Anda di halaman 1dari 103

RESUSITASI CAIRAN & ELEKTROLIT,


MONITORING HEMODINAMIKA, DRUGS &
DEFIBRILATOR

Duddy Gumilar
RESUSITASI CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
Total Body Water
TERAPI CAIRAN

Resusitasi Rumatan

Kristaloid Koloid Nutrien + Elektrolit

Mengganti kehilangan akut


Memasok Kebutuhan harian
(syok, dehidrasi, hipovolemik)
PENGERTIAN

Resusitasi cairan adalah proses penggantian


cairan tubuh, saat pasien dalam kondisi kritis dan
kehilangan terlalu banyak cairan, baik dalam
bentuk air maupun darah. Proses resusitasi cairan
dilakukan dengan pemasangan cairan infus.
Teknik resusitasi cairan
1. Persiapan pasien

2. Persiapan alat

3. Posisi

4. Prosedur

5. Follow-up.
Persiapan pasien
“Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum resusitasi
cairan ----- > keparahan syok yang dialami”.

1. Anamnesis

Riwayat pembatasan konsumsi cairan

Riwayat kehilangan cairan (diare, muntah, pendarahan) dan


perkiraan jumlah dan isi cairan

Faktor komorbid, seperti kelainan ginjal, hati, jantung, serta


edema anasarka
Persiapan pasien
2. Pemeriksaan fisik :

a. Tanda Syok

✓ Tekanan darah diastolik < 100mmHg

✓ Denyut jantung > 90 kali per menit

✓ Capillary refill time > 2 detik

✓ Laju pernafasan > 20 kali per menit

✓ National Early Warning Score (NEWS) ≥ 5


Pemeriksaan fisik

b. Tanda Deplesi Intravaskular

✓ Membran mukosa kering

✓ Penurunan turgor kulit

✓ Hipotensi ortostatik dan peningkatan ortostatik denyut nadi

✓ Akral dingin

✓ Penurunan jugular venous pressure (JVP)

✓ Nadi cepat dan lemah


Pemeriksaan fisik

c. Tanda Overload Cairan

✓ Edema paru

✓ Peningkatan berat badan

✓ Membran mukosa lembab

✓ Edema perifer

✓ JVP meningkat
Persiapan Alat

✓ Kateter intravena ukuran terbesar : 14-gauge atau


16-gauge

✓ Cairan infus : kristaloid, koloid, komponen darah

✓ Peralatan tambahan pada pemasangan rute


intravaskuler secara vena seksi dan vena sentral
(minor set, CVC set)
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan yang ditujukan untuk menggantikan
volume intravaskuler.

Cairan kristaloid merupakan cairan isotonik ; NaCl 0,9%, RL

Komposisi Normal Saline : 154 mEq/L Na+ dan Cl-, dengan pH 5,7 dan
osmolalitas 308 mOm/L.

Komposisi RL : Ca++, K+, dan laktat.


Ringer Laktat lebih sering digunakan ada syok yang disebabkan oleh
pendarahan.

Ringer laktat dikontraindikasikan bila diberikan bersamaan dengan produk


komponen darah, karena dapat mencetuskan timbulnya bekuan darah
Cairan Koloid

Cairan koloid adalah cairan yang besar molekulnya tinggi, dimana


koloid sendiri didefinisikan sebagai suspensi partikel dengan
diameter 1 sampai 1000 nm yang bercampur dengan solven/
pelarut dan terpengaruh oleh gravitasi.

Secara umum, ada dua jenis, yaitu:

1. Koloid natural : albumin


2. Koloid sintetik : dextran, gelatin
Komponen Darah

Pemberian produk darah berupa packed red blood cells


(PRC) diberikan pada syok dengan kehilangan volume darah
lebih dari 30% atau syok hemoragik kelas III (moderate) dan
IV (severe).
JENIS

CAIRAN INTRAVENA UNTUK PENANGANAN SYOK

KETERANGAN
Kristaloid Ringer Laktat Lebih murah

Normal Saline Efek samping minimal

Waktu paruh pendek

Koloid Gelofusine Lebih mahal


Haemaccel
Dextran 70 Efek samping lebih banyak
Gelatin
Plasma/Albumin Waktu paruh 4 – 6 jam

Darah Whole blood

packed red blood cells (PRC)


Perkiraan kehilangan cairan dan darah
Posisi saat pemasangan

Dewasa
Pemasangan rute vena perifer dan vena femoralis ----- > supinasi

Pemasangan rute vena jugularis dan subclavia, ----- > reverse


trendelenburg dengan kepala menoleh ke arah kontralateral lokasi
pemasangan

Anak
Secara umum, posisi pasien anak tidak jauh berbeda dengan pasien
dewasa.
Prosedur
Prosedur resusitasi cairan terbagi berdasarkan jenis kondisi pasien :

1. Syok hemoragik
bolus 1 liter kristaloid
dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali jumlah perdarahan.

2. Syok kardiogenik
Pemberian fluid challenge, 100 – 250 ml normal saline.

3. Syok neurogenik
Cairan 1 – 2 liter kristaloid (2 jalur vena)
Resusitasi cairan diberikan hanya sebagai terapi suportif
Resusitasi diikuti dengan pemberian vasopresor
PROSEDUR

4. Syok Septik
Resusitasi cairan dalam jumlah banyak : 6 – 10 L kristaloid dan
2 – 4 L koloid pada 6 jam pertama untuk mencapai target
CVP 8 – 12 mmHg.

5. Syok Hipovolemik
Resusitasi cairan dengan 3:1 rule (3 mL kritaloid untuk tiap 1 mL
estimasi kehilangan darah)

6. Ketoasidosis Diabetik yang menyebabkan syok hipovolemik,


Resusitasi cairan dilakukan dengan pemberian normal saline
sebanyak 1 – 2 liter.
Resusitasi cairan pada ketoasidosis diabetik diikuti dengan
pemantauan pH darah dengan AGD, keton darah, kadar glukosa
dan natrium darah
PROSEDUR
7. Luka Bakar
Resusitasi cairan luka bakar dilakukan selama 24 jam pertama
onset luka bakar

rumus Parkland berdasarkan total body surface area (TBSA),


yaitu :
2 ml/kgBB/%TBSA pada pasien luka bakar dewasa,
3 ml/kgBB/%TBSA pada pasien luka bakar anak-anak,
4 ml/kgBB/%TBSA pada pasien sengatan listrik

American College of Surgeons 3 – 4 ml/kgBB/%TBSA

Australian and New Zealand Burn Association (ANZBA).


Pemberian cairan terbagi menjadi dua, yaitu 50% cairan
diberikan dalam 8 jam pertama onset luka bakar dan 50%
lainnya diberikan selama 16 jam berikutnya
MONITORING RESUSITASI CAIRAN

1. URINE PRODUKSI SETIAP JAM.


DEWASA: 0,5 CC/KG/JAM (30-50 CC/JAM)
ANAK : 1 CC/KG/JAM

2. OLIGO-URIA
BERHUBUNGAN DENGAN SYSTEMIK VASKULAR RESISTANCE DAN
REDUKSI CARDIAC OUTPUT)

3. HAEMOCHROMOGENURIA (RED PIGMENTED URINE)

4. BLOOD PRESSURE

5. HEART RATE

6. HEMATOCTRIT DAN HAEMOGLOBIN


Follow Up

Pemberian resusitasi cairan dapat diakhiri bila terdapat perbaikan


pada:

1. Kriteria klinik, seperti tekanan darah, nadi, volume urin, dan CVP

2. Oksigenasi sistemik yang ditandai oleh:

✓ Oxygen uptake (VO2) > 100 ml/menit/m2

✓ Arterial base deficit > 2 mEq/L

✓ Lactate serum < 2 mEq/L [1,7,13]


Formula Baxter/ Parkland

Ringer Laktat
4 ml/Kg BB/ % Luas Luka Bakar/ 24 Jam

Con : BB klien 50 Kg luas Luka bakar 40 %


4 x 50 x 40 % = 8000 cc/ 24 jam = 16 kolf.

8 jam I diberikan setengah dari cairan.


----→ Jadi diberikan 4000 cc = 8 kolf.
---→ 8 jam berikut masukkan sisanya.

Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.


Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua
Formula Evans

1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan


dalam 8 jam pertama.

Sisanya diberikan dalam 16 jamberikutnya.

Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.

Pada hari ketigadiberikan setengah jumlah cairan hari kedu


Formula Brooks

✓ 0,5 ml/Kg BB/% LB koloid (darah)

✓ 1,5 ml/Kg BB/% LB lar. Saline (elektrolit)

✓ 2000 ml glukosa.

✓ Pemantauan : Diuresis (ml/jam)


KOREKSI ELEKTROLIT
HIPONATREMIA

Definisi : keadaan kadar darah Na < 130 mEq/L


Kadar Na aman sekurangnya 125 mEq/L
Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau kadar Na < 120 mEq/L

Rumus : mEq Na = 125 – Na Serum x 0,6 x BB (kg)

Defisit Natrium = 0,6 x BB (kg) X (140 – Na serum)

Larutan NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L)


Koreksi diberikan dalam 4 jam.
Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1 mL/kgbb diharapkan dapat meningkatkan kadar
Natrium sekitar 1,6 mEq/L.
Larutan ini tidak untuk diberikan pada keadaan hiponatremia yang asimptomatik.
Kenaikan kadar natrium serum idealnya tidak melebihi 1 mEq/jam
NaCl 3% 1 mEq = 2 cc
KOREKSI ELEKTROLIT

HIPERKALEMIA

Definisi : kadar K darah > 5,5 mEq/L


EKG : gelombang T tinggi, interval PR memanjang, depresi segmen ST,
kompleks QRS melebar

Bila kadar K > 7 mEq/L : Ca Glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 mL/kgbb i.v.
dengan kecepatan 2 mL/menit

Kalitake ® mengandung Ca polystirene sulfonate, untuk hiperkalemia akibat


gagal ginjal akut dan kronis.

Dosis dewasa 15-30 g oral, daily, dilarutkan dalam 30-50 mL air, dosis
terbagi 2 - 3 kali sehari.

Dosis anak yaitu ½ dosis dewasa. Sediaan serbuk @ 5 gram


KOREKSI ELEKTROLIT

HIPOKALEMIA

Definisi : bila kadar K darah < 3,5 mEq/L


EKG : depresi segmen ST dan gel T, ditemukan gelombang U

Rumus Koreksi Kalium ; Kalium (Normal) – Kalium (Hasil) x BB : 3

Bila kadar K 2,5-3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 75
mg/kg/hari p.o. dibagi 3 dosis

Aspar-K ® mengandung K-L-aspartate, diminum setelah makan!, tablet salut


film 300 mg

KSR ® mengandung KCl, jangan digerus/dikunyah, film coated tab 600 mg

Renapar ® mengandung K-L aspartat 300 mg, Mg L-aspartat 100 mg, untuk
suplementasi K dan Mg pada penyakit jantung dan hati, untuk hipokalemia dan
hipomagnesemia akibat penggunaan diuretik jangka panjang
KOREKSI ELEKTROLIT

HIPOKALSEMIA

Definisi : kadar Ca di bawah 8,0 mg/dL atau ion Ca kurang dari 4,6
mg/dL

Penatalaksanaan akut :
Calsium chloride 10-20 mg/kg i.v.
Ca glukonate 50-100 mg/kg/dosis

Gunakan vena sentral


Jangan bersamaan dengan bikarbonat
Dapat menyebabkan bradikardia, hipotensi, dan aritmia
Untuk kasus kronik tambahkan kalsium dalam asupan enteral atau
parenteral
KESIMPULAN

1. Pemahaman tentang anatomi cairan tubuh yang terdiri atas CES dan
CIS dengan komposisi dengan komposisi elektrolit yang
berbeda.elektrolit yang berbeda.

2. Penambahan/pengurangan cairan dan elektrolit ditujukan untuk


mengembalikan volume cairan dan komposisi elektrolit ke batas yang
normal.

3. Pemilihannya didasarkan atas patofisiologi penyakit yang diderita

4. Keberhasilannya dilihat dari pengamatan hemodinamik dan komposisi


elektrolit penderita.
MONITORING HEMODINAMIK
KONSEP HEMODINAMIK

✓ Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi


jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998,
dalam Jevon dan Ewens 2009).

✓ Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik


melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva
(sirkulasi dalam paru paru).

✓ Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,


mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau
pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi
keseimbangan homeostatik tubuh.
KONSEP HEMODINAMIKA
✓ Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan
dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal.

✓ Namun, pada pasien-pasien kritis mekanisme kontrol tidak


melakukan fungsinya secara normal sehingga status
hemodinamik tidak akan stabil.

✓ Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat


penting dalam perawatan pasien-pasien kritis karena status
hemodinamik yang dapat berubah dengan sangat cepat.
FISIOLOGI JANTUNG

Heart Rate : Frekwensi jantung (N) 60 - 100 x/menit

Stroke Volume : tiap denyut dipompakan rata-rata 70 cc

Cardiac output = Stroke volume x Heart rate

Cardiac Index = Cardiac output


Body surface area (Luas Permukaan Tubuh)
Faktor yang mempengaruhi kerja
jantung

1. Preload
• Beban awal dimana otot jantung direnggangkan sebelum
ventrikel kiri berkontraksi

• Disebut juga ventrikel end diastolic volume

• Berhubungan dengan panjang otot jantung, regangan, dan


volume

• Semakin regang serabut otot jantung maka semakin kuat


kontraksinya (sampai fase tertentu)
Faktor yang mempengaruhi kerja jantung

2. Afterload

✓ Tekanan atau tahanan yg harus dilawan oleh ventrikel waktu


ejection

✓ Ditentukan oleh resistensi katup aorta, tek. Arterial sistemik &


viskositas

✓ SVR & tek. Arterial → Left vent. Afterload

✓ PVR & tek. Arteri P → Right vent. Afterload


Preload/Afterload in Heart
Faktor yang mempengaruhi kerja jantung

3. Kontraktilitas

✓ Kekuatan kontraksi ventrikel

✓ Bagaimana jantung memompa dengan baik

✓ No direct measure
Cardiac Output (curah jantung)

CO = HR X SV

SV = Preload, afterload, dan contractility


EJECTION FRACTION

✓ Prosentase volume darah yang diejeksikan


saat sistole

✓ Normal : 60% - 70%


Blood Pressure

X SVR

Penurunan kondisi Penurunan kondisi Penurunan kondisi


-- > Syok hipovolemik -- > Syok kardiogenik -- > Syok distributif
PRINSIP-PRINSIP

Tekanan = aliran x resistensi

✓ > aliran = semakin tinggi tekanan

✓ Semakin > resistensi = semakin tinggi tekanan

Tekanan darah = aliran (CO) x resistensi (ukuran lumen)

Sistem sirkulasi adalah suatu sirkuit yang kontinyu

Cairan mengalir dari daerah tekanan tinggi ke tekanan rendah

Heart pressures
PRESSURE IN HEART
Normal
Vessel

ALIRAN

TEKANAN
ALIRAN =
TAHANAN
VASOCONSTRICTION:
→ Angiotensin II, ADH, Adrenaline,
NorEphinephrine, Metaraminol

ALIRAN

TEKANAN
ALIRAN =
TAHANAN

ALIRAN

OBSTRUCTION: →
Trombus, sclerotic
TEKANAN VASODILATATION:
→Nitroglyserine,
ALIRAN = Nitroppruside,
TAHANAN milrinone, dobutamine
Cardiogenic Distributive
Shock Shock

Inotropes
Vasopressor

Release Pipe = Vascular Arterial pressure


tamponade,etc

Obstructive Cardiac Output x SVR


Shock

Volume =
Blood

Hypovolemic
Fluids Shock
Tujuan monitoring hemodinamik
invasif

1. Deteksi dini : identifikasi dan intervensi terhadap


klinis seperti : gagal jantung dan tamponade.

2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu


intervensi seperti obat-obatan dan
dukungan mekanik.

3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti


cardiac output dan index
INDIKASI MONITORING
HEMODINAMIK

1. Syok

2. Infark Miokard akut disertai :


- Gagal jantung
- Sakit dada berulang
- Hipotensi / Hipertensi

3. Edema paru

4. Gagal jantung kanan


INDIKASI MONITORING
HEMODINAMIK

5. Pasca operasi jantung

6. Penyakit katup jantung/ ruptur septum ventrikel

7. Temponade jantung

8. Gagal nafas akut

9. Hipertensi pulmonal

10. Sarana pemberian cairan dan obat


KOMPONEN MONITORING
HEMODINAMIK

✓ Transducer
Merubah peristiwa2 fisiologis kedalam sinyal2 elektrik (ekg,
tekanan, temperatur, cahaya)

✓ Amplifier
Menangkap sinyal elektrik dan mentransmisikan kelayar
monitor

✓ Monitor Display
Layar monitor (gambaran gelombang, nilai pressure)
KOMPONEN MONITORING
HEMODINAMIK

✓ Catheter tubing / flush system

Perawatan kateter
Heparinized solution (sesuai protokol)
Pressure bag
HEMODINAMIK
MONITORING
Arteri line

INVASIF CVP

PA Kateeter (Swan Ganz)

JVP

NON INVASIF Manua Blood Pressure

RR, HR, MAP, CRT, SaO2


PARAMETER MONITORING
HEMODINAMIK

Blood Pressure (BP)/TD

Sistolik, Diastolik, MAP

Central Venous Pressure (CVP)


Right and Left Heart Pressures
MONITORING TEKANAN
ARTERIAL

Arteri line
Monitoring tekanan arteri pulmonalis

PA catheter; “Swan Ganz”


Monitoring tekanan atrium kanan

RAP; CVP
ARTERI LINE

Pasang canulasi pada arteri,


Monitor blood pressure continue
terlihat pada layar monitor.
SWANZ GANZ (PA KATETER)

Dapat mengukur :

* Pulmonary Artery pressure

* Cardiac output

* Mixed vein Saturation

* Hemodynamic Profile
SWANZ GANZ (PA KATETER)

Dapat mengukur :

* Pulmonary Artery pressure

* Cardiac output

* Mixed vein Saturation

* Hemodynamic Profile
KOMPLIKASI

* Sama seperti komplikasi CVP

* Tertusuk myocard

* Valvular damage

* Pulmonary artery injury/rupture

* Pulmonary infark

* Kateter malposisi ke dalam ventricle kanan menyumbat


Arteri Pulmonal permanen.
MONITORING HEMODINAMIK NON INVASIF

Parameter menurut (Marik dan Baram 2007) :


1. Pernapasan

USIA FREKWENSI NAFAS NORMAL


Neonatus 30 - 60 x/menit
1 bulan - 1 tahun 30 - 60 x/menit
1 - 2 tahun 25 - 50 x/menit
3 - 4 tahun 20 - 30 x/menit
5 sampai 9 tahun 15 - 30 x/menit
> 10 tahun 15 - 30 x/menit
Dewasa 12 - 24 x/menit
MONITORING HEMODINAMIK NON
INVASIF

2. Saturasi oksigen (SaO2)


Pemantauan SaO2 menggunakan pulse oximetry untuk
mengetahui prosentase saturasi oksigen dari hemoglobin dalam
darah arteri. Nilai normal SaO2 adalah 95-100%

3. Capillary Refill Time (CRT)


CRT yang memanjang curiga tanda dehidrasi, hemodinamik
tidak stabil dll. Normal CRT < 2 detik

4. Tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan rata-rata selama


siklus jantung yang dipengaruhi oleh curah jantung dan
resistensi perifer. Perhitungan MAP memberikan informasi
terkait perfusi ke arteri koronari, organ tubuh dan kapiler.
5. Blood pressure
6. Frekwensi Jantung (HR)

DRUGS and
DEFIBRILATOR
ADRENALINE

Indikasi : Henti jantung

Dosis : 1 mg (IV flush NaCl 0,9 % 20 cc tangan


di elevasi 10-20 detik) diulang setiap
3 – 5 mnt
SULFATE ATROPINE (SA)

Indikasi :

1) Bradikardi tidak stabil


Dosis : 0,5 mg IV diulang 3 – 5 mnt , tidak melebihi dosis total
0,04 mg/dl (total 3 mg)

2) Henti jantung
Dosis : 0,5 mg IV diulang 3 – 5 mnt , tidak melebihi dosis total
0,04 mg/dl (total 3 mg)
AMIODARON
Indikasi :

Anti-aritmia yg mengancam jiwa


VF atau VT tanpa nadi yang tidak berespon dengan Shock, RJP dan
Vasopressor

VT berulang, hemodinamik tidak stabil

Dosis awal 300 mg IV dalam 20 cc NaCl 0,9%

Pemberian berikutnya 150 IV dalam 20 cc NaCl 0,9%.

Diulang tiap 3-5 menit



DEFIBRILATOR
FUNGSI DEFIBRILATOR

1. Pemantauan gambaran irama jantung.

2. Defibrilasi

3. Kardioversi

4. Pacu jantung transkutan (TCP)


Pemantauan irama jantung

✓ Untuk memantau gambaran irama jantung dapat


menggunakan paddle atau menggunakan elektroda.

✓ Syarat pemantauan, dinding dada harus terbuka/letak


elektroda tidak mengganggu tempat untuk meletak paddle
jika terapi listrik diperlukan.

✓ Gelombang-gelombang EKG harus jelas sehingga mudah


dibedakan antara gelombang P, QRS, dan T. Umumnya lead II
memberikan gambaran irama jantung yang lebih jelas.
KLASIFIKASI DEFIBRILATOR
BERDASARKAN TIPE BENTUk GELOMBANG

1. Defibrilator Monofasik

✓ Merupakan generasi pertama

✓ Defibrilator gelombang monofasik menghantarkan energi dengan satu


kutub.

✓ Gelombang monofasik sinusoidal kembali ke energi nol secara


bertahap atau mendadak.
DEFIBRILASI

✓ Defibrilasi merupakan suatu proses pemberian sejumlah arus listrik


untuk kejut jantung melalui alat defibrilator yang diharapkan dapat
mengembalikan irma jantung menjadi normal.

✓ Poses penghantaran listrik melalui dinding dada menuju jantung untuk


memadamkan aliran-aliran listrik ‘liar” sel-sel miokard

✓ Defibrilasi dilakukan pada kondisi henti jantung yang disebabkan VT, VF,
atau VT polimorfik (Torsades de pointes).

✓ Angka kematian akan meningkat 7 -10 % untuk setiap menit yang


terlewati pada pasien henti jantung tanpa dilakukan resusitasi.
INDIKASI DEFIBRILASI
Ritme jantung yang shockable yaitu :

✓ VT tanpa nadi (pulseless VT)

✓ VF (Ventrikel Fibrilasi)
ENERGI KEJUT DEFIBRILASI

Dewasa

Defibrilator Monofasik : 200 – 360 joule

Defibrilator Bifasik : 150 – 200 Joule

Anak usia 1 – 8 tahun

Defibrilator Monofasik : 2 – 4 Joule/Kg BB

Defibrilator Bifasik : 2 - 4 Joule/Kg BB


KONTRAINDIKASI DEFIBRILASI

Kontraindikasi defibrilasi adalah ritme jantung


Yang non-shockable yaitu:

✓ Asistol

✓ Aktivitas elektrik tanpa nadi (pulseless electrical


activity / PEA)

✓ Ritme jantung normal/sinus, SVT stabil


KOMPLIKASI DEFIBRILASI

✓ Adanya ritmia ringan seperti atrial, ventrikular,


dan junctional premature beats

✓ Komplikasi yang tergolong berat termasuk fibrilasi


ventrikel yang disebabkan oleh jumlah
energi yang tinggi dan toksisitas digitalis.
Persiapan Alat

1. Defibrilator

2. Jeli

3. Electrode pads

4. Troli emergensi.
Prosedur Defibrilasi
1. Hidupkan defibrilasi

2. Pilih energi yang diperlukan

3. Pilih paddles (atau lead I, II, III) melalui tombol lead select

4. Oleskan jeli pada paddle

5. Letakan paddle pada apeks dan sternum sesuai petunjuk pada


paddle

.
PROSEDUR DEFIBRILASI

6. Nilai kembali irama pada monitor apakah masih VF/VT tanpa nadi

7. Tekan tombol pengisi energi (charge) pada paddle apeks atau pada unit
defibrilator

8. Setelah energi yang diharapkan tercapai, berikan aba-aba dengan suara


yangjelas agar tidak ada orang lain yang masih menyentuh pasien,
tempat tidurmaupun peralatan lain.

9. Beri tekanan kurang lebih 10-12 kg pada kedua paddle

10. Nilai kembali irama pada monitor, apabila tetap VF/VT tanpa nadi
tekan tombol discharge pada kedua padlle
KARDIOVERSI

✓ Kardioversi adalah suatu tindakan pengobatan menggunakan


aliran listrik secara sinkron atau bisa disebut dengan DC Shock
sinkron.

✓ Modul yang dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul


ini energi akan dikeluarkan (diberikan ) beberapa milidetik
setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS.

✓ Pada kardioversi, aliran listrik diberikan ke miokardium saat


puncak gelombang R
Kenapa puncak gelombang
R?

✓ Aliran listrik yang diberikan pada puncak gelombang


R akan menyebabkan terjadinya depolarisasi seluruh
miokardium, sehingga masa refrakter memanjang,
sehingga dapat menghambat dan menghentikan
terjadinya re-entry, dan memungkinkan SA Node
mengambil alih irama jantung menjadi irama sinus.
INDIKASI KARDIOVERSI

1. Supraventrikel Tachycardi (SVT)

2. Atrial Fluter
INDIKASI KARDIOVERSI

3. Atrial Fibrilasi

4. Ventrikel Tachycardia (VT) nadi teraba


ENERGI KEJUT KARDIOVERSI
Takikardi supraventrikel : 100, 200, 300, dan 360 Joule

VT nadi teraba

. Energi yang diperlukan 100,200.300 dan 360 Joule.(beberapa penelitian


melakukan kardioversi berhasil dengan energi awal 50 Joulepada
SVT dan Flutter atrial). Peralatan yang diperlukan untuk
tindakankardioversi meliputi
PERSIAPAN ALAT KARDIOVERSI

1. Defibrilator yang mempunyai modul sinkron

2. Jeli,

3. Elektroda EKG

4. Obat-obat sedasi/analgesi

5. Troli emergensi
PROSEDUR KARDIOVERSI
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan prosedur
tindakan defibrilasi, hanya yang membedakannya
dalam hal :

1. Siapkan alat-alat resusitasi

2. Bila pasien masih sadar berikan sedasi dengan


atau tanpa analgesi

3. Pilih modul sinkron


PROSEDUR KARDIOVERSI

4. Pilih energi awal 50 joule untuk takikardi SVT


atau 100 joule untuk takikardi ventrikel dan meningkat
sesuai dengan respon pasien sampai maksimal 360 joule.
(monofasik)

5. Paddle tidak boleh segera diangkat setelah


melepaskan muatan agar modulsinkronisasi tidak
terganggu
PACU JANTUNG TRANSKUTAN (TCP)

✓ Pacu jantung transkutan biasa disebut juga dengan External


Pacing/Non InvasivePacing/Transchest Pacing/External
Transthoracal Pacing.

✓ Alat ini bersifat sementara sampai Pacu jantung transvenous


tersedia atau penyebab bradikardi teratasi.

✓ Peralatan yang diperlukan untuk tindakan ini yaitu defibrilator


yangmempunyai modul untuk pacu jantung transkutan,
adhesive pads, obatsedasi/analgesi.
INDIKASI TCP
✓ Pasien dengan bradikardi yang tidak respon
dengan obat-obatan

✓ Tidak direkomendasikan pada pasien asistol.

✓ Jika tidak berefek dengan TCP, maka dianjurkan


pemasangan Transvenous Pacing.
Posisi Pemasangan Pad Elektroda
TCP

1. Posisi Anterior-Posterior

2. Posisi Apex-Sternum
Permanent Pace Maker (PPM)
Prosedur TCP

1. Elektroda atau adhesive pads ditempel pada dinding dada pada posisi
standaratau postero anterior.

2. Tentukan modul pacu jantung yang akan dipakai : demand atau fixed
rate

3. Tentukan rate atau frekuensi yang dibutuhkan

4. Tentukan output yang diperlukan (30-200 mV)

5. Berikan analgesi/sedasi

6. Tekan tombol start


AED (Automatic Exsternal
Defibilatotr)

✓ AED adalah defibrilator yang menggunakan sistem komputer


yang dapat menganalisairama jantung, mengisi tingkat energi
defibrilasi yang sesuai dan dapat memberikan petunjuk pada
penolong dengan menggunakan perintah perintah secara lisan
untuk mengarahkan tindakan.

✓ AED dapat memberikan petunjuk visual yang baik untuk


peletakan elektroda, elektroda itu sendiri diberi kode dengan
warna warna dan gambar ilustrasi cara pemasangannya.
AED (Automatic Exsternal
Defibilatotr)

✓ Petunjuk visual yang timbul berupa cahaya lampu


merah, kuning atau berkedip, lisan (suara yang
dikeluarkan AED), dan instruksi tertulis dari AED
untuk menganalisa irama dan kemudian
memberikan energi kepada pasien.

✓ Jika defibrilasi tidak berhasil, lanjutkan survei ABCD


sekunder (algoritme VF/VT tanpa nadi) jika alat,
obat-obatan dan tenaga tersedia.
AED Placement of Pads

Anda mungkin juga menyukai