Anda di halaman 1dari 3

ARTIKEL

tentu ujian masuk/seleksi yang diterapkan pada tahun tahun belakangan ini berbeda dengan
saat saya masuk dulu.

keahlian atau modal hobi menggambar dan nilai seni rupa yang sejak SD sampai SMA selalu 8
atau 9, yang ternyata nggak ada apa apanya dibanding dengan para mahasiswa baru seangkatan
saya.

ujian masuk saat itu seingat saya ada tiga, menggambar/mendesain poster, tipografi, dan
ilustrasi. sebenarnya, para mahasiswa angkatan sebelumnya berusaha membantu para calon
mahasiswa dengan membuka pelatihan singkat tentang keterampilan dan teori dasar yang
dibutuhkan untuk masuk ke ISI, bisa selama seminggu, bahkan sebulan latihan dan belajar
secara kelompok.

tapi sayangnya saya tidak tahu akan hal itu dan berbekal modal nekad saja untuk ujian
masuknya.

saat ikut ujian, saya hanya sedikit saja mengetahui tentang teori dasar menggambar dan desain.
hanya berbekal belajar dari buku "14 Jurus Membuat Komik" karangan Toni Masdiono, dan
fotokopi rangkuman panduan/teori menggambar dan desain yang saya beli saat mencoba

mendaft ar DKV di
ITB (yang tentu saja gagal diterima di sana).
(sekedar info, tahun 2005 an itu informasi di internet belum saya gunakan secara efektif, karena
saya hanya memakai internet untuk buka Friendster, donlod mp3, main Gunbound, Ragnarok
Online. apalagi tutorial, teori menggambar di internet belum semasif sekarang. Youtube saja
belum ada.) saya dan teman teman lain masih mengandalkan berburu buku tutorial di Gramedia.

ah, bittersweet old days.

mungkin saya termasuk beruntung mendaftar masuk saat tahun itu, karena tahun tahun
sebelumnya ujian masuk ISI Yogyakarta terkenal susah. bahkan ada yang sampai tiga kali ikut
belum masuk juga.

jadi saran saya, sebelum mencoba untuk ikut ujian masuk di ISI, lebih baik anda belajar,
menguasai dan paham akan dasar dasar teori dan keterampilan di jurusan/program studi yang
anda minati. banyak tanya seluk beluk tentang ujian masuk, dan apakah ada pelatihan singkat
oleh kakak angkatan dan sebagainya.

bukan sekedar suka atau hobi menggambar saja lantas nekad ikut ujian masuk, tanpa tahu dan
paham teori dan keterampilan (basic skills) menggambar dan desain.

memang nampaknya obvious ya, tapi buktinya banyak yang tak tahu dan nekad saja (dulu).
hahaha.

_______________

Sekalipun kamu tidak berniat untuk menjadi berbeda, tetapi lingkungan di ISI itu cenderung akan
membuatmu menjadi berbeda.

Bukan hal yang buruk sih.


Justru perbedaan itulah yang membuat ISI menjadi menarik.

Karena apa yang kita dapat dan pelajari di ISI, selalu ditujukan untuk terus menggali ide, selalu
berfikir kreatif, selalu memberikan apresiasi pada segala bentuk seni.

Kita juga akan dibawa untuk memahami keindahan seni, disaat mahasiswa di universitas lain
mungkin tidak begitu mengerti.

Orang yang cukup acuh dengan karya seni seperti saya misalnya.. menjadi lebih memahami cara
manusia berkata melalui karya-karya seni mereka.

Dan itu, adalah mindset yang akan kamu dapat ketika kuliah di ISI.

Itu juga membuat kita sebagai pribadi akan bertindak, bersikap, dan berfikir berbeda.

ISI adalah tempat yang bebas untuk menuangkan ide. Nyaris tidak ada batasan untuk berkarya.
Tapi kadang hal tersebut membuat kami terlihat 'bebas' juga di mata orang-orang di luar ISI.

Hal yang cukup menyenangkan di ISI adalah banyaknya event dalam bentuk hiburan yang bisa
dinikmati yang tersebar di seluruh institut. Ada orkestra, teater, gamelan, pameran, tari, film,
animasi, dsb. Karena sering mengadakan event dan pameran, kadang kalau merasa jenuh tinggal
saja cek event terdekat. Apalagi kalau tinggal di daerah kampus, jadwal acara seakan tidak ada
habis-habisnya. Padahal di tempat lain, untuk menikmati event-event serupa kadang kita harus
pergi jauh ke utara jogja, atau ke selatan jogja, yah pokoknya jaraknya jauh dan sulit diakses. Di
ISI ini infonya mudah diperoleh, dan aksesnya rata-rata mudah. Bahkan untuk biaya (jika ada)
juga sangat terjangkau.

Selain berkarya, kami cenderung tidak terlalu peduli dengan pendapat orang di luar lingkungan
ISI. Jadi sangat santai sih kuliah disini, dan tugas-tugas yang diberikan sangat membantu
meningkatkan skill di bidang yang ingin dikuasai. Artinya, tugasnya bisa dibilang sangat padat.
Tentu saja pengalaman di ISI bukan pengalaman yang sama seperti jika sudah di lingkungan
kerja yang sesungguhnya, tapi bisa menjadi gambaran yang cukup jelas seperti apa dunia yang
akan kita temui di bidang-bidang tertentu selepas kuliah.

Sisi lainnya kuliah di ISI, ya tergantung jurusan yang diambil. Kalau mengambil jurusan film
seperti saya, jelas banyak berurusan dengan tim. Tapi semua tim yang terbentuk dari tugas-tugas
di ISI membuat keterikatan yang mendalam terhadap satu sama lain, dikala di tempat lain
mungkin mahasiswanya lebih individu, kami cenderung lebih banyak bersama satu sama lain.

Dan saya cukup menikmatinya, pernah merasakan hiruk pikuk perbedaan kuliah di ISI.

Kami tidak pernah berfikir tentang kehebohan di dunia luar. karena kami sibuk berkarya

____________

Anda mungkin juga menyukai