - 202

Nilai-Nilai Luhur dalam Pappasang Masyarakat Mandar


Husnul Fahima Ilyas 203 - 218

Relevansi Sejarah dan Budaya Bagi Pembangunan Sulawesi Barat


Idham 219 - 234

Pola Interaksi Migran Bugis dalam Pengembangan Pendidikan Agama di Kota


Bitung
Muhammad Nur 235 - 242
PENGANTAR REDAKSI

PUSAKA Jurnal Khazanah Keagamaan Vol. 7, No. 2, November 2019 sudah


menapak akreditasi SINTA 5. Ada banyak catatan untuk perbaikan kualitas jurnal ini
dalam aspek teknis dan substansi artikel yang telah diterbitkan. Pengetatan chek plagiasi
juga menjadi perhatian yang harus dijalankan dengan konsisten terhadap semua tulisan
yang masuk. Artikel yang masuk dengan unsur plagiasi di atas 20% tanpa kompromi harus
ditolak dan tidak lagi boleh dimuat.

Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan edisi ini mengetengahkan beberapa artikel


dari penulis ternama. Artikel pertama ditulis oleh Abd. Kadir Ahmad yang membahas
tentang pertemuan budaya lokal dengan agama Islam di Sulawesi Selatan. Dia
mengungkap adanya peran ulama dalam menyeimbangkan proses dialog budaya dan
agama dengan menyerap nilai-nilai dari keduanya. Sehingga masyarakat Sulawesi Selatan
dapat menikmati perayaan budaya warisan leluhurnya sambil tetap menjalankan ajaran
agama dengan perasaan bahagia. Artikel ini bersesuaian dengan nilai luhur dalam
pappasang yang ditulis oleh Husnul Fahimah Ilyas, dan peran ulama KH. Ahmad Maruf
dalam pengembangan ajaran Islam yang ditulis oleh Syarifuddin. Artikel kedua ditulis oleh
Bisri Effendy yang mengulas tentang pesantren dan kebangsaan. Tulisan ini membincang
tentang peran Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah dalam pentas sejarah yang diabaikan.
Artikel ketiga adalah tulisan tentang migran Bugis-Mandar di Desa Lalowura Kolaka
Timur yang ditulis oleh Muh. Yahya dan Muh. Subair. Artikel keempat juga terkait peren
migran Bugis dalam pendidikan keagamaan di Manokwari oleh Abu Muslim. Demikian
pula artikel kedelapan yang juga terkait dengan migran Bugis di Sulawesi Utara yang
ditulis oleh Muhammad Nur.

Akhirnya, kami ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Kepala Balai Litbang
Agama Makassar, yang senantiasa memberi dukungan dalam proses penerbitan Jurnal ini.
Sehingga dapat terbit dalam versi cetak maupun dalam versi online. Terima kasih kepada
semua penulis dan salam hangat kepada semua pembaca….
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Nilai-Nilai Luhur dalam Pappasang Masyarakat Mandar

Noble Values in Pappasang Mandar Community

Husnul Fahima Ilyas


Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Jl.A.P.Pettarani No.72 Makassar. Telp:0411-452952
Email: husnullitbang@gmail.com/husnulnatalia@yahoo.com
Info
Abstract
Artikel
Artikel ini membahas tentang pappasang berupa nasihat atau pesan bijak yang
disampaikan dalam bentuk tutur (lisan) oleh penyampainya banyak bermuatan
wasiat atau pesan-pesan leluhur yang berisi kaidah-kaidah atau norma kesusilaan.
Fokus permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Seperti apa wujud
pappasang dalam masyarakat Mandar? Bagaimana masyarakat Mandar
menyampaikan nilai-nilai keagamaan dalam pappasang kepada generasinya?
Sejauhmana implemantasi nilai-nilai keagamaan pada pappasang dalam kehidupan
masyarakat?. Tujuan penelitian untuk mengetahui wujud pappasang dalam
masyarakat Mandar untuk mengetahui cara masyarakat Mandar menyampaikan
nilai-nilai keagamaan yang ada dalam pappasang kepada generasinya.
Mengidentifikasi implementasi nilai-nilai keagamaan pada pappasang dalam
masyarakat Mandar. Metode yang digunakan berupa penelitian kualitatif dengan
Diterima menggunakan pendekatan sosial menelusuri pappaseng secara menyeluruh dari
15 semua aspek. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan yang terdiri
atas tetuah kampung tokoh adat, agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda.
Juli Sedangkan sumber tertulis berasal dari manuskrip atau naskah yang ditemukan di
2019 Mandar. Data primer dikumpulkan dengan berbagai macam cara, yaitu wawancara
mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi pappasang di
antaranya mengenai hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan manusia
Revisi I dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alamnya. Pappasang sebagai
media untuk pembentukan jati diri dan menjadi salah satu landasan dalam
2 mempertahankan nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh para leluhur orang Mandar
Agustus yang membentuk manusia yang malaqbiq yang mengenal istilah siriq dalam
kehidupan, adat istiadat agar mempunyai harga diri, kehormatan, dalam
2019 perwujudan sikap.
Kata Kunci: pappasang, pesan, nilai, perilaku, leluhur.
Revisi II This article blurts out about pappasang in the form of advices or a wise messages
1 of speeches (oral) by the conveyor which contains many wills or ancestral
September messages that contain rules or norms of decency. The focus of the problems raised
in this study are: What are the forms of attachment in the Mandar community?
2019 How did the Mandar community convey religious values in their attachment to
their generation? How far is the implementation of religious values in the
community in the life of the community? The purpose of the study was to find out
Disetujui the form of the apparatus in the Mandar community to find out how the Mandar
22 community conveyed the religious values contained in the appendix to their
Oktober generation. Identify the implementation of religious values in pairs in the Mandar
community. The method used is in the form of qualitative research using a social
2019 approach to explore pappasang thoroughly from all aspects. Sources of data in this
study came from informants consisting of village leaders (traditional leaders),
religious leaders, community leaders, and youth leaders. While written sources
come from manuscripts or manuscripts found at Mandar. Primary data is collected
in various ways, namely in-depth interviews and observations. The results of the
study show that the contents of the appendix include the relationship between
humans and God, the relationship between humans and humans, and the
relationship between humans and nature. Pappasang as a medium for the
formation of identity and become one of the foundations in maintaining the noble
values instilled by the ancestors of the Mandar people who formed human beings
who knew the term siriq in life, customs in order to have self-esteem, honor, in the
realization of attitudes.
Keywords: pappasang, message, value, behavior, ancestor.

203
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

PENDAHULUAN Masyarakat menganggap bahwa


Perilaku masyarakat di dalam hidup mereka tidak merasa
beberapa daerah di Indonesia telah tertinggal dari masyarakat lainnya jika
mengalami perubahan. Misalnya dapat memenuhi ukuran kebahagiaan
Dahulu masyarakat nelayan suku hidup (ekonomi). Mereka tidak lagi
Mandar yang bermukim di pesisir peduli terhadap kearifan lokal yang
Barat pulau Sulawesi, bila hendak dapat membentuk sikap mental dan
melaut terlebih dahulu akan melakukan perilaku mereka terhadap kehidupan
upacara adat sebagai wadah sosial dan alam yang lebih baik.
kebersamaan dan simbol pemanjatan Kalau kita menyimak beberapa
doa serta penghormatan terhadap alam contoh sebelumnya, sesungguhnya
agar orang yang mencari nafkah dari persoalan sosial yang mengakibatkan
laut tidak memperlakukan laut (alam) “degradasi mental” dalam masyarakat
dengan seenaknya (eksploitasi) demi Mandar dikarenakan mereka tidak lagi
keberlangsungan alam dan mahluk memegang teguh nilai-nilai keagamaan
hidup yang ada di dalamnya. yang telah diturunkan oleh genarasi
Namun dalam beberapa tahun terdahulu. Padahal nilai-nilai agama
terakhir nelayan sudah mulai yang dimaksud menjadi sesuatu yang
melakukan pengerusakan terhadap laut pokok dalam kehidupan bermasyarakat.
dengan cara melakukan penangkapan Apabila nilai-nilai ini ditinggalkan
yang mempergunakan alat tangkap akan mengakibatkan masyarakat akan
berteknologi canggih dan merusak kehilangan keseimbangan hidup dalam
seperti bom, cianida, dan lain-lain. memandang hubungan kemanusiaan,
Perilaku masyarakat yang hubungan dengan alam dan dengan
mengeksploitasi laut demi memenuhi Sang Khalik.
kebutuhan ekonomi, hal tersebut Sesungguhnya setiap komunitas
merupakan akibat dari arus globalisasi memiliki kearifan lokal, dalam budaya
dan modernisasi tanpa masyarakat Mandar kita mengenal
memperhitungkan dampak yang pappasang yang merupakan acuan
ditimbulkan. Menurut Darmawan dalam hidup dan kehidupan
“Dalam Sureq La Galigo telah dimuat masyarakatnya yang sarat dengan nilai-
mutual benefit antara manusia dan nilai keagamaan dan kemanusiaan.
alam sekitarnya” (Darmawan, 2002, p. Pappasang adalah bentuk dari atau
1). Artinya bahwa manusia mutlak cara seseorang menyampaikan dan
untuk menjaga kelestarian alam karena mentransfer nilai-nilai keagamaan yang
alam dapat memberikan konstribusi menjadi acuan kehidupan masyarakat
yang positif (manfaat) terhadap melalui bahasa tutur (bahasa lisan).
manusia jika dikelola dengan baik dan Koentjaraningrat: “Nilai budaya adalah
benar. Selanjutnya Darmawan tingkat pertama dari kebudayaan ideal
mengatakan “Manusia merupakan atau adat”. Pappasang sebagai karya
suatu bagian integritas dari alam sekitar sastra lisan juga berfungsi sebagai
(nature) sehingga ia tidak dapat lagi “media belajar yang paling efektif bagi
disangkal keberadaannya sebagai masyarakat Mandar dalam hal apapun
mahluk sosial dan biologis” terutama pembelajaran nilai-nilai
(Darmawan, 2002) keagamaan.

204
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Namun dalam kenyataannya sekitarnya. Seperti yang dikemukakan


masyarakat Sulawesi Barat telah oleh Zainuddin Hakim: “Pasang
melangkah jauh tanpa memedulikan (sebutan orang Makassar), paseng
lagi aspek-aspek budaya yang (Bugis), dan pappasang (Mandar)
merupakan nilai utama setiap sebagai sumber informasi banyak
komunitas masyarakat khususnya bermuatan wasiat atau pesan-pesan
kearifan lokal yang telah dibangun leluhur yang berisi kaidah-kaidah atau
secara bersama-sama. Kondisi seperti norma kesusilaan” (Hakim, 1992, p. 2).
ini bermuara pada pola sikap dan Sehubungan dengan latar belakang
perilaku yang ego dan individualistik yang telah dikemukakan pada bagian
masyarakat terhadap lingkungan sosial pendahuluan, maka fokus
dan alamnya. Petani tidak lagi saling permasalahan yang diangkat dalam
bantu membantu dalam menyelesaikan penelitian ini adalah: Seperti apa wujud
pekerjaannya di sawah, nelayan lebih pappasang dalam masyarakat Mandar?
mengutamakan memperoleh hasil yang Bagaimana masyarakat Mandar
banyak tanpa peduli lagi dengan menyampaikan nilai-nilai keagamaan
kelangsungan hidup mahluk yang ada dalam pappasang kepada generasinya?
di dalam laut, putusan hukum tidak lagi Sejauhmana implemantasi nilai-nilai
berdasarkan azas keadilan tetapi keagamaan pada pappasang dalam
berdasarkan kedekatan dan kehidupan masyarakat? Tujuan
kemampuan orang untuk memenuhi penelitian untuk mengetahui wujud
standar kesejahteraan para penentu pappasang dalam masyarakat Mandar
keputusan hukum. untuk mengetahui cara masyarakat
Kondisi mental masyarakat Mandar menyampaikan nilai-nilai
Mandar seperti fakta yang terungkap keagamaan yang ada dalam pappasang
sebelumnya, tidak mungkin dibiarkan kepada generasinya. Mengidentifikasi
selamanya, namun harus ada upaya- implementasi nilai-nilai keagamaan
upaya alternatif yang dapat menjadi pada pappasang dalam masyarakat
wadah atau lembaga untuk mengkaji Mandar.
kemudian mentransfer nilai-nilai yang
ada dalam kearifan lokal (pappasang) Tinjauan Pustaka
dalam tampilan yang mungkin berbeda. Budaya adalah seluruh hasil baik
Misalnya konsep tudang-sipulung perilaku, kehidupan sosial, sistem nilai
tetapi tetap sesuai dengan kondisi maupun berupa benda yang dilahirkan
kehidupan sekarang tanpa oleh satu masyarakat dalam kurun
meninggalkan muatan nilai dan pesan- waktu tertentu. Menurut
pesan sosial, kemanusiaan. Oleh karena Koentjaraningrat yang dimaksud
itu, maka dirasakan sangat urgen untuk dengan budaya adalah “cipta rasa dan
memulai suatu kegiatan yang dapat karsa manusia”. Jadi segala sesuatu
mengedepankan penghayatan nilai-nilai yang pernah lahir dan berkembang
budaya atau pappasang untuk dalam komunitas tertentu, baik itu hasil
merevitalisasi mentalitas dan perilaku cipta, ataukah yang lahir dari rasa
masyarakat Sulawesi Barat agar tidak individu dalam masyarakat disebut
lagi bertindak sesuai dengan ke-ego- budaya.
annya sendiri, yang berakibat terhadap Budaya lahir dari hasil
kerusakan tatanan sosial dan alam perenungan ataukah ide yang hadir

205
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

dalam pikiran masyarakat, maupun betapa nilai-nilai budaya menjadi


pengalaman individu dalam sangat penting dan strategis bagi
memandang sekelilingnya yang sesuai perkembangan kehidupan masyarakat.
dengan kondisi sosial alam dan seluruh Lebih jauh lagi diharapkan dapat
aspek yang ada dalam lingkungannya, menjadi acuan kebijakan dalam
selanjutnya Koentjaraningrat penyusunan perencanaan dan
mengatakan “budaya terdiri dari pelaksanaan pembangunan.
konsep-konsep yang hidup dalam Pappasang dalam masyarakat
pikiran sebagian besar masyarakat”. Sulawesi Barat juga mempunyai sistem
Hasil perenungan atau konsep tersebut nilai yang berupa budaya masyarakat
kemudian disebarkan kepada orang lain penganutnya. Salah satu nilai budaya
dalam komunitas tertentu, yang seperti yang telah dikemukakan
selanjutnya diteruskan ke dalam dalam sebelumnya adalah pappasang, yang
lingkungan sosial yang lebih luas, berupa nasihat ataukah pesan bijak
kemudian menjadi budaya masyarakat. yang disampaikan dalam bentuk tutur
Menurut Koetjaraningrat (lisan) oleh penyampainya. Masyarakat
(Koentjaraningrat, 1987, p. 2). ”Tujuh Sulawesi Barat yang terdiri dari
unsur yang menjadi pokok utama berbagai macam etnis semuanya
kebudayaan, hal ii berlaku secara mengenal pappaseng (sebutan etnis
universal, ketujuh pokok unsur Bugis), papasang (Makassar),
kebudayaan itu adalah: pertama pappasang (Mandar). Pappasang ini
upacara keagamaan yang disebut disampaikan oleh seseorang kepada
sistem religi, kedua sistem dan orang lain untuk direnungi dan
organisasi keagamaan, ketiga sistem kemudian diaplikasikan dalam
pengetahuan, keempat bahasa, kelima kehidupan sehari-hari.
kesenian, keenam sistem mata Jika ditinjau dari sudut bahasa
pencaharian hidup, dan ketujuh sistem pappasang sesungguhnya dapat
teknologi dan peralatan. dimaknai sebagai pesan, namun arti
Sistem nilai adalah merupakan pappasang sebenarnya adalah nasihat
bagian penting dari budaya suatu atau tutur bijak. Pappasang juga
masyarakat sebab menjadi alat kontrol sebagai wasiat yang berisi pesan-pesan
perilaku masyarakatnya. Sebagaimanan leluhur sebagai sumber informasi bagi
dikemukakan oleh Koentjaraningrat generasi sekarang. Pappasang lebih
bahwa, ”nilai budaya adalah tingkat menekankan pada ajaran moral yang
pertama dari kebudayaan ideal atau patut dituruti dan sangat dimuliakan.
adat”. Sistem nilai suatu masyarakat Tidak boleh memandang enteng hanya
merupakan sesuatu yang abstrak serta sebagai ungkapan saja. Namun mampu
mencakup semua aspek kehidupan mengetuk hati dan pikiran agar supaya
namun dapat dirasakan oleh orang berlaku jujur dan berpikir
masyarakat. Seperti yang dikatakan menggunakan akal sehat (Sikki & Dkk,
Ralph Linton “yang sebenarnya 1998, pp. 6–7). Menurut Nur Alam
dibutuhkan dalam dunia modern ini Saleh (Alam, 2000, p. 2). “Pappasang
adalah serangkaian ide-ide dan nilai- tidak lain adalah ungkapan bahasa atau
nilai yang tetap keadaannya dan diikuti tutur yang sangat potensial untuk
oleh semua anggota masyarakatnya”. kelancaran transformasi nilai-nilai
Dari pendapat ini dapat kita temukan luhur dan gagasan vital dari satu

206
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

generasi ke generasi yang lain. pappasang sendiri bermacam-macam,


Pernyataan ini memperkuat asumsi kita berkaitan dengan hubungan yang
bahwa pappasang tidak lain adalah berkesinambungan antara manusia
media yang berfungsi sebagai alat dengan Tuhan-Nya, manusia dengan
untuk menyampaikan sekaligus manusia, serta manusia dengan
menanamkan nilai-nilai budaya dari alamnya. Sumber data dalam penelitian
satu generasi kepada generasi ini berasal dari informan yang terdiri
berikutnya. Sehingga sistem nilai atas tetuah kampung atau tokoh adat,
maupun nilai yang pernah ada dalam tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
komunitas tersebut tetap aktual dan tokoh pemuda. Sedangkan sumber
menjadi landasan kehidupan tertulis berasal dari manuskrip atau
masyarakatnya. naskah yang ditemukan di Mandar.
Etnis Mandar mengenal Data primer dikumpulkan dengan
pappasang dalam berbagai jenis dan berbagai macam cara, yaitu wawancara
bentuk sesuai dengan media yang mendalam dan observasi. Tema yang
dipakai dalam menyampaikannya, ada akan diperoleh dalam wawancara
yang menyampaikan melalui cerita mendalam misalnya: kategori
(toloq) yang diiringi dengan musik, pappasang, media apa yang dipakai
dengan lagu yang berupa pantun dalam penyampaian pappasang, nilai-
(kalindaqdaq), Ada juga berupa pantun nilai keagamaan yang disampaikan
tanpa musik. Pappasang ini terdiri dari dalam pappasang, serta seperti apa
banyak hal misalnya hubungan implementasi nilai-nilai keagamaan
manusia dengan Tuhan-nya, hubungan dalam pappasang pada generasi muda.
manusia dengan alam, manusia dengan Data sekunder, data ini dikumpulkan
manusia serta semua sendi kehidupan dengan cara dokumentasi dan
masyarakat yang sarat dengan nilai- kepustakaan.
nilai. Seperti halnya pada masyarakat
etnis Makassar di kalangan masyarakat PEMBAHASAN
Mandar pappasang merupakan media Papasang merupakan wasiat atau
untuk mentransformasikan nilai-nilai amanat yang hampir sama dengan
kepada masyarakat yang dikemas nasihat, namun keduanya mempunyai
dengan berbagai cara. nuansa masing-masing yang berbeda.
Pappasang menekankan pada ajaran
moral yang patut dturuti, sedangkan
METODE PENELITIAN nasihat lebih menekankan pada suatu
Jenis penelitian berupa kualitatif tindakan yang harus dilakukan atau
dengan menggunakan pendekatan diindahkan (Sikki & Dkk, 1998).
sosial menelusuri pappasang secara Tetapi terkadang ditemukan nasihat
menyeluruh dari semua aspek yang yang berisi pappasang.
terkait atau disebut pendekatan holistik Pappasang dalam bahasa
yang bersifat kualitatif. Pappasang Mandar, sama dengan istilah
biasanya disampaikan dengan cara pappaseng dalam bahasa Bugis yang
tutur (bahasa lisan) yang berisi nasihat mampu mengetuk pintu hati dan
ataupun pesan-pesan bijak dari pikiran yang memerintahkan supaya
seseorang kepada orang lain maupun orang berperilaku jujur dan berpikir
masyarakat pada umumnya. Isi

207
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

jernih. Pappasang yang ditemukan di kecakapan baca-tulis sebagai bentuk


Mandar terdapat dalam bentuk: peradaban. Kemajuan peradaban
1. Ungkapan tradisional berupa masyarakat pendukungnya pada
pribahasa. masa lampau.
2. Terdapat pula dalam kalindaqdaq Tradisi penulisan di Mandar
Mandar. Salah satu karya sastra pernah dilakukan secara besar-besaran.
mandar berupa puisi, terikat pada Indikasi ini bisa ditemui dari
jumlah larik dalam bait, jumlah suku melimpahnya jumlah naskah yang telah
kata dalam setiap larik, dan irama diinventarisasi (Subair, 2016). Naskah-
yang tetap. Kalindaqdaq memiliki naskah Mandar yang temukan oleh Tim
bentuk: tiap bait terdiri atas 4 larik Balai Penelitian dan Pengembangan
(baris), larik pertama terdiri atas 8 Agama Makassar pada tahun 2009-
suku kata, larik kedua terdiri atas 7 2015 yang jumlahnya ratusan, masih
suku kata, larik ketiga terdiri atas 5 tersebar dan dikoleksi oleh masyarakat
suku kata, larik keempat terdiri atas Mandar (Kadir, 2010). Balai Penelitian
7 suku kata, merupakan puisi suku dan Pengembangan Agama Makassar,
kata, persajakan kalindaqdaq (Kadir M, 2015). Naskah pada
umumnya bebas, meskipun ada juga masyarakat Mandar disebut pula
yang bersajak akhir a-a-a, a-b-b-a, a- sebagai lontar. Lontar mengandung
a-b-b. faktor edukatif sehubungan dengan
3. Terdapat pula dalam manuskrip, kesadaran masyarakat. Fungsi lontar
sastra tertulis pada zaman dulu, sebagai pengaman bagi kesalah
sebagai bentuk peninggalan tertulis pahaman sejarah atau budaya tentang
kebudayaan masa silam tertuang keangkuhan pribadi yang bersumber
dalam naskah. Naskah merupakan dari kekeliruan level dan fungsi sosial
dokumen atau arsip kebudayaan tradisi seseorang (Mandra, n.d., p. 14).
yang mengandung ide-ide, gagasan- Dalam Katalog Induk Naskah-
gagasan utama, dan berbagai macam Naskah Sulawesi Selatan yang disusun
pengetahuan tentang alam semesta oleh Tim Mukhlis Paeni memuat 4049
menurut persepsi budaya naskah. Didalamnya terdapat naskah
masyarakat pendukungnya, Mandar sebanyak 20 naskah, termasuk
termasuk ajaran keagamaan yang lontar gulung. Di antara naskah
mengandung nilai-nilai luhur tersebut yaitu: No.01/MKH/2/Unhas
budaya bangsa. Dokumen dalam UP Lontar Mandar rol 7 No.2 dan
bentuk naskah, merupakan rekaman Lontar Adat Mandar II Rol 7 No.3
tertulis berdasarkan kegiatan masa koleksi M.Taiyeb
lampau dan manifestasi serta No.01/MKH/2/Unhas UP Rol 09 No.2
refleksi kehidupan masyarakatnya. koleksi M.Taiyeb. Lontarak
Hal ini diibaratkan sebagai jembatan Pattodioloang di Mandar milik
yang menghubungkan generasi masa Muhammad Tayyeb.
lalu, masa sekarang, dan masa akan No.01/MKH/3/Unhas UP Lontar
datang yang dapat memberikan Mandar, No.01/MKH/4/Unhas/UP
sumbangan besar bagi studi suatu Lontar Mandar II,
kelompok sosial budaya yang No.01/MKH/5/Unhas/UP Lontar
melahirkan naskah tersebut (Ikram, Mandar III, No.01/MKH/6/Unhas/UP
1997). Naskah berkaitan erat dengan Lontar Mandar IV,

208
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

No.01/MKH/7/Unhas UP Lontar tidak bisa hilang karena dia menjadi


Mandar V, No.01/MKH/8/Unhas UP warisan keluarga.
Lontar Mandar VI, kedelapan naskah
ini merupakan koleksi Drs. Ahmad (3)
Sahur. Lontar Mandar Iyyatuqu tuqu cera dini malai andiang
No.01/MKH/5/Unhas/UP dan Lontar barani, tapi andiang diang
Napo Mandar No. tangalalanna pollorang, muamikke,
01/MKH/6/Unhas/UP milik Proyek deodiaqttongana kapero mua
Naskah Unhas. Koleksi Darmawan munduroqo, mua parri leqba damo
Mas’ud tentang Attoriolong Balanipa diting dio, nyamang tobandimo tuu
(Mandar) No. 01/MKH/6/Unhas/UP, napoleang.
Silsilah No.01/MKH/7/Unhas/UP, Artinya:
Pattodioloang di Mandar sesungguhnya darah di sini, bisa tidak
No.01/MKH/8/Unhas/UP. Bunga berani, tapi tidak ada jalan menjadi
Rampai Keagamaan milik Abd. Muis penakut, jika engkau berdiri pada
Mandra No.01/MKH/1/Unhas/UP kebenaran maka kafirlah jika kamu
(Paeni & Dkk., 2003, p. 21,35,37,535- mundur, jika sudah kesulitan
565 825-826) Di antara naskah-naskah (kesemrawutan) yang muncul, maka
tersebut berisi pesan-pesan atau nikmat jua akhirnya. Kami bukan darah
pappasang. Berikut sejumlah pemberani, tapi tidak ada jalan untuk
pappasang yang telah diinventarisasi. jadi penakut kerena kita berada pada
kebenaran.
(1)
Malaqbi= ukuran manusia malaqbi (4)
“Naiyya tuqu pau, gau anna kedzo, Ahera udzotangan, lino tandi-tandi tia
mapia situru pai, sittengan pissoe anna Artinya:
akke lette. Alam akhirat adalah tempat kekal
Paissanganna maqbati di pau, pau sedangkan dunia adalah tepat
maqbati di kero, anna kero maqbati sementara. Maksudnya tujuan akhir
diinggananna panggauang”. dari kehidupan di dunia ini adalah
Artinya kehidupan di akhirat sebagai kehidupan
sesungguhnya perkataan, sikap dan yang kekal, sehingga kehidupan di
tingkah laku sebaiknya selaras, sama dunia harus diisi dengan perbuatan
halnya (keserasian antara) ayunan baik.
tangan dan langkah kaki. Ilmunya
tergambar diucapan, ucapan tergambar (5)
pada sikap, dan sikap tergambar pada Andiangngi lao sala paqmai mapia.
semua tingkah laku. Artinya: niat atau perbuatan yang baik
tidak akan pernah sia-sia. Maksudnya
(2) niat atau perbuatan baik kepada sesama
Pahangi kabe, iyya disangan lempu, manusia tidak akan sia-sia sekalipun
abaranian, amanarangan dalam jangka lama pada akhirnya akan
sossorongangi, andiangi mala paqda. muncul juga.
Artinya
pahamlah nak, yang dimaksud dengan (6)
kejujuran, keberanian, dan kecerdasan Apa di tudhaq apa tuo.

209
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Artinya:
apa yang ditanam, itu pula hasilnya. Artinya:
Maksudnya perbuatan baik akan biar bersambungan kayu, jika hal itu
mendapat imbalan kebaikan, yang kamu sukai maka saya jua
sebaliknya perbutan jahat akan menyukainya.
mendapat ganjaran kejahatan. Maksudnya pernyataan yang
mengutamakan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi.

(7) (11)
Dipameappai dalleq, dileteanni pai, Napakarajai totondodai,
andiang dalleq pole mambawa napakalabbiq-i sipatunna, nasayangngi
alawena. totondo naunna.
Artinya: Artinya:
Rezeki itu harus dicari, diusahakan, Dihormati orang yang di atasnya,
tidak ada rezeki datang sendiri. dihargai sederajatnya dan disayangi
Maksudnya pendorong bagi setiap orang di bawahnya.
orang untuk selalu giat bekerja agar Maksudnya seorang pemimpin harus
dapat memperoleh rezeki. luwes dalam menghadap rakyatnya,
tidak mebeda-bedakan dan adil,
(8) sehingga tidak seorang pun anggota
Da mupelambiq-lambiqi anu andiang masyarakat yang merasa dianak tirikan.
mulambiq, tittai urango manini.
Artinya: (12)
Janganlah berusaha mencari sesuatu Pasipatui Ate anna lila, pasippappassi
yang tidak dapat engkau capai karena lila anna pelliq-a.
pada akhirnya engkau akan berak Artinya:
udang. Sesuaikan hati dengan lidah, sejajarkan
Maksudnya janganlah engkau lidah dengan langkah.
menginginkan sesuatu yang mahal Maksudnya dianjurkan kepada
harganya padahal hanya bermodal seseorang agar selalu berhati-hati
sedikit karena dapat menimbulkan menjaga keseimbangan antara rencana
kesukaran. dan kemampuan yang ada pada kita.

(9) (13)
Kedzo macoa, loa tongang, iyamo tuqu Papiyai kedhomu diparammu rupa tau,
pebongang lambi lao di akhera. kedodi tia disanga rupa tau.
Artinya: Artinya:
Perbuatan baik, tutur kata yang sopan Berbuat baiklah kepada sesama
itulah bekal ke alam abadi. manusia, karena perbuatanlah yang
Maksudnya mendorong orang agar memastikan seseorang disebut
selalu baik pada setiap kesempatan. manusia.
Maksudnya tingkah laku dan perbuatan
(10) seseoranglah yang menunjukkan nilai
Mau sisappolongan aju allotting mua sebagai manusia yang memiliki budi
iyamo muoloqi, turuq toaq. pekerti yang luhur.

210
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

5. Tempat berteduh bagi segenap


(14) penduduk.
Pebongan di akhera. 6. Pematang lurus bukan karena
Artinya: penanda (pelurus) tanah;
Bekal apa yang kamu bawa ke akhirat.
Maksudnya mengingatkan kita agar (17)
selalu mempersiapkan diri dengan cara Sumber Adat
berbuat amal lebih banyak sebagai Naia topa apponganna adaq,
bekal di akhirat. limambuangani tuqu, iamo siposanga:
1. Assimemangang;
(15) 2. Abiasang di sesena apiangang
Siriqdi tia disanga rupa tau. 3. Assipura loang
Artinya: 4. Pappasang todiolo
Siriq-lah (nilai) yang disebut seorang 5. Paqannana sei-adaq
manusia. Sumber adat terdiri dari lima asaz
Maksudnya seseorang yang tidak yaitu:
berpegang pada nilai siriq, maka 1. Manusia yang berkodrat
sesungguhnya orang itu bukanlah 2. Kebiasaan yang baik;
manusia. 3. Kesepakatan dalam jani;
4. Pesan-pesan bijak pendahulu;
(16) 5. Aturan yang diwarisi para adat.
Pola kekuatan adat/hukum
diibatkan di Mandar: (18)
Ia uraqna adaq: Yang Harus dilakukan Agar Adat
Pola kekuatan adat/hukum diibatkan: Tetap dipatuhi
Mesami: paramata tattiballunnai lang; Naua paqannana todiolo, ia adaq:
Permata yang cahayanya tidak pudar 1. Tammaeloq pai di passosoq
oleh lindungan alam 2. Tattitonggang pai lembarna
3. Takkeindo pai takkeama;
Madaqduanna: petabung maroro 4. Takkelulluareq pai;
tandibassiqnai litaq; 5. Takkesola takkebali pai;
1. Tatallunna: bala 6. Andiangpa todikalepaqna, andiang
tandiondongnginnai banua; todisuliwanna;
Pagar (benteng) yang pantang 7. Andiang tomalinggaona, andiang
dilompati rakyat; topa tonatunainna;
2. Maqappeqna: pepacuqnai 8. Andiang tonaporiona, andiang
tomagassing; tonabireqna;
Penjara (alat memenjarakan) oleh 9. Temmappucung, tandoppas toi.
orang banyak; Orang-orang tua dahulu menetapkan
3. Maqalimanna: pepacuqnai para pejabat dengan:
tomagassing; 1. Teguh dalam menegakkan nilai
Tempat bertumpu (berlindung) bagi 2. Tidak berat sebelah pada satu pihak
orang banyak; baik orang maupun golongan yang
4. Maqannanna: pettuppuannai bertentangan atau berlawanan;
tomaiqdi 3. Tidak memandang apakah ibu atau
bapak;

211
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

4. Tidak memandang meskipun Menghadirkan kedua belah pihak


saudara sendiri; Meminta keterangan dari kedua belah
5. Tidak memandang apakah kawan pihak
atau lawan; Ada saksi kedua belah pihak
6. Tidak memandang orang dekat atau Mempertimbangkan kedua belah pihak.
atau bukan dalam melindungi;
7. Tidak memandang tinggi jabatannya (21)
atau rakyat; Cara Mengambil Keputusan
8. Tidak menyenangi dan tidak Naia bicara, patambuangang toi
membenci seseorang; parruppainna:uru-uruqna nawa-nawa,
9. Tidak memandang orang yang daqduanna anarangang, tallunna
disukai atau bukan; tangngar, appeqna akal.
(19)
Persoalan yang Melemahkan Adat Artinya:
Naia atammarendenganna adaq, Setiap akal harus dihadapi dengan
appeqi siturangan: empat cara, pertama pemikiran sehat,
1. Napabereqi tau tammetappere; kedua kepandaian, ketiga
2. Napapatindoi tau tanna pertimbangan, keempat akal sehat.
pepaqdisangngi; Pikiran sehat dimaksudnya harus
3. Napaolai tau annaq tania menghadapkan kedua belah pihak yang
tangalalang maroro bersengketa. Kepandaian dengan cara
4. Nagereqi tau natania barona meminta saksi-saksi kedua belah pihak
nagegereq. dalam menyampaikan keterangan.
Pertimbangan menelaah gerak-gerik
Ada empat persoalan yang kedua belah pihak, dan akal sehat
melemahkan keberlansungan adat, dengan cara mendengarkan pertimbang
yaitu: kedua belah pihak.
1. Mendudukkan persoalan tanpa
menggunakan landasan/dasar; (22)
2. menidurkan tanpa bantal; Pikiran
3. mencarikan jalan yang lurus; Naia nawa-nawa appeqi oloanna:
4. menyembeli orang tanpa menggorok Naita I tokkona bicara tappatuju;
lehernya (memperlakukan orang Naita I atoranna pau nasitinaja;
bukan pada tempatnya). Naola I pau na naissangi nabali;
Naissangi mapperuppaqi pau.
(20)
Memutuskan Perkara Pikiran itu mempunyai empat arah:
Patambuangang uraqna narattas Mengenal perkataan yang salah
bicara: Mengenal susunan pembicaraan yang
Oropa wali-wali wajar
Tutupa wali-wali Mengikuti pembicaraan
Saqbipa wali-wali Ia tahu menerima pembicaraan.
Timbappa wali-wali
(23)
Ada empat hal dalam memutuskan Naua topa nawa-nawa patatturangang
perkara: toi:

212
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Nawa-nawa api sangana keliru, tidak ada orang kesukaannya


Nawa-nawa uwai sangana dan tidak pula ada yang dibencinya,
Nawa-nawa anging sangana tidak pula ada teman baiknya, tidak
Nawa-nawa litaq pula ada musuhnya, tidak juga ada
sanjungannya, serta tidak ada pula
Sifat pikiran ada empat: orang yang dihinakannya.
Pikiran api
Pikiran air (25)
Pikiran angina Appeqi mappapiai ruang banua: Mesai
Pikiran tanah. amaroroang, naia siposanga
amaroroang, diang topasalana,
Yang dimaksud pikiran api, pikiran naqdappangani; madaqduanna,
yang tidak mengenal pertimbangan dan amanarangang, isamanarangang
akibat. Pikiran air adalah pikiran orang naitai olona naita toi pondoqna;
yang pandai dan jujur menuju tattallunna. Barani, tattibikkeqi napolei
kebaikan. Pikiran angin adalah kareba adae naua topa anu macoa.
merusak, merobohkan, dan Maqappeqna, Malabo, ia disanga
mematahkan di atas bumi untuk semua Malabo mappande mappadundu di allo
yang kuat dan kokoh. Sedangkan bongi.
pikiran tanah adalah padai dan jujur, Empat hal yang memperbaiki negeri:
mencarikan kehidupan yang baik bagi pertama kejujuran, apabila ada orang
orang siang dan malam dengan tidak yang bersalah padanya, dia
mencarikkan keburukan. memaafkannya; kedua kepandaian, ia
mampu melihat sebelum dan sesudah
(24) kejadian sesuatu, ketiga berani, tidak
Adil kaget didatangi berita buruk begiu juga
Naia parratas macoa pai rattasna pau. berita baik, dan keempat dermawan,
Tanna pikkeqdeani passosoq, memberi makan dan minum kepada
tannapettamai alosongang, orang siang dan malam. Apabila sudah
tannapendaiqi saro mase, tannapolei memaafkan seseorang yang telah
pekoq, tannasulluq kira-kira, tannande bersalah kepadanya maka dialah yang
uraga, tannalambiq-i acangngoang, bertanggung jawab kepada Tuhan,
tammalai pasala, andiang ketika telah dimaafkan dan masih
tonaeloqinna, andiang tonabireqna, melakukan kesalahan maka akan
andiang toqo Solana, adiang toqo diadakan pertimbangan untuknya.
balinna, andiang toqo Kalau pantas dia disiksa; kalau wajar ia
todipakalaqbiqna, andiang toqo diikat. Namun jika kesalahannya kecil,
tonatunainna. maka kecil pula ganjarannya. Jika
Artinya: kesalahannya besar maka besar pula
suatu keputusan harus adil dasarnya, hukumnya.
tidak dilandasi oleh sogokan, tidak
dimasuki kebohongan, tidak (26)
dipengaruhi sifat mencari muka, tidak Naiatannaeloqi pangngaang adaq:
bersifat curang, tidak berprasangka 1. Tomamba makkaja natania rurana,
buruk, tidak mudah kena bujuk rayuan, Tania toi kalobanna;
tidak karena kebodohan, tidak boleh 2. Marrangngangngi natania okkona;

213
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

3. Tomappeppondoqi pura loana; Seperti air yang tenang;


4. Tomarrobaqi petabung annaq Pada tanah yang dingin;
tomassoppo bassi. Pada kejadian manusia
Pekerjaan yang tdak disukai oleh Pada kesempurnaan agamanya.
pemangku adat:
1. Orang yang pergi menangkap ikan (29)
pada tambak orang lain; Terdapat pula pasang dalam
2. Berburu pada lokasi yang bukan kalindaqdaq di Mandar yang disebut
miliknya; dengan kalidaqdaq masaala, berisi
3. Orang yang tidak menepati janjinya; masalah-masalah keagamaan. Itulah
4. Orang yang merombak pematang sebabnya kalindaqdaq masaala
dan menyandang besi (senjata). umumnya terdiri dari dua bait. Bait
pertama mengajukan masalah, bait
kedua memberikan jawaban (Muthalib,
(27) 1986).
Akhlak
Nauwa todioloq appeqi tangalalang Inna sambayang-sambayang
tandipaqannai anu na mebokko, anu na Sambayang tongang-tongang
metanduq, anu na maseppaq: Meloq u issang
1. Tangalalang lao di uwai; Meloq uu ajappui
2. Tangalalang lao di palungang;
3. Tangalalang lao di pasar; Indi sambayang sambayang
4. Tangalalang lao di banua. Sambayang tongang-tongang
Ada empat jalanan yang dilarang untuk Tandi kedoang
menambatkan binatang yang mengigit, Napakedo alawena.
menanduk, dan menyepak manusia.
1. Jalanan ketempatmengambil air; Ahera oroang tongan
2. Jalanan ke lesung (tempat Lino dindan di tiaq
menumbuk padi); Borong to landur
3. Jalanan menuju ke pasar; Leppang dipettullungngi.
4. Jalanan ke kampong.
Meillong domai kubur?
(28) Siola sulo-oq mai
Prinsip Kepemimpinan di tanah Oroang kuqbur
Mandar Taq lalo mappttannaq
Naiyya maraqdia tammatindo di bongi
tarrae di allo na mandandang mata: Sambayang di tiaq tu-uq
dimamatanna daung ayu; Namaka di pesulo
dimalimbonganna rura; Kedo macoa
dimadzinginna litaq; Namaka di pekasor.
di ajarianna banne tau;
di atepuanna agama. Tandi soppoi sambayang
Artinya: Tandi teweq-i jenqne
Seorang pemimpin tenang di siang hari Iyamo tiaq
dan tidak tidur di malam hari; Maparri di pogau.
Seperti daun kayu yang muda;

214
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Manu-manu apa tiaq Iya issanna


Pole di dappingallo Lailaha Illallah.
Zkkir bambaqna
Koroang pecawannaq. Ayappui tonga-tongan
Rokonna asallangan
Apa ande di suruga Iyamo tu-uq
Pewongan di alleqna zikkir Pewongan di ahera.
Tambottuq
Lailaha Illallah. Bismillah akkeq letteqna
Alepuq pelliaqna
Manu-manu di suruga Turang loana
Saiccoq pole boi Lailaha Illallah.
Mappettuleang Salat yang manakah
To sukku sambayanna. Yang disebt salat sesungguhnya
Passambayang mo-oq dai Aku ingin tahu mengetahuinya
Pallima wattu mo-oq Inilah salatnya salat
Iyamo tu-uq Aku ingin memahaminya/
Pewongan diahera. memperdalamnya

Apamo dita alang Salat yang sesungguhnya


Di parakkaqna dunnia Tidak perlu silakukan dan digerakkan
Annaq mikkeqde Akan tetapi bergerak dengan dirinya
Boyang sambua-bua. sendiri

Boyang sambua di lino Akhiratlah tempat tinggal


Daq dua arriannaq sesungguhnya
Pitussulapa Dunia hanyalah sementara
Pitu pepattoang. seperti orang yang berlalu
Hanya sekedar berteduh untuk
Boyang dilalang di kaodong beristirahat
Pitu sawa-sawannaq
Mesa tibua Alam kubur berkata
Pura dipepattoi Datanglah padaku dengan penerang
atau obor
Pappeyappu daq di Puang Di dalam liang kubur
Di tajallinna Muhamma sungguhlah gelap gulita
Rapangi tu-uq
Bilang sappulo appe. Sesungguhnya salat itu yang paling
baik
Pappeyappu daq di Puang Yang dapat menjadi penerang
Tannaratang paindoqna Perbuatan yang baik
Si pekkedeang nurung Dapat menjadi alsa tidur
Anna Muhamma.
Sholat tidaklah dipikul
Muaq polemi manini Tidak akan dipikul sembahyang
Di andiang rapanganna Wudhu tidaklah dijinjing

215
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Tetapi tugas inilah Pemahaman dan pengetahuan yang


Yang sulit dilakukan mendalam pada Tuhan.
Begitu bersinar dan luar biasa, Betapa
Burung apalah gerangan terang cemerlangnya
Yang datang di subuh hari Berdiri tegak bersama
Suaranya bak bunyi dzikir antara Cahayanya dan Muhammad
Senyumannya atau tawanya bak isi Dengan Muhammad.
Alquran
Bila suatu waktu
Apakah makanan yang ada di surga kelak tiba waktunya hal yang belum
Bekal yang ada disetiap lafaz zikir pernah terjadi
Yang tidak pernah terputus Yang mengetahuimya hanya kalimah
Yaitu Lailaha Illallah. Lailaha Illallah

Burung-burung indah dari surga Pahamilah dengan mendalam


setiap saat datang Rukun dalam Islam
mempertanyakan Karena itulah,
Hamba yang paripurna salatnya Bekal akhirat di hari kemudian,

Legakkanlah salat-mu Angkat kakinya dengan bismillah


Selalu sempurnakan dalam lima waktu Derap langkah Bagai Alif,
Agar menjadi bekalmu Tutur katanya
Untuk ke akhirat nanti Lailaha Illallah.

Apa yang menjadi pegangan (30)


di alam dan bumi ini Piondo Anaq
Sehingga berdiri Muaq namatindoqo kaerimmu ottotni,
Satu rumah Apa kanammu namambueq masara

Rumah satu-satunya di dunia Artinya:


tiangnya ada dua berbaring dengan menindis samping
Bersegi tujuh kiri. Kandungan maknanya lebih
Jendelanya pun ada tujuh kepada soal kiri dan kanan.
Misal kalau masuk ke rumah dengan
Rumah yang ada di dalam kenangan mendahulukan kaki kanan, keluar
abadi mendahulukan kaki kiri.
Jendelanya tujuh buah
Cuma satu yang terbuka Jika dicermati tiap-tiap kalimat
Untuk melihat keluar atau dunia dari pappasang di atas selain
merupakan pesan-pesan leluhur yang
Penyembahan kepada Tuhan bisa dipraktikkan dalam kehidupan
Lebur dalam cahaya nama Muhammad sehari-hari, kita bisa diperhatikan
Ibarat Rembulan kalimat tersebut menggunakan kata
Yang keempat belas yang bukan pada artian yang
sebenarnya, dalam ilmu kebahasaan
biasa disebut menggunakan majas

216
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

hiperbola. Ini menandakan bahwa Selain malaqbiq dikenal pula


mereka sangat berhati-hati dalam tiap- istilah siriq yang berperan pada pola
tiap pemilihan kata-katanya atau hidup atau adat istiadat dan sebagai
diperhalus kata-katanya. Ini yang coba harga diri, kehormatan, menegakkan
ditanamkan kepada para generasi kehormatan, penutup malu, serta
mandar dewasa ini. sebagai perwujudan sikap tegas. Jadi
Nilai yang dikandung dalam siriq mengandug penilaian kehormatan
pappasang sama yang diungkpkan (Moein MG, 1977, pp. 16–17).
dalam istilah Bugis pappaseng sebagai
produk budaya yang dengan nilai-nilai PENUTUP
budaya. Adapaun nilai budaya yang Pappasang yang ditemukan
terkandung di dalamnya yaitu dalam etnis Mandar terjaring dalam
kecendikiaan, kejujuran, kesetiaan, uangkapan, peribahasa, cerita rakyat,
keberanian, kebiksanaan, etos kerja, nyayian, dan bersumber dari lontaraq
gotong royong, keteguhan, siriq, dalam bentuk terulis. Dari data yang
solidaritas, keagamaan, persatuan, ditemukan papasang yang berisi
keselarasan, ketawakkalan, dan mengenai kejujuran, kesetiaan,
musyawarah (Sikki & Dkk, 1998). kebajikan, keberanian, solidaritas,
Bahasa dalam pappasang siriq, keteguhan, prinsip, dan
kemudian tersirat dalam benak dan ketakwaan.
dihubungkan dengan zaman kekinian. Peran pappasang dapat
Kata-kata yang dilontarkan memang mengeratkan hubungan antar individu
bisa menjadi pisau bermata dua, jika maupun kelompok dalam masyarakat.
tidak hati-hati memilah kata yang akan Dalam hal ini terdapat tata krama yang
kita keluarkan, karena akan ada saja saling diperpegani dalam
orang-orang yang akan tersinggung menyesuaikan diri. Pemakaian
atas apa yang keluar dari bibir kita papasang biasanya digunakan dalam
sebagai manusia, dan pemilahan kata- nasihat dan spontan, akibat dari respon
kata yang baik dan tidak menyinggung melihat maupun mendengar.
perasaan orang lain ini sudah masuk ke Pappasang sampai sekarang masih
dalam istilah malaqbiq pau. ditemukan dalam masyarakat Mandar
Tanggung jawab moral menjadi yang disampaikan dalam bentuk cerita
salah satu landasan dalam (toloq) yang diiringi dengan musik,
mempertahankan nilai-nilai luhur yang dengan lagu yang berupa pantun
ditanamkan oleh para leluhur orang (kalindaqdaq), secara lisan dalam
Mandar, seharusnya sebagai manusia bentuk pesan atau nasihat kepada
yang bermukim di bumi Tipalayo generasi-gereasinya, dan dalam bentuk
mampu untuk melestarikan bukannya tertulis masih di dapatkan yang
malah merusak tatanan nilai yang tertuang dalam manuskrip.
ditanamkan oleh mereka. Seharusnya
kita malu karena seringnya kita DAFTAR PUSTAKA
berkoar-koar mengenai Mandar adalah
hunian yang malaqbiq akan tetapi sifat, Alam, N. saleh. (2000). Nilai Budaya
sikap dan kata-kata kita tidak yang Terkandung Dalam
mencerminkan kata sakral tersebut. “Pappasang” Suatu Ungkapan
Luhur Orang Makassar Di

217
Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol. 7, No.2, 2019

Kabupaten Gowa. Lap. Penelitian.


Depdiknas, Sulsel. Makassa.
Darmawan. (2002). Makalah Seminar
Lagaligo.
Hakim, Z. (1992). Pappasang dan
Paruntuk Kana dan
Pengembangan Bahasa.
Ikram, A. (1997). Filologia Nusantara.
Jakarta: Pustaka Jaya.
Kadir, A. M. (2010). Naskah Kuno di
Gorontalo dan Majene. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Kadir M, A. (2015). Katalog I Naskah
Keagamaan Kawasan Timur
Indonesia. BLA Makassar.
Makassar: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama Makassar.
Koentjaraningrat. (1987). Sejarah
Teori Antropologi. Jakarta:
Universitas Indonesia UI Press.
Mandra, A. M. dkk. (n.d.). Lontar
Mandar.
Moein MG, A. (1977). Menggali Nilai
Sejarah Kebudayaah Sulselra
“Siri’ & Pacce”. Makassar: SKU
Makassar Press.
Paeni, M., & Dkk. (2003). Katalog
Induk Naskah-Naskah Nusantara
Sulawesi Selatan. Press. Jakarta:
Arsip Nasional RI kerjasama
dengan The Ford Foundation,
UNHAS, dan Gajah Mada
Universitas.
Sikki, M., & Dkk. (1998). Nilai dan
Manfaat Pappaseng dalam Sastra
Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pegembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Subair, M. (2016). Tradisi Tersisa dari
Membaca Naskah Kuno di
Polewali Mandar Sulawesi Barat.
Pusaka Khazanah Keagamaan
Balai Litbang Agama Makassar,
4(2), 145–166.

218

Anda mungkin juga menyukai