Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN :1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | http://dinarek.unsoed.ac.

id
Vol. 15 No. 1 (2019) Hal. 57-64
p-ISSN 1858-3075 | e-ISSN 2527-6131

PEMETAAN ZONA KERENTANAN BAHAYA KEBAKARAN SEBAGAI


UPAYA MITIGASI AWAL KEBAKARAN KOTA YOGYAKARTA

MAPPING OF FIRE VULNERABILITY AS EARLY MITIGATION EFFORT AGAINTS


FIRE HAZARD IN YOGYAKARTA CITY
Aulia Nur Mustaqiman1, Kurniawan2 dan Yuliana Farkhah2

Email : aulia.nm@ub.ac.id
1Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2Magister Pengelolaan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Sleman, Indonesia

Abstrak — Kota Yogyakarta merupakan kota padat penduduk dengan sejumlah aktivitas manusia yang sangat
padat, serta konstruksi bangunan dengan potensi bahaya kebakaran yang tinggi, oleh karena itu perlu adanya
upaya pemetaan sebagai langkah awal dari upaya mitigasi bahaya kebakaran (pencegahan dan pengurangan
risiko bahaya kebakaran). Beberapa faktor yang dapat memicu bahaya kebakaran yaitu jenis aktivitas penduduk,
material konstruksi bangunan, kerapatan antar bangunan, aksesibilitas jalan, jumlah mobil pemadam kebakaran,
dan sumber air sebagai pemadaman. Faktor-faktor utama tersebut menjadi latar belakang utama dalam
penelitian, yaitu memetakan bahaya kebakaran di Kota Yogyakarta secara spasial tahun 2017 sebagai upaya
mitigasi bahaya kebakaran. Metode yang digunakan dalam penentuan zonasi dan penanggulangan dini berupa
metode kuantitatif dengan teknik scoring serta analisis spasial berbasis ArcGIS yang dilakukan dengan teknik
overlay dengan beberapa variabel. Hasil penelitian membagi Kota Yogyakarta menjadi 3 (tiga) zona bahaya,
yaitu kawasan rawan kebakaran kelas tinggi, sedang, dan rendah. Kawasan kerentanan tingkat tinggi diperoleh
sebesar 53,08%, kawasan kerentanan tingkat sedang sebesar 15,65%, dan kawasan kerentanan tingkat rendah
(aman) sebesar 31,26%.

Kata kunci: Pemetaan, mitigasi bencana, kebakaran, Kota Yogyakarta.


Abstract — Yogyakarta City is densely populated city and become the most popular city within congested
activities and high vulnerability of fire dangerous. Recently, Yogyakarta Cities was noted having a lot of high-
risk of fire dangerous incident during year 2017. According to those cases, Government and people have to
take an action of fire mitigation to prevent and reduce fire vulnerability. A thing that government and people
have to act is zonating or mapping fire area that potentially to occur fire incident. Some factors that may cause
fire risk for instance building material, building density, accesibilty path, fire extinguisher facilities, and fire
hydrant. Those principal factors become a background for this research to decrease spatially fire vulnerability
in Yogyakarta City during year 2017 as fire mitigation. This research used the quantitative method to zoning
or mapping for fire early prevention. The next step is using scoring technique and spatial analysis based on
ArcGIS software to overlay some fire variables. The results show that this city which known as Indonesia
Keraton Region are divided into 3 zones, those are 53.08% for high-risk zone, 15.65% for medium-risk zone,
and 31.26% for low-risk zone.

Key Word : Mapping, mitigation, fire, Yogyakarta City.

I. PENDAHULUAN tingkat aktivitas penduduk dan rapatnya


pemukiman penduduk yang memudahkan api
Kota Yogyakarta menjadi latar belakang untuk merambat dan menyebarluaskan api
lokasi kajian dikarenakan kota tersebut memiliki kebakaran pada objek-objek yang memiliki
kepadatan tertinggi (di Provinsi DIY) sebesar potensi terbakar [2] yang mana selama tahun
12.699 jiwa/km2 dengan total penduduk asli 2017 Kota Yogyakarta mengalami sebanyak 71
410.921 jiwa dan 5 juta wisatawan [1]. Kebakaran kejadian kebakaran. Contoh kejadian kebakaran
di perkotaan dapat terjadi dikarenakan tingginya tersebut diantaranya adalah Kecamatan Kraton

57
Pemetaan Zona Kerentanan Bahaya Kebakaran Sebagai Upaya Mitigasi
Awal Kebakaran Kota Yogyakarta – [Aulia Nur Mustaqiman, dkk]

dan Kecamatan Umbulharjo [2]. bencana, pemetaan kawasan rawan dan risiko
Hal tersebut menjadi latar belakang bahwa bencana, tanggap darurat dan kontijensi,
perlunya tindakan upaya mitigasi dini terhadap meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
kebakaran di Kota Yogyakarta. Salah satunya bencana, dan pengurangan risiko bencana (risk
dengan melakukan kajian pemetaan dengan assessment). Penelitian terhadap kerentanan
mengukur nilai kerentanan pada faktor-faktor tersebut menurut Turnining Ayu Rachmawati
terkait. Faktor-faktor tersebut akan dinilai sebagai (2018) merupakan serangkaian pendekatan
upaya pengurangan risiko kebakaran proses untuk melihat dampak yang dapat
sebagaimana dikatakan oleh [3] bahwa upaya diakibatkan oleh bencana guna upaya
mitigasi termasuk salah satu dalam pengelolaan pengurangan risiko bencana berbasis tata ruang
atau manajemen risiko. [8].
Kebaruan penelitian ini adalah terletak pada Upaya yang perlu dilakukan yaitu kajian
pengadaan dan penyediaan data berupa pemetaan evaluasi terkait pemetaan dan mitigasi zona risiko
dan zonasi terhadap bahaya kebakaran yang mana kebakaran sebagai wilayah pemukiman dan
dikarenakan riset yang telah pernah ada kesesuaian daya dukung lingkungannya di Kota
sebelumnya dengan topik kebakaran di Kota Yogyakarta. Falah (2015) berpendapat bahwa
Yogyakarta hanya berupa upaya optimasi jalur Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
pemadam kebakaran yang diteliti pada tahun sistem informasi yang memiliki peran guna
2014 sehingga tidak dapat dideskripsikan secara mengolah data informasi spasial atau keruangan
spasial. berupa objek luas wilayah, koordinat, dan
Metode penelitian menggunakan metode panjang wilayah [9]. Adapun beberapa manfaat
kuantitatif berbasis spasial dengan menggunakan SIG menurut Wibowo (2015) berfungsi untuk
software atau aplikasi ArcGIS 10.2 yang mampu mengetahui indeks potensi (kerentanan) suatu
mengolah serta menunjukkan data kewilayahan wilayah, persebaran penduduk atau pemukiman,
menjadi suatu informasi spasial tematik yang dan luas wilayah administrasi [10]. Tumiar
informatif di Kota Yogyakarta. Tujuan dari Katarina Manik (2018) dalam bukunya “Risiko
penelitian ini adalah untuk mengetahui zona Bencana” menuliskan bahwa aspek kerentanan
kawasan risiko bahaya kebakaran berbasis spasial dan aspek kapasitas diperoleh dengan analisis
dan memberikan rekomendasi untuk mengurangi data berupa data sosial, data ekonomi, data
risiko terjadinya kebakaran di perkotaan demografi, data fasilitas umum dan data kondisi
Yogyakarta berbasis ArcGIS versi 10.2. pemerintahan [11].

II. TINJAUAN PUSTAKA


III. METODE PENELITIAN
Sumber bahaya kebakaran di perkotaan pada
umumnya berasal dari faktor manusia dalam Penelitian dilaksanakan dengan 3 (tiga)
melakukan kegiatan seperti, memasak, merokok, tahap, yaitu tahap persiapan, tahap survei, dan
kerusakan alat elektronik [2] kerusakan listrik [5] tahap analisis. Tahap persiapan terdiri dari
kebocoran gas, dan bahan kimia yang mudah pengumpulan data-data yang diperlukan. Data
terbakar [6]. Faktor yang menyebabkan yang diperlukan berupa data primer dan data
kebakaran adalah kepadatan dan material sekunder. Data primer berupa data pembagian
bangunan, dan aktivitas manusia. Tingkat risiko akses jalan dan data spasial wilayah pemukiman
bahaya kebakaran tidak hanya disebabkan oleh yang keseluruhannya diperoleh melalui digitasi
luas bangunan maupun jumlah penghuni, tetapi dan survei. Data sekunder berupa peta citra
juga sumber api dan bahan yang mudah terbakar quickbird Kota Yogyakarta yang diperoleh dari
[7]. Laboratorium Studio Fakultas Geografi UGM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tahun 2016, serta kondisi jalan perkotaan,
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bangunan, data kejadian lampau dan lain-lain.
Pasal 1 ayat (8) menjelaskan bahwa mitigasi Tahapan survei merupakan tahap observasi
merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi yang dimulai dengan pengambilan data primer
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik sekaligus verifikasi kondisi di perkotaan
maupun penyadaran dan peningkatan Yogyakarta berupa aksesibilitas jalan,
kemampuan menghadapi ancaman bencana. ketersediaan sumber air sebagai pemadam dan
Strategi dalam mitigasi bencana secara umum lain-lain. Tahap terakhir yaitu tahap analisis
meliputi identifikasi dan delineasi potensi berupa digitasi serta interpretasi menggunakan

58
DINAMIKA REKAYASA Vol. 15 No. 1 (2019)
p-ISSN :1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | http://dinarek.unsoed.ac.id

aplikasi software ArcGIS versi 10.2, kemudian Tabel-2. Tipe konstruksi bangunan
melakukan pengolahan data, dan membuat (SNI 03-1736-989)
strategi rekomendasi mitigasi kebakaran. Persentase Blok
Teknik pengambilan sampel yang digunakan No. Klasifikasi
Pemukiman
Nilai
adalah teknik non-probability sampling dengan Berdasarkan Tipe
Bangunan Rata-rata
jenis purposive sampling yang mana sampel mampu mencegah
diambil berdasarkan syarat dan kriteria tertentu 1. Tipe A 1
penjalaran panas
yang telah ditentukan dan ditetapkan pada metode 2. Tipe B sedang 2
penelitian. Hasil sampel (data) berupa data jalan 3. Tipe C mudah terbakar 3
utama dan jalan sekunder sebanyak 45 sampel
atau kelompok (diperoleh dengan cara Tipe A merupakan kelas bangunan tidak
pengelompokan tipe jalan perkotaan melalui mudah terbakar berbahan dasar isolator. Tipe A
interpretasi peta dan survei sebagai langkah diberi nilai terkecil yaitu nilai 1 (satu) karena
verifikasi lapang) di perkotaan Yogyakarta dan memiliki potensi kecil dalam penyebaran panas,
15 sampel (kelompok) kawasan bangunan sedangkan tipe C adalah berbahan dasar mudah
pemukiman (didapat dengan cara menghitung terbakar seperti kayu dan serat yang mudah
jumlah macam-macam kelompok bangunan yang menjalarkan panas sehingga memiliki nilai
mengacu pada SNI 03-1736-989, Peraturan tertinggi sejumlah 3 (tiga) artinya sangat berisiko
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2009 terhadap kebakaran, dan tipe B berisiko sedang
dan buku “Problem of settlement of urban in sehingga pada SNI 03-1736-989 ditunjukkan
Indonesia” yang ditulis oleh Suharyadi yang dengan nilai 2 (dua).
tersebar pada setiap kecamatan di Kota Tabel-1 dan Tabel-2 menunjukkan tingkat
Yogyakarta, kemudian diolah dengan kerentanan kebakaran terhadap pemukiman.
menggunakan teknik analisis kuantitatif, dengan Peneliti menambahkan variabel tambahan berupa
teknik scoring atau penilaian (ranking) dimana aktivitas di dalam bangunan berdasarkan
parameter-parameter (ditunjukkan pada Tabel-1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20
dan Tabel-2) masing-masing diberi kategori Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel-3.
penilaian kemudian direkap menjadi satu tabel Tabel-3 merupakan salinan Peraturan
hasil dari semua pengharkatan dari semua Kementerian Pekerjaan Umum yang memberikan
parameter. Tabel scoring dapat dilihat di Tabel-1. pedoman dalam Peraturan Menteri Nomor 20
Penilaian terhadap kepadatan pemukiman Tahun 2009 bahwa setiap bangunan secara umum
berdasarkan kepadatan bangunan rata-rata guna sudah ditentukan nilainya berdasarkan klasifikasi
kerentanan terhadap ancaman kebakaran yang telah ditetapkan oleh kementerian, yang juga
didasarkan pada parameter kerentanan kebakaran telah dibuktikan oleh penelitian Sarwono [8].
[12] yaitu tipe bangunan, kepadatan pemukiman, Tahap pertama adalah melakukan digitasi
dan aktivitas di dalam bangunan tersebut yang pada peta yang telah tersedia. Digitasi peta agar
mana ketiga hal tersebut menjadi tiga parameter lebih praktis dilakukan masing-masing yang
utama. meliputi digitasi akses jalan, kawasan-kawasan
aktivitas masyarakat, dan digitasi kawasan
Tabel-1. Kepadatan bangunan pemukiman menurut kerapatan/kepadatan bangunan di Kota
Persentase Blok Yogyakarta. Tahap selanjutnya adalah melakukan
Pemukiman pembobotan sekaligus penilaian di atas peta yang
No. Klasifikasi Berdasarkan Nilai telah terdigitasi sesuai dengan batas-batas
Kepadatan kawasan. Pada tahap ini diperoleh 3 (tiga) peta
Bangunan Rata-rata
1. Jarang < 40 % 1
yang masing-masing sudah terdigitasi. Semakin
Cukup Padat 40 % - 75 %
besar risiko suatu variabel maka nilai bobotnya
2. 2
akan semakin tinggi dan sebaliknya. Penilaian
Kepadatan > 75 %
3. 3 dapat dimulai (tidak harus urut) dengan kondisi
Tinggi
aktivitas masyarakat di Kota Yogyakarta sesuai
Semakin padat maka nilai (pengharkatan) kawasan-kawasan yang ditetapkan, kemudian
diperoleh semakin besar. Pedoman penilaian penilaian berikutnya terhadap kondisi konstruksi
dalam pengharkatan berdasarkan tipe kelas bangunan (sesuai PerMen PU No. 20/2009) dan
bangunan dapat dilihat pada Tabel-2 berikut. penilaian terhadap kepadatan bangunan.

59
Pemetaan Zona Kerentanan Bahaya Kebakaran Sebagai Upaya Mitigasi
Awal Kebakaran Kota Yogyakarta – [Aulia Nur Mustaqiman, dkk]

Tabel-3. Aktivitas di dalam bangunan

No. Klasifikasi Daftar Blok Pemukiman Berdasarkan Kepadatan Bangunan Rata-rata Nilai
Apartemen, Universitas, Kelab, Asrama, Perumahan, Pos kebakaran, Rumah
1 Sulit terbakar sakit, Hotel dan Motel, Perpustakaan (kecuali gudang buku), Museum, Rumah 1
perawatan, Perkantoran, Kantor Polisi, Penjara, Sekolah, Teater tanpa panggung.

Gudang/Pabrik senjata, Garasi parker mobil, Pabrik roti, Salon, Pabrik minuman
bir, Rumah boiler, Pabrik bata, Pabrik kembang gula, Pabrik semen, Rumah ibadah,
Agak sulit
Pabrik susu, Tempat praktik dokter, Pabrik elektronik, Tungku dapur, Pabrik
2 pakaian bulu hewan, Kadang kuda, Pabrik gelas, Pom bensin, Kamar mayat, 2
terbakar
Gedung pemerintahan, Kantor pos, Rumah, Pemotongan hewan, Kantor telepon,
Pabrik produk tembakau, Pabrik arloji, Pabrik Anggur.

Tempat hiburan, Pabrik pakaian, Gudang pendingin, Gudang kembang gula,


Gudang hasil pertanian, Pabrik produk kulit, Perpustakaan dengan gudang buku
3 Sedang yang besar, Kios sablon, Toko mesin, Toko besi, Kebun bibit, Pabrik farmasi, Pabrik 3
gula, Pabrik tali, Pabrik tekstil, Penyamakan kulit, Gudang tembakau, Bangunan
kosong, Rumah makan.

Agak mudah Kandang kuda komersial, Gudang bahan bangunan, Pusat perbelanjaan, Ruang
pamer, Auditorium dan teater, Tempat penyimpanan bahan pangan, Terminal,
4 Pertokoan, Pabrik kertas, Pemrosesaan kertas, Pelabuhan, Bengkel, Pabrik 4
terbakar penyimpanan karet, Gudang.

Pabrik tepung, Minyak hidrolik, Pemintalan kapas, Pengecoran logam, Pabrik


bahan peledak, Pabrik biji padi, Pengecatan, Pelapisan, Pabrik minyak rami,
5 Mudah terbakar 5
Perakitan rumah, Pengolahan metal, Pabrik plastic, Pabrik playwood, Percetakaan,
Daur ulang karet, Gergajian kayu, Penyimpanan jerami, Pelapisan furniture.

Analisis data penelitian menggunakan teknik


interpretasi dari hasil overlay atau tumpang-tindih
Mulai
peta atau zonasi setiap variabel. Warna pada peta
menunjukkan perbedaan kelas dari hasil scoring
yang menunjukkan suatu zona tersebut memiliki Kajian Kepustakaan Kebakaran di Kota
risiko kerentanan kebakaran sebesar yang Yogyakarta
ditunjukkan berdasarkan pembobotan yang nilai
bobotnya diambil berdasarkan alasan ilmiah. Identifikasi melalui Image
Keseluruhan tahapan dapat dilihat di Gambar-1. Satelite dan Peta

Peta Dasar dan Kota Yogyakarta


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan penelitian ini, berdasarkan
Survei dan Verifikasi
data –data yang diperoleh (meliputi data tipe Lapang
bangunan, akses jalan, dan aktivitas penduduk
yang terdapat di Kota Yogyakarta) zona risiko Software ArcGIS
kebakaran di Kota Yogyakarta terbagi menjadi 3
(tiga) zona yaitu, zona risiko tinggi kebakaran, Scoring
risiko sedang, dan risiko rendah dengan mengacu
juga pada referensi SNI 03-1736-989 tentang tipe Klasifikasi Zona
bangunan. Zonasi risiko kebakaran memberikan
manfaat mempermudah pemerintah beserta
masyarakat dalam melakukan upaya mitigasi Strategi Pengelolaan Lingkungan dan
Mitigasi
bahaya kebakaran di Kota Yogyakarta.
Gambar -1. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

60
DINAMIKA REKAYASA Vol. 15 No. 1 (2019)
p-ISSN :1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | http://dinarek.unsoed.ac.id

a. Kerentanan dan Zonasi Kebakaran Kota Pakualaman. Kawasan dengan nilai sedang (nilai
Yogyakarta 2) yaitu Kecamatan Wirobrajan, Kecamatan
Beberapa tahapan untuk menghasilkan Gedongtengen, Kecamatan Ngampilan,
Gambar-2 sebagai upaya zonasi rentan bahaya Kecamatan Pakualaman, Kecamatan
kebakaran adalah dengan cara melakukan Mergangsan, Kecamatan Gondomanan,
pengolahan spasial menggunakan ArcGis melalui Kecamatan Danurejan, dan Kecamatan Jetis.
teknik overlay (penggabungan beberapa variabel) Kawasan dengan nilai rendah (nilai 1) yaitu
menjadi 1 (satu) peta. Keseluruhan variabel Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan
tersebut meliputi variabel kepadatan bangunan, Gondokusuman, Kecamatan Kotagede,
variabel bahan bangunan, variabel aktivitas Kecamatan Tegalrejo, dan Kecamatan
penduduk, variabel akses jalan dan lokasi sumber Matrijeron.
air terdekat dilakukan perhitungan sebelum Zonasi variabel akitivitas penduduk
dilakukan teknik overlay. menunjukan kawasan dengan nilai aktivitas yang
Tahap awal untuk menghasilkan Gambar-2 rendah meliputi Kecamatan Umbulharjo,
zonasi rentan bahaya kebakaran yaitu dengan cara Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Jetis,
scoring (pemberian nilai) untuk variabel Kecamatan Kotagede, dan Kecamatan
kepadatan pemukiman/gedung, zona dengan nilai Gondokusuman. Kawasan dengan nilai sedang
kepadatan paling rendah (memperoleh nilai 1) ditunjukkan pada Kecamatan Mergangsan. Untuk
adalah Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan kawasan dengan aktivitas penduduk tertinggi
Gondokusuman, Kecamatan Mantijeron, dan ditunjukkan pada Kecamatan Wirobrajan,
Kecamatan Mergangsan. Kawasan dengan nilai Kecamatan Kraton, Kecamatan Gondomanan,
kepadatan sedang (memperoleh nilai 2) Kecamatan Danurejan, Kecamatan Ngampilan,
ditunjukkan pada Kecamatan Kotagede, dan Kecamatan Pakualaman.
Kecamatan Wirobrajan, dan Kecamatan Pada tahap akhir yaitu teknik overlay
Tegalrejo. Sedangkan untuk kawasan dengan dilakukan dengan penggabungan (perpaduan nilai
kepadatan tinggi (memperoleh nilai 3) terletak rata-rata sebagai nilai akhir) seluruh variabel
pada Kecamatan Kraton, Kecamatan antara data nilai tipe bangunan di Kota
Gondomanan, Kecamatan Pakualaman, Yogyakarta dengan data nilai kepadatan dan data
Kecamatan Danurejan, Kecamatan nilai aktivitas penduduk di kota tersebut sehingga
Gedongtengen, dan Kecamatan Ngampilan. menghasilkan peta risiko bahaya kebakaran
Tahapan selanjutnya untuk menghasilkan seperti ditunjukkan pada Gambar-2. Gambar-2
Gambar-2 yaitu melakukan scoring pada variabel menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta dibagi
berbeda, yaitu variabel bahan konstruksi menjadi 3 (tiga) zona yaitu kawasan rawan
bangunan, yang menunjukkan bahwa zona kebakaran kelas tinggi, sedang, dan rendah.
tersebut memiliki bahan konstruksi bangunan Kawasan tingkat tinggi diperoleh sebesar
yang mudah menyebabkan terjadinya kebakaran 53,08%, kawasan sedang sebesar 15,65%, dan
(contoh kebakaran tipe A adalah disebabkan oleh kawasan rendah (aman) sebesar 31,26%.
kayu, serat, dan plastik) memiliki nilai risiko yang Kawasan tingkat tinggi ini didominasi pada
tinggi (memperoleh nilai 3 dikarenakan tipe kawasan utara ke barat Kota Yogyakarta, hal ini
konstruksi tipe C adalah tipe konstruksi paling disebabkan karena kawasan barat Kota
berisiko tinggi) yang terletak pada Kecamatan Yogyakarta didominasi oleh pemukiman yang
Kraton yaitu pada area Kraton Kesultanan sangat padat. Kawasan tingkat tinggi ini meliputi
Yogyakarta dimana material bangunannya masih Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan
terbuat dari serat kayu, dan satu lagi adalah Wirobrajan, Kecamatan Kraton, Kecamatan
pemukiman kawasan bantaran Kali Code, yang pakualaman, Kecamatan Ngampilan, Kecamatan
memiliki pola bangunan pemukiman terlalu rapat Mergangsan, Kecamatan Danurejan, Kecamatan
dan tidak beraturan serta ditambah akses jalan Jetis, dan Kecamatan Kotagede. Adapun kawasan
yang sempit, sehingga layak untuk memperoleh yang memiliki zona sedang adalah Kecamatan
nilai 3 dikarenakan kawasan tersebut memiliki Gondomanan, Kecamatan Gondokusuman dan
kepadatan yang sangat tinggi yang berisiko besar Kecamatan Matrijeron. Kawasan yang aman atau
untuk menyebabkan kebakaran. Kemudian zona rendah ditunjukkan pada Kecamatan
Kecamatan Danurejan, dan Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Tegalrejo.

61
Pemetaan Zona Kerentanan Bahaya Kebakaran Sebagai Upaya Mitigasi
Awal Kebakaran Kota Yogyakarta – [Aulia Nur Mustaqiman, dkk]

Gambar-2. Peta rawan bencana kebakaran di Kota Yogyakarta


warga. Namun, jika sumber air yang tersedia
b. Upaya Mitigasi Bahaya Kebakaran Kota tidak dapat mencukupi untuk memadamkan
Yogyakarta
Beberapa langkah untuk menghasilkan
Gambar-3 sebagai upaya mitigasi bahaya besarnya kebakaran, maka masyarakat perlu
kebakaran adalah dengan cara melakukan mengetahui cara lain untuk memadamkan nyala
pengolahan spasial menggunakan ArcGis melalui api, terutama saat api belum membesar atau
teknik overlay (penggabungan) yang dilakukan merambat. Menurut [2], bentuk-bentuk tindakan
antara Gambar-2 dengan data arah mitigasi diantaranya membuat perencanaan jalur
pengembangan sarana-prasarana fasilitas evakuasi/penyelamatan dari bahaya kebakaran
pemadam kebakaran (yang diperoleh dari dalam rumah, melakukan pembagian tugas
wawancara terhadap dinas terkait) menjadi 1 kepada setiap anggota keluarga ketika terjadi
(satu) hasil peta mitigasi kebakaran di Kota kebakaran, menyiapkan sekumpulan
Yogyakarta yaitu Gambar-3. perlengkapan gawat darurat, memasang peralatan
Kawasan yang menjadi zona rawan kebakaran anti kebakaran, mengikuti pelatihan tanggap
tinggi (nilai rata-rata 3) harus dikurangi nilai darurat, dan memperbaiki kondisi bangunan
skornya dengan menambah sumber air pemadam rumah, sehingga lebih meminimalkan dampak
kebakaran, aksesibilitas, dan jalur evakuasi. yang terjadi jika terbakar serta penyuluhan
Kawasan utara Yogyakarta merupakan area terhadap petugas PLN yang resmi untuk
berkembang, sebelumnya banyak lahan kosong di memasang instalasi listrik dengan baik, karena
kawasan ini, namun sekarang sudah mulai banyak mayoritas penyebab kebakaran di Kota
pembangunan, sehingga ketersediaan sumber air Yogyakarta akibat kerusakan listrik.
hanya berupa Sungai Winongo, perlunya Tingkat mitigasi (persentase luasan untuk
kebutuhan hidran di kawasan tersebut. mitigasi) diperoleh bergantung terhadap
Minimnya fasilitas hidran di Kota Yogyakarta ketersediaan sarana dan prasarana serta
dapat menjadi salah satu masalah untuk aksesibilitas jalan dan kondisi kesiap-siagaan
memadamkan api ketika kebakaran terjadi. (sosial) masyarakat sebagai komponen-
Sumber air dapat berupa sumur, kolam, sungai, komponen pendukung dalam upaya mitigasi
dan PDAM. Pemerintah dan masyarakat kebakaran di Kota Yogyakarta. Kondisi (sosial)
sebaiknya memisahkan antara sistem hidran dengan kesiap-siagaan masyarakat yang kuat dan
untuk pemadaman kebakaran dengan air minum kompak berkaitan dengan kemampuan
menghasilkan tingkat upaya mitigasi yang kuat

62
DINAMIKA REKAYASA Vol. 15 No. 1 (2019)
p-ISSN :1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | http://dinarek.unsoed.ac.id

(memperoleh nilai mitigasi rendah yang artinya bangunan sekaligus dapat menjadi upaya mitigasi
memiliki kebutuhan mitigasi yang tidak besar) dalam mengurangi risiko terjadinya kebakaran.
dikarenakan potensi risiko kebakaran yang juga Hasil pengelompokkan upaya mitigasi dapat
rendah. Kondisi teknologi dan akses jalan yang dilihat pada Gambar-3 yang merupakan hasil dari
baik juga berpengaruh terhadap tinggi upaya pemetaan kemampuan mitigasi terhadap zona
mitigasi, seperti perencanaan beton berbasis fire risiko kebakaran
Proofing [13] yang bermanfaat dalam penahan

Gambar-3. Peta mitigasi bencana kebakaran

V. PENUTUP dalam mitigasi zona tersebut. Zona tingkat sedang


dan zona tingkat rendah cukup dilakukan
a. Kesimpulan
monitoring ketersediaan dan fungsi hidran.
Tingkat bahaya kebakaran Kota Yogyakarta
bergantung pada kepadatan bangunan, aktivitas b. Saran
penduduk, lokasi sumber air, dan lebar jalan Penelitian selanjutkan disarankan agar dapat
(akses). Kota Yogyakarta dibagi menjadi 3 (tiga) memakai gambar citra dengan tingkat ketelian
zona bahaya, yaitu kawasan rawan kebakaran yang lebih detil (Ikonos atau GeoEye) dengan
kelas tinggi, sedang, dan rendah. Zona tingkat skala 1 : 40000.
tinggi diperoleh sebesar 53,08%, Zona tingkat
sedang sebesar 15,65%, dan Zona tingkat rendah
(aman) sebesar 31,26%. UCAPAN TERIMAKASIH
Upaya mitigasi yang dapat dilakukan dapat Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
berupa pengadaan sumber air seperti hidran pembimbing kami yaitu Prof. Totok Gunawan,
direkomendasikan lebih banyak dan memiliki M.S., Prof. Hartono. DEA., DESS, Dr. Suharyadi,
sistem saluran tersendiri pada zona dengan Dr. Sigit Heru Murti, Dr. Bowo Susilo, Dinas
tingkat kerentanan tinggi guna sebagai upaya Pemadam Kebakaran Kota Yogyakarta, dr.
Hendrik Oen, dan Faisal Arsyad A.Md.

63
Pemetaan Zona Kerentanan Bahaya Kebakaran Sebagai Upaya Mitigasi
Awal Kebakaran Kota Yogyakarta – [Aulia Nur Mustaqiman, dkk]

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik Yogyakarta. D.I. [8] Rachmawati, T. A. Pengurangan Risiko Bencana
Yogyakarta dalam Angka 2017; 2017. Alam Berbasis Tata Ruang. Malang. UB Press;
[2] Sagala S., Wimbardana R., Pratama F.P. Perilaku 2018.
dan kesiapsiagaan terkait kebakaran pada [9] Falah W. Menggambar Peta dengan ArcGIS
penghuni permukiman padat Kota Bandung. 10.1. Yogyakarta. Penerbit ANDI. 2015.
Forum Geografi. 2014;28(2):1-20. [10] Wibowo P. Seno. Menguasai ArcGis 10 Pemula.
[3] Ramli S. Manajemen Risiko K3. Jakarta: DIAN Yogyakarta. Penerbit ANDI. 2015.
RAKYAT. 2010. [11] Manik T.K. Risiko Bencana. Yogyakarta.
[4] Sufianto H., Green A.R. Urban fire situation in Mobius. 2018.
Indonesia. Fire Technology. 2012;48:367-387. [12] Suharyadi. Problem of settlement of urban in
[5] Navitas P. Improving resilience against urban fire Indonesia. Yogyakarta. UGM Press. 2000.
hazards through environmental design in dense [13] Sudibyo G.H. Pengaruh Fire Proofing pada
urban areas in Surabaya, Indonesia. Social and Balok Beton Pasca Bakar. Dinamika Rekayasa.
Behavioral Sciences. 2014;135:178-183. 2010; 6(2): 62-66.
[6] Yong Z. Analysis on comprehensive risk
assessment for urban fire: the case of Haikou
City. Procedia Engineering. 2013;52:618-623.
[7] Sarwono, A. Kriteria kelayakan penerapan fire
safety management (FSM) pada bangunan
gedung dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Jurnal Permukiman. 2011;6(1).

64

Anda mungkin juga menyukai