Analisis Tingkat Risiko Kebakaran Wilayah Jakarta
Analisis Tingkat Risiko Kebakaran Wilayah Jakarta
ABSTRACT
DKI Jakarta Province as the capital city of Indonesia is experiencing the surge of population up to 10.652
million people in 2021 and the region of North Jakarta has 11.272 people/km 2 of population density. Not
only the settlement that become more and more dense, North Jakarta flourished with the establishment of
industrial area in Cilincing, recreational, warehousing and shopping area. The aim of this research is to
find out the level of fire risk and to map the fire risk of North Jakarta in purpose to make improvement of
fire prevention. The method used in this research is Cross Sectional with Non Probabilistic /Stratified
Sampling approach. Data sampling done by online questionnaires and by discussion through Focus Group
Discussion along with Local Fire Department of North Jakarta Region. Questionnaires consist of 3
elements and 22 variables which include the hazard identification, vulnerability and fire protection
management . The collected data is used to make analysis using univariate, spider map and mapped to
North Jakarta region. The result of the research shows the fire risk level of North Jakarta is Medium with
score of 58,34%. The improvements that can be done in order to prevent and countermeasure in North
Jakarta are socialization about non flammable building materials and also the improvement and
maintenance of city hydrants so they can be used effectively in supporting fire extinguishing in North
Jakarta region. Furthermore it need to do some planning of fire detection system at settlement or public
housing so it can be discovered and handled as fast as possible by Local Fire Department of North Jakarta
Region.
Keyword : DKI Jakarta, Fire Mapping, Fire Risk Level, North Jakarta
ABSTRAK
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara mengalami peningkatan jumlah penduduk mencapai 10,562
juta jiwa pada tahun 2021 dan wilayah Jakarta Utara memiliki tingkat kepadatan penduduk 11.272
jiwa/km2. Tidak hanya pemukiman penduduk yang semakin padat, Jakarta Utara berkembang dengan
adanya Kawasan Berikat Nusantara Cilincing serta terdapat kawasan wisata, pergudangan maupun
perbelanjaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat risiko kebakaran dan membuat pemetaan
wilayah Jakarta Utara agar dapat dilakukan upaya perbaikan dan pencegahan kejadian kebakaran. Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross Sectional dengan pendekatan non probabilistic
sampling/stratified sampling. Pengambilan data secara online kuesioner serta pelaksanaan diskusi melalui
Focus Group Discussion bersama Dinas Pemadam Kebakaran Suku Dinas Jakarta Utara. Kuesioner terdiri
dari 3 elemen dan 22 variabel yang mencakup identifikasi potensi bahaya, vulnerability serta manajemen
proteksi kebakaran untuk selanjutnya dilakukan analisis menggunakan univariate, spider map dan
dipetakan pada wilayah Jakarta Utara. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko kebakaran wilayah
Jakarta Utara adalah Sedang dengan nilai sebesar 58,34%. Peningkatan yang dapat dilakukan pada upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Jakarta Utara adalah perlu dilakukan sosialisasi terkait
penggunaan material bangunan yang tidak mudah terbakar serta adanya peningkatan fungsi dan pemastian
pemeliharaan dari hidran kota yang dimiliki agar dapat digunakan secara efektif untuk mendukung upaya
pemadaman kebakaran di wilayah Jakarta Utara. Selain itu perlu dilakukan perancangan sistem deteksi
kebakaran pada rumah penduduk agar dapat diketahui dan ditangani dengan cepat oleh Dinas Pemadam
Kebakaran Suku Dinas Jakarta Utara.
Kata Kunci : DKI Jakarta, Jakarta Utara, Peta Kebakaran, Tingkat Risiko Kebakaran
71,8%
70,0% 67,3%
66,4% 66,4%
65,5%
64,5%
63,6%
62,7% 62,7%
59,1% 59,1%
58,2%
60,0% 57,3%
56,4%
54,5% 54,5% 54,5%
53,6%
50,0% 47,3%
43,6%
39,1%
43,6%
30,0%
14%, nilai vulnerability adalah 20,9 – 24,5%
20,0% serta nilai manajemen proteksi kebakaran
10,0%
adalah 23,6 – 29,1%. Pada sektor 6, nilai
elemen hazard diantara 13 – 16%, nilai elemen
vulnerability adalah 19,1 – 25,5% serta nilai
0,0%
RW 01 RW 05 RW 06 RW 09 RW 11 RW 01 RW 01 RW 02 RW 05 RW 09 RW 13 RW 01 RW 01 RW 06 RW 06 RW 12 RW 02 RW 03 RW 04 RW 12 RW 04 RW 06 RW 05 RW 12 RW 12 RW 01 RW 01 RW 15 RW 17 RW 22
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
MarundaSemper Roro Kali Semper Lagoa Rawa Koja Tugu Rawa Tugu PapanggoSunter Sungai Sunter Tanjung Pegang Pegang Kelapa Kelapa Kelapa Kelapa Ancol PademaPadema Kamal Kapuk Pejaga Penjari Pluit
Wilayah
35,5%.
Gambar 3. Rincian Persentase Seluruh Sektor Hasil analisis pengamatan pada setiap
pada Wilayah Jakarta Utara variabel dari rata-rata wilayah Jakarta Utara
terlihat dari tabel berikut ini :
Detil dari nilai persentase setiap elemen Tabel 1. Skor Rata-rata tingkat potensi bahaya
Hazard, Vulnerability serta Manajemen kebakaran berdasarkan 22 variabel
Proteksi Kebakaran dapat terlihat pada gambar wilayah Jakarta Utara
berikut ini :
80%
Element Variabel Skor Rata-
Rata
70%
Fire Hazard Aktivitas warga 2,5
60%
yang dapat memicu
33,6%
reaksi kebakaran
42,7% 31,8%
50%
29,1%
37,3%
31,8%
30,9%
29,1%
29,1%
28,2% 30,0% 32,7%
35,5%
30,0%
28,2% 32,7%
31,8% 23,6%
31,8% 27,3% 27,3% 28,2%
40%
24,5% 27,3%
25,5%
terbuka
30,0%
30%
24,5%
20,0%
24,5%
Bahan Berbahaya & 1,9
20,9%
20,9%
22,7%
19,1% 17,3%
22,7%
19,1%
20,0%
20,9%
24,5%
20,9% 20,0%
19,1%
25,5%
21,8% Beracun (B3)
17,3% 17,3%
20%
14,5%
13,6%
19,1% 19,1%
13,6%
15,5%
20,0%
15,5%
14,5%
8,2%
Vulnerability Kepadatan 3,0
10%
11,8% 12,7% 11,8%
penduduk
16%
10% 9%
7% 8% 8%
11% 12%
8% 8%
15%
10% 10%
12% 13% 12% 12% 12% 13% 14%
11%
6% 7%
12% 11%
14% 15% 14% 13% 13%
Kepadatan 2,5
0%
RW 01 RW 05 RW 06 RW 09 RW 11 RW 01 RW 01 RW 02 RW 05 RW 09 RW 13 RW 01 RW 01 RW 06 RW 06 RW 12 RW 02 RW 03 RW 04 RW 12 RW 04 RW 06 RW 05 RW 12 RW 12 RW 01 RW 01 RW 15 RW 17 RW 22
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
bangunan
MarundaSemper Roro Kali Semper Lagoa Rawa Koja Tugu Rawa Tugu PapanggoSunter Sungai Sunter Tanjung Pegang Pegang Kelapa Kelapa Kelapa Kelapa Ancol Padema Padema Kamal Kapuk Pejaga Penjari Pluit
Barat -tan
SEKTOR 1
-baru Timur Badak
Selatan
Selatan Badak Utara
Selatan
SEKTOR 2
Agung Bambu Jaya Priok -saan -saan Gading Gading Gading Gading
Dua
SEKTOR 3
Dua Barat Barat Timur Timur
SEKTOR 4
-ngan -ngan Muara Muara -lan -ngan
Timur
SEKTOR 5 SEKTOR 6
Kualitas bangunan 2,4
Wilayah
& tingkat
HAZARD VULNERABILITY PROTEKSI KEBAKARAN
kekumuhan
Frekuensi kejadian 0,8
Gambar 4. Nilai Persentase Elemen pada kebakaran
wilayah Jakarta Utara Luas area & 1,1
kerugian
Terlihat pada gambar 4, nilai persentase Perambatan api & 2,2
Sektor 1 untuk elemen hazard antara 7-10%, kualitas bangunan
elemen vulnerability antara 11,8 -19,1% dan Kendala yang 2,1
elemen manajemen proteksi kebakaran antara dihadapi Pos
Damkar
24,5-31,8%. Pada Sektor 2, nilai untuk elemen Fire Protection Jarak Pemisah 3,0
hazard diantara 8 – 15%, elemen vulnerability and Risk Antar Bangunan
diantara 13,6 – 22,7% serta nilai elemen Management Sistem Ketahanan 2,5
manajemen proteksi kebakaran antara 25,5 – Kebakaran
Element Variabel Skor Rata- Skor tertinggi adalah 3,2 pada variabel
Rata mengenai kondisi hidran kota yang kurang
Lingkungan dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak dapat
Partisipasi Warga
Komunikasi 1,6 memberikan upaya pemadaman yang
Darurat maksimal. Selain itu skor tinggi lainnya adalah
Pemadaman Dini 1,5 dengan skor 3 pada variabel jarak pemisah
Kelaikan Pos 1,6 antar bangunan yang cukup sesuai standar
Damkar yaitu 3 – 6 meter dan berkorelasi positif
Akses Operasional 2,2 dengan tingkat kepadatan penduduk dengan
Pos Damkar
Waktu Tanggap Pos 1,9 skor 3,0 yang berarti sedang dengan jumlah
Damkar penduduk 150 – 200 jiwa/ha.
Layanan Pos 1,7 Adapun grafik pemetaan wilayah Jakarta
Damkar
Utara dengan hasil penelitian tersebut
Operasional 1,7
Pemadaman sebaagaimana gambar berikut :
Lanjutan dan
Ketersediaan
Sumber Air
Pemadaman
Kemudahan Akses 2,3
pemadaman
Kondisi Hidran 3,2
Kota
Variabel yang perlu adanya peningkatan (Wahyu Sujatmiko et al, 2016). Salah satu
dan perbaikan adalah pada kondisi hidran yang langkah strategis penanggulangan kebakaran
dipergunakan sebagai sarana pemadaman yang efektif pada daerah perkotaan dengan
kebakaran oleh petugas Dinas Pemadam kepadatan penduduk maupun kerapatan
Kebakaran. Nilai skor 3,2 menyatakan bahwa bangunan tinggi adalah dengan perancangan
kondisi hidran kota cukup baik akan tetapi sistem pendeteksi kebakaran pada rumah
masih belum maksimal dilakukan tinggal yang bekerja secara otomatis saat
pemeliharaan sehingga terdapat beberapa titik kebakaran terjadi. Sistem ini berbasis
yang tidak berfungsi dengan baik. Hal ini mikrokontroler dan mendeteksi secara cepat
sesuai dengan data wilayah Jakarta Utara dengan mengetahui lokasi kebakaran melalui
dengan total 185 hidran kota, terdapat 75 sensor suhu dan sensor asap serta
hidran dalam kondisi rusak dan 110 hidran memanfaatkan aplikasi mobile dan web
dalam kondisi baik (Portal Data Terpadu (Dodon Yendri, Wildian, Amalia Tiffany,
Pemprov DKI Jakarta, 2021). Standar yang 2017).
digunakan di USA, penempatan hidran kota
adalah setiap 152,4 meter atau 500 feet. Tujuan KESIMPULAN
dari pemasangan hidran kota agar mudah
diakses dan dapat memberikan upaya Hasil penelitian wilayah Jakarta Utara
pemadaman maksimal serta mendapatkan klasifikasi tingkat risiko
mempertimbangkan kondisi bangunan serta kebakaran Sedang dengan nilai sebesar
tidak adanya penghalang antar bangunan (Wu, 58,34%. Variabel dengan skor tertinggi adalah
Z.Y., Song, Y, 2014). Untuk menjamin akses kondisi hidran kota yang kurang berfungsi
pengoperasian hidran, pemerintah kota dengan baik serta kepadatan penduduk dengan
melakukan pemastian jalan bebas hambatan jarak pemisah antar bangunan tempat tinggal
terhadap hidran kota sekurang-kurangnya yang rapat sehingga dapat memicu penjalaran
radius 50 m (PermenPU No. 26 Tahun 2008). api lebih cepat. Rekomendasi perbaikan yang
Selain itu, secara berkala perlu dilakukan dapat dilakukan oleh Dinas Pemadam
pemastian dan pemeliharaan hidran kota serta Kebakaran wilayah Jakarta Utara adalah
pemeriksaan tekanan kerja dengan standar pelaksanaan pemeliharaan dan pemeriksaan
minimum 3,5 bar dan maksimum 5,5 bar harus kondisi hidran kota secara berkala serta
dijaga pada setiap katup apabila dibuka penuh sosialisasi mengenai penggunaan material
(SNI 03-1735-2000). tidak mudah terbakar untuk bangunan. Selain
itu dapat dilakukan perancangan sistem
Sebagaimana hasil penelitian selain berbasis mikrokontroler untuk mempercepat
kondisi hidran kota, hal yang perlu dilakukan pendeteksian kebakaran melalui aplikasi
perbaikan adalah sosialisasi mengenai mobile dan web. Hal ini dapat meningkatkan
pemahaman penggunaan material bangunan waktu kerja petugas pada Dinas Pemadam
yang tidak mudah terbakar. Hal ini tercermin Kebakaran serta memberikan peringatan awal
pada hasil skor rata-rata 3,0 pada variabel jarak kepada warga apabila terjadi kebakaran di
pemisah antar bangunan serta kepadatan wilayahnya.
penduduk. Peningkatan kepadatan penduduk
dengan tingkat pemahaman mengenai UCAPAN TERIMAKASIH
kebakaran rendah serta berada di kondisi
dengan fire safety yang buruk maka akan Kami berterimakasih kepada Dinas
meningkatkan potensi bahaya kebakaran Penanggulangan Kebakaran dan
(Zhang Ying et al, 2019). Penggunaan material Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta serta Suku
yang mudah terbakar akan mempercepat Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
waktu perkembangan kebakaran menjadi fase Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta
flash over, meningkatkan kecepatan Utara yang telah berpartisipasi pada penelitian
perambatan api dan memberikan pengaruh ini. Penelitian ini didukung oleh Universitas
terhadap manusia dalam waktu singkat
Indonesia Research Grant Number : NKB- Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019 - Open
576/UN2.RST/HKP.05.00/2021. Data Jakarta accessed on July 17, 2021.