Anda di halaman 1dari 11

Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Volume 5, Edisi 4, 2021, hlm.525-535
P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675
Akses Terbuka: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE

Evaluasi Hasil Sikap dan Efikasi Diri


Siswa Sekolah Menengah pada Mata Pelajaran IPA

Budiarti Retni S1*, Kurniawan Dwi Agus2, Triani Elza3, Perdana Rahmat4
1,2,34 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

INFO PASAL Sebuah BSTRAK

Sikap dan efikasi diri yang baik dalam kepribadian setiap siswa sangat penting dimiliki
Sejarah artikel: guna memaksimalkan aktivitas dan hasil belajar setiap siswa. Urgensi penelitian ini
Diterima 02 Juli 2021 sebagai acuan bagi para pendidik dalam melakukan pengajaran untuk mengetahui
Direvisi 05 Juli 2021 pengaruh yang signifikan dan berkelanjutan terhadap keberhasilan prestasi belajar siswa
Diterima 24 September 2021
pada mata pelajaran IPA dan kinerja siswa terhadap variabel efikasi diri dan sikap dalam
Tersedia online 25 November 2021
belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan hubungan antara sikap
Kata Kunci : dan efikasi diri siswa pada mata pelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
Sains, Sikap, Efikasi Diri komparatif. Jumlah responden sebagai sampel adalah 74 siswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menggunakan uji T yaitu
Kata kunci: terdapat perbedaan yang signifikan sikap siswa pada pelajaran IPA baik siswa perempuan
Sains, Sikap, Efikasi Diri maupun laki-laki di kelas VII A dan kelas VII B. Dari hasil uji T efikasi diri terdapat
perbedaan efikasi diri siswa pada pelajaran IPA baik siswa maupun siswa laki -laki di
kelas VII A dan kelas VII B. Hasil uji korelasi antara sikap dan efikasi diri siswa terhadap
mata pelajaran IPA di kelas VII A dan VII B menunjukkan bahwa sikap dan efikasi diri
berhubungan. Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya peneliti hanya mengukur
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah CC
BY-SA lisensi. sikap dan efikasi diri siswa kelas VII. Saran bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti atau
mengukur minat dan motivasi siswa atau membuat generalisasi tentang penelitian ini.
Hak Cipta © 2021 oleh Penulis. Diterbitkan
oleh Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK
Sikap dan efikasi diri yang baik dalam diri setiap siswa sangat penting untuk dimiliki guna memaksimalkan aktivitas dan hasil
belajar setiap siswa. Urgensi penelitian ini sebagai acuan bagi para pendidik dalam melaksanakan pengajaran untuk
mengetahui dampak yang signifikan dan berkesinambungan terhadap keberhasilan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA
dan kinerja siswa pada variabel efikasi diri dan sikap dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan
hubungan antara sikap dan efikasi diri siswa pada mata pelajaran IPA.
Jenis penelitian adalah kuantitatif komparatif. Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah 74 siswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan simple random sampling. Hasil belajar dengan menggunakan uji T terdapat perbedaan yang signifikan
sikap siswa pada pembelajaran IPA baik siswa perempuan maupun laki-laki di kelas VII A dan kelas VII B.
Dari hasil uji T untuk efikasi diri terdapat perbedaan efikasi diri siswa pada pembelajaran IPA baik siswa maupun siswa putra
kelas VII A dan kelas VII B. Hasil uji korelasi antara sikap siswa dengan self- efikasi terhadap mata pelajaran IPA kelas VII A
dan VII B menunjukkan bahwa sikap dan efikasi diri mempunyai hubungan. Penelitian ini mempunyai keterbatasan diantaranya
peneliti hanya mengukur sikap dan efikasi diri siswa kelas VII. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti atau
mengukur minat dan motivasi siswa atau membuat generalisasi mengenai penelitian ini.

1. PERKENALAN

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas setiap peserta didik. Tujuan pendidikan adalah agar
terjadi perubahan perilaku yang diinginkan setelah peserta didik belajar, menjadikan potensi menjadi kelebihan dan
menjadi wadah strategis untuk mengembangkan keterampilan sosial (Amrullah et al., 2017; Rohmawati, 2018; Sihombing,
2020). Peranan pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia dimana lembaga pendidikan berperan sebagai pusat
penghayatan, pengembangan, pembentukan jati diri dan setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan pengajarannya
masing-masing (Hanifa, 2018; Musanna, 2017; Pambudi et al., 2019). Mutu pendidikan sangat penting karena seseorang
yang mampu memecahkan masalah dengan menggunakan konsep-konsep keilmuan yang diperoleh dalam pendidikan
pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Fakhriyah et al., 2017; Megawati et
al., 2019; Usman Fauzan & Aldila Afriansyah, 2017). Sehingga setiap siswa perlu mempunyai sikap ilmiah. Kemudian
pada jenjang pendidikan dapat diperoleh pengetahuan dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari
penilaian yang merupakan kombinasi dari sejumlah kebiasaan mental atau kecenderungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu terhadap situasi bermasalah (Jufrida, 2019; Mediartika & Aznam, 2018; Metzger & Fehr, 2018). Sikap ilmiah
merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan ilmiah sederhana dimana para pendidik sains cenderung membedakan dua jenis di da

*Penulis yang sesuai.


Alamat email: ratni88@gmail.com (Budiarti Retni S)
Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 526

disiplin sikap sains dan sikap ilmiah serta penilaian sikap ilmiah berupa penilaian non tes (Dewi et al., 2017; Sole &
Anggraeni, 2017; Tretter et al., 2019). Pada dasarnya masih terdapat ketidakpastian mengenai sikap dan pendekatan
pengajaran yang mana, yang dikaitkan dengan niat ilmiah siswa agar dapat digunakan untuk menginspirasi lebih banyak
siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPA, mengingat banyaknya sikap ilmiah yang harus diterapkan dalam
mempelajari fisika (Astalini. et al., 2018; Mujtaba dkk., 2018; Nufus dkk., 2017). Sikap ilmiah yang dilakukan siswa
berguna agar siswa dapat konsisten dalam segala situasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pada
pembelajaran IPA.
Dalam meningkatkan pengetahuan siswa dan mengembangkan sikap ilmiahnya dapat diadopsi dari mata
pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA merupakan pembelajaran IPA di sekolah yang proses pembelajarannya lebih
menekankan pada pemberian praktik langsung dimana siswa diberikan beberapa petunjuk dalam mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis untuk memecahkan suatu masalah dan menjadikan pengetahuan yang dipelajari lebih
bermakna (Anisa, 2017; Bellová et al. ., 2018;Hartina dkk., 2020). Pembelajaran IPA di kelas merupakan suatu proses
pembelajaran aktif dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai aspeknya menuntut suatu
metode pembelajaran yang dapat mempersiapkan siswa untuk mampu memahami IPA, untuk itu IPA lebih mudah
dipahami jika menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. untuk memahami (Grobler, 2018; Pamungkas et
al., 2017; Utaminingsih et al., 2018). Mata pelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis yang juga merupakan proses penemuan, dalam proses tersebut terlihat kesenjangan kinerja antara siswa
kurang mampu dan siswa kelas menengah sangat besar dan menjadi salah satu kendala bagi pendidik dalam penjabaran
rencana pembelajaran IPA terpadu menjadi latar belakangnya. tertinggal dari para pendidik yang masih pada satu
disiplin ilmu yaitu biologi, fisika dan kimia (Camasso & Jagannathan, 2018; Firdaus & Wilujeng, 2018; Iswatun et al.,
2017). Dalam pembelajaran IPA, banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran fisika yang mereka anggap sebagai pelajaran yang sulit.
Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang paling dasar dan membahas cara kerja alam semesta.
Pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan dengan mengukur pemahaman siswa terhadap konsep fisika,
hal ini berdampak pada terjaganya identitas fisika seiring berjalannya waktu (Siswoyo & Sunaryo, 2017; Wang et al.,
2018; Yao et al., 2020). Materi fisika merupakan materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga guru
dituntut untuk mampu menjelaskan konsep dalam bentuk nyata untuk itu fisika memerlukan proses penyelidikan ilmiah
yang dapat dilakukan dengan cara: kegiatan praktikum (Astuti et al., 2017; Asy'ari et al., 2019; Darmaji dkk., 2019).
Fisika merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam, dan siswa dituntut untuk memahami
konsep-konsep yang ada pada gejala-gejala alam tersebut, pendapat ilmu fisika terutama terdiri dari konsep materi,
konsep gerak dan interaksi, konsep energi dan elemen lainnya (Dell'Aquila & Russo, 2021; Liu & Sun, 2020;
Ratnaningdyah, 2017). Dalam mempelajari kegiatan fisika siswa dituntut untuk mampu memahami konsep dan juga
mampu menemukan solusi permasalahan, dalam memahami konsep terkadang siswa laki-laki tidak fokus dalam
mengikuti kegiatan.
Hal ini menjadikan permasalahan gender dianggap mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Yang perlu
diperhatikan lebih lanjut adalah istilah kesetaraan gender yang tujuan utamanya adalah kewarganegaraan netral gender,
yang mana perempuan diperbolehkan untuk berpartisipasi bersama laki-laki sebagai warga negara yang setara, terutama
di ranah publik, dan fakta bahwa belum ada penelitian yang mengeksplorasi kekuatan prediktif prestasi siswa. .
berdasarkan gender (Josephidou, 2020; Ugwuanyi et al., 2020; Woehrle et al., 2011). Kesetaraan gender ibarat sebuah
ungkapan (istilah) “suci” yang sering digunakan oleh aktivis sosial, feminis, politisi, bahkan hampir oleh pejabat negara
(Effendi & Ratnasari, 2018; Fraile & Gomez, 2017; Subašiÿ et al., 2018) . Kesenjangan gender muncul jauh lebih awal
dalam sains yang berarti Gender memiliki dampak penting pada pilihan spesialisasi siswa, bahwa gender memiliki efek
moderasi yang signifikan terhadap kekuatan prediktif motivasi dan efikasi diri terhadap prestasi akademik siswa fisika
dibandingkan siswa fisika laki-laki ( Cahyanto dkk., 2019; Levaillant dkk., 2020; Ugwuanyi dkk., 2020). Dari sini terlihat
bahwa gender berpengaruh terhadap efikasi diri dalam mengikuti pembelajaran khususnya IPA.
Dalam mengikuti pembelajaran IPA, siswa yang mempunyai efikasi diri yang baik akan berhasil dalam kegiatan
belajarnya dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan lancar. Efikasi diri memberikan dasar bagi motivasi, kesejahteraan,
dan pencapaian pribadi manusia (Priska et al., 2020; Sachitra & Bandara, 2017; Trautner & Schwinger, 2020). Efikasi
diri mengacu pada persepsi kemampuan individu dalam mengatur dan melaksanakan tindakan untuk menampilkan
keterampilan tertentu. Efikasi diri adalah penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya dalam melakukan
tugas, mencapai tujuan, dan menghasilkan sesuatu, yang dapat difasilitasi oleh guru untuk ditingkatkan. pengalaman
belajar efikasi diri (Hodges, 2018; Kartika, 2021; Zimmerman et al., 1996). Keberhasilan penerapan suatu model
pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik siswa, salah satunya adalah efikasi diri (Aharony & Gazit, 2020;
Hasyim & Eldiana, 2020; Wong et al., 2020). Siswa mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda, perbedaan ini didasarkan
pada tingkat kepercayaan diri dan kemampuan masing-masing siswa. Berdasarkan uraian di atas, sikap dan efikasi diri
yang baik pada setiap kepribadian siswa sangat penting untuk dimiliki guna memaksimalkan aktivitas dan hasil belajar
setiap siswa, maka dari itu peneliti disini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sikap siswa pada wanita. dan laki-
laki terhadap mata pelajaran IPA, mengetahui perbandingan efikasi diri siswa perempuan dan laki-laki terhadap mata
pelajaran IPA dan mengetahui hubungan sikap dengan efikasi diri siswa terhadap mata pelajaran IPA.

JERE, P-ISSN : 2597-422x E-ISSN : 2549-2675


Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 527

2. METODE

Jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif yang menghasilkan beberapa temuan yang dapat dicapai dengan
menggunakan beberapa prosedur statistik atau cara kuantifikasi (pengukuran) lainnya. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan
pada gejala-gejala atau fenomena-fenomena yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam kehidupan manusia, yang disebut dengan
variabel. Pendekatan kuantitatif terhadap sifat hubungan antar variabel dianalisis menggunakan teori objektif. Berdasarkan tingkat
penjelasannya, penelitian dapat dikelompokkan menjadi penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian deskriptif diarahkan
untuk mengetahui nilai variabel bebas (baik satu variabel atau lebih) tanpa melakukan perbandingan atau menghubungkan variabel
yang satu dengan variabel yang lain. Penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui perbandingan antar variabel dengan
menggunakan lebih dari satu sampel dan/atau dalam periode waktu yang berbeda. Sampel dalam penelitian ini adalah 74 siswa SMPN
2 Muaro Jambi. Teknik pengambilan sampelnya adalah purvosive sampling. Purposive sampling adalah jenis pengambilan sampel di
mana penelitian lebih banyak memilih kasus yang lebih sedikit (Stommel & Willis, 2004). Teknik pengambilan sampelnya adalah total
sampling. Subyek yang diambil adalah kelas VII yang terdiri dari 40 orang perempuan dan 34 orang laki-laki.

Instrumen dalam penelitian ini ada 2 yaitu sikap terhadap sains dan efikasi diri. Instrumen penilaian merupakan salah satu
instrumen penilaian sikap yang sangat penting. Terdapat 56 item pertanyaan yang valid pada instrumen ini dengan menggunakan skala
likert. Skala tersebut terdiri dari 5 poin dengan skor sangat setuju 5, setuju 4, netral 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju 1. Setiap
pernyataan mewakili masing-masing indikator sikap. Fokus Karena angket sikap siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan skala
likert yang terdiri dari 5 kategori, setiap kategori terdapat interval, dan interval setiap kategori dapat dilihat pada tabel. Kisi-kisi instrumen
angket variabel sikap siswa dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Angket Sikap Siswa

No. Butir Pernyataan


Variabel Indikator
(+) (-)
Implikasi Sosial Sains 1, 14, 27, 39 7, 20, 32, 45, 53
Normalitas Ilmuwan 8, 21, 33, 46, 54 15, 40
Sikap Terhadap Penyelidikan Sains 2, 41 9, 22, 34, 47, 55
Sikap Mengadopsi Sikap Ilmiah 10, 23, 35, 48 3, 26, 28
Kegembiraan Belajar IPA 4, 17, 29 Minat Menambah Waktu Belajar IPA 5,11, 24, 36, 42, 49, 56
18, 30 12, 25, 37, 43, 50
Minat Berkarir di Bidang Sains 13, 19, 26, 38, 51 6, 31, 44, 52
Jumlah Pernyataan 25 31

Selanjutnya grid instrumen angket variabel efikasi diri siswa dan


Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Self-Efficacy

Variabel Indikator No. Butir Pernyataan

Tingkat Kesulitan Tugas 1,2,3


Jadikan pengalaman bukan sebagai penghalang 19, 20, 21, 22, 23
Efikasi diri dari
Menggunakan pengalaman yang mendalam sebagai landasan untuk meningkatkan rasa 24, 25, 26, 27,28
percaya diri siswa
Harapan Individu Terhadap Kemampuan 13,14,15,16,17,18
Mata Pelajaran IPA
Menjadikan Pengalaman Bukan Sebagai Hambatan 19,20,21,22,23
Menjadikan Pengalaman Batin Sebagai Dasar Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri 24,25,26,27,28
Jumlah Pernyataan 28

Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis data yaitu pengkodean data, penyaringan data yang sesuai dan analisis data.
Dalam analisis data menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan serangkaian
informasi yang telah dikumpulkan (Putri et al., 2020), terdiri dari persentase, frekuensi, mean, median, min, max. Kemudian analisis
data dilakukan dengan menggunakan statistik inferensial, yang pertama adalah uji asumsi yaitu uji normalitas dimana Hasil uji
normalitas dilihat dari : Histogram, Uji Kolmogorov Smirnov : nilai signifikan jika lebih dari 5%, dikatakan berdistribusi normal (Setiaman,
2019). Lanjutkan uji homogenitas dimana data yang diuji dikatakan homogen berdasarkan nilai signifikansinya. Nilai signifikansi (p)
0,05 menunjukkan bahwa kelompok data berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang sama (homogen) Nilai signifikansi (p) <
0,05

Budiarti Retni S / Evaluasi Hasil Sikap dan Efikasi Diri Siswa SMP pada Mata Pelajaran IPA
Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 528

menunjukkan bahwa setiap kelompok data berasal dari populasi yang variansinya berbeda-beda (tidak homogen)
(Haryanti, 2021). Setelah itu dilakukan uji linieritas dimana teknik pengambilan keputusan dalam uji linieritas adalah sebagai berikut. A.
Dengan melihat nilai signifikansinya. Jika Sig Deviasi dari linearitas > 0,05 maka terdapat hubungan linier yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika Deviasi dari linearitas Sig 0,05 maka tidak terdapat hubungan linier yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen (Marzuki et al., 2020). Setelah diperoleh hasil yang memenuhi syarat uji asumsi,
selanjutnya dapat dilakukan uji lanjutan yaitu uji hipotesis yang terdiri dari uji T jenis Independent Sample T-test dimana dasar pengambilan
keputusan adalah jika nilai sig. (2-tailed ) < 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika nilai sig. (2-tailed ) > 0,05 maka
terdapat perbedaan signifikan dan uji korelasi. Disini peneliti menggunakan berdasarkan Nilai Signifikansi Sig. (2-tailed): dimana Jika nilai
Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat korelasi antar variabel yang terhubung. Ada tiga cara yang dapat kita gunakan sebagai pedoman
atau dasar pengambilan keputusan dalam analisis korelasi bivariat Pearson ini, yaitu pertama dengan melihat nilai signifikansi Sig. (2
ekor). Kedua, membandingkan nilai r hitung (Pearson Correlations) dengan nilai r tabel product moment. Yang ketiga adalah dengan
melihat tanda bintang (*) yang terdapat pada output program SPSS. Dalam uji korelasi disini peneliti menggunakan berdasarkan Nilai
Signifikansi Sig. (2-tailed): dimana Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat korelasi antar variabel yang terhubung. Sebaliknya jika
nilai Sig. (2 tailed) > 0,05 maka tidak terdapat korelasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Data yang diperoleh dari kelas VII A dan VII B SMPN 2 Muaro Jambi menggunakan uji asumsi. Uji asumsi klasik juga tidak
perlu dilakukan untuk analisis regresi linier yang bertujuan untuk menghitung nilai variabel tertentu. Dalam penelitian ini akan dilakukan 3
jenis uji asumsi yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji linearitas. Berikut hasil pengujian yang telah diuji.

Uji Normalitas
Uji distribusi normal atau uji normalitas adalah pengujian untuk mengukur apakah data kita mempunyai distribusi normal
sehingga dapat digunakan dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
data empiris yang kita peroleh dari lapangan sesuai dengan sebaran teoritis. Hasil uji normalitas sikap dan efikasi diri siswa kelas VII A
dan VII B SMPN 2 Muaro Jambi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

Statistik Kolmogorov- Shapiro-Wilk


Variabel Kelas
Smirnov Df Sig. 0,129 37 0,122 0,064 Statistik Df tanda tangan.

VII_A 37 0,200 0,144 37 0,051 0,922 37 0,012


Sikap
VII_B 0,987 37 0,939
Diri sendiri- VII_A 0,954 37 0,130
Kemanjuran VII_B 0,121 37 0,194 0,940 37 0,045

Berdasarkan hasil tabel 3 untuk mengetahui cara memperoleh uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smoniv nilai signifikansi
> dari 0,05 maka data dapat diperoleh berdistribusi normal. Berdasarkan hasil Tabel 3, untuk Self-Efficacy diperoleh uji normalitas dengan
uji Kolmogorov-Smoniv dengan nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat dikatakan kuncinya berdistribusi normal.

Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah kedua kelompok data yang akan diolah mempunyai varian
yang sama. Karena salah satu syarat analisis uji statistik parametrik untuk hipotesis adalah jika jenisnya adalah perbandingan atau
pembanding maka harus mempunyai data yang homogen. Hasil uji homogenitas data kelas VII A dan VII B SMPN 2 Muaro Jambi
disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pada Tabel 4 dapat dipastikan bahwa data tersebut mempunyai nilai sig sebesar 0,05 yang
berarti menunjukkan sekelompok data yang berasal dari suatu populasi yang mempunyai varians yang sama (homogen).

JERE, P-ISSN : 2597-422x E-ISSN : 2549-2675


Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 529

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas

Variabel Kelas tanda tangan.

Sikap VII A 0,114


VIIB
Efikasi Diri VII A 0,809
VIIB

Uji Linearitas
Asumsi linieritas menyatakan adanya hubungan linier antara variabel penelitian atau variabel yang diteliti. Untuk menjaga
asumsi linearitas, langkah pertama yang dilakukan adalah memilih variabel-variabel yang secara teori mempunyai hubungan linier. Hasil
uji linearitas antara sikap dan efikasi diri siswa kelas VII A dan VII B di SMPN 2 Muaro Jambi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Linearitas

Variabel Kelompok Makna


Sikap * Efikasi Diri VII A 0,087
VIIB 0,112

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil uji linearitas kelas VII A yaitu nilai sig. 0,087 dimana 0,087 > 0,05 maka terdapat hubungan
antara sikap dengan efikasi diri siswa kelas VII A, hasil uji linearitas kelas VII B diperoleh nilai sig. 0,112 dimana 0,112 > 0,05 maka
terdapat hubungan antara sikap dengan efikasi diri siswa kelas VII A. Setelah dilakukan pengujian asumsi selanjutnya dan mendapatkan
hasil yang signifikan, selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis.

Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang dilakukan dan bertujuan untuk memutuskan menerima atau menolak hipotesis tentang
parameter populasi. Dalam penelitian ini akan dilakukan dua uji hipotesis yaitu uji T dan uji korelasi. Uji hipotesis Uji t merupakan hipotesis
yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata sampel yang diambil sehingga uji t disebut juga dengan uji rata-rata.
Hasil uji T dari data yang diperoleh dengan menggunakan Independent Sample t-Test disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji T Independen

Kelas Variabel Murid N tanda tangan. (2-ekor)


VII A Sikap Perempuan 20 0,034
Pria 17
Efikasi Diri Perempuan 20
0,045
Pria 17
VIIB Sikap Perempuan 20
0,045
Pria 17
Efikasi Diri Perempuan 20
0,023
Pria 17

Berdasarkan Tabel 6 hasil uji T sikap siswa kelas VII A diperoleh nilai sig. untuk sikap sebesar 0,034 yang hasilnya < 0,05
berarti sikap siswa kelas VII A antara putra dan putri terdapat perbedaan, begitu pula untuk efikasi diri siswa sig. (2-tailed) 0,045 < 0,05
artinya efikasi diri siswa kelas VII A antara putra dan putri terdapat perbedaan. Maka hasil uji T sikap siswa kelas VII B diperoleh nilai sig.
(2-tailed) 0,045 yang < 0,05 berarti sikap siswa kelas VII B antara putra dan putri terdapat perbedaan, begitu pula untuk efikasi diri siswa
diperoleh skor sig. (2-tailed) 0,045 < 0,05 artinya efikasi diri siswa kelas VII B antara putra dan putri terdapat perbedaan.

Uji Korelasi
Uji korelasi merupakan analisis statistik untuk melihat hubungan antara dua variabel dengan
data numerik. Hasil uji korelasi dari data disajikan pada Tabel 7.

Budiarti Retni S / Evaluasi Hasil Sikap dan Efikasi Diri Siswa SMP pada Mata Pelajaran IPA
Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 530

Tabel7. Hasil Uji Korelasi

Kelas Variabel N Korelasi Pearson tanda tangan. (2-ekor)


VII A Sikap 37 0,668 0,046
VIIB Efikasi Diri 37 0,648 0,035

Berdasarkan hasil pada Tabel 7 diperoleh nilai Sig. (2-tailed) pada siswa kelas VII B sebesar 0,046 dimana nilainya < 0,05
artinya ada hubungan antar variabel yang berkorelasi. Selanjutnya dilakukan uji korelasi antara sikap dengan efikasi diri siswa kelas VII
B, berdasarkan tabel diperoleh hasil Sig. (2-tailed) sebesar 0,035 dimana nilainya < 0,05 berarti terdapat hubungan antar variabel yang
berkorelasi. Dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh signifikan, mempunyai perbedaan, dan terdapat keterkaitan antar variabel
yang berkorelasi.

Diskusi
Analisis uji asumsi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Uji normalitas, uji linearitas dan uji homogenitas. Uji
asumsi terhadap data ini dilakukan dengan bantuan IBM SPSS Statistic 26.
Syarat analisis data menggunakan statistik parametrik adalah data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, sehingga sebelum
dilakukan uji ANOVA terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
sampel yang diambil berdistribusi normal. populasi atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov (Qomariyah,
2019). Hasil uji normalitas pada kelas VII A dan VII B diperoleh uji normalitas dengan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov > dari 0,05
maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas yang diperoleh sikap dan efikasi diri siswa terhadap mata
pelajaran IPA kelas VII A dan VII B memperoleh nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan kedua variabel tersebut homogen.
Hasil uji linearitas kelas VII A diperoleh yaitu nilai sig. 0,087 dimana 0,087 > 0,05 maka terdapat hubungan antara sikap dengan efikasi
diri siswa kelas VII A, hasil uji linearitas kelas VII B diperoleh nilai sig. 0,112 dimana 0,112 > 0,05 maka terdapat hubungan antara sikap
dengan efikasi diri siswa kelas VII B.

Setelah dilakukan uji asumsi, diperoleh hasil data yang homogen, signifikan dan mempunyai hubungan linier, selanjutnya data
dapat dilanjutkan uji hipotesis yaitu uji T dan uji korelasi.
Analisis data uji menggunakan uji-t (Independent Sample T-Test) dimana uji t sampel independen dilakukan untuk membandingkan
prestasi kedua kelompok dan data akan diolah dengan menggunakan uji T; Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan model pembelajaran Discovery dan Inquiry terhadap hasil belajar (Istuningsih et al., 2018; Jony, 2020; Wulandari & Mustadi,
2019). Hasil uji T sikap siswa kelas VII A diperoleh nilai sig. untuk sikap sebesar 0,034 yang hasilnya < 0,05 berarti sikap siswa kelas VII
A antara putra dan putri terdapat perbedaan, begitu pula untuk efikasi diri siswa sig. (2-tailed) 0,045 < 0,05 artinya efikasi diri siswa kelas
VII A antara putra dan putri terdapat perbedaan. Maka hasil uji T sikap siswa kelas VII B diperoleh nilai sig. (2-tailed) 0,045 yang < 0,05
berarti sikap siswa kelas VII B antara putra dan putri terdapat perbedaan, begitu pula untuk efikasi diri siswa diperoleh skor sig. (2-tailed)
0,045 < 0,05 artinya efikasi diri siswa kelas VII B antara putra dan putri terdapat perbedaan.

Hasil uji korelasi adalah untuk melihat hubungan antar variabel yang diuji.
Korelasi Pearson digunakan untuk menguji korelasi dan kekuatan hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel
dependen (Kowang et al., 2021; Ndongfack, 2021; Tambunan et al., 2021). Berdasarkan hasil tersebut diperoleh nilai Sig. (2-tailed) pada
siswa kelas VII B sebesar 0,046 dimana nilainya < 0,05 artinya ada hubungan antar variabel yang berkorelasi. Selanjutnya dilakukan uji
korelasi antara sikap dengan efikasi diri siswa kelas VII B, berdasarkan tabel diperoleh hasil Sig. (2-tailed) sebesar 0,035 dimana nilai <
0,05 berarti terdapat hubungan antar variabel yang berkorelasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang sikap siswa yang membahas tentang sikap siswa terhadap sains
(Kurniawan et al., 2019). Keterbatasan penelitian ini adalah hanya menggunakan tiga indikator yang dibahas, yaitu sikap terhadap
penelitian pada bidang ilmunya, penerapan sikap ilmiah, dan minat berkarir di bidang ilmu pengetahuan. persamaan antara penelitian
terdahulu dan sekarang terdapat pada indikator minat berkarir di bidang sains. Perbedaannya juga terdapat pada indikator yang digunakan
pada penelitian ini dengan menggunakan empat indikator dan sampel yang digunakan yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan
sampel yang besar namun tidak merinci siswanya pada jenjang apa, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel dari
kelas VII A dan VII. B pada tingkat SMP di Muaro Jambi. Kemudian pada penelitian lainnya juga membahas tentang perbandingan sikap
siswa terhadap IPA dengan 3 indikator yaitu mengadopsi sikap ilmiah, kesenangan dalam belajar IPA, dan minat menambah waktu
pembelajaran IPA. pada penelitian sebelumnya hanya membahas satu variabel yaitu hanya mengukur sikap siswa, dan juga indikator
yang digunakan hanya tiga indikator sikap (Maison et al., 2020). Jadi

JERE, P-ISSN : 2597-422x E-ISSN : 2549-2675


Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 531

peneliti disini melakukan generalisasi atau pembaharuan yaitu menganalisis guna mengetahui sikap siswa dalam
pembelajaran IPA dengan indikator yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dan menggunakan tingkat sampel yang jelas.
Sehingga penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang meneliti tentang peranan self-ability dan
kemampuan berpikir positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis, keterbatasan penelitian ini adalah
sampel yang digunakan adalah siswa SMA dan juga hanya menguji pengaruh self- kemanjuran dalam memecahkan
masalah. soal matematika (Yuliyani et al., 2017). Bedanya dengan penelitian saat ini adalah penelitian ini menghubungkan
self efikasi dengan berpikir positif, dan penelitian terdahulu ini juga tidak membahas tentang indikator variabel self efikasi.
Maka disini peneliti melakukan pembaharuan penelitian yaitu dengan melakukan penelitian mengenai efikasi diri siswa
SMP di Muaro Jambi yang merupakan indikator pada mata pelajaran IPA dimana IPA merupakan salah satu ilmu yang
penting untuk dipelajari oleh setiap individu, dan pada penelitian ini dilakukan uji beda efikasi diri pada masing-masing
individu siswa dan hubungan antara variabel efikasi diri dengan sikap siswa dalam pembelajaran IPA.

Dalam penelitian ini tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan sikap siswa perempuan
dan laki-laki terhadap mata pelajaran IPA, perbandingan efikasi diri siswa antara perempuan dan laki-laki terhadap mata
pelajaran IPA dan untuk mengetahui hubungan antara sikap. dan efikasi diri pada siswa. Dalam penelitian ini mengkaji
sikap dengan indikator implikasi sosial IPA yaitu bagaimana siswa mampu belajar mandiri dengan aktif di kelas dan tidak
menganggap pelajaran IPA sebagai pelajaran yang sulit, kesenangan dalam mempelajari IPA dimana pada indikator ini
siswa merasa senang. (suka) atau tidak dalam mengikuti pelajaran IPA, untuk itu peran guru sangat penting untuk dapat
menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap pelajaran IPA sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
pelajaran IPA. pembelajaran IPA, dimana apabila siswa sudah mempunyai rasa senang (suka) maka akan mempunyai
dorongan untuk belajar lebih lama, dan minat berkarir di bidang IPA dimana indikator ini diperuntukkan bagi siswa yang
mempunyai cita-cita menjadi ilmuwan IPA atau berkecimpung dalam bidang IPA. dunia ilmu pengetahuan merupakan
suatu hal yang mengasyikkan dan menarik untuk itu indikator ini merupakan awal untuk mencapai prestasi kerja sesuai
dengan kemampuan dan minat siswa. Kemudian self eficacy dengan indikator tingkat kesulitan tugas dimana setiap
siswa mempunyai rasa percaya diri terhadap tugasnya masing-masing, jika siswa mempunyai self eficacy atau rasa
percaya diri yang tinggi maka ia akan mengerjakan tugas tersebut walaupun tugas tersebut sulit, anggaplah pengalaman
bukan sebagai sebuah hambatan dimana pada indikator ini siswa meyakini bahwa kegagalan awal adalah kemajuan
dan dapat bangkit serta bertahan dengan berbagai hambatan, serta menjadikan pengalaman sebagai landasan untuk
meningkatkan rasa percaya diri pada indikator ini siswa mempunyai keyakinan bahwa pengalaman akan menambah
wawasan dan menumbuhkan usaha baru untuk bergerak maju di masa depan. Hal ini berkaitan dengan mata kuliah
perkembangan mahasiswa dimana pada mata kuliah tersebut mahasiswa harus mampu memahami, menganalisis, dan
mengevaluasi tahapan-tahapan perkembangan mahasiswa baik secara psikologis, psikomotorik, serta implikasinya
dalam penyelenggaraan dan penyelenggaraan pendidikan.
Artikel ini mempunyai keterbatasan diantaranya peneliti hanya mengukur sikap dan kemanjuran diri (self efikasi)
siswa kelas VII. Pada penelitian sikap hanya digunakan 4 indikator yaitu implikasi sosial terhadap sains, kesenangan
belajar sains, minat menambah waktu belajar sains, dan minat berkarir di bidang sains. Kemudian indikator yang
digunakan untuk efikasi diri adalah tingkat kesulitan tugas, menganggap pengalaman bukan sebagai hambatan, dan
menjadikan pengalaman internal sebagai landasan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui perasaan, sikap, dan rasa percaya diri siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPA di tingkat sekolah menengah pertama. Pada artikel penelitian ini belum diukur minat, motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran IPA. Sehingga disarankan untuk meneliti atau mengukur minat dan motivasi siswa.

4. KESIMPULAN

Dari hasil uji T terhadap efikasi diri siswa pada mata pelajaran IPA dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan efikasi diri siswa terhadap mata pelajaran IPA baik siswa perempuan maupun laki-laki pada kelas VII A dan
kelas VII B. Berdasarkan hasil uji korelasi antara sikap dan efikasi diri siswa terhadap mata pelajaran IPA di kelas VII A
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dan efikasi diri siswa terhadap mata pelajaran IPA, baik siswa
perempuan maupun laki-laki. siswa kelas VII A dan kelas VII B diperoleh adanya korelasi antar variabel yang berkorelasi.
Sikap dan efikasi diri siswa terhadap mata pelajaran IPA penting untuk dipelajari karena sikap dan efikasi diri siswa
mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkelanjutan terhadap keberhasilan, meningkatkan hasil belajar siswa, dan
mempengaruhi kinerja siswa. Artikel ini mempunyai keterbatasan diantaranya peneliti hanya mengukur sikap dan
kemanjuran diri (self efikasi) siswa kelas VII. Rekomendasi bagi pembaca selanjutnya (peneliti selanjutnya) dapat
meneliti atau mengukur minat dan motivasi mahasiswa atau melakukan generalisasi terhadap penelitian ini.

Budiarti Retni S / Evaluasi Hasil Sikap dan Efikasi Diri Siswa SMP pada Mata Pelajaran IPA
Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 532

5. REFERENSI

Aharony, N., & Gazit, T. (2020). Efikasi diri literasi informasi siswa: Sebuah studi eksplorasi. Jurnal Kepustakawanan dan
Informasi https://doi.org/10.1177/0961000618790312. Sains, 52(1), 224–236.

Amrullah, A., Hadisaputo, S., & Supardi, KI (2017). Pengembangan Modul Chemireligiousa Terintegrasi Pendidikan
Karakter Bervisi Sets. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 11(1), 1872–1883. https://doi.org/10.15294/jipk.v11i1.9715.

Anisa, A. (2017). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Melalui Pembelajaran IPA Berbasis Potensi
Lokal Jepara. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(1), 1–11. https://doi.org/10.21831/jipi.v3i1.8607.

Astalini., Kurniawan, Dwi. A., S., & Umaryanti. (2018). Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Fisika Di SMAN Kabupaten
Batanghari. Pendidikan
Jurnal Ilmu Fisika, 59–64. https://doi.org/10.26737/jipf.v3i2.694.
3(2),

Astuti, IAD, Sumarni, RA, & Saraswati, DL (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Mobile Learning berbasis
Android. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(1), 57–62.
Asy'ari, M., Hidayat, S., & Muhali, M. (2019). Validitas dan efektivitas prototipe buku ajar fisika dasar reflektif-integratif
berbasis pemecahan masalah untuk meningkatkan pengetahuan metakognisi Validitas dan efektivitas prototipe
buku teks fisika dasar reflektif-integratif berbasis masalah Jurnal Inovasi 205–215. https://doi.org/10.21831/
jipi.v5i2.27089. memecahkan. Pendidikan IPA, 5(2),

Bellová, R., Melicherÿíková, D., & Tomÿík, P. (2018). Kemungkinan alasan rendahnya literasi sains siswa Slovakia dalam
beberapa mata pelajaran IPA. Penelitian Pendidikan Sains dan Teknologi, 36(2), 226–242. https://doi.org/
10.1080/02635143.2017.1367656.
Cahyanto, MAS, Ashadi, A., & Saputro, S. (2019). Analisis Perbedaan Gender terhadap Miskonsepsi Siswa dalam
Pembelajaran Klasifikasi Materi dan Perubahannya. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 5(2), 157–167. https://doi.org/
10.21831/jipi.v5i2.26613.
Camasso, MJ, & Jagannathan, R. (2018). Nurture thru Nature: Menciptakan identitas ilmu pengetahuan alam pada
populasi anak-anak kurang beruntung melalui kemitraan pendidikan komunitas. Jurnal Pendidikan Lingkungan,
49(1), 30–42. https://doi.org/10.1080/00958964.2017.1357524.
Darmaji, D., Kurniawan, DA, & Irdianti, I. (2019). keterampilan proses sains siswa pendidikan fisika.
Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian Pendidikan, 8(2), 293–298. https://doi.org/10.11591/ijere.v8i2.28646.

Dell'Aquila, D., & Russo, M. (2021). Klasifikasi otomatis data fisika nuklir melalui pendekatan Constrained Evolutionary
Clustering. Komunikasi Fisika Komputer, 259, 107667. https://doi.org/10.1016/j.cpc.2020.107667.

Dewi, VP, Doyan, A., & Soeprianto, H. (2017). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses
Sains Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Ipa. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(1). https://doi.org/
10.29303/jppipa.v3i1.102.
Effendi, P., & Ratnasari, D. (2018). Kesetaraan Gender Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Jurnal Pro Hukum: Jurnal Penelitian Bidang Hukum Universitas Gresik, 7(2), 1–8. http://
journal.unigres.ac.id/index.php/JurnalProHukum/article/view/701.
Fakhriyah, F., Masfuah, S., Roysa, M., Rusilowati, A., & Rahayu, ES (2017). Literasi sains siswa pada aspek sains
konten? Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(1), 81–87. https://doi.org/10.15294/jpii.v6i1.7245.

Firdaus, M., & Wilujeng, I. (2018). Pengembangan LKPD inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan hasil belajar peserta didik. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(1), 26–
40. https://doi.org/10.21831/jipi.v4i1.5574.
Fraile, M., & Gomez, R. (2017). Menjembatani kesenjangan gender dalam kepentingan politik di Eropa: Relevansi dalam
mendorong kesetaraan gender. Jurnal Penelitian Politik Eropa, 56(3), 601–618. https://doi.org/
10.1111/1475-6765.12200.
Grobler, R. (2018). Persepsi Siswa tentang Alih Kode di Ruang Kelas Ilmu Pengetahuan Alam: Pendidikan di Afrika
Perspektif. Afrika Selatan 38–51. Tinjauan, 15(1),
https://doi.org/10.1080/18146627.2016.1224593.
Hanifa, R. (2018). Faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan ketika mempelajari keterampilan berbicara EFL. Studi
Bahasa dan Pendidikan Inggris, 5(2), 230–239. https://doi.org/10.24815/siele.v5i2.10932.
Hartina, L., Rosidin, U., & Suyatna, A. (2020). Pengaruh Penerapan Instrumen Penilaian Kinerja pada Pembelajaran IPA
Berbasis Laboratorium Nyata terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 6(1), 25–31.
https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.299.

JERE, P-ISSN : 2597-422x E-ISSN : 2549-2675


Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 533

Haryanti, S. (2021). Statistika Dasar untuk Penelitian Jilid 1 dengan Aplikasi SPSS. Media Sains Indonesia.
Hasyim, M., & Eldiana, NF (2020). Eksperimentasi model PBL dan PjBL berbasis schoology terhadap pemecahan
masalah matematika ditinjau dari self-ability. JP2M (Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika), 6(2),
87. https://doi.org/10.29100/jp2m.v6i2.1751.
Hodges, B.(2018). Efikasi Diri dalam Konteks Teknologi Instruksional. Peloncat.
C.https ://doi.org/10.1007/978-3-319-99858-9.
Istuningsih, W., Baedhowi, B., & Bayu Sangka, K. (2018). Efektivitas Pendekatan Saintifik Menggunakan E-Module
Berbasis Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Internasional Tinjauan Penelitian
Pendidikan, 3(3), 75–85. https://doi.org/10.24331/ijere.449313.
Iswatun, I., Mosik, M., & Subali, B. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
KPS dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(2). https://doi.org/10.21831/
jipi.v3i2.14871.
Joni, MS (2020). Menjelajahi Efektivitas Pembelajaran Kooperatif di Tingkat Menengah di Bangladesh.
Jurnal Internasional Tinjauan Pendidikan, 93–99. https://doi.org/10.24331/ijere.669388.
Riset 5(1),

Josephidou, J. (2020). Kontribusi gender untuk bermain? Persepsi praktisi Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini
(ECEC) di Inggris tentang bagaimana gender mempengaruhi pendekatan mereka dalam bermain. Tahun-
Tahun Awal, 40(1), 95–108. https://doi.org/10.1080/09575146.2019.1655713.
Jufrida. (2019). Sikap dan motivasi siswa dalam fisika matematika. Jurnal Internasional dan (IJERE), 401–408.
Penelitian Evaluasi https://doi.org/ Pendidikan
di dalam
8(3),
10.11591/ijere.v8i3.20253.
Kartika, K. (2021). Keperawatan Bencana. Publikasikan lebih dalam.
Kowang, TO, Apandi, SZBA, Hee, OC, Fei, GC, Saadon, MSI, & Othman, MR (2021). Niat berwirausaha mahasiswa:
Faktor penentu holistik penting. Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian Pendidikan, 10(1), 57–64. https://
doi.org/10.11591/ijere.v10i1.20733.
Kurniawan, DA, Astalini, A., Darmaji, D., & Melsayanti, R. (2019). Sikap Siswa terhadap Ilmu Pengetahuan Alam.
Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian Pendidikan, 8(3), 455–460. https://doi.org/10.11591/
ijere.v8i3.16395.
Levaillant, M., Levaillant, L., Lerolle, N., Vallet, B., & Hamel-Broza, JF (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
spesialisasi mahasiswa kedokteran: Tinjauan sistematis berbasis gender. EClinicalMedicine, 28. https://
doi.org/10.1016/j.eclinm.2020.100589.
Liu, T., & Sun, H. (2020). Kompetensi Utama Guru Fisika. Studi Pendidikan Tinggi, 11(1), 28.
https://doi.org/10.5539/hes.v11n1p28.
Maison, M., Haryanto, H., Ernawati, MDW, Ningsih, Y., Jannah, N., Puspitasari, TO, & Putra, DS (2020).
Perbandingan sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan alam. Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian
Pendidikan, 9(1), 54–61. https://doi.org/10.11591/ijere.v9i1.20394.
Marzuki, A., Armereo, C., & Rahayu, PF (2020). Statistik Praktikum. Ahli Media Pers.
Mediartika, N., & Aznam, N. (2018). Pengembangan Instrumen Penilaian Portofolio Berbasis Multiple Intelligence
untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(1), 52–63.
https://doi.org/10.21831/jipi.v4i1.9973.
Megawati, M., Wardani, AK, & Hartatiana, H. (2019). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Smp Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Model Pisa. Jurnal Pendidikan Matematika, 14(1), 15–24. https://doi.org/
10.22342/jpm.14.1.6815.15-24.
Metzger, BA, & Fehr, RR (2018). Mengukur Sikap Risiko Keuangan: Bagaimana Menerapkan Kriteria Peraturan dan
Ilmiah untuk Memastikan Kesesuaian. Jurnal Keuangan Perilaku, 19(2), 221–234. https://doi.org/
10.1080/15427560.2017.1376331.
Mujtaba, T., Sheldrake, R., Reiss, MJ, & Simon, S. (2018). Sikap, keyakinan, dan konteks sains siswa: asosiasi
dengan aspirasi sains dan kimia. Jurnal Internasional Pendidikan Sains, 40(6), 644–667. https://doi.org/
10.1080/09500693.2018.1433896.
Musanna, A. (2017). Indigenisasi Pendidikan: Rasionalitas Revitalisasi Praksis Pendidikan Ki Hadjar Jurnal Pendidikan
Dewantara. Dan
Kebudayaan, 117–133. https://core.ac.uk/download/pdf/322566056.pdf. 2(1),

Ndongfack, MN (2021). Menuju Model Pendidikan yang Berketahanan: Faktor-faktor yang mendorong penggunaan e-
Learning di kalangan Guru Sekolah Dasar di Kamerun. Jurnal Internasional Tinjauan Penelitian Pendidikan,
6(3), 208–217. https://doi.org/10.24331/ijere.895391.
Nufus, SH, Gani, A., & Suhendrayatna. (2017). Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Berbasis Kurikulum 2013
Pada Pembelajaran Kimia SMA. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 05(01), 44–51. http://202.4.186.66/JPSI/
article/view/8406.

Budiarti Retni S / Evaluasi Hasil Sikap dan Efikasi Diri Siswa SMP pada Mata Pelajaran IPA
Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 534

Pambudi, MI, Winarno, M., & Dwiyogo, WD (2019). Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Malang, 4(1), 110–116.

Pamungkas, A., Subali, B., & Linuwih, S. (2017). Implementasi model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal untuk
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(2), 118. https://doi.org/
10.21831/jipi.v3i2.14562.
Priska, J., Rahmawati, E., & Utomo, S. (2020). Pengaruh Self Efficacy, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan PT. PLN Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya. Jurnal Bisnis Dan Pembangunan, 9(1), 83–98.
https://doi.org/10.20527/jbp.v9i1.8696.
Putri, RII, Araiku, J., & Sari, N. (2020). Statistik Deskriptif. MENJADI MEDIA.
Qomariyah, SN (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Internasional Tinjauan Penelitian Pendidikan, 4(2), 217–222. https://doi.org/10.24331/ijere.518056.

Ratnaningdyah, D. (2017). Peningkatan K Emampuan P Emecahan M Asalah M Atematis S Iswa K Elas Vi M Elalui M
Odel P Embelajaran K Ontekstual P Ada M Ateri. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika, 2(1), 1–3.
Rohmawati, A. (2018). Stimulasi Keterampilan Sosial Anak Dilihat Dari Satuan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia.
Jurnal Internasional Tinjauan Penelitian Pendidikan, 3(3), 69–73. https://doi.org/10.24331/ijere.443852.

Sachitra, V., & Bandara, U. (2017). Mengukur Efikasi Diri Akademik Mahasiswa Sarjana: Peran Gender dan Pengalaman
Tahun Akademik. Akademi Sains, Teknik dan Teknologi Dunia, Jurnal Internasional Teknik Sosial, Perilaku,
Pendidikan, Ekonomi, Bisnis dan Industri, 11(11), 2443–2448.

Setiaman, S. (2019). Analisis korelasi dan regresi linier sederhana. PPNI.


Sihombing, R. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Giving Question and Getting Answer Terhadap
Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penerapan Prosedur Kegiatan Rapat. Jurnal Teknologi
Pendidikan (JTP), 13(1), 57. https://doi.org/10.24114/jtp.v13i1.18000.
Siswoyo, & Sunaryo. (2017). Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi: Analisis Soal dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(1),
11–20. https://doi.org/10.21009/1.03102.
Tunggal, FB, & Anggraeni, DM (2017). Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Sains Siswa Sekolah
Dasar (SD) Berbasis Pendidikan Karakter. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(2), 99–105. https://doi.org/
10.29303/jppipa.v3i2.111.
Stommel, M., & Willis, C. (2004). Penelitian Klinis, Konsep dan Prinsip Perawat Praktek Tingkat Lanjut.
Lippincott Williams.
Subašiÿ, E., Hardacre, S., Elton, B., Branscombe, NR, Ryan, MK, & Reynolds, KJ (2018). “We for She”: Memobilisasi
laki-laki dan perempuan untuk bertindak dalam solidaritas demi kesetaraan gender. Proses Kelompok dan
Hubungan Antarkelompok, 21(5), 707–724. https://doi.org/10.1177/1368430218763272.
Tambunan, H., Sinaga, B., & Widada, W. (2021). Analisis kinerja guru untuk membangun minat dan motivasi siswa
terhadap prestasi belajar matematika. Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian Pendidikan, 10(1), 42–47.
https://doi.org/10.11591/ijere.v10i1.20711.
Trautner, M., & Schwinger, M. (2020). Mengintegrasikan konsep efikasi diri dan regulasi motivasi: Bagaimana keyakinan
efikasi diri untuk regulasi motivasi mempengaruhi keberhasilan regulasi diri? Pembelajaran dan Perbedaan
Individu, 80 (Mei). https://doi.org/10.1016/j.lindif.2020.101890.
Tretter, TR, Ardasheva, Y., Morrison, JA, & Karin Roo, A. (2019). Memperkuat sikap sains bagi pelajar bahasa Inggris
sekolah menengah pendatang baru: sains dan bahasa terpadu yang diperkaya secara visual 41(8), 1015–
doi.org/ Jurnal Internasional Pendidikan Sains, 1037. petunjuk. https://
10.1080/09500693.2019.1585993.
Ugwuanyi, CS, Okeke, CIO, & Ageda, TA (2020). Prediktor psikologis prestasi pelajar fisika: Pengaruh moderasi
gender. Jurnal Ilmu Pendidikan Siprus, 15(4), 834–842. https://doi.org/10.18844/cjes.v15i4.4635.

Usman Fauzan, A., & Aldila Afriansyah, E. (2017). Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Model
Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition dan Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika,
11(1), 68–78.
Utaminingsih, R., Rahayu, A., & Andini, W. (2018). Pengembangan RPP IPA sekolah dasar berbasis pembelajaran
berbasis masalah untuk siswa ketidakmampuan belajar. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(2), 191–202. https://
doi.org/10.21831/jipi.v4i2.21401.
Wang, J., Hazari, Z., Cass, C., & Lock, R. (2018). Kenangan episodik dan dampak longitudinal fisika sekolah menengah
terhadap identitas fisika siswa perempuan. Jurnal Internasional Pendidikan Sains, 40(13), 1543–1566. https://
doi.org/10.1080/09500693.2018.1486522.

JERE, P-ISSN : 2597-422x E-ISSN : 2549-2675


Machine Translated by Google

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Volume 5, Edisi 4, 2021 hlm.525-535 535

Woehrle, H., Graml, A., & Weinreich, G. (2011). Kepatuhan tergantung usia dan gender dengan terapi saluran napas positif
Tidur Obat,
berkelanjutan. 1034–1036. tekanan https://doi.org/10.1016/j.sleep.2011.05.008. 12(10),

Wong, WCW, Sun, WH, Chia, SMC, Tucker, JD, Mak, WPH, Lagu, L., Choi, KWY, Lau, STH, & Wan, EYF (2020). Efektivitas
Intervensi Berbasis Web yang Dipimpin Sejawat untuk Meningkatkan Efikasi Diri Secara Umum dalam Menggunakan
Aplikasi Kencan di Kalangan Dewasa Muda: Uji Coba Terkelompok Secara Acak. Jurnal Penelitian Internet Medis,
22(10). https://doi.org/10.2196/16378.
Wulandari, Dirjen Perhubungan Udara, & Mustadi, A. (2019). Perbandingan Model Discovery dan Inquiry: Model Mana yang Lebih
Efektif dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)? Jurnal Internasional Tinjauan Penelitian Pendidikan, 4 (Edisi
Khusus), 711–718. https://doi.org/10.24331/ijere.628710.
Yao, G., Hitam, K., Ramsdell, M., & Skufca, J. (2020). Penilaian Matematika-Fisika Terkoordinasi sebagai Alternatif dalam STEM.
Jalur 97–122. Lebih awal Primus, 30(1),
https://doi.org/10.1080/10511970.2018.1506533.
Yuliyani, R., Handayani, SD, & Somawati. (2017). Peran efikasi diri (efikasi diri) dan kemampuan berpikir positif terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 7(2), 130–143. https://doi.org/
10.30998/formatif.v7i2.2228.
Zimmerman, BJ, Bonner, S., & Kovach, R. (1996). Mengembangkan pembelajar yang mengatur diri sendiri: Melampaui pencapaian
untuk efikasi diri. Dalam Fokus pada Anak Luar Biasa. Asosiasi Psikologi Amerika.

Budiarti Retni S / Evaluasi Hasil Sikap dan Efikasi Diri Siswa SMP pada Mata Pelajaran IPA

Anda mungkin juga menyukai