Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan


rasa syukur atas kehadirat-Nya,sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah kami kerjakan semaksimal mungkin secara
bersama dan tentunya dengan di bantu oleh media-media
lain.Meskipun begitu,apabila dari makalah ini terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi
lainnya,kami membuka dengan lapang dada kesempatan untuk
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga makalah ini dapat di manfaatkaan semaksimal
mungkin,kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

TEMBILAHAN, 18 APRIL 2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas
merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Proses pendidikan
melibatkan berbagai unsur penting, termasuk peran dari
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan adalah wadah
untuk mencetak ahli ilmu pengetahuan di berbagai bidang.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sidiknas)
mengakui hak setiap warga negara untuk mendapatkan
pendidikan. Pemerintah memiliki peran penting dalam
memastikan kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan untuk
pembangunan bangsa dan negara.
Orientasi adalah suatu kegiatan yang dimaksud untuk
memperkenalkan pegawai atau karyawan baru pada perusahaan
(tugas-tugas), kelompok kerja, dan juga atasan baru Ketika
orientasi diharapkan akan terjadi proses sosialisasi, sehingga
individu (pegawai) bisa menyesuaikan diri (kepribadiannya)
terhadap kultur serta nilai-nilai yang berlaku didalam organisasi.
Training atau proses pelatihan adalah suatu proses mengaja
kepada karyawan untuk mendapatkan kemampuan dasar (basic
skill) yang diperlukan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan
mereka.
Tidak semua kemampuan (skill) yang diperlukan oleh dunia
kerja bisa didapatkan dari sekolah yang formal, hal ini
dikarenakan kemampuan (skill) yang diperlukan tersebut lebih
spesifikasi dan focus dengan apa yang akan ditugaskan, setiap
perusahaan juga memiliki budaya-budaya perusahaan yang
harus diketahui oleh semua karyawan- karyawannya, budaya-
budaya perusahaan tersebut berbeda-beda antara sekolah dengan
perusahaan ataupun antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Oleh karena itu, diperlukannya training yang dapat
memenuhi kebutuhan dan standar dimana karyawan tersebut
bekerja serta mencocokkan pribadi karyawan terhadap budaya
pada perusahaan yang bersangkutan.
Departemen Sumber Daya Manusia bertanggung jawab terhadap
aktivitas perusahaan yang bervariasi dengan melaksanakan
fungsi-fungsinya. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
salah satu fungsi dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang
fokus pada kegiatan rekrutmen, pengelolaan dan pengarahan
untuk orang-orang yang bekerja dalam perusahaan tersebut.
Sistem orientasi tersebut sangat dibutuhkan sebagai wahana
pembinaan ketenagakerjaan yang mampu beroperasi secara
efektif dan menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai

B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana Pengertian hakikat fungsi orientasi dan
penempatan ?
2.Apakah Alasan Pelaksanaan Orientasi?
3.Apakah Penempatan Pegawai?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian dari hakikat fungsi Orientasi dan
penempatan.
2.Untuk mengetahui Alasan pelaksanaan Orientasi
3.Untuk mengetahui maksud dari penempatan pegawai

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ORIENTASI
Orientasi adalah upaya pelatihan dan pengembangan awal bagi
para karyawan baru yang memberikan mereka informasi
mengenai perusahaan,jabatan,dan kelompok kerja. sedangkan
Menurut Goldhrope ( 1968 ) Orientasi adalah sebuah pekerjaan
terhadap seorang individu,berdasarkan harapannya yang di
wujudkan dalam pekerjaanya.sedangkan menurut Merly Louis (
1980 ), Orientasi berarti penyediaan informasi dasar berkenaan
dengan perusahaan bagi pegawai baru,yaitu Informasi yang
mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara
memuaskan.informasi dasar ini mencakup fakta-fakta seperti
jam kerja, cara memperoleh kartu pengenal, cara membayar gaji
danorang yang akan bekerja sama dengannya. Orientasi pada
dasarnya merupakan salah satu komponen proses sosialisasi
pegawai baru, yaitu proses penanam sikap, standar nilai, dan
pola perilaku yang berlaku dalam perusahaan kepada pegawai
baru.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa kegiatan orientasi
menempatkan calon karyawan yang pembekalan kepada seorang
karyawan baru dengan menyediakan informasi dasar mengenai
segala sesuatuyang berkaitan dengan tempatnya bekerja supaya
dapat memehami pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan maksimal. Ada juga yang berpendapat orientasi
adalah suatu proses pemberian pemahaman kepada peserta,
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan latihan yang
sedang diadakan. Program orientasi sering juga disebut dengan
induksi, yakni memperkenalkan para pegawai dengan peranan
atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan pegawai
lain. Orientasi dilaksanakan karena semua tenaga kependidikan
baru membutuhkan waktu untuk dapat menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.
Orientasi merupakan upaya memperkenalkan seorang tenaga
kependidikan yang baru terhadap situasi dan kondisi pekerjaan
atau jabatannya. Tujuan agar seorang itu secepatnya dapat
menyesuaikan diri terhadap orang-orang (tenaga kependidikan
lainnya) dan atau para peserta didik, falsafah, maksud-maksud
dan tujuan-tujuan yang mendasari pelaksanaan pekerjaan,
kebiasaan-kebiasaan, usaha-usaha pembaharuan yang
berlangsung, dan kesempatan-kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang dalam profesi atau karir di masa yang akan datang.
Berikut pengertian orientasi menurut beberapa ahli:
1Marihot Tua Efendi Hariandja (2002) mendefinisikan orientasi
dengan suatu program untuk memperkenalkan pegawai baru
pada peran-peran mereka, organisasi, kebijaksanaan-
kebijaksanaan, nilai-nilai, keyakinan keyakinan dan pada rekan
kerja mereka. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh departemen
sumber daya manusia dan atasan langsung dari pegawai tersebut
untuk mensosialisasikan nilai-nilai organisasi pada pegawai
baru.
2. Gary Dessler (2015) menyebut orientasi dengan memberikan
informasi mengenai latar belakang kepada karyawan baru yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan secara memuaskan,
seperti informasi perusahaan. Program ini bisa dimulai dari
perkenalan singkat secara informal atau dengan kursus formal
yang panjang.
3. Susilo Martoyo (2000), Orientasi adalah memperkenalkan
para karyawan baru dengan peranan atau kedudukan mereka,
dengan organisasi dan dengan para karyawan lain.
4. Ingham (1970):the concept formed the basis for the
harmonious view of industrial relations in the small firm as
orientation to work was said to cause individual self- selection to
the small firm sector. Yang kurang lebih memiliki arti: sikap dan
tingkah laku karyawan, merupakan suatu konsep yang dapat
menciptakan harmoni dalam bekerja dan sehingga dapat
menyebabkan peningkatan kinerja karyawan secara individu
dalam sebuah perusahaan.
5. Goldthorpe (1968) :orientation to work adalah arti sebuah
pekerjaan terhadap seorang individu, berdasarkan harapannya
yang diwujudkan dalam pekerjaannya.
6. Mondy (2008) Orientasi adalah upaya pelatihan dan
pengembangan awal bagi para karyawan baru yang memberikan
mereka informasi mengenai perusahaan, jabatan, dan kelompok
kerja.
B. TUJUAN ORIENTASI

1. Menyiapkan mental bagi karyawan baru dalam menghadapi


peralihan suasana dari lingkungan pendidikan ke dunia kerja
yang nyata.
2. Menghilangkan hambatan psikologis dalam memasuki
kelompok yang baru.
3. Mengenal secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru.

Tujuan orientasi menurut Moekijat (1991:94) adalah sebagai


berikut :
1. Memperkenalkan pegawai baru dengan perusahaan.
2. Menghindarkan adanya kekacauan yang mungkin disebabkan
oleh seorang pekerja baru ketika diserahi pekerjaan baru.
3. Memberi kesempatan pada pegawai untuk menanyakan
masalah tentang pekerjaan mereka yang baru.
4. Menghemat waktu dan tenaga pegawai dengan
memberitahukan kepada mereka ke mana harus meminta
keterangan atau bantuan dalam menyelesaikan masalah yang
mungkin timbul.
5. Menerangkan peraturan dan ketentuan perusahaan sedemikian
rupa sehingga pegawai baru dapat menghindarkan rintangan
atau tindakan hukuman yang akan terjadi karena pelanggaran
peraturan yang tidak mereka ketahui.
6. Memberikan pengertian kepada pegawai baru bahwa mereka
adalah bagian yang penting di dalam sebuah organisasi.

Sedangkan menurut Deden (2012), orientasi yang efektif akan


mencapai beberapa tujuan utama yaitu:
1. Membentuk kesan yang menguntungkan pada karyawan dari
organisasi dan pekerjaan
2. Menyampikan informasi mengenai organisasi dan pekerjaan
3. Meningkatkan penerimaan antarpribadi oleh rekan-rekan
kerja
4. Mempercepat sosialisasi dan integrasi karyawan baru kedalam
organisasi
5. Memastikan bawa kenerja dan produktivitas karyawan
dimulai lebih cepat
6. Usaha-usaha orientasi mengenai organisasi dan pekerjaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
dilakukannya orientasi adalah untuk memberikan informasi yang
seluas-luasnya kepada karyawan sehingga karyawan baru bisa
segera beradaptasi dengan tempat kerjanya, diterima oleh rekan
kerjanya dan dapat segera memulai kinerja dan produktifitasnya.
C. Manfaat Orientasi
Manfaat orientasi menurut Werther & Davis (1996) adalah
sebagai berikut:
1. Mengurangi kecemasan karyawan
2. Karyawan baru bisa mempelajari tugasnya dengan lebih baik
3. Karyawan memiliki ekspektasi yang lebih realistis mengenai
pekerjaanya
4. Mencegah pengaruh buruk dari rekan kerja atau atasan yang
kurang mendukung
5. Karyawan baru menjadi lebih mandiri
6. Karyawan baru menjadi lebih baik
7. Mengurangi kecenderungan karyawan baru untuk
mengundurkan diri dari pekerjaan.
D. Jenis-Jenis Orientasi
Menurut Goldthorpe (1968) ada 3 jenis orientasi kerja karyawan
dalam bekerja yaitu:
1. Instrumentally
Goldthorpe (1968) menjelaskan bahwa pada jenis pendekatan ini
setiap karyawan memandang pekerjaan sebagai suatu tujuan
akhir. Dimana karyawan- karyawan tersebut bekerja berdasarkan
satu alasan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain itu juga dalam orientasi ini, ada juga karyawan yang
memilih untuk bekerja dengan alasan untuk menunjang gaya
hidup mereka secara spesifik. Gaya hidup yang dimaksud adalah
kondisi- kondisi yang dialami atau dijalani oleh masing-masing
karyawan. Instrumentally dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a.Short-term instrumentally orientation


Jenis orientasi kerja ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan
karyawan-karyawan untuk mendukung dan menambah
pendapatan utama dengan cara bekerja di tempat lain, dan
menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sekunder. Karyawan
pada jenis orientasi ini menganggap pekerjaan ini hanya bersifat
sementara saja.
b. Long-term instrumentally orientation
Long-term instrumentally orientation adalah upaya dari
karyawan- karyawan untuk menjadikan sebuah pekerjaan
sebagai pekerjaan primer. Long-terminstrumentally orientation
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Part-time employee (karyawan paruh waktu): Untuk jenis
karyawan paruh waktu, alasan memilih untuk menjalani
pekerjaan dengan cara ini biasanya berhubungan dengan
keterbatasan waktu yang mereka miliki. Biasanya karyawan
jenis ini adalah dari golongan pelajar atau mahasiswa yang harus
membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk belajar, selain
itu juga dari golongan wanita yang memiliki anak-anak yang
masih berusia dibawah lima tahun. Full-time employee
(karyawan tetap): Jenis karyawan ini merupakan jenis karyawan
yang secara konsisten meluangkan secara penuh waktu yang
dimiliki untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menjadi
karyawan tetap, dan tidak membagi waktu bekerja yang dimiliki
untuk bekerja di tempat lain.
2. Solidaristic
Dimana pada pendekatan orientasi kerja jenis ini, Goldthorpe
(1968) menjelaskan bahwa setiap karyawan memandang sebuah
pekerjaan bukan secara simple sebagai tujuan akhir saja,
melainkan segi yang dikedepankan adalah hubungan dan
aktivitas sosial yang bisa didapat, dan ini dipandang sebagai
bentuk emotionally rewarding. Karyawan yang memilih
orientasi kerja jenis ini dalam memilih tempat bekerja, lebih
memperhatikan suasana bekerja berdasarkan hubungan sosial
yang kuat. Hubungan sosial disini yang dimaksudkan adalah
komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara individu baik itu
antara sesama karyawan dalam satu departemen maupun antar
departemen. Menurut Lucas (1995) dan Kitching (1997)
dikatakan bahwa bagi karyawan HI, adalah sisi sosial dari
sebuah pekerjaan yang membuat para karyawan tersebut tetap
merasa betah pada pekerjaan mereka dan juga membuat para
karyawan tersebut untuk tetap mengoptimalkan diri dalam
bekerja. Selain itu, hubungan sosial yang kuat yang karyawan
jenis ini inginkan bukan hanya sebatas di lingkungan kerja,
melainkan hubungan sosial ini harus juga dapat diteruskan di
kehidupan diluar pekerjaan. Misalnya dengan pergi makan,
jalan- jalan, kegiatan lain dan bahkan saling berkunjung ke
tempat tinggal masing- masing karyawan.
3. Bureaucratic
Menurut Goldthorpe (1968) dijelaskan bahwa yang membuat
seorang karyawan memilih pekerjaan dan mengoptimalkan diri
pada pekerjaan yang dipilihnya itu adalah hal-hal yang
disediakan oleh perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja.
Hal-hal tersebut dapat berupa fasilitas-fasilitas yang diberikan
seperti sarana transportasi, ruangan kerja yang nyaman untuk
bekerja, sampai keperalatan- peralatan kerja yangcanggih,
modern dan mendukung, penghargaan atas prestasi kerja, besar
kecilnya gaji dan tunjangan-tunjangan yang ditawarkan,
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan,bimbingan
dari perusahaan yang diberikan melalui atasan dan yang tidak
kalah pentingnya adalah jenjang karir yang jelas. Meskipun
suasana sosial yang ada tidak mendukung, para karyawan
tersebut tetap mengoptimalkan diri dalam bekerja, karena
karyawan jenis orientasi ini lebih mementingkan self-
development dan lebih bertujuan ke peningkatan jenjang karir.

E. TAHAPAN ORIENTASI
Tahap Orientasi
Bagi fresh graduate yang baru menjajaki dunia kerja, perlu
memahami sejumlah tahapan dalam pengenalan lingkungan
kerja. Berikut ini penjelasannya:
1. Perkenalan
Memperkenalkan unit kerja yang bersangkutan sampai unit
kerja besar dan yang terkait dalam sebuah perusahaan.
2. Penjelasan Tujuan Perusahaan
Penjelasan profil tempat bekerja secara lengkap, mulai dari
visi dan misi, nilai, budaya, dan tidak lupa struktur organisasi.
3. Sosialisasi Kebijakan
Berisi tentang penjelasan bonus, pelatihan, hubungan
kepegawaian, penilaian, kode etik, pemberhentian, dan lain
sebagainya.
4. Jalur Komunikasi
Jalur komunikasi dapat dilakukan melalui pertemuan rutin
atau komunikasi via daring dengan email atau telepon.
5. Monitoring
Demi menunjang kinerja pegawai baru, monitoring atau
pemantauan juga diperlukan. Akan tetapi, mereka juga perlu
mendapat pengarahan mengenai target yang perlu dicapai.
Jika terdapat kekurangan, juga perlu disampaikan hal yang
bisa diterapkan untuk menambal kekurangan ini.

F. PENGERTIAN PENEMPATAN
Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan
pada posisi kerja tertentu,hal ini khusus terjadi pada karyawan
baru. Kepada para karyawan lama yang telah menduduki jabatan
atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan karyawan
dalam arti mempertahankan pada posisinya atau memindahkan
pada posisi yang lain. Langkah awal dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang terampil dan handal perlu adanya
suatu perencanaan dalam menentukan karyawan yang akan
mengisi pekerjaan yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan. Keberhasilan. dalam pengadaan tenaga kerja
terletak pada ketepatan dalam penempatan karyawan, baik
penempatan karyawan baru maupun karyawan lama pada posisi
jabatan baru. Proses penempatan merupakan suatu proses yang
sangat menentukan dalam mendapatkan karyawan yang
kompeten yang dibutuhkan perusahaan, karena penempatan
yang tepat dalam posisi jabatan yang tepat akan dapat membantu
perusahaan dalam mencapi tujuan yang diharapkan.
Penempatan merupakan tindakan pengaturan atas seseorang
untuk menempati suatu posisi atau jabatan. Meskipun tindakan
penempatan ini mengandung unsur uji coba yang menyebabkan
adanya tindakan penempatan kembali namun pada dasarnya
penempatan tenaga kependidikan ini merupakan tindakan yang
menentukan keluaran dan komposisi ketenagaan dilihat dari
kepentingan keseimbangan struktur organisasi pendidikan
nasional. Juga tindakan penempatan ini merupakan tindakan
terpadu antara apa yang dapat tenaga baru perlihatkan (kerjakan)
dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan, kewajiban-kewajiban dan
hal-hal yang ditawarkan dari jabatan tersebut. Karena itu suatu
prinsip yang mengatakan “the right man on the right place”
(orang yang tepat pada tempat yang tepat) haruslah dipenuhi.
Dalam konteks penempatan ini, adanya mutasi (perpindahan
pegawai) dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu bidang
kerja ke bidang kerja yang lain dapat dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat berkenaan
dengan kebutuhan kuantitas maupun kualitas. Mutasi atau
perpindahan di kalangan tenaga kependidikan dapat menjadi
alternatif penting untuk pengembangan organisasi.
Penempatan, yaitu proses penanganan pegawai baru yang sudah
melaksanakan pendaftaran ulang untuk diberi tahu pada bagian
seksi mana mereka ditempatkan. Penetapan atas calon-calon
yang diterima ini dapat diputuskan oleh atasan langsung atau
oleh bagian personalia/ kepegawaian. Keputusan ini merupakan
akhir dari kegiatan penyelenggaraan seleksi. Artinya tenaga-
tenaga kependidikan yang baru diterima itu, merupakan tenaga-
tenaga yang paling baik menurut standar seleksi yang
ditetapkan. Kecuali seleksi untuk maksud-maksud promosi atau
mutasi, berdasarkan standar, seleksi ini memungkinkan
keputusan penerimaan tidak memperlihatkan terpenuhinya
kebutuhan tenaga kependidikan walaupun dilihat dari jumlah
pelamar sangat memungkinkan melebihi jumlah yang
dibutuhkan. Biasanya hal ini terjadi karena sebagian pelamar
tidak dapat memenuhi standar seleksi yang ditentukan. Terhadap
para pelamar yang tidak dapat diterima itu, sebaiknya diberitahu
secara tertulis beserta alasan-alasannya. Suatu proses seleksi
yang telah diselenggarakan sebenarnya belum menjamin bahwa
produktivitas segera diperoleh karena memang tenaga baru yang
belum dipekerjakan. Namun demikian, seleksi seharusnya
memperlihatkan bahwa potensi organisasi menjadi lebih besar
dan lebih kuat.
G. TUJUAN PENEMPATAN
Penempatan memiliki tujuan yaitu agar karyawan bersangkutan
lebih berdaya guna dalam melaksakan pekerjaaan yang
dibebankan, serta untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan sebagai dasar kelancaran tugas. Menurut B.
Siswanto Sastrohadiwiryo yang dikutip oleh suwatno (2003:
133) maksud diadakan penempatan karyawan adalah untuk
menempatkan karyawan sebagai unsur pelaksana pekerjaan pada
posisi yang sesuai dengan kriteria yaitu kemampuan, kecakapan,
dan keahlian. Mencocokkan karyawan dengan pekerjaan yang
sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, minat, dan
kepribadian mereka

H. FAKTOR-FAKTOR PENEMPATAN
1. Kualitas SDM: Memperhitungkan kemampuan dan
keterampilan karyawan.
2. Kebutuhan Organisasi: Menyesuaikan dengan kebutuhan
struktur organisasi.

3. Kesejahteraan Karyawan: Penempatan yang tepat


meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas .
I. Manfaat Penempatan
Manfaat Penempatan SDM:
1. Optimalisasi Kinerja: Penempatan yang sesuai membantu
karyawan bekerja secara efektif.
2. Kepuasan Kerja: Karyawan yang ditempatkan dengan baik
cenderung lebih puas.
3. Efisiensi Organisasi: Penempatan yang tepat mengurangi
ketidakcocokan antara karyawan dan pekerjaan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Orientasi dan penempatan mempunyai peran yang sangat
penting dalam memastikan karyawan baru maupun karyawan
lama yang ditempatkan pada bidang yang baru untuk dapat
menunjukkan kinerjanya dengan maksimal dan produktifitas
kerja yang diharapkan.

Memang para karyawan tersebut bisa jadi sudah memahami


dengan baik mengenai aspek-aspek umum perusahaan, seperti
strategi, kompensasi, peraturan dan sebagainya. Namun mereka
pasti mengalami kecemasan terkait masalah interpersonal dan
hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan barunya. Untuk
itulah, orientasi masih harus terus dilakukan ketika ditempatkan
dibidang yang baru.
Penempatan pegawai merupakan usaha manajemen untuk
mengisi setiap posisi yang lowong dalam suatu organisasi
dengan pegawai yang memenuhi syarat pada saat yang
dibutuhkan. Proses seleksi dan penempatan pegawai di dalam
perusahaan sesuai dengan bidang peminatan dan keahlian yang
dimilikinya juga, karenanya berpengaruh bagi produktivitas
perusahaan. Proses seleksi dan penempatan yang baik dan benar
akan membuat pegawai memiliki semangat dalam bekerja,
karena bidang yang digelutinya merupakan apa yang diminati
oleh dirinya dan pekerjaan itu merupakan sesuatu hal yang
dikuasai dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah proses seleksi dan penempatan pegawai berpengaruh
terhadap produktivitas kerja pegawai.

SARAN

Agar orientasi dan penempatan dapat dilakukan dengan baik


maka sebuah organisasi perlu mempunyai peraturan yang baku
yang mengatur tentang orientasi dan penempatan.
Karena begitu pentingnya orientasi, maka untuk memastikan
agar karyawan yang baru mendapat orientasi yang baik, maka
orientasi perlu dipersiapkan dengan baik. Maka orientasi perlu
dipersiapakan dengan baik, semua pihak yang terlibat dalam
organisasi agar memprsiapkan semua bahan yang dibutuhkan
dan melaksanakan orientasi secara menyeluruh sehingga dapat
mengurangi kecemasan karyawan dan karyawan baru merasa
diterima ditempatnya bekerja
DAFTAR PUSTAKA
Syarief, Ikhwanuddin, dkk. (2002), Pendidikan untuk
Masyarakat IndonesiaBaru, Jakarta, PT Grasindo.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru danDosen
Hasibuan, Malayu S.P, (2001), Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta, BumiAksara.
Sigit, Suhardi (2003), Perilaku Organisasional, Yogyakarta,
BPFE-UST.
Syarief, Ikhwanuddin, dkk. (2002), Pendidikan untuk
Masyarakat Indonesia Baru, Jakarta, PT Grasindo.
Dirjen Diknas (2000), Manajemen Sekolah
A.Karim, Muchtar, As’ari, Abdul Rahman, Muhsetyo, Gatot,
Sutawidjaja, Akbar. 1996 / 1997. Buku Pendidikan Matematika
I. Malang : DepDikBud
Sumantri, Mulyani, Permana, Johar. 2001. Buku Strategi
Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana.
Kartadinata, Sunaryo. 1996 / 1997. Buku Landasan – Landasan
Pendidikan SD. Dep DikBud.
1

Anda mungkin juga menyukai