Anda di halaman 1dari 15

“CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)”

MUTU PENDIDIKAN UNTUK JENJANG SEKOLAH DASAR

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Nama : Delvina Yanti Siahaan


Npm : 22110013
Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampuh : Dr. Sarma Panggabean, S.Pd,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2024
IDENTITAS BUKU

 Buku Utama

Judul Buku : Mutu Pendidikan Untuk Jenjang Sekolah Dasar


Nama Pengarang : Dr. Harlen Simanjuntak ,M.Pd.
Dr. Bakti Tonni Endaryono, MM
Dr. Dearlina Sinaga, SE.,MM
Beslina Afriani, S.Pd., M.Si.
Elza Leyli Lisnora Saragih, S.S .M,HUM
Penerbit : IKAPI No.237/JTI/2021
ISBN : 978-623-436-005-9
Tahun Terbit : 2021
Jumlah Halaman : 93 hlm
Nama Mahasiswa : Delvina Yanti Siahaan
NPM/Prodi : 22110013/ Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
 Buku Pembanding

Judul Buku : Pengantar Filsafat Pendidikan


Nama Pengarang : Drs.Uyoh Sadullh,M.Pd.
Penerbit : ALFABETA, cv.
ISBN : 979-8433-71-5
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Halaman : 183 hlm
Nama Mahasiswa : Delvina Yanti Siahaan
NPM/Prodi : 22110013/ Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
BAB I
RINGKASAN ISI BUKU BAB V
“ MUTU DAN KUALITAS PENDIDIKAN TERHADAP MURID”

5.1 Efek Tinggi atau rendahnya mutu dan kualitas pendidikan


Mutu dan kualitas merupakan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan,
karena kualitas mengandung bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Di era globalisasi
sekarang ini,mutu dan kualitas pedidikan dituntut untuk lebih meningkatkan level atau
standar kemampuan sumber daya peserta didik untuk memiliki kompetensi yang baik
sehingga mampu bersaing. Untuk mencapai mutu dan kualitas pendidikan yang kompeten
ini tidak dapat tercapai jika hanya satu pihak saja yang melakukan tetapi semua pihak baik
dari lingkungan formal yaitu sekolah maupun lingkungan informal yaitu keluarga dan
masyarakat harus ikut serta berpartisipasi agar tercapainya mutu dan kualitas pendidikan
yanng baik.

5.2 Pengertian Standarnisasi Pendidikan


Menurut BNSP, standarisasi pendidikan ialah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan diseluruh wilayah NKRI. Masih banyak sekali kualitas atau mutu pendidikan
dijenjang sekolah dasar yang masih sangat rendah, faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut yaitu : mahalnya biaya pendidikan,
kurangnya kopetensi pendidik, kurangnya daya serap peserta didik, kurangnya
kerjasama antara sekolah dan lingkungan keluarga, dan lain sebagainya. Seperti tujuan
Nasional Bangsa Indonesia yang tertera dalam UUD 1945 pasal 31 “Setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan”. Mutu dan kualitas pendidikan yang baik dan
berkompeten harus ditanamkan, diajarkan, dan direalisasikan sejak dini. Kualitas
pendidikan yang baik akan tercipta dari dukungan seluruh pihak yaitu sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Rendahnya kualitas dan mutu pendidikan masih banyak terjadi disekolah-
sekolah dasar karena banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu:

1. Pendidik /Guru
2. Pemerintah dan Sistem Pendidikan
3. Sarana dan Prasarana yang tersedia
4. Biaya Pendidikan
5. Orang tua dan Masyarakat
6. Siswa /Peserta didik
5.3 Kultur Sekolah dalam Peningkatan Mutu dan Kualitas
Tantangan Internal antara lain terkait dengan bagaimana sekolah dapat meningkatkan
kualitasnya secara terus menerus (continuous improvement) dan bagaimana sekolah
membangun kultur sekolah (school culture) dengan melibatkan seluruh komponen
warga sekolah (kepala sekolah,guru,siswa tenaga pendidik lainnya) untuk menjaga
eksistensi sekolah ditengah iklim persaingan yang kian kompetitif. Pusat –pusat
pendidikan seperti keluarga,sekolah,dan masyarakat, sekolah bahkan universitas telah
mengalami banyak kehilangan (missing) antara lain (Suyata 2000): sense of
identity,sense of humanity,sense community ,dan sense of culture (values).Pendidikan
merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
pengajaran,bimbingan,dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Dalam
kaitannya dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah,sekurang-
kurangnya terdapat lima aspek pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Proses belajar mengajar
2. Kepemimpinan sekolah
3. Manajemen Sekolah
4. Sarana dan Prasarana
5. Kultur Sekolah (Depdikbud, 1999:10).
Namun faktor kultur sekolah kiranya belum banyak digunakan sebagai faktor yang
menentukan dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah. Usaha
peningkatan mutu pendidikan disekolah selama ini cenderung menggunakan
pendekatan struktural dengan menekankan pada aspek teknis administratif (Format
Oriented), bukannya pada Goal Oriented yang memacu pada pendekatan kultural
karena menyangkut values. Dengan basis kultur tersebut, Kepala Sekolah,guru,siswa,
dan orang tua akan merasa memiliki (sense of belonging), sehingga akan memelihara,
meningkatkan, dan mengupayakan terwujudnya peningkatan mutu pendidikan sekolah.
Perbaikan sekolah dipengaruhi oleh :
a. Tujuan Bersama (shared goals)
b. Tanggung jawab akan kesuksesan (responsibility for success)
c. Kolegial (collegiality)
d. Perbaikan terus menerus (continous improvement)
e. Pembelajaran sepanjang waktu (life long learning)
f. Mengambil resiko (risk taking)
g. Dukungan (support)
h. Saling menghormati (mutual respect)
i. Keterbukaan (oppenness)
j. Perayaan dan humor (celebration and humor)
Dalam upaya peningkatan kualitas sekolah, dapat digunakan pendekatan kebudayaan
yang terkait dengan sejumlah aktivitas yang mendukung , seperti yang diungkapkan
oleh M. Sastrapratedja (2001) berikut ini :
1. Pembentukan tim kerja dari berbagai unsur dan jenjang untuk saling berdialog dan
bernegosiasi.
2. Berorientasi pada pengembangan visi dan bukannya berfokus pada defesiensi.
3. Hubungan kolegial untuk memperkuat identitas kelompok, bersama-sama bertanggung
jawab,dan saling mendukung.
4. Kepercayaan dan dukungan sebagai bagaian dari modal sosial (sosial capital) adalah
esensial bagi bekerjanya suatu institusi.
5. Nilai dan kepentingan bersama.
6. Akses pada informasi merupakan hal penting yang dibutuhkan dalam pencapaian
tujuan institusi dan perbaikan kinerja.
7. Pertumbuhan sepanjang hidup merupakan kesempatan yang perlu disediakan bagi
seluruh warga institusi untuk mengembangkan diri dan menjadi profesional.
Sedangkan menurut vembriarto (1993), kebudayaan sekolah ialah a complex set of
beliefs,values and traditions,ways of thinking and behaving yang membedakannya dari
institusi –institusi lainnya. Apa yang dihayati oleh siswa itu (sikap dalam belajar,sikap
terhadap kewibawaan ,sikap terhadap nilai-nilai). Menurut Mortimore, sekolah yang
efektif dapat didefenisikan sebagai one which students progress further than might be
expected from a consideration of intake (Suryanto 2007). Sekolah efektif juga identik
dengan sekolah sukses atau sekolah yang baik (good school), disinilah nilai esensi
penting dari peningkatan kualitas pendidikan sekolah , karena sesungguhnya muaranya
adalah mengembangkan warga negara yang kreatif dalam menghadapi berbagai
tantangan. Pengembangan mutu pendidikan di sekolah melalui kultur sekolah
perlu memperhatikan aspek –aspek berikut :
a. Nilai, keyakinan,visi, misi
b. Kurikulum
c. Interaksi warga sekolah
d. Sarana dan prasarana
e. Artefak
Sifat struktural ini kepala sekolah bertindak sebagai orang yang memiliki peran yang paling
tinggi dan dominan di sekolah, sifat ini menimbulkan iklim akademik yang kurang kondusif.
Mendidik dalam arti proses adalah aktivitas mendidik seseorang sekaligus mendidik diri
sendiri (guru). Dengan demikian, demi keberhasilan aktivitas mendidik anak (siswa), guru
mutlak harus menjadi contoh atau menjadi teladan bagi siswa. Aspek yang sangat
memprihatinkan di semua sekolah adalah adanya aspek yang fundamental yang belum
terwujud dalam pribadi anak, yaitu jujur. Nilai nilai inti lain yang sudah dicoba ditanamkan
kepada para siswa adalah nilai disiplin, tanggung jawab,sabar,rendah hati dan toleransi,
namun hasil dari nilai tersebut belum optimal. Siswa sebagai salah satu dimensi bahkan
sebagai pusat upaya peningkatan mutu pendidikan,masih ada keragaman kadar tanggung
jawab akademiknya. Dimensi orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting. Dialog antara orang tua dan guru yang terkait dengan persoalan
belajar siswa akan memberikan dukungan penting bagi sekolah dalam menyusun upaya-
upaya perbaikan mutu pendidikan sekolah. Visi sekolah yang merupakan serangkaian nilai-
nilai yang dirindukan oleh semua komunitas sekolah harus senantiasa mengiang-ngiang pada
semua anggota komunitas sekolah untuk berusaha mewujudkannya. Keunggulan yang
dimaksud dapat meliputi keunggulan akademik dan non akademik.
ISI RINGKASAN BUKU PEMBANDING

BAB IV MAZHAB -MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan Idealisme


Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan
bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
c. Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
d. Peranan Guru
e. Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
f. Kurikulum
g. Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
h. Metode
i. Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B. Filsafat Pendidikan Realisme


Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah.
Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme
sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme
C. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol
secara ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk
tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
c. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d. Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant
conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru
dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa
yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa
Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang
dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara
pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat
dan kebutuhannya.
E. Filsafat Pendidikan
Eksistensialisme Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan.
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan
bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di
sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap
kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial.
Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari
ini besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang
dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.

F. Filsafat Pendidikan Progresivisme


Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak
benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah memebekali
mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan memfokuskan
pada guru atau bidang muatan.
a. Kritik terhadap Proggresivisme
b. Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang
ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan
kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut
pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang
prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat
perenialisme adalah filsafat filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina.

H. Filsafat Pendidikan Esensialisme


Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti
C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda. Prinsip
pendidikan esensialisme yaitu:
1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.
2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan
tuntutan demokrasi yang nyata.

I. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.


Sebagaiamana yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah
harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan
dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah tidak harus
mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus
berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
1. Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi
sosial.
2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi
budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus
mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya
yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak
untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
4. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang
berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan,
manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
5. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan
(learning by doing).
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua
budaya, baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Menurut Buku Utama yang saya baca berjudul “ Mutu Pendidikan Untuk
Jenjang Sekolah Dasar” yang dimana didalam buku ini menjelaskan tentang mutu dan
kualitas pendidikan terhadap murid yang menjadi sasaran pendidikan berpacu pada
sekolah,keluarga,dan masyarakat, untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas
manusia dalam pendidikan yang menjadi faktor utama atau Tripusat Pendidikan.
Didalam Mutu Pendidikan ini membahas tentang Efek tinggi atau rendahnya Mutu dan
kualitas pendidikan, Pengertian Standarnisasi Pendidikan, Kultur sekolah dalam
peningkatan mutu dan kualitas.
Menurut Buku Pembanding yang berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan
membahas tentang Hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Didalam filsafat ini
menggunakan banyak Pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan Salah satunya
pendekatan Filosofi yaitu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Dan juga membahas tentang
model-model filsafat, Makna pendidikan filsafat dan dikaitkan kedalam orientasi
psikologis yang mempengaruhi filsafat pendidikan.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku

1. Dilihat dari aspek tampilan


Kelebihan dan Kekurangan
1. Cover buku utama yang berjudul Mutu Pendidikan Untuk Jenjang Sekolah
Dasar karya (Dr. Harlen Simanjuntak ,M.Pd. , Dr. Bakti Tonni Endaryono, MM
, Dr. Dearlina Sinaga, SE.,MM Beslina Afriani, S.Pd., M.Si. , Elza Leyli Lisnora
Saragih, S.S .M,HUM). cukup colourfull (berwarna) sehingga memberikan
kesan semangat untuk membacanya.
Dari segi tampilan per bab-bab banyak memuat gambar yang membuat para
pembaca tertarik untuk membacanya.
2. Cover Buku pembanding yang berjudul Filsafat Pendidikan karya (Drs.Uyoh
Sadullh,M.Pd.) tidak colurfull sehingga memberi kesan monoton kepada
pembaca

2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font
Kekurangan : Pada buku utama masih banyak kesalahan dalam penulisan kalimat,
kesalahan dalam pengetikan dan Buku pembanding terlalu banyak menggunakan bold
dan garis miring.
3. Dari aspek isi buku
Kelebihan :
1. Buku utama menjelaskan secara rinci dan detail sehingga ketika membacanya
langsung mengerti. Lebih banyak menggunakan teori-teori para ahli yang
membuat para pembaca mudah mencari sebuah referensi penelitian terhadap buku.
Buku Mutu pendidikan untuk jenjang sekolah dasar ini cocok untuk pegangan
mahasiswa dalam mengambil mata kuliah pendidikan jenjang sekolah dasar
(PGSD) Kelemahan buku utama pada bagian akhir buku tidak tercantum
rangkuman pada akhir bab. Merupakan salah satu kelemahan yang ada, karena
rangkuman sangat membantu mahasiswa atau pembaca dalam meringkas ulang
apa isi dari materi yang ada.

2. Buku pembanding banyak terdapat makna-makna dalam kalimat sehingga


memperluas ilmu. Buku ini cocok dipakai mahasiswa dalam mengambil mata
kuliah filsafat pendidikan karena materi didalamnya sangat padat dan jelas.
Kelemahan buku pembanding itu tidak dicantumkan rangkuman pada akhir bab.
Rangkuman sangat membantu para pembaca dalam meringkas ulang apa isi buku
dari materi yang ada.

4. Dari aspek tata bahasa

Kelebihan :Penggunaan tata bahasa dalam buku utama sudah sangat bagus, karena
memakai kalimat – kalimat yang sudah menjadi bagian dari Ejaan Yang
Disempurnakan sehingga mudah untuk dimengerti.

Kekurangan :Pada buku utama tidak memiliki kekurangan. Tetapi pada buku pembanding
ada beberapa materi yang terdapat didalam bab menggunakan bahasa yang
tinggi yang sulit untuk dimengerti para pembaca atau mahasiswa dalam
mengingat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Mutu dan kualitas pendidikan terhadap murid kenaikan tingkatan menuju suatu
perbaikan atau kemapanan, karena kualitas mengandung bobot tinggi rendahnya
sesuatu. Kualitas pendidikan yang baik akan tercipta dari dukungan seluruh pihak yaitu
sekolah,keluarga, dan masyarakat. Keberhasilan kualitas dan mutu pendidikan dapat
dilihat hasilnya dari capaian atau kualitas yang didapatkan oleh siswa di sekolah.
Sekolah tidak pernah bisa bekerja sendiri,melainkan memerlukan dukungan atau
dorongan dari pihak lain. Sekolah yang baik adalah sekolah yang senantiasa berusaha
menjadi sekolah yang lebih baik. Murid tidak melihat apa yang dikatakan, tetapi
melihat apa yang dilakukan oleh guru. Menanamkan nilai melalui cerita atau kisah
tentang nilai- nilai tertentu tidak hanya diberi pengetahuan supaya sekedar tahu, tetapi
perlu moral feeling dan moral action. Sehingga tercapai aspek-aspek keunggulan
sekolah dari tingkat akademik maupun non akademik.
B. SARAN
Saya menyarankan agar Mutu Pendidikan Untuk Jenjang Sekolah Dasar dapat dipelajari dan
dipahami semua lapisan baik guru, orang tua, dan masyarakat sehingga meningkatkan
prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu juga disarankan agar adanya
perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga nantinya penulisan dan pengetikan
kalimat dapat diperbaiki agar lebih baik lagi supaya pembaca tidak bingung dalam membaca
buku tersebut. Buku Filsafat Pendidikan ini juga sudah sangat bagus dalam memapaarkan isi
buku tersebut karena bukunya sudah mengembangkan atau menjabarluaskan tentang Filsafat
Pendidikan. Selain itu juga disarankan agar adanya perbaikan untuk bahasa-bahasa yang
tinggi yang membuat para pembaca kebingungan dalam memahami isi buku tersebut supaya
lebih baik lagi dan membuat pembaca atau mahasiswa tidak kebingungan atau susah dalam
hal mengingat ilmu Filsafat Pendidikan. Kedua buku ini dapat menjadi buku pegangan dalam
mengambil referensi dalam melakukan penelitian

Anda mungkin juga menyukai