Anda di halaman 1dari 40

2.

REGULASI PELAYANAN
ANCAMAN GLOBAL RESISTENSI
▪ Perkiraan kematian akibat AMR saat ini sebesar 700.000/ thn
▪ Tahun 2050- → ada 10 juta kematian/tahun karena AMR (Anti DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA
microbial Resistance)
▪ Angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan akibat kanker
 Mengancam upaya pencegahan dan pengobatan efektif untuk
* Deaths attributable to AMR every year
berbagai infeksi yang terus meningkat, yang disebabkan oleh bakteri,
Compared to other major couses of death parasit, virus dan jamur

▪ Secara global 480,000 orang mengalami MDR TB/tahun


▪ Mempersulit pemberantasan infeksi HIV dan malaria

 Mutu pelayanan kesehatan menurun, karena lama perawatan


memanjang, resiko kematian tinggi
 Mengancam upaya pengobatan modern (seperti operasi open heart,
transplantasi organ)
 Meningkatkan beban ekonomi, karena perpanjangan lama rawat inap,
penggunaan antimikroba yang lebih mahal dan lebih lama

ANCAMAN KESELAMATAN PASIEN


PERUBAHAN PARADIGMA KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien Keselamatan pasien Keselamatan pasien


di RS di pelayanan primer di komunitas/publik
ATURAN YANG BERKAITAN TERHADAP APOTEK

- Permenkes Nomor 9/2017 tentang


apotek
SARANA - Pemenkes Nomor 26/2018 tentang
pelayanan perizinan terintegrasi
secara elektronik bidang kesehatan

- Permenkes Nomor 74/2016 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
- Pemenkes Nomor 31/2016 tentang SDM
perubahan terhadap Permenkes
Nomor 889/2011 tentang izin praktik
dan izin kerja tenaga kefarmasian
APOTEKER DALAM PELAYANAN KESEHATAN
• Apoteker adalah tenaga kesehatan yang
yang ahli dibidang kefarmasian

• Apoteker berkolaborasi dengan pasien,


dokter dan tenaga kesehatan lainnya

• Apoteker mengoptimalkan manajemen


pengobatan dalam rangka meningkatkan
outcome kesehatan yang positif

• Apoteker adalah anggota tim kesehatan


yang bertanggung jawab terhadap outc
ome terapi obat
REALITA….
Badan POM menemukan pelanggaran sebesar 84,16% yang sebagian
besar pelanggaran diantaranya adalah menyalurkan obat keras ke
pelayanan ilegal, obat kadaluwarsa dan menjual obat keras tanpa
resep dokter.

(Orasi ilmiah Pengukuhan Profesor Riset Dr.Drs.Sudibyo Soepardi, Apt.M.Kes )


REALITA….
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase Apoteker di Apotek
bekerja paruh waktu (kurang dari 40 jam per minggu) rerata kehadiran
di Apotek 2 kali perminggu, namun juga tanpa Apoteker pendamping.

(Orasi ilmiah Pengukuhan Profesor Riset Dr.Drs.Sudibyo Soepardi, Apt.M.Kes )


REALITA….
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 6,2% masyarakat yang
menerima informasi obat dari Apoteker di Apotek

(Orasi ilmiah Pengukuhan Profesor Riset Dr.Drs.Sudibyo Soepardi, Apt.M.Kes )


REALITA….
Obat Wajib Apotek adalah privilege bagi Apoteker untuk menyerahkan
obat keras tanpa resep dokter, tetapi realitanya menjadi privilege bagi
Apotek (tanpa-er)”

(Faiq Bahfen, Pakar Hukum Kesehatan)


REALITA….
REALITA….
PELAYANAN KEFARMASIAN
Meningkatnya
patient outcome
KRITERIA PELAYANAN
KEFARMASIAN:
PP No. 51/2009 tentang - Merupakan pelayanan Meningkatnya mutu
Pekerjaan Kefarmasian langsung pelayanan kesehatan
- Bertanggung jawab
kepada pasien Outcome
- Berkaitan dengan Menekan biaya
sediaan farmasi kesehatan
- Untuk mencapai hasil
yang pasti Meningkatkan
- Bertujuan meningkatkan kepercayaan
masyarakat
mutu kehidupan pasien
CAKUPAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
PERMENKES NOMOR 73 TAHUN 2016

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI PELAYANAN FARMASI KLINIK

Perencanaan
Pengkajian
Pelayanan
Pengadaan dan pelayanan Dispensing
resep Informasi Obat
Penerimaan
Penyimpaan Pelayanan
Konseling PTO dan
Kefarmasian di
Pengendalian MESO
rumah
Pencatatan dan Pelaporan

Sumber daya manusia, sarana dan prasarana

Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian


ATURAN TERKAIT SARANA
Peraturan Pemerintah Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

• Integrasi perizinan berusaha


• Percepatan penerbitan izin
• Penyederhanaan Persyaratan
• Izin diberikan melalui Lembaga
Online Single Submission (OSS)
menggunakan sistem OSS
• Izin dapat langsung terbit, tetapi
persyaratan perizinan menjadi
komitmen yang harus dipenuhi
Perizinan Melalui OSS yang Terkait Pelayanan Kefarmasian

APOTEK

TOKO OBAT
Permenkes Nomor 26
Tahun 2018
PSEF
(Penyelenggara Sistem
Elektronik Farmasi)
Permasalahan dalam Perizinan OSS Apotek

• Banyak Pemerintah Kab/Kota belum menggunakan OSS.


• PTSP belum terintegrasi OSS.
• Dokumen yang di upload melalui sistem OSS tidak bisa dilihat keabsahannya.
• Masih ada pemohon yang belum bisa menginput data ke sistem OSS.
• Dinkes tidak memperoleh tembusan siapa saja yang mendapatkan izin
dari sistem OSS.
• Belum siap dengan pemahaman operator maupun kelengkapan sistem
• Kurangnya sosialisasi kepada kepala dinas dan otorisasi perizinan
(tidak berkenan menandai izin)
Permasalahan dalam Perizinan OSS Apotek

• NIB atas nama apoteker, merepotkan jika apoteker ganti


• Kurangnya penjelasan tentang komitmen pada izin usaha dan izin operasional
• Belum ada ketentuan tentang pergantian apoteker, pengunduran diri apoteker,
perpanjangan izin
• PTSP tidak melibatkan dinkes dalam memberikan izin operasional/komersial
• Izin dari OSS tidak bisa untuk order obat
• Dinkes mengharapkan bisa mendapatkan akses pada izin OSS
Upaya Mengatasi Permasalahan

Surat Edaran Kemenko Perekonomian

Penyempurnaan Konsep Perizinan Apotek

Pengembangan Aplikasi SIMONA

Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tentang Apotek

Penguatan Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan


Surat Edaran Kemenko Perekonomian
No. S.30/SES.M.EKON/01/2019
Tentang
Perubahan Nomenklatur Jenis Izin
Pada Sistem OSS

menjadi
Izin Operasional
Izin Apotek

menjadi
Izin Operasional
Izin Toko Obat
Perizinan Apotek
Sistem OSS
IZIN OPERASI- MELAKUKAN
NIB IZIN USAHA ONAL USAHA

Pemohon/
Pelaku usaha Persyaratan
Komitmen: Komitmen:
- ...........
- ........... - .............. - SURAT IZIN
- ........... - .............. APOTEK
- ..............

• KTP
• STRA Visitasi oleh
• SIPA Dinkes Kab/Kota
• DENAH LOKASI
• DAFTAR SARANA
PRASARANA Pemerintah Daerah
Apoteker Kab/kota REKOMENDASI
SIMONA
(Sistem Perizinan, Monitoring dan Pembinaan Apotek)

Belum tersedia data monev di apotek Tersedianya profil apotek yg informatif,


yang lengkap dan real-time lengkap dan real-time
Penyampaian data monev dan Penyampaian data monev dan
pembinaan secara manual pembinaan secara tersistem
Pemanfaatan data apotek untuk
Optimalisasi pemanfaatan data apotek
pembinaan dan pengawasan belum
untuk pembinaan dan pengawasan
optimal
Belum ada keterlibatan Apotek dalam Pemberdayaan apotek dalam
penyampaian data penyampaian data pemanfaatan

SIMONA
Tranformasi
Perizinan apotek

Monev apotek

SIMONA Data apotek yang dapat diakses


kab/kota, prov dan pusat
Revisi Permenkes No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek

1. Revisi Permenkes Apotek terkait:


• Perizinan
 Pemohon izin apotek: sesuai PMK 9/2017
 Pengajuan perizinan baru
 Pengajuan perpanjangan izin – form verifikasi berbeda
 Pencabutan izin (atas kehendak sendiri dan atas pemberian
sanksi)
 Pengalihan izin (penggantian apoteker)
• Pelaporan pelaksanaan pelayanan kefarmasian
• Penyempurnaan penyelenggaraan (termasuk e-farmasi)
• Pembinaan dan pengawasan

2. Revisi Permenkes 9/2017 tentang Apotek akan mencabut


Permenkes 26/2018 terkait izin Apotek
3. Hal yang sama juga dilakukan pada Permenkes tentang Toko Obat
Penguatan Pelaksanaan Pembinaan dan
Pengawasan
1. Panduan Pembinaan
2. Panduan pemberian sanksi: SP,
PSK, Pencabutan Izin Apotek
3. Penyempurnaan form Monev
4. Clustering apotek untuk
prioritas pembinaan
ATURAN TERKAIT SDM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 31 TAHUN 2016
Bahwa Peraturan Menteri
LATAR BELAKANG
Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang
Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian perlu
disesuaikan dengan perkembangan Kebutuhan hukum dan
dan kebutuhan hukum perkembangan yang ada,
khususnya dengan diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan,
yang mensyaratkan semua tenaga
kesehatan yang melakukan praktik
wajib memiliki surat izin praktik
PERUBAHAN PADA PMK 31/2016

Nomenklatur yang berbunyi SURAT IZIN KERJA dalam


1 PMK No. 889/2011, harus dibaca dan dimaknai sebagai
SURAT IZIN PRAKTIK

Mengubah Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19


2 PMK No. 889/2011
SURAT IZIN PRAKTIK
 Setiap Tenaga Kefarmasian yang akan menjalankan
pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai
tempat Tenaga Kefarmasian bekerja.

Surat Izin bagi Tenaga Kefarmasian


SIPA bagi Apoteker

SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian


• SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk
1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
• Dikecualikan dari ketentuan tersebut, SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga)
tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.
• Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, maka Apoteker
yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas
pelayanan kefarmasian lain.
• SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
kefarmasian.
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat memberikan
pelayanan kefarmasian sepanjang Apoteker berada di tempat dan
memberikan pelayanan langsung kepada pasien.
LINGKUP PEKERJAAN
FASILITAS FASILITAS
PRODUKSI DAN PELAYANAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN

• Sarana Produksi • Rumah Sakit


• Sarana Distribusi • Puskesmas
• Apotek
• Klinik

SIPA diberikan SIPA diberikan


Paling banyak untuk Paling banyak untuk
1 tempat 3 tempat
Apoteker hanya boleh memiliki 1 Surat Izin Apotek
(SIA), dan boleh memiliki 2 SIPA lainnya di fasilitas
pelayanan kefarmasian lain

SIPA + SIA

APOTEKER SIPA Waktu pelayanan


yang berbeda
SIPA
PENERBITAN SIPA DAN SIPTTK

PEMERINTAH KAB/KOTA Menerbitkan SIPA dan SIPTTK

Pemerintah Kab/Kota
dapat berbentuk:
rekomendasi
• Dinas Kesehatan,
• Badan Perizinan
Terpadu Pejabat Kesehatan
• Lembaga lain yang di yang berwenang
tetapkan oleh Bupati/
Wako
Bagaimana jika seorang Apoteker
yang juga sebagai PJ Farmasi di
Puskesmas atau sebagai Kepala
IFRS untuk menjadi Apoteker di
Apotek??
Pustaka :

- ANDRIE FITRIANSYAH, Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek,


DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN, Kemenkes Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai